Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS POLA KEMISKINAN DIKELURAHAN

LOSUNGBATU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA


KOTA PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Program Sarjana (S1) pada Program Studi

Ekonomi Pembangunan

KhairunnisahNasution
NPM 201508082

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA

PADANGSIDIMPUAN

2019
ANALISIS POLA KEMISKINAN DIKELURAHAN LOSUNGBATU
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA
KOTA PADANGSIDIMPUAN

Proposal Penelitian

Khairunnisah Nasution

Program studi : Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTAR
PADANGSIDIMPUAN
2019
ANALISIS POLA KEMISKINAN DIKELURAHAN LOSUNGBATU
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA
KOTA PADANGSIDIMPUAN

Hasil Penelitian

Khairunnisah Nasution

Program studi : Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTAR
PADANGSIDIMPUAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan
petunjuk, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Pola Kemiskinan di
Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota
Padangsidimpuan”dapat diselesaikan, shalawat serta salam disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya yang setia.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan


studi pada program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.) dalam bidang ekonomi Pembangunan. Atas bantuan
semua pihak dalam proses menyelesaikan skripsi ini, tak lupa dihaturkan terima
kasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih itu disampaikan
kepada:

1. Bapak Drs. Mohd. Arifin Lubis, M.Pd selaku Rektor Universitas Graha
Nusantara Padangsidimpuan
2. Ibu Agusta Linda Nora SE,S.Pd,MM,. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan

3. Ibu Lilis Saryani SE, MM. selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan

4. Ibu Dra. Makharani Rangkuti, SE, MM selaku dosen Pembimbing I dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Pertama Yul Asmara Pane, SE, M.SP selaku Dosen Pembimbing II

yang juga telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi.
6. Bapak Hendri Nainggolan S.Sos. selaku Lurah di Kelurahan Losungbatu

beserta staff yang telah bersedia membantu penulis dalam pengumpulan data

dan informasi yang penulis butuhkan sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua Ayahanda Sofyan Nasution dan

Ibunda Desy Yafniar Lubis terimakasih untuk dukungan, kesabaran, dan

pengorbanan yang telah diberikan kepada ananda.

8. Sahabat-sahabat Ciwisquad, Anggi, Ina, Mpok, Katik, Futri yang selalu

memberikan semangat, dukungan, dan motivasi kepada penulis .

9. Teruntuk kepada Kak Adek, Indah, Ririn, Chio, Halimah, dan Ammar yang

telah berjuang bersama-sama meraih gelar S.E dan semoga kita semua sukses

dalam meraih cita-cita

10. Kepada kak Wilda Elizha A.Md yang telah banyak mengajari tahap

penyusunan skripsi ini

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu bpeneliti menyelesaikan studi dan melakukan penelitian sejak

awal hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari


kesempurnaan. Hal ini dikarenakan kemampuan ilmu dan teori yang penulis
kuasai. Untuk itu kepada para pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan
saran-saran sehingga laporan penelitian ini akan lebih baik. akhirnya dengan
segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat bagi
kita semua.
Padangsidimpuan,November 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 5

1.3 Tujuan Masalah ................................................................ 5

1.4 Manfaat Masalah .............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7

2.1 Kemiskinan ...................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Kemiskinan .............................................. 7

2.1.2 Pola Kemiskinan ........................................................ 8

2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan .................................... 9

2.1.4 Teori Lingkar Kemiskinan ......................................... 11

2.1.5 Jenis Kemiskinan ....................................................... 13

2.1.6 Ukuran Kemiskinan ................................................... 15

2.1.7 Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia ............... 16

2.1.8 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi,Pendidikan,

Kesehatan dan Pendapatan terhadap kemiskinan ...... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................ 31

2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................ 34


2.4 Defenisi Operasional Variabel ......................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 39

3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data .................................... 39

3.2 Partisipan Penelitian ......................................................... 40

3.3 Tehnik Pengumpulan Data ............................................... 42

3.4 Analisi data ....................................................................... 45

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 47

4.1 Gambaran Umun Lokasi Penelitian.................................. 47

4.1.1 Sejarah Kota Padangsidimpuan .................................. 47

4.1.2 Letak Geografis Kota Padangsidimpuan .................... 48

4.1.3 Kondisi Geografis Kelurahan Losung Batu ................ 50

4.1.4 Kondisi Penduduk Kelurahan Losung Batu ............... 51

4.1.5 Kondisi Penduudk Berdasarkan Agama ..................... 53

4.1.6 Kondisi Pekerjaan Masyarakat ...................................

Kelurahan Losung Batu ............................................. 53

4.1.7 Kondisi Fasilitas Kesehatan Kelurahan Losung Batu . 54

4.2 Penyajian Data ................................................................. 56

4.2.1 Data KK( Kepala Keluarga) Miskin di Kelurahan .....

Losung Batu ................................................................ 56

4.2.2 Karakteristik Responden ............................................. 57

4.2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan ..................................... 62

4.2.4 Analisis Pola Kemiskinan di Kelurahan Losung Batu 67

4.2.5 Analisi Yang Mempengaruhi Pola Kemiskinan


di Kelurahan Losung Batu .......................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 72

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 72

5.2 Saran ................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penduduk Miskin Perkecamatan Di Kota Padangsidimpuan ...... 4

Tabel 2.1 Penelirian Terdahulu ................................................................... 31

Tabel 4.1 Penggunaan Luas Wilayah di Kelurahan Losung Batu .............. 51

Tabel 4.2 Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan Umur ...................................................................... 51

Tabel 4.3 Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan Lulusan Pendidikan ................................................ 52

Tabel 4.4 Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan Agama .................................................................... 53

Tabel 4.5 Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan Jenis Pekerjaan ....................................................... 54

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan Yang Terdata Di Kelurahan Losung Batu ..... 55

Tabel 4.7 Tanggungan KK Miskin Berdasarkan Status Perkawinan .......... 56

Tabel 4.8 Tanggungan KK Miskin Berdasarkan Jumlah Anak .................. 57

Tabel 4.9 Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan ................. 58

Tabel 4.10 Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan ................... 59

Tabel 4.11 Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Penghasilan................ 60

Tabel 4.12 Distribusi Minat KK dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan . 61


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 36

Gambar 4.1 Pola Kemiskinan ........................................................................ 70


BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah

masyarakat, khususnya dinegara berkembang yang senantiasa menarik perhatian

berbagai kalangan, baik dari akademisi maupun praktisi. Berbagai teori, konsep dan

pendekatanpun terus menerus dikembangkan untuk melihat penyebab dan misteri

kemiskinan inidi Indonesia. Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang

senantiasa sangat cocok untuk dikaji secara berkelanjutan. Hal ini bukan karena

masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih ada ditengah-tengah kita saat ini,

melainkan juga karena saat ini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis

multidimensional yang masih dihinggapi oleh bangsa indonesia (Suharto, 2006 :131).

Menurut para ahli ekonomi (Arsyad, 2010: 299) kemiskinan di Indonesia bersifat

multidimensial. Kemiskinan yang bersifat multidimensial dapat dilihat dari berbagai

aspek diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer berupa miskin

asset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan yang rendah.

Sedangkan aspek sekunder berupa miskin akan jaringan sosail, sumber keuangan dan

informasi. Dilain sisi, kemiskinan juga dikatakan sebagai persoalan yang kompleks

karena tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan

konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan serta

ketidakberdayaannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai

masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia.

Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk

kekurangan gizi, air, perumahan yang tidak sehat, perawatan kesehatan yang kurang

1
baik, dan tingkat pendidikan yang rendah (Wijayanti, 2005: 215–225).Akar

permasalahan kemiskinan kaitannya dengan jumlah penduduk yang tinggi adalah

keberadaan lapangan pekerjaan yang tidak bisa menampung para pencari pekerjaan

sehingga terciptalah pengangguran yang berujung terhadap pembentukan kemiskinan.

Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang aktif mencari

pekerjaan tetapi belum memperolehnya (Sukirno, 2004: 28). Sedangkan menurut

Mankiw (2006: 154), pengangguran adalah masalahmakro ekonomi yang

mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat.

Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat

pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai tahap maksimum apabila kondisi

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud, jika tidak

maka akan terjadi pengangguran. Efek buruk dari pengangguran tersebut adalah

mengurangi tingkat pendapatan masyarakat dan dengan begitu akan memberikan

dampak domino mengurangi tingkat kemakmuran. Semakin turun tingkat

kemakmuran masyarakat karena pengangguran tentunya akan meningkatkan peluang

terjebak dalam kemiskinan dan akan menimbulkan masalah lain yaitu kekacauan

politik dan sosial (Sukirno, 2010: 24).

Masalah kemiskinan ini dihadapi semua negara di dunia terutama di negara

berkembang, seperti Indonesia.Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh

kemiskinan selain timbulnya banyak masalah sosial, kemiskinan juga dapat

mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara. Kemiskinan yang tinggi akan

menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan sangat banyak untuk melakukan

pembangunanekonomi menjadi lebih besar, secara tidak langsung akan menghambat

pembangunan ekonomi di berbagai sektor sehingga pertumbuhan haruslah bersamaan


dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan

pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian mereka yang masih tergolong

miskin akan maju dan sejahtera.

Wujud konkrit dari adanya campur tangan pemerintah yaitu dengan adanya

komponen pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang terdapat dalam

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu komponen

kebijakan fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan laju investasi, kesempatan kerja,

memelihara kestabilan ekonomi, dan menciptakan distribusi pendapatan yang merata

(Amalia,2015: 183 –189).Pengeluaran pemerintah yang digambarkan pada APBN

pada prinsipnya bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pelayanan masyarakat dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pengeluaran pemerintah dari tahun ke tahun terlihat bahwa mengalami tren naik,

ini mengindikasikan bahwa meningkatnya peranan pemerintah dalam sektor

ekonomi. Dumairy menyebutkan bahwa pemerintah melakukan banyak sekali

pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Pengeluaran-pengeluaran itu

tidak hanya untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari, akan tetapi

jugamembiayai kegiatan perekonomian. Ini bukan berarti pemerintah ikut berbisnis,

tetapi pemerintah harus berkontribusi menggerakkan dan merangsang kegiaatan

ekonomi secara umum.

Kemiskinan di kalangan masyarakat desa sangat dominan lebih rendah

dibanding kemiskinan di kalangan masyarakat perkotaan. Didesa sangat minim

lowongan pekerjaan ditambah lagi jarak wilayah nya sangat jauh kepedalaman.

Sehingga kebanyakan masyarakat desa lebih banyak mencari pekerjaan ke kota karna

sangat menjamin mendapat lowongan pekerjaan dan dari segi upah juga lumayan
lebih menguntungkan dibandingkan menetap didesa sebagai buruh tani ataupun

pengangguran.

Jika dilihat dari segi kemiskinan, Kota Padangsidimpuan masih sangat jauh

angka kemiskinanannya dibandingkan kota-kota besar yang lain. Karena masyarakat

Kota Padangsidimpuan yang berstatus menengah kebawah lebih banyak menjadi

buruh tani dengan memanfaatkan lahan yang sudah tersedia, tanpa harus mencari

pekerjaan di perkantoran yang ada di Kota Padangsidimpuan.

Jumlah penduduk miskin di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2012 sebesar

18.900 jiwa atau 9,60%. Pada tahun 2003 sampai 2005 mengalami penurunan yang

signifikan, akan tetapi pada periode 2006-2010 mengalami fluktuasi (naik-turun)

kemudian selanjutnya dari tahun 2010 sampai 2012 menunjukan trend positif dalam

mengalami penurunan jumlah penduduk miskin.Angka kemiskinan di Kota

Padangsidimpuan pada tahun 2012 sebesar 9,96%, ini menunjukkan bahwa tingkat

kemiskinan di Kota Padangsidimpuan lebih rendah dibanding Provinsi 10,41% dan

Nasional 11,60%. Hanya 10 Kabupaten/Kota yang berada di bawah Provinsi dan

Nasional. Hal ini tentunya harus dipertahankan pada tahun berikutnya yang pada

akhirnya agar masalah kemiskinan dapat dituntaskan.

