Anda di halaman 1dari 9

Perencanaan Evaluasi Program

A. Analisis Kebutuhan
1. Pengertian Analisis Kebutuhan
Menurut pendapat Roger Kaufman dan Fenwick W. English dalam bukunya
Needs Assessment, Concept, and Application, (1979) mengungkapkan bahwa analisis
kebutuhan tidak dapat melepaskan diri dari pembicaraan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Dari pendapat kedua ahli tersebut mengajak kita untuk memasuki proses
transformasi seperti model evaluasi yang dikemukakan oleh Stufflebeam, yaitu
mendasarkan pembicaraan pada empat unsur evaluasi, yaitu konteks, masukan,
proses, dan produk (hasil).
Dalam bukunya, Kaufman dan English menekankan perlunya analisis kebutuhan
di dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Dalam menggunakan analisis
sistem, mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah, kemudian menentukan gejala
dan asumsi penyebab timbulnya masalah merupakan ciri khusus yang tidak dapat
diabaikan. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan satu alat yang tepat sebagai
pelengkap bagi evaluator program ketika mempertimbangkan kejelasan masalah,
serta memberikan rekomendasi kepada penentu kebijakan.
Di dalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderso, dkk., analisis
kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas di antaranya.
Roger Kaufman dan Fenwick W. English (1979, dalam Arikunto, 2014)
mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan
jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan
dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam
skala prioritas, lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya.

2. Peranan Analisis Kebutuhan


Peran analisis kebutuhan sama halnya dengan bertanya tentang apa manfaat dan
mengapa evaluator perlu melakukan analisis kebutuhan. Kaufman (1972, dalam
Arikunto, 2014) menyatakan Di dalam sistem pendidikan, prestasi belajar siswa
merupakan tujuan, sedangkan pendidikan sendiri merupakan sebuah alat yang berarti
seperangkat proses dan cara-cara bagaimana membantu siswa untuk memiliki
kemampuan agar dapat mempertahankan kehidupan sendiri serta mempunyai peran
terhadap masyarakat sekitar bahkan jika mungkin umat sedunia, setelah mereka
menyelesaikan sekolahnya.
Analisis kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan
perubahan. Yang dimaksud dengan perubahan di sini bukanlah perubahan yang
radikal dan tidak berdasar, tetapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat
rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga negara,
kelompok, dan individu.
3. Langkah Pelaksanaan Analisis Kebutuhan
Makna analisis kebutuhan seperti yang sudah dijelaskan menunjukkan adanya
proses mengenali, memilah, dan menyisihkan. Dalam melalui langkah-langkah
tersebut sebenarnya pelaku tidak mungkin melepaskan diri dari pekerjaan mengukur
dan menilai sesuatu. Untuk menentukan hasil mengenali, memilah, dan menyisihkan
ada proses membandingkan gejala yang sedang dikenali dan dipilah dengan suatu
patokan (meski tidak secara jelas disadari).
Anderson (1975, dalam Arikunto, 2014), secara umum keluasan atau besarnya
kebutuhan dapat diukur dengan dua macam cara, yaitu secara subjektif dan objektif.
Pengukuran secara subjektif terjadi apabila pelaku membandingkan sesuatu
kebutuhan dengan kondisi yang dapat diterima olehnya.
Tentang bagaimana cara dan penahapan dalam melakukan penilaian kebutuhan
dijelaskan oleh Anderson seperti di bawah ini:
a. Penilaian Kebutuhan Secara Objektif
1) Mengidentifikasi lingkup tujuan-tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi.
2) Menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan.
3) Menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator, dengan acuan pedoman atau
acuan apa saja yang ada dalam sistem dan bidang yang akan dievaluasi.
4) Menyusun alat pengukuran untuk tiap-tiap indikator.
5) s Membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria.
b. Penilaian Kebutuhan Secara Subjektif
1) Mengidentifikasi tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi.
2) Menentukan pilihan kriteria atau menyusun kriteria yang sesuai dengan setiap tujuan
masing-masing bidang dan indikator.
3) Menyusun skala bertingkat yang digunakan untuk mempertimbangkan tingkat
penampilan indikator.
4) Jika sudah selesai membuat skala, kumpulkan semua calon evaluator untuk bersama-
sama menentukan urutan kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan.
Selain memilih di antara dua cara tersebut, yaitu objektif dan subjektif, evaluator
juga dapat mengambil nominasi dari keduanya. Seorang penilai mungkin saja
mengambil langkah yang berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi
yang lain. Oleh karena itu, data dari pihak lain misalnya pendapat teman (mungkin
juga lawan), catatan yang dibuat siswa dan sebagainya mungkin perlu digunakan
sebagai bahan pertimbangan.
Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan jenis serta peringkat kebutuhan
dapat menggunakan bukti-bukti formal, dengan kasus yang berbeda-beda. Apa pun
pendekatan yang diambil, apakah secara objektif ataukah subjektif, yang penting
langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas antarkebutuhan sesuai dengan
tujuan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan rekomendasi kepada
pengambil keputusan demi tindak lanjut program.

