Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN IMPLEMENTASI TEORI PERENCANAAN

GENERASI PERTAMA (RASIONALISTIK-KOMPREHENSIF)


DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Perencanaan
(TPW 21327)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.
Dr. –Ing. Prihadi Nugroho, ST, MT, MPP

Disusun Oleh :

Rani Puspita Sari


21040117120047
Kelas A

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. 2
I. Latar Belakang ................................................................................................................................ 3
II. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 4
III. Karakteristik Teori Perencanaan Generasi Pertama .................................................................... 4
IV. Implementasi Teori Perencanaan Rasionalistik-Komprehensif di Indonesia ............................. 6
4.1. Kondisi dan Permasalahan Objek Perencanaan ...................................................................... 6
4.2. Proses Perencanaan dan Penyusunan RTRW Kota Denpasar ................................................. 8
4.3. Pelaku Perecanaan .................................................................................................................. 9
4.4. Karakteristik Perencanaan Yang Sesuai Karakteristik Perencanaan Generasi Pertama ....... 10
4.5. Alasan Contoh Perencanaan Menggunakan Perencanaan Generasi Pertama ....................... 10
V. Kesimpulan ................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Rasionalistik-Komprehensif ...................................................................................... 5


Gambar 2. Tata Cara Penyusunan RTRW Kota ..................................................................................... 8
I. Latar Belakang
Perencanaan merupakan salah satu bagian integral dalam pembangunan daerah baik
dalam lingkup wilayah maupun kota. Perencanaan juga berhubungan dengan beberapa
aspek seperti aspek fisik atau lingkungan, sosial-budaya maupun ekonomi. Kegiatan
perencanaan dilakukan sebagai upaya perbaikan kondisi dalam jangka panjang dan
berorientasi terhadap masa depan. Menurut Friedman (1987), perencanaan diartikan
sebagai bentuk penjabaran masalah kedalam cara-cara yang akan digunakan untuk
mengintervensi suatu kebijakan. Perencanaan dalam artian ini juga menunjukkan bahwa
perencanaan melibatkan proses pengalokasian sumber daya yang ada dan diharapkan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Proses perencanaan dilakukan dengan berlandaskan beberapa teori perencanan
(planning theory) yang menunjukkan peran perencanaan terhadap masyarakat yang
terdampak (Hendler, 1995 dalam Priyani, 2007). Teori perencanaan ini meliputi teori
dalam perencanaan (theory in planning), teori tentang perencanaan (theory of planning),
dan teori untuk perencanaan (theory for planning). Adapun teori perencanan terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan terus mengalami evolusi.
Perkembangan teori perencanaan dimulai dengan munculnya teori generasi pertama yaitu
perencanaan rasionalistik-komprehensif. Menurut Beauregrad,1987 (dalam Fainstein,
2000) teori ini berkembang dan memberikan pengaruh terhadap proses perencanaan mulai
tahun 1960-an yang dapat diidentifikasi dalam perencanaan di beberapa kota. Teori
perencanaan rasionalistik komprehensif terus mengalami beberapa tahap paradigma yang
diawali dengan masa pra paradigma, pengembangan paradigma, mengalami masa
keemasan, dan menuai beberapa kritik hingga muncul beberapa teori baru pada tahun yang
kemudian mengalami krisis paradigma pada tahun 1970-an.
Perencanaan rasionalistik-komprehensif menggunakan pendekatan yang identik
menyeluruh di berbagai aspek seperti aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun politik
berdasarkan akal budi (rasio) dan empiris (pengalaman). Penerapan perencanaan
rasionalistik komprehensif dilakukan pada wilayah dengan ruang lingkup yang luas dan
memiliki jangka waktu yang lama sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan ini
bersifat makro. Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menerapkan teori
perencanaan rasionalistik komprehensif dalam perencanaan pembangunan. Contoh
penerapan perencanaan rasional-komprehensif adalah salahsatunya penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. Penyusunan RTRW
dapat menggunakan teori perencanaan rasional-komprehensif karena sifatnya yang makro
serta menyeluruh dengan melihat semua stakeholder maupun segala aspek, sesuai dengan
muatan RTRW yang mencakup seluruh aspek wilayah dan perkotaan. Dalam upaya
mengidentifikasi pengimplementasian teori rasionalistik-komprehensif, perlu adanya
pemahaman terkait poin-poin karakteristik teori rasionalistik-komprehensif. Sehingga
kajian ini dianggap penting mengingat sebagai perencana sangat diperlukan pemahaman
terkait model-model perencanaan dan karakteristiknya yang dikaitkan denga teori dalam
melakukan kegiatan perencanaan.
II. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah sebagai berikut.
1. Mengkaji karakteristik teori perencanaan generasi pertama (Rasional-
Comprehensive Planning), dan
2. Menjelaskan contoh implementasi dari Perencanaan Rasionalistik Komprehensif
(Rasional-Comprehensive Planning) di Indonesia.

