Anda di halaman 1dari 12

Pemilihan PTK Berprestasi Tahun 2018

RESENSI BUKU

Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi


untuk Program Pendidikan dan Penelitian
Tuntunan Menjadi Evaluator Program (Pendidikan)

Judul Buku : Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program


Pendidikan dan penelitian, Cetakan Pertama.

Penulis : Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd.

Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta

Tahun Terbit : 2008

Jumlah halaman : x +228

Laporan Buku oleh:

Suhadi
Tenaga Perpustakaan SMA Negeri 2 Sigli

Pendahuluan

Buku dengan judul “Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan penelitian” semula berjudul “Evaluasi Program” yang diterbitkan pada
tahun 2000 oleh penerbit Rineka Cipta. Kemudian pada tahun 2008, buku ini diterbitkan
ulang dengan judul seperti tersebut di atas, karena ada penambahan bab tentang
instrumen pada akhir bab. Buku ini ditulis oleh Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd. Beliau
adalah dosen dan ketua program Teknologi Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta.

Buku ini disusun dalam sembilan bab yaitu bab I Pendahuluan, bab II beberapa
model, pendekatan, dan konsep-konsep evaluasi, bab III memfokuskan evaluasi, bab IV
melakukan evaluasi, bab V menganalisis dan menginterpresi informasi, bab VI melaporkan
hasil evaluasi, bab VII evaluasi meta, bab VIII instrumen evaluasi, dan bab IX instrumen
evaluasi tes. Adapun penjelasan isi buku adalah sebagai berikut.

Isi Buku

Bab I buku ini terdiri dari empat subbab yaitu, (a) peranan dan tujuan evaluasi, (b)
Definisi Evaluasi, (c) Beberapa Istilah, dan diakhiri denga (d) Daftar bacaan tambahan.
Penulis memulai bab ini dengan menjelaskan tentang pentingnya pendidikan dalam
memecahkan berbagai masalah-masalah sosial. Namun berbagai kritik terhadap sistem

1
pendidikan tidak pernah habis pembahasannya, terutama di negara kita Indonesia. Tentu
banyak alasan yang menyebabkan hal tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan
dalam rangka perbaikan sistem pendidikan adalah dengan evaluasi.

Dalam subbab peranan dan tujuan evaluasi, penulis menyatakan evaluasi memegang
peranan penting dalam pendidikan dalam memberikan informasi yang dipakai sebagai
dasar untuk : (1) membuat kebijaksanaan dan keputusan, (2) menilai hasil yang dicapai
para pelajar, (3) menilai kurikulum, (4) memberi kepercayaan kepada sekolah, (5)
memonitor dana yang telah diberikan, dan (6) memperbaiki materi dan program
pendidikan. Selanjutnya dalam subbab definisi evaluasi salah satu defini yang disebutkan
penulis adalah merupakan proses yang menentukan sampai sejauhmana tujuan pendidikan
dapat dicapai (Tyler), dan disebutkan juga beberapa definisi dari para pakar lainnya. Dalam
subbab ini juga dijelaskan untuk apa evaluasi dilakukan, apa objek evaluasi, aspek dan
dimensi objek yang akan dievaluasi: (1) konteks, (2) Input, (3) Proses implementasi, dan (4)
produk. Kriteria menilai objek, (1) kebutuhan, ideal, dan nilai-nilai, (2) pengunaan yang
optimal dari sumber-sumber dan kesempatan, (3) ketepatan efektifitas training dan (4)
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Siapa yang harus
dilayani oleh evaluasi, apa langkah dan prosedur dalam evaluasi, metode evaluasi, siapa
yang melakukan evaluasi dan apa standar untuk menilai evaluasi

Subbab berikutnya adalah beberapa istilah, disini dijelaskan secara singkat istilah-
istilah yang sering dipakai dalam melakukan evaluasi antara lain, “program”, segala sesuatu
yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh
(Joan L. Herman & Cs, 1987), “sponsor”, adalah orang atau organisasi yang meminta
evaluasi dan membayar untuk itu, “Audiensi” yaitu orang yang secara langsung atau tidak
langsung berurusan dengan evaluasi, “instrumen” termasuk tes, kuesioner, observasi dan
lain-lain, “Client” yaitu audiensi yang lebih khusus, orang atau organisasi yang memesan
atau meminta kepada evaluator untuk melakukan evaluasi. Sedangkan pada subbab
terakhir daftar bacaan tambahan, penulis memberikan data buku yang dapat dijadikan
tambahan referensi oleh pembaca, subbab ini disajikan seperti dafta pustaka.

