Anda di halaman 1dari 8

Absen

4, 5, 6

Sejarah perkembangan
Kebijakan Publik.
TINGKAT GLOBAL

Dikatakan oleh Dunn (1998) bahwa studi kebijakan publik ini sudah dapat dirasakan keberadaannya
sejak abad XVIII sebelum masehi. Di mana lebih tepatnya pada masa itu terbit sebuah peraturan
pemerintah Babilonia yang disebut Kode Hammurabi. Pada kesempatan tersebut, Dunn mengatakan
contoh dokumen terkuno dari upaya sadar untuk menganalisis kebijakan publik ditemukan di
Mesopotamia. Kode Hammurabi, ditulis oleh penguasa Babilonia pada abad XVIII sebelum masehi,
mengekspresikan keinginan untuk membentuk ketertiban publik yang bersatu dan adil pada masa
ketika Babilonia mengalami transisi dari negara kota kecil menjadi negara wilayah yang luas. Kode
Hammurabi, yang memiliki kesamaan dengan hukum Musa, mencantumkan persyaratan-persyaratan
ekonomi dan sosial untuk suatu permukiman urban yang stabil di mana hak dan tanggungjawab
didefinisikan menurut posisi sosial. Kode mencakup prosedur kriminal, hak milik, perdagangan,
hubungan keluarga dan perkawinan, dana dan kesehatan, dan apa yang dikenal sekarang akuntabilitas
publik.
TINGKAT LOKAL
Asumsi umum adanya kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia sejak tahun 400-an merupakan bukti adanya kebijakan
publik. Walaupun secara kontekstual belum tertulis dalam sejarah secara riil. Akan tetapi dalam sejarah yang umum
ditemukan sejarah bahwa Mpu Tantular, Mpu Prapanca, adalah para pemikir yang kemudian menjadi penasehat raja
di Majapahit sekitar abad ke 13 M. Hingga abad ke -18 hukum-hukum perdata karya Belanda menjadi konsumsi
pendidikan pemuda Indonesia sebagai cikal-bakal ilmu kebijakan publik.
Mereka menganggap bahwa telaah atau kajian kebijakan publik termasuk bidang ilmu administrasi, bukan ilmu
politik / pemerintahan, mereka khawatir terjebak kepada analisis struktur dan teknis seperti banyak terjadi dalam ilmu
administrasi publik. Kurangnya informasi bahwa telaah mengenai kebijakan publik bisa menyajikan analisa
dinamika sosial, ekonomi dan politik yang merupakan tuntutan politik. Tapi akhir-akhir ini ilmuwan politik semakin
menaruh minat yang besar terhadap studi kebijakan publik. Hal ini disebabkan oleh revolusi teknologi dan
komunikasi dan globalisasi sehingga terjadi gelombang demokratisasi yang menjalar terus ke berbagai negara
termasuk indonesia. Kondisi ini mendorong terlibatnya aktor aktor baru dalam perumusan kebijakan publik.
Kebijakan publik tidak lagi didominasi oleh segelintir elit politik yang tidak dapat di kritik, namun kini telah
melibatkan semakin banyak warga negara dan kelompok-kelompok kepentingan. Dengan demikian pemerintah
dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang semakin beragam. Globalisasi informasi telah melahirkan budaya kritis
masyarakat sehingga pemerintah harus semakin responsif dan akomodatif.
TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino


Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 (2006:7) yang mengatakan bahwa kebijakan
dalam Leo Agustino (2006:6) adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau
dalam perspektif mereka mendefinisikan
pemerintah dalam suatu lingkungan terutama
kebijakan publik sebagai keputusan tetap
dimana terdapat hambatan-hambatan dan
yang dicirikan dengan konsistensi dan
kemungkinan-kemungkinan
pengulangan (repitisi) tingkah laku dari
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar
mereka yang membuat dan dari mereka
berguna dalam mengatasinya untuk
mematuhi keputusan.
mencapai tujuan yang dimaksud.
TEORI KEBIJAKAN PUBLIK
Menurut Bridgeman dan Davis, 2004 dalam Edi Suharto (2007:5) menerangkan bahwa kebijakan publik setidaknya memiliki tiga dimensi yang saling
bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan yang legal atau sah secara hukum (authoritative choice), dan sebagai hipotesis
(hypothesis).