Tabel 1.1
Penduduk Miskin PerKecamatan di Kota Padangsidimpuan
NO KECAMATAN JUMLAH (JIWA)

1 Padangsidimpuan Tenggara 2.978

2 Padangsidimpuan Selatan 5.088

3 Padangsidimpuan Batubadua 1.822

4 Padangsidimpuan Utara 3.520


5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 1.898

6 Padangsidimpuan Angkola Julu 3.594

Total 18.900

Sumber : LP2KD Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka ,penulis

merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Analisis Pola Kemiskinan Di

Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota

Padangsidimpuan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah

penelitian ini adalah“bagaimana bentuk pola kemiskinan di Kelurahan Losungbatu

Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana bentuk pola

kemiskinan di Kelurahan Losungbatu Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota

Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberi manfaat bagi :

1. Pengambil kebijakan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi yang berguna didalam memahami pola Kemiskinan di

kalangan masyarakat umum,


2. Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

ekonomi, khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu

pengetahuan yaitu dapat melengkapi kajian mengenai tingkat kemiskinan

dengan mengungkap bagaimana terjadinya pola kemiskinan tersebut

3. Mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang pola kemiskinan serta sebagai bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik dengan kemiskinan di Kelurahan Losungbatu

Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan.

4. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam menambah

pengetahuan tentang berbagai faktor pengaruh apa saja dan juga

perbedaan apa saja yang dapat mempengaruhi pola kemiskinan.

Tidakhanya itu, penelitian ini juga sebagai salah satu syarat dalam

mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Graha

Nusantara Padangsidimpuan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan kondisi

lingkungan(Renggapratiwi, 2009).

Kemiskinan merupakan masalah yang muncul ketika seseorang atau sekelompok

orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomiyang dianggap sebagai

kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.Dalam arti proper, kemiskinan

dipahami sebagai keadaan kekuranganuang dan barang untuk menjamin

kelangsungan hidup. Dalam arti luas Suryawati (2005)mengatakan bahwa

kemiskinan adalahsuatu intergrated conceptyang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan,

2) ketidakberdayaan,

3) kerentanan menghadapi situasidarurat,

4) ketergantungan, dan

5) keterasingan baik secara geografis maupun sosiologis.

Menurut Kuncoro (2003) Kemiskinan juga dapat didefinisikan

sebagai“ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum”. Kebutuhan-

kebutuhan dasar yang harus dipenuhitersebut meliputi pangan, sandang, papan,

pendidikan, dan kesehatan.

7
Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas) pada tahun

2004mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisiseseorang atau sekelompok yang

tidakmampu memenuhi hak-hakdasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupanyang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain:

(1) Terpenuhinya kebutuhan pangan;

(2) Kesehatan,pendidikan,pekerjaan,perumahan,airbersih,pertanahan,sumber

daya alam dan lingkungan;

(3) Rasaaman dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan;

(4) Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.

2.1.2 Pola Kemiskinan

Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu,

Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun

temurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti

pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty,

yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani

tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental poverty, yaitu kemiskinan

karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang

menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari

tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem

politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau

dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat
dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam

mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.

Menurut Max-Neef et. al, sekurang-kurangnya ada 6 macam kemiskinan yang

ditanggung komunitas dan membentuk suatu pola kemiskinan tertentu, yaitu:

1. Kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang,

perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.

2. Kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan

sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan

tanah.

3. Kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya

akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak,

kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan.

4. Kemiskinan partisipasi , tidak ada akses dan kontrol atas proses

pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.

5. Kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antar kelompok sosial,

terfragmentasi.

6. Kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di

tingkat pribadi maupun komunitas.

2.1.3Faktor Penyebab Kemiskinan

DiIndonesia penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan yang Rendah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan merupakan

kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang tidak

memenuhi kebutuhan pokoknya, tersebut tidak dapat dipenuhi oleh orang


tersebut, dapat disimpulkan bahwa itulah penyebab kemiskinan.Dalam kontek ini

penyebab kemiskinan adalah kebutuhan pokok yang merupakan pendidikan.

Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang

memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk

kehidupannya.Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan

adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya. Oleh

karena itulah terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemisikinan

disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.

2. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan

Penyebab kemiskinan yang kedua adalah keterbatasan lapangan pekerjaan.

Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat memenuhi

kebutuhannya, karena dengan bekerjalah seseorang mendapatkan upah yang

nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.Keterbatasan

lapangan pekerjaan akan membawa konsekuensi penyebab kemiskinan pada

masyarakat. Bisa saja seseorang menciptakan lapangan kerja baru, tetapi

kemunkinannya akan sangat kecil untuk masyarakat miskin karena keterbatasan

keterampilan maupun modal.Banyaknya pengangguran di suatu negara bisa juga

menjadi patokan kemiskinan di suatu negara. Semakin besar jumlah

pengangguran maka semakin bertambah pula penyebab kemiskinan di negara

tersebut. Hal ini juga bisa deisebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan

ketidakpastian arah politik dan kebijakan negara tersebut.

3. Malas Bekerja

Penyebab kemiskinan yang ketiga adalah malas bekerja. Hal ini yang paling

sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa
kemiskinan itu adalah takdir.Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah

dan bersikap acuh tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada

kemiskinan dan membuat kesejahteraannya menghilang.

4. Beban Hidup Keluarga

Hal ini juga merupakan hal yang cukup signifikan. Ketika sesorang

memiliki anggota keluarga yang banyak untuk dihidupi, beban hidupnya tentu

saja kan bertambah pula.Dengan begitu seseorang diharuskan untuk

meningkatkan pendapatannya sesuai dengan berapa jumlah anggota yang harus

dihidupinya.

5. Keterbatasan Sumber Daya (Alam Maupun Modal)

Suatu masyarakat bisanya akan dilanda kemiskinan salah satunya karena

keterbatasan sumber daya alam ataupun sumber modal. Hal ini terjadi karena

alam sekitar yang memang tidak lagi memberikan keuntungan.

2.1.4Teori LingkaranKemiskian

Kemiskinan memiliki definisi yang beragam. World Bank mendefinisikan

kemisikinan dengan menggunakan indikator daya beli dimana seseorang dikatakan

miskin jika kemampuan daya belinya dibawah $2 per kapita per hari dan dikatakan

miskin absolut jika pengeluarannya dibawah $1 per kapita per hari (World Bank,

2000).

Sementara itu BPS di Indonesia mendefinisikan kemiskinan dengan mengacu

pada konsep garis kemiskinan yang mengukur tingkat kemiskinan dengan

berdasarkan perhitungan kebutuhan kalori per orang per hari. Adapun standar

kebutuhan kalori yang menjadi patokan adalah 2100 kalori per kapita per hari. Selain

itu, standar garis kemiskinan oleh BPS juga ditambah dengan indikator kebutuhan
dasar bukan makanan yang meliputi kebutuhan sandang, perumahan, kesehatan, dan

pendidikan (Purwanto, 2007).

Meski demikian, Warr (2011) mengatakan bahwa seseorang yang dikategorikan

miskin dengan menggunakan satu indikator cenderung untuk tetap dikategorikan

miskin dengan menggunakan alat ukur lainnya. Dengan demikian meskipun alat ukur

kemiskinan berbeda-beda, tapi secara substansi kemiskinan bermakna sama yakni

ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dasarnya seperti

makanan, pakaian, kesehatan, perumahan, rasa aman, dan akses terhadap pendidikan.

Sheperd at al dalam Oluwatayo (2016) mengidentifikasi tiga faktor utama yang

menyebabkan kemiskinan yaitu kurangnya aset, tidak dilibatkannya mereka dalam

pengambilan keputusan politik, ekonomi maupun budaya, serta kebijakan ekonomi

makro dan norma-norma sosial yang cenderung merugikan golongan masyarakat

miskin. Sementara itu Mosley (2001) menyatakan bahwa bisnis sektor pertanian

merupakan bisnis yang beresiko, terutama bagi petani kecil di negara-negara miskin.

Tingginya risiko bisnis pertanian yang tidak diimbangi dengan kemampuan petani

dalam mengelola risiko itu membuat petani dan masyarakat pedesaan terjebak dalam

lingkaran setan kemiskinan.

2.1.5 Jenis Kemiskinan

Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran

untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan,

atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari

sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda,

sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.


Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan

berdasarkanpendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang

dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka

ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan,

pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap

ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan

ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.

Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat.

Berikut ini adalah jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:

1. Kemiskinan Subjektif

Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran

sendiri dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara

cukup, walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin.

2. Kemiskinan Absolut

Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/

keluarga memiliki penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah

garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan

pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.

3. Kemiskinan Relatif

Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena

pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan


masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan

standar kesejahteraan.

4. Kemiskinan Alamiah

Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka

akan sumber daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki

produktivitas yang rendah.

5. Kemiskinan Kultural

Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap

masyarakat dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya

seperti masyarakat modern.

6. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu

menghubungkan masyarakat dengan sumber daya yang ada.

Perkembangan terakhir, menurut Jarnasy kemiskinan struktural lebihbanyak

menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan

yang lain(Suryawati, 2005). Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan.

 Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaansumber daya alam dan

prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

 Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau

pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber

daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.


2.1.6 Ukuran Kemiskinan

Angkakemiskinan dapat diukur menggunakan tingkat pendapatan, tingkat

pengeluaran, juga kombinasi keduanya. Indonesia termasuk negara yang

mengukur data kemiskinan menggunakan tingkat pengeluaran per kapita. Alasan

pengukuran tersebut ialah lebih mudah dalam pengumpulan data. Kepala BPS

Suhariyanto mengatakan orang tidak segan dengan pertanyaan jumlah

pengeluaran mereka. BPS juga sudah berupaya menggunakan survei pendapatan

dalam mengukur kemiskinan, namun hasilnya jauh lebih buruk.

Dalam mengukur tingkat kemiskinan, ada berbagai indikator yang biasa

dipergunakan. Untuk mengukur angka kemiskinan, BPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan dasar pangan dan non-pangan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penduduk miskin di Indonesia, menurut BPS, adalah penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Selain BPS, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga

punya indikator sendiri dalam mengukur tingkat kemiskinan. Metode BKKBN

lebih melihat penentuan kemiskinan dari segi kesejahteraan dengan keluarga

sebagai subjek utama surveinya. Melalui program yang dinamakan “Pendataan

Keluarga”. Ukuran Kemiskinan memiliki tiga indikator, yaitu:

 Tingkat Kemiskinan (P0): proporsi penduduk yang memiliki pengeluaran

per kapita di bawah garis kemiskinan.


 Kedalaman Kemiskinan (P1): rata-rata selisih pengeluaran per kapita

penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin tinggi P1

menunjukkan semakin miskinnya penduduk miskin akibat semakin

jauhnya pengeluaran per kapita mereka dari garis kemiskinan.

 Keparahan Kemiskinan (P2): rata-rata dari kuadrat selisih pengeluaran per

kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin tinggi P2

menunjukkan semakin miskinnya penduduk paling miskin akibat bobot

yang lebih tinggi yang diterapkan oleh pengkuadratan selisih pengeluaran

per kapita.

Turunnya P0 tidak selalu disertai dengan penurunan P1 dan P2. Itulah

mengapa memperhatikan pergerakan P1 dan P2 antar waktu juga diperlukan untuk

melakukan analisis apakah turunnya tingkat kemiskinan disertai dengan semakin

sejahteranya penduduk yang masih miskin.

