Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2337­6686

ISSN­L 2338­3321

KEBIJAKAN PELAYANAN E­KTP DI KOTA BANDUNG

Ika Widiastuti
Universitas Krisnadwipayana Jakarta
E­mail: iwidiastuti86@gmail.com
ABSTRAK: e­KTP adalah unsur penting dalam administrasi kependudukan, yang pembuatannya merupakan pelayanan dasar
pemerintah kepada masyarakatnya. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1997 bahwa setiap penduduk yang berusia 17
tahun atau pernah menikah wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui dan membahas
kebijakan pelayanan e­KTP di Kota Bandung, (2) mengumpulkan informasi serta mengembangkan konsep kebijakan pelayanan e­KTP
di Kota Bandung. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) e­KTP merupakan
program pemerintah untuk menggantikan KTP konvensional, (2) dalam proses implementasi pelayanan e­KTP yang sampai saat ini
berjalan masih dijumpai beberapa permasalahan antara lain lambatnya pelayanan e­KTP kepada masyarakat, belum meningkatnya
kualitas SDM, ada oknum aparatur desa (kepala desa) yang melakukan pungutan liar pada saat pengambilan e­KTP. (3) e­KTP dapat
berfungsi sebagai pintu masuk bagi masyarakat terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
Kata kunci: kebijakan, pelayanan, e­KTP
ABSTRACT: e­KTP is an important element in the administration of residence, and the making of it is a basic government services to
the people. In accordance with Presidential Decree No. 52 of 1997 that every resident aged 17 years or never marry must have identity
cards. The purpose of writing is (1) to assess and discuss the e­KTP card service policies in Bandung, (2) gather information and
develop policies on the concept of e­KTP card in Bandung. Method used in this research is qualitative. It can be concluded that: (1) e­
KTP is a government program to replace conventional KTP, (2) In the implementation process, the service of e­KTP card hitherto still
found some problems that slow e­KTP cards service to the public, has not increased the quality of human resources, there are
unscrupulous village officials (village head) perform illegal fees at the time of taking the e­KTP, and others. (3) e­KTP card can serve
as an entrance for the public to basic services such as education and health.
Keywords: policy, services, e­KTP

PENDAHULUAN serta mengembangkan konsep kebijakan pelayanan e­


Latar belakang penelitian ini adalah pelayanan e­ KTP di Kota Bandung.
KTP yang merupakan pelayanan dasar pemerintah
kepada masyarakatnya dan pembuatannya merupakan
METODOLOGI PENELITIAN
unsur penting dalam administrasi kependudukan. Hal
Metode yang digunakan yaitu penelitian
ini karena menyangkut masalah legitimasi seseorang
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
dalam eksistensinya sebagai penduduk dalam suatu
studi pustaka yang dilakukan untuk mengumpulkan,
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
mempelajari teori­teori, peraturan­peraturan,
(NKRI) dan sesuai dengan Keputusan Presiden
informasi yang diperoleh dari buku serta menelaah
Nomor 52 Tahun 1997 bahwa setiap penduduk yang
dokumen dalam bentuk jurnal, buku teks dan
berusia 17 tahun atau pernah menikah wajib memiliki
makalah yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Kartu Tanda Penduduk. Adapun syarat­syarat
seseorang berhak mempunyai Kartu Tanda Penduduk
salah satunya adalah apabila sudah genap 17 tahun PEMBAHASAN
dan bagi yang berstatus menikah tapi usianya belum Kebijakan Pemerintah Daerah
mencapai 17 tahun juga berhak mempunyai Kartu Kebijakan pemerintah daerah merupakan salah
Tanda Penduduk. Manfaat e­KTP yang diharapkan satu kebijakan negara. Menurut Wahab (2001:65),
dapat dirasakan sebagai berikut: 1) Identitas jati diri “kebijaksanaan yang dikembangkan atau dirumuskan
tunggal, 2) Tidak dapat dipalsukan, 3) Tidak dapat oleh instansi­instansi serta pejabat­pejabat
digandakan, dan 4) Dapat dipakai sebagai kartu suara pemerintah”. Fredrick (1997:17) mengidentifikasikan
dalam pemilu atau pilkada. kebijakan adalah: “serangkaian tindakan yang
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah
mengetahui dan membahas kebijakan pelayanan e­ dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjuk­
KTP di Kota Bandung, (2) mengumpulkan informasi kan hambatan­hambatan dan kesempatan­kesempatan

