Anda di halaman 1dari 17

RASIONAL COMPERENSIF PLANNING (RPC)

DAN PARADIGMA PERENCANAAN

Disusun Oleh:

FATUR RAHMAN

230332023

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEHNIK DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AJARAN 2023/2024


Apa Itu Perencanaan?

Perencanaaan adalah proses berpikir yang sistematik dan


terarah.Perencanaan membutuhkan kia untuk memikirkan tujuan yang ingin
dicapai,tindakaan apa yang diperlukan untuk mencapainya, dan bagaimana
mengatur tindakan tersebut secara efektif.Perencanaan merupakan alat untuk
meminimalkan resiko dan ketidakpastian.Artinya perencanaan merupakan proses
menentukan apa yang ingin dicapai kedepannya serta menetapkaan tahapan-
tahapan yang di butuhkan untuk mencapainya.

Perencanaan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dalam


memanfaatkan sumber daya yang ada guna mewujudkan tujuan-tujuan tertentu di
masa yang akan datang (Conyer & Hill, 1984 dalam Pontoh & Kustiawan, 2009).
Pada kaitannya dengan wilayah dan kota, perencanaan didefinisikan sebagai suatu
proses untuk menentukan tindakan yang tepat dalam pengambilan keputusan
tentang masa depan (Pontoh & Kustiawan, 2009). Terdapat 2 unsur penting dalam
perencanaan, yaitu hal yang ingin dicapai dan cara mencapainya. Kedua unsur
tersebut dimuat dalam berbagai tata nama seperti tujuan, sasaran, strategi, visi,
misi, dan sebagainya
.
Perencanaan didasari oleh 3 teori (Planning Theory) yaitu teori dalam
perencanaan (theory in planning), teori tentang perencanaan (theory of planning),
teori untuk perencanaan (theory for planning). Pertama, theory in planning lebih
menkankan pada substansi dalam perencanaan yang meliputi bidang keiilmuan
lain. Kedua, theory of planning lebih menekankan pada prosedur atau tahapan
dalam melakukan perencanaan. Ketiga, theory of planning merupakan peran
perencanaan terhadap masyarakat yang terdampak (Hendler,1995 dalam Priyani,
2007). Teori yang menjadi perhatian utama ialah teori untuk perencanaan (teori
proses perencanaan). Teori proses perencanaan sendiri saat ini terbagi menjadi
tiga generasi, yang terdiri dari generasi pertama, generasi kedua, dan generasi
ketiga. Ketiga generasi tersebut memiliki cara pendekatan dan karakteristik serta
kelebihan dan kekurangan yang berbeda..

Rational Comprehensive Planning (RCP)


Perencanaan Rasional Komprehensif atau Rational Comprehensive
Planning (RCP) merupakan pendekatan yang rasional atau logis dan teratur serta
fokus terhadap prosedur perencanaan yang universal. Hipotesis dan tindakan
dibuat berdasarkan fakta yang relevan serta penggabungan dari isu-isu yang ada.
Hal tersebut didukung oleh pendapat (Becker, 2000 dalam Priyani, 2007) bahwa
perencanaan adalah suatu cara “rasional” untuk mempersiapkan masa depan.
Perencanaan sendiri terdiri dari tujuan dan sasaran yang dirancang dengan
alternatif cara yang rasional guna memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu,
rasionalitas dijadikan dasar aliran dalam perencanaan rasional komprehensif.

Perencanaan rasional komprehensif muncul setelah Perang Dunia II,


ketika Tugwell bergabung dengan sebuah Program baru dalam Perencanaan
Pendidikan dan Penelitian di Universitas Chicago bersama rekan-rekannya antara
lain Harvey Perioff, Edward Banfield, dan Julius Margolis (Stiftel, 2000).
Perkembangan Rational Comprehensive Planning (RCP) yang terkenal pada tahun
1945. RCP mengalami jatuh bangun dan perkembangan pada masanya.
Perencanaan ini mencakup keseluruhan aspek tujuan pembangunan, dimulai dari
identifikasi masalah, perumusan tujuan dan sasaran, penetuan alternatif guna
mencapai tujuan, penentuan alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan masa yang
akan datang, dan tindakan dalam implementasinya. Perkembangan Rational
Comprehensive Planning di dunia digambarkan sebagai berikut.