2.1.7Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Pemerintahtelah mempersiapkan beberapa program prioritas penanggulangan

kemiskinan dalam tahun 2007 didukung oleh beberapa program prioritas lain, antara

lain:

1. Memberdayakan kelompok miskin yaitu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia penduduk miskin dengan meningkatkan etos kerja, meningkatkan

disiplin dan tanggung jawab, perbaikan konsumsi dan peningkatan gizi, serta

perbaikan kemampuan dalam penguasaan IPTEK.

2. Menerapkan kebijakan ekonomi moral yaitu pengembangan sistem ekonomi

moral sangat diperlukan sehingga tidak semata-mata mengejar keuntungan


tetapi harus adil, sehingga dibutuhkan keadilan ekonomi yang bersumber

pada Pancasila bukan pada ekonomi modern yang tidak sesuai dengan budaya

bangsa.

3. Melakukan pemetaan kemiskinan yaitu langkah awal dalam upaya

penanggulangan kemiskinan yaitu mengenali karakteristik dari penduduk

yang miskin sehingga diperlukan pemetaan kemiskinan yang digunakan

sebagai alat untuk memecahkan persoalan yang mereka alami.

4. Melakukan program pembangunan wilayah seperti Inpres dan transmigrasi

serta memberikan pelayanan perkreditan melalui lembaga perkreditan

pedesaan.

2.1.8Hubungan Pertumbuhan Ekonomi,Pendidikan,Kesehatan Terhadap

Kemiskinan

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet dalamTambunan (2014) memiliki

korelasi yang kuat terhadap kemiskinan, pertumbuhan ekonomi pada tahap

awal menyebabkan tingkat kemiskinan cenderung meningkat namun pada saat

mendekatitahap akhir terjadi pengurangan tingkat kemiskinan secara

berkesinambungan. Dengan demikian, dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi

memiliki pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan

Menurut Siregar(2008) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan

kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya(sufficient condition) ialah bahwa

pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya,


pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan,

termasuk di golongan penduduk miskin (growth with equity).

Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhanitu perlu dipastikan terjadi di

sektor-sektor dimana penduduk miskin bekerja (pertanian atau sektor yang

padat karya). Adapun secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan peran

pemerintah yang cukup efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh

jadi didapatkan dari sektor modern seperti jasa dan manufaktur.Dari hasil

penelitian nerarti pertumbuhan ekonomi telah menyebar di setiap golongan

masyarakat miskin sehingga efektif menurunkan tingkat kemiskinan.

2. Pendidikan

 Pengertian Pendidikan

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang

diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak

terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung

jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Di

Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar

pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/

madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/ madrasah

tsanawiyah.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Menurut Ki Hajar Dewantara selaku Bapak Pendidikan Nasional

Indonesia ini menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan

dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1)menjelaskan bahwa dalam pengertian

yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik

jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam

masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada

generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang

terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk

melestarikan hidupnya.

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak

mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.


Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan sangat

strategis yang dapat mendukung proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya.

Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target

yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan dapat

tercapai,sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan

akan lebih baik.

Keadaan pendidikan penduduk secara umum dapat diketahui dari

beberapaindikator seperti angka partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang

ditamatkan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

1. Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah merupakan

indikator penting dalam pendidikan yang menunjukkan persentase

penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat dalam sistem

persekolahan. Adakalanya penduduk usia 7-12 tahun belum sama sekali

menikmati pendidikan, tetapi ada sebagian kecil dari kelompok mereka

yang sudah menyelesaikan jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar.

2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Rendahnya tingkat

pendidikan dapat dirasakan sebagai penghambat dalam pembangunan.

Dengan demikian, tingkat pendidikan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduk. Keadaan seperti ini sesuai

dengan hakikat pendidikan itu sendiri yakni merupakan usaha sadar

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan

diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup.


3. Angka Melek Huruf Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran

kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi

rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf

atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan

suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki

akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam

proses pembangunan.

4. Rata-rata Lama SekolahRata-rata lama sekolah mengindikasikan makin

tinggi pendidikan yang dicapai oleh masyarakat disuatu daerah.

Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang

pendidikan yang dijalani. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata

penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah menyelesaikan pendidikan di

seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti.

 Jenjang pendidikan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 14-19, jenjang

pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Dasar : Pendidikan dasar merupakan jenjang paling

dasar pendidikan di Indonesia yang mendasari pendidikan

menengah Anak usia 7 –15 tahun diwajibkan mengikuti pendidikan

dasar. Bentuk pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD/MI) dan

SMP/MTs.

2. Pendidikan Menengah : Pendidikan menengah merupakan lanjutan

darijenjang pendidikan dasar. Pendidikan menengah


diselenggarakan selama 3 tahun dan terdiri atas Sekolah Menengah

Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Pendidikan Tinggi : Pendidikan tinggi merupakan jenjang

pendidikansetelah pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional

yang dapat menerapkan, mengembangkkan, atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi atau kesenian.

Jenjangpendidikan tersebut adalah jenjang pendidikan yang secara

resmi dan wajib diikuti oleh peserta didik dalam jalur pendidikan formal,

tetapi ada tahap pendidikan yang tidak wajib dilaksanakan yaitu pendidikan

anak usia dini sebelum mengikuti pendidikan dasar. Pedidikan Anak Usia

Dini antara lain adalah Taman Kanak-kanak (TK), dan Raudatful Atfal(RA)

yang berada di bawah naungan Departemen Agama.

 HubunganPendidikan dan Kemiskinan

Pendidikan (formal dan non formal)bisa berperan penting dalam

menggurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung

melalui perbaikan produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun secara

langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan ketrampilan yang

dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan

meningkatkan pendapatan mereka.(Arsyad, 2016).


Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah

terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital)

dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan

produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi

pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian

juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas

kerjanya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh

rendahnya aksesmerekauntukmemperoleh pendidikan.

Menurut Kuznetsdalam Todaro (2011)pendidikan merupakan cara untuk

menyelamatkan diri dari kemiskinan.Todaromenyatakan bahwa pendidikan

merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan

memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara

dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar

tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

3. Kesehatan

Beberapa ekonom beranggapan bahwa kesehatan merupakan fenomena

ekonomi yang dapat dinilai dari stok maupun juga dinilai sebagai investasi

sehingga fenomena kesehatan menjadi variabel yang nantinya dapat dianggap

sebagai suatu faktor produksi untukmeningkatkan nilai tambah barang dan jasa,

atau sebagai suatu sasaran dari berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh

individu, rumah tangga maupun masyarakat, yang dikenal sebagai tujuan

kesejahteraan. Oleh sebab itu, kesehatan dianggap sebagai modal yang


memiliki tingkat pengembalian yang positif baik untuk individu perorangan

maupu untuk masyarakat luas.

Kesehatan merupakan salah satu variabel kesejahteraan rakyat yang dapat

menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat sehubungan dengan kualitas

kehidupannya. Keadaankesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi

keberhasilan pembangunan bangsa karena dengan penduduk yang sehat,

pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

Variabel-variabelyang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesehatan

di suatu daerah umumnya terdiri dari:

1. Tingkat Kesakitan Penduduk Tingkat keluhan penduduk terhadap

kesehatannya, dimana semakin banyak jumlah keluhan ini maka

semakin buruk kesehatan didaerah tersebut.

2. Sarana KesehatanSarana kesehatan merupakan gambaran jumlah rumah

sakit pemerintah dan rumah sakit swasta beserta kapasitas tempat

tidurnya. Selain itu juga menjelaskan jumlah puskesmas, puskesmas

pembantu, balai pengobatan dan posyandu.

3. AngkaHarapan Hidup Penduduk yang hidup berumur panjang

umumnya memiliki tingkat kesehatan yang baik. Angka Harapan Hidup

(AHH). merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan

meningkatkanderajat kesehatan pada khususnya.

4. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan menggambarkan jumlah dokter

umum, dokter gigi, dokter spesialis, bidan dan perawat.


 Hubungan Kesehatan dan Kemiskinan.

Arsyad (2016) menjelaskan intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari

pemerintah juga merupakan suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi

kemiskinan. Salah satu faktor yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan

kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin: kesehatan yang

lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan

menaikkanoutput energi. Oleh karena, itu kesehatan yang baik akan

berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.

4. Pendapatan

a) Pengertian

PendapatanKebutuhan dan keinginan tidak terbatas jumlahnya, hanya

saja kebutuhan dan keinginan tersebut dibatasi dengan jumlah pendapatan

yang diterima oleh seseorang. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat

tentu berbeda antar satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan berbedanya

jenis pekerjaan yang dilakukannya. Perbedaan pekerjaan tersebut

dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan, skilldan pengalaman dalam

bekerja. Indikator tingkat kesejahteraan dalam masyarakat dapat diukur

dengan pendapatan yang diterimanya. Peningkatan taraf hidup masyarakat

dapatdigambarkan dari kenaikan hasil real incomeperkapita, sedangkan taraf

hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang meliputi unsur

pangan, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan untuk mempertahankan

derajat manusia secara wajar.

Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis masyarakat bermacam


ragam,seperti bertani, nelayan, beternak, buruh, serta berdagang dan juga

bekerja pada sektor pemerintah dan swasta (Nazir, 2010: 17) .

Pendapatan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai maksimum

yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode seperti keadaan

semula. Definisi tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran

terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain pendapatan

merupakanjumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil

yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Secara

garis besar pendapatan didefinisikan sebagai jumlah harta kekayaan

awalperiode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan

perubahan modal dan hutang (Zulriski, 2008: 22).

Pendapatan adalah keseluruhan penghasilan yang diterima baik dari

sektor formal maupun nonformal yang dihitung dalam jangka waktu

tertentu.BPS(2011), mengukur pendapatan masyarakatbukanlah pekerjaan

yang mudah, oleh karena itu BPS melakukanperhitunganpendapatan dengan

menggunakan pengeluaran/ konsumsi masyarakat. Hal inididasari oleh

paradigma bahwa bila pendapatan mengalami kenaikanmaka akandiikuti

oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak sehingga

menuntutpengeluaran yang tinggi pula.

Kesimpulan dari pengertian pendapatan adalah suatu hasil yang

diterima yang diterima seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau

bekerjayang berupa, uang maupun barang yang diterima atau

dihasilkandalam jangka waktu tertentu.

b) Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


Pada hakikatnya pendapatan yang diterima oleh seseorang maupun

badan usaha tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat

pendidikan dan pengalaman seorang, semakin tinggi tingkat pendidikan dan

pengalaman maka makin tinggi pula tingkat pendapatanya, kemudian juga

tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal kerja, jam kerja, akses

kredit, jumlah tenaga kerja, tanggungan keluarga, jenis barang dagangan

(produk) dan faktor lainya.Pada umumnya masyarakat selalu mencari

tingkat pendapatan tinggi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,

akan tetapi dibatasi oleh beberapa faktor tersebut (Nazir,2010).

Menurut ArfidaBR (2003: 157-159) berbagai tingkat upah atau

pendapatan terkait dalam struktur tertentu yaitu:

1. Sektoral Struktur : upah sektoral mendasarkan diri pada kenyataan

bahwa kemampuan satu sektor berbeda dengan yang lain.

Perbedaan karena alasan kemampuan usaha perusahaan.

Kemampuan finansial perusahaan ditopang oleh nilai produk pasar.

2. Jenis Jabatan : Dalam batas-batas tertentu jenis-jenis jabatan sudah

mencerminkan jenjang organisatoris atau keterampilan. Perbedaan

upah karena jenis jabatan merupakan perbedaan formal.