Jurnal Ilmiah WIDYA 1 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut kemudian dilaksanakan oleh birokrasi yang
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.” terorganisir, pengeluaran publik dan aktivitas dari
Menurut Islamy (2004:17), kebijakan negara agen­agen eksklusif.
adalah “serangkaian tindakan yang ditetapkan dan 5. Evaluasi kebijakan; Evaluasi kebijakan dilakukan
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah oleh pemerintah sendiri/konsultan dari luar, wartawan
yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan dan masyarakat.
seluruh masyarakat." Pentingnya evaluasi kebijakan ini untuk
mencapai keberhasilan dalam suatu program,
Edward III dan Ira Sharkansy (1980:1) men­ sedangkan Dunn dalam Samoedra (2000:98),
definisikan Public Policy atau kebijakan pemerintah mengatakan bahwa evaluasi kebijakan memiliki
adalah: “apa yang dinyatakan dan dilakukan oleh fungsi sebagai berikut:
pemerintah berupa sasaran atau program­program
pemerintah dan dapat ditetapkan secara jelas dalam 1. Eksplanasi; yaitu melalui evaluasi dapat dilihat
perundang­undangan atau dalam bentuk pidato­pidato kualitas pelaksanaan program dan dapat suatu
pejabat pemerintah atau berupa program dan tindakan generalisasi tentang pola hubungan antar berbagai
pemerintah.” dimensi realitas yang diamatinya.
2. Kepatuhan; yaitu melalui evaluasi dapat diketahui
Kebijakan pemerintah (public policy) adalah apakah yang dilakukan oleh para pelaku, baik
segala sesuatu yang muncul atau diusulkan dari birokrasi maupun para pelaku lain, sesuai dengan
individu, kelompok atau dari pemerintah dengan kata standar maupun prosedur yang telah ditetapkan oleh
lain dari infrastruktur politik dan suprastruktur politik kebijakan.
ditetapkan oleh instansi tertentu yang memiliki tujuan 3. Auditing; yaitu melalui evaluasi dapat diketahui
atau berorientasi pada kepentingan umum (public apakah output benar­benar sampai ke tangan
interest). kelompok sasaran maupun penerima lain (individu,
keluarga, organisasi, birokrasi, dan lain­lain).
Evaluasi Kebijakan
4. Akunting; yaitu dengan evaluasi dapat diketahui
Dengan melakukan evaluasi akan terlihat
apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
efektivitas sebuah kebijakan yang ada, apakah dapat
Lebih jauh Dye dalam Wibawa Samoedra (1994)
dilaksanakan dengan baik atau tidak. Melalui
mendefinisikan evaluasi kebijakan adalah “studi
evaluasi, pemerintah akan dapat merubah atau
tentang konsekuensi­konsekuensi kebijakan umum,
mempertahankan kebijakan yang ditetapkan dalam
atau penilaian secara umum, atau merupakan
mengatasi suatu persoalan. Evaluasi merupakan salah
penilaian secara menyeluruh terhadap efektivitas
satu kegiatan kebijakan seperti yang dikatakan oleh
yang relatif dari dua atau lebih program yang
Suradinata (1994:77), tentang proses kebijakan
mencerminkan kepentingan bersama.”
sebagai berikut:
Pendapat Suradinata (1994:68) tentang evaluasi
1. Identifikasi; Identifikasi masalah tentang
kebijakan sebagai berikut:
kebijakan melalui permintaan publik terhadap aksi­
aksi pemerintah. “Evaluasi kebijakan mengharuskan kita untuk
2. Formulasi; Formulasi masalah­masalah yang ada mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan
dalam masyarakat, formulasi itu kemudian kebijakan, juga tentang dampaknya. Tujuan lain dari
evaluasi adalah menghasilkan informasi yang
diformulasikan dalam bentuk proposal, dalam hal ini bermanfaat sebagai resep sekaligus memperoleh
ditangani oleh organisasi perencanaan kebijakan dan informasi yang bermanfaat untuk mengemudikan
birokrasi. pelaksanaan agar tercapai dengan baik juga
3. Legitimasi; Setelah proposal semua diolah dan menghasilkan informasi perihal hubungan antara
kondisi pelaksanaan kebijakan dan dampak kebijakan.
diformulasikan, kemudian disahkan (dilegitimasikan)
Suatu catatan yang perlu diingat bahwa evaluasi
oleh pihak­pihak yang berkepentingan atau lembaga sendiri merupakan proses yang dinamis dan
yang berwenang. merupakan salah satu mata rantai dalam proses
4. Implementasi; Setelah proposal disahkan oleh pembuatan kebijakan.”
pihak­pihak yang berkepentingan, kemudian
dilaksanakan oleh birokrasi yang berkepentingan,