Model RCP merupakan pendekatan ilmiah secara rasional dalam


perencanaan yang ada sehingga menghasilkan analisis secara dalam yang
mencakup semua faktor yang mempengaruhi perencaan dan alternatif dalam
memecahkan masalah yang ada. Model perencanaan RCP sendiri pada negara-
negara berkembang mendasar pada prencanaan top-down (Dodero, 2010), serta
lebih mengutamakan prinsip-prinsip barat dan ide masyarakat cenderung
diabaikan (Escobar,1992 dalam Dodero, 2010).

Teori Rational comprehensive planning merupakan teori yang


mengedepankan pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran dan pertimbangan
yang logis (rasional). Pengambil keputusan akan berada pada suatu dilema,
dimana ia akan dihadapkan pada berbagai pilihan alternatif yang berbeda-beda.
Masing-masing alternatif itu memiliki kelebihan dan kekurangan yang
proporsinya pun berbeda-beda. Pengambil keputusan harus sebijak mungkin dan
sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Keputusan yang dibuat harus bisa
diterima oleh banyak pihak dan sebisa mungkin tidak ada pihak yang dirugikan.
Pengambilan keputusan sendiri harus didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai,
nilai yang mendasarinya, dan target yang sudah disepakati sebelumnya.

Anderson (1979) menjelaskan langkah-langkah dalam pengambilan


keputusan yang rasional sebagai berikut.
1. Pengambil keputusan dihadapkan pada sutau masalah yang berbeda
dengan masalah lainnya, sehingga dapat dibandingakan dengan
masalah lain tersebut.
2. Diperjelasnya tujuan, nilai, dan target yang disusun berurutan
berdasarkan prioritas.
3. Melihat alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah.
4. Melihat konsekuensi biaya dan manfaat dari setiap alternatif.
5. Setiap alternatif beserta konsekuensinya, diperbandingkan dengan
alternatif-alternatif lainnya. Membandingkan setiap alternatif beserta
konsekuensinya.
6. Alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan harus dapat
memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai, dan target yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Langkah-langkah tersebut dilakukan agar pengambil keputusan dapat
mengambil keputusan yang paling baik, sehingga tujuan, nilai, dan target dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Dalam mengambil suatu keputusan, pengambil
keputusan tidak boleh hanya melihat satu pilihan saja, akan tetapi harus melihat
berbagai pilihan (alternatif) agar dapat melihat mana yang terbaik. Ketika
pengambil keputusan membandingkan antara satu alternatif dengan alternatif
lainnya, maka akan telihat konsekuensi dari masing-masing alternatif tersebut.
Dengan demikian, pengambil keputusan dapat menghindari atau meminimalisasi
konsekuensi negatif dari setiap alternatif, kemudian memilih yang alternatif yang
lebih baik. Adapun tujuan dari langkah-langkah tersebut adalah untuk mengambil
keputusan secara rasional.

Teori rasional komprehensif ini mendapat beberapa kritik. Misalnya,


dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan sepenuhnya dilakukan secara
rasional. Teori ini seolah menempatkan si pengambil keputusan sebagai orang
yang memiliki banyak informasi dan waktu sehingga mampu menyeleksi berbagai
alternatif yang ada dengan waktu yang cukup. Sehingga dalam teori ini seolah-
olah semuanya sempurna sehingga keputusan yang didapat adalah keputusan yang
rasional. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua pengambil keputusan memiliki
banyak informasi dan mereka miliki waktu yang terbatas dalam mengambil
keputusan, terlebih lagi apabila keputusan sangat mendesak dan harus segera
diputuskan. Sehingga keputusan yang diambil tidak sepenuhnya rasional. Menurut
Hoogerwerf, teori rasional komprehensif ini menempatkan hasil atau dampak dari
suatu keputusan (kebijakan) yang didasarkan pada pemikiran rasional berdasarkan
data atau informasi yang lengkap (komprehensif). Pengambil keputusan dituntut
cermat dan teliti dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian,
keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik yang dapat diterima oleh
semua pihak dan dapat membawa dampak positif bagi semua orang.
Karakteristik Rational Comprehensive Planning (RCP)

Perencanaan komprehensif memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari


berbagai aspek dan elemen perencanaan sehingga dapat menghasilkan alternatif
rencana yang beragam untuk mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan potensi dan
kendala yang dimiliki. Tujuan Perencanaan Rasional Komprehensif adalah untuk
membangun perencanaan yang strategis dan kontingensi, menetapkan ketentuan-
ketentuan, standar, prosedur petunjuk pelaksanaan serta evaluasi, pelaporan dan
langkah taktis untuk menopang organisasi. Terdapat beberapa dasar dan ciri
utama pendekatan perencanaan rasional komprehensif (Schönwandt, 2008), yaitu.

