KARAKTERISTIK AKHLAK
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Reggika Dwinanda Putra (193410343)
Aulia Rezky Putri (193410768)
Nurfan Arbin Pamungkas (193410816)
Dosen Pengampu :
H. Alfitri, Lc,M.Pd
A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya suatu hal yang tampak jelas bagi para pengkaji Islam melalui
ayat-ayat al-Quran dan sunnah Nabi saw serta merenungkan teks-teks dan ruh
(jiwa) nya yaitu bahwa Islam dalam tingkat substansi merupakan suatu risalah
moral (akhlak) dengan segala pengertian yang dikandungnya dari kedalaman dan
cakupan yang menyeluruh. Dan tidak mengherankan jika akhlakiyah (moralisme)
merupakan suatu karakter diantara karakter Islam yang umum. Hal itu karena
Islam menganjurkan kepada nilai-nilai luhur (norma) dan memperingatkan
terhadap perbuatan hina, menegaskan anjuran dan peringatan itu sampai pada
tingkat pengharusan serta menentukan balasan terbesar atas hal itu, baik berupa
pahala maupun hukuman, di dunia dan akhirat. Disamping itu juga, karena Islam
telah memperhatikan secara optimal tentang akhlak sampai al Quran ketika
memuji Rasulullah saw tidak ada yang lebih tepat dan tinggi "Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung".Akhlak
menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari
ajaran agama Islam itu selalu berorientasi pada pembentukan dan
pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq alkarimah. Akhlakiyah
(moralisme) menjadi karakter Islam karena akhlakiyah merasuk kedalam semua
eksistensi Islam dan dalam semua ajarannya, sampai kepada akidah, ibadah, dan
mu'amalah, serta masuk ke dalam politik dan ekonomi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut
tentang apa-apa saja yang termasuk dalam keistimewaan islam seperti
rabbaniyah,assyumuliyah,al-wudhuh,al-adalah,tasamuh,dan juga waqi‟iyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Rabbaniyah
Setiap satu aturan yang diperkenalkan dalam Islam adalah aturan yang
selayaknya dikatakan adil kerana ia dibuat tanpa didorong oleh kejahilan,hawa
nafsu dan tidak datang dari pemikiran yang terbatas. Semua makhluk yang
mendiami alam ini adalah milik mutlak Allah swt yang menguasai dan memiliki
alam ini. Menjadi satu kemestian untuk semua makhluk tunduk dan patuh kepada
pencipta yang juga pemerintah alam, Allah swt. Semua makhluk
bertanggungjawab melaksanakan tugas sebagai hamba Allah swt. Setiap aturan
dan undang-undang yang terkandung dalam ajaran Islam adalah dating dari Allah
swt dan tiadalah manusia berhak untuk mempertikaikannya.
Firman Allah yang bermaksud : Akan tetapi (ia berkata), “hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, kerana kamu selalu mengajar al-kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya”(ali-imran:79).
Dr. Yusuf Al-Qardawi dalam kitabnya al-khasoish al-ammah lil islam
menyatakan bahwa yang di maksudkan dengan rabbaniyah itu adalah meliputi
empat aspek :
2. Al-syumuliyyah
Al-syumuliyyah berasal dari kata kerja syammala-yasmulu-syamlan-
syumulan yang berarti berpindah arah menuju arah utara, dan jika di katakan
syamala al-amru al-qauma maka ia berarti urusan tersebut mencakup keseluruhan,
namun jika kita gunakan dengan kata kerja yang sama syammala fulanan maka
artinya menjadi ia di baluti selimut, oleh karenanya bias di artikan kata al-
syumuliyyah menjadi integral/universal.[8]
Syumuliyyah dalam dakwah memiliki makna ;pertama:universalitas dalam
dimensi waktu artinya bahwa dakwah dan islam tidak ada kadaluarsanya, islam
dan dakwah shalihah likuli zamanin/islam dan dakwah berlaku di setiap waktu
dan zaman. Sedangkan makna yang kedua : universalitas dalam dimensi
tempat,islam dan dakwah dapat di aplikasikan dalam setiap tempat, tidak hanya
berlaku di timur tengah namun ia berlaku juga di Negara kita yang tercinta
Indonesia. Syumuliyyah dakwah tampak ketika seseorang melihat kembali
bagaimana rasulullah melakukan manuver-manuver dakwahnya.
