Anda di halaman 1dari 147

LAPORAN DESEMINASI AWAL

MANAJEMEN KEPERAWATAN KELOMPOK 3A DI RUANG


CEMPAKA RSU BANGLI
TANGGAL 31 MEI 2021- 20 JUNI 2021

OLEH :

I Putu Agung Riski Alexander, S.Kep (2014901045)


Ni Kadek Ayu Mita Asari, S.Kep (2014901054)
Ni Ketut Vina Virgiana RNS, S.Kep (2014901260)
Ni Made Dina Ardiyanti, S.Kep (2014901072)
IGST Agung Indra Dharma Arta, S.Kep (2014901079)
Putu Maylin Adnyana Dewi, S.Kep (2014901090)
Luh Rapini, S.Kep (2014901099)
Sang Ayu Made Diah Sandra, S.Kep (2014901141)
Ni Putu Mas Satryasih, S.Kep (2014901160)
Ni Putu Karunia Jayanti, S.Kep (2014901154)
Putu Awanda Aryadipta, S.Kep (2014901126)
Kadek Riana Anggarayani, S.Kep (2014901170)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
Rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan manajemen
keperawatan kelompok 3A di Ruang Cempaka RSU Bangli
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan banyak ucapan
terima kasih yang sebesar – besarnya pada :
1. Dr. Nyoman Arsana, M.Kes selaku direktur RSU Bangli, jajarannya di RSU
Bangli atas izin praktik dan diklat atas pendampingan dan koordinasinya.
2. I Komang Suardana, S. Kep selaku Kabid Keperawatan RSU Bangli atas izin
praktik dan diklat atas pendampingan dan koordinasinya
3. Ns. Kadek Yussy Dwiyani,S.Kep selaku Kepala Ruangan Cempaka RSU
Bangli yang telah memberikan informasi serta data kepada penulis.
4. Ns.Ni Luh Putri Nopiari, S.Kep selaku pembimibing ruangan yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
5. Ns.Sarah Kartika Wulandari,S.Kep,M.Kep dan Ns. I Kadek
Nuryanto,S.Kep.,MNS Selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
banyak masukan dan arahan dalam penyelesaian laporan ini.
6. Seluruh pihak RSU Bangli, terutama staf perawat Ruang Cempaka RSU
Bangli yang banyak memberikan dukungan hingga selesainya laporan ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan ini terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan laporan ini.

Bangli, 1 Juni 2021

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN KELOMPOK II DI RUANG CEMPAKA
RSU BANGLI
TANGGAL 31 MEI 2021 - 20 JUNI 2021

Bangli, 01 Juni 2021

Mahasiswa

(Putu Maylin Adnyana Dewi)


NIM. 2014901090

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(Ns. Sarah Kartika Wulandari S.Kep,M.Kep) (Ns. Kadek Yussy Dwiyani, S.Kep )
NIDN.0825068903
NIP.19821208206042017

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan.........................................................................................................iii
Bab I (Pendahuluan)..........................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Tujuan........................................................................................................................ 2
C.Manfaat...................................................................................................................... 3
Bab II (Profil Rumah Sakit).............................................................................................5
A.Sejarah Rumah Sakit Umum Bangli..........................................................................5
B.Visi Misi Rumah Sakit Umum Bangli.......................................................................6
C.Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Bangli.......................................................8
Bab III (Pengumpulan Data)............................................................................................9
A.Pengkajian M1 – M5..................................................................................................9
B.Pelaksanaan Analisa SWOT....................................................................................45
C.Diagram Layang......................................................................................................58
D.Prioritas Masalah.....................................................................................................59
Bab IV (Perencanaan/Rencana Strategi).......................................................................60
A.Penataan Ketenagaan...............................................................................................60
B.Perencanaan MPKP.................................................................................................60
C.Timbang Terima......................................................................................................70
D.Supervisi..................................................................................................................79
E. Ronde Keperawatan.................................................................................................84
F. Sentralisasi Obat......................................................................................................89
G.Discharge Planning..................................................................................................94
H.Dokumentasi Keperawatan......................................................................................97

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis
antara disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan
pelayanan dan asuhan menggunakan sesuatu sistem manajemen asuhan
keperawatan. Perubahan pelayanan keperawatan memiliki dua pilihan utama
yaitu, SDM membuat inovasi dan berubah atau SDM yang diubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Keterampilan pertama adalah proses keperawatan dan
keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dan pengalaman praktek. Perubahan
pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam perkembangan
dan perubahan keperawatan di Indonesia.
Dalam menerapkan tuntutan masyarakat kualitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan merupakan suatu fenomena yang harus
segera direspon oleh perawat. Respon yang harus ada bersifat kondusif
dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah – langkah kongkrit dalam pelaksanaannya. Langkah
– langkah tersebut dapat berupa sistem Model Praktek Keperawatan
Pofesional (MPKP), mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MPKP, dan
perbaikan dokumentasi keperawatan. Selain itu sejalan dengan perkembangan
dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model
sistem asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktek
keperawatan profesional. Dengan penerapan model asuhan keperawatan
profesional ini maka akan jelas peran dan fungsi perawat sesuai dengan
tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara profesional, perawat

1
diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju kearah kesehatan
yang optimal (Nursalam, 2011). Pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah
konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekatan :
pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah – langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan
MPKP dan melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2014).
Saat ini sistem pelayanan kesehatan mengalami perubahan mendasar
dalam memasuki abad ke-21. Perubahan tersebut sebagai dampak dari
perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan, pengetahuan
dan teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap perubahan
sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi tenaga
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan pada tanggal 31 Mei
sampai dengan 06 Juni 2021, didapatkan bahwa di Ruang Cempaka RSU
Bangli sudah menggunakan model keperawatan MPKP Tim tetapi
pelaksaannya belum optimal.
Berdasarkan fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dengan metode pemberian
asuhan keperawatan Modifikasi Tim-Primer, pelaksanaannya melibatkan
pasien dengan jumlah maksimal pasien 30 orang kelolaan di Ruang Cempaka
RSU Bangli dengan perawat yang bertugas di ruangan tersebut.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip – prinsip manajemen keprawatan
dengan menggunakan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit
khususnya pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu :
a) Melaksanakan pengkajian data di Ruang Cempaka RSU Bangli
b) Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa Strengh,
Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
c) Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah dibuat
d) Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional : Timbang
Terima, Supervisi, Ronde Keperawatan, Sentralisasi Obat,
Discharge Planing, Dokumentasi Keperawatan.
e) Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional :
Timbang Terima, Supervisi, Ronde Keperawatan, Sentralisasi Obat,
Discharge Planing, Dokumentasi Keperawatan.
f) Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Praktek Keperawatan
Profesional : Timbang Terima, Supervisi, Ronde Keperawatan,
Sentralisasi Obat, Discharge Planing, Dokumentasi Keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Tecapainya kepuasan pasien yang ada di Ruang Cempaka RSU Bangli
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

3
b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yanga dekuat antara perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat
dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
b. Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi
c. Mempelajari penerapan Model Praktek Keperawatan Profesiobal
(MPKP)
4. Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakannya praktek klinik manajemen keperawatan
mulai tanggal 31 Mei s/d 20 Juni 2021 di ruang Cempaka RSU Bangli dan
dilakukan selama 3 minggu dengan jumlah anggota 12 orang yang mana
dibagi menjadi 2 kelompok, 6 mahasiswa ofline dan 6 mahasiswa online ,
dijadwalkan mahasiswa ofline praktek di Ruang Cempaka selama 1
minggu, selanjutnya jumlah dari keseluruhan praktek dilaksanakan secara
online selama 2 minggu.

4
BAB II

PROFIL RUMAH SAKIT

A. Sejarah Rumah Sakit


1. Sejarah Singkat RSU BANGLI
Menelusuri sejarah tentang berdirinya RSU Bangli tak lepas dari
keberadaan RSJ di Bangli, dimana pada tahun 1932 seorang dokter
berkebangsaan Belanda yaitu dr. K. Lording mengusulkan kepada
Pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar di Bangli didirikan sebuah
tempat khusus untuk merawat penderita gangguan jiwa.Akhirnya pada
tahun 1933 berdirilah rumah perawatan sakit jiwa Bangli yang dalam
perkembangannya mencakup juga merawat pasien bukan saja sakit jiwa
meskipun secara pasti belum dapat dikatakan sebagai Rumah Sakit
Umum. Setelah berjalan sekian tahun diera kemerdekaan maka mulai ada
peraturan- peraturan yang memisahkan antara RSJ dan RSU untuk berdiri
sendiri sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada tahun 1958 RSU
Bangli dikembangkan melayani pasien umum sedangkan RSJ terpisah
melayani pasien dengan gangguan jiwa yang pada awalnya kapasitas
RSU Bangli berjumlah 41 tempat tidur. Seiring perkembangan
pembangunan bidang kesehatan maka pada tahun 1997 berdasarkan SK
Menteri Kesehatan RI No.85/MENKES/SK/V/1997 RSU Bangli
ditetapkan menjadi RS kelas C dengan kapasitas 81 tempat tidur.
Pengembangan RSU Bangli terus dilakukan oleh Pemkab Bangli, secara
bertahap agar bisa menjadi lebih representatif dalam melaksanakan
pelayanan kepada pengguna jasa.Untuk bisa mengembangkan layanan
kesehatan dengan kapasitas yang lebih besar, maka Pemerintah
Kabupaten Bangli mendesain pengembangkan RSU Bangli di Jl. Brigjen
Ngurah Rai No. 99x Bangli dengan luas areal kurang lebih 2 hektar
dengan kapasitas 150 tempat tidur. Mulai tanggal 1 April 2011 secara
bertahap manajemen dan pelayanan RSU Bangli dipindahkan
operasionalisasinya ke lokasi RSU Bangli tersebut. Pada tanggal 12

5
November 2011 sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2011
RSU Bangli dikelola dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari
2012. Kapasitas tempat tidur RSU Bangli secara bertahap terus ditambah
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat dan sampai
dengan Bulan Juli 2013 RSU Bangli sudah memiliki kapasitas 159
tempat tidur serta sampai akhir Bulan Desember 2013 berkapasitas 203
tempat tidur. Pada tanggal 6 Mei 2014 RSU Bangli ditingkatkan
setatusnya menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B, berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI NO.HK 02.03/I/0838/2014. Dalam hal Struktur
Organisasi dan Tata Kerja selanjutnya sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bangli No. 8 Tahun 2014 Struktur Organisasi RSU Bangli
juga mengalami perubahan dan disesuaikan pengisian jabatannya
sebanyak 25 pejabat struktural berdasarkan Keputusan Bupati Bangli
Nomor 821.2/475/BKD. Pada tanggal 3-5 Desember 2015 Tim Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) melakukan survei Akreditasi versi 2012
ke RSU Bangli dan selanjutnya RSU Bangli diberikan pengakuan sebagai
Rumah Sakit yang telah memenuhi standar Akreditasi Rumah Sakit serta
dinyatakan lulus Tingkat Paripurna sesuai dengan sertifikat KARS nomor
KARS-SERT/207/II/2016. Hingga saat ini RSU Bangli terus melakukan
pengembangan SDM dan juga pembangunan sarana dan prasarana
pelayanan termasuk kelengkapan kebutuhan sebagai Rumah Sakit
Pendidikan. Pengembangan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dilakukan
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam AL-Azhar Mataram dan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayanan Denpasar.

B. Visi Misi Rumah Sakit


1. Visi, Misi, Motto dan Tujuan , Nilai-nilai Rumah Sakit,
a) Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Bangli sebagai Kebanggaan
Masyarakat

6
b) Misi
1) Memberi pelayanan kesehatan secara profesional, efektif dan
efisien serta selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan
secara berkesinambungan.
2) Memenuhi kebutuhan SDM baik kualitas maupun kuantitas dan
selalu berkomitmen peningkatan kualitas SDM dengan
pendidikan dan latihan berkelanjutan.
3) Menjadikan pusat pelayanan, pendidikan dan penelitian secara
terintegrasi bidang kedokteran dan kesehatan lainnya untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional.
4) Menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana yang berkualitas
dalam rangka menunjang pelayanan, pendidikan dan penelitian
kesehatan. 5. Mewujudkan rasa persaudaraan, rasa memiliki dan
menumbuhkan budaya organisasi yang kuat, berkomitmen tinggi
dan bertanggung jawab.
c) Motto
Pelayanan tulus iklas dengan senyum, sopan dan sapa
d) Tujuan
1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan paripurna sesuai standar
mutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2) Terpenuhinya kebutuhan SDM yang profesional baik kualitas
maupun kwantitas.
3) Terselengganya program pelayanan, pendidikan dan penelitian
dibidang kedokteran dan kesehatan lainnya.
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan. 5.
Terwujudnya budaya dan etos kerja yang berkomitmen tinggi
dalam penyelenggaraan manajemen rumah sakit.
e) Nilai – Nilai Rumah Sakit Umum Bangli
Nilai – nilai yang dianut rumah sakit adalah keterbukaan, kejujuran,
integritas, profesional, kedisiplinan, keramahan dan pembelajaran.

7
8

A. Struktur Organisasi Rumah Sakit


DIREKTUR DEWAN
PENGAWAS

KA. KOMITE MUTU KA. KOMITE KA. KOMITE


KESELAMATAN PASIEN KEPERAWATAN MEDIK
SPI
KA. KA. KOMITE KA. KOMITE
KA.
KOMIT TERAPI & FARMASI ETIK
KOMITE
PPI E
REKAM
WADIR. PELAYANAN
EDIK WADIR. PENUNJANG & SARANA PRASARANA WADIR. UMUM KEUANGAN & SDM

Ka. Bid Pelayanan Ka. Bid Keperawatan Ka. Bid Penunjang Ka. Bid Saranda & Ka. Bag. Umum Ka. Bag Ka. Bag. SDM
Medik Prasarana Keuangan

Ka. Ka. Ka. Sub.


Kasi Pel. Kasi
Ka. Sub. Sub. Ka. Sub. Ka. Bag
Medik Kasi Keperaw
Kasi Pel. Kasi Kasi. Bag Bag Sub. Bag Sub. DiklatPe
Rawat Keperaw atan Kasi Kasi. Hukum, Verivik ng.
Medik Penunjan Sanitasi & Perenca Bag. Bag.
Darurat atan Rawat Penunjan Sarana & Humas asi & SDM &
R.Inap & g Non Kesehatan naan & Penga Kepeg
Operatif R.Inap & Darurat g Medis Prasarana & Akunta Sertifika
R.Jalan Medis Unik Pelapora nggar awaia
& Unit R.Jalan Operatif Pemasa nsi si
n Aset an n
Khusus & Unit ran RS
Khusus

JAFUNG
Ka. Inst. Ka. Inst. Gawat
Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst.
R. Jalan Darurat
R. Inap IKF Gizi Lab Farmasi Binati
JAFUNG JAFUNG
Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst. Ka. Inst.
Ka. IBS Ka. HD
ICL Diklat Radiologi RM IPSAS CSSD
BAB III

PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 31 Mei 2021- 06 Juni 2021,


meliputi pengkajian M1-M5, pelaksanaan analisa SWOT/fishbone, pembuatan
diagram layang/fishbone, sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah yang
kemudian akan dipilih salah satunya sebagai prioritas masalah.
A. Pengkajian M1-M5
1. M1 (Man)
a) Struktur Organisasi
Ruang Cempaka RSU Bangli terdiri dari ruang karu, ruang
konseling, ruang admin, spoolhoeck, Gudang, ruang observasi,
rawat inap (pasien), ruang ganti isolasi, ruang jaga, ruang Tindakan,
ruang teaching, wc/ toilet, ruang isolasi, dan terdiri dari kepala
ruangan, wakil kepala ruangan, dan anggota. Kepala ruangan
memiliki 4 TIM dengan masing-masing ketua TIM dibantu oleh
beberapa anggota perawat pelaksana, kepala ruangan juga memiliki
tenaga administrasi. Pada struktur organisasi tersebut sudah lengkap
dengan uraian tugas, fungsi kewajiban, dan tanggung jawab, serta
hubungan kerja sama dengan unit lain untuk menyelenggarakan
pelayanan keperawatan. Ruang Cempaka dipimpin oleh kepala
ruangan dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan Ners,
sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan perawat di ruangan
dibagi menjadi 4 TIM. Setiap TIM terdiri dari 1 katim, 2 – 6
anggota dan terdapat 2 orang tenaga administrasi.