1. Didasarkan pada kebijakan-kebijakan dengan skala yang lebih


umum dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai sebagai satu
kesatuan.
2. Memiliki tujuan dan sasaran yang lengkap, komprehensif dan
terpadu.
3. Memiliki data dan analisis yang lengkap dan mendalam guna
peramalan suatu rencana.
4. Memiliki jangka waktu perencanaan yang panjang

Adapun karakteristik perencanaan rasional komprehensif sebagai


berikut.

1. Mengedepankan penerimaan akal daripada tangkapan gejala


melalui alat- alat indrawi
2. Akal bekerja dengan memerhatikan pertimbangan factor gejala
(phenomenon) yang ditangkap, pengetahuan (knowledge) dan
kepercayaan (beliefs)
3. Pengalaman digunakan sebagai salah satu faktor untuk
memengaruhi kerja akal, akan tetapi bukan merupakan faktor
pertimbangan utama. Pengalaman hanya memperkaya akan teori
yang dikuasai
4. Lingkungan luar sangat mempengaruhi dalam penentuan persepsi
oleh akal

Beberapa tahapan dalam model perencanaan rational comprehensive


planning (Rittel, 1972 dalam Schönwandt, 2008) antara lain; (1) analisis kondisi
eksisting; (2) merumuskan tujuan; (3) merumuskan rencana aksi untuk mencapai
tujuan dan; (4) evaluasi hasil rencana. Perencanaan komprehensif merupakan
salah satu perencanaan yang berlandaskan pada kebijakan umum dalam
merumuskan berbagai alternatif strategi yang sesuai dengan tujuan perencanaan.
Kebijakan umum yang digunakan tersebut harus sesuai dengan konteks
perencanaan, karena perencanan merupakan kesatuan sistem dari berbagai aspek,
baik fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Bermula dari hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa perencanaan komprehensif bersifat mendalam. Artinya setiap
kebijakan yang akan diambil akan disesuaikan dengan kondisi wilayah
perencanaan. Menurut (Hudson, et.al, 2007) perencanaan komprehensif memiliki
keunggulan dan juga kekurangan sebagai berikut.

Kelebihan Kekurangan
 Perencanaan  Waktu dan biaya yang
komprehensif sesuai jika digunakan dibutuhkan relatif besar. Data yang
untuk menyelesaikan perencanaan jangka dibutuhkan dalam perencanaan
panjang yang bersifat umum. komprehensif harus akurat, maka dari itu
diperlukan survei yang rinci terhadap
berbagai aspek yang terkait seperti
informasi fisik geografis, data sosial
peneududukan, dan data sosial ekonomi.
Oleh karena survei yang terinci, maka
waktu dan biaya yang dibutuhkan besar.
 Perencana memiliki  Pendekatan teoritik sangat
kemampuan perencanaan dalam hal ditekankan dalam penerapan perencanaan
rasionalitas dan kemampuan teknis. Serta komprehensif. Oleh karena itu, hasil
Bersifat ”keahlian” karena itu seorang analisis terkadang tidak sesuai dengan
perencana dituntut memahamai kenyataan aktual. Pendekatan yang
perencanaan baik dari sisi teknis maupun teoritis menyebabkan prediksi dan
filosofi analisis standarnya menjadi tinggi
sehingga bisa dikatakan utopis atau non
implementability.

 Dapat dilakukan dalam  Sifat dari perencanaan

kelompok perencana karena rasionalitas komprehensif adalah homogen,

perencana dianggap sama. sementara masyarakat yang berada di


wilayah perencanaan bersifat heterogen.

 Pertimbangan dalam  Peran masyarakat yang

perencanaan merupakan integrasi dari terbatas. Sebab, keputusan yang dibuat

berbagai aspek yang ada, baik aspek berasal dari ahli atau perencana, sehingga

ekonomi, sosial budaya, serta aspek fisik. peran masyarakat sangat terbatas, yaitu
hanya sebatas public hearing.

