Mata Kuliah:
Teori New Media
Dosen Pengampu:
Dr. Muhd A R. Imam Riauan, M. l. Kom
Disusun Oleh
Egy Arya Insani (229110420)
Ahmad Pildon (229110440)
M. Fauzan Ramadhan (229110412)
Reza Saputra (229110411)
Andrie Alamsyah (229110452)
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah
memberikan Rahmat dan Ridha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul "Perencanaan Pengembangan Diri dan Karir" Dalam kesempatan ini, kami juga ingin
menyampaikan Shalawat serta salam kepada baginda Besar Nabi Muhammad Saw., beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Sebagai penulis, kami menyadari adanya potensi kesalahan dan kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, dengan tulus dan ikhlas, kami memohon kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini
di masa mendatang. Dalam penulisan makalah ini, kami berusaha memberikan informasi yang
bermanfaat dan relevan mengenai ayat-ayat tentang shalat. Namun, pemahaman dan
pengetahuan kami terbatas, sehingga masukan dari pembaca akan sangat berharga bagi kami.
Kami mengharapkan partisipasi konstruktif untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Sebagai penutup, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, terutama kepada dosen pengampu dan teman-teman yang turut serta
memberikan semangat. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang keutamaan shalat. Aamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era digital saat ini, pemerintah dan lembaga publik di seluruh dunia telah
mengalami perubahan besar dalam cara mereka menyediakan layanan dan berinteraksi dengan
masyarakat. Kemunculan model pelayanan digital telah menjadi tonggak penting dalam
perubahan ini. Model-model ini bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi, meningkatkan
transparansi, dan memperluas aksesibilitas layanan publik melalui pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi.
Pelayanan digital mencakup berbagai layanan yang disediakan secara online, mulai dari
pendaftaran penduduk, pembayaran pajak, hingga pengaduan masyarakat. Dengan adopsi
model ini, pemerintah dapat meningkatkan efisiensi dalam proses administrasi, mengurangi
biaya operasional, dan memberikan kemudahan akses bagi masyarakat. Contohnya adalah
aplikasi Jakarta Kini yang memungkinkan warga Jakarta untuk melaporkan masalah di sekitar
mereka, seperti infrastruktur rusak atau kebersihan lingkungan, dengan cepat dan mudah
melalui platform digital.
Selain itu, model pelayanan digital juga bertujuan untuk meningkatkan transparansi
dalam pemerintahan. Dengan menyediakan aksesibilitas informasi yang lebih baik kepada
masyarakat, pemerintah dapat memperkuat akuntabilitas mereka dan meningkatkan
kepercayaan publik. Misalnya, dengan mempublikasikan data keuangan dan informasi tentang
kebijakan publik secara online, pemerintah dapat memungkinkan warga untuk mengawasi dan
memantau kinerja mereka dengan lebih baik.
4
Selain model pelayanan digital, konsep demokrasi digital juga menjadi topik yang
semakin relevan dalam konteks pemerintahan modern. Demokrasi digital melibatkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet, untuk memfasilitasi
partisipasi publik dalam proses pembuatan keputusan politik. Ini mencakup berbagai bentuk
interaksi, mulai dari pemungutan suara online hingga konsultasi publik melalui media sosial.
Salah satu keuntungan utama dari demokrasi digital adalah meningkatkan keterlibatan
dan partisipasi masyarakat dalam proses politik. Dengan memanfaatkan platform digital, warga
dapat dengan mudah menyampaikan pendapat mereka, memberikan masukan tentang
kebijakan publik, dan bahkan mengorganisir gerakan politik secara online. Ini memungkinkan
suara mereka didengar dan memperkuat prinsip-prinsip demokrasi yang inklusif dan responsif.