9
Tabel 3.1 Tabel Nama Pegawai Dalam Struktur Organisasi Ruang
Rawat Inap Cempaka RSU Bangli 2021.
NO NAMA KEDUDUKAN/
PENDIDIKAN
JABATAN
1 Ns. Kadek Yussy Dwiyani, SI NERS KARU
S.Kep
2 Ns. Ni Luh Putri Nopiari, SI NERS WAKARU
S.Kep
3 Ns. Kd Enny SI NERS KATIM I
Trisnayanthi,S.kep
4 Luh Putu Budiastuti A.Md, DIII ANGGOTA
Kep KEPERAWATAN
5 Ns. Dewa Ayu Eka Citra SI NERS ANGGOTA
Dewi, S.Kep
6 Ns. L P Desy Tisniari, S.Kep SI NERS KATIM II
7 Ns. Ni Wayan Evi Antari,S, SI NERS ANGGOTA
Kep
8 Ns. I Komang Nova Adnyana, SI NERS ANGGOTA
S. Kep
9 Ns. IN Parlina Sari, S.Kep, SI NERS KATIM III
S.Kep
10 Ni Wayan Trisnawati, DIII ANGGOTA
A.Md.Kep KEPERAWATAN
11 I Kadek Wardika, A. Md.Kep DIII ANGGOTA
KEPERAWATAN
12 I Wayan Budiarta, A.Md.Kep DIII ANGGOTA
KEPERAWATAN
13 I A Diah Indu Kirana, DIII ANGGOTA
A.Md.Kep KEPERAWATAN
14 Ns. I Gusti Ayu Yudiari, SI NERS ANGGOTA
S.Kep

10
15 Ns. Ni Wayan Rani Ariani, SI NERS ANGGOTA
S.Kep
16 Ns. I D. AG Santi KD, S.Kep SI NERS KATIM IV
17 Desak Kompiang Agustarini ADMINISTRASI
18 Ni Wayan Sustriari, SE SARJANA ADMINISTRASI
EKONOMI

11
STRUKTUR ORGANISASI RUANG RAWAT INAP CEMPAKA RSU BANGLI

DIREKTUR
Dr. I NYOMAN ARSANA, M. Kes

SKF
WADIR PELAYANAN SKF
Dr. NI WAYAN ARI SUSANTI

KABID. KEPERAWATAN KABID. PELAYANAN MEDIS


Drg. NI AYAN WARDANI
I KOMANG SUARDANA, S.Kep

KASI KEPERAWATAN RAWAT INAP &


KASI MEDIS RAWAT INAP &
RAWAT JALAN
RAWAT JALAN
Ns.MARIA MAGDALENA ZULIAN P.A
S.Kep, M.Kes Dr. I. B. UDAYANA HANGGARA
KEPALA INSTALASI RAWAT
INAP
Ns. LUH GD ARIE ASTUTI, S.Kep
KA. RU. CEMPAKA
Ns. KADEK YUSSY DWIYANI, S.Kep

WAKA.RU. CEMPAKA
Ns. Ni Luh Putri Nopiari, S.Kep

12
KA. TIM I KA. TIM II KA. TIM III KA. TIM IV
Ns. Kd Enny Trisnayanthi, S.Kep Ns. I Putu Desy Tisniari, S.Kep Ns. IN Parlina Sari, S.Kep Ns. I Gusti Ayu Yudiari, S.Kep

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Luh Putu Budiastuti, A.Md. Kep Ns. Ni Wayan Evi Antari, S. Kep Ni wayan Trisnawati, A.Md.Kep Ns. Ni Wayan Rani Ariani,
S.Kep

ANGGOTA ANGGOTA
Ns. Dewa Ayu Eka Citra D. S.Kep ANGGOTA ANGGOTA Ns. I D. AG Santi KD, S.Kep
Ns. I Komang Nova Adnyana, S. I Kadek Wardika, A.Md.Kep
Kep

ANGGOTA
I Wayan Budiarta, A.Md.Kep

ANGGOTA
I A Diah Indu Kirana, A.Md.Kep

13
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
Ni Wayan Sustriari, SE
Desak Kompiang Agustarini

Bagan 3.1 :Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Cempaka RSU Bangli 2021.

14
Ruang rawat inap Cempaka RSUD Bangli memiliki satu
Kepala Ruangan, satu Wakil Kepala Ruangan, 15 orang petugas
yaitu dari tenaga S1 Keperawatan Ners, DIII Keperawatan, 2
orang tenaga administrasi dan terdapat 3 orang sebagai cleaning
service. Berikut jumlah ketenagaan di ruang rawat inap Cempaka
RSU Bangli :
1) Tenaga Keperawatan
(a) Tenaga S1 Keperawatan Ners 9 Orang
(b) Tenaga DIII Keperawatan 8 Orang
2) Tenaga Non Keperawatan
(a) Tenaga Administrasi 2 Orang
(b) Cleaning Service 3 Orang
b) Riwayat Pendidikan
Perawat di ruang inap Cempaka RSU Bangli memiliki
pendidikan terakhir NERS, DIII Keperawatan. Berikut adalah tabel
riwayat pendidikan perawat ruang inap Cempaka RSU Bangli.

Tabel 3.2 :Tabel Ketenagaan Dan Riwayat Pendidikan Perawat Ruang


Cempaka RSU Bangli
STATUS
NO NAMA PELATIHAN
KETENAGAAN
1 Ns. Ni Kadek Yussy Dwi Yani S.Kep BTCLS, TB, PPI,CI, PNS
TERINTERGRASI
2 Ns.Ni Luh Putri Nopiari, S.Kep BTCLS PNS
3 Ns. G A Yudiari, S.Kep BTCLS PNS
4 I Wayan Budiarta,A.Md.Kep BTCLS PNS
5 Ni Wayan Trisnawati,Md.Kep BTCLS,TB,CI KONTRAK BLU
6 Ns. Ni Luh Putu Desy Tisniari, S.Kep BTCLS PNS
7 Ni Wayan Evi Antari, A.Md, Kep BTCLS, PNS
TERINTEGRASI
8 Ns. I Komang Nova Adnyana, S.Kep BTCLS KONTRAK BLU

15
9 Ns. Ni Wayan Rani Ariani, S.Kep BTCLS, PNS
ENDOSCOPY
10 Ns. Kadek Enni Trisnayanthi, S, Kep BTCLS,TB,CI PNS
11 Luh Putu Budiastuti, A.Md, Kep BTCLS PNS
12 I D AG Santi KD,A.Md .Kep BTCLS PNS
13 I Kadek Wardika, A.Md, Kep BTCLS KONTRAK BLU
14 I A Putu Diah Indu Kirana,A.Md.Kep BTCLS KONTRAK BLU
15 Ns. Dw Ayu Eka Citra Dewi S.Kep BTCLS PNS
16 Ns. IN Parlina Sari, S.Kep BTCLS PNS

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 31 Mei


2021, ditemukan pada sumber daya manusia dimana sebagian besar
perawat berlatar belakang pendidikan S1 NERS dan DIII
Keperawatan. Selain itu, semua jumlah perawat yang ada di ruang
rawat inap Cempaka 16 perawat sudah mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan guna
menunjang keberhasilan penerapan program keperawatan.
Pada pemaparan diatas menunjukkan bahwa sebanyak 12
orang sudah sebagai PNS dan 4 orang sebagai kontrak BLU.
Berdasarkan tingkat Pendidikan, sebanyak 11 orang berpendidikan S1
Keperawatan-Ners dan 5 orang berpendidikan DIII Keperawatan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya perawat, selain memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik juga penting meningkatkan skill atau
kemampuan yang dimiliki.
c) Pembagian Tugas
Pada pembagian tugas keperawatan yang dimiliki ruang rawat inap
Cempaka adalah kepala ruangan yang dibantu 4 orang katim, dan 11
orang anggota. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap perawat
adalah sebagai berikut:

16
Tabel 3.3 Pembagian Tugas Keperawatan Yang Dimiliki Ruang Rawat Inap
Cempaka RSU Bangli
DATA
URAIAN
NO SDM FUNGSI PENGKAJIAN
TUGAS
YA TIDAK
1 Kepala Perencanaan a. Merencanakan

Ruangan pengembangan bangsal
b. Mengkoordinasikan 
seluruh kegiatan
pelayanan dengan
proteksi lain dan unit
terkait
c. Mengelola asuhan 

keperawatan
d. Melakukan penilaian
dan pembinaan kinerja 
staff
e. Melaksanakan program
atau kegiatan 
penjaminan mutu

f. Mengelola alat dan
fasilitas
g. Melakukan monitoring

dan evaluasi
2 Wakil Pengorganisasian a. Mengkoordinasikan

Kepala seluruh kegiatan
Ruangan pelayanan dengan
proteksi lain selain dan
unit terkait
b. Mengelola asuhan 
keperawatan

17
c. Melakukan penilaian

dan pembinaan kinerja
staff
d. Melaksanakan program

atau kegiatan
penjaminan mutu
e. Mengelola alat dan
fasilitas 

f. Melakukan monitoring
dan evaluasi

3 Katim Perencana a. Mengkordinir dan 
mengatur penugasan
setiap anggota tim
b. Mengkordinasi dan 
melaksanakan kegiatan
administrasi ruangan
c. Melakukan bimbingan 
dan penilaian terhadap
anggota tim
d. Melaksanakan asuhan 
keperawatan sesuai
dengan pembagian tugas
e. Mengkoordinasi

kebutuhan asuhan
keperawatan dengan
pihak terkait
f. Melakukan evaluasi

pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan
g. Membuat laporan dan

18
operan jaga. 

4 Anggota Pelaksana a. Melaksanakan asuhan 


Tim keperawatan sesuai
dengan pembagian tugas
b. Mengkoordinasi 
kebutuhan asuhan
keperawatan pasien
dengan pihak terkait
c. Melakukanevaluasi 
pelaksanaan asuhan
keperawatan
d. Membuat laporan dan 
operan jaga

5 Administras a. Melengkapi 
i administrasi keuangan
pasien baru
b. Melengkapi 
administrasi keuangan
pasien pulang
c. Melengkapi 
administrasi pasien
pindah atau reffral

d) Tingkat Ketergantungan Pasien dan BOR


1) BOR Ruang Rawat Inap Cempaka
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 31 Mei - 6 Juni 2021
Ruang Cempaka merupakan ruang rawat inap yang merawat

19
pasien dewasa hingga lansia dengan kategori penyakit interna, 27
bed terdiri dari ruang isolasi 3 bed, ruang III 5 bed, ruang IV 4
bed, ruang V 5 bed, ruang I 4 bed, ruang II 4 bed, ruang
immunocompromise 2 bed. Berdasarkan hasil pengkajian pada
tanggal 31 Mei 2021 yang dilakukan diruangan Cempaka
didapatkan hasil bahwa jumlah pasien yang ada kurang dari
kapasitas tempat tidur yang tersedia. Jumlah pasien yang dirawat
pada saat ini adalah 6 orang. Data BOR bulan Januari-Desember
2020 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel. 3.4 Data BOR bulan Januari-Desember 2020
PENCAPAIAN STANDAR
BULAN KETERANGAN
BOR NASIONAL
Januari 99 60-85% Tinggi
Februari 73 60-85% Normal
Maret 84 60-85% Normal
April 49 60-85% Rendah
Mei 34 60-85% Rendah
Juni 46 60-85% Rendah
Juli 38 60-85% Rendah
Agustus 45 60-85% Rendah
September 28 60-85% Rendah
Oktober 24 60-85% Rendah
November 36 60-85% Rendah
Desember 44 60-85% Rendah

Keterangan : Pada saat bulan Mei s/d Desember tahun 2020, BOR di
ruang cempaka rendah karena semua pegawai dan staf dibagi ke
beberapa ruangan guna menangai pandemi Covid-19.
Data BOR bulan Januari-Mei 2021 dengan rincian sebagai berikut :

20
Tabel. 3.5 Data BOR Bulan Januari-Mei 2021
PENCAPAIAN STANDAR
BULAN KETERANGAN
BOR NASIONAL
Januari 46 60-85% Rendah
Februari 43 60-85% Rendah
Maret 41 60-85% Rendah
April 42 60-85% Rendah
Mei 53 60-85% Rendah
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal
1-6 Juni 2021, didapatkan hasil BOR tertinggi pada tahun 2021
adalah pada bulan Januari dengan rata-rata 99%.
2) Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berdasarkan hasl pengkajian yang dilakukan di Ruang Rawat
Inap Cempaka didapatkan rata-rata jumlah pasien perhari
sebanyak 6 pasien dengan rincian 6 pasien dengan perawatan
sebagian/parsial care. Sehinga kebutuhan tenaga kerja di Ruang
Rawat Inap Cempaka dihitung dengan menggunakan dengan
perhitungan :
(a) Rumus Douglas
(1) Perhitungan Beban Kerja dan Kebutuhan Perawat
Perhitungan Beban Kerja dan Kebutuhan
Perawat Menurut Rumus Douglas
Shift Minimal Care Parsial Care Total care
Pagi 0.17 0.27 0.36
Siang 0.14 0.15 0.30
Malam 0.07 0.10 0.20

Diketahui :
RuangRuang Cempaka terdapat kapasitas tempat tidur sebanyak 27 tempat
tidur dan terisi pasien sebanyak 6 pasien pada tanggal 02 Juni 2021.

21
Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pasien
Minimal Care 4 pasien
Parsial Care 2 pasien
Total Care -

Kebutuhan Perawat Menurut Tingkat Ketergantungan Pasien

Klasifikasi
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
Ketergantung jmlah Pasien Pagi Sore Malam
an
Minimal 4 4 x 0.17 = 0,68 4 x 0.14 = 0,56 4 x 0.07 = 0,28
Parsial 2 2 x 0.27 = 0,54 2 x 0.15 = 0,3 2 x 0.10 = 20
Total
Jumlah 6 1,22 0,86 2,28

Kebutuhan Perawat untuk Hari Libur atau Cuti, Hari Besar dan Tugas Non
Keperawatan
1. Hari libur/ cuti/ hari
Jumlah hari minggu per 1 tahun + besar cuti + hari besar
X total jumlah perawat
Jumlah hari efektif kerja
= ( 52 + 12 + 15 ) x 16/285
= 79 x 16/285
= 4 orang perawat.
Jadi perawat yang di butuhkan untuk L. Day dan tugas non
keperawatan adalah 4 + 5 = 9 orang
2. Perawat yang mengerjakan tugas non profesi atau perawat tidak
langsung (perincian, kebersihan, dll).
Jumlah tenaga perawat + Lost day x 25%

22
= 16 + 4 x 25%
= 5 orang perawat.
Jadi perawat yang dibutuhkan untuk L. Day dan tugas non
keperawatan adalah 4 + 5 = 9 orang.
a. Structural
1. Kepala Ruangan = 1 orang
2. Wakil Kepala Ruangan = 1 orang
3. Ketua Tim = 4 orang
4. Total = 6 orang
b. Total kebutuhan perawat
= R. Douglas + L.Day + jumlah perawat tugas non keperawatan +
perawat struktural
= 1 +4 +5+6 = 16
Total kebutuhan perawat 16 orang.
c. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Rawat inap
Cempaka pada tanggal 31 Mei-10 Juni Mei 2021 , didapatkan bahwa
hasil sudah sesuai dengan tenaga keperawatan di Ruangan Rawat inap
Cempaka sebanyak 16 orang dan 2 administrasi dengan lulusan Sarjana
ekonomi, dengan kualifikasi pendidikan S1 Keperawatan 9 orang,
tenaga D III Keperawatan 8 orang.
(b) Rumus DEPKES
Minimal : 4 orang
Parsial :2 orang
Total :-
Jam perawatan langsung
Minimal : 4 x 3 jam = 12 jam
Pasial : 2 x 4 jam = 8 jam
Total :-
Jam perawatan tidak langsung 35 menit x 1 pasien = 35 menit = 0,5 jam
Jam penyuluhan 15 x 1 = 15 menit = 0,25 jam

23
Total jam perawatan : 20 jam + 0,5 jam + 0,25 jam = 20,83 jam
Rata-rata keterangan pasien:
= Total jumlah jam perawatan
Jumlah pasien
= 20,83
6
= 3,47

Kebutuhan perawat:
= Jumlah jam perawat
Jumlah jam kerja per hari
= 24 : 6 = 4 orang (shift pagi dan siang)

Kebutuhan perawat
Jumlah jam perawat : jumlah jam kerja per hari
= 24 : 12 = 2 (shift malam)

Pembagian perawat/ shift


Pagi : 47% x 13 = 6,11 = 6
Siang : 35% x 13 = 4,55 = 5
Malam : 17% x 13 = 2,21 = 2

Structural
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil Kepala Ruangan = 1 orang
Ketua TIM = 4 orang

Kesimpulan :

24
Berdasarkan hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan total kebutuhan
perawat diruang Cempaka menurut rumus DEPKES yaitu 10 orang
perawat + 1 karu + 1 wakaru + 4 katim = 16 orang.