Jurnal Ilmiah WIDYA 2 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

Kriteria agar suatu evaluasi atas kebijakan yang H.A.S. Moenir (2006:16), menyatakan bahwa
ada dilaksanakan dengan baik. Menurut Dunn dalam pelayanan adalah “proses pemenuhan kebutuhan
Wibawa Samoedra (2000:98) kriteria tersebut adalah: melalui aktivitas orang lain yang langsung”.
1. Relevansi; yaitu evaluasi yang harus memberikan Pelayanan publik menurut Osborne dan Goebler
informasi yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan (tahun) adalah pentingnya peningkatan pelayanan
dan pelaku­pelaku kebijakan lain dan harus publik oleh birokrasi pemerintah dengan cara
menjawab pertanyaan yang benar pada waktu yang memberi wewenang kepada pihak swasta agar lebih
tepat. banyak berpartisipasi sebagai pengelola pelayanan
2. Signifikasi; yaitu evaluasi yang harus memberikan publik.
informasi baru dan penting bagi pelaku kebijakan. Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan
3. Validitas; yaitu evaluasi yang harus memberikan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan
pertimbangan yang persuasif dan seimbang mengenai umum adalah: "Segala bentuk pelayanan yang
hasil­hasil nyata dari kebijakan atau program. dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
4. Reabilitas; yaitu evaluasi yang harus berisi bukti Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
bahwa kesimpulan tidak didasarkan pada informasi Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk
melalui prosedur pengukuran yang tidak diteliti dan barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya
tidak konsisten. pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
5. Objektivitas; yaitu evaluasi yang harus melapor­ rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang­
kan dan informasi pendukung yang sempurna dan undangan." Pelayanan tersebut terbagi menjadi tiga
tidak bias (melenceng), yaitu informasi yang mem­ jenis kelompok yang didasarkan pada ciri­ciri dan
buat evaluator­evaluator dapat mencapai kesimpulan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
yang sama. dihasilkan, yaitu:
6. Ketepatan waktu; yaitu evaluasi harus membuat
informasi tersedia pada waktu keputusan harus 1. Pelayanan administratif; adalah jenis pelayanan
dibuat. yang diberikan oleh unit pelayanan berupa
7. Daya guna; yaitu evaluasi harus menyediakan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
yang dapat digunakan dan dimengerti oleh pengambil dokumentasi, dan kegiatan tata usaha lainnya yang
keputusan dan pelaku kebijakan lainnya. secara keseluruhan menghasilkan produk akhir
Evaluasi kebijakan dapat dilakukan dalam dua berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin­ijin,
bidang, yaitu: rekomendasi, keterangan, jenis pelayanan sertifikat
tanah, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Ijin Lokasi
a. Evaluasi/implementasi pelaksanaan kebijakan, (IL), Ijin Pemanfaatan Ruang (IPK), Ijin Reklame
yaitu evaluasi terhadap proses implementasi. (IR), Ijin Usaha Industri dan lain­lain.
b. Evaluasi dampak kebijakan, yaitu evaluasi 2. Pelayanan barang; adalah pelayanan yang
terhadap konsekuensi kebijakan dan efektivitas diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan
dampak kebijakan (Wibawa, 2000:114). penyediaan dan atau pengolahan bahan berupa wujud
Pelayanan fisik termasuk distribusi dan penyampaian kepada
Pelayanan pada dasarnya merupakan aktivitas konsumen langsung (sebagai unit atau individual)
seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik dalam suatu sistem. Secara keseluruhan kegiatan
langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda
kebutuhan. Menurut Hardiyansah (2011:18), (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang
pelayanan adalah: memberikan nilai tambah secara langsung bagi
penggunaannya, misalnya jenis pelayanan listrik,
“Berhubungan dengan bagaimana meningkatkan
pelayanan air bersih, dan pelayanan telepon.
kapasitas dan kemampuan pemerintah dan/atau
pemerintahan daerah menjalankan fungsi pelayanan, 3. Pelayanan jasa; adalah jenis pelayanan yang
dalam konteks pendekatan ekonomi, menyediakan diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan
kebutuhan pokok (dasar) bagi seluruh masyarakat”. prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya
berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan

Jurnal Ilmiah WIDYA 3 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang men­ masih dijumpai beberapa permasalahan yang
datangkan manfaat bagi penerimanya secara dihadapi, seperti:
langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu 1. Lambatnya pelayanan e­KTP kepada masyarakat
tertentu. Misalnya pelayanan angkutan darat, laut dan karena pemerintah daerah tidak diberi keleluasaan
udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, oleh pemerintah pusat untuk menyediakan segala
pelayanan pos dan pelayanan pemadam kebakaran. kebutuhan pendataan. Dari 2,3 juta penduduk warga
Kriteria yang digunakan untuk memberikan Kota Bandung, terdapat 1,6 juta jiwa wajib KTP.
pelayanan yang memuaskan adalah sebagai berikut: Hingga kini, masih ada 150­200 ribu jiwa yang
(1) transparansi, (2) akuntabilitas, (3) kondisional, (4) belum memiliki e­KTP.
partisipatif, (5) kesamaan hak, (6) keseimbangan hak, 2. Adanya pembatasan blangko e­KTP dari
dan kewajiban. Pelayanan yang berorientasi pada Kementerian Dalam Negeri. Rata­rata keluhan yang
masyarakat sangat tergantung pada kepuasan diungkapkan masyarakat adalah soal antrean yang
masyarakat. Menurut Sampara Lukman (2000:55): panjang setiap hari. Sebab orang bergerak serentak
“Salah satu ukuran keberhasilan menyajikan datang ke lokasi perekaman e­KTP. Di Kota Bandung
pelayanan yang berkualitas (prima) sangat tergantung masih terdapat 120 ribu warga Kota Bandung yang
pada tingkat kepuasan pelanggan yang dilayani. belum memiliki e­KTP.
Pendapat tersebut artinya menuju kepada pelayanan
3. Terdapat keluhan dari masyarakat belum
eksternal, dari perspektif pelanggan, lebih utama atau
lebih didahulukan apabila ingin melaksanakan kinerja meningkatnya kualitas SDM, belum maksimal dalam
pelayanan yang prima”. menjawab tantangan kekinian.
4. Terdapat kesalahan data penduduk. Pada proses
Menurut Fizmmons dalam Ridwan (2007:57)
perekaman data e­KTP, operator akan meng­
untuk mengetahui dirasakan secara nyata oleh
konfirmasi kepada penduduk bersangkutan apakah
konsumen, ada 5 dimensi ukuran kepuasan
datanya sudah benar atau belum dan selanjutnya
pelayanan, yaitu: (1) reliability (keandalan), (2)
proses perekaman dilanjutkan. Namun karena
responsiveness (kesanggupan), (3) assurance (sopan
banyaknya jumlah penduduk yang dihadapi dengan
santun), (4) emphaty (sikap), dan (5) tangible
kapasitas operator yang terbatas dan proses
(berwujud).
perekaman hingga larut malam, kelelahan operator
e­KTP terkadang menimbulkan kekeliruan input data.
e­KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen 5. Aktivasi e­KTP; perlu diaktivasi apakah data yang
kependudukan yang memuat sistem keamanan/ tercantum sudah benar atau tidak. Namun beberapa
pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun penduduk atau petugas pemerintah hanya sebatas
teknologi informasi dengan berbasis pada database mendistribusikan e­KTP saja dan aktivasi dilakukan
kependudukan nasional. Penduduk hanya diperboleh­ kemudian hari, sehingga menyebabkan penduduk
kan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor yang memiliki jarak yang cukup jauh dari kantor
Induk Kependudukan (NIK) yang merupakan pemerintahan bersangkutan enggan melakukan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur aktivasi.
hidup. Nomor NIK yang ada di e­KTP nantinya akan 6. Kesalahan foto dengan data yang tercantum. Hal
dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin ini dimungkinkan karena adanya human error karena
Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak operator keliru memasukkan data penduduk pada saat
(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah proses perekaman data untuk e­KTP.
dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 7. Ada oknum aparatur desa (kepala desa) melakukan
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk). pungutan liar pada saat pengambilan e­KTP. Setiap
pengambilan e­KTP, mereka dikenakan patokan biaya
Hasil Penelitian dan Pembahasan 10.000 rupiah/orang.
Masalah yang Timbul dalam Pelayanan Pemecahan Masalah dalam Pelayanan Pembuatan
Pembuatan e­KTP e­KTP
Dalam proses implementasi pembuatan dan Tiga unsur yang memegang peranan penting
pelayanan e­KTP yang berjalan sampai saat ini, dalam pencapaian target perekaman e­KTP, seperti