III. Karakteristik Teori Perencanaan Generasi Pertama


Perencanaan Rasionalistik Komprehensif (Rational Comprehensive Planning)
merupakan salah satu pendekatan yang mengedepankan konsep maupun gagasan
rasional dan menyeluruh dari perencana atau stakeholder terkait. Perencanaan
rasionalistik komprehensif juga diartikan sebagai pedekatan yang dapat diterima oleh
akal serta fokus pada prosedur perencanaan universal atau sekuens dari tahapan yang
dapat diterima oleh rasio planning-stakeholder. Pendekatan ini membangun hipotesa
maupun tindakan yang didasarkan kepada fakta juga penggabungan isu-isu yang ada.
Ruang lingkup perencanaan komprehensif lebih luas yang berimplikasi terhadap
dihasilkannya alternatif rencana yang beragam berdasarkan potensi masalah yang ada
guna mencapai tujuan dan sasaran. Menurut Altshuler (1965), perencanaan
rasionalistik-komprehensif yang ideal harus mempertimbangkan aspek sosial dan
ekonomi secara terperinci karena hal ini akan berimplikasi terhadap kesejahteraan
masyarakat sebagai bagian dari perencanaan. Tujuan perencanaan rasionalistik
komprehensif ialah untuk membangun perencanaan yang strategis dan kontingensi,
menetapkan ketentuan, standar, prosedur pelaksanaan dan evaluasi.

Fungsi Perencanaan Rasionalistik Komprehensif


Fungsi terpenting perencanaan rasionalistik komprehensif (Altshuler, 1983) adalah
sebagai berikut.
1. Perencanaan ini mampu memahami kepentingan masyarakat secara utuh dan
menyeluruh (komprehensif)
2. Perencanaan mampu memperkirakan pengaruh tindakan atau dampak yang
ditimbulkan dari program yang diajukan untuk kepentingan umum.
3. Perencanaan mampu meramal secara kuat.
4. Perencanaan mampu memahami konsekuensi secara tajam dan menyeluruh.
5. Proses perencanaan ini memiliki daya penalaran yang menyeluruh.

Dasar dan Ciri Utama Pendekatan Rasionalistik Komprehensif


Berikut ini merupaka dasar dan ciri utama pendekatan perencanaan rasional
komprehensif menurut Schönwandt (2008).
1. Perencanaan ini didasarkan pada kebijakan skala umum guna perumusan tujuan
yang ingin dicapai sebagai satu kesatuan.
2. Tujuan dan sasaran yang dihasilkan bersifat lengkap, komprehensif dan terpadu.
3. Perencanaan ini menggunakan data dan analisis yang lengkap dan mendalam guna
peramalan suatu rencana.
4. Perencanan ini memiliki jangka waktu perencanaan yang panjang.
Karakteristik Perencanaan Rasionalistik Komprehensif
Adapun karakteristik perencanaan rasionalistik komprehensif adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan rasionalistik komprehensif lebih mengedepankan hasil kajian akal
dibandingkan dengan tangkapan alat indrawi.
2. Akal bekerja dengan memperhatikan pertimbangan faktor gejala (phenomenon)
yang ditangkap, pengetahuan (knowledge), nilai-nilai (values), dan kepercayaan
(beliefs).
3. Pengalaman digunakan sebagai salah satu faktor untuk mempengaruhi kerja akal,
tetapi bukan merupakan faktor pertimbangan utama. Pengalaman hanya
memperkaya kepercayaan akan teori yang dikuasai.
4. Lingkungan luar amat berpengaruh dalam penentuan persepsi oleh akal.

