Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FISIKA RADIASI

Detektor Sintilasi Nal (TI)

OLEH :

RIGIS SUGIANTI ( 14034032 )

Dosen Pembimbing: Drs. Masril, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
RANGKUMAN

Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan cahaya


(sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b. Bahan ini dapat
berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun anorganik.

Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel radioaktif dan energinya. Dua
bagian utama Detektor Sintilator NaI(Tl) yaitu bagian sintilator NaI(Tl), dimana
partikel yang terdeteksi akan menimbulkan kelipan cahaya dan yang kedua adalah
tabung pengubah pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses
penggandaan dalam Photo Multiplier Tube (PMT).

Prinsip kerja sebuah detektor sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada
bahan sintilator apabila dikenai partikel radiasi ataupun foton radiasi. Kelipan
cahaya yang timbul diakibatkan adanya foton radiasi, oleh fotokatode diubah
menjadi fotoelektron. Alat ini menggunakan bahan logam yang atom-atomnya
dengan mudah dideteksi oleh radiasi yang datang (efek fotolistrik ).

Bahan yang dideteksi NaI (Ti) Digunakan untuk mendeteksi sinar gamma,
CsI (Ti), Ca F2 (Eu), Li I (Eu)

Photo multiplier tube adalah tabung hampa yang kedap cahaya dengan
photokatoda yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat
beberapa dinode untuk menggandakan elektron.

Jenis yang dideteksi Apabila foton gamma berinteraksi dengan sebuah


elektron bebas atau yang terikat lemah, misal elektron pada kulit terluar suatu atom,
maka sebagian energi photon akan diserap oleh elektron dan kemudian terhambur.
FISIKA RADIASI
Detektor Sintilasi Nal (TI)

A. Definisi Detektor Sintilasi

1. Detektor Sintilasi
Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan cahaya
(sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b. Bahan ini
dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun anorganik. Berdasarkan
proses kelipan pada bahan sintilator tersebut dapat dibuat detektor sinar radioaktif
yang disebut detektor sintilator. Terdapat dua jenis tipe detektor kelipan yaitu
kelipan organik dan kelipan inorganik Pada tabel di bawah ini dituliskan beberapa
contoh detektor kelipan yang sering digunaka
Tabel1. Macam-macam detektor

Detektor sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi gamma


adalah detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel
radioaktif dan energinya. Dua bagian utama Detektor Sintilator NaI(Tl) yaitu
bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel yang terdeteksi akan menimbulkan
kelipan cahaya dan yang kedua adalah tabung pengubah pancaran cahaya
menjadi elektron mengalami proses penggandaan dalam Photo Multiplier
Tube (PMT).

B. Cara Kerja sintilator

Prinsip kerja sebuah detektor sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada
bahan sintilator apabila dikenai partikel radiasi ataupun foton radiasi. Banyak jenis
bahan sintilator, baik anorganik maupun organik. Jenis sintilator sangat menentukan
jenis radiasi yang dapat dideteksi. Salah satu jenis sintilator yang banyak digunakan
untuk keperluan deteksi radiasi foton gamma adalah Sintilator NaI yang diberi
aktivator Tl, sehingga detektornya lebih dikenal sebagai detektor NaI(Tl).

Sebuah detektor Sintilasi NaI(Tl) terdiri dari :

1. Kristal NaI(Tl) yang berfungsi mengubah foton radiasi menjadi kelipan cahaya
2. Photokatode yang berfungsi mengubah kelipan cahaya menajdi fotoelektron
3. Tabung Pengganda Elektron (PMT) berfungsi melipatgandakan elektron yang
terbentuk, dan pada akhirnya terbentuk pulsa.

Gambaran sebuah detektor NaI(Tl) dapat dilhat pada gambar 1.

