Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rody Nur R

NIM : 135060601111034
Kelas : D

Tugas Evaluasi Perencanaan


Review Materi Evaluation Planning #2

Perencanaan yang baik ialah perencanaan yang mengkaji 3 aspek waktu sebelum
perencanaan itu dituangkan dalam dokumen perencanaan, yakni bagaimana fakta/kondisi di masa
lampau (past), apa yang terjadi saat ini (present), dan bagaimana strategi menghadapi masa yang
akan datang (Future).
Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan
tujuan yang direncanakan. Sebuah evaluasi perencanaan memiliki proses yaitu tahap periodesasi,
periodesasi pelaksanaan evaluasi melalui tahap sebagai berikut (Bappenas, 2009):
1. Tahap Perencanaan (Ex ante), tahapan ini dilakukan sebelum ditetapkannya rencana
pembangunan, tahapan ini memiliki fungsi untuk melihat rasionalitas pilihan, target dan
kesesuaian antar dokumen perencanaan.
2. Tahap Pelaksaan (on going), tahapan ini dilakukan saat pelaksanaan kegiatan yaitu untuk
menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Tahap Pasca Pelaksanaan (ex post), tahapan dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana
berakhir. Bertujuan untuk mencapai (keluaran atau hasil atau dampak) program mampu
mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan, serta untuk menilai efisiensi,
efektivitas dan dampak terhadap sasaran, ataupun manfaat dari suatu program.
Chapin dan Kaisar (1979) berpendapat bahwa kepentingan masyarakat memberikan dasar
kebenaran bagi campur tangan kebijakan pemerintah sebagai pengambil keputusan. Namun sering
kali:
1. Kebutuhan publik bukan merupakan fakta, didasarkan pada pandangan masyarakat yang
plural yang memiliki konflik kepentingan
2. Kebutuhan publik bukan merupakan nilai extra – individual.
3. Kebutuhan publik tidak selalu sebagai nilai yang diprioritaskan
Teknik evaluasi menurut Lichfield yang mana merupakan beberapa teknik evaluasi dari
berbagai teknik evaluasi lainnya yakni Planning Balance Sheet Analysis (PBSA) dan Community
Impact Evaluation (CIE)
Menurut Weber dalam Kalberg (1980), perencanaan yang rational membutuhkan:
1. alat pendukung penilaian yang rasional (Instrument Rationality)
Merupakan pilihan logis dari alat yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. substansi perencanaan yang rasional (Subtantive Rationality),
Metode yang lebih komplek, juga mengevaluasi tujuan dan sasaran yang ditetapkan
(memilih tujuan) dan menetapkan prioritas
3. nilai yang rasional (Value Rationality
Sedangkan proses perencanaan dibagi menjadi 4 bagian, yakni:
1. Trancendental Reason >< Real Social Context,
Trancendental reason merupakan proses perencanaan yang disebabkan oleh bisikan dari
hal-hal yang mistis, khayal, ataupun ghaib. Sedangkan, lawan dari trancendental reason
adalah real social context.
2. Descartes Concept of Universal Reason
dimana segala sesuatu baik komponen, aspek, klasifikasi untuk mengevaluasi ataupun
menyusun suatu perencanaan dilakukannya penyeragaman yang rasional.
3. Classic Rationality
4. Rational Model of Planning
Pada proses evaluasi perencanaan terdapat 5 metode/pendekatan, yakni Instrument Rationality,
Subtantive Rationality, Bounded Rationality, strategic Rationality dan Communicative Rationality
(Alexander, 2012). Berikut merupakan pengertian dari setiap metode evaluasi:
1. Instrument Rationality merupakan pendekatan evaluasi perencanaan dengan bantuan alat
analisis dengan pilihan logis dan rasional untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini
menekankan efisiensi dan efektifitas dalam meraih tujuan-tujuan tertentu. Dalam
penerapan pendekatan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, pertama yaitu
pengandaian adanya tujuan untuk rute-rute alternative. Kedua, pengandaian adanya pelaku
yang menganggap dirinya bebas untuk memilih rute-rute tersebut. Karena menekankan
pada efisiensi, pendekatan ini lebih memilih hasil kuantitatif atau berdasarkan jumlah.
Didalam Instrument Rationality memiliki sifat simple instrumental, yaitu tidak bias