• Karakter dasar perencanaan • Pembuat keputusan dipegang


bersifat komprehensif (menyeluruh), yakni para ahli/perencana sedangkan masyarakat
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, hanya diberikan sedikit peran, biasanya
budaya dan lingkungan, sehingga semua hanya dalam bentuk publik hearing yang
masalah ingin coba diselesaikan sifatnya serimonial. Dalam hal ini
perencana menganggap paling tahu atas
segala permasalahan
 Kurang dapat
memperhitungkan sumber daya yang
tersedia, karena berasumsi bahwa sumber
daya dapat dicari dan diusahakan.

• Kurang memperhatikan
sumber daya sebab perencanaann
komprehensif mengasumsikan sumber daya
dapat dicari dan diusahakan, sehingga
sumber daya yang tersedia kurang
diperhitungkan dalam perencanaannya.

Perencanaan komprehensif memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari


berbagai aspek dan elemen perencanaan sehingga dapat menghasilkan alternatif
rencana yang beragam untuk mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan potensi dan
kendala yang dimiliki suatu wilayah. Pihak yang terlibat dalam sebuah
perencanaan komprehensif cenderung lebih banyak sehingga program-program
yang disusun dapat dievaluasi secara menyeluruh.

Penerapan RCP di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan model


perencanaan RCP dalam merumuskan perencanaan tata ruang. Terdapat beberapa
contoh penerapan model RCP dalam perencanaan tata ruang di Indonesia antara
lain Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM), Master Plan, dan Rencana Strategis. Contoh beberapa
perencanaan tersebut memerlukan ketersediaan data dan analisis mendalam dari
semua faktor yang terlibat. Selain itu, produk-produk rencana tersbut memiliki
jangka waktu yang panjang dan dapat dijadikan dasar perumusan kebiijakan
rencana lainnya

Dalam melakukan upaya pembangunan wilayah di perkotaan, banyak


hal yang harus dipertimbangkan. Pengambil keputusan yang juga merupakan
pembuat kebijakan harus menentukan skala prioritas dari berbagai macam rencana
pembangunan yang ada. Masingmasing rencana pembangunan tentu memiliki
target yang jelas yang ingin dicapai. Akan tetapi, masing-masing rencana
pembangunan tersebut harus disaring kembali dengan mengedepankan ke-
urgentan masalah yang ada sehingga rencana pembangunan dapat segera
dilaksanakan.

Daerah perkotaan dikenal sebagai daerah yang padat penduduk,


sehingga kuantitas kendaraan dan kawasan industrinya juga tinggi. Mobilitas
penduduk perkotaan yang jumlahnya banyak mengakibatkan daerah perkotaan
sering terkena macet sehingga kualitas udara tercemar polusi dari asap kendaran.
Selain itu, banyaknya pabrik di kawasan industri perkotaan juga turut
berkontribusi dalam pencemaran udara. Dari permasalahan tersebut maka
pembuat kebijakan harus mencari solusi yang dapat menyelesaikannya, misalnya
dengan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pembuat kebijakan tidak
serta merta langsung memutuskan pembangunan RTH sebagai skala prioritas
karena masalah pencemaran udara bukan satu-satunya permasalahan yang ada di
perkotaan. Pembuat kebijakan harus melihat semua permasalahan yang ada untuk
mengetahui sejauh mana ke-urgent-an dari masingmasing masalah. Dalam hal ini,
pembuat kebijakan harus melihat dengan cermat dan teliti terkait data atau
informasi tentang permasalah tersebut. Kemudian, pembuat kebijakan juga harus
memperhatikan konsekuensi dan manfaat dari setiap solusi permasalahan tersebut.