3. Geografis : Perbedaan upah lain mungkin disebabkan karena letak

geografis pekerjaan. Kota besar cenderung memberikan upah yang

lebih tinggi dari pada kota kecil atau pedesaan.

4. Keterampilan : Perbedaan upah yang disebabkan keterampilan

adalah jenis perbedaan yang paling mudah dipahami. Biasanya


jenjang keterampilan sejalan dengan jenjang berat-ringannya

pekerjaan.

5. Seks : Perbedaan diakibatkan jenis kelamin,di manaseringkali upah

golongan wanita lebih rendah daripada apa yang diterima laki-laki,

ceteris paribus.

6. Ras : Meskipun menurut hukum formal perbedaan upah karena ras

tidak boleh terjadi, namun kenyataannya perbedaan itu ada. Hal ini

mungin karena produk kebudayaan masa lalu, sehingga terjadi

stereo typetenaga menurut ras atau daerah asal.

7. Faktor lain : Daftar penyebab perbedaan ini mungkin dapat dapat

diperpanjang dengan memasukan faktor-faktor lain, seperti masa

hubungan kerja, ikatan kerja dan lainnya.

Sedangkan menurut Sukirno (2008: 364-366)faktor-faktor yang

menimbulkan perbedaan upah antara lain:

1. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam sesuatu jenis

pekerjaan sangat besar peranannya dalam menentukan upah di sesuatu

jenis pekerjaan. Di dalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat

penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak

permintaannya, upah cenderung rendah. Sebaliknya di dalam sesuatu

pekerjaan di mana terdapat penawaran tenagakerja yang terbatas tetapi

permintaannya sangat besar, upah cenderung tinggi.

2. Perbedaan corak pekerjaan


Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan. Ada diantara

pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan ringan dan sangat mudah

dikerjakan. Tetapi ada pula pekerjaan yang harus dikerjakan dengan

mengeluarkan tenaga fisik yang besar, dan ada pula pekerjaan yang

harus dilakukan dalam lingkungan yang kurang menyenangkan.

3. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan

Kemampuan, keahlian, ketrampilan para pekerja di dalam sesuatu

jenis pekerjaan adalah berbeda. Jika hal tersebut lebih tinggi maka

produktivitas akan lebih tinggi upah yang didapat pun akan lebih

tinggi. Tenaga kerja yang lebih berpendidikan memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi karena pendidikan mempertinggi

kemampuan kerja dan kemampuan pekerja menaikan produktivitas.

4. Pertimbangan Bukan Uang

Daya tarik sesuatu pekerjaan bukan saja tergantung kepada

besarnya upah yang ditawarkan. Ada tidaknya perumahan yang

tersedia, jauh dekatnya rumah pekerja, apakah berada dikota besar

atau di tempat yang terpencil, dan pertimbangan lainnya. Faktor-faktor

bukan keuangan seperti ini mempunyai perananyang cukup penting

pada waktu seseorang memilih pekerjaan. Seseorang sering kali

menerima upah yang rendah apabila pertimbanganbukan keuangan

sesuai dengan keinginannya.

5. Mobilitas Pekerja

Upah dari sesuatu pekerjaan di berbagai wilayah dan bahkan di

dalam sesuatu wilayah tidak selalu sama.Salah satu faktor yang


menimbulkan perbedaan tersebut adalah ketidaksempurnaan dalam

mobilitas tenaga kerja. Ketidaksempurnaan mobilitas pekerja

disebabkan olah faktor geografis dan institusional.


2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No JudulPeneliti PenelitidanTahu MetodeAnalisis Hasil
anTerdahulu nPenelitian Data
1 Analisis Yoghi Citra Uji validitas, uji variabel
Faktor-Faktor Pratama,UIN reliabilitas, pendapatan
Yang Syarif Analisis Regresi perkapita,
Mempengaru Hidayatullah Linier Berganda, inflasi, tingkat
hi Jakarta 2014 UjiDeterminan , pendidikan,inde
Kemiskinan Uji Signifikansi kspembangunan
Di Indonesia manusia (IPM)
dan konsumsi
secara
bersamaan
atausimultan
mempengaruhi
variable tingkat
kemiskinan
2 Analisis Adit Agus Uji Hasil dari
Faktor-Faktor Prasetyo,UNDIP Multikolinearita penelitian ini
yang Semarang , 2010 s, Uji adalah variable
Mempengaru Autokorelasi, partum-buhan
hi Tingkat Uji ekonomi, upah
Kemiskinan ( Heteroskedastisi minimum,
Studi Kasus tas, Uji pendidikan, dan
35 Kab/Kota Normalitas, tingkat pengang-
di Jawa Determinasi, Uji guran
Tengah) Signifikansi berpengaruh sig-
Simultan, Uji nifikan terhadap
Signifikansi vari-able tingkat
Parameter kemis-kinan
Individual,
3 Pola Gatot Winoto, Uji Dari
Kemiskinan UNDIP Multikolinearita penelitiandapat
di Semarang, 2006 s, Uji diketahui bahwa
Permukiman Autokorelasi, yang
Nelayan Uji berpengaruh
Kelurahan Heteroskedastisi secara sifinfikan
Dompak tas, Uji terhadap tingkat
Kota Tanjung Normalitas, kemiskinan
Pinang Determinasi (Uji adalah variabel
R2), Uji pertumbuhan
Signifikansi ekonomi, upah
Simultan (Uji minimum,
F), Uji pendidikan, dan
Signifikansi tingkat
Parameter pengangguran.
Individual (Uji
Statistik t),
4 Pengaruh Yusrodika StatistikDeskript Jumlah rata-rata
Pertumbuhan Wirianto, ifVariabel tingkat
Ekonomi Universitas Penelitian, kemiskinan
Terhadap Teuku Analisis sebesar 25,47,
Tingkat Umar,2015 Koefisien sedangkan
Kemiskinan Korelasi dan jumlah rata-
Di Kabupaten Determinasi, Uji ratapertumbuhan
Aceh Barat Regresi Linier, ekonomi dalam
Uji Signifikan kurun waktu
Parsia, yang sama
Pembahasan sebesar 5,00.
Hasil Penelitian. Denganjumlah
observasi 10
tahun.Koefisien
korelasi tingkat
pertumbuhan
ekonomi
diperoleh R =
0,363
inimenjelaskan
bahwa terdapat
hubungan yang
tidak begitu erat
antara
tingkatkemiskin
an (Y) dengan
pertumbuhan
ekonomi (X)
dengan keeratan
hubungansebesa
r 36,3
persen.secara
parsial
pertumbuhan
ekonomi
tersebut tidak
mempunyaipeng
aruh yang nyata
terhadap tingkat
kemiskinan.
5 Analisis Heri Setiawan, Uji hasil penelitian
Faktor-Faktor Universitas Multikolinearita disimpulkan
Yang Negeri s, Asumsi bahwa
Mempengaru Makassar, 2016 Autokorelasi, PDRBperkapita,
hi Tingkat koefisien Pengangguranbe
Kemiskinan determinasi rpengaruh
Di Sulawesi positif terhadap
Selatan tingkat
kemiskinan di
Provinsi
Sulawesi
Selatan 2004-
2013, sedangkan
Indeks
Pembangunan
Manusiaberpeng
aruh negatif dan
tidak signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan di
Provinsi
Sulawesi
Selatan.
2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian studi pustaka dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat penganggguran, tingkat

pendidikan, dan angka harapan hidup mempengaruhi tingkat kemiskinan.

Pertumbuhanekonomi sangat mempengaruhi banyak tidaknya pengangguran

karena pertumbuhan ekonomi dapat menyediakan lapangan pekerjaan, dapat

mempengaruhi pengangguran karena dengan bertambahya pendapatan daerah

maka belanja pemerintahpun akan semakin banyak sehingga akan berpengaruh

terhadap kemiskinan di suatu daerah tertentu. Pertumbuhan ekonomi

menunjukkan sejauh manaaktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan

pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Tambahan pendapatan dari aktivitas ekonomi akan berpengaruh terhadap

kemiskinan jika Pertumbuhan Ekonomi mampu menyebar di setiap golongan,

termasuk golongan miskin. Semakin banyak golongan miskin memperoleh

manfaat dari pertumbuhan ekonomi maka kesejahteraannya akanmeningkat

danperlahan mulailepas dari kemiskinan.Menurut Kuznet (dalam Tulus

Tambunan, 2001), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasiyang sangat

kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung

meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang

miskin berangsur-angsur berkurang.

Bertambahnyajumlah penduduk yang semakin banyak dan dengan

pertumbuhan yang tinggi dianggap hanya menambah masalah bagi pembangunan.

Pembangunan ekonomi merupakan pembangunan yang sangat erat hubungannya

dengan masalah kemiskinan. Jumlah penduduk memiliki hubungan yang positif


terhadap jumlah penduduk miskin karena tingginya laju pertumbuhan penduduk

menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat sehingga mengakibatkan

terjadinya kenaikan pada jumlah penduduk miskin.

Pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial

kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak

memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan yang telah dicapai akan semakin

merosot. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur

tentunya akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

Dalam mewujudkanpembangunan nasional, pemerintah dituntut untuk aktif

dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin. Upaya yang diharapkan tidak

hanya sekedarmemberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

miskin,akan tetapi juga upaya untuk memerangi kemiskinan dari akar masalahnya.

Dalam penelitian ini Jumlah penduduk, pengangguran, dan pengeluaran pemerintah

dijadikan variabel-variabel bebas yang secara parsial diduga mempengaruhi jumlah

penduduk miskin Indonesia. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kemiskinan

apabila jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhannya yang tinggi akan

memperkecil pendapatan perkapita, selain itu, apabila tidak dibersamaidengan

penciptaan capital akan menciptakan tenaga kerja yang menganggur, sehingga

kualitas kehidupan menjadi berkurang yang mengarah pada kemiskinan.

Pengangguran mempengaruhi tingkat kemiskinan disebabkan karena

produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga masyarakat harus

mengurangi konsumsinya yang berefek kepada menjauh dari kesejahteraan dan

beransur-ansur menuju kemiskinan. Pengeluaran pemerintah mempengaruhi

kemiskinan disebabkan perannya dalam ekonomi yang dapat membantu masyarakat


yang rentan terhadap kemiskinan melalui kebijakan-kebijakan yang prodan dapat

digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia sehingga

dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan

Dari uraian pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam

bentuk flowchart yang terdapat pada bagan dibawah ini untuk

memberikanpedomandanmempermudah

dalamkegiatanpenelitian,pengolahandata,penganalisaannya,agar

diperolehhasilpenelitian yangbenar, makadigunakankerangkapemikiranyaitu

sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan Terbatasnya


yang Rendah Lapangan Pekerjaan

Beban Hidup Keterbatasan


Keluarga Sumber Daya (
Alam/Modal )

Penyebab Kemiskinan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


2.4 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian Pola Kemiskinan di Kelurahan Losungbatu Kecamatan

Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan peneliti mendefenisikan

“kemiskinan” adalah suatu yang tidak asing lagi di kehidupan sebagian masyarakat

Indonesia apa lagi khususnya masyarakat pedesaan.Untuk memudahkan pemahaman

peneliti dalam melakukan penelitian ini, serta menghindari salah penafsiran dan

memfokuskan tujuan peneliti maka peneliti menguraikan defenisi operasional dari

penelitian ini :

1. Tingkat Pendidikan yang rendah

Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung

memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang kurang memadai

untuk kehidupannya. Sedangkan dalan dunia kerja, Pendidikan adalah modal

untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya.Beban Hidup

Keluarga

2. Keterbatasan Sumber Daya ( Alam/Modal )

Alam memang menyediakan sumber daya yang sangat melimpah. Akan

tetapi jumlahnya terbatas, apalagi jika manusia mengolahnya secara

sembarangan. Walaupun sumberdaya tersebut dapat diperbaharui atau

tersedia secara bebas, tetap saja sumberdaya tersebut akan berkurang dan

pada akhirnya akan habis.

3. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan

Sempitnya atau kurangnya lapangan pekerjaan yang membuat banyak

masyarakat menjadi pengangguran, dan semakin banyaknya pengangguran


maka semakin banyak pula angka kemiskinan Karena mereka tidak bekerja

dan tidak mendapatkan penghasilan tetap/gaji.

4. Beban Hidup Keluarga

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak

diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan akan menimbulkan

kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin

meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

Berdasarkan penjelasan diatas, kemiskinan yg saya teliti termasuk dalam

kemiskinan kultural yaitu termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah

dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini,

garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat

berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada.

Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti

semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan

golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat

dikategorikan selalu miskin.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Djam’an

Satori (2011: 23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatifdilakukan karena

peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,

formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,

karakteristik suatubarang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu

budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.Menurut Bogdan

dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.Adapun tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.

Penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian

studi kasus maka hasil penelitian ini bersifat analisis-deskriptif yaitu berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Dimana data yang terkumpul

39
merupakan hasil dari lapangan yang diperoleh melalui pengumpulan data primer

seperti observasi, wawancara, dokumen,kuesioner. Pengumpulan data sekunder

seperti data pendukung yang diperoleh dari arsip/dokumen yang sudah ada yang

sangat berkaitan dengan judul penelitian.

Berdasarkanketerangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh

data yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentuyang hasilnya lebih

menekankan makna. Di sini, penelitimenggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif karena penelitian ini mengeksplor fenomena proses pembentukanpola

kemiskinan di kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota

Padangsidimpuan.

Sumber Data sangat diperlukan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan

dalam penelitian ini. Adapun data penelitian ini diperoleh dari informan dan

dokumen. Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki

informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu

berasal dari dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Sehingga

sumber data penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi sumber data primer dan

sekunder.

3.2Partisipan Penelitian

Partisipan atau subjek peneitian merupakan pihak-pihak yang dipilih

berdasarkan kepentingan penelitian. Arikunto(2006.145) mengemukakan bahwa,

“Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.
Pemilihan partisipan ini digunakan oleh peneliti yaitu teknik nonprobability

sampling. Sugiono (2015,53) menyatakan bahwa “Nonprobability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama

bagi setiap usur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah teknik purposive

sampling dan teknik snowball sampling. Purposive sampling menurut Sugiono

(2015,53-54) adalah : Pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Petimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajai obyek atau situasi sosial yang diteliti”.

Sedangkan snowball sampling dilakukan ketika data sampel yang didapat belum

memadai sehingga peneliti mencari lagi sumber data yang mendukung.

Jumlah sampel dalam penelitian kualitatif tidak bisa ditentukan sejak awal,

karena tuntasnya sebuah penelitian bukan ditentukannya banyak nya sampel,

namun jika sampel yang ada sudah tidak bisa memberikan data yang baru lagi.

Dalam penelitian kualitatif, sering digunakan istilah informan kunci dan

informan pedukung, dengan rinciannnya sebagai berikut :

1. Informan Kunci : Informan kunci merupakan sumber informasi utama

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, informan kunci dalam

penelitian ini adalah Bapak Hendri Nainggolan S.Sos selaku Lurah di

kelurahan Losung Batu Kota Padangsidimpuan.

2. Informan Pendukung : Informan pendukung merupakan sumber informasi

yang akan mendukung informasi kunci. Informan pendukung dalam


penelitian ini adalah masyarakat miskin di Kelurahan Losung Batu Kota

Padangsidimpuan yaitu :

1. Bapak Rohimuddin

2. Bapak Musdi

3. Bapak Imran

4. Bapak Kasmari Nst

3.3Tehnik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.8Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan

langsung berkaitan dengan pola kemiskinan masyarakat Kelurahan Losung

Batu.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring

perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui

media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara

terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti

informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini,

peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis.

Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat

bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan

spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin

digali dari responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus

menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari

bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan

dalam pengecekan kebenaran data.Analisis dokumentasi dilakukan untuk

mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berada

ditempat penelitian atau ang berada diluar temapt penelitian yang ada

hubungannya dengan penelitian tersebut.Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Fungsinya

sebagai pendukung dan pelengkap bagi data-data yang diperoleh melui

observasi dan wawancara.

4. Kuesioner
Kuesionermerupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data

yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag

akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu

kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan

tersebar di wilayah yang luas.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam

dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka

adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk

menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah

menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring

dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode

kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan

jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi

kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

5. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau

kombinasi berbagaimetode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang

saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya,

triangulasi meliputi empat hal, yaitu:


1. Triangulasi metodedilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda.

2. Triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok),

3. Triangulasisumber dataadalah menggali kebenaran informai tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

4. Triangulasi teori adalah Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya

dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari

bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.

3.4 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pengumpulan data.Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milahnya menjadikan

satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,

menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis berarti mengkaji data yang diperoleh dari lapangan dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.Adapun prosedur

pengembangannya data kualitatif adalah :

1. Data collecting, yaitu proses pengumpulan data.


2. Data editing, yaitu proses pembersihan data, artinya memeriksa kembali

jawaban apakah cara menjawabnya sudah benar.

3. Data reducting, yaitu data yang disederhanakan, diperkecil, dirapikan,

diatur dan dibuang yang salah.

4. Data display, yaitu penyajian data dalam bentuk deskriptif verbalitas.

5. Data verifikasi, yaitupemeriksaan kembali dari pengulangan data.

6. Data konklusi, yaitu perumusan kesimpulan hasil penelitian yang

disajikan, baik perumusan secara umum ataupun khusus.

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April 2020 sampai dengan

September 2020

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kelurahan Losung Batu Kecamatan

Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan Adalah salah satu Kota yang berada Di Sumatera

Utara. Kota Padangsidimpuan terkenal dengan sebutan kota salak dikarena

banyaknya kebun salak di sana, terutama pada kawasan di kaki Gunung

Lubukraya.Nama kota ini berasal dari “Padang na dimpu” (padang=hamparan

luas, na=di, dan dimpu=tinggi) yang berarti “hamparan rumput yang luas yang

berada di temapat yang tinggi.” pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat

persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari

Sibolga -Padangsidimpuan-Panyabungan, Padang Bolak (paluta)-

Padangsidimpuan-Sibolga.

Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan

kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai benteng pada

1821 oleh pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo. Benteng ini

membentang dari Batang Ayumi sampai Aek Sibontar. Sisa-sisa benteng

peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat

dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang

dianut oleh mayoritas penduduk kota ini beragama Islam.Pada zaman penjajahan

Belanda, kota Padang Sidempuan dijadikan pusat pemerintahan oleh penjajah

Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan Belanda disana masih dapat

dijumpai berupa kantor pos polisi pusat kota padangsidimpuan. Sehingga tidak

heran, kalau ingin melihat sejarah kota Padang Sidempuan, tersimpan foto-foto

47
zaman dahulu kota Padang Sidempuan di sebuah museum di kota Leiden,

Belanda.

4.1.2 Letak Geografis Kota Padangsidimpuan

Letak Geografis Kota Padangsidimpuan Berada di 108"00""-1028"00""

Lintang Utara, 99013"00"" - 99020"00"" Bujur Timur dengan Luas Wilayah

146,85 km2,Letak di atas Permukaan Laut : 260 -1100 m dan terbagi atas 6

Kecamatan yaitu :

 Padangsidimpuan Tenggara

 Padangsidimpuan Selatan

 Padangsidimpuan Batunadua

 Padangsidimpuan Hutaimbaru

 Padangsidimpuan Angkola Julu

 Padangsidimpuan Utara

KotaPadangsidimpuan memiliki batas – batas dengan dengan wilayah lainnya

yaitu :

Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur)

Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Batang

Angkola dan KecamatanAngkola Selatan)

Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Barat

dan KecamatanAngkola Selatan)

Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur)


Tabel : Letak Geografis Menurut Kecamatan
Kecamatan Lintang Utara Bujur Timur

Subdistrict North Latitude East Longitude

-1 -2 -3
0
0 0 99 17'10''-
1. Padangsidimpuan Tenggara 1 18'07''-1 21'30'' 0
99 21'10''
0
0 0 99 16'17''-
2. Padangsidimpuan Selatan 1 21'10''-1 23'15'' 0
99 18'15''
0
0 0 99 16'30''-
3. Padangsidimpuan Batunadua 1 20'20''-1 28'19'' 0
99 20'10''
0
0 0 99 14'30''-
4. Padangsidimpuan Utara 1 21'30''-1 21'20'' 0
99 16'10''
0
0 0 99 13'10''-
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 1 23'10''-1 27'15'' 0
99 18'07''
0
0 0 99 18'07''-
6. Padangsidimpuan Angkola Julu 1 24'20''-1 28'19'' 0
99 18'17''

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan

Tabel :Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Padangsidimpuan, 2017

Kecamatan Luas(Km2)* Persentase

-1 -2 -3

1. Padangsidimpuan Tenggara 37,7 23,67

2. Padangsidimpuan Selatan 19,26 12,09

3. Padangsidimpuan Batunadua 41,81 26,25

4. Padangsidimpuan Utara 14,97 9,4

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 22,64 14,21

6. Padangsidimpuan Angkola Julu 22,9 14,38

Jumlah/Total 159,28 100


• Hasil Kesepakatan Pemerintah Kota
Padangsidimpuan dengan Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Selatan, Tahun 2016
• Permendagri No 76 Tahun 2012 Tentang
Penegasan Batas Daerah

Badan Pertanahan
Sumber : Nasional Kota
Padangsidimpuan
4.1.3 Kondisi Geografis Kelurahan Losung Batu

Kelurahan Losung Batu adalah salah satu Kelurahanyang ada di Kecamatan

Padangasidimpuan Utara. Luas wilayah Kelurahan Losungbatu ini ini seluruhnya

± 110 Ha. OrbitasijarakdaripusatPemerintahanyaitu

JarakdariPemerintahanKecamatan: 3 km, JarakdariPemerintahanKota :3 km,

JarakdariPemerintahanPropinsi: 500 kilo meter.Kelurahanini memiliki batas-batas

Utara : Desa Hutaimbaru dan Sabungan Jae

Selatan : Kelurahan Sadabuan

Barat : Desa Partihaman Saroha

Timur : Kelurahan Bonan Dolok

Dengan aparatur pemerintah yang berjumlah 10 Orang yaitu :

1. Lurah : HENDRI NAINGGOLAN S.Sos

2. Sekretaris : FATIMAH NASUTION

3. Kasi Pemerintahan : HOTNIDA WATI

4. Kasi Pendapatan : Dra. SALMI ROSNANI

5. Kasi Pembangunan : ATENG FEBRIANSYAH PANE

6. Staf : - PARULIAN RITONGA

- HASTUTI SIREGAR

- LENNI YANTY HARAHAP

7. Kepala Lingkungan I : MHD. ARIF HARAHAP

8. Kepala Lingkungan II : SOFIAN ARIFIN SIREGAR


Adapun pluas wilayah di Kelurahan Losung Batu adalah 110 Ha. Berikut

adalah beberapa pembagian wilayahnya :

Tabel 4.1
Penggunaan Luas Wilayah Di Kelurahan Losung Batu
No Penggunaan Luas
1 Pemukiman 33,5 Ha
2 Untuk Bangunan 3,1 Ha
3 Pertanian Sawah 55 Ha
4 Ladang - Ha
5 Perkebunan 17 Ha
6 Padang Rumput - Ha
7 Hutan - Ha
8 Rekreasi - Ha
9 Perikanan Darat 0,30 Ha
10 Olahraga 0,04 Ha
11 Tangkapan Air - Ha
12 Rawa - Ha
13 Lain-lain - Ha
Jumlah 110 Ha
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu 2020
4.1.4 Kondisi Penduduk Kelurahan Losungbatu

Jumlah PendudukKelurahan Losung Batu dapat diketahui dari hasil sensus

penduduk sebesar 6.207 Jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 3.069 jiwa dan

penduduk perempuan 3138 jiwa dengan jumlah KK 1.612.