b) Alur Masuk Pasien


BAGAN ALUR PASIEN MASUK RAWAT INAP

DI RUANG CEMPAKA RSU BANGLI

 Datang sendiri
 Rujukan
Instasnsi pmerintah/swasta
Praktek swasta

Loket karcis/ pembayaran

Loket pendaftaran

Bayar
Poli klinik IRD

Ruang Rawat Inap

Sembuh Dirujuk Meninggal

Pulang Ruang Jenazah

Sumber : Ruang Cempaka RSU Bangli

Bagan 3.2 Bagan Alur Pasien Masuk Rawat Inap Diruang Cempaka RSU Bangli

25
Keterangan
1) Pasien dating sendiri/rujukan instansi pemerintah/swasta/praktek swasta
2) Pasien menuju loket karcis/pembayaran
3) Pasien menuju loket pendaftaran dengan data penunjang dari
poliklinik/IRD
4) Pasien masuk di rawat inap
5) Pasien di rawat inap kemungkinan sembuh/dirujuk ke rs lain/meninggal
6) Apabila pasien sembuh, pasien akan dipulangkan, dan jika pasien
meninggal akan dibawa ke ruang jenazah.
Adapun beberapa form yang terdapat diruangan :
No. Form RM JUDUL FORM
FORM : 01/RI/IRM-15 Ringkasan Pasien Masuk Dan
Keluar
FORM : 02/RI…/RM-15 Pengkajian Awal Medis,…..(Sesuai
Dengan Penyakit)
FORM : 03/RI/IRM-15 Catatan Perkembangan Terintegrasi
FORM : 04A/RI/IRM-15 Lembar Penempelan Surat
FORM : 04B/RI/IRM-15 Lembar Penempelan Laboratorium
FORM : 04C/RI/IRM-15 Lembar Penempelaan Radiologi Dan
Diagnostic Imaging
FORM : 04D/RI/IRM-15 Lembar Penempelan Patologi
Anatomi
FORM : 04E/RI/IRM-15 Lembar Penempelan EKG
FORM : 05/RI/IRM-15 Pengkajian Gizi
FORM : 06…../RI/IRM-15 Pengkajian Keperawatan…..(Sesuai
Umum)
FORM : 27…../RI/IRM-15 Resiko Jatuh…..(Sesuai Umur)
FORM : 07/RI/IRM-15 Catatan Penatalaksanaan
Terintegrasi
FORM : 08/RI/IRM-15 Lebar Observasi Tanda-Tanda Vital
FORM : 09A/RI/IRM-15 Catatan Pemberian Obat Oral

26
FORM : 09B/RI/IRM-15 Catatan Pemberian Obat Injeksi
FORM : 10/RI/IRM-15 Observasi Keseimbangan Cairan
FORM : 11/RI/IRM-15 Catatan Edukasi Dan Perencanaan
Edukasi Terintegrasi RI
FORM : 12/RI/IRM-15 Evaluasi Keperawatan
FORM : 13/RI/IRM-15 Resume Keluar
FORM : 14/RI/IRM-15 Rencana Pemulangan Pasien
FORM : 15/RI/IRM-15 Orientasi Pasien Baru RI

2. M2 (Material)
a) Gambaran Umum RS dan Ruangan
1) Gambaran umum Rumah Sakit
Pemerintah Kabupaten Bangli mendesain pengembangan
RSU Bangli di Jl. Brigjen Ngurah Rai No. 99x Bangli dengan luas
areal kurang lebih 2 hektar. RSU Bangli memiliki 17 ruangan
perawatan yang terdiri dari : ruangan umum, ruang penyakit bedah,
kebidanan dan kandungan, penyakit saraf, THT, mata, kulit,
kelamin, penyakit dalam, bayi dengan resiko tinggi, rawat intensif,
pengembangan rawat inap, pengembangan rawat inap wing IGD,
ruang HD (2), dan ruang isolasi (2). Jumlah kapasitas tempat tidur
sebanyak 150. Ruang Jempiring sekarang sudah tidak ada, dan
ganti menjadi ruang Hemodialisa. Ruang Utama sekarang diubah
menjadi ruang isolasi pasien Covid-19. Dan di UGD terdapat ruang
isolasi Covid-19 juga.
2) Gambaran Umum Ruangan
Ruang Cempaka merupakan ruang rawat inap yang merawat pasien
dewasa hingga lansia dengan kategori penyakit interna, 27 bed terdiri
dari ruang isolasi 3 bed, ruang III 5 bed, ruang IV 4 bed, ruang V 5
bed, ruang I 4 bed, ruang II 4 bed, ruang immunocompromise 2 bed.

27
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 2 Juni 2021 yang dilakukan
diruangan Cempaka didapatkan hasil bahwa jumlah pasien yang ada
kurang dari kapasitas tempat tidur yang tersedia. Jumlah pasien yang
dirawat pada saat ini adalah 6 orang. Distribusi ketenagaan di Ruang
Cempaka yaitu terdiri dari 16 orang tenaga perawat yang terdiri dari 11
orang S1 keperawatan ners dan 5 orang DIII Keperawatan

28
b) Denah Ruang Rawat Inap Cempaka
1. Lantai Satu Ruang Cempaka RSU Bangli

Sumber : Ruang Cempaka RSU Bangli

29
30
c) Peralatan dan Fasilitas
a) Daftar Inventaris Alat Kesehatan
No. NamaAlat Jumlah Keterangan
1. Tensimeter 3 Baik
2. Stetoskop 1 Baik
3. Thermometer 3 Baik
4. Nebulizer 2 Baik
5. Box Darah 1 Baik
6. Pulse Oxymetri 2 Baik
7. Syringe Pump 3 Baik
8. Oral Hygiene 1 Baik
9. BVM/Amubag 1 Baik
10. Kupet Injeksi 3 Baik
11. Bengkok 2 Baik
12. Suction Sentral 1 Baik
13. Oksigen Sentral 1 Baik
14. Selang suction 1 Baik
15. Brankar 1 Baik
16. Kursi roda 1 Baik
17. Troli O2 1 Baik
b) Daftar Inventaris Linen
No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1. Laken 40 Baik
2. Stik Laken 30 Baik
3. Sarung Bantal 40 Baik
4. Selimut 30 Baik
5. Alas Kepala 28 Baik
6. Perlak B/K 15 Baik

31
c) Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan
No. NamaAlat Jumlah Keterangan
1. Troli bersih 1 Baik
2. Troli kotor 1 Baik
3. Bed 6 28 Baik
4. Kursi kantor 9 Baik
5. Meja 3 4 Baik
6. Komputer 1 Baik
7. Rak Arsip 2 Baik
8. Telepon 1 Baik
9. Papan Tulis 2 Baik
10. AC 2 Baik

1) Fasilitas Petugas
a) Nurse station dengan fasilitas meja, kursi, dan telepon.
b) Ruang perawat dengan fasilitas kursi, meja, computer dan
papan tulis.
c) Kamar mandi
2) Buku administrasi penunjang
Kelengkapan dokumentasi penunjang di Ruang Cempaka sudah
cukup baik yang terdiri dari:
a) Buku pasien meninggal.
b) Informasi ruangan
c) Buku laundry
d) Inventaris alat
e) Buku KIE pasien dan keluarga
f) Buku Operan Alat
g) Buku Diet

32
Analisa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang
Cempaka RSU Bangli, semua peralatan yang ada baik medis
maupun non terbilang baik. Untuk fasilitas pasien seperti alat tenun
dikelola langsung oleh instalasi laundry rumah sakit, dan untuk
persediaan di ruangan sudah cukup tersedia dengan jumlah alat
tenun sesuai dengan jumlah bed pasien. Alat tenun diganti apabila
alat tenun sudah kotor dan jadwal gantinya senin dan kamis. Alat-
alat medis dan obat-obat emergency yang ada sudah lengkap
tersedia di ruangan tindakan dan diletakkan didalam troli obat
khusus untuk pasien. Obat oral pasien diletakkan pada loker pasien
yang sudah disediakan dan telah dilengkapi dengan no bed dan
nama pasien.
Untuk fasilitas di ruangan, ruang Cempaka RSU Bangli
sudah mempunyai ruangan khusus diskusi untuk mahasiswa.

3. M3 (Methoda)
a) Penerapan MPKP
Metode yang digunakan di ruangan adalah Metode Praktik
keperawatan Profesional (MPKP) model tim.
1) Kajian Teori
MPKP merupakan salah satu metode praktik keperawatan
profesional, dimana memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. MPKP metode
tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien
melalui upaya kolaboratif dan kooperatif.

33
2) Pelaksanaan di ruangan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan hasil
bahwa metode yang digunakan di Ruang Rawat Inap Cempaka
adalah metode tim. Metode tim digunakan sejak ruangan ini ada
hingga saat ini, dengan pembagian 4 tim, masing-masing tim
dipimpin oleh ketua tim yang akan bertanggung jawab kepada
kepala ruangan.
3) Kesenjangan
Tidak ada kesenjangan dalam pelaksanan MPKP. Metode tim
tersebut sudah berjalan secara optimal karena jumlah petugas
diruangan yang ada diruang rawat inap Cempaka RSU Bangli
sudah mencukupi dengan jumlah pasien yang ada.
b) Timbang Terima
Sudah dilakukan oleh Ruang Rawat Inap Cempaka
1) Kajian Teori
Timbang terima adalah suatu cara dalam penyampian dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien,
yang tujuannya antara lain:
(a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
(b) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam askep pada pasien
(c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti
perawat dinas berikutnya
(d) Menyusun rencana kerja atau dinas berikutnya
2) Pelaksanaan di ruangan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara didapatkan timbang
terima sudah dilakukan setiap pergantian shift. Untuk shift pagi
pukul 07.15 wita, shift sore 13.15 wita, shift malam 19.15 wita.
Kegiatan ini selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan
dinas. Pada operan malam ke pagi dan pagi ke siang kegiatan ini
dipimpin langsung oleh kepala ruangan. Untuk operan siang ke

34
malam dilakukan tanpa kepala ruangan.

3) Kesenjangan
Dalam pelaksanaan timbang terima tidak adanya kesenjangan
karena perawat selalu melakukan timbang terima, hal ini
dibuktikan dari hasil observasi hanya saja perawat melakukan
timbang terima langsung ke pasien saat operan shift malam ke
pagi saja sedangkan untuk timbang terima dari shift pagi ke sore
dan shift sore ke malam hanya dilakukan di Nurse station, hal
ini dikarenakan kondisi pandemi yang mengharuskan perawat
untuk timbang terima di nursestation saja.
c) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan belum dilakukan
1) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali
dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang
terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien atau keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer atau perawat pelaksana, konselor,
kepala ruang, dan seluruh tim keperawatan yang melibatkan
pasien secara langsung sebagai focus kegiatan. Ronde
keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta
merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan
psikomotor.
2) Pelaksanaan di ruangan
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan, pelaksanaan
ronde keperawatan di Ruang Rawat Inap Cempaka belum
dilakukan. Sejauh ini pemecahan-pemecahan khusus pada
pasien dilakukan atau diskusi refleksi kasus dengan cara ketua
tim berdiskusi dengan kepala ruangan, jika kepala ruangan tidak

35
bisa menemukan cara memecahkan masalah pasien, maka akan
didiskusikan dengan tim medis lain ataupun non medis yang
berkaitan dengan masalah pasien, seperti dokter spesialis, ahli
gizi,dan lain-lain. Proses pemecahan masalah belum pernah
melalui proses pembentukan tim ronde, proposal maupun
persiapan pasien (inform consent).
3) Kesenjangan
Saat ini ruang Cempaka tidak melakukan ronde keperawatan
karena adanya pandemi covid 19 dan jika ada pasien yang
positif maka akan pindah ke ruangan isolasi khusus covid 19.
d) Sentralisasi obat
Sudah dilakuan di Ruang Rawat Inap Cempaka
1) Kajian teori
Proses sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan
sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat
petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat, dan
pendokumentasian hasil pelaksanaan (Nursalam, 2015).
Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan
kepemimpinan kepala ruangan, serta pengetahuan perawat dapat
mempengaruhi proses ketepatan pemberian obat oleh perawat
dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek
samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan
pemberian obat selama proses perawatan pasien (Kee & Hayes,
1996; Elliott & Liu, 2010).
2) Pelaksanaan di ruangan
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Rawat Inap Cempaka
data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat adalah
perawat mengemukakan mengerti tentang sentralisasi obat. Hal
ini dibuktikan dengan adanya lemari atau loker tempat
penyimpanan obat untuk masing-masing pasien dimana loker

36
tersebut berisi nama pasien dan nomor ruangan pasien. Saat ini
alur penerimaan obat di Ruang Rawat Inap Cempaka adalah
dokter meresepkan obat untuk pasien, kemudian perawat
memberikan resep kepada keluarga, kemudian keluarga pasien
mengambil obat ke apotek, pihak farmasi akan menyerahkan
obat ke keluarga pasien. Setelah tiba di ruangan, obat tersebut
diserahkan kepada perawat ruangan untuk dicek kembali.
Kemudian perawat memberikan surat persetujuan untuk
sentralisasi obat kepada keluarga pasien untuk ditandatangani.
Obat yang diterima perawat diletakkan di loker sentralisasi obat
yaitu di ruang tindakan.
3) Kesenjangan
Tidak ada kesenjangan
e) Discharge Planning
Discharge planning sudah dilakukan
1) Kajian Teori
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang
terkait dengan rentang atau yang sering disebut dengan
keperawatan berkelanjutan, dimana perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien harus diberikan dimanapun pasien berada.
Perencanaan pulang merupakan bagian terpenting dari program
keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk
rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerjasama antara tim kesehatan,
keluarga, klien, dan orang yang penting bagi klien.
2) Pelaksanaan di Ruangan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan
kepada kepala Ruang Rawat Inap Cempaka Rumah Sakit Umum
Bangli dikatakan bahwa discharge planning sudah dilakukan,
mulai dari rencana pemulangan, surat kontrol, kelengkapan
administrasi, dan obat oral yang perlu dikonsumsi. Akan tetapi

37
pemberian Health Education (HE) kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit pasien, perawatan dirumah serta cara
mengatasinya jika kambuh hanya dijelaskan secara lisan. Dalam
pendokumentasian, sudah terdapat lembar discharge planning
pada rekam medis pasien sehingga dapat didokumentasikan.
3) Kesenjangan
Di ruang rawat inap Cempaka RSU Bangli tidak ada
kesenjangan karena sudah ada leaflet yang dipajang diruangan
dan telah dilakukan oleh petugas PKRS hal tersebut digunakan
untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga dalam
perawatan dirumah.
f) Supervisi di Ruang Rawat Inap Cempaka sudah dilakukan
1) Kajian Teori
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan
(dalam fungsi manajemen yang berperan untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan
berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara
menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama
dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan
mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena
masalah masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak
seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui
informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin
sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.
2) Pelaksanaan Di Ruangan
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di Ruang Rawat
Inap Cempaka sudah dilakukan supervisi. Supervisi dilakukan

38
dari kepala ruangan untuk semua staf mulai dari kepatuhan
setiap Tindakan keperawatan sesuai dengan SPO, tanggung
jawab, dll, ada format ceklist dan format penilaian yang
nantinya dilaksanakan setiap hari supervisi dan perlaporannya
setahun sekali ke bagian SDM dan bidang keperawatan
3) Kesenjangan
Tidak ada kesenjangan
g) Dokumentasi
1) Kajian data
Dokumtasi keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan professional, karena
mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi, aspek hukum,
jaminan mutu pendidikan/penelitian dan akreditasi.
Pengumpulan data dilakukan di Ruang Rawat Inap Cempaka
dengan teknik observasi dan wawancara dimana
pendokumentasikan di Ruang Rawat Inap Cempaka dilakukan
berdasarkan SOR (Source Oriented Record) yaitu sistem
pendokumentasian yang berorientasi pada 5 komponen berupa :
lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar
riwayat medis/penyakit, catatan perawat dan laporan yang
meliputi :
(a) Lembar tindakan dan evaluasi
(b) Catatan perkembangan
(c) Catatan pemberian obat : oral, injeksi, cairan parenteral
(d) Rekam asuhan keperawatan
(e) Grafik tanda-tanda vital
(f) Blangko tindakan medik, dan lain sebagainya.
Pendokumentasian asuhan keperawatan (pengkajian, rencana
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi) sudah dilakukan.

