Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Dosen Pengampu :

Drs. Azis Mien Alamsyah, M.Si

Disusun Oleh :

Nurul Farazila (2030711046)

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
lindungannya. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini
penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Selain itu
penulis menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk mempermudah
pemahaman para pembaca.

Mungkin makalah yang penulis buat ini belum sempurna karena penulis juga
masih dalam tahap belajar, oleh karena itu penulis berharap menerima saran ataupun
kritik dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Perbandingan Administrasi Negara”
Semoga makalah yang penulis buat ini bisa bermanfaat.

Sekian & Terimakasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sukabumi,23 Juli 2021

Penulis:

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Korupsi.................................................................................3

2.2 Pengertian Korupsi.........................................................................................4

2.3 Faktor Penyebab Korupsi...............................................................................4

2.4 Dampak Masif Korupsi..................................................................................4

2.5 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi......................................................................5

2.6 Upaya Pemberantasan Korupsi......................................................................5

2.7 Dasar Hukum Korupsi Di Indonesia.............................................................5

2.8 Bentuk/Jenis Tindak Pidana Korupsi............................................................9

2.9 Modus Operandi Korupsi..............................................................................9

2.10 Hambatan Dalam Menangani Korupsi.......................................................10

iii
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak,
luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk
salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak
asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola
sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada
kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para
penyelenggara negara seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan
bangsa ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.

Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah
sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh
tindakan korupsi.Maka dari itu,makalah ini akan memaparkan terkait tentang korupsi
dengan judul “Pendidikan Anrti Korupsi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah singkat dari korupsi ?


2. Apakah definisi dari pengertian korupsi ?
3. Apa saja faktor penyebab korupsi ?
4. Apa saja dampak masif korupsi ?
5. Apa saja nilai dan prinsip anti korupsi ?
6. Apa saja upaya dalam pemberantasan korupsi ?

1
7. Apa dasar hukum korupsi di Indonesia ?
8. Apa bentuk/jenis dari Tindak Pidana Korupsi ?
9. Apa saja modus operandi korupsi ?
10. Apa saja hambatan dalam menangani korupsi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mampu memahami sejarah singkat dari korupsi.


2. Agar mampu memahami definisi dari pengertian korupsi.
3. Agar mampu memahami faktor penyebab korupsi.
4. Agar mampu memahami dampak masif korupsi.
5. Agar mampu memahami nilai dan prinsip anti korupsi.
6. Agar mampu memahami upaya dalam pemberantasan korupsi.
7. Agar mampu memahami dasar hukum korupsi di Indonesia
8. Agar mampu mengetahui bentuk/jenis tindak pidana korupsi
9. Agar mampu memahami modus operandi korupsi.
10. Agar mampu memahami hambatan dalam menangani korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Korupsi

Masa orde lama ada yang namanya Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran).
Badan ini dipimpin oleh A.H. Nasution. Kemudian kita juga mengenal operasi Budhi.
Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi (Kontrar) yang di ketuai langsung oleh
Presiden Soekarno, dengan lahirnya organisasi ini semakin menambah lambatnya usaha
pemberantasan korupsi. Zaman orde baru, Soeharto tidak mau kalah dan melahirkan
produk yang namanya tim pemberantasan korupsi yang biasa disingkat TPK yang
diketuai oleh Jaksa Agung. Pada periode yang sama Presiden Soeharto juga membentuk
tim empat yang tugasnya membersihkan Bulog, Depag, Pertamina, Telkom. Pada masa
yang sama juga didirikan Operasi Tertib (Opstib) yang juga sebagai pemberantas
korupsi di Indonesia. Tetapi dua lembaga ini juga sering berselisih. Hal ini sangat
melemahkan lembaga itu dalam memberantas korupsi. Alhasil, para koruptor terus bisa
melenggang di kursi singgasana rezim orde baru.

Masa BJ Habibie juga melahirkan pembentukan KPKPN yang bertujuan


menciptakan penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN. Di masa Abdurrahman
Wahid juga melahirkan Tim gabungan pemberantasan tindak pidana korupsi (TGPTPK)
yang akhirnya di bubarkan setelah di ajukannya Yudisial review. Masa orde reformasi,
produk pemberantasan korupsi pun juga lahir. Lembaga yang disebut sebagai lembaga
yang super body itu adalah harapan real satu satunya setelah kejaksaan dan kepolisian
dinilai gagal. Lembaga itu adalah komisi pemberantasan korupsi (KPK). Sama dengan
setiap orde, produk-produk pemberantasan korupsi ini pun mendapat tantangan yang
berat. Dan yang paling hangat sekarang itu adalah usaha-usaha pelemahan terhadap
keperkasaan lembaga yang di sebut KPK ini.

3
Hal ini terjadi karena sistem ekonomi yang dijalankan secara modern, dimana
negara maju sebagai guru korupsi, tidak mengedepankan nilai good governance serta
sistem birokrasinya yang cenderung berbelit-belit. Inilah mengapa Indonesia sulit
mengatasi dalam memberantas Korupsi. Maka dari itu, penulis akan memaparkan terkait
dengan korupsi dalam bentuk makalah dengan judul “Pendidikan Anti Korupsi”.