B. Menyusun Proposal Evaluasi Program


1. Pengertian dan Status Proposal dalam Evaluasi Program
Proposal adalah sebuah rencana kerja yang menggambarkan semua kegiatan
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi program. Mengapa harus ada
proposal? Mengingat fungsi proposal seperti sudah disebutkan, terlebih bahwa
program itu sendiri merupakan suatu sistem yang kompleks dan merupakan realisasi
suatu kebijakan maka di dalam evaluasi program keberadaan proposal memegang
peranan yang sangat penting. Tanpa ada proposal, kegiatan tidak akan lancar karena
tanpa arah yang jelas, dan semuanya terjadi mendadak.
Ada tiga kemungkinan evaluator ditinjau dari sudut program yang akan
dievaluasi, yaitu evaluator dalam, evaluator luar, dan gabungan dari
keduanya.Evaluator luar adalah petugas evaluasi program dan orang tersebut terlibat
langsung maupun tidak langsung dengan program yang dievaluasi. Evaluator dalam
adalah petugas evaluasi, yang orang terlibat dalam kegiatan program yang dievaluasi,
baik langsung maupun tidak langsung. Setelah membandingkan antara evaluator luar
dan evaluator dalam yang masing-masing mengandung kelebihan dan kekurangan,
dapat diatasi dengan menggunakan evaluator gabungan. Apabila yang mengerjakan
evaluasi orang dari luar program, diharapkan tujuan dapat dicapai secara efektif dan
evaluasi dapat tepat arah, pemesan sebaiknya juga membuatkan proposal sekaligus.
Berkenaan dengan pemesan menyerahkan seluruh pekerjaan evaluasi kepada tim
evaluator, pemesan hanya menyerahkan semua dokumen tentang program yang akan
dievaluasi disertai penjelasan tentang apa yang dikehendaki. Dengan demikian, tim
evaluator terlebih dahulu harus mempelajari seluk-beluk program secara baik,
kemudian baru menyusun proposal.

2. Cara Menyusun Bagian Pendahuluan


Pada umumnya garis besar isi bagian pendahuluan antara lain :
a. Aturan Penulisan Latar Belakang Masalah
Bagian pertama dari sebuah proposal adalah latar belakang masalah. Yang
dimaksud dengan latar belakang masalah adalah hal-hal yang mendasari lahirnya
kegiatan.
b. Aturan Penulisan Pertanyaan Evaluasi Program
Setelah tujuan evaluasi dirumuskan, evaluator kemudian mengoperasionalkan
tujuan evaluasi terseebut ke dalam bentuk pertanyaan evaluasi. Pertanyaan yang akan
dijawab dalam kegiatan evaluasi ini semestinya jangan melenceng dari tujuan yang
ingin dikehendaki dalam proses evaluasi.
c. Aturan Perumusan Tujuan Evaluasi Program
Jika di awal disebutkan bahwa evaluasi program identik dengan kegiatan
penelitian, bukan berarti semua karakteristik kegiatan penelitian itu sama dengan
karakteristik kegiatan evaluasi program.
Dalam melakukan evaluasi, Taylor-Powell, dkk., (1996, dalam Arikunto, 2014)
mengidentifikasi beberapa dimensi umum yang biasanya digali dalam tujuan evaluasi
suatu program, yaitu sebagai berikut.
1) Dampak/Pengaruh Program
Dalam dimensi ini, evaluator akan mengkaji seberapa jauh program yang akan,
sedang, atau telah dijalankan memiliki konsekuensi terhadap konteks, partisipan dan
subjek, sistem, atau lainnya.
2) Implementasi Program
Evaluator melakukan kajian terhadap seberapa jauh pelaksanaan program ini
akan dan sedang dijalankan.
3) Konteks Program
Evaluator mengamati dan mengkaji kondisi konteks (lingkungan) dari program
yang akan, sedang, dan telah dijalankan, seberapa jauh keterkaitannya, dan apa
sajakah konteksnya.
4) Kebutuhan Program
Evaluator mengkaji tentang faktor-faktor penentu keberhasilan program dan
keberlanjutannya di masa yang akan datang.
d. Aturan Penulisan Manfaat Evaluasi Program
Pengertian manfaat tidak lepas bahkan tidak berbeda dengan faedah dan
keuntungan. Subbagian manfaat ini sudah dituliskan pada waktu evaluator menyusun
proposal. Dalam hal ini evaluator sudah berharap bahwa apa yang akan dilakukan
mengandung manfaat untuk pihak yang disebutkan.