1. Kebijakan publik sebagai tujuan


Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian publik. Artinya, kebijakan publik adalah serangkaian tindakan pemerintah yang didesain
untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.

2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal


pilihan tindakan dalam kebijakan bersifat legal atau otoritatif karena dibuat oleh lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem pemerintahan.
Keputusan itu mengikat para pegawai negri untuk bertindak atau mengarahkan pilihan tindakan atau kegiatan seperti menyiapkan rancangan undang-
undang atau peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau mengalokasikan anggaran guna mengimplementasikan program
tertentu.

3. Kebijakan publik sebagai hipotesis


Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi- asumsi
mengenai prilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat disensetif
yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu. Kebijakan harus mampu menyatukan perkiraan-perkiraan mengenai keberhasilan yang akan dicapai
dan mekanisme mengatasi kegagalan yang mungkin
terjadi.
Teori Kebijakan Publik dikaitkan dengan Perkembangan
Kebijakan Publik
Teori kebijakan publik merupakan seperangkat konsep, proposisi, dan penjelasan yang digunakan untuk memahami
dan menjelaskan proses pembuatan, implementasi, dan evaluasi kebijakan publik. Teori-teori ini dapat memberikan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana kebijakan publik dibuat, siapa yang terlibat dalam proses tersebut,
dan bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi masyarakat. Perkembangan teori kebijakan publik dapat dikaitkan
dengan perkembangan kebijakan publik itu sendiri. Pada awalnya, kebijakan publik lebih difokuskan pada aspek
pembuatan kebijakan, dengan mengasumsikan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah akan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, para ahli kebijakan publik
mulai menyadari bahwa proses pembuatan kebijakan publik tidak sesederhana itu. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik, termasuk faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengembangan teori kebijakan publik juga dipengaruhi oleh perkembangan paradigma ilmu politik. Pada awalnya,
ilmu politik lebih berfokus pada aspek institusional dan perilaku politik. Namun, seiring dengan perkembangan
waktu, para ahli ilmu politik mulai menyadari bahwa aspek kebijakan publik juga penting untuk dipelajari. Hal ini
karena kebijakan publik merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuannya.
Pengembangan teori kebijakan publik telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan kebijakan publik.
Teori-teori ini telah membantu para pembuat kebijakan untuk memahami dan menjelaskan proses pembuatan
kebijakan publik secara lebih komprehensif. Selain itu, teori-teori ini juga telah membantu para pembuat kebijakan
untuk membuat kebijakan yang lebih efektif dan efisien.
Penerapan Teori mengenai Kebijakan Publik
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah
kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implimentasi kebijakan dari sudut pandang teori siklikal (cyclical theory)
maka implementasi itu akan diperlukan sebagai suatu tahapan penting yang berlangsung dari proses kebijakan, terutama
setelah wacana legal formal, biasanya berupa undang-undang, peraturan, ketetapan, atau bentuk-bentuk produk lainnya,
dianggap sudah usai. Implementasi kebijakan dapat pula dianggap suatu proses, keluaran (output) dan hasil akhir (outcome).

Berangkat dari logika pemikiran ini, maka implementasi kebijakan dapat dikonseptualisasikan sebagai
suatu proses, serangkaian keputusan (a serial of decisions) dan tindakan (actions) yang bertujuan melaksanakan keputusan
pemerintah atau keputusan legislasi negara yang telah dibuat atau dirumuskan sebelumnya. Menurut Van Meter dsn Van Horn,
1975 dalam Leo Agustino (2006:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Sedangkan menurut Daniel Mazmanian dan Paul
Sabater, 1983 dalam Le Agustin (2006:139) mendefinisikan bahwa implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutifyang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah
yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukan atau
mengatur proses implementasinya.
THANK
SO YOU
MUCH

Anda mungkin juga menyukai