Namun, demokrasi digital juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah
risiko penyebaran informasi palsu atau hoaks yang dapat memengaruhi opini publik dan
mengganggu integritas proses demokratis. Selain itu, tidak semua orang memiliki akses yang
sama terhadap teknologi digital, sehingga ada risiko bahwa kelompok-kelompok tertentu
mungkin terpinggirkan dari partisipasi politik online.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pelayanan publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah usaha untuk
membantu memenuhi kebutuhan orang lain. Istilah "publik" sendiri memiliki beragam arti
dalam bahasa Indonesia, merujuk kepada masyarakat umum atau negara. Pelayanan publik
diatur dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN)
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang mendefinisikan pelayanan publik sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
penerima pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ini menunjukkan
bahwa pelayanan publik adalah fungsi penting yang dilakukan oleh pemerintah1.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah melalui
inovasi. Inovasi, menurut Rogers, adalah gagasan, praktek, atau objek yang dianggap baru
oleh individu atau kelompok yang mengadopsinya. Pemerintah di seluruh dunia percaya
bahwa inovasi merupakan strategi penting untuk meningkatkan pelayanan publik. Inovasi
dalam konteks pelayanan publik bisa berupa pengembangan layanan baru atau perbaikan
pada layanan yang sudah ada, inovasi dalam proses, administrasi, sistem, atau bahkan
perubahan konseptual atau perubahan radikal.
Model pelayanan digital merupakan sebuah sistem yang mengelola serta mengatur
pelayanan publik dengan menggunakan teknologi digital. Konsep ini melibatkan proses
1
R. Katharina, Pelayanan publik & pemerintahan digital Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2021).
6
pengembangan, implementasi, dan manajemen sistem digital untuk memberikan pelayanan
publik yang efisien, transparan, dan akurat2. Dengan berbasis pada teknologi digital, model
ini memungkinkan proses administrasi menjadi lebih cepat, menghemat waktu dan biaya,
serta meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan. Pemanfaatan
teknologi digital dalam pelayanan publik telah menjadi tren yang semakin meluas, dengan
inovasi seperti e-government, e-commerce, dan e-learning yang banyak digunakan untuk
mempermudah akses dan integrasi sistem pelayanan. Hal ini berpotensi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menyediakan layanan kepada masyarakat.
Selain itu, adopsi teknologi digital dalam pelayanan publik juga diharapkan dapat
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, sehingga memperkuat kepercayaan dan
partisipasi masyarakat dalam proses pelayanan publik.
Pelayanan publik yang didukung oleh model pelayanan digital dapat memberikan
berbagai manfaat bagi masyarakat. Salah satunya adalah kemudahan akses terhadap
informasi dan layanan yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga publik. Melalui
platform digital, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi mengenai berbagai
program atau layanan yang tersedia, serta melakukan proses administrasi seperti pengajuan
permohonan atau pembayaran secara online tanpa harus datang secara langsung ke kantor
pelayanan. Selain itu, model pelayanan digital juga dapat meningkatkan efisiensi dalam
proses administrasi pemerintahan. Dengan adopsi teknologi digital, berbagai proses seperti
pengolahan data, pengarsipan, dan pelaporan dapat dilakukan secara otomatis atau semi-
otomatis, mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat waktu penyelesaian
tugas. Hal ini tidak hanya menguntungkan bagi pemerintah dalam hal pengelolaan sumber
daya, tetapi juga bagi masyarakat yang mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan
efisien.
2
R. Katharina, Pelayanan publik & pemerintahan digital Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2021).
7
digital juga dapat memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan adanya platform digital yang memungkinkan interaksi antara
pemerintah dan masyarakat, seperti forum diskusi atau pengajuan saran dan masukan,
masyarakat dapat lebih mudah untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan atau perencanaan
program yang berkaitan dengan pelayanan publik. Hal ini dapat meningkatkan rasa
memiliki masyarakat terhadap proses pemerintahan dan memperkuat legitimasi kebijakan
yang diambil3.
3
I. N. Trisantosa, M. T. SIP, S. I. P. Dewi Kurniasih, & I. H. M. Hubeis, Pelayanan Publik Berbasis Digital
(Jakarta: Deepublish, 2022).
4
I. G. A. Wibawa & L. Antarini, "Sistem Digital Tata Kelola Pemerintahan Daerah (Digital Local Government),"
Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik 5, no. 1 (2020): 57-71.
8
pengambilan keputusan dan manajemen pemerintahan, serta memunculkan inovasi di
berbagai tingkat pemerintahan.
Demokrasi digital mengacu pada penggunaan teknologi digital dalam proses politik
dan pemerintahan, yang bertujuan untuk mendorong aspirasi masyarakat agar dapat
tersampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang disediakan oleh pemerintah.