39
Tabel. 3.6 Format Dokumen Ruang Rawat Inap Cempaka
NO URAIAN BAGAN SUMBER
1 Rekam medis UGD Perawat
2 Lembar pemeriksaan Perawat
3 Surat pernyataan rawat inap Pasien dan keluarga
4 Lembar pemberian informasi dan persetujan Pasien dan keluarga
dan penolakan tindakan kedokteran
5 Ringkasan masuk dan keluar Perawat
6 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Perawat
7 Pelaksanaan perawat kesehatan (ringkasan Perawat
pengkajian dan rencana perawat )
8 Lembar pemeriksaan fisik Dokter
9 Lembar catatan perkembangan terintegrasi Perawat dan dokter
10 Lembar laboratorium Tenaga lab
11 Rencana perawatan Perawat
12 Pelaksanaan perawatan kesehatan II Perawat
13 Lembar TTV Perawat
14 Lembar terapi pengobatan Dokter
15 Pemberian cairan parentral Perawat
16 Lembar rujukan Dokter dan perawat
17 Lembar ringkasan keluar Dokter dan perawat

Pemahaman perawat dalam melaksanakan dokumentasi


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat pengkajian
didapatkan hasil bahwa perawat ruang cempaka sudah paham mengenai cara
pendokumentasian, dimana penulisan sudah sesuai dengan format yang ditetapkan
diruangan serta untuk pengkajian ulang di ruangan didokumentasikan ulang sesuai
dengan keluhan pasien pada saat datang ke ruangan. Khusus mengenai
pendokumentasian asuhan, sudah terdapat form dokumentasi mulai dari
pengkajian, intervensi, implementasi, evaluasi, resume, lembar pelaksanaan
pemberian obat yang baku dari Rumah Sakit.

40
Tabel. 3.6 Format Dokumentasi Ruang Rawat Inap Cempaka
NO URAIAN BAGIAN SUMBER
Surat permintaan di rawat Dokter, Admision,
1
penanggung jawab
pasien
2 Resume masuk dan keluar pasien Administrasi
3 Ilmu Kesehatan penyakit dalam DPJP
Catatan perkembangan pasien terintegrasi Perawat,
4
(SOAP) Dokter,
Fisioterapi
5 Catatn perkembangan pasien terintegrasi (SHAR) Perawat
Dokter spesialis anak,
Dokter gigi, Dokter
Catatan informasi dan edukasi terintegrasi
6 umum, Farmakologi,
Ahli Gizi, Perawat,
Fisioterapi, Rohaniawan
7 Orientasi penerimaan pasien baru Perawat

8 Pengembangan keperawatan penyakit dalam Perawat, pasien


9 Pengkajian gizi rawat inap Ahli gizi dan pasien
10 Rekontruksi obat Farmakologi, pasien
11 Hasil pemeriksaan laboratorium Laboratorium
Form penunjang Dokter praktek
12
swasta, puskesmas
13 Hasil pemeriksaan radiologi Radiologi dan DPJP
Hasil pemeriksaan patologi anatomi Ahli patologi anatomi
14
dan DPJP

41
15 Hasil pemeriksaan EKG Perawat dan DPJP
16 Catatan pengobatan antibiotika dan obat – obatan Perawat dan Dokter
lain
Catatan pengobatan keseimbangan cairan Perawat dan
17
keluarga pasien
18 Gravik TTV Perawat
19 Tindakan keperawatan Perawat
20 Pengkajian resiko jatuh penyakit dalam Perawat
20 Timbang terima antar ruangan Perawat
21 Form orientasi dan informasi ruangan Perawat
22 Informasi dan persetujuan tindakan medis DPJP dan pasien
23 Discharge planning Perawat dan pasien
24 Resume keluar DPJP

Pemahaman perawat dalam melaksanakan dokumentasi :


Perawat sudah paham dalam pendokumentasian dan perawat sudah
melakukan dokumentasi di setiap tindakan.

4. M4 (MONEY)
Ruang Cempaka tidak memiliki sumber pendanaan yang khusus melainkan
seluruh kebutuhan yang diperlukan diperoleh dari Rumah Sakit.
Biaya yang dikenakan tergantung dari kelas yang dipilih oleh pasien.
Menurut Peraturan Bupati Bangli Nomor 5 Tahun 2020, ditetapkan tarif
rawat inap di ruang Cmpaka sebagai berikut.

RUANGAN KAMAR BIAYA BIAYA VISITE FASILITAS


MAKAN TINDAKAN
KONSULTASI
Ruang 1 Rp.140.000 Rp. 80.000 Rp. 100. 000 Rp. 60.000 4 bed pasien, kursi,
Kelas II lemari, kamar
mandi, wastafel

42
Ruang 2 Rp.140.000 Rp 80.000 Rp. 100. 000 Rp. 60.000 4 bed pasien, kursi,
Kelas II lemari, AC, kamar
mandi, wastafel

Ruang 3 Rp.95.000 RP. 75.000 Rp. 100. 000 Rp. 60.000 5 bed pasien, kamar
Kelas III mandi, kursi, meja

Ruang 4 Rp.95.000 RP. 75.000 Rp. 100. 000 Rp. 60.000 4 bed pasien, kursi,
Kelas III lemari, kamar
mandi
Ruang 5 Rp.95.000 Rp.75.000 Rp. 100. 000 Rp. 60.000 4 bed pasien, kursi,
KELAS III lemari, kamar
mandi.

5. M5 (MARKET)
a. Kasus Terbanyak
Data Sepuluh Penyakit yang di Rawat di Ruangan Cempaka RSU Bangli
Bulan Maret-April 2021
No Jenis Kasus
1 Cap Psi Class III
2 Demam Typoid
3 Asma akut serangan sedang
4 CKD stg V on hd reguler
5 Aki dd ackd ec prerenal
6 Anemia berat, hematemesis melena
7 Doc enselopati hep B
8 Efusi pleura es susp magnancy
9 Persisten vomiting
10 Gastropati dm susp c19, dhf,
hemofilia, anemia aplastik,
dyspepsia syndrome.

43
B. Analisa SWOT
Pelaksanaan Analisa SWOT
Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Penedekatan Analisa SWOT

No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Hasil


Rating Perhitungan
M1 – Man
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Pembagian tugas keperawatan di 0.5 5 2,5
ruangan bisa merawat pasien dewasa
sesuia dengan kemampuan
2. Jenis ketenagaan di ruangan Cempaka : 0.3 3 0,6
S1 Kep : 11 orang
DIII Kep : 5 orang
3. Adanya petugas yang mengikuti 0.2 3 0,6
pelatihan BTCLS, Endoscopy, TB,
Terintergrasi 0.1 4 0,4
4. Beban kerja petugas perawat di ruang
Cempaka tinggi

44
Total 1 15 4,1

S-W
Weakness 4,1-3= 1,1
1. Adanya petugas kesehatan yang belum
mengikuti BTCLS, Endoscopy, TB, 0.6 3 1,8
Terintergrasi
2. Ruang Cempaka di RSU Bangli jumlah
petugas yang berstatus kontrak 0.4 3 1,2
Total
1 6 3

Eksternal Faktor (EFAS)


Oppoturnity
1. Terbukanya kesempatan Pendidikan
lebih lanjut 0.5 4 2
2. Adanya kerja sama yang baik antara
petugas di ruangan 0.5 4 2

45
Total O-T
4-3,55=0,45
1 8 4

Threated
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapat pelayanan 0.1 4 0,4
lebih professional
2. Persaingan antar RS yang semakin
ketat 0.3 2 0,6
3. Semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum pelayanan 0.15 4 0,6
Kesehatan
4. Kebijakan pemerintah tentang JKN
(BPJS, Jamkesmas) 0.3 4 1,2
5. Adanya pertanggung jawaban legalitas
bagi pasien 0,15 5 0,75
Total
1 17 3,55
M2 – Material

46
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk
pasien dan petugas kesehatan di 0.2 5 1
ruangan
S-W
2. Tersedianya nurse station
5-0=5
3. Terdapat administrasi penunjang 0.2 5 1
4. Adanya protap untuk SOP 0.2 5 1
Total 0.4 5 2
1 20 5
Weakness
1. –
2. - 0 0 0
0 0 0
Total 0 0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kesempatan untuk pergantian

47
alat- alat yang tidak layak pakai 1 3 3
Total
O-T
1 3 3 3-3= 0
Threated
1. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan pentingnya Kesehatan 1 3 3
Total
1 3 3
M3 – Method
A. Penerapan MPKP
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Sudah ada model asuhan yang
digunakan yaitu metode tim 0.05 5 0,25
2. RS memiliki visi, misi dan motto
sebagai acuan melaksanakan 0.3 5 1,5
pelayanan
3. Mempunyai protap untuk setiap
Tindakan 0.4 5 2

48
4. Terlaksananya komunikasi yang
cukup baik antar petugas 0.05 5 0,25
5. Timbang terima dilakukan dengan
optimal 0.2 5 1
Total S-W
5-3= 2
1 25 5

Weakness
1. Job yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan lulusan akademik
yang berbeda tingkatanya 1 3 3
Total

Eksternal Faktor (EFAS) 1 3 3


Opportunity
1. Terbukanya kesempatan mengikuti
Pendidikan lebih lanjut ( Sarjana

49
Keperawatan) 0.16 5 0,8
2. Adanya kerja sama antara
mahasiswa profesi ners dan petugas
di ruangan 0.2 5 1
3. Adanya organisasi PPNI / IBI yang
menaungi petugas di ruangan
4. Adanya mahasiswa profesi ners 0.2 5 1
praktek manajemen
5. Adanya kerja sama antara institusi 0.14 5 0,7
keperawatan dengan rumah sakit
Total 0.3 5 1,5

1 25 5
O-T=
5-5=0
Threated
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional
2. Persaingan antara rumah sakit yang 0,2 5 1

50
semakin ketat 0,3 5 1,5
3. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum kesehatan 0,3 5 1,5
4. Kebebasan pers mengakibatkan
mudahnya penyebaran informasi di 0,2 5 1
dalam ruangan ke masyarakat
Total
1 20 5
B. Timbang Terima
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya timbang terima setiap
pergantian shift 0,2 3 0,6
2. Terdapat nurse station sebagai
tempat timbang terima 0,2 2 0,4
3. Timbang terima diikuti oleh semua
perawat yang telah dan akan dinas 0,2 2 0,4
dipimpin oleh kepala ruangan
4. Ada klarifikasi tanya jawab dan

51
validasi terhadap semua yang 0,1 3 0,3
dioperkan
5. Selalu ada interaksi dengan
keluarga pasien selama timbang 0,1 4 0,4
terima
6. Semua perawat mengetahui prinsip-
prinsip tentang teknik penyampaian 0,1 4 0,4
timban terima di depan pasien
7. Kepala ruangan mengevaluasi
kesiapana perawat yang akan dinas
0,1 3 0,3
Total
1 21 2,8 S-W=
2,8-2=0,8
Weakness
1. Karena pandemi timbang terima
dilakukan hanya di nurse station 1 2 2
Total
1 2 2
Eksternal Faktor (EFAS)

52
Opportunity
1. Adanya mahasiswa yang praktek
manajemen keperawatan 0,4 5 2
2. Ruang Cempaka RSU Bangli
merupakan lahan praktek bagi 0,3 5 1,5
mahasiswa
3. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan perawat di 0,3 5 1,5
ruangan
Total
1 15 5
Threated
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan 0,5 5 2,5
O-T
pelayanan yang lebih professional 5-4,5= 0,5
2. Meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai tanggung 0,5 4 2
jawab dan tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan

53
Total
1 9 4,5
C. Ronde Keperawatan
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. –

Weakness
1. –

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. –

Threated
1. –

D. Sentralisasi Obat
Internal Faktor (IFAS)

54
Strength
1. Adanya pengecekan obat oleh
perawat sebelum obat dibawa ke
lemari tempat penyimpanan obat 0,5 5 2,5
2. Terdapat lemari khusus digunakan
untuk sentralisasi obat
Total 0,5 4 2

Weakness 1 9 4,5
1. Ruang sentralisasi obat berada di
ruang tindakan
Total 1 5 5
S-W
4,5-5= 0,5
Eksternal Faktor (EFAS) 1 5 5
Opportunity
1. Adanya mahasiswa Profesi Ners
yang praktek manajemen
keperawatan 0,5 5 2,5
2. Adanya kerjasama yang baik antara

55
perawat dan mahasiswa 0,5 5 2,5
Total
1 10 5
Threated
1. Adanya tuntutan keluarga pasien
0,5
untuk mendapatkan pelayanan yang 5 2,5
profesional O-T
5-5=0
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat
mengenai tanggung jawab dan
0,5
tanggung gugat perawat sebagai 5 2,5
pemberi asuhan
Total
1 10 5
E. Supervisi
Internal Faktor
Strength 0,2 5 1
1. RSU Bangli merupakan RS
Pendidikan yang menjadi RS
rujukan bagi wilayah setempat 0,3 5 1,5

56
2. Ruang Cempaka merupakan
ruangan yang memerlukan
perhatian yang ekstra dari petugas
kesehatan 0,2 3 0,6
3. Adanya kemauan perawat untuk
berubah 0,3 5 1,5
4. Kepala ruangan dan wakil kepala
ruangan mendukung kegiatan
supervisi demi peningkatan mutu
pelayanan keperawatan 1 18 4,6
Total

Weakness
1
1. Supervisi dilakukan secara 2 2
terjadwal namun tidak dilakukan
secara rutin dalam hal supervisi
S-W
langsung terhadap tindakan
4,6-2=
keperawatan saat perawat bertugas 2,6

57
keruang pasien.
1
Total 2 2

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners 0,5 5 2,5
praktek manajemen keperawatan
2. Terbukanya kesembapatan untuk 0,5 5 2,5
melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi
Total 1 10 5

Threated
1. Adanya tuntutan pasien sebagai 0,5 5 2,5
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional dan
bermutu
2. Meningkatkan status pelayanan 0,5 5 2,5
O-T
menyebabkan peningkatan mutu 5-5=0

58
atau kemampuan dari tenaga
keperawatan
Total
1 10 5

G. Discharge Planning
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Semua tenaga perawat paham
tentang perencanaan pulang atau 0,5 5 2,5
discharge planning
2. Adanya pemberian KIE kepada
pasien dan keluarga saat pasien
akan pulang 0,5 5 2,5
Total

59
Weakness 1 10 5
1. Kurang efektifnya discharge
planning karena perawat tidak
memberikan leaflet atau brosur
untuk dibawa pulang oleh pasien 0,3 2 0,6
2. Tidak semua komponen discharge
planning disampaikan kepada pasien
3. Kegiatan KIE pada pasien dan
keluarga selama dirawat dan 0,3 4 1,2
S-W
persiapan pulang hanya dilakukan 5-3,2=
1,8
secara lisan. 0,4 4 1,6
Total

1 3,2
Eksternal Faktor (EFAS) 10
Opportunitty
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang
5
praktek manajemen 0,3 1,5
2. Adanya kerjasama yang baik antara

60
mahasiswa keperawatan dengan
petugas di ruangan 0,4 5 2
3. Adanya kemauan pasien dan
keluarga terhadap anjuran petugas
Total 0,3 5 1,5

Threated 1 15 5
1. Adanya tuntutan dari masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan
professional 4
0,3 1,2
2. Persaingan antar RS yang semakin
ketat
3. Makin tingginya kesadaran 2
0,4 0,8
masyarakat akan pentingnya
Kesehatan
O-T
Total 0,3 4
1,2 5-3,2=
1,8
H. Dokumentasi
3,2
Internal Faktor (IFAS) 1 10

61
Strength
1. Sudah ada sistem dokumentasi
berdasarkan SOAP dan administrasi
penunjang
2. Sudah terdapat form baku dari RS 0,2 5 1
untuk dokumentasi asuhan
3. Adanya kemauan perawat
melaksanakan pendokumentasian 0,2 5 1
4. Petugas mengerti cara pengsisian
format dokumentasi yang 0,2 5 1
digunakan ruangan
5. Petugas melakukan dokumentasi 0,2 5 1
segera setelah melakukan Tindakan

Total 0,1 5 0,5

Weakness 1 25 4,8
1. –

62
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunitty
1. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dan perawat ruangan
2. Terbukanya kesempatan untuk 0,5 5 2,5
melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih Tinggi 0,5 5 2,5
Total

S-W
Threated 1 10 5
4,8-0=
1. Adanya tuntutan terhadap aspek 4,8
legal terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan 0,5 5 2,5
2. Adanya tuntutan dari masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang
lebih profesional 0,5 4 2
O-T
Total 5-4,5=
0,5

1 9 4,5

63
C. Diagram Layang

KETERANGAN:
M1 : Ketenagaan
M2 : Sarana Prasarana
M3 : MPKP
R : Ronde
SO : Sentralisasi Obat
TT : Timbang Terima
DP : Discharge Planning
S : Supervisi
DK : Dokumentasi

64
1. D. Prioritas Masalah

Prioritas masalah dibuat berdasarkan analisis SWOT sehingga didapatkan


prioritas sebagai berikut :
Prioritas Masalah Berdasarkan Analisis SWOT
no Masalah Skor anali Prioritas Kondisi
IFAS EFAS
1 RR (Ronde Keperawatan) 0 0 Pertama progressive
2 SO (Sentralisasi Obat) 0,5 0 Kedua progressive
3 TT (Timbang Terima) 0,8 0,5 Ketiga progressive
4 M1( ketenagaan) 1,1 0,45 Keempat progressive
5 M3 (MPKP) 2 0 Kelima agressive
6 DP (Discharge planning) 1,8 1,8 Keenam agressive
7 M2 (Sarana Prasarana) 5 0 Ketuju agressive
8 SV (supervisi) 2,6 0 Kedelapan agressive
9 DK (Dokumentasi) 4,8 0,5 Kesembilan agressive

65
BAB IV

PERENCANAAN ATAU RENCANA STRATEGI

A. Penataan Ketenagaan
Dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan serta
untuk mendapatkan pengalaman dalam menerapkan manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka, maka kelompok mahasiswa
membuat tim kerja sebagai berikut:
Ketua : Putu Maylin Adnyana Dewi
Penanggung Jawab MPKP : Ni Made Dina Ardiyanti
Sekretaris : Ni Putu Mas Satryasih
Bendahara : Kadek Riana Anggarayani
Anggota : I Gst Ngurah Agung Indra Dharma Arta
Luh Rapini
Sang Ayu Made Diah Sandra
Ni Kadek Ayu Mita Asari
Putu Awanda Aryadipta
Ni Putu Karunia Jayanti
Ni Ketut Vina Virgiana Rahayu Ning Sari
I Putu Agung Riski Alexander
Susunan kepanitiaan ini bersifat permanen selama praktek
manajemen keperawatan dan berfungsi menentukan kebijakan-
kebijakan internal seputar teknis penyelenggaraan kegiatan
manajemen yang bersifat umum. Untuk selanjutnya, dalam
pengelolaan ruang rawat, maka diselenggarakan pengorganisasian
dengan pembagian peran yaitu sebagai kepala ruangan, perawat primer
dan perawat associate.
B. Perencanaan MPKP
1. Kajian Teori
Metode praktek keperawatan profesional merupakan salah satu
metode praktik keperawatan profesional, dimana memungkinkan

66
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan
keperawatan tersebut.
Ada 5 metode praktek keperawatan professional :
a) Fungsional
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat.
1) DefInisi metode fungsional
Metode fungsional merupakan metode yang
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan yang
merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan
yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama (ada
saat perang dunia kedua). Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di
bangsal.
2) Keuntungan metode fungsional
(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik
(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
(c) Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan
atau belum berpengalaman
(d) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga
yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang
sederhana.