Dalam bab II tentang beberapa model, pendekatan dan konsep-konsep evaluasi,


penulis juga membagi bab ini menjadi empat subbab yaitu: (1) model-model evaluasi.
Dalam subbab ini penulis menjelaskan beberapa cara atau model evaluasi yang biasa
dipakai sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan denngan aspek apa yang akan dievaluasi.
Model-model tersebut diantaranya ada: CIPP, UCLA, Brinkerhoff, Stake dan banyak lagi
model-model lain dengan keunggulan dan kelemahan tersendiri.

2
Dalam model stake misalnya, ia menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam
evaluasi, yaitu description dan judgment dan membedakan adanya tiga tahap dalam
program pendidikan yaitu antecedents, transaction dan outcomes. Stake mennyatakan
bahwa bila kita menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang
relatif antara satu program dengan yang lainnya.

Subbab (2) beberapa pendekatan dalam evaluasi. Penulis menyatakan bahwa ada
beberapa pendekatan dalam mengevaluasi: (a) pendekatan experimental, artinya suatu
pendekatan yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam program
evaluasinya. (b) goal oriented approach yaitu pendekatan yang memakai tujuan program
sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan, dan ini merupakan pendekatan yang
praktis. (c) the decision Focused approach pendekatan ini menekankan peranan informasi
yang sistematis untuk mengelola program dalam menjalankan tugasnya, dan pendekatan
ini lebih memperhatikan pembuatan keputusan yang khusus dan pengaruhnya makin besar
kepada keputusan program yang relevan.

(d) the user oriented approach yaitu pendekatan yang tujuan utamanya adalah
pemakai informasi yang potensial. Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap
individu yang berususan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang
berguna untuk individu tersebut. Sedangkan keterbatasan pendekatan ini yaitu
ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan kelemahan ini bertambah besar
pengaruhnya sehingga hal-hal lain di luar itu kurang medapat perhatian. (e) the responsive
approach merupakan pendekatan paling lain dari bentuk pendekatan yang dibicarakan
dalam buku ini karena perspektif dalam usulan evaluasi dan metode pencapaiannya.
Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian
suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, berminat, dan
yang berkepentingan dengan program. (f) goal free evaluation sebagaimana namanya,
pendekatan ini tidak terikat dengan tujuan akhir dari program.

Subbab selanjutnya dalam bab II ini (3) beberapa konsep dalam evaluasi. Disini
penulis menguraikan dua konsep dalam melaksanakan evaluasi yaitu (a) evaluasi formatif
dan sumatif. Evaluasi formatif dilaksankan selam program berjalan untuk memberikan
informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program, sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi kepada
konsumen yang potensial tentang manfaat atu kegunaan program. (b) evaluasi internal dan
evaluasi eksternal. Sesuai dengan namanya evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari
dalam proyek, dan evaluasi eksternal, dilakukan oleh evaluator dari luar. Evaluator internal

3
tentu mengetahui lebih banyak tentang programnya dari pada orang luar, atau evaluator
eksternal, tetapi mungkin ia begitu dekat dengan program sehingga mungkin agak sulit
untuk menjadi obejektif 100%. Sebaliknya, sulit bagi seorang evalutor ekstrnal untuk
mengetahui tentang program sebanyak apa yang diketahui evaluator internal. Adapun
subbab (4) daftar bacaan tambahan, sama seperti pada bab sebelumnya, penulis
memberikan beberapa buku untuk menjadi tambahan referensi bagi pembaca.