Proses Perencanaan Rasionalistik Komprehensif


Proses perencanaan rasionalistik komprehensif meliputi sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi nilai-nilai sebagai tujuan dan sasaran perencanaan.
2. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Memprediksi berbagai konsekuensi yang mungkin mengikuti pada setiap
alternatif.
4. Memperbandingkan berbagai konsekuensi tersebut, dihubungkan dengan tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai.
5. Menseleksi alternatif yang memiliki konsekuensi yang paling terkait dengan
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Konsep proses perencanaan rasionalistik komprehensif dapat dijelaskan pada gambar


berikut.

Gambar 1. Proses Rasionalistik-Komprehensif


Sumber : Bahan Ajar Teori Perencanaan

Tahapan model perencanaan rational-comprehensive planning juga dijelaskan oleh


Rittel (1972) dalam Schonwandt (2008) yang meliputi sebagai berikut.
1. Menganalisis kondisi eksisting
2. Merumuskan tujuan
3. Merumuskan rencana aski guna mencapai tujuan, serta
4. Melakukan evaluasi hasil rencana

Keunggulan dan Kelemahan Perencanaan Rasionalistik Komprehensif


Model perencanaan rasionalistik-komprehensif memiliki beberapa keunggulan yang
dijabarkan oleh Hudson, et.al (2007) yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan ini sesuai digunakan untuk penyelesaian masalah yang bersifat
umum dalam jangka panjang.
2. Perencanaan juga memiliki kemampuan terkait hal rasionalitas dan kemampuan
teknis.
3. Perencanaan rasionalistik komprehensif dapat dilakukan secara berkelompok
karena rasionalitas perencana dianggap sama.
4. Pertimbangan yang digunakan merupakan integrasi berbagai aspek baik aspek
fisik, ekonomi, maupun sosial budaya.

Selain itu, perencanaan rasionalistik komprehensive memiliki beberapa kekurangan


yang diungkapkan sebagai kritik terbesar (Hudson, et.al., 2007) yaitu sebagai berikut.
1. Membutuhkan validasi data sehingga kegiatan ini memerlukan waktu dan
kecermatan untuk mendapatkan atau memilih informasi yang dibutuhkan.
2. Hasil analisis terkadang tidak sesuai dengan kenyataan aktual (utopis) akibat
pendekatan yang digunakan berupa pendekatan teoritis sehingga prediksi dan
analisis standar tinggi sehingga sulit diimplementasikan.
3. Proses perencanaan membutuhkan data yang akurat dan menyeluruh sehingga
memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar.
4. Hasil perencanaan bersifat homogen dan bertolak belakang dengan kondisi
masyarakat yang berada di wilayah yang bersifat heterogen.
5. Proses perencanaan komprehensif sering kurang memperhatikan sumber daya
yang dianggap dapat dicari atau diusahakan.
6. Peran masyarakat sangatlah terbatas hanya sebagai public hearing sedangkan
keputusan berasal dari perencana atau ahli.

IV. Implementasi Teori Perencanaan Rasionalistik-Komprehensif di Indonesia


Implementasi teori perencanaan rasionalistik komprehensif di Indonesia salah satunya
ditunjukkan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Denpasar Tahun 2011-2031. Penyusunan RTRW ini diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 1
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten dan Kota. Berikut merupakan gambaran kondisi permasalahan, proses,
pelaku, dan kesesuaian pengimplementasian teori perencanaan rasionalistik
komprehensif dalam penyusunan RTRW di Kota Denpasar.