Jurnal Ilmiah WIDYA 4 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

(1) konsorsium, (2) Pemerintah Daerah dan (3) Identifikasi Kebijakan e­KTP
Pemerintah Pusat. Agar ketiga unsur ini dapat Beberapa fungsi dari e­KTP antara lain: (1)
mengimplementasikan tugas dan fungsinya, maka Sebagai identitas jati diri; (2) Berlaku Nasional,
sebagian besar merupakan fungsi dari tim supervisi sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk
sebagai representasi dan pemegang peran kunci pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan
dalam mensukseskan program nasional e­KTP. sebagainya; dan (3) Mencegah KTP ganda dan
Dari sisi teknologi, Badan Pengkajian dan pemalsuan KTP; Terciptanya keakuratan data
Penerapan Teknologi (BPPT) sudah memberikan penduduk untuk mendukung program pembangunan.
dukungan penuh pada pengembangan Grand Design Dengan berbagai kelebihan e­KTP dan
e­KTP. Demikian pula pada implementasi e­KTP di keakuratan data kependudukan, diharapkan program
tahun 2011 dan 2012. BPPT menyediakan lima Pemerintah dapat lebih tepat sasaran. Misalnya: (1)
tenaga ahli pada tim teknis, 22 staff tim Pokja (ahli dalam hal belanja Subsidi dan (2) dalam hal
dan teknis), serta memperbantukan 81 staff BPPT Pendidikan dan pelayanan Kesehatan. Sebagai
untuk menjadi tim Supervisi Teknis e­KTP. contoh, dalam hal subsidi dapat diketahui siapa
Diperlukan mekanisme dan Standard Operating penduduk yang layak atau tidak layak memperoleh
Procedure (SOP) untuk eskalasi permasalahan teknis subsidi. Misalnya ketika akan mengisi BBM
dan cara penanganan yang dikelola dengan baik diharuskan menunjukkan e­KTP, sehingga
dukungan teknis dari konsorsium pelaksana dan masyarakat yang layak mendapat subsidi dapat
petugas perekaman di daerah. Hal ini semua mengisi dengan Premium sedangkan yang tidak layak
memerlukan harmonisasi kegiatan, kolaborasi dan harus mengisi dengan Pertamax. Hal ini juga berlaku
kerjasama yang kuat agar seluruh proses perekaman untuk pelayanan Kesehatan, dapat diketahui siapa
(enrollment) berlangsung end­to­end (dari hulu ke masyarakat yang harus mendapat dan yang tidak
hilir) secara berkesinambungan, cepat dan akurat. mendapat jamkesmas. Dalam hal pendidikan, sudah
seharusnya masyarakat miskin di Indonesia mendapat
Seluruh rantai proses pelayanan dan penerbitan pendidikan yang gratis. Hal ini seharusnya dapat
e­KTP harus disupervisi secara ketat dan menyeluruh, diketahui siapa penduduk yang layak dan tidak
agar tidak ada penyalahgunaan pelayanan e­KTP. melalui e­KTP. Sehingga dengan demikian
Untuk itu, tim supervisi perlu memahami alur proses pelaksanaan keadilan dalam penyelenggaraan
dan mensupervisi agar proses perekaman data pendidikan dapat tercapai. Masyarakat yang miskin
penduduk dan pengiriman data hasil perekaman di sekolahnya gratis, masyarakat menengah sekolahnya
daerah berjalan lancar secara baik dan benar. Selain bayar setengah saja, sedangkan masyarakat yang kaya
itu, perlu secara periodik mereview permasalahan sudah selayaknya bayarnya lebih mahal (premium).
teknis dan nonteknis yang terjadi dan memberikan Sehingga ada subsidi silang dari masyarakat yang
masukan rekomendasi pemecahan masalah kepada kaya ke masyarakat yang miskin.
Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Dukcapil). Pengkajian Masalah e­KTP
Adanya kesimpangsiuran informasi antara pihak Pemerintah melakukan sebuah “pekerjaan
Perbankan dan Pemerintah soal penerapan e­KTP raksasa” yakni menghimpun data seluruh penduduk
yang berujung merugikan masyarakat itu hingga Indonesia hanya dalam hitungan bulan. Pekerjaan ini
perlu segera diluruskan. Diharapkan berbagai pihak sulit dicapati mengingat selama ini pendataan warga
di level Gubernur/Kabupaten/Kota mengambil alih negara tidak tertata. Sangat lumrah jika ada istilah
dan melakukan sosialisasi kepada berbagai instansi KTP ganda, kerancuan daftar pemilih tetap pada
terkait soal pemberlakuan e­KTP tersebut. Jika Bank pemilihan umum dan Pilkada, serta tidak akuratnya
tetap menolak pemakaian e­KTP, harus ada proses hasil sensus karena memang database penduduk yang
hukum yang dapat ditempuh. Warga dapat semeraut. Untuk mengatasi masalah tersebut
mengajukan tuntutan melalui lembaga perlindungan pemerintah mencanangkan pendataan ulang
pelayanan publik, yakni Komisi Pelayanan Publik penduduk Indonesia melalui program elektronik atau
(KPP). e­KTP.