Selanjutnya pada bab III penulis menjelaskan tentang cara memfokuskan evaluasi,
artinya kita harus mengkhususkan apa dan bagaimana evaluasi akan dilakukan. Apabila
evaluasi telah terfokus maka proses dan desain bisa dimulai. Maka bab ini dibagi dalam
depalan subbab. Mulai dari menentukan (1) apa yang akan dievaluasi, disini penulis
menjelaskan objek-objek apa saja yang dapat di evaluasi, diantaranya: kursus, lokakarya,
kurikulum, training dan lain-lain. (2) bagaimana prosesnya, pada bab ini dijelaskan tentang
langkah-langkah yang akan ditempuh oleh seorang evaluatoru. (3) seperti apa kerangka
pemokusannya, (4) elemen-elemen apa saja yang diperlukan dalam proses pemokusan ini.
Diantara elemen penting yang disebutkan penulis adalah: mempertemukan pengetahuan
dan harapan, mengumpulkan informasi dan merumuskan rencana evaluasi. (5) hal apa saja
yang yang perlu diingat dalam pengumpulan data/informasi. Diantara hal-hal yang harus
dingat oleh evaluator adalah: apa programnya, mengapa evaluasi dilakukan, dan apa
keterbatasan evaluasi yang akan dilakukan. Serta yang tak kalah pentingnya (6) desain
programnya seperti apa. Penulis mendefenisikan desain evaluasi mengutip Carol Tayler
Fitz-Giibbon & Lynn Lyons Morris, (1987) ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi
akan dilakukan dan dari siapa evalausi atau informasi akan dikumpulkan selama proses
evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan
dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasiyang baik.

Desain disini berhubungan dengan evaluasi apa yang digunakan dalam evaluasi,
misalnya evaluasi sumatif, maka evaluasi akan menggunakna desain evaluasi sumatif.
Setelah desain di dapat hal yang agak rumit adalah (7) masalah yang muncul dan
bagaimana cara mengimplementasikan desain dengan tepat. Beberapa masalah yang
mungkin muncul adalah: masalah perbedaan waktu yang digunakan, masalah attrition,
masalah confound dan masalah kontaminasi. Dan seperti biasa dakhir bab ditambah
dengan (8) daftar bacaan tambahan.

Pada bab IV, penulis membahas tentang melakukan evaluasi. Melakukan evaluasi
disini adalah kegiatan pengumpulan informasi atau data. Bab ini terdiri atas enam subbab,
yaitu (1) Informasi apa yang harus dikumpulkan. Disini penulis menguraikan informasi apa

4
yang harus dikumpulkan oleh evaluator, yakni informasi yang terpercaya, praktis, prioritas
dan akurat. Semua jenis informasi tadi harus mudah untuk dianalisis. Bagaimanakah
informasi yang mudah dianalisis tersebut? Penulis menyebutkan, ciri-ciri informasi yang
mudah dianalisis adalah yang obejektif, jelas, berada dalam ruang lingkup, dan data yang
mudah dan murah untuk diperoleh. (2) Berapa banyak informasi yang harus dikumpulkan.
Hal ini berhubungan dengan populasi dan teknik sampling. Dalam subbab ini dijelaskan
beberapa jenis metode sampling, baik yang random seperti: Straight random sampling,
quota sampling, stratified sample, matrix sample, maupun purposive seperti: Key
informant, expert judqes, extreem group, gravine sampling. Penulis disini hanya
menjelaskan masing-masing teknik sampling tersebut secara ringkas. (3) Bagaimana
memillih dan mengembangkan instrumen. Disini dijelaskan beberapa jenis instrumen yang
dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi: surveys, interview, observation, tests,
inventoris dan site visit.

Setelah memimilih instrumen, berikutnya pada subbab (4) Petunjuk umum tentang
pembuatan instrumen, penulis memberikan petunjuk umum bagaimana menyusun
instrumen. Setelah instrumen jadi, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah
memvalidasi instrumen tersebut, hal ini tentu saja berhubungan dengan validitas dan
reliabilitas. Maka dalam subbab ini juga diuraikan macam-macam validitas dan reliabilitas.
(5) bagaimana merencanakan usaha pengumpulan data untuk memperoleh informasi
dengan biaya yang relatif murah. Disini dibahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh
evaluator agar informasi dapat diperoleh dengan murah, diantara hal yang dianjurkan
adalah merencanakan dengan hati-hati dan saksama seluruh kegiatan pengumpulan
informasi, usahakan memanfaatkan sumber-sumber data pada saat yang tepat semaksimal
mungkin. Dan subbab yang terakhir seperti di akhir tiap bab (6) daftar bacaan tambahan.