Di Indonesia ruang terbuka hijau ditargetkan mencapai 30% dari total


wilayah yang ada, sehingga perlu direncanakan dengan cermat bagaimana
nantinya bentuk kota dan pemenfaatan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan
kondisi masyarakat. Dalam presentase 30% tersebut juga mencakup bangunan
infrastruktur yang ada di dalamnya seperti jalan, danau, dan sarana pendukung
lainnya. Salah satu kota dengan tata kelola dan perencanaan kota yang baik adalah
Kota Surabaya.
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang pasal 1 ayat 31 yang dimaksud dengan Ruang Terbuka
Hijau adalah area memanjang/jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam. Perencanaan pembangunan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Surabaya ini telah tertulis di dalam RTRWP Jawa Timur tahun 2005-
2020 yang mana isinya adalah penerapan dari Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (UUPR) yang berisi perintah bahwa seluruh Pemerintah
Kota se-Jawa Timur harus menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mana
luasnya adalah sebanyak 20% dari luas kota dengan 10% bagiannya adalah berupa
hutan kota (Irmadella, 2018; Widigdo dan Hartono, 2010).

Upaya Pemerintah Kota Surabaya guna mencapai jumlah ruang terbuka


hijau (RTH) sebesar 30 persen dilakukan melalui berbagai kebijakan pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau yang didukung oleh berbagai program diantaranya program
satu jiwa satu pohon, green and clean Surabaya dan konsentrasi hutan mangrove.
Selain adanya program tersebut juga dilakukan dengan mengembalikan lahan
hijau yang sebelumnya dialihfungsikan sebagai SPBU menjadi lahan dengan
fungsi awal yaitu ruang terbuka hijau (RTH) kota yang berupa taman baik aktif
maupun taman pasif.

Sampai pada bulan Juni tahun 2019 jumlah Ruang Terbuka Hijau
(RTH) publik yang ada di Surabaya sudah mencapai 21,79% dari luas Kota
Surabaya yakni sebesar 7.290,53 Ha yang mana luasan tersebut terdiri dari Ruang
Terbuka Hijau (RTH) makam sebanyak 283,53 ha, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
waduk atau telaga sebanyak 192,06 ha, Ruang Terbuka Hijau (RTH) lapangan dan
stadion sebanyak 355,91 ha, Ruang Terbuka Hijau (RTH) fasilitas umum dan
fasilitas sosial pemukiman sebanyak 205,5 ha, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
kawasan lindung sebanyak 4.548,59 ha, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) taman
dan jalur hijau sebanyak 1.649,1 ha (Pemkot Surabaya, 2019; Hakim, 2019).
Dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Surabaya melibatkan partisipasi dari berbagai pihak, yakni masyarakat dan
pihak swasta dimana masyarakat dilibaktkan dalam perumusan perencanaan dna
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sementara pihak swasta memiliki peran
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pengelolaan
dan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta dengan memberikan
bantuan lainnya juga (Iswari, 2014).

Adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya ini telah berhasil


memberikan dampak positif bagi lingkungan. Salah satu dampak positif bagi
lingkungan yang telah ditimbulkan oleh adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Surabaya tersebut adalah adanya penurunan suhu udara sebanyak 2 derajat Celsius
yang mana sebelumnya suhu udara di Surabaya adalah sebesar 30 hingga 31
derajat Celcius lalu menurun menjadi 28 sampai 29 derajat Celcius (Hakim, 2019;
Kurniawan, 2019). Di Surabaya sendiri sudah memiliki banyak Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Di antara banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut adalah
Taman Bungkul, Taman Flora yang berada di dekat Terminal Bratang, Taman
Prestasi yang berada di pinggir Sungai Kalimas, Taman Apsari yang terletak di
depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Taman Pelangi yang beada di Jalan A. Yani
Surabaya, dan Taman Lansia yang berada di Jalan Kalimantan Surabaya (Marmi,
2016).

Dengan dibangunnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) maka diharapkan


kualitas udara akan meningkat dan polusi udara akan menurun sehingga dapat
mendukung adanya pembangunan dalam dimensi lingkungan agar tercipta
pembangunan tata kota yang baik seperti di dalam RTRWP Jawa Timur tahun
2005-2020. Selain itu dengan memperhatikan dimensi lingkungan dalam
pembangunan, maka akan terwujud adanya pembangunan yang berkelanjutan
karena selain memperhatikan aspek fisik dari suatu pembangunan tapi juga tetap
memperhatikan faktor lingkungan agar adanya kelestarian lingkungan dapat
dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya yang mana adanya lingkungan yang
lestari dapat menciptakan daya dukung terhadap pelaksanaan gaya hidup sehat.