4.1. Kondisi dan Permasalahan Objek Perencanaan


Proses penyusunan dokumen kebijakan publik telah dilakukan di Bali sejak
tahun 1965 yang juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang pertama kali
direncanakan tata ruang wilayahnya. Provinsi Bali pada mulanya terbentuk dari
kabupaten-kabupaten yang berasal dari pusat-pusat kerajaan yang memiliki adat
istiadak serta pemerintahan tersendiri (Wijaatmaja, 2015). Penetapan pusat
pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Bali dilakukan semenjak tahun 1958 dimana
kota yang dipilih ialah Kota Denpasar. Penetapan ini berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978 yang membawahi tiga kecamatan yaitu Denpasar
Barat, Denpasar Timur dan Denpasar Selatan. Kota Denpasar mulai perkembangan
yang cukup menonjol terutama pada aktivitas ekonomi pada sektor perdagangan.
Perkembangan Kota Denpasar tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan
terkhususnya permasalahan fisik perkotaan. Berdasarkan dokumen perencanaan yang
ada yaitu dokumen Perda No 10 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Denpasar dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan akibat sudah
banyak terjadi perubahan. Beberapa permasalahan tata ruang di Kota Denpasar secara
garis besar adalah sebagai berikut (Wijaatmaja, 2015).
1. Meningkatnya kepadatan penduduk serta terjadinya fenomena urban sprawl yang
berimplikasi terhadap meningkatnya kebutuhan lahan baru yang difungsikan
untuk permukiman.
2. Meningkatnya kebutuhan akan sarana prasarana perkotaan dan lapangan kerja
akibat meningkatnya pendatang ke Kota Denpasar.
3. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian terutama sawah irigasi guna permukiman
namun masih banyak lahan tidur yang belum termanfaatkan.
4. Meningkatkan kebutuhan akan jaringan jalan di kawasan perkotaan Denpasar dan
sekitarnya untuk mengurangi tingkat kemacetan.
5. Branding yang tercipta lebih mengarah sebagai Kota Perdagangan dibandingkan
Kota Budaya akibat kawasan perdagangan yang mendominasi terutama
disepanjang jalan utama perkotaan.
6. Maraknya pelanggaran penggunaan lahan terutama kawasan lindung.
7. Kualitas pelayanan air bersih, persampahan, air limbah, drainase semakin
berkurang.
8. Struktur maupun pola pemanfaatan ruang tergolong kurang terintegrasi terutama
di Kawasan Metropolitas Sargabita.
9. Semakin memudarnya perwajahan tata ruang bernuansa budaya padahal nuansa
ini merupakan jati diri atau keunikan kota di Bali.
10. Belum tertuangnya pemanfaatan ruang perairan dan laut serta konsep mitigasi
bencana di Kota Denpasar.
Berdasarkan uraian masalah dan keberadaan Perda yang sudah tidak lagi sesuai
dengan kondisi lapangan, maka perlu dilakukan kajian ulang serta penyusunan
Ranperda baru. Ranperda ini mulai disusun pada tahun 2011 yang kemudian disahkan
menjadi Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011 – 2031.
4.2. Proses Perencanaan dan Penyusunan RTRW Kota Denpasar
Proses perencanaan dan penyusunan RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031
sesuai atau diadopsi dari perencanaan rasional komprehensif. Proses ini mengacu
pada Permen ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018 yang dapat digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 2. Tata Cara Penyusunan RTRW Kota


Sumber : Permen ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018

Proses perencanaan RTRW Kota Denpasar meliputi beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut.
1. Tahap Persiapan
Berdasarkan tahapan perencanan rasionalistik komprehensif tahapan ini
merupakan tahapan analisis penentuan dasar tindakan. Pada tahap persiapan
berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018 salah satunya dilakukan
kajian awal data sekunder. Berdasarkan praktek penyusunan RTRW Kota
Denpasar dilakukan kajian terhadap Perda sebelumnya pada rapat yang
bertempatkan di Bappeda Kota Denpasar pada 19 Mei 2006. Hasil kajian Perda
sebelumnya ini ditemukan beberapa permasalahan yang dijadikan sebagai dasar
pertimbangan penyusunan Ranperda baru.