Setelah informasi/data terkumpul, pada bab V akan dibahas tentang menganalisi dan
menginterpretasi data. Pada bab ini penulis memulainya dengan mendefenisikan analisis
yaitu proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk
mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang didukung data
tersebut. Dijelaskan juga tujuan dari analisis yaitu membuat singkatan dari data dan
menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebgai informasi yang dapat dipakai
sebagai dasar yang tentatif untuk keputusan. Selanjutnya dalam subbab-subbab yang
terdiri dari 8 subbab penulis menjelaskan berurutan sebagai berikut: (1) bagaimana
mengolah data? Data harus diolah dengan tepat, disimpan, disiapkan, dan dianalisis. Hal ini
termasuk memberi kode kepada data, menyatakan, dan mengaturnya kemudian

5
menyimpan di tempat yang aman. Maka pada subbab berikut (2) petunjuk tentang
memberi kode dan mengatur data. Ada 7 petunjuk yang diberikan penulis:

- Jangan terlalu banyak menggunakan kode.


- Buatlah kode sesederhana mungkin.
- Pilihlah variabel koding berhati-hati.
- Latihlah asisten anda.
- Desain untuk koding.
- Simpanlah rekaman data.
- Tetap menjaga etika.

Setelah selesai dengan pengkodean data, maka dapat ditentukan data cukup
bermutu untuk dianalisis. Hal ini dibahas dalam subbab (3) apakah data cukup bermutu
untuk dianalisi? Disini dibahas masalah-masalah yang mungkin dihadapi dalam menilai
data, dan petunjuk umum untuk menilai data. Pada subbab (4) bagaimana informasi
dianalis? Pembahasan disini mengenai petunjuk umum untuk analisis: periksalah
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab, siapkan analisis deskriptif baik kuantitatif
maupun kualitatif, catatlah isu-isu penting tentang trens, hubungan, dan pertanyaan-
pertanyaan, dan periksalah bukti-bukti yang ada.

Subbab selanjutnya adalah (5) analisa data, mebahas metode-metode yang dipakai
untuk menganalisis data kualitatif. Meskipun judulnya menganalisis data kualitatif, bukan
berarti tidak dibahas tentang data kuantitatif, namun seperti dijabarkan dalam buku bahwa
analisis data kualitatif tergantung pada hakikat data dan kerangka konsep yang dipakai
dalam analisis. Metode analisis data kualitatif berkisar dari deskripsi naratif ke analisa
kuantitatif komponen naratif. (Wilcox, 1982). Seperti deskripsi tadi maka denga sendirinya
pembahasan akan membahas tentang teknik-teknik analisis data kuantitatif seperti:
statistik deskriptif, analisis korelasi, mean, median, dan mode, range dan standar deviasi,
tingkat presentil dan skor standar.

Subbab berikutnya (6) metode yang dipakai untuk menafsirkan informasi evaluasi.
Disini dijelaskan komponen untuk menafsirkan analisis data dan petunjuk untuk
menafsirkan analisis data. Hal berikutnya yang tidak kalah penting adalah (7) analisis biaya.
Kerumitan menganalisis educational cost (biaya pendidikan) dan benefit (manfaat) yang
diperoleh mengarah kepada kesimpulan bahwa hanya rumusan biaya yang baik; analisis
biaya pada ruang lingkup yang terbtas yang mungkin masuk dlam evaluasi pendidikan.
Maka dari itu, pada susbbab ini akan dibahas tentang cost benefit, cost effectiveness, cost

6
utility, dan cost feasibility. Dan subbab terakhir (8) daftar bacaan tambahan berisi buku-
buku yang dapat dijadikan rujukan tambahan bagi pembaca.

