Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGERTIAN SERTA IMPLIKASI PERKEMBANGAN FISIK


DAN EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori
Belajar

Dosen Pengampu : Ruma Mubarok, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Zuhairoh Al Mahfudhoh (210101110070)

Salsabila Lailil Zhaqia (210101110086)

Muhammad Bahtiar Harsaputra (210101110092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmatnya
lah saya dapat membuat Makalah “Pengertian serta Implikasi Perkembangan Fisik dan
Emosi dalam Proses Pembelajaran” tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas tentang pengertian, tahapan-tahapan perkembangan fisik dan emosi serta
implikasinya dalam proses pembelajaran.
Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan dan Teori Belajar pada tengah semester 1 tahun 2021 ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya lah kami bisa menyelasaikan
makalah ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA serta segenap jajarannya yang telah
memberi kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di UIN Maulana Malik
Ibrahhim Malang.
3. Bapak Ruma Mubarak, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
“Psikologi Pekembangan dan Teori Belajar” Kelas C program studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
4. Rekan kelas C Program studi Pendidikan Agama Islam
5. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Saya beharap makalah ini dapat menambah wawasan dan membeikan manfaat yang
baik untuk semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka kritik dan saran yang dapat membangun, sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan makalah ini.
Atas kurangnya kami mengucapkan mohon maaf dan terimakasih
Malang, 17 Oktober 2021
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Perkembangan Fisik ...........................................................................3
2.2 Tahapan-tahapan Perkembangan Fisik ...............................................................5
2.3 Implikasi dalam Pembelajaran .............................................................................7
2.4 Pengertian Perkembangan Emosi .........................................................................8
2.5 Tahapan-tahapan Perkembangan Emosi ...........................................................11
2.5.1 Tahapan-tahapan perkembangan emosi berdasarkan tingkat pendidikan
11
2.5.2 Tahapan-tahapan Perkembangan Emosi Berdasarkan Umur..................13
2.6 Implikasi dalam Pembelajaran ...........................................................................17
BAB III .................................................................................................................................19
PENUTUPAN .......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................19
3.2 Saran .....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja berada pada periode perkembangan yang banyak mengalami
masalah pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan
penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat serta masalah
yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja.

Seorang pendidik yang membantu mengembangkan potensi peserta


didik dituntut untuk memahami perilaku dan perubahan-perubahan pada
peserta didik serta harus dapat memahami pertumbuhan dan yang ada di salah
satu aspek pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yaitu perkembangan
fisik dan emosi peserta didik.

Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh seperti


Pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat badan hormon dan lain-lain dan perubahan-perubahan dalam cara-cara
individu untuk menggunakan tubuhnya seperti perkembangan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual serta perubahan dalam kemampuan fisik
seperti penurunan fungsi jantung penglihatan dan sebagainya.
Perkembangan fisik peserta didik akan menentukan keterampilan
peserta didik bergerak perkembangan fisik peserta juga kali pandangan
peserta didik terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang berdampak dalam
melakukan Penyesuaian dengan dirinya dan orang lain perkembangan fisik
peserta didik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
perilakunya sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pekembangan fisik?
2. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan fisik?

1
3. Bagaimana implikasi pekembangan fisik dalam pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi?
5. Bagaimana tahapan-tahapan pekembangan emosi?
6. Bagaimana implikasi perkembangan emosi dalam pembelajaran?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan fisik.
2. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan perkembangan fisik.
3. Untuk mengetahui implikasi perkembangan fisik dalam pembelajaran.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkemabangan emosi.
5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan perkembangan emodi.
6. Untuk mengetahui implikasi perkembangan emosi dalam pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Fisik
Setiap manusia pasti akan mengalami perubahan dari masa bayi hingga
dewasa. Setiap anak juga mempunyai ciri-ciri perubahan untuk menuju ke
tahap dewasa yaitu perkembangan dan pertumbuhan dengan tahapan tertentu
sesuai umurnya. Sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
hubungan yang erat. Kedua aspek ini sering dikatakan mempunyai proses
yang sama yaitu proses tumbuh menjadi lebih sempurna. secara
umum perkembangan berarti perubahan individu baik secara struktur atau
fungsi organ melalui kematangan dan proses belajar yang terjadi sepanjang
hanyat hingga meninggal dunia. Sedangkan, pertumbuhan berarti perubahan
atau kenaikan dalam ukuran secara keseluruhan fisik, seperti tulang, tinggi
badan, berat badan, jaringan syaraf dan lainnya menjadi lebih sempurna.

Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik


dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun


2. tahap anak-anak hingga masa prapubertas (3-10 tahun),
3. tahap pubertas (10-14 tahun),
4. dan tahap remaja (usia 12 tahun keatas)

Berdasarkan tahap-tahap tersebut dapat disimpulkan bahwa jenjang SD


hingga awal SMP adalah tahap anak-anak hingga prapubertas. Sedangkan
untuk SMP akhir hingga SMA adalag tahap remaja.

Perkembangan fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada


fisik manus ia, pada anak usia dasar meliputi pertumbuhan tinggi dan berat
badan, perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang

3
membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak.
Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

a) Perkembangan anatomis. Perkembangan anatomis ditunjukkan


dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang belulang,
indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi
garis keajekan badan secara keseluruhan.
b) Perkembangan fisiologis. Perkembangan fisiologis ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan
fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot,
peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan
pencernaan

Perkembangan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik.


Sedangkan perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang berkaitan dengan
perkembangan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik adalah
perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf,
dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik adalah proses yang
sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, di
mana gerakan individu meningkat dari keadaan tidak terorganisir menjadi
penguasaan keterampilan yang kompleks dan terorganisir dengan baik.

Anak dengan umur yang sama belum tentu memiliki perkembangan


fisik yang sama karena perbedaan pertumbuhan seorang anak yang melibatkan
perkembangan otak, sistem syaraf, atau yang biasa disebut dengan
perkembangan secara fisiologis. Begitu pun dengan anak laki-laki dan anak
perempuan juga memiliki pertumbuhan fisik yang berbeda.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik seseorang


yaitu:

4
1. Keturunan
Faktor keturunan sangat berperan dalam mempengaruhi
perkembangan fisik seseorang, seperti tinggi badan, berat badan,
warna rambut, warna mata, dll.
2. Nutrisi
Asupan nutrisi yang diterima seseorang juga berperan dalam
menentukan perkembangan fisiknya. Karena jika mendapat nutrisi
yang kurang dapat berdampak buruk pada perkembangan fisiknya.
Begitu pun bila kelebihan nutrisi dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Untuk itu kita harus memperhatikan asupan nutrisi yang kita
konsumsi, seperti vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, protein, serat,
dan lain-lain.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan tubuh seseorang. Karena perkembangan fisik laki-laki
dan perempuan berbeda. Anak lelaki umumnya akan lebih tinggi dan
secara fisik lebih kuat daripada anak perempuan, sedangkan anak
perempuan cenderung lebih cepat dewasa pada saat masa remaja.

2.2 Tahapan-tahapan Perkembangan Fisik


Perkembangan fisik merupakan hal yang pasti akan terjadi mulai dari
anak-anak hingga menjadi dewasa. Baik itu berupa perubahan secara tinggi
badan, berat badan, semakin kuatnya tubuh, dan lain sebagainya. Untuk itu
kami mengelompokan tahapan perkembangan fisik menjadi beberapa tahapan
yaitu tahapan bayi, kanak-kanak awal, kanak-kanak tengah dan akhir, remaja,
dewasa muda, dewasa tengah, lansia atau dewasa akhir.

1. Bayi
Bayi merupakan tahap perkembangan fisik yang paling awal yag dialami
oleh manusia. Pada tahapan ini dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu

5
Newborn (0 hari – 1bulan), Infant (1 bulan – 1 tahun), Toddler (1 – 3
tahun). Pada tahap ini bayi sangat bergantung pada orang tua dan
lingkungan disekitarnya. Karena pada masa ini bayi belajar bahasa,
berjalan, koordinasi sensorik dan motorik, maupun sosialisasi tergantung
pada kondisi disekitarnya.
2. Kanak-Kanak Awal
Fase kanak-kanak awal atau yang sering disebut sebagai pra
sekolah adalah pada usia 5-6 tahun. Dalam fase pertumbuhan manusia ini,
anak-anak belajar melakukan berbagai hal sendiri, seperti makan, buang
air di toilet, dan bermain bersama teman.
3. Kanak-Kanak Tengah dan Akhir
Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase anak-anak yang
berlangsung pada usia 6-11 tahun. Pada tahap ini umunya anak-anak telah
menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung
4. Remaja
Fase remaja adalah tahapan pertumbuhan manusia yang merupakan masa
transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. Dalam fase ini, terjadi proses
yang disebut sebagai pubertas. Proses ini mendorong perubahan fisik pada
diri seorang anak untuk beranjak dewas, misalnya tinggi dan berat badan
bertambah, membesarnya alat kelamin dan payudara, tumbuhnya rambut
pada area tertentu, menstruasi atau mimpi basah, hingga perubahan pada
suara. Pada masa ini juga para remaja mulai mencari jati dirinya dan
berfikir lebih logis.
5. Dewasa Muda
Fase dewasa muda berlangsung pada usia sekitar 19-40 tahun. Pada tahap
pertumbuhan manusia ini, telah tercapai kematangan dalam berbagai
aspek. Orang-orang yang telah masuk pada fase ini juga lebih prima,
mandiri, dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk diri sendiri