Jurnal Ilmiah WIDYA 5 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

Evaluasi Kebijakan e­KTP koneksi internet, jangkauan wilayah yang luas dan
Sesuai dengan rencana awal, e­KTP dimulai kurangnya ketersediaan alat pemindai tandatangan
Agustus tapi terlambat sampai akhir September, dan retina. Pengadaan peralatan pendukung e­KTP
bahkan dibanyak daerah dimulai awal November rawan dengan penyalahgunaan melalui tender yang
2011. Alasan pengunduran tersebut adalah soal tidak transparan. Dana triliunan rupiah untuk program
ketersediaan peralatan untuk scan sidik jari dan retina ini berisiko mengalami kebocoran.
mata. Namun belum lama ini (Kompas.com) Oleh karena bagaimanapun harus ada alat khusus
mengutip pernyataan Menteri Dalam Negeri yang yang bisa membaca data e­KTP untuk mendukung
meralat bahwa elektronik atau e­KTP akan tuntas fungsi sebagai satu­satunya tanda pengenal penduduk
pada akhir 2012. Padahal sebelumnya pemerintah yang sah di wilayah NKRI. Sisi lainnya yang harus
yakin bahwa rekam data penduduk untuk e­KTP diperhatikan adalah mengenai pelayanan dalam
selesai pada akhir 2011 ini. pembuatan e­KTP yang masih harus dibenahi.
Prosedur pembuatan e­KTP menurut situs Ketersediaan alat yang memadai, dan ketepatan
resminya (e­KTP.com) adalah sebagaimana berikut: waktu pelayanan.
1. Penduduk datang ke tempat pelayanan membawa
Pengembangan Alternatif Kebijakan serta
surat panggilan dari RT/Kelurahan. Menyeleksi Alternatif Terbaik
2. Petugas melakukan verifikasi data penduduk Melihat permasalahan e­KTP seperti pada uraian
dengan database. di atas, perlu ada alternatif yang harus ditempuh. e­
3. Foto (digital). KTP ini sangat baik untuk diterapkan di Negara
4. Tandatangan (pada alat perekam tandatangan). Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Selain
5. Perekaman sidik jari (pada alat perekam sidik jari) memudahkan Pemerintah untuk mendata penduduk,
dan scan retina mata. e­KTP juga dapat memberikan tanda bukti yang valid
6. Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel atas keberadaan data pemiliknya. Dengan e­KTP
pada surat panggilan yang sekaligus sebagai tanda penduduk tidak bisa membuat kepalsuan data
bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman pribadinya, karena pembuatan e­KTP ini disertai sidik
foto tandatangan sidik jari. jari secara digital atau elektronik juga. Penduduk
7. Penduduk dipersilahkan pulang untuk menunggu tidak bisa menduplikasi kartu tanda penduduknya
hasil proses pencetakan 2 minggu setelah pembuatan. dengan data yang berbeda dikarenakan sidik jari
Namun pada kenyataanya, warga harus melalui tersebut. Jadi, e­KTP sangat efisien bila diterapkan.
prosedur yang jauh lebih rumit. Warga terhambat Orang­orang tidak bisa menghilangkan data diri atau
jadwal panggilan bergilir dari RT/Kelurahan yang mengubahnya.
tidak tentu jadwalnya. Ketidakpastian jadwal ini
bermasalah, karena terdapat sebagian warga yang Diharapkan untuk kecamatan­kecamatan yang
memiliki agenda diluar kota atau memiliki rencana sudah mulai menerapkan e­KTP, harus segera
untuk pindah domisili. Warga tidak bisa mendapatkan memulai pendataan pembuatan e­KTP bagi penduduk
kepastian jadwal pengurusan surat panggilan dan di kecamatan tersebut. Hal ini dikarenakan agar
tidak bisa melanjutkan pada proses selanjutnya. adanya angsuran pendataannya sehingga tidak
menambah hambatan untuk penerapan e­KTP di
Terdapat pula syarat lainnya tidak tercantum daerah lainnya.
yaitu warga harus memiliki KTP Nasional (warna
biru), tidak bisa menggunakan KTP Daerah (warna Selain itu, diharapkan juga kepada masyarakat
kuning). Sehingga sebagian warga perlu untuk untuk memiliki kesadaran dalam pembuatan e­KTP,
mengurus pembuatan KTP Nasional terlebih dahulu yaitu dengan cara berbondong­bondong datang ke
yang jika sudah selesai juga tidak digunakan. Proses tempat pembuatan e­KTP tanpa harus disuruh.
pembuatan KTP Nasional membutuhkan waktu Dengan demikian pihak pengurus pembuatan e­KTP
paling cepat 2 minggu. tidak terlalu kerepotan dalam memberikan jadwal
kepada penduduk untuk membuat e­KTP. Masyarakat
Bagi masyarakat daerah dan pedalaman terdapat yang telah datang berbondong­bondong membuat e­
kendala berupa keterbatasan listrik, minimnya KTP telah ikut mewarnai perubahan yang terjadi.