Setelah membahas tentang pengumpulan data, menganalisis dan menafsirkan


informasi evaluasi pada bab-bab sebelumnya, maka kegiatan evaluasi belum berakhir
sampai disitu. Langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil dari evaluasi tersebut. Hal
tersebut akan dibahas pada bab VI dengan judul bab melaporkan hasil evaluasi. Bab ini
dimulai dengan subbab tujuan melaporkan hasil evaluasi. Dalam subbab ini dijelaskan
berbagai macam tujuan evaluasi, namun tetap dipisahkan apakah evaluasinya evaluasi
formatif atau sumatif. Evaluasi formatif tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan
mengembangkan program sedangkan evalausi sumatif tujuannya untuk memutuskan
apakah program berhasil atau tidak. Dalam melaporkan hasil evaluasi, evaluator juga harus
mengenal dengan baik audiennya. Hal ini dibahas oleh penulis pada subbab mengenal
audiensi. Disini penulis memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan evaluator dalam
menyusun laporan yang terkait dengan audien atau pemakai laporan hasil evaluasi. Hal-hal
tersebut adalah: apa yang diperlukan pemakai primer dan mengapa, coba mengerti
pandangan pemakai, berikan laporan pada saat yang tepat akan digunakan dan
mengembangkan laporan.

Subbab berikutnya pada bab VI adalah bentuk-bentuk laporan evaluasi. Dalam


menentukan bentuk laporan ini evaluator harus berkomunikasi dengan orang program agar
didapat kesepakatan. Beberapa bentuk laporan yang disebutkan penulis adalah: technical
report, executive summary, technical professional paper, popular article, nees releases,
public meeting, meda apprearance, staff workshop, brochure, memo dan personal
decussion. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa evaluator harus senantiasa
berkomunikasi dengan orang program dalam rangka menentukan bentuk dari laporan.
Evaluator juga harus menguasai komunikasi formatif dan komunikasi sumatif. Itulah dua
subbab berikut dalam bab VI ini.

Dan yang tidak kalah penting adalah mengerti outline dari laporan evaluasi.
Pembahasan tentang itu dibahas dalam subbab outline laporan evaluasi. Pada subbab ini
dijelaskan bagaimana membuat outline laporan. Sebenarnya outline ini hampir tidak
berbeda dengan laporan penelitan lainnya, terdiri dari cover depan berisi informasi
laporan, bab I berisi ringkasan evaluasi, bab II latar belakang evaluasi, bab III penjelasan
tentang apa yang dievaluasi, bab IV berisi hasil laporan evaluasi, bab V diskusi tentang hasil
evaluasi, bab VI biaya dan mamfaatnya, dan bab VII berisi kesimpulan dan saran-saran.

7
Kemudian seperti pada bab sebelumnya, bab ini juga ditutup dengan subbab daftar bacaan
tambahan.

Selanjutnya bab VII membahas evaluasi meta. Bab ini dimulai dengan subbab apakah
evaluasi meta? Secara sederhana evaluasi meta adalah proses evaluasi terhadap evaluasi
itu sendiri yang bertujuan untuk memperbaiki evaluasi. Bila demikian siapakah yang
melakukan evalusi meta? Pada subbab selanjutnya hal itu dijawab oleh penulis. Menurut
penulis mengutip Worthen, Blain R dan James R. Sander (1987) orang-orang yang patut
melakukan evaluasi meta adalah: (1) evaluator sendiri, (2) pemakai evaluasi, dan (3)
evaluator ahli.

Untuk mengetahui apakah evaluasi itu baik atau buruk, ada kriteria sebagai dasar
pertimbangan. Hal ini dibahas dalam subbab berikutnya. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
(1) utility standard, dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan memberikan
informasi yang praktis yang diperlukan oleh audiensi. (2) feasibility standards, dimaksudkan
untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan realistik, bijaksana, diplomatik, dan cermat. (3)
propriety standards, dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan
dengan legal dan etik demi kepentingan dan keamanan mereka yang terlibat, dan juga bagi
mereka yang akan dipengaruhi oleh hasilnya. (4) accuracy standards, bertujuan meyakinkan
bahwa evaluasi akan menyajikan informasi yang secara teknik adequat tentang objek yang
dievaluasi dan tentang kegunaan atau manfaatnya. Berikutnya secara berturut-turut
dijelaskan langkah-langkah untuk melakukan evaluasi meta, bagaimana memakai kriteria
evaluasi meta dan ditutup dengan daftar bacaan lanjutan.