Tabel 4.2
Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020
Berdasarkan Kelompok Umur
No Golongan Umur Lk Pr Jumlah Jiwa
1 0-7 Tahun 331 347 678
2 8-19 Tahun 494 556 1050
3 20-35 Tahun 593 593 1186
4 36-50 Tahun 619 621 1240
5 51-60 Tahun 731 744 1475
6 61 Tahun Keatas 301 277 578
Jumlah 3069 3138 6207
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

terbanyak pada usia-usia tidak produktif atau diangkap kurang produktif untuk

menghasilkan ekonomi sehingga berpengaruh terhadap angka kemiskinan pada

masyarakat Kelurahan Losung Batu.

BahwamasyarakatKelurahan Losung Batu, khususnya bagi warga yang

berasal dari kelurgayang kurang mampu, yang umumnya selama ini kurang begitu

memperhatikan pendidikan untuk masa depan anak-anaknya karena faktor

ekonomi, kini telah dapat mencakup bangku sekolah,minimal tamatan SLTA, hal

ini sangat dibantu dengan adanya program pemerintah wajib belajar 9 tahun dan

adannya keringanan biaya pendidikan bagi anak yang kurang mampu.

Tabel 4.3
Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020
Berdasarkan Lulusan Pendididkan Umum
No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Prosentase
1 Buta Aksara 0 0%
2 Belum Sekolah 529 9%
3 Tidak Tamat SD 51 1%
4 Tamat SD 1240 20%
5 Tamat SMP 1427 23%
6 Tamat SMA 2016 32%
7 D1/D2/D3/Sederajat 323 5%
8 Sarjana 621 10%
Jumlah 6207 100%
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

masyarakat di Kelurahan Losung Batu masih sangat rendah sekali dalam hal
pendidikan dimana masih banyak sekali penduduk di Kelurahan Losung Batu

yang hanya lulusan SMP dan lulusan SMA yaitu terlihat dengan jelas bahwa data

diatas menunjukan presentase terbesar dari jumlah penduduk yang ada di

Kelurahan Losung Batu adalah tingkatan SMP (23%)sebanyak 1427 orang dan

yang kedua adalah SMA sebesar (32%) atau sebanyak 2016 orang.

4.1.5 Kondisi Penduduk Berdasarkan Agama Di Kelurahan LosungBatu

Tabel 4.4
Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020
Berdasarkan Agama
No Nama Agama Tempat Ibadah Jumlah Presentase
1 Islam Masjid 5692 91,70%
2 Kristen Gereja 511 8,23%
3 Khatolik Gereja - -
4 Hindu Pure - -
5 Budha Wihara 4 0,06%
Jumlah 6207 99,99(100%)
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan tabel4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa penduduk di

Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidimpuan Utara mayoritas beragama

Islam (92%). Jumlah penduduk menjadi modal dasar bagi pengembangan

ekonomi rakyat. Dilihat daribidang pengamalan nilai-nilai Islam dengan bidang

ekonomi akan menjadi lebih mudah, tinggal bagaimana pelaksanaannya mampu

atau tidak menjadikan nilai-nilai Islam menjadi landasan pengembangan ekonomi

masyarakat.
4.1.6 Kondisi Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Losung Batu

Tabel 4.5
Distribusi Masyarakat Kelurahan Losung Batu Tahun 2020
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 PNS/POLRI/TNI 547
2 Wiraswasta 1705
3 Pedagang 1221
4 Petani 428
5 Dan Lain-lain 2306
Jumlah 6207
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu 2020

Berdasarkan tabel4.5 diatas, dapat diketahui tingkat ekonomi masyarakat

Kelurahan Losung Batumemiliki jenis usaha ekonomi yang beragam. Sebagian

besar memiiki mata pencaharian di bidang Wiraswatsa yang memiliki

penghasialan dibawah standar. Kondisi ini tentu saja menimbulkan permasalahan

serius pada posisi ekonomi terutama dalam kaitannya dengan upaya

penanggulangan kemiskinan masyarakat. Potensi ekonomi yang ada dapat

dijadikan peluang usaha untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat di

Kelurahan Losung Batu yang sebenarnya diangkap potensial jika dikembangkan

dengan baik.

4.1.7 Kondisi Fasilitas Kesehatan Kelurahan Losung Batu

Masalahkesehatan merupakan salah satu aspek yang serius dari keluarga

miskin sehingga mereka terus berada dalam lingkaran

kemiskinan.Ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan


serta lingkungan yang buruk menyebabkan tingkat kesehatan keluarga miskin

rendah. Untuk mengetahui kondisi fasilitas kesehatan keluarga miskin di

Kelurahan Losung Batu, digunakan indikasi jumlah dan jenis fasilitas yang sering

di gunakan oleh keluarga miskin serta tempat mereka berobat.

Tabel 4.6
Sarana Kesehatan Yang Terdata di Kelurahan Losung Batu
No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1

2 Puskesmas 1

3 Posyandu 2

4 Alternatif Lain 2

Total 8

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan tabel4.5 diatas, dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan di

kelurahan losung batu sangat memadai dan dapat membantu jika masyarakat

terkena penyakit atau untuk sarana berobat. Terdapat Rumah Sakit 1(Satu),

Puskesmas 1(Satu), Posyandu 2(Dua), dan untuk berobat melalui Alternatif lain

(Bidan,Mantri) ada 2(Dua).


4.2 Penyajian Data

4.2.1 Data KK( Kepala Keluarga) Miskin di Kelurahan Losung Batu

1. Data Kepala Keluarga Miskin di Kelurahan Losung Batu :

Jumlah KK keseluruhan : 1612 KK

KK Miskin : 322 KK Lingkungan I : 197 KK

Lingkungan II : 125 KK

2. Pendidikan KK Miskin di Kelurahan Losung Batu :

SD : 47 KK

SMP : 129 KK

SMA : 146 KK

3. Pekerjaan KK Miskin di Kelurahan Losung Batu :

Wiraswasta : 128 KK

Pedagang : 190 KK

Petani : 82 KK

4. Tanggungan KK Miskin di Kelurahan Losung Batu :

Tabel 4.7
Tanggungan KK Miskin Berdasarkan Status Perkawinan ( Istri/Duda/Janda)
No Status Anggota KK Kelurahan Jumlah Tanggungan

Miskin Losung Batu KK Miskin

Lk 1 Lk 2

1 Istri 139 86 225 KK

2 Duda 24 8 32 KK
3 Janda 34 31 65 KK

Total 197 125 322

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu2020

Tabel 4.8
Tanggungan KK Miskin Berdasarkan Jumlah Anak
No Jumlah anak dalam KK Jumlah Tanggungan

Miskin KK Miskin

1 Anak 0 13 KK

2 Anak 1 69 KK

3 Anak 2 46 KK

4 Anak 3 67 KK

5 Anak 4 45 KK

6 Anak 5 25 KK

7 Anak 6 21 KK

8 Anak 7 12 KK

9 Anak 8 11 KK

10 Anak 9 7 KK

11 Anak 10 6 KK

Total 322 KK

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu2020

4.2.2 Karakteristik Responden

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan jenis

pekerjaan seseorang, untuk bisa bersaing di daerah perkotaan maka daerah-daerah


terpencil atau daerah pedesaan juga harus memiliki pendidikan yang tinggi untuk

bisa bekerja pada sektor pemerintahan maupun kantor-kantor swasta serta bisa

memperbaiki atau memajukan daerah pedesaan tersebut.

Jenis pekerjaan yang tersedia lebih banyak berbasis pendidikan, jika

masyarakat memiliki pendidikan yang rendah maka peluang untuk mendapatkan

kesempatan kerja pada jenis pekerjaan yang layak dengan upah yang tinggi sangat

terbatas. Berdasarkan sebaran kuesioner kondisi pendidikan masyarakat

Kelurahan Losung Batuternyata lebih banyak lulusan SMP/SMA sebagaimana

tertera dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.9
Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan
Jumlah
No Pendidikan KK (%)
1 SD 47 15%
2 SMP 129 40%
3 SMA 146 45%
4 Sarjana 0 0%
Jumlah 322 100%
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu2020

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, jawaban yang diperoleh dari data responden

mengenai pendidikan terakhir sebagian besar tamatan SD sebanyak 47orang atau

sebesar (15%), SMP sebanyak 129 orang atau sebesar (40%), tamat

SMAsebanyak 146 orang responden (45%), sedangkan lulusan diploma atau

sarjana tidak ada (0%). Ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan yang rendah

berpengaruh terhadap pekerjaan dan pendapatan seseorang, yang akan

menyebabkan kemiskinan.
2. Pekerjaan

Pekerjaan sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan seseorang, semakin

tinggi derajat pekerjaan seseorang maka akan semakin besar juga penghasilannya.

Jika seseorang bekerja menjadi PNS maka penghasilannya akan jauh lebih besar

dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh harian atau petani.

Hal ini yang menyebabkan pendapatan mempengaruhi kesejahteraan

seseorang, pendapatan dari upah kerja di kelurahan Losung Batu ditentukan oleh

jenis pekerjaan jika ia bekerja sebagai buruh harian atau tani dengan upah yang

rendah menyebabkan sulitnya pendapatan penghasialan yang sesuai. KK miskin di

kelurahan Losung Batu ternyata lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta dan

petani, sebagaimana tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10
Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah
No Jenis Pekerjaan KK %
1 Wiraswasta 128 40%
2 Petani 82 25%
3 Pedagang 112 35%
4 Tidak Bekerja 0 0%
Jumlah 322 100%
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu2020

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, jawaban yang diperoleh dapat dipahami bahwa

sebagian KK atau sebesar (40%) bekerja sebagai Wiraswasta, (25%) memiliki

mata pencaharian sebagai petani, sebanyak (35%) bekerja sebagai pedagang dan

(0%) orang tidak memiliki pekerjaan.


3. Penghasilan

Kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi atau tidak dipengaruhi oleh faktor

salah satunnya adalah penghasilan, penghasilan yang lebih tinggi relatif lebih

mudah untuk menutupi biaya hidup sehari-hari dibandingkan dengan penghasilan

yang kecil. Dalam posisiseperti ini maka harapan untuk merubah

menujukehidupan yang lebih baik jelas sulit jika untuk memenuhi kebutuhan

pokok.

Tabel 4.11
Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Penghasilan
Jumlah
No Penghasilan KK %
1 Rp.300.000 – Rp.500.000 103 32%
2 Rp.500.000 – Rp.1.000.000 91 30%
3 Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 82 25%
4 Lebih dari Rp.1.500.000 46 13%
Jumlah 322 100%
Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, jawaban yang diperoleh dari KKyaitu sebanyak

(32%) KK miskin memiliki penghasialan dari Rp300.000-Rp500,000tiap

bulannya, (30%) KK miskin memiliki penghasilan sekitar 500.000 sampai dengan

1000.000,-tiap bulannya. Hal ini menunjukan bahwa dengan tingkat pendapatan

yang rendah sangat sulit untuk mendapatkan kesejahteraan apa lagi dalam

prakteknya.