2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi


Tahap pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan pengolahan data
menjadi database terstruktur dan evaluasi RTRW Kota Denpasar. Kegiatan ini
dilaksanakan di Kantor Bappeda Kota Denpasar pada 27 Juli 2006.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Tahap pengolahan dan analisis data dilakukan dengan penyusunan materi teknis
yang meliputi analisis pengembangan wilayah, penyusunan kebijakan dan
strategi pengembangan wilayah, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota, penyusunan arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan penyusunan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan ini dilakukan oleh
Bappeda Kota Denpasar.
4. Tahap Penyusunan Konsep RTRW
Tahap penyusunan konsep RTRW dilakukan melalui penyusunan tujuan dan
sasaran serta pengonsepan rencana. Tujuan penyusunan RTRW Kota Denpasar
adalah mewujudkan Kota Denpasar yang berwawasan budaya, nyaman, aman,
kreatif, produktif dan berdaya saing, dan berkelanjutan, sejalan dengan rencana
pembangunan jangka panjang Kota, Provinsi dan Nasional. Sedangkan
pengonsepan rencana meliputi Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang
Wilayah Kota, Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTHK), Rencana
Pengembangan Kawasan Strategis Kota.

5. Tahap Penyusunan dan Pembahasan Raperda


Pembahasan Raperda dilakukan melalui beberapa tahapan hingga mencapai
keputusan yaitu sebagai berikut.
a. Pembahasan Materi Ranperda RTRW Kota Denpasar dalam Sidang Pansus I
DPRD Kota Denpasar
b. Rapat sinkronisasi dan harmonisasi substansi teknis RTRW yang
menghasilkan kesimpulan dan kesepakatan berupa kebijakan
pengembangan struktur ruang makro dan kebijakan pembangunan
infrastruktur terpadu antara kota dan kabupaten sebagai sub-sistemnya.
c. Koordinasi kelompok kerja perencanaan tata ruang BKPRD Provinsi Bali
dalam pembahasan Ranperda Kota Denpasar pada tanggal 11 Maret 2010
dan 19 Mei 2010. Pembahasan kegiatan ini terkait penilain kelengkapan dan
substansi mmateri teknis Ranperda kota terhadap provinsi.
d. Pengiriman suat rekomendasi Gubernur Bali tentang permohonan pemberian
persetujuan substansi Ranperda Kota Denpasar pada tanggal 9 Februari
2010 yang kemudian mengiriman sutrat kepada Menteri Pekerjaan Umum
pada tanggal 24 Mei 2010.
e. Persetujuan Substansi atas Ranperda Kota Denpasar oleh Menteri Pekerjaan
Umum dengan beberapa catatan berupa pengupayaan RTH seluas 31,14%
dari luasan kota sesuai Pasal 29 ayat (2) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
f. Persetujuan penetapan Ranperda menjadi Perda Kota Denpasar Nomor 27
Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031 (Keputusan
DPRD Kota Denpasar Nomor 07 Tahun 2011) berdasarkan hasil Rapat
Paripurna Ke-10 persidangan ketiga DPRD Kota Denpasar tanggal 28
November 2011.

4.3. Pelaku Perecanaan


Terdapat dua aspek utama dalam proses penyusunan RTRW Kota Denpasar
yaitu sebagai berikut.
1. Pihak yang terlibat dalam kebijakan atau orang maupun institusi yang dapa
mempengaruhi kebijakan yang akan ditetapkan.
2. Jaringan kebijakan, hal ini berkaitan dengan dukungan atau pertentangan
pihak dengan gagasan yang akan mempengaruhi kebijakan.
Berikut ini merupakan pihak yang berpegaruh terhadap penyusunan kebijakan
atau dokumen RTRW Kota Denpasar dari pelaku negara yang meliputi:
 Bappeda Kota Denpasar
 DPRD Kota Denpasar
 Bappeda Kabupaten Badung dan Bappeda Kabupaten Gianyar
 Bappeda Provinsi Bali
 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali
 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali
 Gubernur Bali, dan
 Menteri Pekerjaan Umum
Sedangkan dari pelaku masyarakat atau non negara meliputi:
 Asosiasi Profesi (REI dan IAI), dan
 Kepala Desa dan Lurah se-Kota Denpasar

4.4. Karakteristik Perencanaan Yang Sesuai Karakteristik Perencanaan


Generasi Pertama
Karakteristik Penyusunan RTRW Kota Denpasar sesuai dengan karakteristik
perencanaan generasi pertama yaitu rasionalistik komprehensif karena dalam
prosesnya diawali dengan hasil kajian awal dari Raperda sebelumnya yang
dianggap tidak lagi sesuai dengan keadaan di masa sekarang (pengetahuan/akal
manusia kaitannya dengan pihak Bappeda) yang kemudian dilakukan
pengumpulan data berupa data primer (lapangan) maupun data sekunder sebagai
bagian dari upaya memperkaya data atau fakta lapangan.