67
(e) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff
atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan
tertentu.
3) Kelemahan metode fungsional
(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
perawat
(b) Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
(c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja
(d) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
(e) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
(f) Pelayanan terputus-putus
(g) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
b) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-
3 tim yang terdiri atas tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah memberikan asuhan
yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim :
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komfrehesif.
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4) Tercipta kerja sama yang baik.
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:

68
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
4) Akuntabilitas dalam tim kabur.
c) Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat perawat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda setiap shift.
Kekurangan metode kasus :
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat
yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan
secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
d) MPKP Modifikasi
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara
metode penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode

69
ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang
sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan
sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
atau terpecah pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat
ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah
lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Namun
jumlah tersebut harus disesuaikan dengan kondisi ruangan.
Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini
diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan
kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga
Ners, Perawat Associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan
perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3 orang)
dan SPK (18 orang).
Keuntungan metode primer modifikasi :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik
mudah di atasi dan memberikan kepuasaan pada anggota tim
4) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
5) Bersifat kontunuitas dan komprehensif

70
Struktur: Proses:
1. Jumlah Tenaga
Keperawatan Primer
2. Jenis Tenaga
3. Standar Tenaga

Hubungan Perawat

Tanggung Jawab, Berkesinambungan dan tanggung


gugat

Nilai-nilai professional

6) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan


memungkinkan pengembangan diri
7) Mendorong kemandirian perawat
8) Ada keterikatan pasien dan perawat
selama dirawat
Kelemahan metode primer modifikasi
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim
4) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
5) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
6) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
Bagan 4.1 Pengembangan Dan Struktur Organisasi MPKP
Sumber : Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan
Profesional di Rumah Sakit
2. Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada
ruangan metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan

71
adalah metode keperawatan tim, namun pelaksanaannya kurang
optimal karena keterbatasan tenaga keperawatan dan tingkat
pendidikan yang dimiliki. Adanya resiko juga dalam
ketergantungan perawat terhadap perawat yang lebih
berpengalaman dan juga resiko terfragmentasinya pasien ke dalam
beberapa tim. Pada ruanagn dua orang katim telah berprofesi Ners.
Setiap kelompok tim dan setiap perawat dalam kelompok tersebut
juga wajib bertanggung jawab secara penuh atas asuhan
keperawatan yang diberikan selama 24 jam. Dengan demikian,
dalam tugas keperawatan manajemen ini kelompok akan mencoba
menerapkan MPKP metode mofikasi yang mana dalam satu ruang
rawat terdapat beberapa jenis tenaga meliputi Kepala Ruangan
Rawat, Perawat Primer (PP) dan Perawat Assosiate (PA).

Kepala

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada


MPKP
Sumber: Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek
Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
3. Tujuan
a) Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional dengan metode modifikasi di Ruang Cempaka RSU

72
Bangli
b) Tujuan khusus
Setelah menerapkan MPKP, mahasiswa mampu:
1) Mengatur kebutuhan tenaga perawat
2) Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan sesuai MPKP
3) Melakukan sistem pendokumentasian yang tepat, efektif dan
efisien.
4) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme
5) Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat
dengan tim kesehatan yang lain.
4. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Made Dina Ardiyanti
5. Pelaksanaan
MPKP dilaksanakan di Ruang Cempaka RSU Bangli mulai tanggal
31 sampai dengan tanggal 6 Juni 2021.
6. Rencana strategis
a) Mendiskusikan bersama dengan staf perawat di Ruang Cempaka
mengenai bentuk dan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dilaksanakan.
b) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat. Selama
berlangsungnya praktek manajemen keperawatan ini, mahasiswa
mengelola Ruang Cempaka. Pembagian peran anggota
kelompok I yang terdiri atas 6 orang meliputi: 1 orang bertugas
sebagai kepala ruangan, 1 orang sebagai perawat primer, 4 orang
sebagai perawat associate yang dibagi menjadi 3 shift.
Pergantian peran dilakukan setiap hari. Pelaksanaan MPKP oleh
mahasiswa juga akan diikuti oleh penilaian tingkat kepuasan
pasien dengan membandingkan antara sebelum dan setelah
pelaksanaan MPKP.
c) Melakukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.

73
d) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat
dan memodifikasi kebutuhan tenaga perawat di Ruang
Cempaka.
e) Menerapkan model MPKP bersama staf perawat di Ruang
Cempaka sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
7. Kriteria Evaluasi
a) Struktu Model Praktik Keperawatan Profesional dilaksanakan di
Ruang Cempaka dikonsulkan terlebih dahulu dengan
pembimbing akademik dan dengan persetujuan dari pembimbing
ruangan.
b) Proses
Selama pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional
Keperawatan di Ruang Cempaka berjalan sesuai dengan rencana
yaitu setiap hari 1 orang bertugas sebagai kepala ruangan, 1
orang bertugas sebagai PP, dan 4 orang bertugas sebagai PA
yang dibagi kedalam 3 shift.
c) Hasil
Diharapkan pemahaman mahasiswa dan perawat Ruang
Cempaka tentang MPKP meningkat dengan hasil peningkatan
kepuasan pasien.
8. Uraian Tugas
a) Uraian tugas kepala ruangan meliputi:
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan askep baik
langsung maupun tidak langsung.
2) Bertanggung jawab pada semua PP dan PA termasuk dalam
pembuatan jadwal dinas.
3) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan MPKP meliputi
timbang terima, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi
askep dan discharge planning.
b) Uraian tugas perawat primer meliputi:
1) Melakukan pengkajian data secara komprehensif,

74
menetapkan diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
secara definitive, melakukan modifikasi tindakan
keperawatan, serta melakukan evaluasi keperawatan sesuai
tujuan.
2) Menerima konsultasi pasien yang menjadi tanggung
jawabnya selama 24 jam penuh.
3) Menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
4) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA
dibawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (pre
conference)
5) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP.
7) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA
sesuai timnya.
8) Membuat perencanaan pulang.
c) Uraian tugas perawat associate meliputi:
1) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang dibuat PP
2) Memantau respon pasien setelah dilakukan tindakan
3) Melaporkan masalah baru (konsultasi dengan PP, mencatat dan
melaksanakan instruksi PP).
4) Mencatat perkembangan keperawatan pasien dengan format
SOAP.

5) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien


yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan
PP.
9. Persiapan Penyelenggaraan MPKP
a) Ketenagaan dan sarana prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting

75
dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan professional,
dimana sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Sarana
dan prasarana mempunyai fungsi sebagai pendukung atau
penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan sehingga
diperoleh tujuan pelayanan keperawatan yang efisien dan
efektif.
Ketenagaan merupakan hal yang penting mengingat yang
berada di sisi klien adalah perawat. Baik buruknya pelayanan
keperawatan yang diberikan akan mencerminkan kualitas
pelayanan suatu rumah sakit.
1) Tujuan:
Mahasiswa mampu mengetahui jumlah tenaga perawat yang
diperlukan yang tergantung dari jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien.
2) Deskripsi:
Manfaat dari adanya ketenagaan keperawatan yang
seimbang dengan jumlah pasien dan adanya sarana
prasarana yang menunjang merupakan faktor yang
mendukung terselenggaranya model asuhan keperawatan
professional, dimana akan tercapainya suatu tujuan bersama
antara perawat dengan pasien.
C. Timbang Terima
Timbang terima profesionalisme dalam pelayanan keperawatan
dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat,
terutama peran dan komunikasi yang efektif antar perawat maupun
dengan tim kesehatan lain saat pergantian shift (timbang terima
pasien).
Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara
menyampaikan laporan, dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan

76
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat ini. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat
primer kepada perawat primer pada shift berikutnya secara tertulis dan
lisan.
1. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengkomunikasikan keadaan pasien dan
informasi yang penting.
b) Tujuan Khusus
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien.
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam
asuhan keperawatan pada pasien.
(3) Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang
masih ada dan yang
(4) sudah terselesaikan.
(5) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh shift berikutnya.
(6) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2. Manfaat Timbang terima Bagi Perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .
b) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan tanggung jawab antara
perawat
c) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna Bagi pasien
a) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.
3. Prosedur Timbang terima
Tabel 4.2 Prosedur Timbang Terima

77
WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA
5 menit Persiapan 1. Kelompok dinas sudah Nurse PP, PA
siap dan berkumpul di Station
Nurse Station
2. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.

78
20 menit Pelaksanaan
1. PP menyampaikan timbang Ners KARU, PP,
terima pada PP berikutnya, Station PA
hal yang perlu disampaikan dan Ruang
dalam timbang terima: Pasien
 Jumlah pasiean
 Identitas klien dan
diagnosa medis
 Data
(keluhan/subyektif dan
obyektif)
 Masalah keperawatan
yang masih muncul
 Intervensi keperawatan

79
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
 Intervensi kolaboratif
dan dependen
 Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang dll)
2. Perawat yang
melakukan timbang
terima dapat
melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas
3. Kepala ruangan/ PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
4. Sedapatnya
mengupayakan
penyampaian yang
jelas singkat dan padat
5. Setelah semua laporan
dimengerti, lanjutkan
dengan timbang terima

80
perawatan.
6. Timbang terima
dilakukan oleh PP/ PA
jika PP tidak ada.
a. Ucapkan salam
“Selamat
pagi/siang/malam”
b. Tanyakan kondisi/
perasaan pasien
c. Perkenalkan perawat
yang akan bertugas
d. Validasi hal-hal
penting atau perlu
penekanan dari
pelaksanaan asuhan.
e. PP Melakukan
klarifikasi. Cross cek
bila perlu.
f. Akhiri dengan salam
pamit ke pasien
g. Setelah selesai timbang
terima langsung,
pimpinan timbang
terima mengakhiri
timbang terima
 Tanyakan kepada
petugas jaga
sebelumnya, adakah
hal-hal lain yang ingin
disampaikan perihal
pasien maupun kondisi

81
ruangan secara umum
 Tanyakan kepada PP

4. Evaluasi
a) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang
menunjang telah tersedia antara lain: catatan timbang terima,
status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan
selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian shift yaitu malam ke pagi dan shift pagi ke sore.
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin
oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
 Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke
pagi dan pagi ke
sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun
yang akan mengganti shift.
 Perawat primer mengoperkan ke perawat assosiate
berikutnya yang akan mengganti shift.
 Timbang terima pertama dilakukan di ners station.
 Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan dan pesan khusus. Setiap pasien tidak
lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
 Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka
kedua PP menandatangani laporan timbang terima dengan
diketahui oleh kepala ruangan.
c) Hasil

82
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Setelah proses
timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh
kepala ruangan.

Bagan 4.3 Alur Timbang Terima

5. Penanggung Jawab: Kadek Riana Anggarayani


6. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai
minggu ke-2 praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang
Cempaka.
7. Rencana Strategi
a) Menyusun alur timbang terima bersama-sama dengan perawat
ruangan.

83
b) Menyusun materi timbang terima.
c) Membuat format timbang terima dan juknis.
d) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan
dan staf keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil timbang terima penderita.

D. Supervisi
Supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manajer
berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
1) Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas.
2) Prinsip Supervisi
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip menajemen dan kepemimpinan
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
dinyatakan melalui petujuk, peraturan, uraian tugas dan
standar.
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi
antara supervisor dan perawat pelaksana. Supervisi
merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
e) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motifasi.

3) Pelaksanaan Supervisi
a) Kepala Ruangan

84
(1) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang perawatan
(2) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanankesehatan di rumah sakit
(3) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan
praktek keperawatan di ruang keperawatan.
b) Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada
kepala ruangan yang ada di instalasiya.
c) Kepala seksi perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
4) Langkah-langkah supervisi
a) Pra supervisi
(1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
(2) Supervisor menetapkan tujuan
b) Supervisi
(1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur
atau instrument yang telah disiapankan
(2) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan
(3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan
(4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
menvalidasi data sekunder
c) Pasca supervisi
(1) Supervisor memberkan supervise (F-Fair)
(2) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
(3) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan
5) Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan

85
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manejemen sumber daya yang tersedia.
6) Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam
kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor
(2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk
(3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
(4) Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Peran kepala
ruangan, PP dan PA dalam MPKP adalah:
(1) Peran Kepala Ruangan (KaRu)
(a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat associate
(d) Evaluasi kerja

86
(e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan
staff
(2) Peran Perawat Primer (PP)
(a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
(b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain
(e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
(f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
(g) Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social, kontrak
dengan lembagasosial di masyarakat
(h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
(3) Peran Perawat Associate (PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah disusun oleh PP

Alur Supervisi

Ka Bid Perawatan

87
KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan Ka Ru


tujuan serta instrumen/ alat
ukur supervisi

PP1
PP 2

menilai kinerja supervisi


perawat
PA1 PA 2

1) Feedback Kualitas
2) Penyampaian Pelayanan
penilaian (fair) Meningkat
3) Follow up,
pemecahan masalah
dan reward

Bagan 4.6 Alur Supervisi

Keterangan:
Kegiatan Supervisi
Delegasi dan Supervisi

7) Tujuan

88
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat ruangan mampu
mengaplikasikan peran supervisor keperawatan.
b) Tujuan Khusus
(1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dan staff perawat ruangan dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan.
(2) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(3) Meningkatkan kinerja perawat/bidan dalam memberikan
asuhan keperawatan/kebidanan
8) Pengorganisasian
Penanggung Jawab: Sang Ayu Made Diah Sandra
9) Pelaksanaan
Supervisi dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai tanggal
31 Mei 2021
10) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep supervisi keperawatan
b) Menetapkan materi supervisi keperawatan
c) Membuat format supervisi keperawatan
d) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama
dengan kepala ruangan dan staff keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

E. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan
melibatkan pasien untuk membahas dan melakukan asuhan
keperawatan. Ronde keperawatan akan memberikan media bagi
perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien
serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan

89
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
kedalam praktek keperawatan.
1. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menyelesaikan
masalah melalui pendekatan berfikir kritis.
b) Tujuan Khusus
(1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan ilmiah.
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
(3) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang sesuai dengan masalah klien.
(5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
c) Manfaat ronde Keperawatan

(1) Masalah pasien dapat teratasi


(2) Kebutuhan pasien terpenuhi
(3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
(4) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
(5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
d) Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
(1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
(2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e) Kriteria Evaluasi
(1) Struktur

90
(a) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan
lainnya)
(b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde
(c) Persiapan dilakukan sebelumnya
(2) Proses
(a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde
sesuai peran yang telah ditentukan
(3) Hasil
(a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
(b) Masalah pasien teratasi
(4) Perawat dapat :
(a) Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
(b) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
(c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
(e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
(f) Meningkatkan kemampuanmemodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

f) Tahapan Ronde

91
Bagan 4.4 Tahapan Ronde Keperawatan
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
a) Pra Ronde
(1) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak
teratasi dan masalah yang langka)
(2) Menentukan tim ronde

92
(3) Mencari sumber dan literature
(4) Membuat proposal
(5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan
pengkajian
(6) Diskusi apa diagnosis keperawatan? Apa data yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan ? dan Apa hambatan yang ditemukan
selama perawatan?
b) Pelaksanaan Ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih
prioritas yang perlu didiskusikan
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang akan dilakukan
c) Pasca Ronde
(1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya
d) Peran masing – masing anggota tim
(1) Peran perawat primer dan Perawat Associate
 Menjelaskan data pasien yang mendukung
masalah pasien
 Menjelaskan diagnosa keperawatan
 Menjelaskan intervensi yang dilakukan
 Menjelaskan hasil yang didapat
 Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan
yang diambil
 Menggali masalah pasien yang belum terkaji
(2) Peran Perawat Konselor

93
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Memvalidasi kebenaran dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah
dipelajari

e) Pengorganisasian
Penanggung jawab: I Gusti Ngurah Agung Indra
Dharma Arta
g) Pelaksanaan
Ronde keperawatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal
dinas mulai minggu ke-2
h) Rencana Strategi
(1) Menentukan penderita yang akan dijadikan subjek
ronde keperawatan
(2) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan
digunakan.
(3) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde
keperawatan yang akan digunakan.
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde
keperawatan termasuk menghubungi pihak-pihak
terkait dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
(5) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama
kepala ruangan dan staf keperawatan.
(6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan ronde
keperawatan

F. Sentralisasi obat

94
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan pada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat. Di ruang Cempaka sentralisasi obat telah dilaksanakan.
Pemberian obat oral ke pasien biasanya menggunakan plastik klip.
1. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat Ruang Cempaka mampu
menerapkan pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
b) Tujuan khusus
(1) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 6B+1W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
(2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dalam penerapan Prinsip 6B+1W.
(3) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
(5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapi.
2. Peran:
Perawat Primer dan Perawat Associate
(a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
(b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(c) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
(d) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
therapy Perawat Primer lain dan Supervisor
(a) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
(b) Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy

95
(c) Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
3. Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
(c) Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat
(d) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
(e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya
dan akan membuang atau lupa minum
(f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah kadarluasa
(g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
(h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas
(i) Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
4. Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
(a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk
(b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
5. Penerimaan obat:
(a) Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dan menerima lembar terima obat
(b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan obat dalam kartu control dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku obat
(c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat

96
yang harus diminum serta kartu sediaan obat
(d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
6. Pembagian obat
(a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
(b) Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat
(c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
(d) Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat
7. Penambahan obat baru
(a) Bilamana terdapat penambahan/ perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
(b) Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
8. Obat khusus
(a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu
(b) Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
(c) Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung

97
jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian

(d) Menyimpan penyediaan obat


(e) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah
obat dan menulis etiket dan alamat pasien
(f) Sistem kartu persediaan
(g) Lemari obat

DOKTER

PENDEKATAN
KELUARGA PERAWAT
/PASIEN

FARMASI/APOTIK

PASIEN/KELUARGA
Surat persetujuan
sentralisasi obat
Lembar serah terima obat
KARU/PP/PERAWAT
YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT
Keterangan :
: Garis komando

PASIEN/KELUARGA
Bagan 4. 5 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

98
9. Pengorganisasian
Penanggung jawab: Putu Maylinda Adnyana Dewi
10. Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat mulai dilaksanakan mulai minggu ke-2
selama praktik profesi manajemen keperawatan Ners di Ruang
Cempaka RSU Bangli.
11. Rencana Strategi
a) Menyusun format sentralisasi obat
b) Melaksanakan pengelolaan sentralisasi obat pasien Ruang
Cempaka
c) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan obat
12. Kriteria Evaluasi
a) Struktur:
Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
(1) Menyiapkan format sentralisasi obat
b) Proses
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan sesuai dengan
ruangan yang telah ditentukan dan pasien yang telah
menyetujui informed consent untuk dilakukan sentralisasi.
(2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.
c) Hasil
(1) Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
(sebagian besar pasien mengungkapkan lebih senang obat
dikelola perawat).
(2) Obat dapat diberikan secara tepat dan benar (sesuai prinsip
6 B dan 1 W) serta perawat mudah mengontrol pemberian
obat

G. Discharge Planning

99
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan proses
yang terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditunjukkan.
Discharge Planning keperawatan atau yang sering disebut dengan
keperawatan berkelanjutan, dimana perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien harus diberikan dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
berisiko terhadap bertahannya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi
fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik dan
terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna
untuk proses keperawatan dirumah. Tujuan discharge planning adalah
memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan pengobatan
yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk melakukan control
kembali.
Perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang penting
dalam keberhasilan asuhan keperawatan pasien rawat inap karena
informasi yang diberikan sebelum pasien pulang merupakan bekal yang
sangat berharga bagi pasien dan keluarganya. Informasi yang tidak
adekuat sebelum pasien pulang dapat menyebabkan pasien dan
keluarganya melakukan tindakan yang kurang tepat akibat kurang
informasi.
Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
1. PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan yang
masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, waktu
dan tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang dan hal- hal
yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
2. Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga memberikan
kartu discharge planning dan leaflet yang berisi penjelasan yang
diberikan.
3. Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning
maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge

100
planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning
dari perawat.

Tim Kesehatan : PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat ketergantungan

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain- lain


administrasi Program HE:
Diit
Obat-obatan
Aktivitas dan istirahat
Perawatanluka
Rencanakontrol

Monitoring

Bagan 4.7 Alur Discharge Planning

Keterangan:
Tugas Kepala Ruangan: Menentukan
estimasi lama perawatan Tugas Perawat
Primer :
1) Menerima pasien baru
2) Membuat rencana discharge planning

101
3) Membuat leaflet
4) Memberikan konseling
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah diberikan praktik manajemen keperawatan
diharapkan Ruang Cempaka mampu menerapkan
discharge planning secara optimal.
b) Tujuan Khusus
(1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
(2) Mengidentifikasi masalah pasien.
(3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
(4) Membuat perencanaan pasien pulang yaitu
mengajarkan pada pasien yang dilakukan dan
dihindari selama di rumah.
(5) Melakukan evaluasi pasien selama diberikan
penyuluhan.
(6) Mendokumentasikan.
2) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Luh Rapini
3) Pelaksanaan
Discharge planning dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas di
Ruang Cempaka mulai tanggal 31 Mei 2021.
4) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep discharge planning.
b) Menentukan materi discharge planning
c) Menyiapkan format discharge planning, kartu kontrol, kartu
obat.
d) Melaksanakan discharge planning bersama dengan perawat
ruangan

102
H. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan professional,
karena mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi, aspek hukum,
jaminan mutu pendidikan/penelitian dan akreditasi. Kelompok
memilih mendokumentasikan model ini aplikatif dan efektif
karena sudah tampak adanya masalah keperawatan.
Secara garis besar model pendokumentasian ini terdiri dari
format pengkajian, format problem, intervensi dan evaluasi dalam
satu lembar. Setiap pasien dilakukan pengkajian oleh perawat
primer kemudian dilakukan analisis dan ditegakkan diagnosa
keperawatan. Selanjutnya intervensi keperawatan ditulis sesuai
dengan format SAK yang ada. Format cetakan keperawatan diisi
oleh perawat primer, sedangkan hasil observasi, vital sign,
pemberian obat ditulis di lembar observasi oleh perawat associate.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staff perawat di ruang Cempaka
mampu menerapkan sistem dokumentasi keperawatan
model PIE (Problem-Intervention- Evaluation) dengan
benar di Ruang Cempaka.
b) Tujuan Khusus
(1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan
(2) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
(3) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
(4) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
(5) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
(6) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
(7) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
(8) Mendokumentasikan HE (Health Education)
melalui kegiatan perencanaan pulang.

103
(9) Mendokumentasikan timbang terima
(10) Mendokumentasikan kegiatan supervisi
(11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus
melalui ronde keperawatan.
c) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Mita Asari
d) Pelaksanaan
Pendokumentasian keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan jadwal dinas di Ruang Cempaka mulai tanggal
31 Mei 2021 -6 Juni 2021.
e) Rencana Strategi
(1) Menyusun format pengkajian model ROS (Review Of
Sistem)
(2) Mendiskusikan bersama staf perawat Ruang
Cempaka mengenai format pengakajian dan
pendokumentasian yang telah dibuat sesuai dengan
10 diagnosa keperawatan yang sering dijumpai di
Ruang Cempaka.
(3) Membuat SAK terdiri dari 10 diagnosa keperawatan
yang sering dijumpai di Ruang Cempaka.
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pengisian form dokumentasi
keperawatan
(5) Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
(6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan
f) Evaluasi
(1) Struktur
(a) Kegiatan dokumentasi keperawatan dilaksanakan di Ruang
Cempaka.
(b) Persiapan dilakukan sebelumnya dengan persetujuan
pembimbing
(2) Proses

104
(a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan
tingkah laku pasien
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan diambil
tindakan selanjutnya
(d) Evaluasi melibatkan keluarga dan tim kesehatan lainnya
(e) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai
dan standar praktek keperawatan)
(3) Hasil
(a) Setiap tindakan keperawatan terdokumentasi dengan baik
(b) Setiap hasil tindakan dapat mudah dievaluasi sesuai dengan
standar (tujuan yang ingin di capai dan standar praktik
keperawatan)
(c) Pendokumentasian ruangan berjalan sistematis
(d) Privasi dan keselamatan klien dan perawat terjaga.

105
BAB V

PELAKSANAAN

Pada bab ini akan diuraikan aplikasi Model Praktik Keperawatan


Profesional (MPKP) Modifikasi yang dilaksanakan dalam praktek manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka RSU Bangli pada tanggal 07 Juni sampai dengan
13 Juni 2021. Pelaksanaan MPKP Modifikasi ditekankan pada komponen utama,
yaitu : (1) Penataan tenaga keperawatan, (2) Sistem MPKP Modifikasi, (3)
Timbang Terima, (4) Sentralisasi Obat, (5) Discharge Planning, (6) Supervisi, (7)
Ronde Keperawatan, (8) Dokumentasi Keperawatan.

A. Penataan Ketenagaan Keperawatan


1. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan kelompok adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan buku catatan harian mengenai jumlah penderita
setiap hari serta tingkat ketergantungannya.
b. Menyiapkan format klasifikasi dan kriteria tingkat
ketergantungan penderita berdasarkan metode Douglas
(terlampir).
c. Menyiapkan konsep perhitungan kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
2. Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data mengenai jumlah pasien serta tingkat
ketergantungan pada pagi, siang, dan malam mulai minggu
kedua sampai minggu ketiga.
b. Melakukan tabulasi data dan melaksanakan perhitungan
jumlah kebutuhan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien (terlampir).
c. Melakukan perhitungan jumlah tenaga yang bertugas dalam
sehari pada shift pagi, siang, dan malam.
Kebutuhan perawat per hari =

106
2 + 1 + 1 = 4 orang Libur = 1 orang
Kepala Ruangan = 1 orang +
= 6 orang

TANGGAL
NO NAMA MAHASISWA NIM
7 8 9 10 11 12 13
1 Ni Made Dina Ardiyanti 2014901072 P P P P P P P

2 Igst Ngurah Agung Indra 2014901079 P P P P P P P


Dharma Arta
3 Putu Maylin Adnyana 2014901090 P P P P P P P
Dewi
4 Sang Ayu Made Diah Sandra 2014901141 P P P P P P P

5 Ni Putu Mas Satry Asih 2014901160 P P P P P P P

6 Kadek Riana Anggarayani 2014901170 P P P P P P P

Gambar 5.1 Jadwal Dinas Mahasiswa ITEKES BALI di Ruang Cempaka

RSU Bangli

3. Hambatan
Kelompok mengalami hambatan pada pelaksanakan praktek keperawatan
manajemen yaitu hanya sebagian kelompok (6 orang) terjun kelapangan
dan sebagian secara daring/online
4. Dukungan
Kepala ruangan dan perawat ruangan memfasilitasi kebutuhan
yang diperlukan serta memberikan masukan, saran yang bersifat
positif saat mahasiswa melakukan praktik manajemen
keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan.

B. Model Praktek Keperawatan Profesional


1. Persiapan
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapkan
model praktik keperawatan professional. Adapun bagan model
pemberian asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

107
Kepala Ruangan

Perawat Primer

Perawat Associate

Bagan 5.1 Model


Praktek Keperawatan
Profesional
2. Pelaksanaan
Penerapan model praktik keperawatan professional modifikasi
dilaksanakan selama 1 minggu pada minggu kedua mulai tanggal 7 s/d 13
Juni 2021. Masing-masing anggota kelompok berperan sebagai Kepala
Ruangan, PP, PA yang terbagi menjadi 3 shift, yaitu pagi (jadwal dinas
terlampir).
Pada minggu kedua Hari Senin tanggal 7 Mei 2021 dilakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan MPKP Modifikasi dengan hasil pasien
yang kita kelola menyatakan puas terhadap pelayanan yang kita berikan.

Gambar 5.2 Struktur Organisasi Praktek


Manajemen Keperawatan Profesi Ners ITEKES
BALI Mei 2021
KEPALA RUANGAN
Ni Made Dina
Ardiyanti

PERAWAT PRIMER
1. Igst Ngurah Agung Indra Dharma Arta
2. Putu Maylin Adnyana Dewi
3. Sang Ayu Made Diah Sandra
3. Hambatan4.
PERAWAT ASSOCIATE
1. Ni Putu Mas Satry Asih
2. Kadek Riana Anggarayani
108
Pada minggu awal pelaksanaan MPKP di Ruang Cempaka RSU
Bangli ditemukan beberapa hambatan, antara lain :
a. Adanya pergantian peran setiap harinya pada mahasiswa menyebabkan
kurang maksimalnya peran yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan
b. Tingkat adaptasi mahasiswa terhadap peran bervariasi
c. Kasus kelolaan mahasiswa yang cukup variatif
Namun pada minggu selanjutnya hambatan tersebut dapat diminimalisir
oleh kelompok dengan bantuan pembimbing akademik, kepala ruangan
dan perawat Ruang Cempaka.
4. Dukungan
Kepala ruangan dan perawat memberikan kesempatan dan dukungan
kepada mahasiswa untuk praktik manajemen dalam mengaplikasikan
peran pada penerapan model praktik keperawatan professional
C. Timbang Terima
1. Persiapan
Persiapan timbang terima dilaksanakan pada minggu kedua.
Persiapan yang dilakukan antara lain:
a. Menentukan penanggung jawab timbang terima.
b. Menyusun format timbang terima keperawatan serta petunjuk teknis
pengisiannya.
c. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima.
2. Pelaksanaan
Timbang Terima adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melakukan asuhan keperawatan. Timbang
Terima akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian

109
konsep teori kedalam praktek keperawatan.
Pelaksanaan Timbang Terima dilaksanakan secara penuh pada
minggu ke dua dan ketiga saat rotasi dinas pagi. Dilakukan pada
pergantian shift pagi pada pukul 07.30 Wita. Untuk mendapatkan persepsi
yang sama dan peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap mengenai
pelaksanaan timbang terima yang benar, kelompok telah mempraktikkan
timbang terima setiap pergantian shift jaga yang dibimbing dan diarahkan
oleh pembimbing oleh ruang cempaka. Adapun alur pelaksanaannya
dimulai pada nurse station dimana PP/PA yang bertugas pada shift itu
menyampaikan jumlah pasien, identitas klien, diagnose medis, data
(keluhan subjektif/objektif), masalah keperawatan yang masih muncul,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan serta pesan-pesan khusus/ hal-hal penting,
setelah semua laporan dimengerti dengan jelas, lanjutkan dengan timbang
terima pasien ke tempat perawatan dimana waktu untuk timbang terima
setiap pasien tidak lebih dari 5 menit. Kemudian kembali ke nurse station
untuk klarifikasi dan akhirnya penandatanganan timbang terima oleh PP
antar shift dan penyerahan status.
3. Hambatan
Selama pelaksanaan timbang terima tidak ada hambatan yang berarti
karena adanya koordinasi yang baik antara anggota kelompok yang
berperan. Serta adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antara
perawat Ruang Cempaka dengan mahasiswanya serta antara mahasiswa
dengan pasien.
4. Dukungan
Ruangan mendukung dan mengikuti proses timbang terima saat
mahasiswa melakukan kegiatan timbang terima keperawatan. Pembimbing
klinik dan pembimbing akademik memberikan asuhan dalam pelaksanaan
timbang terima keperawatan sehingga timbang terima berlangsung dengan
lancar.

110
D. Sentralisasi Obat
1. Persiapan
a. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
b. Menyiapkan sarana dan prasarana sentralisasi obat yaitu tempat obat,
kotak penyimpanan obat, lembar informed consent, format penyerahan
obat antara keluarga dan perawat, buku obat, dan daftar pemberian obat
c. Mengadakan pendekatan dengan pasien dan keluarga mengenai rencana
pelaksanaan sentralisasi obat, menjelaskan tujuan dan manfaat
sentralisasi obat kepada pasien dan keluarga, meminta persetujuan
pasien dan keluarga.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai dari minggu kedua sampai
dengan minggu ketiga yaitu tanggal 7- 13 Juni 2021.
Kegiatan sentralisasi obat dapat terlaksana sesuai dengan alur yang
telah dibuat. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat sentralisasi obat
salah satunya adalah:
a. PP merencanakan kegiatan untuk sentralisasi obat pada pasien “Ny.S”
dengan Ca Mamae kemudian rencana tersebut diajukan kepada kepala
ruangan.
b. PP memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien tentang
manfaat, tujuan, dan pelaksanaan sentralisasi obat. Setelah keluarga dan
pasien mengerti, PP meminta persetujuan pasien dan keluarga dengan
menandatangani informed consent jika pasien dan keluarga setuju.

c. PP bertugas menulis pada format serah terima obat yang ditandatangani


oleh kedua belah pihak: nama pasien, umur, nomor register, ruangan,
nama obat, dosis obat, dan jumlah obat, tanda tangan yang
menyerahkan dan yang menerima, keterangan dalam daftar pemberian
obat. Kemudian obat dicatat dalam buku penerimaan obat. Selanjutnya
keluarga atau pasien mendapat penjelasan tentang kapan/bilamana obat
tersebut akan habis.
d. PP menyiapkan obat kepada PA untuk diberikan kepada pasien pukul

111
11.00 wita dan PP mencatat dalam daftar pemberian obat.
3. Obat oral disimpan pada rak, obat injeksi dan cairan infus disimpan pada
kotak sesuai nama pasien. Selama pelaksanaan semua pasien kelolaan
Ruang Cempaka RSU Bangli menyetujui dilaksanakannya sentralisasi
obat.
4. Hambatan
Hambatan yang dialami selama pelaksanaan sentralisasi obat adalah
pada minggu pertama pelaksanaannya mahasiswa masih kebingungan
dengan cara pengisian format sentralisasi obat dan pelaksanaannya
sehingga sentralisasi obat berjalan sedikit kacau, tetapi seiring dengan
berjalannya waktu mahasiswa menjadi terbiasa menjalankan sentralisasi
obat dan pada akhirnya kegiatan sentralisasi obat dapat berjalan dengan
lancar.
5. Dukungan
Adanya dukungan, kerjasama, komunikasi, serta koordinasi yang
baik antara kelompok dengan keluarga pasien dan perawat Ruang
Cempaka mengakibatkan proses sentralisasi dapat berjalan dengan lancar.
E. Discharge Planning
1. Persiapan
a. Ditunjuk penanggung jawab Disharge Planning
b. Penanggung jawab menyusun format discharge planning, kartu
discharge planning, dan leaflet sesuai dengan kasus.
c. Menyiapkan kasus kelolaan yang akan dilakukan discharge planning
d. Mengadakan pendekatan dengan pasien dan keluarga mengenai
discharge planning.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dimulai dari minggu ke-2 s/d
minggu ke-3 berupa :
a. PP memberikan HE (Health Education) pada pasien yang akan pulang
atau direncanakan pulang meliputi : Obat-obatan yang masih diminum
di rumah, diet, istirahat dan aktivitas, waktu kontrol dan tempat kontrol.

112
b. Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga memberikan leaflet
yang berisi penjelasan yang diperlukan oleh pasien.
c. Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning, maka
pasien atau keluarga menandatangani format discharge planning
sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat.
Kemudian pasien diberi buku pesan dan kesan serta surat cuti sakit bila
perlu.
d. Kegiatan discharge planning sudah dilakukan. Dimana perawat
memberikan KIE mengenai cara mengontrol nyeri dengan
menggunakan teknik distraksi dan relaksasi.
Role play diadakan pada Hari Jumat, 11 Juni 2021 sesuai dengan
skenario dan alur yang telah dibuat. Role play dilaksanakan di ruang
Mahotama dengan mahasiswa yang berperan sebagai pasien dan keluarga
pasien. Pelaksanaan role play berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
alur yang telah ditentukan.
3. Hambatan
Kelompok tidak mengalami hambatan dalam melakukan discharge
planning.
4. Dukungan
a. Kepala ruangan, pembimbing ruangan dan perawat memberikan
dukungan penuh pada kelompok untuk melaksanakan discharge
planning pada pasien yang akan pulang.
b. Format dan kartu kontrol sudah tersedia.
F. Supervisi Keperawatan
1. Persiapan
Supervisi keperawatan meliputi konsep supervisi, materi supervisi,
dan administrasi penunjang yang meliputi instrument supervisi lengkap
dengan parameter penilaian, laporan hasil-hasil kegiatan supervisi serta
pendokumentasian hasil supervisi, pada tahap ini kelompok
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menetapkan kegiatan pemberian teknik distraksi dan relaksasi sebagai

113
kegiatan yang akan disupervisi oleh perawat primer dan menetapkan
pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai kegiatan yang akan
disupervisi oleh kepala ruangan.
b. Menetapkan alokasi waktu untuk pelaksanaan kegiatan supervisi
tentang pemberian teknik distraksi dan relaksasi dan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
c. Menetapkan instrument supervisi dan format lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan pemberian teknik distraksi dan relaksasi
dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi keperawatan di Ruang Cempaka dilakukan setiap
seminggu sekali, yaitu pada tanggal 7 sampai 13 Juni 2021. Kegiatan ini
dihadiri oleh seluruh anggota kelompok.
Pelaksanaan supervisi distraksi dan relaksasi berlangsung sesuai
dengan harapan dan seluruh anggota hadir pada saat pelaksanaannya.
Adapun alur pelaksanaannya dimulai dari persiapan instrument supervisi
tehnik distraksi dan relaksasi dan format pendokumentasian supervisi
tehnik distraksi dan relaksasi oleh perawat primer sebagai supervisor,
pemberitahuan kepada PA yang akan disupervisi tentang kegiatan
supervisi, kemudian perawat primer sebagai supervisor melakukan
kegiatan supervisi tersebut kepada perawat associate. Perawatan primer
telah menyiapkan instrument supervisi lengkap dengan parameter
penilaian (checklist), laporan hasil kegiatan supervisi serta
pendokumentasian hasil supervisi. Perawat primer juga menyiapkan
tujuan dari kegiatan distraksi dan relaksasi tersebut. Perawat primer
menilai pelaksanaan tehnik distraksi dan relaksasi dari persiapan sampai
selesai. Perawat primer menyiapkan hasil penilaian (fair) kemudian
memberikan feedback, follow up dan reinforcement terhadap hasil
supervisi.
Berdasarkan kegiatan pemberian teknik distraksi dan relaksasi
didapatkan hasil, yaitu PA telah melakukan tehnik distraksi dan relaksasi

114
sesuai dengan beberapa poin yang ada di checklist namun dari beberapa
hal tersebut ada beberapa kekurangan yang dilakukan oleh PA saat
kegiatan tehnik distraksi, yaitu PA lupa melakukan kontrak waktu kepada
keluarga pasien, kemudian pada tahap terakhir, PA tidak melakukan
kontrak untuk tindakan selanjutnya.

Pelaksanaan supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan yang


dilakukan kepala ruangan berlangsung sesuai dengan harapan dan seluruh
anggota hadir pada saat pelaksanaannya. Adapun alur pelaksanaannya
dimulai dari persiapan instrument supervisi pendokumentasian asuhan
keperawatan dan format pendukomentasian supervisi pendokumentasian
asuhan keperawatan oleh kepala ruangan sebagai supervisor,
pemberitahuan kepada PP yang kan disupervisi tentang kegiatan supervisi,
kemudian kepala ruangan sebagai supervisor melakukan kegiatan
supervisi tersebut kepada perawat primer. Kepala rungan telah
menyiapkan instrument supervisi lengkap dengan parameter penilaian,
laporan hasil kegiatan supervisi serta pendukomentasian hasil supervisi.
Kepala ruangan juga menyiapkan tujuan dari kegiatan supervisi
pendokumentasian asuhan keperawatan tersebut. Kepala ruangan menilai
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dari perawat primer
mengambil data hingga prawat primer mendokumentasikanya sampai
selesai. Kepala rungan menyiapkan hasil penilaian (fair) kemudian
memberikan feedback, follow up dan reinforcement terhadap hasil
supervisi.
Berdasarkan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan
didapatkan hasilnya yaitu PP telah melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai dengan pendokumentasian asuhan keperawatan yang
benar secara garis besar tapi dari beberapa rekam medis pasien ditemukan
penulisan pelaksanaan asuhan keperawatan tidak di form yang telah
diberikan,selain itu koreksi dari tulisan yang salah tidak dicoret dan
dibubuhkan tanda tangan.
3. Hambatan

115
Dalam pelaksanaan kegiatan superivisi kelompok tidak
mendapatkan hambatan yang berarti sehingga pelaksanaan kegiatan ini
berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini juga tidak terlepas dari arahan dan
bimbingan dari pembimbing akademik dan pembimbing ruangan.
4. Dukungan
Adanya bimbingan dari pemimbing akademik dan pembimbing
ruangan yang rutin memberikan masukan saat mahasiswa melakukan
supervisi.
G. Ronde Keperawatan
1. Persiapan
Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok, dengan
uraian sebagai berikut :
a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
b. Menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan
c. Persiapan pasien dengan informed consent, hasil pengkajian/ validasi
data
d. Menentukan tim ronde
e. Menyiapkan materi atau literature untuk ronde keperawatan sesuai
dengan kasus
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan ronde keperawatan yang seharusnya dihadiri oleh
dokter spesialis bedah, pembimbing ruangan, dan tim ronde tidak dapat
dilaksanakan, melainkan dilaksanakan dengan kelompok bermain peran
dengan pasien yang diwakilkan oleh mahasiswa dengan kasus diagnosa
medis yang diangkat yaitu Congestive Heart Vailure, dengan masalah
keperawatan penurunan curah jantung dimana intervensi yang sudah
diterapkan sebelum ronde keperawatan antara lain mengobservasi ttv dan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan hasil ronde dapat disimpulkan bahwa
intervensi perawatan sebelumnya tetap dilanjutkan, intervensi tambahan
untuk diagnose penurunan curah jantung tetap posisikan pasien fowler
dengan WT 300. Untuk sembelit yang dialami berikan obat tambahan

116
pencahar dan tetap monitor status nutrisi pasien serta cairan, tetap lapor
kondisi pasien pada dokter.
3. Hambatan
Pada saat melakukan ronde keperawatan dokter spesialis dan ahli
gizi berhalangan hadir sehingga mahasiswa yang sementara berperan
sebagai dokter, pasien, hingga ahli gizi yang dikemas dengan roleplay.
4. Dukungan
Dukungan pembimbing klinik dan perawat di ruangan sangat baik,
dengan memberi keleluasaan kelompok dalam menentukan pasien yang
akan di bahas dalam ronde keperawatan
H. Dokumentasi Keperawatan
1. Persiapan
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 7-13
Juni 2021. Dengan mempersiapkan kelengkapan format asuhan
keperawatan yang terdiri dari format pengkajian dengan pendekatan
Review of Sistem dan catatan keperawatan dengan model PIE (Problem,
Intervensi, Evaluasi) yang isinya disesuaikan dengan format SAK Ruang
Cempaka yaitu format timbang terima, format catatan perkembangan,
discharge planning, leaflet penyakit di Ruang Cempaka, buku pesan dan
kesan serta informed consent sentralisasi obat.
2. Pelaksanaan
Format pengkajian pada manajemen keperawatan di ruang Cempaka
menggunakan pendekatan Review of Sistem dan dokumentasi catatan
keperawatan dengan menggunakan model PIE (Problem, Intervensi, dan
Evaluasi). Proses pelaksanaan dokumentasi pada pengkajian, perencanaan,
dan pengisian catatan keperawatan, format timbang terima, pelaksanaan
tindakan keperawatan, pengisian lembar observasi klien, lembar discharge
planning.
Apabila PP mempunyai kesibukan dan sedang melaksanakan tugas
yang lain, pengisian catatan keperawatan dapat didelegasikan kepada PA
dengan pemantauan dari PP. Kelompok menerapkan sistem

117
pendokumentasian PIE dengan pertimbangan format ini tepat digunakan
untuk sistem pemberian asuhan keperawatan primer pada pasien, PP dapat
melaksanakan dan mencatat pengkajian waktu klien masuk dan dilakukan
evaluasi, setiap shift PA melaksanakan tindakan sesuai yang didelegasikan
oleh PP.
3. Hambatan
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pendokumentasian
adalah pada minggu pertama kegiatan pendokumentasian banyak yang
belum lengkap dan seringkali PP kekurangan waktu untuk menyelesaikan
tugas pendokumentasian, selain itu kurangnya komunikasi antara PP dan
PA dalam pendelegasian dokumentasi pada minggu awal menyebabkan
sering terjadinya perbedaan persepsi dalam melengkapi catatan medis
pasien. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pada minggu selanjutnya
hambatan tersebut tidak terjadi karena kelompok sudah lebih mengerti dan
terbiasa dengan kegiatan pendokumentasian.
4. Dukungan
Pembimbing Klinik memberikan gambaran tentang format SAK
yang digunakan oleh ruangan sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam dokumentasi asuhan keperawatan di ruang Cempaka. Pembimbing
klinik atau kepala ruangan dan tenaga keperawatan ruangan memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan manajemen dengan memberikan masukan
dan saran tentang dokumentasi keperawatan.
I. Keuntungan dan kelemahan dari metode modifikasi
1. Keuntungan metode modifikasi
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberikan kepuasan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesame tim
e. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan

118
memungkinkan pengembangan diri
g. Mendorong kemandirian perawat
h. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
2. Kelemahan metode modifikasi
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapatmengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau belindung kepada anggota tim yang mampu ketua tim.

d. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat


e. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
f. Biaya relative lebih tinggi dibandingkan metode lain
g. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

BAB VI

119
EVALUASI

A. Penataan Ketenagaan Keperawatan


1. Evaluasi Struktur Penataan Ketenagaan Keperawatan
Dalam penataan ketenagaan kelompok mempersiapkan catatan
harian yang diisi oleh kepala ruangan yang berisi tentang jumlah penderita
hari itu, tingkat ketergantungan pasien, konsep penghitungan kebutuhan
tenaga perawatan hari itu dan pembagian pasien kelolaan.
2. Evaluasi Proses Penataan Ketenagaan Keperawatan
Pada pelaksanaan penataan ketenagaan, kelompok tidak mengalami
hambatan yang berarti karena semua format sudah dipersiapkan sebelum
pelaksanaan dan adanya acuan untuk penghitungan tenaga.
3. Evaluasi Hasil Penataan Ketenagaan Keperawatan
Kebutuhan tenaga rata-rata perhari selama pelaksanaan praktek
manajemen keperawatan dapat terpenuhi sesuai dengan ketergantungan
pasien.
B. Sistem MPKP
1. Evaluasi Struktur Sistem MPKP
Dalam penerapan MPKP telah terbentuk struktur organisasi
kelompok, Gann Chart kegiatan, jadwal dinas dan daftar peran, daftar
uraian tugas Kepala Ruangan (KARU), Perawat Primer (PP), dan perawat
associate.
Dari setiap kegiatan tersebut telah ditentukan penanggung jawab
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, mulai dari
tahap persiapan serta melakukan evaluasi atas kegiatan tersebut
2. Evaluasi Proses Sistem MPKP
Selama proses pelaksanaan sistem MPKP, setiap mahasiswa telah
menjalankan tugas sesuai dengan perannya masing-masing seperti pada
petunjuk uraian tugas dan jadwal dinas serta peran yang ada. Namun
terdapat beberapa hambatan yang mengakibatkan peran yang dijalankan
kurang maksimal. Kepala Ruangan dan perawat primer sering kali

120
merangkap menjadi perawat associate apabila bed sedang penuh dan
banyak tindakan keperawatan yang harus dilakukan, selain itu, belum
terbiasanya

mahasiswa dengan peran sebagai Kepala Ruangan dan Perawat Primer


yang dijalani membuat mahasiswa terkadang lupa dan ikut mengambil
tindakan seperti perawat associate, sehingga dalam pelaksanaannya
mahasiswa kurang mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan
perannya masing-masing.
3. Evaluasi Hasil Sistem MPKP
Pelaksanaan MPKP pada pasien di Ruang Cempaka sudah
dilaksanakan sesuai dengan peran masing-masing. Hal ini tidak lepas dari
dukungan perawat di ruangan, bimbingan dari para pembimbing akademik
dan pembimbing ruangan serta adanya kerja sama dan komunikasi yang
baik antar anggota kelompok
C. Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur Timbang Terima
Timbang terima dilakukan di nurse station Ruang Cempaka RSU
Bangli. Pada pelaksanaan timbang terima Karu, PP1, PP2, PA1 dan PA2
mengerti tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga dalam
pelaksanaan timbang terima tidak terjadi kesalahan dalam tugas dan
kewajiban baik dalam tindakan keperawatan maupun pada saat timbang
terima.
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: format/catatan timbang terima, status pasien, buku
catatan (work sheet). Kelompok shift timbang terima sesuai dengan jaga
shift antara shift pagi ke shift sore, shift sore ke shift malam dan shift
malam ke shift pagi. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift malam ke shift pagi dan antara
shift pagi ke shift sore. Kegiatan timbang terima antar shift sore ke shift
malam dilakukan oleh perawat primer/perawat asossiate yang bertugas
saat itu.