2.2 Pengertian Korupsi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan


setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.

2.3 Faktor Penyebab Korupsi

Adapun faktor yang menyebabkan sering terjadinya korupsi diantaranya:

a. Keiniginan memperkaya diri


b. Adanya kesempatan
c. Keserakahan
d. Kekuasaan
e. monopoli
f. Kelemahan sistem hukum dan pengawasan
g. Merasa tidak puas dengan upah/gaji
h. Tidak menrapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, & partisipasi

2.4 Dampak Masif Korupsi

1. Dampak Terhadap Ekonomi

Ekonomi berfungsi sebagai faktor terpenting bagi masyarakat. Apabila korupsi


sudah masuk pada perekonomian negara mana mungkin bisa makmur masyarakatnya

4
jikalau semua proses ekonomi dijalankan oleh oknum yang korup.
Hasil dari dampak korupsi terhadap ekonomi yakni :

-Lambatnya Pertumbuhan ekonomi dan Investasi

-Turunnya Produktifitas

Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa

-Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Pajak

-Meningkatnya Hutang Negara

2. Dampak Sosial dan Kemiskinan Rakyat

Dari dampak sosial dan kemiskinan rakyat akan menyebabkan :

-Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik

-Lambatnya pengentasan kemiskinan rakyat

-Akses bagi masyarakat sangat terbatas

-Bertambahnya angka kriminalitas

3. Dampak Runtuhnya Otoritas Pemerintahan

Penyebab dari runtuhnya Otoritas pemerintahan yakni :

-Matinya Etika Sosial Politik

Para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karena
mereka hanya memikirkan anak buah mereka, jika salah satu dari mereka melakukan
tindak korupsi, dengan kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk
menyelamatkannya.

-Tidak Berlakunya Peraturan dan Perundang-Undangan

5
Peraturan perundang-undangan tidak lagi berlaku karena, kebanyakan para
pejabat tinggi, pemegang kekuasaan atau hakim sering kali dijumpai bahwa mereka
mudah sekali terbawa oleh hawa nafsu mereka. Dan juga sering kali semua
permasalahan selalu diselesaikan dengan korupsi.

4. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi

Dari dampak terhadap politik dan demokrasi tersebut menghasilkan:

-Munculnya kepemimpinan yang korup

-Hilangnya kepercayaam publik pada demokrasi

-Menguatnya sistem politik yang dikuasai oleh pemilik modal

-Hancurnya kedaulatan rakyat.

5. Dampak Terhadap Penegak Hukum

Korupsi terhadap penegak hukum dapat melemahkan suatu pemerintahan.


Bahwasanya setiap pejabat atau pemegang kekusaan memiliki peran penting dalam
membangun suatu negara, apabila pejabat sudah melalaikan kewajibannya maka yang
akan terjadi yakni :

-Fungsi pemerintahan tidak berjalan dengan baik

-Masyarakat akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah

6. Dampak terhadap Pertahanan dan keamanan

Dampak terhadap pertahanan dan keamanan mengakibatkan :

-Lemahnya alutista (senjata) dan SDM

-Lemahnya garis batas negara

-Menguatnya kekerasan dalam masyarakat

6
7. Dampak Terhadap Lingkungan

Dampak korupsi terhadap lingkungan dapat menyebabkan:

-Menurunnya kualitas lingkungan

-Menurunnya kualitas hidup

2.5 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

a. Nilai-nilai Anti Korupsi

Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,


kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti
korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.

b. Prinsip-prinsip Anti-Korupsi

Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah faktor
internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang
meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.

2.6 Upaya pemberantasan korupsi

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk


mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan,
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Karenanya ada tiga hal yang perlu digarisbawahi yaitu mencegah, memberantas
dalam arti menindak pelaku korupsi, dan peran serta masyarakat.

2.7 Dasar Hukum Korupsi di indonesia

Dasar Hukum korupsi di Indonesia tercantum dalam :

7
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
5. UU ini mengatur tentang :Beberapa ketentuan dan penjelasan pasal dalam
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi diubah sebagai berikut:
6. Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga rumusannya
sebagaimana tercantum dalam penjelasan Pasal Demi Pasal angka 1 Undang-
undang ini;
7. Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu pasal-pasal dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang
terdapat dalam masing-masing pasal Kitab Undang- undang Hukum Pidana yang
diacu;
8. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 12 A,
Pasal 12 B, dan Pasal 12 C;
9. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal baru menjadi Pasal 26
A;
10. Pasal 37 dipecah menjadi 2 (dua) pasal yakni menjadi Pasal 37 dan Pasal 37 A;
11. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 ditambahkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 38
A, Pasal 38 B, dan Pasal 38 C;
12. Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah bab baru yakni Bab VI A mengenai
Ketentuan Peralihan yang berisi 1 (satu) pasal, yakni Pasal 43 A yang diletakkan
di antara Pasal 43 dan Pasal 44;
13. Dalam BAB VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baru yakni Pasal 43
B.