4. Kesehatan
Kesehatan berpengaruh terhadap kemiskinan karena kesehatan merupakan

syarat untuk meningkatkan produktivitas seseorang. Seseorang yang kondisi

kesehatannya buruk, tidak akan melakukan pekerjaan dengan efektif. Jika

seseorang tidak efektif dalam bekerja, maka produktifitasnya rendah. Jika

produktivitas rendah, berarti penghasilannya juga rendah. Penghasilan seseorang

yang rendah akan membuat orang tersebut kesulitan untukmemenuhi kebutuhan

hidupnya sehingga orang tersebut bisa terjebak dalam kemiskinan.

Secara umum, tingginya angka harapan hidup penduduk salah satunya

dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat disamping perbaikan kualitas kesehatan

dan gizimasyarakat yang mendorong penurunan angka kematian bayi dan balita.

Perbaikan kondisi kesehatan masyarakat juga didukung oleh beberapa faktor lain

diantaranya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan sertaketersediaan

sarana prasarana kesehatanyang memadai sangat mendukung kesehatan

masyarakat. Berikut adalah tabel presentasi seberapa besar minat masyarakat

untuk menggunakan atau memakai fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah.

Tabel 4.12
Distribusi Minat KK dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan Persentasi

1 Rumah Sakit 26%

2 Puskesmas 45%

3 Posyandu 39%

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Losung Batu2020

Berdasarkan tabel diatas, minat KK lebih tinggi untuk fasilitas puskesmas,

karena biaya yang dikeluarkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan fasilitas
Rumah Sakit. Seiring berjalannya waktu sampai sekarang telah diterbitkannya

kartu kesehatan untuk keluarga miskin sehingga memudahkan untuk berobat ke

Rumah Sakit ataupun Puskesmas.

4.2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan

1. Tingkat Pendidikan Yang Rendah

Hasil Pengolahan data melalui wawancara dengan masyarakat miskin dan

lurah membuktikan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap faktor

penyebab kemiskinan di kelurahan losung batu. Berikut adalah hasil tanggapan

Bapak Hendri Naimggolan S.Sos selaku Lurah di Kelurahan Losung Batu.

“Tanggapan Saya Selaku lurah tentang faktor penyebab kemiskinan yang


berhubungan dengan pendidikan itu sangat berpengaruh. Karena di zaman
sekarang kebanyakan jika pendidikan sekolah rendah sangat tidak mudah untuk
mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terutama dikelurahan
losung batu sangat banyak yg pendidikan hanya sampai SMA bahkan SMP dan
juga SD juga banyak. Jadi kemungkinan besar pendidikan sangat berkaitan
dengan faktor kemiskinan di kelurahan ini.”

Berikut adalah tanggapan dari hasil wawancara dengan informan masyarakat

miskin yang bernama Bapak Rohimuddin :

“ Saya selaku warga miskin hanya bisa berkomentar sedikit. Memang sudah
jelas pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Saya ini hanya
lulusan SD yang tidak mempunyai bakat ataupun uang untuk melanjutkan
pendidikan ke yang lebih tinggi. Untuk kebutuhan sehari-haripun saya hanya
mengandalkan tenaga saya dengan bertani dan menjual hasil bertani atau
berkebun untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup.

Dari tanggapan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh

terhadapt kemiskinan di kelurahan Losung Batu. Sehingga msyarakat pun sangat

sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Walaupun kendala yang dihadapi sebagian masyarakat miskin setempat

adalah kesulitan bagi mereka untuk memperoleh pendidikan ataupun meneruskan


pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun masyarakat tidak sulit dalam

memperoleh informasi global. Hal ini disebabkan karena pada umumnya

masyarakat setempat memiliki TV dan radio. Sehingga, bagi mereka yang ingin

mengakses informasi maka dapat diperoleh melalui acara yang ditayangkan di

dalam radio dan TV.

2. Keterbatasan Sumber Daya (Alam/Modal)

Hasil Pengolahan data melalui wawancara dengan masyarakat miskin dan lurah

membuktikan bahwa Keterbatasan Sumber Daya Alam juga berpengaruh terhadap

faktor penyebab kemiskinan di kelurahan losung batu. Berikut adalah hasil

tanggapan Bapak Hendri Naimggolan S.Sos selaku Lurah di Kelurahan Losung

Batu.

“Pendapat saya SDA dikelurahan ini juga terbatas. Kemungkinan adapun


contoh SDA yang ada yaitu tanah yang sudah milik pribadi sebagian masyarakat
yang ada didalam kelurahan losung batu ini maupun diluar kelurahan ini yang
kemungkinan hak untuk memakainya juga terbatas tergantung izin dari pemilik
tanah.”

Berikut adalah tanggapan dari hasil wawancara dengan informan masyarakat

miskin yang bernama Bapak Musdi :

“SDA dikelurahan ini bisa dikatakan luas tetapi kendalanya ada di


kepemilikan pribadi. Saya seorang petani, lahan ditempat saya bertani adalah
lahan pribadi atau tanah nya milik orang lain sehingga setiap saya menghasilkan
yang sudah saya kelola setengah dari hasilnya akan dibagi kepada pemilik tanah
sebagai gantinya bahwa saya memakai tanah miliknya untuk bertani demi
memenuhi kenutuhan sehari-hari saya. Jika bisa dikatakan hasilnya sangat lah
sedikit untuk saya karena harus dibagi dua dengan yang mempunyai tanah.
Terkadang hasil panen jauh dari biasanya ataupun gagal panen terpaksa harus
mengulang lagi. Sementara saya tidak punya keahlian yang lain selain bertani
menjadi susah untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup.”
Dari tanggapan diatas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan sumber

dayaalam berpengaruh terhadap kemiskinan di kelurahan Losung Batu. Ditambah

lagi dengan tidak adanya keahlian lain selain bertani membuat sebagian petani

haru bergantung hidup dengan hasil panen yang belum jelas bagaimana hasilnya.

Sehingga para sebagian petani sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Keterbatasan Lapangan Pekerjaan

Hasil Pengolahan data melalui wawancara dengan masyarakat miskin dan lurah

membuktikan bahwa keterbatasan lapangan pekerjaan juga berpengaruh terhadap

faktor penyebab kemiskinan di kelurahan losung batu. Berikut adalah hasil

tanggapan Bapak Hendri Naimggolan S.Sos selaku Lurah di Kelurahan Losung

Batu.

“Terbatasnya lapangan pekerjaan di kelurahan ini memang betul adanya.


Karena selain pendidikan masyarakat disini sangat rendah sumber daya juga
sangat terbatas sehingga lapangan pekerjaan untuk msyarakat miskin sangat
minim. Ditambah lagi dengan tidak adanya dukungan dari pemerintah terhadap
lapangan pekerjaan dikelurahan ini akan menambah tingkat pengangguran
terhadap masyarakat yang miskin maupun masyarakat yang tergolong tingkatnya
masih diatas masyarakat miskin.”

Berikut adalah tanggapan dari hasil wawancara dengan informan masyarakat

miskin yang bernama Bapak Imran :

“ Menurut saya pribadi tentang lapangan pekerjaan dikelurahan ini sangat


sedikit sekali karena selain sumber daya nya yang terbatas dan ditambah lagi
tidak ada alternatif lain kecuali untuk mencari pekerjaan diluar. Pemerintah juga
tidak peduli dengan masyarakat miskin yang tidak memiliki pekerjaan sehingga
semakin lama angka pengangguran semakin tinggi jika tidak mencari pekerjaan.
Kecuali didasari dengan niat dan kemauan dari diri sendiri untuk mencari
pekerjaan diluar kelurahan ataupun diluar kota Padangsidimpuan.”

Dari tanggapan diatas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan lapangan

pekerjaan berpengaruh terhadap kemiskinan di kelurahan Losung Batu.


Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi

masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja

baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi

masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

Berdasarkan jawaban dapat diketahui bahwa penyebab kemiskinan salah

satunya adalah banyaknya masyarakat miskin menilai bahwa pemerintah belum

sepenuhnya memberikan solusi terbaik dalam memecahkan persoalan ekonomi.

Kondisiyang terjadi adalahpemerintah daerah belum mampu menyediakan tempat

sarana serta bantuan kepada masyarakat dapat diketahui bahwa kondisi penyebab

kemiskinan makin dipersulit dengan kebijakan pemerintah yang kurang

memperhatikan kondisi masyarakat miskin hal ini sebagaimanaterungkap dari

jawaban masyarakat miskin yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah

kurang mendukung terhadap perkembangan ekonomi yang berada di Kelurahan

Losung Batu.

4. Faktor Beban Hidup Keluarga

Hasil Pengolahan data melalui wawancara dengan masyarakat miskin dan

lurah membuktikan bahwa faktor beban hidup keluarga juga berpengaruh terhadap

faktor penyebab kemiskinan di kelurahan losung batu. Berikut adalah hasil

tanggapan Bapak Hendri Naimggolan S.Sos selaku Lurah di Kelurahan Losung

Batu.

“Sedikit saya menanggapi tentang beban hidup keluarga dalam masyarakat


miskin di kelurahan losung batu memang benar adanya. Ada beberapa keluarga
yang kurang mampu dan memiliki anak yang banyak sehingga ini menjadi salah
satu faktor penyebab kemiskinan yang sangat tinggi tingkatannya dari penyebab
lain. Alasan memiliki anak banyak kemungkinan adalah faktor tidak ada nya
pemikiran yang luas mengenai anjuran pemerintah dengan menggunakan Pil KB
atau mungkin faktor dari keinginan tersendiri memiliki anak banyak.”

Berikut adalah tanggapan dari hasil wawancara dengan informan masyarakat

miskin yang bernama bapak Kasmari Nasution :

“saya sebagai salah satu keluarga kurang mampu yang memiliki anak
banyak sangat sulit untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari di dalam keluarga.
Dimana saya hanya bekerja serabutan dan mempunyai penghasilan yang tidak
tetap ditambah anak-anak yang masih dalam bangku sekolah sangat
membutuhkan banyak biaya. Jika pun membuat usaha lain harus butuh modal
yang besar sementara untuk makan pun saya seadanya setiap hari. Dengan
penghasilan yang minim ini harus pandai menghemat demi memenuhi kebutuhan
hidup. Ditambah lagi saya tidak punya kemampuan lain selain bekerja serabutan
seperti jadi kuli bangunan ataupun membantu pekerjaan lain yang dibutuhkan di
sekitar tempat tinggal saya.”

Berdasarkan jawaban dapat diketahui bahwa penyebab kemiskinan salah

satunya adalah beban hidup keluarga yang jika tidak di cegah akan semakin

banyak dikalangan masyarakat miskin. Untuk itu sangat disarankan kepada

pemerintahannya melakukan sistem Keluarga Berencana terhadap masyarakat

miskin demi mencegahnya bertambah angka kemiskinan karena anggota keluarga

yang terus bertambah. Juga kepada masyarakat .

Berdasarkan kondisi di atas dengan memperhatikan indikator utama

kemiskinan, maka sebagian besar KK Miskin di Kelurahan Losung Batu

mengalami kemiskinan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pendidikan

masyarakat yang dominan tamat SD,SMP,SMA. sumber daya alam yang kurang

memadai,terbatasnya lapangan pekerjaan juga salah satunya tuntutan dari faktor

anggota kluarga yang banyak. Indikator ini dapat menentukan pola kemiskinan

yang terdapat di Kelurahan Losung Batu.


4.2.4Analisis Pola Kemiskinan di Kelurahan Losung Batu

Dilihatdari kondisi sosial dan masyarakat diKelurahan Losung Batu dapat

dilakukan analisis bagaimana pola kemiskinan yang terdapat di permukiman

masyarakat kelurahan tersebut.