Gambar 1. Detektor Sintilator NaI(Tl)

Kelipan cahaya yang timbul diakibatkan adanya foton radiasi, oleh fotokatode
diubah menjadi fotoelektron. Kelipan cahaya yang timbul sebanding dengan energi
foton yang datang. Semakin besar energi, maka kelipan cahaya yang timbul
semakin banyak dan fotoelektron yang terbentukpun semakin banyak. Jika
fotoelektron dilipatgandakan didalam tabung PMT, akan terbentuk pulsa yang
tingginya sebanding dengan energi foton yang datang. Dengan demikian tinggi
pulsa yang timbulpun akan sebanding dengan energi yang foton datang.
Alat ini menggunakan bahan logam yang atom-atomnya dengan mudah
dideteksi oleh radiasi yang datang (efek fotolistrik ). Efek fotolistrik adalah
keluarnya elektron-elektron dari permukaan logam ketika terkena radiasi.Bahan-
bahan yang umum digunakan sebagai sintilator adalah kristal kristal natrium
iodida. Bahan-bahan ini diletakkan di salah satu ujung peralatan yang disebut tabung
fotopengganda (photomultiplier) sehingga foton yang dikeluarkan oleh sintilator
dapat diubah menjadi sinyal listrik. Tabung fotopengganda terdiri atas beberapa
elektroda yang disebut dinoda.

Sintilator inorganik pada sistem kristal berupa logam alkali, terutama pada
alkali iodide yang jumlah konsentrasinya kecil. Contohnya Na I (Ti), Ca I (Na), Li I
(Eu), dan Ca F2 (Eu). Elemen dalam tanda kurung merupakan ketidakmurnian atau
aktivator. Konsentrasi aktivator relatif kecil contohnya thalium pada Na I (Ti) adalah
10-3/mol.

C. Bahan sintilator inorganik


a. NaI (Ti) Digunakan untuk mendeteksi sinar gamma. Dapat diproduksi dalam
ukuran yang cukup besar (diameter 0,75 m dan tebal 0,25 m). Mempunyai massa
yang besar dan nomor atomnya tinggi. Kelemahan dari Na I (Ti) yaitu mudah
remuk dan peka terhadap perubahan suhu dan kerapatannya relatif tinggi (3,67 x
103 kg/m3).
b. CsI (Ti) Memiliki kerapatan yang besar dan jumlah nomor atomnya lebih besar
dari NaI (Ti) sehingga memmpunyai efesiensi deteksi gamma yang lebih besar,
namun memiliki efisiensi konversi cahaya yang lebih rendah 45 % dari NaI (Ti).
Ca I ini lebih lunak dan lebih peka terhadap suhu.
c. Ca F2 (Eu) Terdiri dari bahan bernomor atom rendah sehingga tidak efisien untuk
mendeteksi gamma tapi sangat efisien untuk mendeteksi partikel betha dan sinar
x, dan mudah dibuat dalam segala bentuk karena tidak mudah larut dan tidak
berubah sifat maka cukup baik untuk pengukuran radioisotop berupa cairan.
Efisiensi konversi cahaya dari Ca F2 mencapai 50 % dari Na I (Ti).
d. Li I (Eu) Merupakan detektor netron termal yang melalui reaksi 3Li x (n,a) IHI.
Proses pelipatan tidak dilakukan langsung oleh netron melainkan alpha sebagai
hasil reaksi netron dengan Li. Efisiensi cahayanya sekitar 1/3 dari Na I (Ti).

Respon dari sintilator inorganik

Photon

Respon dari Na (Ti) pada sinar gamma adalah linier kecuali untuk energi
dibawah 400 Kev. Hasil eksperimen tersebut ditunjukkan pada gambar2.

Partikel bermuatan untuk respon dari proton dan deutron dari sintilator
merupakan perbandingan dari energi partikel, untuk E > 1 Mev. Untuk partikel alpha
perbandingan dimulai pada 15 Mev

Neutron

Neutron dideteksi secara langsung dengan partikel bermuatan yang dihasilkan


dari reaksi nuklir. Tanggapan dari neutron teradapat pada respon photon dan alpha.
Sintilator Organik

Sintilator organik dapat berupa kristal seperti antharacene dan transtilecene.


Sintilator organik cair seperti toluene dan hexametylbenzene yang berguna jika suatu
detektor dengan ukuran yang sangat besar diperlukan dalam usaha menaikkan
efisiensi deteksi, khususnya dalam pengukuran aktivasi sangat rendah (H 3 dan Cl4),
pengukuran sinar kormis dan sebagainya.

Mekanisme dari proses sintilator organik

Proses kelipatan cahaya merupakan proses transisi molekul bahan sintilator.


Perbedaan yang paling dasar dengan sintilator inorganik adalah waktu tanggapnya
jauh lebih kecil yaitu kurang dari 10 ns (1 ms untuk sintilator inorganik).

Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa energi molekul sebagai fungsi jarak
antar atom. Keadaan dasar molekul tercapai jika berada di titik A0 dengan energi
potensial minimum. Interaksi dengan radiasi pengionan menyebabkan molekul
melakukan transisi ke arah tereksitasi A1. Molekul akan melepas energi kisinya
melalui vibrasi kisi untuk mencapai keadaan B1. Kemudian molekul melakukan
transisi kebawah (B0) dengan melepas energinya dalam bentuk pancaran proton
cahaya bernergi (EB1-EB0) lebih kecil dari eneri eksitasinya (EA1-EA0).

Respon sintilator organik

Respon sintilator organik sangat bergantung pada alpha dan proton, seperti respon dari
sintilasi plastik dan cair ke elektron.
Sintilator Gas

Sintilator ini merupakan campuran gas mulia. Cahaya kelipatan yang dihasilkan
merupakan akibat transisi atom. Karena cahaya yang digunakan oleh gas mulia berada
di daerah ultra ungu maka gas lain seperti nitrogen perlu ditambahkan sebagai
penggeser panjang gelombang.

Sintilator gas memiliki beberapa sifat, antara lain :

Waktu peluruhan yang sangat pendek


Cahaya kelipatan yang dihasilkan tiap satuan energi radiasi pengion tidak
tergantung pada muatan dan massa partikel pengion tersebut.
efsisensi untuk sinar gamma sangat rendah.

D. Bahan Sintilator dan Skema Sintilator

Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan
sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu.
Pada keadaan dasar (ground state) seluruh elektron berada di pita valensi sedangkan
di pita konduksi kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat
kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi,
sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektron-elektron
tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi bahan aktivator sambil
memancarkan percikan cahaya. Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi
radiasi diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar
energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini
kemudian ditangkap oleh photocatode.

Detektor kelipan inorganik yang sering digunakan untuk spektroskopi g adalah


kristal tunggal alkali halida seperti NaI (Natrium Iodida). Karena NaI merupakan
material isolator, maka pita valensi biasanya penuh sedangkan pita konduksi dalam
keadaan kosong. Sebuah radiasi dapat mengeksitasi sebuah elektron menyeberangi
celah pita dari pita valensi ke pita konduksi.

Tetapi elektron ini akan kehilangan energinya dengan memancarkan sebuah


photon dan kembali ke pita valensi. Untuk meningkatkan kebolehjadian emisi photon
dan mengurangi serapan cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang dinamakan
aktivator ditambahkan ke dalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah
thalium sehingga detektornya dinamakan NaI(Tl) (Suharyana, 2010). Thalium
merupakan pengotor yang mempermudah terjadinya proses ionisasi. Hal ini karena
Thalium mempunyai nomor atom besar (81), lebih besar nomor atom maka lebih jauh
elektron terluarnya dari inti atom dan lebih lemah gaya yang mengikatnya dari inti
atom sehingga mudah mengalami ionisasi (Utari, 2004).

Gambar 2. Peran bahan aktivator Thalium.

Peristiwa pembentukan kelipan cahaya dapat dipandang sebagai urut-urutan


beberapa proses sebagai berikut :

Sinar-g yang masuk ke dalam suatu detektor sintilator akan berinteraksi dengan
atom-atom di dalamnya sehingga terjadi 3 mekanisme sebagai berikut :

a. Efek fotolistrik Yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya
cukup tinggi dijauhkan pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi
pemancaran elektron dari permukaan logam tersebut.
b. Produksi Pasangan Yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton
ditembakkan pada suatu initi atom sehingga inti atom tersebut akan
memancarkan sepasang elektron (q = -e) dan positron (q = +e). Hal ini
terjadi karena untuk memenuhi hukum kekekalan energi dan momentum
linier serta hukum kekekalan muatan listrik.
c. Hamburan Compton Yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk
elektron dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula
sedangkan elektronnya menerima impuls dan bergerak. Dalam tumbukan
ini foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah
energi yang besarnya sama dengan besarnya energi kinetik yang diterima
elektron.

Melalui ketiga proses ini, sinar-g menyerahkan sebagian atau seluruhnya


tenaganya pada materi detektor dan sebagai hasilnya melepaskan elektron elektron
bebas yang dipergunakan dalam proses deteksi selanjutnya. Segera setelah elektron
(fotoelektron) dibebaskan keluar dari sistem atom, maka sebagai akibat dari
pengaturan kembali konfigurasi elektron akan dipancarkan sinar-x. Hampir semua
sinar-x ini diserap oleh bahan detektor dan tenaganya diserahkan pada fotoelektron
yang dilepaskan. Sebagian besar dari tenaga yang diserap oleh elektron ini akan
dilepaskan dalam bentuk tenaga panas dan sebagian yang lain dilepaskan foton
cahaya kelipan (Utari, 2004).