Dalam bab VIII, penulis membahas tentang instrumen evaluasi. Sebenarnya


pembahasan tentang instrumen sudah sempat disinggung pada bab IV tentang melakukan
evaluasi atau mengumpulkan data. Namun pada bab ini akan lebih diperjelas agar tidak
terjadi salah pakai saat melakukan evaluasi.

Bab ini terdiri atas empat subbab, yaitu “definisi, istilah dan ringkasan”, “langkah-
langkah menyiapkan instrumen evaluasi”, “instrumen evaluasi teknik observasi”, dan
“ringkasan”. Dalam subbab “definisi, istilah dan ringkasan, penulis menyusun dengan rapi
istilah-istilah yang sering digunakan dalam evaluasi dan mendefinikannya agar pembaca
tidak lagi tertukar saat menggunakannya, karena beberapa istilah sering dianggap memiliki
makna yang sama. Kemudian dalam subbab “langkah-langkah menyiapkan instrumen,
penulis menguraikan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyiapkan instrumen
evaluasi yaitu, tentukan unit materi yang akan dievaluasi atau dites, rumuskan tujuan

8
pembelajaran umum (TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK), siapkan kisi-kisi, dan
buatlah butir-butir tes yang relevan dengan TPK.

Dalam subbab instrumen evaluasi teknik observasi, penulis menguraikan beberapa


teknik observasi, menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik, dan
contoh penggunaan dari masing-masing teknik. Dan pada subbab ringkasan, penulis
kembali meringkas materi pada bab VIII ini agar pembaca dapat mengulang dan mengerti
lebih cepat isi dari bab VIII.

Dan pada bab terakhir buku ini, bab IX membahas tentang instrumen evaluasi tes
essay objektif dan lisan. Bila pada bab sebelumnya telah diuraikan instrumen observasi,
maka pada bab ini akan difokuskan pada instrumen tes. Bab ini juga terdiri atas empat
subbab yaitu: “tes essay”, “tes objektif”, “tes lisan”, dan “macam-macam instrumen yang
lain”. Pada subbab tes essay, penulis mendefinisikan tes lisan yaitu tes yang jawabannya
berupa uraian kalimat relatif panjang atau berupa karangan. Dijelaskan pula kelebihan dari
tes ini yaitu: baik untuk mengukur kemampuan menulis dan kreativitas menuangkan
pendapat dalam bentuk lisan, relatif mudah dan cepat membuatnya dan dapat membuat
siswa belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Adapun kelemahan tes ini adalah: hanya
dapat meberikan sampel terbatas, sulit untuk dinilai dan reliabilitasnya rendah.

Subbab berikutnya adalah tes objektif. Dalam subbab ini diuraikan jenis-jenis tes
objektif dan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing jenis tes objektif. Berikutnya tes
lisan dijelaskan pada subbab tes lisan. Sama seperti pada subbab sebelumnya, disini juga
diuraikan apa itu tes lisan, kelebihan dan kekurangan dari tes ini. Dan pada subbab terakhir
adalah macam-macam instrumen yang lain. Pada subbab ini penulis mengajak pembaca
agar membaca beberapa macam instrumen pada bab yang lewat. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa pembahasan tentang instrumen telah dibahas juga pada bab
IV.

Tanggapan

Sekilas melihat buku evaluasi program karya Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, orang akan
mengira buku ini tidak berbobot dalam menjelaskan tentang evalusi, karena tebalnya saja
hanya 200an halaman. Bila berbobot tidaknya buku diukur dari tebal tipisnya buku maka
pandangan seperti itu benar adanya. Dibandingkan dengan buku-buku lain yang membahas
tentang evaluasi program,buku ini termasuk salah satu yang tipis diantara buku-buku
lainnya.