6
ataupun orang lain, dan mempertimbangkan konsekuensi yang akan
dihadapi atas perbuatan Anda.
6. Dewasa tengah
Fase dewasa tengah adalah tahap pertumbuhan manusia yang terjadi di
usia 40-60 tahun. Pada masa ini, Anda berfokus untuk membesarkan anak,
bekerja, dan ikut berkontribusi dalam masyarakat. Namun, kondisi Anda
tidak seprima sebelumnya. Wanita juga cenderung mengalami menopause
di fase ini.
7. Lansia
Fase dewasa akhir ini terjadi pada usia 60 tahun ke atas. Masa lansia
adalah masa dimana pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
mengalami kemunduran, seperti akan mengalami proses penuaan, yang
ditandai dengan kulit menjadi keriput, massa tubuh berkurang, sampai
menurunnya daya tahan fisik. Fungsi kognitif dan
psikomotorik lansia juga mengalami kemunduran. Selain itu, lansia
cenderung berfokus pada spiritual untuk bersiap menghadapi kematian.

2.3 Implikasi dalam Pembelajaran


Peran guru sangat penting dalam membantu peserta didik mengotimalkan
perkembangan fisik. Begitu pentingnya peran guru dalam pembelajaran
sehingga muncul kesepakatan bahwa guru adalah pahlawan bangsa. letak
masa depan bangsa berada di tangan guru.

Bahkan dalam beberapa hadis disebutkan “jadilah engkau seorang guru


atau pelajar atau pendengar atau pecinta dan janganlah kamu menjadi orang
yang kelima sehingga kamu rusak”. (H.R. Bayhaqi). Orang yang kelima yang
dimaksud yaitu, tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi pecinta
ilmu. Dalam Hadist nabi yang lain “ Bukan ummatku barang siapa yang tidak
memuliakan orang yang lebih tua, tidak kasih pada orang yang lebih muda,
dan tidak menunaikan hak guru-guru”. (H.R. Ahmad). Rasulullah juga

7
bersabda “Belajarlah ilmu, belajarlah ilmu untuk ilmu dan tunduk dan
patuhlah pada orang yang kamu belajar ilmu dari mereka” (H.R. AtTabrani)

Lantas bagaimana sebaiknya karakter dari seorang guru itu? Karakter


seorang guru itu berbeda-beda tergantung dari peserta didik yang dihadapi
olehnya. Untuk itu seorang guru harus kompeten dalam bidang kompetensi
guru, salah satunya adalah memahami karakter dari peserta didiknya. Dengan
memahami karakteristik perkembangan fisik peserta didik, maka guru harus
bisa mengkondisikan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik
fisik peserta didik dengan cara:

1. Guru harus bisa lebih memahami dan menghargai perbedaan


individual anak, khususnya karakteristik fisik. Misalnya anak yang
tinggi dan pendek, gemuk dan kurus. Semua harus mendapat tempat
yang benar di dalam hati guru dan mendapat perlakuan yang sama.
2. Selalu mengingatkan orang tua dan peserta didik tentang pentingnya
makanan bergizi untuk pertumbuhan fisik peserta didik, khususnya
makanan empat sehat lima sempurna, karena jika nutria yang diterima
sesuai dengan kebutuhan maka perkrmbangan dan pertumbuhan fisik
peserta didik dapat meningkat dengan baik.
3. Guru harus mendorong siswa untuk menentukan pilihannya sendiri
untuk meningkatkan pertumbuhan. Misalnya untuk tumbuh menjadi
lebih dewasa, anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan
pengalaman yang sesuai dengan kemampuannya, dan guru mengambil
posisi kunci untuk menolong mereka menggunakan dan
mengembangkan bakat mereka.

2.4 Pengertian Perkembangan Emosi


Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

8
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.

Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan


kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai
mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahanperubahan yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturtion) yang berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan, baik menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah).

Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to
stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi
gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi
didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari
dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu. Menurut Sarlito
Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada
diri seseorang yang disertai perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat
menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. contohnya: gembira, bahagia,
takut dan lain-lain. Sedangkan menurut Goleman Bahasa emosi merujuk pada
suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi


anak adalah sebagai berikut.

1. Keadaan anak.

9
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan
pada diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional,
bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya:
Rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.

2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka
gunakan untuk marah.Pengalaman belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain: Belajar dengan coba-coba, anak belajar
dengan coba-coba untuk mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku
yang memberi penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan
kepuasan.

3. Belajar dengan cara meniru.


Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain, anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama
dengan orang-orang diamati.Belajar dengan mempersamakan diri anak
meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya
yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang
yang ditiru.Disini anak yang meniru emosi orang yang dikagumi.

4. Belajar dengan membimbing dan mengawas


Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang
menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap
rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

5. Belajar dengan pengondisian


Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian

10
terjadi dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil
kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

2.5 Tahapan-tahapan Perkembangan Emosi


2.5.1 Tahapan-tahapan perkembangan emosi berdasarkan tingkat
pendidikan
1. Perkembangan emosi peserta didik usia pra sekolah
Perkembangan emosional anak usia pra sekolah dapat
digambarkan bahwa seiring perkembangan fisik juga diikuti oleh
perkembangan emosional dimana respon emosional makin banyak
berkaitan dengan situasi sosial (orang dilingkungan) dan
rangsangan yang simbolis atau abstrak. Pada masa ini anak
kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang keinginan
orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap menentang bisa
berubah kembali bila orang tua, pendidik menunjukkkan sikap
konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang
telah ditetapkan. Setelah berhasil secara tegas mempertahankan
kewibawaan dengan berpegang teguh pada patokan perilaku
tertentu, pada anak akan terjadi internalisasi nilai dengan tolak ukur
orang tua dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi. Pada anak
akan terlihat ada kemiripan dengan orang tua dalam hal tertentu.
Pada masa ini orang tua, pendidik harus tetap berusaha melihat
tujuan pendidikan yakni mengembangkan kepribadian anak dan
membentuk perilakuknya sesuai dengan gambaran yang dicita-
citakannya. Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan
emosinya, mulai timbul rasa malu, takut, sedih, bermusuhan,
bersalah bahkan iri dan cemburu.
2. Perkembangan emosi peserta didik usia sekolah dasar

11
Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang, oleh sebab itu, perlu kiranya untuk mengetahui
bagaimana perkembangan dan dan pengaruh emosi terhadap
penyesuaian pribadi dan sosial. Sulit untuk mempelajari emosi
anak-anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif
hanya dapat diperoleh dengan cara instropeksi, sedangkan anak-
anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena
mereka masih berusia sangat muda.
Pola-pola emosi yang terjadi pada masa anak-kanak adalah rasa
takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, duka cita,
keingintahuan, gembira dan kasih sayang.
3. Perkembangan emosi peserta didik usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau
masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini
individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai
kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya
merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi
keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik yang
dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis.
Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened
emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak
lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan
normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai
bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau
mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk
mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung
terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur
maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi
yang stabil.

12
2.5.2 Tahapan-tahapan Perkembangan Emosi Berdasarkan Umur
I. Pada bayi hingga 18 bulan
a) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa
lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang
diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa
percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta
interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan
ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
b) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika
ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai
tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.
c) Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar
mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan
takut.
d) Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada
orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah
jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Pada
umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi
emosi yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar
dalam merespon kejadian tertentu.
II. 18 bulan sampai 3 tahun
a) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan
yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat
perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi
perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini
anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam
mewujudkan keinginannya.
b) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan
banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia

13
akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi
dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya
orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan
bahasa verbal.
c) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu
mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak
mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai
mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
III. Usia antara 3 sampai 5 tahun
a) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk
mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin
hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau
dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain.
b) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami
bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional
yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu
pertandingan akan membuat pemenang merasa senang,
sementara yang kalah akan sedih.
IV. Usia antara 5 sampai 12 tahun
a) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan
yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan
rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah
keterampilan yang menuntut kemampuan untuk
menyembunyikan informasi- informasi secara.
b) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini
anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga.
Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang

14
dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin
menyadari perasaan diri dan orang lain.
c) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi
dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress
emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat
mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak
belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut
sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat
dikontrol.
d) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-
buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang
berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih
fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.
Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau
aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau
situasi munculnya perilaku tersebut.
V. Usia remaja.
Masa remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Biehler (1972) membagi cirri-
ciri emosional remaja menjadi dua rentan usia, yaitu 12-15 tahun
dan usia 15-18 tahun. Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15
tahun.
1. Pada usia ini siswa/anak cenderung banyak murung dan
tidak dapat di terka. Sebagian kemurungan sebagai akibat
dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya
dengan kematangan seksual dan sebagian karena
kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih
sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa.Hubungannya

15
dengan kematangan seksual dan sebagian karena
kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih
sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa.
2. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini
seringkali terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan
psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena
bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau
tidur yang tidak cukup.
4. Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain
dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan
kurangnya rasa percaya diri.
5. Siswa-siswa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-
guru mereka secara lebih objektif dan mungkin terjadi marah
apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba
tahu.
Ciri-ciri emosional remaja 15-18 tahun
1. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan /
ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-
kanak ke dewasa
2. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja
yang mengalami
3. Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa
depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi
menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa
berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang
jabatan tertentu

16
2.6 Implikasi dalam Pembelajaran
Setiap individu pasti mengalami perkembangan, walaupun
perkembangan itu bersifat relative. Perkembangan tergantung pada individu
masing-masing. Perkembangan sosio-emosional adalah perubahan yang
terjadi dalam hal interaksi atau hubungan dengan orang lain, seperti perubahan
pada emosi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ini,
diantaranya adalah faktor genetik atau faktor hereditas dan faktor lingkungan
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Perkembangan ini tentu berimplikasi
pada proses pembelajaran. Seorang pendidik atau guru yang professional dan
bertanggung jawab tentu harus memperhatikan perkembangan peserta
didiknya. Baik perkembangan fisik, perkembangan kognitif, bahasa maupun
perkembangan sosio-emosionalnya. Sehingga dalam pembelajaran guru
mampu memperlakukan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangnya.
Guru seyogyanya mampu menggunakan berbagai pendekatan dan media yang
tepat demi terciptanya pembelajaran yang kondusif untuk perkembangan
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Berdasarkan
paparan tersebut penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang
perkembangan kognitif, bahasa dan sosio-emosional peserta didik serta
implikasinya dalam pembelajaran.
Hal yang perlu disadari adalah guru memberikan kontribusi dalam
perkembangan emosi peserta didik dengan mengenal ekspresi emosi dan
bagaimana meresponnya. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan dapat
memahami akan pentingnya pengembangan emosi peserta didik untuk
menunjang tujuan belajar yang optimal. Hal ini dapat ditingkatkan melalui
proses pembelajaran di sekolah dengan model-model belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan setiap anak dan aspek perkembangan anak yang bersifat
individual.
Berikut strategi guru untuk meningkatkan perkembangan emosi dalm
suatu proses pembelajaran.

17
1. Acknowledgement Time. Guru dapat mengatur waktu di sela-sela
pembelajaran untuk membimbing anak-anak mengekspresikan
perasaannya dan melibatkan tentang cara-cara mengatasi perasaan
tersebut. Guru mendorong anak untuk mengekspresikan perhatian
atau penghargaan kepada orang lain yang bersikap baik kepada
mereka.
2. Feeling Time. Tujuannya adalah membiarkan anak-anak untuk
mengemukakan tentang penyebab dari emosi yang dirasakan, apa
yang mereka lakukan dengan emosi tersebut, bagaimana mereka
berpikir untuk membuat emosi itu berkurang, apa yang dipikirkan
mereka tentang cara anak lain dalam menghadapi emosi tersebut.
3. Affection Activities. Dalam proses pembelajaran, guru dapat
membuat beberapa kegiatan dimana anak dapat menunjukkan
afeksinya kepada anak lain. Tujuannya 6 ialah mengajarkan anak-
anak mengenai bagaimana menjalin pertemanan dan
mengekspresikan emosinya secara tepat.
4. Emotional Management Techniques. Tujuan dari cara ini adalah
agar anak dapat mengatur diri dan kemampuannya apabila
mengekpresikan emosi negatif di luar kendali dirinya.
5. Social Problem Solving Approach. Tujuan strategi ini adalah
menolong anak untuk menyelesaikan permasalahan dalam
hubungan interpersonalnya, dengan melibatkan sifat empati, cara
berkomunikasi yang baik, negosiasi, kompromi. Langkah yang
dapat digunakan adalah bermain peran dengan membiarkan anak-
anak dalam memecahkan masalahnya sendiri.