4.5. Alasan Contoh Perencanaan Menggunakan Perencanaan Generasi


Pertama
Alasan perencanaan sesuai dengan perencanaan generasi pertama yaitu
rasionalistik komprehensif dapat ditinjau dari:
1. Ditinjau dari proses Penyusunan
Proses penyusunan RTRW Kota Denpasat dilakukan secara terpusat di
Bappeda Kota Denpasar. Bappeda melihat adanya ketidaksesuaian antara
Raperda sebelumnya (pengetahuan) dengan kondisi lapangan (fenomena
yang ada dilapangan). Berdasarkan pertimbangan awal dari Bappeda ini
kemudian dikaji lebih lanjut dengan melakukan rapat bersama dengan
kepala desa atau lurah se-Kota Denpasar untuk mendapatkan informasi atau
masukan sebagai bahan kajian untuk mengevaluasi RTRW dan terjadi
pembahasan lanjutan hingga persetujuan dokumen Perda yang baru.
2. Ditinjau dari ciri-cirinya
Perencanaan RTRW Kota Denpasar dikatakan menggunakan perencanaan
generasi pertama karena sesuai dengan ciri-cirinya dimana memiliki tujuan
dan sasaran yang komprehensif dan terpadu, menggunakan data analisis
yang lengkap dan mendalam dari berbagai sumber melalui pengumpulan
data dan hasil emikiran dari setiap stakeholder yang terlibat, selain itu
memiliki jangka waktu yang panjang yaitu 20 tahun.

V. Kesimpulan
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model perencanaan generasi
pertama (Rational Comprehensive Planning) pada penyusunan RTRW Kota
Denpasar. Kelebihan yang dapat ditonjolkan ialah hasil analisis mempertimbangkan
segala aspek berdasarkan beberapa sumber yang tidak hanya dari Bappeda Kota
Denpasar dan tidak hanya didasarkan pengetahun namun terdapat proses
membandingkan dengan teori yang ada sekaligus kondisi lapangan untuk
memperkaya pengetahuan. Kegiatan ini akan menghasilkan rencana yang yang
bersifat menyeluruh dan dapat diterapkan dalam jangka waktu yang panjang yaitu 20
tahun. Sedangkan kekurangan dari pengimplementasian teori perencanaan ini ialah
memerlukan waktu yang lama dalam proses penyusunannya akibat dalam prosesnya
sangat memperhatikan semua aspek guna perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Altshuler, A. 1965. The Goal of Comprehensive Planning. Journal of the American Institu of
Planner, 3:13, 186-195.
Fainstein, S.S. 2000. New Directions In Planning Theory. Urban Affairs Review, 35(4),451-
478.
Friedmann, J. 1987. Planning In The Public Domain: From Knowledge To Action. Princeton:
Princeton University Press.
Hudson, B. M. Galloway, T.D., Kaufman, J.L. 2007. Comparison of Current Planning
Theories : Counterparts and Contradictions. JAPA, 37-41
Priyani, R. 2007. Pluralitas Dalam Teori Perencanaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, 18(3), 23-39.
Schönwandt, W.L. 2008. Planning In Crisis? Theoretical Orientation For Architecture And
Planning. Ashgate Publishing Company.
Wahyono, Hadi. 2020. Perencanaan Generasi Pertama: Perencanaan Rasionalistik. Bahan
Ajar. Semarang: Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Wijaatmaja, Arya Bagus Mahadwijati. 2015. Pendekatan Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Di Kota Denpasar. Ruang: Jurnal Lingkungan Binaan (Space: Journal of the Built
Environment), Vol.2, No.2. ISSN 2355-570X

Anda mungkin juga menyukai