menjawab pertanyaan yang banyak dan hanya memiliki sedikit tujuan. Pada pendekatan
ini dapat menggunakan analisis berupa Cost Benefit Analysis (CBA) dan Cost Effectiveness
Analysis (CEA) yang berfungsi untuk mengevaluasi masing-masing program perencanaan
yang lebih efektif, dan juga analisis Net Present Value (NPV), serta Internal Rate of Return
(IRR). Pendekatan ini membutuhkan parameter atau indikator yang jelas dan dapat
diterima oleh semua pihak.
2. Subtantive Rationality merupakan metode yang lebih kompleks, dimana tujuan serta
sasaran perencanaan aspek penting yang akan dievaluasi serta satuan prioritasnya. Pada
hakikanya lebih mirip dengan pendekatan praktis dan tidak seperti pendekatan teoretis.
Pendekatan ini melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem
nilai. Alat analisis yang dapat digunakan adalah cost benefit analysis dengan skema lebih
menyeluruh/kompeherensif, multi objective evaluation approach/method (MODM),
Evamix, expert choice, social impact analysisi, environmental impact analysis (EIA), serta
multi criteria analysis (MCA).
3. Bounded Rationality merupakan memiliki konsep penggabungan dari sifat pragmatic
(masukan pemerintah, ahli, ketua adat, dan sebagainya terhadap suatu perencanaan dan
dilakukan proses skoring pada masukan tersebut) dan disjointed incementalism (sifat yang
tidak menyeluruh/memperbaiki sedikit demi sedikit). Pendekatan ini mempertimbangkan
nilai-nilai atau norma-norma yang membenarkan atau menyalahkan suatu penggunaan cara
tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan ini menekankan pada kesadaran nilai-
nilai estetis, etis dan religious. Ciri khas pendekatan nilai ini adalah bersifat substantive
sebab orang yang bertindak dengan rasionalitas ini mementingkan komitmen
rasionalitasnya terhadap nilai yang dihayati secara pribadi.
4. Strategic Rationality merupakan pendekatan yang bersifat orientasi pada tujuan,
kepentingan pribadi, dan pengambil keputusan. Strategic Rationality merupakan
pendekatan yang mematuhi aturan-aturan teknis, mendasarkan diri pada pengetahuan
empiris untuk menentukan hasil-hasilnya serta memilih sarana-sarana yang tepat untuk
merealisasikan tujuan-tujuan. Atau dalam pengertian lain tindakan ini juga bersifat
strategis atau tergantung pada penilaian yang tepat mengenai pilihan-pilihan alternatif yang
mungkin berdasarkan perhitungan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berkembang di dalam
relasi-relasi sosial.
5. Communicative Rationality merupakan metode evaluasi dengan cara negosisasi/menjalin
kerjasama dan komunikasi dengan petinggi masyarakat seperti ketua masayarakat, ketua
pers, ketua daerah, dan sebagainya. pendekatan yang melihat hubungan sesama manusia
sehingga tercipta hubungan setara yang membutuhkan saling pengertian dan interaksi
dinamis serta berorientasi pada saling pemahaman dan komunikasi. Contoh hasil
communicative rationality adalah rencana penghidupan rel mati Malang-Tumpang yang
terdapat pada RTRW Kabupaten Malang, dimana pada tidak dilakukannya evaluasi
terlebih dahulu / analisis mendalam terkait alasan mengapa penghidupan rel mati tersebut
dibutuhkan. Communivative rationality dapat dilakukan dengan pendekatan sosial, cara
persuasif, dan focus grup discussion (FGD).
Sumber:

Alexander, Ernest. 2012. Evaluation in Planning: Evolution and Prospect. England: Asghate
Publishing. (diakses 17 Maret 2016
https://books.google.co.id/books?id=HPJaYRwflzMC&dq=Instrumental+Rationality,+Sub
stantive+Rationality,+Bounded+Rationality,+strategy+Rationality+dan+Communicative+
Rationality&hl=id&source=gbs_navlinks_s)
Chapin, F. Stuart, Jr & Kaiser, E.J. 1979. Urban Land Use Planning, Third Edition. University of
Illionis Press, USA.
Kalberg, Stephen. 1980. Max Weber's Types of Rationality: Cornerstones for the Analysis of
Rationalization Processes in History. Chicago Journal: The American Journal of Sociology,
Vol. 85, No. 5.
Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009.
Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektroal. Jakarta: Bappenas.

Anda mungkin juga menyukai