Jurnal Ilmiah WIDYA 6 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

Mereka telah berani membawa sikap positif terhadap disusun pada UU RI No.23 Tahun 2006 dan
perubahan. Mungkin sebagian mereka berpikir agar PERPRES RI No. 26 Tahun 2009.
diakui oleh pemerintah kewarganegaraannya dengan Disisi lain, kebijakan e­KTP ini memiliki
ber­KTP nasional mereka ingin mengikuti dan kelebihan dalam implementasinya, yaitu kebijakan ini
merasakan perkembangan zaman. Merekalah yang mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda
dengan segala keterbatasannya rela menghilangkan dan KTP palsu. Sehingga memberikan rasa aman dan
pikiran negatif terhadap perubahan yang terjadi. kepastian hukum bagi masyarakat untuk mendukung
Namun bagi masyarakat yang acuh terhadap terwujudnya database kependudukan yang akurat,
perubahan ini, harus siap dengan yang masalah yang khususnya yang berkaitan dengan data penduduk.
timbul kemudian. Pada kepengurusan administrasi Wajib KTP identik dengan data penduduk
kependudukan, data mereka menjadi tersendat potensial pemilih pemilu (DP4). DP4 Pemilu yang
dibanding dengan yang sudah memiliki e­KTP. selama ini sering bermasalah tidak terjadi lagi. Semua
Mereka juga tidak mendapatkan beberapa layanan WNI yang berhak memilih diharapkan dapat terjamin
dari pemerintah dan swasta dikarenakan data pribadi hak pilihnya, dapat mendukung peningkatan
yang sudah tidak tersistem di database nasional. keamanan negara karena tertutupnya peluang KTP
Inilah sebuah perubahan yang dilakukan oleh ganda dan KTP palsu (selama ini para pelaku
pemerintah. Perubahan tidak dapat dihindari, tetapi kriminal termasuk teroris menggunakan KTP ganda
perubahan harus dihadapi, untuk dibuat menjadi dan KTP palsu) dan banyak manfaat yang lainnya.
sesuatu yang berarti. Saat ini perekaman database
penduduk telah menggunakan perlengkapan
PENUTUP
informasi teknologi dan komunikasi yang handal,
cepat serta didukung SDM yang sesuai, semakin Kesimpulan
memaknai, bahwa perubahan ini harus diteruskan. e­ Dalam proses implementasi pelayanan e­KTP
KTP membawa perubahan perbaikan buat diri, masih dijumpai beberapa permasalahan yang
masyarakat bahkan Negara. dihadapi yaitu lambatnya pelayanan e­KTP,
rendahnya kualitas SDM, adanya oknum aparatur
Pemerintah juga harus aktif dalam memberikan
desa (kepala desa) melakukan pungutan liar pada saat
pemahaman mengenai e­KTP kepada masyarakat,
pengambilan e­KTP, dan lain­lain. e­KTP
yaitu dengan cara mensosialisasikan melalui media
berhubungan dengan peluang masyarakat dalam
cetak, media masa, ataupun secara langsung datang di
mengakses berbagai layanan dasar. Pemerintah
tengah­tengah masyarakat. Sehingga bagi masyarakat
mensyaratkan untuk memiliki e­KTP agar dapat
yang memang belum paham mengenai e­KTP dapat
mengakses berbagai fasilitas dan bantuan pemerintah.
mengikuti sosialisasi tersebut. Oleh karena itu, perlu
Dengan kata lain, e­KTP dapat berfungsi sebagai
ditekankan kepada masyarakat untuk memiliki
pintu masuk bagi masyarakat terhadap layanan dasar
kesadaran dalam berpartisipasi dalam sebuah
seperti pendidikan dan kesehatan.
perubahan. Selain itu, untuk pengurus proyek e­KTP
ini, harus disusun perincian dana yang dibutuhkan, Saran­Saran
dikeluarkan, serta dana yang masuk agar jelas Melalui e­KTP, diharapkan mampu mengatasi
penggunaannya. Sehingga tidak timbul masalah baru penyimpangan­penyimpangan yang terjadi selama.
yang dapat menghambat perkembangan e­KTP. Pada e­KTP terdapat rekaman identitas penduduk
yang tidak dapat dipalsukan dan hanya dimiliki oleh
Kekurangan dan Kelebihan Implementasi
Kebijakan e­KTP di Kota Bandung satu orang saja. Peran penduduk terkait pelayanan
Banyak hal yang perlu dibenahi dalam publik di sektor administrasi pemerintahan juga dapat
implementasi kebijakan e­KTP, khususnya mengenai lebih ditingkatkan agar kerjasama dalam hal
sosialisasi yang masih belum menjangkau luas ke pembangunan daerah dapat terwujud secara baik.
daerah­daerah pelosok. Hal ini merupakan tugas yang Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan
harus dijalankan pemerintah jika berharap penerapan yang baik dituntut aparatur pemerintah yang
e­KTP berjalan efektif sesuai target yang telah profesional, jujur, adil, merata dalam