8
2.8 Bentuk/Jenis tindak pidana korupsi

Sebagaimana diuraikan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam buku Memahami


untuk Membasmi: Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi (hal. 15),
definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan di dalam 13 pasal Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”)
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidan Korupsi (“UU 20/2001”).

Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan dalam tiga puluh


bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Ketigapuluh bentuk tersebut kemudian dapat
disederhanakan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi (hal. 15-17).

2.9 Modus operandi Korupsi

Berikut 8 modus operandi yang dirangkum KPK:

1. Pengusaha menggunakan pengaruh pejabat pusat untuk "membujuk" Kepala


Daerah/Pejabat Daeerah mengintervensi proses pengadaan dalam rangka
memenangkan pengusaha, meninggikan harga atau nilai kontrak, dan pengusaha
tersebut memberikan sejumlah uang kepada pejabat pusat maupun daerah.
2. Pengusaha mempengaruhi Kepala Daerah/Pejabat Daerah untuk mengintervensi
proses pengadaan agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau
ditunjuk langsung, dan harga barang/jasa dinaikkan (mark up), kemudian
selisihnya dibagi-bagikan.
3. Panitia pengadaan membuat spesifikasi barang yang mengarah ke merk atau
produk tertentu dalam rangka memenangkan rekanan tertentu dan melakukan
mark up harga barang atau nilai kontrak.

9
4. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan
dan menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya
kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran dimaksud dengan
menggunakan bukti-bukti yang tidak benar atau fiktif.
5. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya menggunakan
dana/uang daerah untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk kepentingan
pribadi kepala/pejabat daerah ybs, kemudian mempertanggungjawabkan
pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-bukti yang
tidak benar, bahkan dengan menggunakan bukti-bukti yang kegiatannya fiktif.
6. Kepala Daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai dasar pemberian upah
pungut atau honor dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi yang tidak berlaku lagi.
7. Pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat legislatif daerah bersepakat
melakukan ruislag atas aset Pemda dan melakukan mark down atas aset Pemda
serta mark up atas aset pengganti dari pengusaha/rekanan.
8. Para Kepala Daerah meminta uang jasa (dibayar dimuka) kepada pemenang
tender sebelum melaksanakan proyek.

2.10 Hambatan dalam menangani Korupsi

Hambatan dalam pemberantasan korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Hambatan Struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik


penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: egoisme sektoral dan institusional yang menjurus
pada pengajuan dana sebanyak-banyaknya untuk sektor dan instansinya tanpa
memperhatikan kebutuhan nasional secara keseluruhan.
b. Hambatan Kultural, yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:

10
masih adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang
dapat menghambat penanganan tindak pidana korupsi.
c. Hambatan Instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya
instrumen pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang
membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih terdapat
peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih21 sehingga menimbulkan
tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di lingkungan instansi
pemerintah.
d. Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau
tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang
tinggi dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat
penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang
termasuk dalam kelompok ini di antaranya: kurang komitmennya manajemen
(Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil pengawasan; lemahnya koordinasi
baik di antara aparat pengawasan maupun antara aparat pengawasan dan aparat
penegak hukum.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan


suatu hal yang merugikan pada berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, pemerintahan,
penegak hukum dan lainnya. Maka dari itu pemeritah berusaha semaksimal mungkin
dalam membrantasi korupsi, khususnya pada Negara Indonesia.

Namun pada kenyataannya hal yang dilakukan pemerintah sejauh ini ternyata
masih belum menimbulkan hasil yang baik dalam pemberantasan korupsi. Kita lihat
pada pemerintahan Indonesia saat ini, masih banyak sekali para pejabat yang masih
melakukan tindak korupsi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah haruslah
memperbaiki sistem tata kelola pemerintahannya sehingga menjadikan tata
kelolapemerintaha yang baik, menerapkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas
serta partisipasi agar nantinya para pejabat sulit untuk melakukan tindakan korupsi
dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Wicipto, 2018. “Korupsi Di Indonesia:Penyebab, Bahaya, Hambatan dan


Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi”. Fakultas Hukum Uviversitas Pembangunan
Nasional. Jakarta.
Diakses melalui website pada tanggal 22 Juli,pukul 22:00-01:42WIB.
https://www.liputan6.com/citizen6/read/330393/sejarah-korupsi-di-indonesia-dan-
skema-pemberantasannya
https://cetelogi.com/nilai-nilai-dan-prinsip-prinsip-anti-korupsi/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
667:upaya-pemberantasan-korupsi-seiring-kemajuan-teknologi-
informasi&catid=107&Itemid=187
https://jdih.komisiyudisial.go.id/frontend/detail/4/9
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6247a037c3a/bentuk-bentuk-tindak-
pidana-korupsi/
https://nasional.kompas.com/read/2008/08/22/19465330/inilah.18.modus.operandi.koru
psi.di.daerah?page=all

Link Video: https://youtu.be/pPY8mMZs6LM

13

Anda mungkin juga menyukai