Dalam konsep yang ideal, Internet menjadi alat yang memfasilitasi partisipasi publik dan
pencapaian konsensus dalam topik yang cenderung kompleks dan kontroversial.
Demokrasi digital membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam
diskusi dan pengambilan keputusan, bahkan dalam konteks isu-isu yang sulit dipahami oleh
sebagian besar orang.
5
B. Kusumasari, "Digital democracy and public administration reform in Indonesia," International Journal of
Electronic Governance 10, no. 3 (2018): 317-337.
9
mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh realitas bahwa internet dan jejaring media sosial
juga memiliki potensi untuk menjadi tempat yang kacau dan penuh konflik, di mana
manusia dapat dengan mudah menyebarkan kebencian, permusuhan, agresivitas, dan
perilaku destruktif lainnya.
Dalam visi ideal, demokrasi digital memungkinkan terciptanya ruang publik yang
terbuka dan inklusif, di mana berbagai pandangan dan aspirasi dapat didengar dan
dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusan. Internet dan media sosial
memberikan platform bagi individu dan kelompok untuk menyuarakan pendapat mereka,
berdiskusi, dan berkolaborasi dalam mencari solusi untuk masalah-masalah yang
kompleks. Namun dalam prakteknya optimisme terhadap demokrasi digital telah terkikis
oleh berbagai masalah yang timbul dari penggunaan internet dan media sosial. Salah satu
masalah utamanya adalah penyebaran konten yang negatif dan berbahaya, seperti
kebencian, permusuhan, dan agresivitas. Fenomena ini menciptakan lingkungan online
yang tidak aman dan mengancam keselamatan serta kesejahteraan individu dan kelompok.
Tidak hanya itu, internet dan media sosial juga rentan terhadap penyebaran
informasi palsu atau hoaks, yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-
isu penting dan bahkan mempengaruhi proses demokratis secara keseluruhan. Ketika
informasi palsu tersebar luas di media sosial, masyarakat dapat menjadi bingung dan tidak
mampu membedakan antara fakta dan opini, menyebabkan terjadinya polarisasi dan
kekacauan dalam ruang publik digital. Selain itu, fenomena seperti filter bubble dan echo
chamber juga menjadi tantangan serius dalam demokrasi digital. Filter bubble merujuk
pada fenomena di mana algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai
dengan preferensi dan pandangan pengguna, sehingga membatasi paparan mereka terhadap
sudut pandang yang berbeda. Echo chamber mengacu pada kondisi di mana individu
cenderung terpapar hanya pada pandangan yang sudah mereka setujui, karena mereka
berinteraksi terutama dengan orang-orang yang memiliki pandangan serupa di media
sosial. Kedua fenomena ini dapat memperkuat polarisasi dan menghambat dialog yang
konstruktif dalam masyarakat6.
6
D. Akbar, P. Susanti, Y. W. Pangestu, Y. Iksan, & I. Irwansyah, "INDUSTRI DIGITAL DALAM DINAMIKA
DEMOKRASI DI INDONESIA: ANCAMAN ATAU PELUANG?," Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi 5, no.
2 (2022): 138-148.
10
Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatur dan mengawasi
penggunaan internet dan media sosial, sekaligus memastikan kebebasan berekspresi tetap
terjaga. Platform teknologi juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
algoritma yang lebih transparan dan bertanggung jawab, serta meningkatkan upaya untuk
memerangi penyebaran konten yang berbahaya. Di samping itu, masyarakat sipil dan
individu harus terus mendorong praktik-praktik yang positif dan membantu mengedukasi
orang lain tentang pentingnya berperilaku secara etis dan bertanggung jawab dalam ruang
digital7.
7
I. G. M. A. S. Witawan, I. W. Mudana, L. U. Sitompul, I. Nur, & R. A. G. Purnawibawa, "Demokrasi Digital
Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pilkada Tahun 2020 Di Kabupaten Jembrana)," Sosioglobal: Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 6, no. 1 (2022): 62-80.
8
A. Dunan, "Komunikasi Pemerintah di Era Digital: Hubungan Masyarakat dan Demokrasi Government
Communications in Digital Era: Public Relation and Democracy," Jurnal Pekommas 5, no. 1 (2020): 73-82.