PHOTO MULTIPLIER TUBE (PMT)

Gambar 3. Skema dari PhotoMultiplier Tube (PMT)

Prinsip kerja detektor kelipan ditunjukkan pada Gambar 3. Radiasi memasuki


detektor sehingga mengakibatkan elektron atom atom penyusun material detektor
tereksitasi. Ketika kembali ke keadaan dasarnya, elektron orbit memancarkan
cahaya. Cahaya ini akan menumbuk katoda yang permukaannya dilapisai
photosensitive yang biasanya terbuat dari antimony dan cesium. Akibatnya katoda
akan menghasilkan paling sedikit sebuah elektron tiap photon yang mengenainya
melalui mekanisme efek photolistrik.

Di belakang katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan


photomultiplier tube PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang dinamakan
dynode yang masing masing dihubungkan dengan tegangan listrik searah yang
secara progresif bertambah besar. Karena antara dynode pertama dengan
photocatode terdapat medan listrik, maka photoelektron akan dipercepat geraknya
oleh medan listrik menuju dynode pertama. Elektron yang dipercepat ini memiliki
energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron elektron dari dynode pertama.
Untuk sebuah photoelektron yang mengenai dynode, bergantung pada efisiensi PMT,
akan menghasilkan sekitar 10 buah elektron sekunder. Elektron sekunder ini
diarahkan geraknya sehingga dipercepat oleh medan listrik antara dynode kedua
dengan pertama sehingga dari dynode kedua dihasilkan elektron tersier yang
jumlahnya berlipat.

Proses seperti ini diulang ulang sampai akhirnya elektron yang keluar dari
dynode terakhir mampu menghasilkan arus keluaran yang besarnya lebih dari sejuta
kali dibandingkan arus yang keluar dari katoda. Arus ini masih berupa pulsa muatan
sehingga belum dapat dianalisa. Pulsa keluaran PMT dimasukkan ke penguat muka
preamplifier dan sinyal yang keluar dari penguat muka sudah dalam bentuk pulsa
tegangan dalam orde milivolt (Suharyana, 2010).

Contoh unsur radioaktif 137Cs yang dideteksi dengan detektor NaI(Tl)

137
Jika energi radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif Cs diserap
seluruhnya oleh elektron-elektron pada kristal detektor NaI(Tl) maka interaksi ini
disebut efek fotolistrik yang menghasilkan puncak energi (photopeak) pada
spektrum gamma (gambar 3) pada daerah energi 662 keV. Apabila foton gamma
berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah, misal elektron
pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh
elektron dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton
Gambar 5. Pengukuran spektrum 137Cs dengan menggunakan detektor NaI(Tl)
(Departement of physisc Integrated Laboratory).

Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak
energi yang disebut Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang
telah dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik kedalam detektor sehingga
terdeteksi ulang. Spektrum di atas merupakan contoh karakteristik spektra dari
isotop 137Cs, setiap isotop mempunyai karakteristik pola spektral yang berbeda-beda
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi isotop-isotop tersebut (Ardisasmita, M
Syamsa, 2000).

E. Tabung Photomultiplier

Photomultiplier tube adalah tabung hampa yang kedap cahaya dengan


photokatoda yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat
beberapa dinode untuk menggandakan elektron. Photokatoda yang ditempelkan pada
bahan sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan panjang
gelombang yang sesuai.
Elektron yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan perbedaan potensial,
menuju dinode pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron
sekunder bila dikenai oleh elektron. Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan
dinode pertama akan menuju dinode kedua dan dilipat gandakan kemudian ke
dinode ketiga dan seterusnya sehingga elektron yang terkumpul pada dinode terakhir
berjumlah sangat banyak. Dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron tersebut akan
diubah menjadi pulsa listrik.
Karakteristik dari PMT adalah:
Memanfaatkan efek fotoelektrik
Foton dengan nergi lebih tinggi dari workfunction melepaskan elektron
dari permukaan katoda
Elektron dikumpulkan (dipercepat) oleh anoda dengan tegangan
(tinggi)
Multiplikasi arus (elektron) diperoleh dengan dynode bertingkat
Katoda dibuat dari bahan semi transparan
Biasanya bahan dasar photocathoda dari PMT adalah
Ag-O-C
Gaas: Cs
InGaAs: Cs
Sb-C
Bialkali (Sb-K-C, Sb-Rb-Cs)
Suhu bialkali Tinggi (Na-K-Sb)
Multialkali (Na-K-Sb-C)
Solar-buta (Cs-Te, C-I)
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan PMT. keuntungan
menggunakan PMT adalah:
Sangat sensitif, dapat digunakan sebagai penghitung pulsa
Pada beban resistansi rendah 50-1000 W, lebar pulsa tipikal 5-50 ns
Gunakan peak detektor untuk mengukur tingat energi
Sedangkan kerugian menggunakan PMT adalah:
Mudah rusak bila terekspos pada cahaya berlebih (terlalu sensitif)
Perlu catu tegangan tinggi
Mahal

Terdiri Dari :
a) Photokatoda. Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah
cahaya tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
b) Focusing Electroda. Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan
elektron-elektron negatif dari photochatode ke output phospor.
c) Anode dan Output Phospor. Elektron dari photochatode diakselerasikan
secara cepat ke anoda karena adanya beda tegangan seta merubah berkas
elektron tadi menjadi sinyal listrik.

Kilatan cahaya yang dihasilkan oleh kristal NaI adalah sangat lemah sekali
intensitasnya dan perlu dikonversikan menjadi pulsa elektronik sehingga mudah
dalam analisanya. Photomultiplier tube adalah suatu komponen untuk emngubah
atau mengkonversikan dari kilatan cahaya menjadi arus listrik. Prinsip dasaar dari
photomultiplier tube dapat diilustrasikan seperti gambar berikut ini

PMT berupa tabung electron dengan beberapa elektroda seperti pada gambar
diatas.chatoda dibuat dari bahan dengan photo sensitive yaitu apabila terkena
cahayaa akan mengemisikan elektronya , karena dynode 1 mempunyai tegangan
listrik positip terhadap katoda 300 volt, maka electron dari katoda akan dipercepat
dan menum,buk dynode 1. dynode dilapisi bahan yang mempunyai sifat emisi
sekunder yang sangat tinggi sehingga akan terjadi lagi emisi electron yang sangat
tinggi, sehingga akan terjadi lagi emisi electron yang lebih besar dari katoda.

Emisi sekunder electron akan dapat berlipat ganda dari dynode 1 selanjutnya
karena tegangan positip semakin tinggi akhirnya emisi sekunder electron menuju
anoda menjadi tinggi sekali. Factor pelipat gandaan pada dynode 1 adalah 6 kali,
sehingga pada PMT dengan 10 tingkat dynode mempunyai factor penguatan 6
pangkat 10. tegangan tinggi pada PMT harus benar-benar stabil karena factor
penguatan yang sangat tinggi sekali. Perubahan 1 % dapat menyebabkan berubahnya
factor penguatan 10 %. Dengan demikian akan terjadi arus anoda kathoda yang
besarnya sebanding dengan intensitas cahaya dari kristal, dimana intensitas cahaya
kristal sangat tergantung dari energi isotop.
F. Jenis radiasi yang dapat dideteksi

Contoh unsur radioaktif 137Cs yang dideteksi dengan detektor NaI(Tl)


137
Jika energi radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif Cs diserap
seluruhnya oleh elektron-elektron pada kristal detektor NaI(Tl) maka interaksi ini
disebut efek fotolistrik yang menghasilkan puncak energi (photopeak) pada
spektrum gamma (gambar 3) pada daerah energi 662 keV. Apabila foton gamma
berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah, misal elektron
pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh
elektron dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton

Gambar 5. Pengukuran spektrum 137Cs dengan menggunakan detektor NaI(Tl)


(Departement of physisc Integrated Laboratory).

Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak
energi yang disebut Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang
telah dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik kedalam detektor sehingga
terdeteksi ulang. Spektrum di atas merupakan contoh karakteristik spektra dari
isotop 137Cs, setiap isotop mempunyai karakteristik pola spektral yang berbeda-beda
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi isotop-isotop tersebut (Ardisasmita, M
Syamsa, 2000).

Anda mungkin juga menyukai