Pradigma Perencanaan

Pradigma merupakan falsafah atau dasar untuk memandang


sesuatu,padahal ini khususnya dalam konteks Perencanaan Wilayah dan Kota. Jika
cara pandang yang dipakai kurng baik maka output yang dihasilkan akan kurang
baik pula.Ketika suatu hal terjadi,maka kita dapat meraba dan mendeskripsikan
persoalan dan fenomena tersebut dari akar-akarnya.Karena ketika kita tidak punya
pradigma yang baik,maka kita juga tidak akan mempunyai kesimpulan yang baik
pula.Sebab,cara pradigma sangat mempengaruhi cara berpikir menganalisis,dan
hal itu sangat mempengaruhi kesimpulan yang kita hasilkan.

Para ahli awalnya membiasakan penggunaan kata pradigma dengan


sebutan POV (Poin of View) atau jendela untuk meneropong berbagai
fenomena,persoalan atau potensi yang terjadi disekitar kita.Ada atau tidaknya
kejadiaan yang berkaitan ddengan ilmunya, seseorang ilmuan dan orang lain
memiliki perhatiaan terhadap fenomena-fenomena perkotaan akan menggali
potensinya.Andai mereka ingin merencanakan sesuatu dengan cara pandang ,maka
mereka pasti akan menangani fenomena tersebut dengan cara pandang yang
mereka punya.Jadi pradigma perencanaan kota adalah cara pandang atau Poit of
View seorang perencana terhadap persoalan,fenomena dan potensi yang ada
disekitarnya,kemudian diturunkan sebagai sebuah falsafah yang menjadi sebuah
pegangan untuk ilmuan-ilmuan baru yang akan melahirkan konsep-konsep dan
cara pandang baru yang muncul dari pergulatan mereka.

Pradigma perancangan menyajikan cara pandang suatu perencanaan


kota dengan bagaimana suatu kota ini menjadi layak huni, aman dan
nyaman.Jadi,pradigma perancangan ini menyajikan cara pandang komperehensif
(concept comprehensive planning) tetapi bukan soal projectnya melainkan soal
pola pikirnya. Karena tiap orang memiliki pandangan sendiri baik terhadap kota
atau perencanaan di dalamnya.Pandangan-pandangan tersebut lahir dari
falsafahnya sendiri, lahir dari kesukaan terhadap suatu fenomena atau disiplin
ilmunya sendiri, yang membantu perencanaan kota untuk merencanakan kota
masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan tipologi perencanaan,maka jenis jenis perencanaan


membentuk pradigma perencanaan antara lain;

1. Theosentris adalah suatu paham yang melahirkan suatu pemerintahan


teokrasi, yang menggabungkan antara dogma-dogma agama dankekuasaan
dimana masyarakat diatur dan diperintah oleh raja-raja melalui suatusistem
yang bersifat militer, yang didampingi oleh ahli agama atau pendeta.Pada
paradigma perencanaan ini, fungsi perencanaan harus menunjangkekuatan
monarki, serta memberikan tekanan pada kepentingan penguasa, birokrat,
militer dan penguasa keagamaan. Contoh hasil perencanaan jenis ini
adalah Kota Jogja secara kosmologi, dan Hasta kosala-kosali secara
mitologi.

2. Positivism. Perencanaan jenis ini hanya percaya pada perihal yang nyata,
tidakkhayal, menolak metafisika dan teologi. Perencanaan harus
bermanfaat dandiarahkan pada pencapaian kemajuan, pasti, jelas dan tepat,
serta menuju kearah penataan dan penertiban. Pembangunan dan kemajuan
ditandai oleh dominasikerja ilmu pengetahuan modern atau ilmu-ilmu
positif. Fungsi perencanaan iniadalah memastikan bahwa perencanaan
memiliki kapasitas rekayasa sosial,memiliki citra pasti, memiliki cetak biru
(blueprint) dari suatu badan perencanaan, program-program pasti
dilaksanakan di lapangan tanpa perubahan, bersifat lebih kearah pekerjaan
keteknikan (engineering), penerapanstandard-standard teknis, pendekatan
master plan, dan land use. Contoh hasil perencanaan jenis ini adalah
landuse planning sebagai bentuk orientasi spasial dan RUTRK-RTRTK
sebagai bentuk standard planning.