11
lembaga pemerintah. Selain itu, demokrasi digital juga dapat meningkatkan kesetaraan
dengan menghilangkan batasan ruang, waktu, dan kondisi fisik dalam partisipasi politik,
serta memperluas cakupan partisipasi publik, mewujudkan kesetaraan bagi semua warga
negara untuk turut serta dalam kehidupan politik. Namun, demokrasi digital juga memiliki
dampak ambivalen, seperti penyebaran informasi yang tidak benar, hoaks, dan fitnah yang
dapat mengganggu kebenaran dan memanipulasi opini publik. Oleh karena itu, penting
untuk menjaga keamanan dan privasi data serta menerapkan regulasi yang tepat agar
digitalisasi berfungsi sebagai alat yang efektif dalam memperkuat akuntabilitas pemerintah.
9
I. N. Trisantosa, M. T. SIP, S. I. P. Dewi Kurniasih, & I. H. M. Hubeis, Pelayanan Publik Berbasis Digital
(Jakarta: Deepublish, 2022).
12
Jakarta Kini menjadi contoh bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi
partisipasi langsung dari masyarakat dalam berbagai aspek kebijakan dan pelayanan publik.
Namun, walaupun demokrasi digital menjanjikan inklusi yang lebih besar dalam proses
politik dan pemerintahan, terdapat juga kekhawatiran akan dampak negatif dari digitalisasi
terhadap kemampuan berpikir kritis masyarakat. Perkembangan e-demokrasi, yang
mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi, telah membawa dampak yang signifikan
dalam meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi pelayanan publik di Indonesia. Meskipun
demikian, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi dalam mewujudkan potensi
penuh e-government, seperti kesenjangan digital yang mempengaruhi aksesibilitas masyarakat
terhadap layanan online, masalah partisipasi yang masih rendah, serta budaya birokrasi yang
cenderung resisten terhadap perubahan. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari
pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mengatasi hambatan-hambatan ini dan
memastikan bahwa penerapan teknologi digital dapat memberikan manfaat maksimal bagi
semua pihak.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan model pelayanan digital dan demokrasi digital telah membawa dampak yang
signifikan dalam konteks pemerintahan modern di Indonesia. Model pelayanan digital
memungkinkan efisiensi, transparansi, dan partisipasi publik yang lebih besar dalam
penyelenggaraan layanan publik, sementara demokrasi digital membuka ruang untuk
partisipasi langsung masyarakat dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Meskipun
demikian, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti kesenjangan digital, penyebaran
informasi palsu, dan resistensi terhadap perubahan budaya birokrasi.
3.2 Saran
Dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta, kita dapat
mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa teknologi digital benar-benar memberikan
manfaat maksimal bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Katharina, R. (2021). Pelayanan publik & pemerintahan digital Indonesia. Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Bachtiar, R., Pramesti, D. L. D., Pratiwi, H. E., & Saniyyah, N. (2020). Birokrasi Digital: Studi
Tentang Partisipasi dan Kesiapan Masyarakat. Journal of Governance and Social
Policy, 1(2), 104-129.
Wibawa, I. G. A., & Antarini, L. (2020). Sistem Digital Tata Kelola Pemerintahan Daerah
(Digital Local Government). Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik, 5(1), 57-
71.
Kang, H., & Dugdale, A. (2010). A comparative study of e-civil participation in australia and
south korea: the case study of get up! in Australia and the 2008 candlelight protest in
South Korea (E. Ruhode, Ed.). In Proceedings of the 6th International Conference on
eGovernment. UK: Academic Publishing
Trisantosa, I. N., SIP, M. T., Dewi Kurniasih, S. I. P., & Hubeis, I. H. M. (2022). Pelayanan
Publik Berbasis Digital. Deepublish.
Witawan, I. G. M. A. S., Mudana, I. W., Sitompul, L. U., Nur, I., & Purnawibawa, R. A. G.
(2022). Demokrasi Digital Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pilkada Tahun
2020 Di Kabupaten Jembrana). Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Sosiologi, 6(1), 62-80.
Akbar, D., Susanti, P., Pangestu, Y. W., Iksan, Y., & Irwansyah, I. (2022). INDUSTRI
DIGITAL DALAM DINAMIKA DEMOKRASI DI INDONESIA: ANCAMAN
ATAU PELUANG?. Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(2), 138-148.
15