Adapun berdasarkankarakteristik masyarakat di Kelurahan Losung Batu Kota

Padangsidimpuan, pola kemiskinan yang sesuai adalah sebagai berikut:

a. Kemiskinan sub-sistensi

Masyarakat Kelurahan Losung Batu mengalami kemiskinan subsistensi

karena Dari segi pendapatan yang diperoleh maka sebagian besar masyarakat

setempat berada dalam kondisi yang cukup baik. Namun sebagian masyarakat

berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal tersebut terlihat dari

ketidakmampuan mereka untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sejumlah

50% (menurut responden) masyarakat di Kelurahan Losung Batu memiliki

pendapatan Rp 300.000-Rp 500.000,- per bulannya.

b. Kemiskinan Pemahaman

1) Dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Losung Batu

setempat termasuk memprihatinkan. Adanya ketidakseimbangan biaya

antara pemenuhan kebutuhan akan pendidikan yang cukup tinggi dengan

pendapatan yang kecil menyebabkan masyarakat sulit untuk memperoleh

pendidikan.

2) Skill atau keahlian yang dimiliki oleh penduduknya adalah

Wiraswasta/Wirausaha. Sifat pekerjaan ini adalah kadang mendapat

untung kadang mendapat rugi/ tidak dapat diperkirakan hasilnya. Sehingga

masyarakat tidak berniat untuk melakukan perubahan dalam pekerjaan.


3) Seharusnya adanya TV dan radio mempermudah mereka dalam mengakses

berbagai informasi baik dari luar negeri maupun dari berbagai daerah.

Namun kemudahan di dalam mengakses informasi tidak diiringi dengan

kemampuan intelektual yang bagus, sehingga tidak akan mengoptimalkan

potensi yang terdapat pada diri mereka sendiri. Hal tersebut akan

mempersulit pengadaan perubahan dan pembaharuan di lingkungannya

c. Kemiskinan kebebasan

Dikatakan termasuk dalam mkemiskinan kebebasan karena sebagian

masyarakat Kelurahan Losung Batu tiak mempunyai niat dan keinginan

ataupun tidak mempunyai rasa percaya diri untuk mengubah kehidupan yang

miskin dengan membuka peluang usaha sendiri agar menjadi lebih baik dan

tidak tergolong dalam masyarakat miskin.

Fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Losung Batu berdasarkan

karakteristik kemiskinan yang telah dibahas pada subbab sebelumnya tidak

membentuk pola kemiskinan partisipasi, kemiskinan identitas ataupun kemiskinan

pemahaman (teori pola kemiskinan dari Max-neef), dikarenakan hal-hal sebagai

berikut:

- Masyarakat tinggal di pemukiman yang baik dengan fasilitas yang memadai

dengan kondisi pemukiman yang rata-rata sudah menjadi hak milik pribadi

seperti sawah,kebun,rumah dll.

- Walaupun kemiskinan melanda sebagian besar masyarakat di permukiman

ini. Namun hal tersebut tidaklah menjadi permasalahan yang berarti bagi

mereka. Kemiskinan tidak harus menjadi halangan untuk menikmati


kebebasan. Ketenangan dan kesabaran menjadi pegangan untuk menjalani

hidup. Bagi masyarakat ini hal yang terpenting adalah berusaha

semampunya.

- Masyarakat yang berada di permukiman nelayan ini merupakan masyarakat

yang berasal dari berbagai suku seperti Jawa, Batak,Minang dan lain-lain.

Pada umumnya suku masyarakat ini adalah Suku Batak. Walaupun terjadi

perbedaan suku namun hal ini tidak menjadi kendala untuk melakukan

interaksi sosial (pembauran). Hal ini disebabkan sifat terbuka Suku Batak

untuk menerima suku lain

Jika dilihat dari segi ukuran kemiskinan, pola kemiskinan di kelurahan

Losung Batu termasuk dalam ukuran kemiskinan yang :

a. Absolut adalah jenis kemiskinan yang pendapatan masyarakat miskin rata-

rata dibawah standart kelayakan dan tidak dapat memenuhi

pangan,sandang,papan,pendidikan dan kesehatan.

b. Kultural adalah jenis kemiskinan yang terjadi karena akibat dari kebiasaan

masyarakat dengan budaya yang santai dan tidak mau memperbaiki taraf

hidup layaknya masyarakat modern

c. Struktural termasuk dalam jenis kemiskinan yang terjadi karena

ketidakmampuan menghubungkan masyarakat dengan sumber yang ada.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bagaimana ukuran dan jenis

pola kemiskinan yang terdapat di Kelurahan Losung Batu


Kemiskinan Subsistensi
* Kondisi Pemukiman
yang Layak Huni
* Pendapatan yang
endah

Pola
Kemiskinan
di Kelurahan
Losung Batu
Kemiskinan
Pemahaman
Kemiskinan Kebebasan
* Pendidikan yang
rendah * Kurangnya rasa
percaya diri yang tinggi
*Minimnya Keahlian
Pibadi

Gambar 4.1
Pola Kemiskinan di Kelurahan Losung Batu
Kota Padangsidimpuan

4.2.5 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Pola Kemiskinan di

Kelurahan Losung Batu

Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks, sehingga dapat disebabkan

oleh berbagai faktor. Begitu juga fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan

Losung Batu.

Berdasarkan pola kemiskinan yang terdapat di Kelurahan Losung Batu, maka

penyebab kemiskinan di daerah tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dan

faktor eksternal dari masyarakat di permukiman tersebut.

Faktor penyebab internal dari kemiskinan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan


2) Mental emosional atau temperamental, seperti : malas, mudah menyerah

dan putus asa.

3) Sosial psikologis, seperti : kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi,

stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

4) Keterampilan, seperti : tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

Faktor penyebab eksternal dari kemiskinan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Terbatasnya lapangan pekerjaan formal

2) Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

Berdasarkanhasil analisis di atas dapat diketahui faktor yang mempengaruhi

kemiskinan masyarakat setempat ada 2 macam yaitu: faktor internal yang terdiri

dari intelektual,tempramental,sosial psikologis, dan keterampilan. Sedangkan

faktor eksternal terdiri dari terbatasnya lapangan pekerjaan dan kebijakan publik

yang belum berpihak. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut diharapkan dapat

menjadi input dalam menentukan langkah-langkah mengurangi kemiskinan bagi

masyarakat setempat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut

1. Tingkat pendidikan yang rendah sangat berpengaruh terhadap pola

kemiskinan di kelurahan Losung Batu. Jika dilihat dari data Pendidikan

32% masyarakat yang hanya tamat SMA.

2. Terbatasnya lapangan pekerjaan juga berpengaruh dalam kemiskinan

karena masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya jika tidak bekerja.

3. Sumber daya alam, jika dilihat dari keadaan di kelurahan sangat terbatas

sekali sumber daya yang ada di kelurahan losung batu. Jadi untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat miskin tanpa bisa mengelola

sumber daya alam maka harus bisa mengandalkan kemampuan/keahlian

tersendiri.

4. Beban Hidup Keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kemiskinan.

Karena semakin banyak anggota keluarga/tanggungan maka akan semakin

besar pula pengeluaran jika kita tidak mampu mengatasi kemiskinan

tersebut. Atau bisa menjalankan anjuran pemerintah dengan menggunakan

pil KB agar tidak banyak mempunyai keturunan didalam keluarga yang

tergolong tidak mampu.

5.2 Saran

a. Masyarakat harus lebih berminat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

72
b. menjaga sumber daya alam yang ada agar tetap dapat diolah dan

menhasilkan keuntungan bag msyarakat yang kurang mampu.

c. Bagi Pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakat yang kurang

mampu di Kelurahan Losung Batu.

d. Kepada masyarakat yang kurang mampu karena faktor anggota keluarga

yang banyak diharapkan agar menguasai keterampilan yang bisa

menghasilkan keuntungan untuk memenui kebutuhan sehari-hari atau agar

lebih giat lagi bekerja/mencari keja sampingan.


DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah, Djam’an Satori, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung,


Alfabeta.

Adit, (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (


Studi Kasus 35 Kab/Kota di Jawa Tengah). Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Tahun 2010

Amalia,R., madris & Abd. Rahman Razak. (2015). Pengaruh pengeluaran


Pemerintah Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Sulawesi Barat. Jurnal Analisis,
Desember 2015, Vol. 4, No. 2: Hal 183 –189.

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI,.


Penertbit PT Rineka Cipta: Jakarta

Arsyad,L. (2010). EkonomiPembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

________(2016). Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. STIE YKPN.


Yogyakarta

Badan Pusat Statistik. LP2KD Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

BPS Pertahanan Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

file:///C:/Users/USER/Documents/datakotapadangsidimpuan-150316115117-
conversion-gate01.pdf

Gatot, (2006). Pola Kemiskinan di Permukiman Nelayan Kelurahan Dompak


Kota Tanjung Pinang. Skripsi S2, Program Studi Magister Pembangunan Wilayah
dan KotaProgram Pascasarjana Universitas DiponegoroSemarang Tahun 2006
Heri, (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di
Sulawesi Selatan. Skripsi S1 Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Makassar Tahun 2016

Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

Mankiw, N Gregory. 2006. Makro Ekonomi Edisi Keenam.Diterjemahkan oleh:


Fitria

________________2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Lisa, S.E. dan


Imam Nurmawan, S.E.Erlangga: Jakarta.

Mosley, Paul. 2001. Risk Attitudes in the „Vicious Circle of Poverty‟. University
of Sheffield Press. Sheffield

Oluwatayo, I.B, dan Ojo, A.O. 2016. Is Africa‟s Dependence on Agriculture the
Cause of Poverty in the Continent? An Empirical Review. The Journala of
Developing Areas. Vol. 50/1. pp. 93-102.

Purwanto, Erwan A. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Vol. 10/3. pp. 295-324.

Renggapratiwi, A. (2009). Kemiskinan Dalam Perkembangan Kota Semarang:


Karakteristik Dan Respon Kebijakan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Saputra, (2012). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pdrb, Ipm, Pengangguran


Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Skripsi S1, Program Sarjana
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Siregar, H.&Dwi W. (2008). Dampak Pertumbuhan Ekonomi


TerhadapPenurunan Jumlah Penduduk Miskin.Dikutip dari
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf. Diakses
tanggal 11 Januari 2017

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif .CV. Alfabeta: Bandung


_________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif,Kualitatif dan R&D). CV. Alfabeta: Bandung

Suharto, Edi. 2006. Membangaun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika


Aditama. Bandung

Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

_________(2010). Makro Ekonomi Teori Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara


Multidimensional.JMPK.Vol08/No03/September/2005.

Tambunan, T. (2014). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan Analisis


Empiris.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Todaro, M.P. &Stephen C. S.(2003). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga,


Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Warr, Peter. 2011. “Poverty, Food Prices and Economic Growth in Southeast
Asian Perspective”. dalam: Indonesia Update Series; Employment, Living
Standars and Poverty in Contemporary Indonesia. Institute of Southeast Asian
Studies. Singapore.

Wijayanti, D.dan Heri Wahono. (2005). Analisis Konsentrasi Kemiskinan


diIndonesia Periode Tahun 1999-2003. Jurnal Ekonomi PembangunanVol. 10 No.
3, Desember 2005 Hal: 215 –225.

World Bank. 2000. World Development Report 2000/01: Attacking Poverty.


World Bank.

Yoga P, (2012). Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan, Dan


Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2009. Skripsi S1,
Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun
2012.
Yogi, (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, UIN Syarif Hidayatullaj Jakarta, 8-8-
2014

Yusrodika, (2015). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan


Di Kabupaten Aceh Barat. Skripsi S1 Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai