Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
lindungannya. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini
penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Selain itu
penulis menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk mempermudah
pemahaman para pembaca.
Mungkin makalah yang penulis buat ini belum sempurna karena penulis juga
masih dalam tahap belajar, oleh karena itu penulis berharap menerima saran ataupun
kritik dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Perbandingan Administrasi Negara”
Semoga makalah yang penulis buat ini bisa bermanfaat.
Penulis:
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak,
luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk
salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak
asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola
sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada
kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para
penyelenggara negara seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan
bangsa ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah
sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh
tindakan korupsi.Maka dari itu,makalah ini akan memaparkan terkait tentang korupsi
dengan judul “Pendidikan Anrti Korupsi”.
1
7. Apa dasar hukum korupsi di Indonesia ?
8. Apa bentuk/jenis dari Tindak Pidana Korupsi ?
9. Apa saja modus operandi korupsi ?
10. Apa saja hambatan dalam menangani korupsi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Masa orde lama ada yang namanya Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran).
Badan ini dipimpin oleh A.H. Nasution. Kemudian kita juga mengenal operasi Budhi.
Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi (Kontrar) yang di ketuai langsung oleh
Presiden Soekarno, dengan lahirnya organisasi ini semakin menambah lambatnya usaha
pemberantasan korupsi. Zaman orde baru, Soeharto tidak mau kalah dan melahirkan
produk yang namanya tim pemberantasan korupsi yang biasa disingkat TPK yang
diketuai oleh Jaksa Agung. Pada periode yang sama Presiden Soeharto juga membentuk
tim empat yang tugasnya membersihkan Bulog, Depag, Pertamina, Telkom. Pada masa
yang sama juga didirikan Operasi Tertib (Opstib) yang juga sebagai pemberantas
korupsi di Indonesia. Tetapi dua lembaga ini juga sering berselisih. Hal ini sangat
melemahkan lembaga itu dalam memberantas korupsi. Alhasil, para koruptor terus bisa
melenggang di kursi singgasana rezim orde baru.
3
Hal ini terjadi karena sistem ekonomi yang dijalankan secara modern, dimana
negara maju sebagai guru korupsi, tidak mengedepankan nilai good governance serta
sistem birokrasinya yang cenderung berbelit-belit. Inilah mengapa Indonesia sulit
mengatasi dalam memberantas Korupsi. Maka dari itu, penulis akan memaparkan terkait
dengan korupsi dalam bentuk makalah dengan judul “Pendidikan Anti Korupsi”.
4
jikalau semua proses ekonomi dijalankan oleh oknum yang korup.
Hasil dari dampak korupsi terhadap ekonomi yakni :
-Turunnya Produktifitas
Para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karena
mereka hanya memikirkan anak buah mereka, jika salah satu dari mereka melakukan
tindak korupsi, dengan kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk
menyelamatkannya.
5
Peraturan perundang-undangan tidak lagi berlaku karena, kebanyakan para
pejabat tinggi, pemegang kekuasaan atau hakim sering kali dijumpai bahwa mereka
mudah sekali terbawa oleh hawa nafsu mereka. Dan juga sering kali semua
permasalahan selalu diselesaikan dengan korupsi.
6
7. Dampak Terhadap Lingkungan
b. Prinsip-prinsip Anti-Korupsi
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah faktor
internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang
meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
7
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
5. UU ini mengatur tentang :Beberapa ketentuan dan penjelasan pasal dalam
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi diubah sebagai berikut:
6. Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga rumusannya
sebagaimana tercantum dalam penjelasan Pasal Demi Pasal angka 1 Undang-
undang ini;
7. Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu pasal-pasal dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang
terdapat dalam masing-masing pasal Kitab Undang- undang Hukum Pidana yang
diacu;
8. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 12 A,
Pasal 12 B, dan Pasal 12 C;
9. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal baru menjadi Pasal 26
A;
10. Pasal 37 dipecah menjadi 2 (dua) pasal yakni menjadi Pasal 37 dan Pasal 37 A;
11. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 ditambahkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 38
A, Pasal 38 B, dan Pasal 38 C;
12. Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah bab baru yakni Bab VI A mengenai
Ketentuan Peralihan yang berisi 1 (satu) pasal, yakni Pasal 43 A yang diletakkan
di antara Pasal 43 dan Pasal 44;
13. Dalam BAB VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baru yakni Pasal 43
B.
8
2.8 Bentuk/Jenis tindak pidana korupsi
9
4. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan
dan menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya
kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran dimaksud dengan
menggunakan bukti-bukti yang tidak benar atau fiktif.
5. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya menggunakan
dana/uang daerah untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk kepentingan
pribadi kepala/pejabat daerah ybs, kemudian mempertanggungjawabkan
pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-bukti yang
tidak benar, bahkan dengan menggunakan bukti-bukti yang kegiatannya fiktif.
6. Kepala Daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai dasar pemberian upah
pungut atau honor dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi yang tidak berlaku lagi.
7. Pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat legislatif daerah bersepakat
melakukan ruislag atas aset Pemda dan melakukan mark down atas aset Pemda
serta mark up atas aset pengganti dari pengusaha/rekanan.
8. Para Kepala Daerah meminta uang jasa (dibayar dimuka) kepada pemenang
tender sebelum melaksanakan proyek.
10
masih adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang
dapat menghambat penanganan tindak pidana korupsi.
c. Hambatan Instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya
instrumen pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang
membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih terdapat
peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih21 sehingga menimbulkan
tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di lingkungan instansi
pemerintah.
d. Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau
tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang
tinggi dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat
penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang
termasuk dalam kelompok ini di antaranya: kurang komitmennya manajemen
(Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil pengawasan; lemahnya koordinasi
baik di antara aparat pengawasan maupun antara aparat pengawasan dan aparat
penegak hukum.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Namun pada kenyataannya hal yang dilakukan pemerintah sejauh ini ternyata
masih belum menimbulkan hasil yang baik dalam pemberantasan korupsi. Kita lihat
pada pemerintahan Indonesia saat ini, masih banyak sekali para pejabat yang masih
melakukan tindak korupsi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah haruslah
memperbaiki sistem tata kelola pemerintahannya sehingga menjadikan tata
kelolapemerintaha yang baik, menerapkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas
serta partisipasi agar nantinya para pejabat sulit untuk melakukan tindakan korupsi
dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
13