3. Cara Menentukan Metode Evaluasi Program


Metode adalah kumpulan metode yang berkenaan dengan kegiatan yang
dilakukan. Metode evaluasi program, karena kegiatannya tidak lain adalah penelitian
maka sama dengan metode yang lazim terdapat dalam penelitian.secara garis besar
ada 4 hal yang perlu diatur dengan metode tertentu dalam langkah evaluasi, yaitu:
a. Penentuan Responden Atau Sumber Data
Dalam setiap penelitian (dalam hal ini evaluasi), kita harus berfikir sederhana
mengenai:
1. Apa objek yang dievaluasi (indikator),
2. Darimana informasi tentang objek tersebutdapat di peroleh (sumber data),
dan
3. Dengan cara apa informasi tersebut dapat di peroleh (metode pengumpulan
data).
Sumber data adalah segala sesuatu yang menunjuk pada asal data diperoleh. Ada
orang yang menyebut sumber data sebagai suatu yang membawa atau mengandung
data. Untuk membantu menentukan sumber data, kita membedakan dan
mengklasifikisikannya menjadi tiga, jika disebut dalam bahasa inggris semua bermula
dengan huruf P sehingga sumber data tersebut dikenal dengan tiga P. Rinciannya
sebagai berikut:
1) P dari person, yaitu orang. Jika sumbernya berupa orang, pengungkapan
data dilakukan dengan wawancara (di tanya melalui lisan) atau angket
(ditanya melalui tulisan).
2) P dari paper, yang bukan hanya dibatasi pada kertas saja, tetapi segala
bentuk simbol yang berupa grafis: tulisan, gambar, tabel, denah, motif,
dan lain-lain.
3) P dari place, yaitu tempat. yang dimaksud dengan tempat bukan
hanya ruangan, tetapi hal lain yang dalam posisi berada di suatu tempat
(ruang). Dalam hal ini tempat memuat dua jenis data yang dapat
dikumpulkan, yaitu dengan mengamati atau observasi.
Untuk meyakinkan klasifikasi objek diam atau bergerak, kita lihat contoh
berikut, dan gantilah tanda tanya (?) dengan jenis objek.

b. Metode Pengumpulan Data


Evaluasi Program adalah penelitian maka metode pengumpulan data yang
digunakan dalam evaluasi program sama dengan metode pengumpulan data dalam
penelitian. Jenis metode dimaksud adalah angket, wawancara ( interview), pengamat
(observasi), tes, dokumentasi, dan inventori.

c. Penentuan Instrumen Pengumpul Data


Dari arti istilahnya, instrumen menunjuk pada sesuatu yang dapat berfungsi
sebagai pembantu agar usaha pencapaian tujuan lebih mudah. Dalam usaha
pengumpulan data, instrumen berfungsi untuk mempermudah, memperlancar dan
membuat pekerjaan pengumpulan data menjadi lebih sistematis.
Untuk melakukan penelaahan terhadap dokumen, evaluator juga memerlukan
instrumen berupa panduan berisi hal-hal penting tentang data yang akan
dikumpulkan. Panduan tersebut dapat di wujudkan dalam bentuk daftar hal atau tabel.
Sebagai contoh, Jika evaluator akan menilai notulen rapat, maka hal-hal yang perlu di
gali, antara lain:
1) hari/tanggal rapat;
2) pimpinan rapat;
3) banyaknya peserta rapat dan nama-nama yang hadir;
4) acara atau isi pembicaraan;
5) kesimpulan atau hasil rapat;
6) rencana tindak lanjut.
Bagian terakhir ini sebaiknya dievaluasi karena apa yang diputuskan dalam rapat
mestinya diikuti dengan rencana kelanjutannya. Jika memang ada rencana
kelanjutannya, kualitasnya harus dinilai sejauh mana kemungkinan realisasi akan
terwujud.
Agar evaluator tetap berpegang pada kaitan antara komponen, indikator, sumber
data, metode pengumpulan data, dan instrumennya, sebaiknya mereka membuat
rincian, yang dapat dibuat dalam dua bentuk atau model, yaitu model rincian dengan
tabel kisi-kisi dan model rincian ke bawah. Rincian ini di fungsikan oleh evaluator
untuk persiapan menyusun instrumen.

Analisis kelompok
Analisis kebutuhan adalah merupakan sarana atau alat yang konstruktif dan
positif untuk melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang didasarkan atas
logika yang bersifat rasional sehingga kemudian perubahan ini menunjukkan upaya
formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara
seperti apa yang ada dengan bagaimana seharusnya dengan sasarannya adalah
siswa, kelas dan sekolah.
Menyusun Proposal Evaluasi, Program Proposal adalah sebuah rencana kerja
yang menggambarkan semua kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan
evaluasi program. Cara Menyusun Bagian Pendahuluan
Pada umumnya garis besar isi bagian pendahuluan antara lain :
a. Aturan Penulisan Latar Belakang Masalah
b. Aturan Penulisan Pertanyaan Evaluasi Program
c. Aturan Perumusan Tujuan Evaluasi Program
Cara Menentukan Metode Evaluasi Program, Metode adalah kumpulan metode
yang berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan.
Metode Pengumpulan Data Evaluasi Program adalah penelitian maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi program sama dengan metode
pengumpulan data dalam penelitian. Jenis metode dimaksud adalah angket,
wawancara ( interview), pengamat (observasi), tes, dokumentasi, dan inventori.

Anda mungkin juga menyukai