Syumuliyyah bermaksud islam. Ini berarti bahwa agama islam adalah
sebuah agama yang lengkap dan sempurna serta meliputi kehidupan dunia dan
akhirat. Islam meliputi seluruh kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Islam
telah mengatur kehidupan manusia dengan lengkap yang meliputi :
ibadah,akhlak,ekonomi,politik,kemasyarakatan,kesehatan,kebudayaan,bahasa,seni
,pengetahuan,hubungan antar bangsa,alam sekitar,falsafah,sains,undang-undang,
dan sebagainya. Sebagai perbandingan , katakana kita membeli sebuah kereta
baru, tentulah kita inginkan manual yang lengkap, meliputi semua aspek kereta
tersebut seperti keselamatan, cara menggunakan kompenan, prosedur
penggunaan, dan sebagainya. Kita akan patuh kepada semua prosedur, manual
dan nasehat daripada syarikat yang membuat kereta tersebut atau sekurang-
kurangnya mekanik yang sangat arif tentang kereta keluaran syarikat tersebut.[9]
Kenapa perlu patuh supaya kita dan kereta kita senantiasa selamat
sepanjang perjalanan dan yang paling penting sampai ke destinasi(tempat) yang di
tuju, bukannya tersesat jalan. Jadi begitulah hidup kita ini, allah sebagai pencipta
kita, maka sewajarnya kita patuh dan mengikuti prosedur yang telah allah
sediakan yaitu Al-quran. Ikutilah al-quran, niscaya hidup kita akan bahagia,
selamat di dunia dan akhirat serta tidak akan tersesat, insyaallah kita akan sampai
ke destinasi kita di surga, bukannya tersesat ke neraka.
Maksud dari syumuliyyah itu sendiri ajaran islam itu lengkap dan
sempurna meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat. Kesyumulan islam dalam
kehidupan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Ibadah khusus (hubungan manusia dengan tuhan) seperti sholat,puasa dan
zakat.
Ibadah umum (hubungan manusia dengan manusia) seperti ekonomi,politik
dan pendidikan.
Prinsip-prinsip syumuliyyah yaitu semua makhluk tunduk kepada peraturan allah
dan semua manusia di lantik sebagai khalifah di dunia.[10]
3. Al-wudhuh
Salah satu karakteristik dari Islam adalah „al wudhuh‟ atau jelas. Jelas dengan
arti semua yang terkandung di dalam Islam tidak mengandung sedikitpun
keraguan dan kerancuan. Sumbernya valid karena berasal dari al Quran dan as
Sunnah shohihah. Sebagai contoh, dari segi aqidah, Islam dengan gamblang
menjabarkan konsep ketuhanan yang tunggal, esa, atau dikenal dengan istilah
tauhid. Laa ilaaha illallaah, tiada tuhan melainkan Allah.
Konsep ketuhanan dalam Islam sangat jauh dari kerancuan, tidak seperti yang
terdapat pada agama lainnya dengan jumlah tuhan sebanyak tiga bahkan lebih
namun dalam satu pribadi, tuhan yang beranak dan diperanakkan, tuhan yang
memiliki ibu, dan berbagai kerancuan lainnya.Dari segi ibadah, Islam juga
menjelaskan secara jelas jalan-jalan yang dapat menghantarkan seorang hamba
kepada Tuhannya, Robbuna Jalla wa „Alla. Bentuk-bentuk peribadatan dalam
Islam terbatas terhadap apa yang terdapat pada al Quran dan as Sunnah. Dan
segala bentuk peribadatan yang tidak ada contohnya dari Rasul dan para
sahabatnya, maka ibadahnya itu tertolak dan peribadatan itu tergolong dalam
perilaku bid‟ah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam
Muslim, Nabi bersabda, “Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak.”. Tidak seperti pada
agama yang lain, misalnya nasrani, bentuk peribadatan mereka dari waktu ke
waktu selalu berubah, bahkan sampai pada isi kitab sucinya. Islam juga dengan
jelas menerangkan tentang akhlakul karimah, pembagian warisan, cara
bermu‟amalah, kesehatan, dsb.
Bahkan Islam menerangkan hal-hal yang sangat kecil seperti tata cara masuk
kamar mandi.Begitulah mengapa Islam memiliki karakteristik „al wudhuh‟ atau
jelas karena tidak ada sedikitpun dalam ajaran Islam yang menimbulkan keraguan
atau kerancuan. Jikalau sebagian orang ada yang merasa ajaran Islam memiliki
kerancuan, hal itu tidak lain disebabkan karena dangkalnya pemahaman orang
tersebut.
4. Al-adalah
5. Tasamuh
1. bertetangga baik
2. saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3. membela mereka yang teraniaya
4. saling menasehati
5. menghormati kebebasan beragama.
Ajaran Islam tentang toleransi ini bukan hanya merupakan teori belaka,
tapi juga terbukti dalam praktek, sebagaimana tercatat dalam sejarah
Islam dan diakui oleh para ahli non-muslim. Sejak agama Islam
berkembang, Rasulullah SAW sendiri memberi contoh betapa toleransi
merupakan keharusan. Jauh sebelum PBB mencanangkan Declaration of
Human Rights, agama Islam telah mengajarkan jaminan kebebasan
beragama. Melalui "Piagam Madinah" tahun 622 Masehi, Rasulullah SAW
telah meletakkan dasar-dasar bagi keragaman hidup antar ummat agama di
antara warga negara yang berlainan agama, serta mengakui eksistensi
kaum non muslim dan menghormati peribadatan mereka.
Ketika ummat Islam berkuasa di Spanyol selama hampir 700 tahun, soal
toleransi ini pun menjadi acuan dalam memperlakukan penduduk asli,
baik yang beragama Nasrani maupun Yahudi. Toleransi Islam ini juga
nyata di India, waktu Islam memerintah India, terutama pada masa
Sultan Akbar, Kesultanan Humayun Kabir, di mana kaum Hindu juga
mendapat keleluasaan.
Batas Toleransi
Sudah tentu sikap toleransi ini pun bukannya tanpa batas, sebab
toleransi yang tanpa batas bukanlah toleransi namanya, melainkan
"luntur iman."
Batas toleransi itu ialah, pertama : apabila toleransi kita tidak lagi
disambut baik atau ibarat "bertepuk sebelah tangan," di mana pihak
lain itu tetap memusuhi apalagi memerangi Islam. Kalau sudah sampai
"batas" ini, kita dilarang menjadikan mereka sebagai teman
kepercayaan.
Sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah tengah masyarakat, kita juga
tidak dibenarkan berbuat semena-mena terhadap orang lain sekalipun kita dapat
melakukannya.
firman allah : " Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhdap suatu
kaum mendorong kamu untukberlaku tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan taqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. : Al
Maidah 8).
6. Waqiiyyah
Al-waqi‟yyah di defenisikan sebagai realiti dan kebenaran. Ia melibatkan
ajaran islam yang bersifat praktikal sesuai dijadikan amalan di dalam kehidupan
manusia. Kemusykilan dan permasalahan serta persoalan yang berlaku sepanjang
proses kehidupan manusia akan dapat di selesaikan mengikuti kaedah islam
bergantung kepada keadaan dan kesesuaian realiti sebenarnya. Maka islam itu di
lihat sebagai fleksibel dalam menyelesaikan semua kemuskilan yang timbul
bergantung kepada keadaan.
Ibnu Al-Qayyim berpendapat bahwa seorang faqih merupakan orang yang
bijaksana dalam menggabungkan antara hukum wajib dan keadaan semasa. Beliau
juga menegaskan asas mengenai realiti kehidupan adalah sangat penting di
sebabkan sekirannya mereka ini tidak memahami realiti kehidupan secara benar
dan tidak memahami pemerintah dan laranga agama, maka usahannya akan
menimbulka lebih banyak kerusakan dari pada kebaikan. Manakala Ahmad Ibnu
Hammbal ra juga menjelaskan bahwa di antara tuntutan yang mesti di penuhi oleh
seorang faqih atau pun mufti yaitu mereka perlu mempunyai ilmu pengetahuan
dan sifat pengasih serta mengenal realiti kehidupan manusia ( Yusuf Al-
Qardhawi, 1992: 103).
Prinsip yang wujud dalam Al-Waqi‟yyah adalah menjadikan ibadah
sebagai perkaedahan untuk pembangunan berteraska islam. Pertama, ajaran Islam
bersifat praktikal dan bukanlah utopia (dan bukanlah hayalan. Maka islam
mengabil kira kenyataan sebenar kehidupan manusia i dunia ini yang di penuhi
dengan unsur-unsur amar makruf nahi munkar.
Islam itu meluas dan fleksibel dalam melihat realiti dan kebenaran
kehidupan semasa. Islam juga di lihat sebagai kaedah pengaplikasian secara
praktikal dengan tuntutan syarak dan tidak membebankan umat islam dalam
kehidupan. Hal ini secara langsung dapat menyumbang kepada terlaksananya
pembangunan berteraskan islam.
BAB III
KESIMPULAN