Jurnal Ilmiah WIDYA 7 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018


Ika Widiastuti, Kebijakan Pelayanan e­KTP
1­8 di Kota Bandung

penyelenggaraan tugas Negara, pemerintah, dan DAFTAR PUSTAKA


pembangunan. Hal ini merupakan prasyarat dalam Edward III, George C. Implementing Public Policy.
Congressional Quarterly Press. Washington. 1980.
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas Fitzimmons, James A. dan Mona Fitzimmons, J. Service
pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Management: Operation, Strategy and Information
Adanya sosialisasi pemerintah kepada masyarakat Technology, International Edition. McGraw­Hill. New York.
2001.
Kota Bandung sehingga informasi dapat merata serta Hardiyansah. Kualitas Pelayanan Publik (Konsep, Dimensi,
terlaksananya kebijakan pelayanan e­KTP di Kota Indikator dan Implementasinya. Gaya Media. Yogyakarta.
Bandung. Diperlukan pula evaluasi kebijakan untuk 2011.
Islamy, Irfan. Prinsip­Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
mencapai keberhasilan dalam suatu program. Bina Aksara. Jakarta. 2003.
Moenir, H.A.S. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. PT
Dibutuhkan pelayanan publik dengan Bumi Aksara. Jakarta. 2006.
mengembalikan dan mendudukkan pelayan dan yang Moleong, Lexy J,. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja
dilayani ke pengertian yang sesungguhnya. Dengan Rosdakarya. Bandung. 2004.
Nugroho, Riant. Public Policy: Dinamika Kebijakan­Analisis
demikian kinerja aparatur pemerintah dalam Kebijakan–Manajemen Kebijakan. Elex Media Komputindo
memberikan pelayanan publik menjadi lebih baik dan Kelompok Gramedia. Jakarta. 2011.
pada akhirnya akan menghasilkan kualitas pelayanan Prasetya, Irawan. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk
Ilmu­Ilmu Sosial. DIA FISIP UI. Jakarta. 2006.
yang baik pula. Pelayanan publik yang diberikan Ratminto & Winarsih. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar.
harus bersifat transparan, akuntabel, kondisional, Yogyakarta. 2006.
partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan Sampara, Lukman. Manajemen Kualitas Pelayanan. STIA LAN
Press. Jakarta. 2002.
kewajiban, menyajikan pelayanan yang berkualitas Sinambela, Lijan Poltak dkk. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
(prima) yang sangat tergantung pada tingkat Kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta. 2006.
Suharto, Edi. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.
kepuasan pelanggan yang dilayani. Selain itu Alfabeta. Bandung. 2008.
diperlukan pula sistem, serta sarana dan prasarana Thoha, Miftah. Ilmu Administrasi Negara. Rajawali Press.
yang memadai guna meningkatkan kualitas pelayanan Jakarta. 2003.
Warella, Y., Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik.
publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik. 2004.
Wibawa, Samodra. Evaluasi Kebijakan Publik. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 1994.
Winarno, Budi. Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Media
Pressindo. Yogyakarta. 2002.

Jurnal Ilmiah WIDYA 8 Volume 5 Nomor 1 Januari­Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai