Anda di halaman 1dari 20

POLISI BERAKSI DI ATAS HUKUM

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD HAIDIR ISWAN

NPM.20.11.1001.3509.093

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas menganalisis ini

dengan baik dan sebagai bukti bahwa saya telah melaksanakan kewajiban saya sebagai

seorang mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945.

Dalam menyelesaikan tugas ini, saya banyak mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman berharga yang tak ternilai. Dan dengan bersumber dari hal-hal tersebut,

akhirnya menjadi dasar dan bahan bagi penyusunan tugas ini. Sebelum melanjutkan

penyusunan, terlebih dahulu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kekuatan, hidayah dan nikmatnya

hingga dapat menyelesaikkan tugas ini.

2. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan mendukung hingga tugas ini dapat

terselesaikan.

3. Dan Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa

selalu membantu baik moral maupun materi.

Samarinda, 05 Januari 2021

Penyusun

Muhammad Haidir Iswan


PEMBAHASAN

Insiden pembunuhan 6 anggota Laskar Front Pembela Islam pada 07

Desember lalu. Menyerahkan penyelidikan kasus ini kepada Badan Reserse

Kriminal Kepolisian Republik Indonesia sama saja dengan menegakkan benang

basah. Sulit berharap polisi bisa bersikap obyektif ketika memeriksa sesamanya.

Pelanggaran hukum dalam kasus penembakan lascar FPI ini sungguh tidak

masuk akal dan tidak ada bukti yang kuat dengan jelas, apakah seorang laskar ini

benar-benar memberikan tindakan terlebih dahulu atau tidak. Penjelasan dan

bukti yang disodorkan Kepala Kepolisian banyak bolong sana-sini.

Penembakan para pengawal FPI, ini dilakukan sebagai upaya membela diri

dan tak didukung dengan cukup bukti yang kuat, dikarenakan kamera pengawas

cctv yang sedang menagalami masalah atau rusak. Dan akibatnya polisi

menyebutkan bahwa seorang pengawal laskar FPI menembak terlebih dahulu

dengan 2 pucuk pistol.

Pada keenam jenazah anggota laskar ada lubang bekas tembakan di dada

sebelah kiri, dekat jantung. Baku tembak dari mobil yang melaju kencang sulit

menghasilkan luka tembak yang demikian seragam.


Kewajiban pemerintah mengusut tuntas dugaan pembunuhan dan

penembakan dalam kasus ini. Polisi adalah aparat penegak hukum, bukan koboi

yang bisa beraksi diatas hukum. Jika benar terjadi, aksi main hakim seperti ini tak

boleh dibiarkan, karena bukti-bukti yang telah diucapkan oleh polisi ini tidak

cukup kuat untuk mengklarifikasi siapa sebenarnya yang benar, dan siapa

sebenarnya yang salah.

Dalam Negara demokrasi, semua orang termasuk polisi, harus sama

kedudukannya di depan hukum. Dukungan sebagian kalangan terhadap aksi

penembakan laskar FPI ini sungguh tidak pada tempatnya. Menyebut aksi-aksi

intoleran FPI sebagai dalih pembenar untuk dugaan pembunuhan ini juga sesat

pikir. Berbagai pelanggaran yang dilakukan FPI tentu harus dilakukan dengan

penegakkan hukum yang tegas, bukan main hakim sendiri seperti polisi yang

menderita amnesia yang lupa terhadap hukum.

Seperti kesalahan masuk akal yang dilakukan oleh Rizieq Syihab, yang

diduga melanggar undang-undang mengenai Karantina Kesehatan, tidak

mematuhi protocol kesehatan pemerintah. Seharusnya polisi disini harus bertindak

dan berfikir sebelum bertindak hal yang mengambil nyawa seseorang, sebagai

seorang polisi yang bertugas melindungi dan mengayomi masyarakat ini

seharusnya harus mengambil keputusan yang tepat dan tidak mengambil hak

seorang warga Negara untuk mendapat haknya hidup sejahtera yang masuk

dalam undang-undang pasal 28.