18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Perkembangan fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada fisik
manus ia, pada anak usia dasar meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan,
perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk
postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak.

Pengelompokan tahapan perkembangan fisik menjadi beberapa tahapan


yaitu tahapan bayi, kanak-kanak awal, kanak-kanak tengah dan akhir, remaja,
dewasa muda, dewasa tengah, lansia atau dewasa akhir.

Dengan memahami karakteristik perkembangan fisik peserta didik, maka


guru bisa mengkondisikan pembelajaran dengan baik sesuai dengan
karakteristik fisik peserta didik.

Perkembangan emosi merupakan berubahnya keadaan pada diri seseorang


yang disertai perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertentu.

Perkembangan emosi berdasarkan tingkat pendidikan terbagi menjadi


beberapa tahapan yaitu tahap pra sekolah, tahap sekolah dasar, dan tahap
remaja pada jenjang SMP/SMA. Berdasarkan usianya tahapan perkembangan
emosi dibagi menjadi beberapa harapan yakni usia 0 hingga 18 bulan, usia 18
bulan-3 tahun, usia 3-5 tahun, usia 5-12 tahun, dan usia remaja.

Hal penting yang perlu disadari bahwa guru memberikan kontribusi


dalam perkembangan emosi anak-anak dengan mengenal dan meresponnya.
Oleh karena itu, para pendidik diharapkan dapat memahami akan pentingnya
pengembangan aspek emosi anak untuk menunjang tujuan belajar yang
optimal.

19
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai pengajar atau pendidik sebaiknya
harus mengetahui kepribadian peserta didik guna menciptakan SDM yang
berkualitas dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada hakikatnya sudah
terpuruk khususnya dalam upaya cara orangtua mendidik anak dan pengaruh
mental anak yang cenderung rusak karena hal-hal yang tidak sepatutnya
mereka ketahui.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adila, Dina Rahma; Kurniawan, Afif;. (2020). Proses Kematangan Emosi pada
Individu Dewasa Awal yang Dibesarkan dengan Pola Asuh Orang Tua
Permisif. Psikologi dan Kesehatan Mental, 5, 21-34.
Aniswita, & Neviyarni. (2020, November). Perkembangan Kognitif, Bahasa,
Perkembangan Sosio-emosional, dan Implikasinya dalam Pembelajaran.
Inovasi Pendidikan, 7, 12-13.
Darmiah. (2020). Perkembangan dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Emosi Anak
Usia MI. Pendidikan, 94-104.
Fiona, D. (2021, Juli 19). 5 Tahapan Perkembangan Emosi Anak SD-SMA, Wajib
Tahu! (W. C. Andini, Editor) Retrieved Oktober 16, 2021, from Orami:
https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-emosi-anak/
Kesuma, U., & Istiqomah, K. (2019, Agustus). Perkembangan Fisik dan
Karakteristiknya serta Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar.
Madaniyah, 9, 217-234.
Mery, Asrori, M., & Wicaksono, L. (2020). Stuudi Tentang Perkembangan Emosi
Peserta Didik SMK Negeri 1 Pontianak. Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 9, 1-8.
Muawanah. (2018). Implikasi Psikologi Perkembangan Terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini. Vijjacaria, 5, 33-44.
Rahmawati, D. (2021, April 16). 8 Tahapan Pertumbuhan Manusia, Mulai dari
Kandungan hingga Lansia. Retrieved Oktober 16, 2021, from SehatQ:
https://www.sehatq.com/artikel/8-tahapan-pertumbuhan-manusia-mulai-dari-
kandungan-hingga-lansia#catatan-sehatq
Rempong, M. (2021, September 9). Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak, Apa saja ya? Retrieved Oktober 16, 2021, from
Kumparan: https://kumparan.com/mama-rempong/faktor-yang-
mempengaruhi-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-apa-saja-ya-
1wUPCLmxoW1/full
Suharyanto, A. (2018, Agustus 24). Perkembangan Emosional dalam Psikologi
Pendidikan. Retrieved Oktober 16, 2021, from Dosenpsikologi:

21
https://dosenpsikologi.com/perkembangan-emosional-dalam-psikologi-
pendidikan

22

Anda mungkin juga menyukai