3. Utopianism adalah suatu paham yang bertujuan mengembangkannilai-nilai


esensial kemanusiaan dan lingkungan yang telah terabaikan olehsistem
industri dan birokrasi, untuk dibawa ke suatu masa depan yang
ideal(lingkungan sosial dan fisik). Fungsi perencanaan jenis ini adalah
untukmempertahankan atau mengembalikan kesinambungan searah dan
lembaga-lembaga kota yang telah dihancurkan untuk kepentingan ekonomi
profit,dikaitkan kembali dengan nilai-nilai lingkungan perdesaan (udara
bersih,open spaces, pohon-pohon). Contoh hasil perencanaan jenis ini
adalah perencanaankota baru, garden city, dll sebagai bentuk idealisme
serta utopianisme

4. Rasionalisme adalah sumber pengetahuan yang dapat dipercayaadalah akal


(rasio) dan pengalaman (empiris) berfungsi meneguhkan pengetahuan
yang diperoleh oleh akal. Fungsi planning disini merupakan suatu aktivitas
publik, masyarakat memutuskan dan mengontrol pembangunannya sendiri
dengan cara rasional. Esensi planning dalam paradigma ini adalah
rasionalitas atau penerapan akal sehat, mengarah pada cara kerja
ilmiah,memiliki citra pasti dan menyeluruh, program-program disusun
untuk dievaluasi dan memberikan peluang bagi adanya tindakan
pemecahan masalah(problem solving). Contoh hasil paradigma
perencanaan jenis ini adalah Repelita atau Repelitada, Pembagain wilayah,
dan SWP. Jenis perencanaan ini menganut paham-paham seperti rasional
komprehensif, incrementalism, dan strategic planning

5. Pragmatisme. Dalam perencanaan jenis ini, perubahan bukan dituntun oleh


pikiran-pikiran yang datang dari luar, melainkan oleh pengalaman empiris
langsung dimana kebenaran adalah sesuatu yang membuktikan dirinya
benar melalui pengalaman praktis dan muara akhir dari pragmatisme
adalah manfaat.Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan praktis,
tidak memiliki kekuatankebenaran. Paradigma ini muncul karena adanya
kejenuhan – kejenuhan terhadap teori planning yang telah mapan dan
sering disebut sebagai pendekatan anti teori atau anti planning. Fungsi
paradigma perencanaan jenis ini menekankan pada incrementalism yang
didasarkan pada market decision-making pembangunan diserahkan
sepenuhnya kepada mekanisme pasar tanpaintervensi jauh dari pemerintah,
dan yang penting adalah melakukan aksi ataukegiatan nyata ( getting
things done). Contoh perencanaan ini adalah KawasanBisnis (swasta) dan
Housing Estate.

6. Fenomenologi. Paradigma perencanaan ini memberi perhatian pada perihal


yang nampak, terlihat pada dirinya sendiri. Pengamatan pada yang nampak
bertujuan menemukan “hakekat” dengan menghubungkan kesadaran
subyek dengan obyek dan menolak bentuk-bentuk konformitas. Realitas
itu relatif,hanya dapat dipahami melalui agregat individu. Fungsi
perencanaan ini adalah ketidak percayaan pada planning yang bersifat
menyeluruh dan berlaku umum(menolak "comprehensive planning" dan
"positive planning") dan Planningharus berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat dan diarahkan pada tindakannyata, bukan sebagai alat
penguasa dan pemilik modal. Dalam paradigma ini planning harus
responsif dan mendukung terbentuknya konsensus-konsensus baru atas
dasar pluralisme. Contoh hasil perencanaan jenis ini adalah advocacy dan
empowerment sebagai bentuk pemihakan dan equity planning.

Macam-macam paradigma perencanaan itu muncul karena ada perbedaan


cara pandang yang lahir dari keresahan-keresahan mereka (para ilmuwan). Jadi,
paradigma itu pasti banyak macamnya, namun paradigma yang lebih baik adalah
paradigma yang harus melalui perdebatan-perdebatan lama yang dinikmati. Jika
bicara tentang perencanaan kota dan masa depan, sebenarnya adalah dua hal yang
berbeda. Karena hal-hal untuk masa depan berasal dari suatu rencana yang
mempertimbangkan mengenai masa kini, masa lalu dan masa depan yang akan
lahir dari paradigma yang baik dan kuat. (Paradigma merupakan akar dari konsep-
konsep untuk masa yang akan datang dan harus menjadi landasan suatu
perencanaan).

Anda mungkin juga menyukai