Sebagai seorang polisi yang selalu berfikir berulang kali sebelum bertindak

pastinya akan menindak lanjuti seorang laskar tersebut sebagai tersangka dan

menghadapkannya kepengadilan atas kasus pelanggaran protocol kesehatan,

bukan main hakim sendiri.

Suka atau tidak, FPI sudah menjadi bagian dari realitas politik negeri ini.

Ada jutaan pemeluk islam yang merasa aspirasinya terwakili oleh suara-suara

radikal seperti sholawat berjamaah kelompok FPI ini. Sesuai serangkaian peristiwa

itu, sebagian mendukung tindakan keras terhadap FPI, yang lain menilai

pemerintah tak perlu berlebihan.

Dalam situasi seperti ini, Presiden Joko Widodo seharusnya memberikan

instruksi politik yang jernih dan jelas bahwa menegakkan hukum harus menjadi

penglima. Ruang interprestasi yang keliru atas situasi yang panas harus ditutup

rapat-rapat. Jika tidak, para pengawal di lapangan bisa menafsirkan sendiri-sendiri

kemauan politik penguasa.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) belum berani

menyimpulkan kasus tewasnya enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI)

sebagai peristiwa pelanggaran HAM. Komnas HAM masih terlalu dini untuk

mengambil kesimpulan.

Masyarakat sebaiknya juga tidak usah terburu-buru berkonklusi atas

insiden penembakan oleh anggota kepolisian yang terjadi di Tol Japek Km 50 hari

itu, masalahnya tidak mudah membedakan siapa yang benar dan siapa yang

salah. Indenpedensi Komnas HAM dalam pengungkapan peristiwa tersebut untuk

berusaha sekeras-kerasnya tenaga, untuk mengungkap kebenaran.


Pengungkapan tewasnya enam para pengawal Imam Besar FPI Habib

Rizieq Shihab ditangan para aparat kepolisian tersebut bukan Cuma menjadi hak

public domestic untuk mendapatkan fakta kebenaran peristiwa yang adil. Namun,

kasus ini menjadi sorotan komunitas, dan masyarakat diluar negeri. Komunitas-

komunitas internasional juga mempertanyakan fakta sebenarnya dari peristiwa ini.

Sebab itu, agar semua pihak Polri maupun FPI dapat terbuka kepada

Komnas HAM. Dan dihimbau untuk masyarakat yang mempunyai Informasi, dan

bukti-bukti yang akurat dan kuat, maupun kesaksian terkait insiden tersebut,

bersedia untuk memberikan keterangan. Komnas HAM meminta keterangan dari

Direktur Utama PT Jasa Marga Subakti Syukur dan Kapolda Metro Jaya Irjen. Usai

memberikan keterangan selama satu jam, komitmen kepolisian mendukung

investigasi dan pengungkapan fakta yang saat ini dilakukan Komnas HAM.

Dari kepolisian memiliki kepentingan agar kasus ini terang benderang

dimata public. Kami memberikan fakta yang berbasis scientific crime investigation

dan kami tidak mau membangun narasi. Karena itu, harus ada support Komnas

HAM.

Penembakan tersebut dilakukan oleh anggota kepolisian yang melakukan

pengintaian aktivitas Habib Rizieq. Mereka yang meninggal dunia yakni Faiz,

Ambon, Andi, Reza, Lutfi, dan Kadafi.

Terkait 19 lubang yang ditemukan pada enam jenazah laskar pengawal

Rizieq Shihab itu, itupun juga belum mau menyimpulkan sebagai indikasi

pelanggaran HAM. Foto terkait lubang-lubang yang sebagian besar berada di

dada kiri itu diterima Majalah Tempo Pada 10 Desember 2020 lalu.
Anggota Komisi III DPR meminta masyarakat tidak terprovokasi, dalam

menyikapi penembakan terhadap enam anggota Front Pembela Islam (FPI). Polisi

diyakini punya pertimbangan hukum sebelum melakukan tindakan tersebut.

Konstitui memang menjamin hak asasi setiap warga Negara. Namun disisi lain,hak

asasi setiap orang bukan tanpa batas. Hak asasi warga Negara haruss tetap sesuai

dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum.

Dalam konteks peristiwa itu, polisi bertindak untuk menjaga ketertiban

umum dan keamanan. Dia mengajak public memberikan kesempatan kepada

polisi untuk memberikan penjelasan secara terbuka dan apa adanya kepada

semua pihak. Setiap peristiwa pasti memiliki latar belakang dan rangkaian proses

yang panjang. Untuk itu, asas sebab akibat juga harus kita telusuri secara

mendalam.

Kasus ini harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Tidak ada

salahnya jika pihak berwenang menginvestigasi apakah polisi sudah bertindak

sesuai standar operasional prosedur. Kemudian, andai penembakan tersebut

benar-benar untuk membela diri atau dalam kondisi darurat, polisi tidak bisa

dihukum. Pelajaran dari peristiwa ini, yakni siapapun baik tokoh masyarakat atau

pemimpin organisasi, setiap menjalankan aktivitas harus tetap sesuai koridor

hukum. Jika tidak puas dengan penegakan hukum, sampaikan pendapat tetap

sesuai konstitusi.
Hilangkan sikap-sikap arogan, main hakim sendiri, dan sikap saling

menghujat. Negara kita merupakan Negara hukum yang demokratis. Seperti

diketahui, bentrok antara polisi dan laskar FPI terjadi di Tol Jakarta-Cikampek.

Antara polisi dan FPI memiliki versi yang berbeda. Polisi menyebut anggotanya

diserang senjata api saat membuntuti rombongan Rizieq Syihab. Sementara FPI

mengatakan, para pengawal Rizieq diserang lebih dulu dan tak dibekali senjata

api.

Dalam aksi penguntitan atau penjejakan itu, tidak ada aksi kekerasan. Jika

hal itu sampai terjadi apalagi sampai membunuh, maka motifnya bisa jadi bukan

sekedar menguntit lawan, maka misinya bukan surveillance, tetapi ada misi lain

atau kecerobohan petugas. PBNU telah menegaskan Negara untuk membentuk

tim pencari fakta dan diharapkan bisa menjelaskan apa yang terjadi demi

kebenaran. Semoga tim bisa menjelaskan apa yang terjadi demi kebenaran.

Seperti diketahui, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

membentuk tim pemantauan dan penyelidikan kasus penembakan anggota Front

Pembela Islam (FPI). Saat ini, tim itu sedang mendalami informasi untuk

memperdalam berbagai informasi yang beredar di public.

Seharusnya didalam perencanaan dalam melakukan tugas atau misi harus

diimbangi dengan pengetahuannya mengenai hukum undang-undang yang

berlaku, jangan terlalu pendek dalam mengambil keputusan dan tidak berfikir

panjang. Jika sudah terjadi seperti ini maka apa yang harus dilakukan, penyesalan

kurang untuk mengobati rasa sakit kehilangan keluarga masing-masing anggota

Laskar FPI tersebut.


Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan kembali

mengumumkan perkembangan penyelidikan dan temukan lapangan terkait

penembakan terhadap enam orang laskar Front Pembela Islam (FPI) oleh aparat

kepolisian beberapa waktu lalu.

Perkembangan tersebut baru akan disampaikan pada senin (28/12/2020)

pukul 11.00 WIB di Gedung Komnas HAM, Jakarta. Akan menyampaikan

perkembangan dan temuan lapangan. Sebelumnya, Komnas HAM sudah pernah

menyampaikan perkembangan sementara terkait kasus penembakan enam laskar

FPI yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, Jawa Barat, Senin (07/12/2020). Ada

sejumlah temuan yang berhasil Komnas HAM dapatkan dari penyelidikan awal

yakni terkait pemeriksaan mobil, senjata api dan otopsi.

Komisioner Komnas HAM mengungkapkan, pihaknya yang telah

memeriksa mobil yang digunakan polisi dan FPI saat terjadinya insiden tersbut.

Sejauh ini, ada tiga mobil yang diperiksa, dua milik polisi dan satu milik laskar FPI.

Tiga mobil itu berada digarasi Subdit Ranmor Polda Metro Jaya. Tim dari Komnas

HAM didampingi Bareskrim Polri memeriksa ketiga mobil itu pada Senin

(21/12/2020).

Sementara terkait senjata api, penyelidikan ini harus dilakukan berhubung

pihak polisi dan FPI memberi keterangan yang bertolak belakang. Artinya

memeriksa, mengklarifikasi, keterangan FPI maupun Polisi, karena FPI mengatakan


tidak ada senjata api, bahkan senjata saja tidak ada, sedangkan polisi bilang FPI

memiliki senjata api.

Untuk menyelidiki soal senjata api ini, Komnas HAM masih menanti akses

dari pihak kepolisian agar bisa memeriksa senjata api yang disebut milik laskar FPI

itu. Terkait otopsi, kuasa hukum FPI Aziz Yanuar memastikan bahwa pihak

keluarga mengizinkan Komnas Ham melakukan otopsi jenazah enam anggota

laskar FPI yang tewas ditembak Polisi.

Meski demikian anggota laskar FPI menolak mengatakan bahwa otopsi

oleh Komnas HAM merupakan otopsi ulang. Menurut mereka, pihak keluarga

tidak pernah memberikan persetujuan otopsi oleh kepolisian. Untuk otopsi, bukan

otopsi ukang yak arena dari keluarga tidak mengakui otopsi.

Komnas HAM telah memanggil dokter dari Polri yang melakukan otopsi

terhadap keenam jenazah. Pemanggilan itu dilakukan untuk mendalami prosedur..

proses dan substansi otopsi keenam jenazah. Adapun berdasarkan hasil otopsi

Polri, diketahui ada 18 luka tembak 6 jenazah Laskar FPI. Versi otopsi Polri juga

menyebut tidak ada tanda-tanda kekerasan pada 6 jenazah Laskar FPI tersebut.

Kuasa Hukum Front Pembela Islam (FPI) mengapresiasi Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang terus melakukan investigasi atas kasus

penembakan enam laskar FPI di jalan Tol Jakarta-Cikampek KM50 pada Senin, 7

Desember 2020.
Kuasa hukum FPI meminta agar hukum yang diberikan kepada pelaku

dapat memenuhi rasa keadilan terhadap pihak korban. Sehingga juga diharapkan

ada efek jera kepada para pelaku dugaan tindakan-tindakan pelanggaran HAM

berat terhadap 6 Syuhada ini.

Sebelumnya diberitakan, Komisioner Komnas HAM menegaskan, belum

bisa mengumumkan kesimpulan peristiwa-peristiwa tewasnya enam laskar FPI

oleh polisi. Jadi sampai saat ini, Komnas HAM tidak pernah menyampaikan

kesimpulan atas temuan yang ada. Jadi tidak ada kesimpulan. Analisa saja belum.

Hingga kini Komnas HAM masih terus mengumpulkan berbagai

keterangan dan bukti-bukti. Semua temuan tersebut kemudian dikonsolidasikan.

Tim Penyelidik Komnas HAM juga melakukan investigasi di Tempat Kejadian

Perkara (TKP) dan menemukan sejumlah barang bukti seperti proyektil Peluru,

selongsong dan serpihan bagian dari mobil yang diyakini terkait dengan peristiwa

tersebut. Selain itu. Tim turut mengamankan beberapa bukti petunjuk lainnya

seperti rekaman percakapan, rekaman CCTV dan sebagainya.

Presidium Alumni (PA) 212 mendatangi Kantor Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM), Jakarta Pusat, Selasa (29/12/2020). Kedatangan

organisasi masyarakat ini untuk menyuarakan dua hal. Ketua Presidium 212

Aminuddin menururkan, tujuan pertama dirinya dan beberapa rekan lain adalah

untuk memberi dukungan moral kepada Komnas HAM serta instansi terkait dalam

pengutusan kasus tewasnya enam laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50.

Meminta kepada Presiden Republik Indonesia yaitu Joko Widodo membentuk Tim

Gabungan Pencari Fakta (TGPF).


Ketua Presidium menjelaskan, dalam lawannya kali ini, dia telah menemui

pihak Komnas HAM, akan tetapi bukan komisioner yang ditemui melainkan

Kepala Bagian Humas. Menurutnya, Komnas HAM harus tetap konsisten dalam

mengusut kasus ini.. memang sudah koordinasi dan dipersilahkan datang kesini

rumah rakyat, jadi yang perlu ditekankan itu bagaimana Komnas HAM serius

jangan main-main dengan persoalan ini.

Pihaknya dan masyarakat luas telah berharap dengan Komnas HAM agar

bisa membuat kasus tewasnya enam laskar FPI menjadi terang. Dia pun turut

mendoakan Komnas HAM agar segera merampung investigasinya. Sudah

berharap banyak Komnas HAM akan memberikan hasil-hasil penyelidikan tetapi

keliatannya masih dalam proses.

Apa yang dilakukan Komnas HAM hasilnya sesuai dengan harapan kita

semua, harapan masyarakat Indonesia yang ingin semua kasus itu diusut terang

benderang. Komnas HAM belum memiliki rencana memanggil Imam Besar Front

Pembela Islam FPI Habib Rizieq Shihab untuk dimintai keterangan terkait peristiwa

baku tembak antara laskar FPI dengan aparat kepolisian Polda Metro Jaya yang

menyebabkan enam laskar FPI tewas.

Komisioner Komnas HAM menuturkan, pihaknya saat ini merasa segala

informasi yang didapatkan terkait dengan kasus tersbut sudah cukup. Belum ada

rencana memanggil (Habib Rizieq Shihab). Kami merasa saat ini sudah cukup.

Saat ini pihaknya telah menganalisa berbagai macam keterangan-keterangan dari

para saksi. Setelah dianalisa, Komnas HAM akan melakukan uji lab beberapa

barang bukti serta memintai pendapat ahli.


Semua keterangan tinggal dianalisa dan kemudian ditambahkan dengan

uji lab dan pendapatnya. Akan tetapi Komnas HAM tidak menutup kemungkinan

akan memanggil Habib Rizieq. Menurutnya, pemanggilan pimpinan ormas islam

itu dilakukan jika ada pihaknya membutuhkan keterangan tambahan. Kami tidak

menutup kemungkinan untuk itu. Apabila dibutuhkan nanti kami akan undang.

Sebagaimana diketahui, sebanyak enam anggota laskar FPI tewas dalam

insiden itu. Keenam jenazah laskar FPI kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri

untuk di otopsi. Komisioner Komnas HAM, mangatakan ada beberapa polisi yang

akan dimintai keterangan tambahan. Yang berikutnya sekarang akan dilakukan

pemerikasaan tambahan untuk petugas kepolisian. Ada beberapa yang memang

terkait ini mau diperiksa. Sementara itu terkait iju balistik yang rencananya ingin

dilakukan Komnas HAM belum memastikan kapan waktu pelaksanaan.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan akan

meminta keterangan dari ahli forensic sebelum melakukan autopsy ulang

terhadap enam jenazah laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas ditembak

polisi. Ahli tersebut akan memeriksa secara detail mengenai substansi prosedur

autopsy yang dilakukan terhadap para jenazah.

Namun demikian, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan titik

terang terkait pemanggilan saksi-saksi ahli yang memiliki kompetensi dalam

bidang keilmuan forensic, khususnya terkait autopsy. Komnas HAM menargetkan,

pemeriksaan terhadap ahli itu dapat dilakukan Desember ini. Namun karena
sudah memasuki masa libur akhir tahun, maka tidak kmenutup kemungkinan

pemeriksaan itu dilakukan tahun depan.

Ditargetkan januari awasl itu harus kelar karena semakin cepat semakin

baik. Sebelum Bareskim Polri mempersilahkan Komnass HAM apabila hendak

melakukan autopsy ulang terhadap jenazah enam laskar FPI. Bareskim Polri

Komisaris Jendral Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa pihaknya bakal

menunggu apabila memang pihak komisi mengirim surat permintaan resmi

kepada kepolisian.

Terkait dengan hal-hal yang diperlukan oleh Komnas HAM, tentunya selalu

siap untuk memberikan. Terkait masalah autopsy tentu menjadi penilaian Komnas

HAM. Apakah perlu ada autopsy ulang atau tidak. berdasarkan hasil dari autopsy

ulang kepolisian RS Polri, setidaknya ada 18 luka tembak yang disekitar tubuh

enam laskar FPI itu. Polisi pun meyakini tidak ada tanda kekerasan dari tubuh

para jenazah.

Wakil Sekretaris Umum Front Pembela Islam FPI mengatakan dari enam

laskar jenazah anggota FPI itu didapati ada bekas luka tembak dibagian belakang

kepala hingga dada pada salah satu korban atas nama Andi Oktiawan. Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM mengakui, pihaknya mendapatkan


foto enam jenazah laskar FPI pengawal Islam. Pengetahuan terkait kondisi jenazah

sangat penting untuk mendapat titik terang peristiwa penembakan di Jalan Tol

Cikampek itu.

Foto enam Jenazah simpatisan FPI itu didapatkan Komnas HAM setelah

meminta keterangan dari dokter Rumah Sakit (RS) Polri Kramatji. Foto yang

diberiikan RS Polri sebelum dilakukan proses autopsy. Sehingga bisa mengetahui

berapa banyak tembakan yang melukai korban.

Kalau Tanya jumlah lubang tembakannya, disitulah kita mengetahui berapa

lubang, juga bagaimana kondisi jenazahnya dan sebagainya. Ini semuanya kami

ucapkan terima kasih karena keterbukaan teman-teman kedokteran. Kendati

demikian, kami tidak bisa membeberkan secara rinci berapa tembakan yang

mengenai setiap korban.

Kami tidak bisa menyebutkan saat ini, karena kami harus mengkonsolidasi

lagi data yang kami punya. Sebab datanya ini tidak dari satu pihak. Untuk

diketahui, bentrokan antara polisi dan laskar Pengawal Islam FPI Habib Rizieq di

Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) pukul 00:30 WIB meimbulkan

informasi simpang siur. Dalam insiden itu, polisi menembak mati enam orang

Laskar FPI.

Menurut keterangan polisi, anggota Polri terpaksa menembak Laskar FPI

karena mendapat perlawanan dengan senjata api dan senjata tajam. Karena itu,

polisi terpakasa melumpuhkan enam laskar FPI. Sedangkan, menurut pihak FPI,

keterangan polisi itu tidak benar. Tetapi para simpatisan FPI yang diserang polisi

dan membantah terkait kepemilikan senjata api.


Sementara itu, dalam kasus yang berbeda, Kabid Humas Polda Metro Jaya

Kombes Yusri Yunus mengatakan pihaknya terus memantau kesehatan Imam

Besar FPI, Rizieq Shihab selama ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya. Rizeq

diketahui ditahan sejak Sabtu, (12/12) usai menjalani pemeriksaan sebagai

tersangka kasus kerumunan massa di Pertanburan, Jakarta Pusat.

Samapai dengan hari ini kondisinya sehat, kita tetap memantau, sama

dengan para tahanan yang lain, kita tetap memantau kesehatannya. Tak hanya

kesehatan, pihaknya juga memantau asupan makanan untuk Rizeq selama berada

ditahan.

Sebelumnya, sekretaris umum Front Pembela Islam Munarman juga

menyebut bahwa Rizieq dalam konisi sehat selama berada didalam tahanan Polda

Metro Jaya. Selain itu Munarman mengatakan dari dalam tahanan tersebut Rizieq

mengirimkan pesan terkait penanganan kasus yang menewaskan enam anggota

FPI.

Beliau manyampaikan pesan bahwa jangan behenti berjuang dan tidak

boleh melupakan pembantaian enam syuhada (anggota FPI), harus terus

dibongkar sampai keakar-akarnya. Munarman juga mengatakan Rizieq juga

berpesan jangan sampai enam laskar FPI yang menjadi korban bentrokan dengan

anggota polisi itu, menjadi korban kekerasan spiral.


Munarman menerangkan kekerasan spiral itu yakni kekerasan yang

berulang, pertama, keenam FPI itu telah menerima kekerasan fisik hingga

meninggal dunia saat bentrokan. Kemudian, berlanjut medapat kekerasan verbal,

yakni berupa tuduhan dan fitnah bahwa mereka membawa senjata hingga

menyerang anggota polisi.