9
Namun berbobot tidaknya buku tidak bisa hanya diukur dengan tebal atau tipisnya
buku tersebut. Isi yang dikandung buku, cara penulis merunut isinya dan bahasa yang ia
gunakan dalam menulis bukunya juga menjadi ukuran yang penting. Maka seperti judul
yang ditulis diatas dalam laporan ini, bila calon evaluator hendak belajar bagaimana
menjadi seorang evaluator, buku ini adalah bacaan yang sangat cocok untuk memulainya.

Dengan jumlah halaman yang tidak terlalu banyak, evaluator pemula, apalagi bila
minat membaca masih kurang,maka buku ini sangat cocok dijadikan tuntunan dalam
belajar evaluasi. Bukan berarti penjelasan dalam buku ini kurang karena tipisnya tersebut,
tapi sebaliknya. Walaupun tidak terlalu tebal tapi kandungan buku ini dapat dikatakan
lengkap membahas tentang evaluasi. Dimulai dengan penjelasan awal tentang apa itu
evaluasi, apa pentingnya evaluasi sampai terakhir bagaimana melaporkan evaluasi dan
mengevaluasi evaluasi itu sendiri atau yang disebut dengan evaluasi meta.

Selain pembahasannya yang runut, gaya bahasa yang dipakai penulispun adalah
bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh pembaca. Contoh-contoh yang diberikan pun
membuat pembaca cepat dalam memahami istilah-istilah evaluasi yang terkadang asing
bagi orang awam. Terkadang penulis memang mempertahankan istilah asli dalam bahasa
asing agar pembaca tidak salah tafsir makna aslinya, namun demikian penulis tetap
memberikan penjelasan dari istilah-istilah tersebut dalam bahasa indonesia dengan bahasa
yang sangat mudah dimengerti.

Hal lain yang menjadi kelebihan dari buku ini adalah, penulis membuat subbjudul
dalam bentuk pertanyaan. Dengan bentuk seperti itu memudahkan pembaca untuk
menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka termukan di lapangan. Kelebihan
lain, penulis selalu memberikan daftar rujukan tambahan di akhir tiap bab. Hal ini dapat
membantu pembaca dalam mencari tambahan referensi pada bab yang sedang iya baca
tanpa harus bercampur dengan bab-bab lainnya.

Dengan segala kelebihan tadi, maka menurut kami buku ini layik dibaca bagi mereka
yang konsen dalam evaluasi program, baik program pendidikan maupun penelitian. Namun
tidak ada gading yang tak retak. Ada beberapa kekurangan yang patut mendapat perhatian
juga, yaitu contoh-contoh yang diberikan bukan dari riset-riset atau evaluasi-evaluasi yang
pernah dilakukan, namun hanya contoh gambaran saja yang mungkin sering terjadi dalam
evaluasi. Sebagai buku yang banyak dijadikan sebagai handbook mahasiswa dalam mata
kuliah evaluasi program, akan lebih baik bila contoh-contoh yang diangkat adalah kasus-
kasus yang telah diriset sebelumnya. Karena contoh bukan dari kasus yang diriset,

10
terkadang contoh-contohnya menjadi tidak runut pula di bab satu dengan bab
lainnya.Dalam hal penulisan, masih ditemukan beberapa ketidak konsistenan dalam
penomoran subbjudul, misalnya sudah ada subbjudul satu, namun tidak ada subb judul dua
dan selanjutnya. Atau penomoran disubbjudul satu masih berlanjut pada subb judul yang
lain.

Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dijadikan tuntunan bagi evaluator dalam
mengerjakan evaluasi, baik itu di bidang pendidikan atau lainnya. Pembahasannya yang
runut dan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami menjadikan buku ini layak untuk
dibaca. Adapun kekurangannya dalam memberikan contoh kasus dapat dijadikan masukan
bagi penulis lain hendaknya memasukkan contoh dari hasil-hasil riset yang telah ada agar
buku semakin kaya.

11

Anda mungkin juga menyukai