Terkait kasus yang membuat Rizieq ditahan, pihak FPI menyatakan bakal

mengajukan menangguhan penahanan untuk Rizieq. Sejauh ini, sejumlah polisi

mengatakan siap mengajukan diri menjadi penjamin agar penahanan Rizieq

ditangguhkan.

Titik yang dijanjikan aparat untuk menjemput jenazah anggota FPI tersebut

ternyata tak sesuai dengan apa yang dikatakan. Keenam jenazah tersebut

merupakan pengawal Rizieq Shihab yang tewas ditembak polisi dikawasan

Karawang, jawa Barat.

Tak kalah menjadi sorotan, masih terkait baku tembak antara polisi hingga

menewaskan enam laskar FPI. Kabar terbaru, dua pucuk senjata api yang diduga

digunakan untuk menyerang aparat telah disita polisi.

Untuk membuktikan senjata tersebut asli atau rakitan ini dalam

penyelidikan Laboratorium Forensik (Labfor Polri). Rekaman CCTV. Disekitar lokasi

yang merekam detik-detik penyerangan tersebut juga tengah didalami. Berita

popular lainnya terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang baru

saja digelar disembilan provinsi ini mengungkap sederet aturan khusus karena

berlangsung ditengah pandemic covid.19.


Salah satunya menerapkan protocol kesehatan tetap selama pemungutan

suara berlangsung. Meski berlangsung ditengah pandemic, survey Saiful Murjani

menyebut 83% pemilih akan ikut menyalurkan hak pilihannya. Sementara itu,

badan pengawas pemilihan umum (bawaslu) menyebutkan , selama pelaksanaan

pilkada serentak digelar pihak menmukan ada 49.390 tempat pemungutan (TPS)

Yang berpotensi rawan dari 10 kabupaten/kota ditanah air.

Perisiwa penembakan enam pengawal habib Rizieq Shihab terus diwarnai

dengan perang argumentasi dari FPI maupun Polisi. Polisi membututi romgongan

habib Rizieq karena ada pengarahan massa saat pemeriksaan diPolda Metro Jaya.

FPI bantah bahwa itu hanya pengajian warga inti dan terbatas. Polisi sebut mobil

yang dibuntutinya malah memepet kendaraan polisi dan melakukan penyerangan.

FPI membantah bahwa diserang oleh orang yang tidak dikenal (OTK). Polisi

sebut diserang dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam. FPI bantah

tak ada satupun anggota yang dibekali senjata api, bahkan dilarang memiliki

Senpi.

Polisi terancam keselamatan jiwanya karena diserang kemudian melakukan

tindakan tegas dan terukur terhadap enam laskar FPI. FPI sebut enam laskar FPI

disiksa dan dibantai ditempat lain. Polisi temukan penggunaan senjata api dengan

didapatnya jelaga (Serbuk) ditangan anggota FPI.


Dibantah FPI soal rekaman suara yang berada ditengah masyarakat pasca

insiden penembakan bahwa tak ada tembakan. Hasil otopsi polisi mangatakan

ada 18 luka tembakan di tubuh laskar FPI. FPI menyebut ada lebih dari 18 luka

tembakan ditubuh enam anggota laskar FPI.


KESIMPULAN

Seperti diketahui, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

membentuk tim pemantauan dan penyelidikan kasus penembakan anggota Front

Pembela Islam (FPI). Saat ini, tim itu sedang mendalami informasi untuk

memperdalam berbagai informasi yang beredar di public.

Seharusnya didalam perencanaan dalam melakukan tugas atau misi harus

diimbangi dengan pengetahuannya mengenai hukum undang-undang yang

berlaku, jangan terlalu pendek dalam mengambil keputusan dan tidak berfikir

panjang. Jika sudah terjadi seperti ini maka apa yang harus dilakukan, penyesalan

kurang untuk mengobati rasa sakit kehilangan keluarga masing-masing anggota

Laskar FPI tersebut.

Anda mungkin juga menyukai