121
2. Evaluasi Proses Timbang terima
Kegiatan role play timbang terima dilaksanakan setiap hari dengan
pembagian peran yang berbeda setiap harinya. Pada proses pelaksanaan
timbang terima di Ruang Cempaka RSU Bangli dilaksanakan pada tiap
pergantian dinas yang terbagi dalam 3 shift (pagi, sore dan malam) dalam
24 jam. Di Ruang Cempaka pelaksanaan timbang terima saat pergantian
shift yaitu dari pergantian shift dari shift pagi ke sore, shift sore ke malam,
dan shift malam ke pagi. Kelompok telah mempraktekkan timbang terima
yang biasa dilakukan di nurse station setiap pergantian shift jaga yang
bertujuan untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kesalahan
informasi dalam tugas dan kewajiban baik dalam menyampaikan hasil
perkembangan pasien dan tindakan keperawatan yang belum maupun
sudah yang dilakukan pada pasien. Timbang terima dilakukan dengan
berdiskusi dan berhadapan langsung untuk membahas masalah serta
tindakan yang sudah diberikan maupun yang sudah direncanakan pada
pasien yang dikelola di Ruang Cempaka RSU Bangli.
Jika terdapat hal-hal khusus yang perlu dibahas dan ditindaklanjuti,
petugas yang melaporkan akan menambah catatan khusus pada kolom
keterangan yang sudah tersedia pada buku timbang terima. Setelah
dilakukan timbang terima di nurse station, petugas melakukan timbang
terima ke pasien untuk memvalidasi data serta mengetahui perkembangan
kondisi pasien ditambah dengan program tindakan serta terapi medik yang
akan dilakukan selanjutnya. Untuk mempermudah dalam melakukan
timbang terima maka kelompok membuat format untuk melaksanakan
timbang terima.
3. Evaluasi Hasil timbang terima
Pada proses pelaksanaan, hasil yang dapat disimpulkan pembimbing
adalah baik. Dengan alasan persiapan, pelaksanaan dan post timbang
terima sesuai dengan prosedur timbang terima dan pasien mengetahui
perawat yang merawatnya saat itu serta perawat mengetahui
perkembangan setiap pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

122
Pelaksanaan timbang terima telah dilaksanakan pada setiap pergantian
shift dengan baik, hal ini tidak lepas dari kerja sama yang baik dengan
perawat Ruang Cempaka dan bimbingan dari pembimbing.
D. Sentralisasi Obat
1. Evaluasi Struktur Sentralisasi Obat
Sebelum pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan pengisian informed
consent. Yang bertanggung jawab dalam sentralisasi obat adalah kepala
ruangan, dan didelegasikan kepada PP yang bertugas setiap shift
selanjutnya pemberian obat kepada pasien didelegasikan kepada PA.
2. Evaluasi Proses Sentralisasi Obat
Pelaksanaan sentralisasi obat sudah berjalan lancar. Sebelum
dilakukan sentralisasi obat, PP memberikan penjelasan tentang tujuan,
manfaat, serta alur dari sentralisasi obat. Selanjutnya PP meminta
persetujuan sentralisasi obat pada keluarga(informed consent). Serah
terima obat dari keluarga pasien kepada PP dan PA dilakukan di nurse
station, kemudian PP dibantu PA menjelaskan jenis-jenis obat, dosis,
kegunaan obat, jumlah dan waktu pemberiannya. Setelah serah terima
obat selesai, PP membuat jadwal pemberian obat dan PA membagi obat
dan memberikan kepada pasien sesuai jadwal pemberian obat.
3. Evaluasi Hasil Sentralisasi Obat
a. Sudah terdapat informed consent sentralisasi obat
b. Pasien dapat menerima sentralisasi obat, setelah sebelumnya diberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan alur sentralisasi obat.
c. Kelompok mampu melaksanakan sentralisasi obat sesuai dengan
mekanisme yang ada dan kelompok mampu mengelola obat dengan
prinsip 6B.
d. Sentralisasi obat dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan, hal
ini ditandai dengan hasil dari angket tingkat kepuasan pasien yang
disebarkan kepada pasien mengenai pelaksanaan sentralisasi obat dari 2
pasien yang diberikan angket, seluruh pasien mengatakan puas dengan
dilakukannya sentralisasi obat karena dengan diletakkannya obat di

123
ruang perawat, obat akan tertata rapi serta obat dapat diberikan dengan
dosis dan waktu yang tepat.
E. Discharge Planning
1. Evaluasi Struktur Discharge Planning
Proses discharge planning dapat berjalan dengan baik dengan
tersedianya format discharge planning, diantaranya : resume keperawatan,
kartu rencana pulang, leaflet tentang perawatan yang harus dilakukan.
Pengisian resume keperawatan dan discharge planning dilakukan oleh PP,
sedangkan kartu kontrol dan leaflet diberikan pada pasien saat pulang
disesuaikan dengan kondisi pasien saat pulang
2. Evaluasi Proses Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan dari minggu ke-2
praktek profesi manajemen keperawatan. Pelaksanaan discharge planning
melibatkan PP, PA, Karu dan pasien serta keluarga. Setiap peran
melakukan tugasnya sesuai dengan job description.
Kegiatan discharge planning dilakukan pada hari Senin tanggal 07
Juni 2021 dan berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi Hasil Discharge Planning
Terdapat kartu Discharge Planning dan leaflet ini berguna sekali
bagi pasien dan keluarga untuk mengingat apa yang sudah dijelaskan oleh
perawat primer. Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami
oleh pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga bisa menyebutkan
kembali apa saja yang perlu diperhatikan oleh pasien, kapan waktu kontrol
dan tempat kontrol keluarga sudah mengerti.
F. Supervisi Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Supervisi Keperawatan.
Pada pelaksanaan supervisi, kelompok telah melakukan beberapa
persiapan yaitu persiapan instrumen penilaian supervisi, format
pendokumentasian hasil supervisi, jenis kegiatan yang akan di supervisi,
menetapkan supervisor, pembagian peran sebagai Karu, PP, PA dan
mekanisme yang harus dilakukan saat supervisi, serta melakukan evaluasi

124
kerja.
2. Evaluasi Proses Supervisi Keperawatan
Supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh kepala
ruangan dan PP yang bertugas setiap hari kepada PP dan PA. Apabila
menemukan sesuatu masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan perannya, kepala ruangan dan PP mencatat dan
melakukan klarifikasi atau memberi solusi atas masalah tersebut baik
secara langsung dengan menyelesaikan masalah pada saat itu juga. Secara
tidak langsung misalnya supervisor memberi catatan kecil tentang hal-hal
yang perlu dilakukan atau diperbaiki.
3. Evaluasi Hasil Supervisi Keperawatan.
Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dan perawat
primer yang berperan sebagai supervisor telah didokumentasikan dengan
baik sehingga penanggung jawab supervisi dapat menilai jalannya proses
supervisi. Proses supervisi secara keseluruhan berlangsung sudah sesuai
dengan instrument yang telah dibuat.
G. Ronde Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Ronde Keperawatan
Untuk menunjang terlaksananya ronde keperawatan diperlukan
sarana dan prasarana yaitu persiapan pasien dengan masalah keperawatan
yang belum teratasi, lembar informed consent, status pasien dan
penyusunan tim ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan mulai dari
Dokter, Karu, PP, Perawat Konselor, Perawat Supervise dan Petugas
Gizi..
2. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan
Kegiatan ronde dilaksanakan dengan kelompok bermain peran juga
Pelaksanaan ronde keperawatan dibimbing oleh Pembimbing di Ruang
Cempaka Alur pelaksanaan ronde dimulai dari PP yang mengusulkan
ronde kepada kepala ruangan, dimana sebelumnya PP sudah
menyampaikan proposal ronde, menentukan tim ronde, menyiapkan
literatur dan melakukan informed consent kepada pasien serta menetapkan

125
waktu ronde. Kepala ruangan menyetujui rencana pelaksanaan ronde
keperawatan. Pada pelaksanaan ronde kepala ruangan membuka ronde
keperawatan kemudian memperkenalkan tim ronde, menyampaikan
identitas dan masalah klien, serta menjelaskan tujuan ronde di nurse
station. PP membacakan kasus yang dijadikan ronde keperawatan. Karu,
tim ronde, dokter serta pembimbing ruangan melakukan diskusi dan
membahas masalah keperawatan yang belum teratasi. Dalam diskusi ini
juga ditentukan intervensi selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Karu, Tim ronde, dokter, kemudian melanjutkan ke ruangan pasien untuk
mengklarifikasi data pasien. Setelah mengklarifikasi data dari pasien, tim
ronde kembali ke ruangan untuk mendiskusikan tindakan yang akan
dilakukan. Pada akhirnya didapatkan kesepakatan untuk memecahkan
masalah.
3. Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan telah dilaksanakan oleh kelompok
yang diikuti oleh pembimbing dari ruangan Cemapaka dan perawat
primer. Pasien dan keluarga mampu bekerja sama dengan baik. Masukan
dari tim medis lainnya sudah ditambahkan.
H. Dokumentasi Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian dapat berjalan dengan baik dengan
tersedianya format pengkajian, SAK, discharge planning serta catatan
perkembangan pasien. Pengisian format pengkajian, SAK, discharge
planning, dan catatan perkembangan diisi oleh PP, sedangkan format
tindakan keperawatan diisi oleh PA.
2. Evaluasi Proses Dokumentasi Keperawatan
Pelaksanaan proses pendokumentasian menggunakan model PIE
yang melibatkan seluruh perawat baik PP maupun PA. PP melakukan
pengkajian, menentukan problem dan intervensi sesuai SAK.
Implementasi didelegasikan kepada PA, PP yang bertugas melakukan
evaluasi keadaan klien sesuai intervensi yang telah dilakukan setiap shift.

126
3. Evaluasi Hasil Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini
didukung oleh kelengkapan format dokumentasi, SAK, komunikasi dan
pendelegasian tugas antara PP dan PA serta kemampuan kelompok dalam
menguasai kasus dan melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
I. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien
Tingkat keberhasilan pelaksanaan penerapan metode MPKP di Ruang
Cempaka RSU Bangli diketahui dari hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien
post perawatan, kriteria pasien yang diberikan kuesioner adalah sebagai
berikut :
1. Lama perawatan lebih dari 24 jam
2. Pasien yang dirawat di Ruang Cempaka dari Tanggal 07-13 Juni 2021.
Kuesioner tingkat kepuasan diisi oleh pasien atau keluarga pasien.
Kuesioner berisi pertanyaan sejumlah 20 soal terbentuk pilihan jawaban :
ya, kadang-kadang, dan tidak.
Pada tabulasi data, untuk pilihan selalu diberi nilai 3 pilihan ya, pilihan
kadang- kadang 2, pilihan 1 tidak.
Rentang nilai :
a. <30% = kurang baik
b. 31-60% = sedang
c. >60% = baik
Melalui kuesioner yang telah disebarkan kepada 2 responden di Ruang
Cempaka RSU Bangli, maka diperoleh hasil :

0
%

127
tingkat kepuasan pasien

0%

kurang baik
sedang
baik

100%

Gambar 6.1 Diagram Tingkat Kepuasan Pasien

128
BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan
1. Model asuhan keperawatan yang diterapkan mahasiswa adalah model
keperawatan modifikasi tim dan primer, pelaksanaan selama melakukan
model asuhan ini sudah cukup baik dan berjalan lancar.
2. Timbang terima pasien yang dilakukan mahasiswa dengan
memperhatikan identitas pasien, keadaan pasien (data subyektif dan
obyektif), masalah keperawatan, intervensi yang telah dilakukan dan
yang belum dilakukan, evaluasi dan pesan khusus yang perlu
diperhatikan.
3. Pada pelaksanaan sentralisasi obat di Ruang Cempaka dilakukan
pengelolaan terhadap obat oral, injeksi serta infus dan kegiatan
sentralisasi obat sudah berjalan dengan baik dan lancar.
4. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan mahasiswa adalah supervisi
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh Karu kepada
PP dan supervisi pemberian teknik distraksi relaksasi yang dilakukan oleh
PP kepada PA
5. Ronde Keperawatan dilaksanakan dengan menerapkan alur yang telah
ditetapkan dengan bimbingan pembimbing akademik dan pembimbing
ruangan.
6. Discharge Planning sudah dilakukan pada pasien dengan menyertakan
informasi secara tertulis juga.
7. Pendokumentasian pengkajian pasien dilakukan dengan pengkajian M1-
M5 dan dianalisa menggunakan SWOT.
8. Kelompok mengalami hambatan pada pelaksanakan praktek keperawatan
manajemen yaitu hanya sebagian kelompok (6 orang) terjun kelapangan dan
sebagian secara daring/online

129
B. Saran
1. Ronde keperawatan hendaknya dilakukan di Ruang Cempaka RSU
Bangli. Ronde keperawatan dilakukan khususnya bila dijumpai pasien
dengan masalah yang kompleks, dari pasien dengan masalah yang
kompleks tersebut kita dapat memodifikasi rencana keperawatan yang
telah dibuat, dan menumbuhkan cara berpikir kritis dalam pemecahan
masalah pasien dari anggota staf keperawatan.
2. Sentralisasi obat sudah dilakukan di Ruang Cempaka RSU Bangli dan
hendaknya mampu dipertahankan, dengan melihat beberapa keuntungan,
salah satunya perawat dapat mengontrol secara langsung obat-obat yang
dapat dikonsumsi klien.
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan pasien perlu ditingkatkan dengan
memperhatikan prinsip Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru
4. Untuk menunjang jalannya proses MPKP di Ruang Cempaka RSU Bangli
perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana serta SDM dan
kesempatan meningkatkan pendidikan setiap perawat.

130
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2013). Manajemen keperawatan Cetakan Ke II. Yogyakarta: Ar


Ruzz Media.
Muninjaya, A. (2011). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam, P. D. (2017). Manajemen Keperawatan (Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional) (5th ed.; P. Puji Lestari, ed.). Salemba
Medika.
Sulistyo, P. (2016). Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien BPJS di Puskesmas Delanggu Kabupaten
Klaten. Retrieved from file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/01-
gdl-petrusbamb-1465-1-skripsi-o.pdf

Lampiran 1

131
FORM SBAR RONDE KEPERAWATAN

SITUATION (S)
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Tanggal masuk :
4. Tanggal pengakjian :
5. Diagnosa Medis :
6. Dokter yang merawat :
7. Keluhan utama :
BACKGROUND (B)
1. Diagnosa medis :
2. Tanggal MRS :
3. Tindakan yang sudah dilakukan :
4. Terapi :
5. TTV :
TD :
Nadi :
Suhu :
Pernafasan :
Saturasi O2 :

6. Kesadaran :
ASSESMENT (A)
1. Masalah keperawatan :
2. Keadaan pasien :

RECOMMENDATION (R)
1. Tindakan yang direkomendasikan :
2. Menanyakan advis dari dokter ?
3. Menanyakan tindakan selanjutnya untuk pasien :
Lampiran 2

132
INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan
pada kolom “Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No. Aspek yang Dilakukan


dinilai Ya Tidak
A. PENGKAJIAN
1. Perawat mengenalkan diri pada pasien
2. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien:
a. Identitas pasien
b. Alasan pasien masuk RS
c. Riwayat penyakit saat ini
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Genogram
f. Kebutuhan dasar
g. Riwayat sosial
h. Pemeriksaan fisik head to toe
i. Refleks
j. Pola tumbuh kembang
k. Riwayat imunisasi
l. Rumusan masalah keperawatan
3. Perawat mendokumentasikan hasil pengkajian pada format yang
Tersedia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perawat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data
2. Perawat merumuskan diagnosa keperawatan menggunakan
format
P-E-S
3. Perawat mendokumentasikan rumusan diagnosa keperawatan
pada
format yang tersedia
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perawat membuat rencana intervensi sesuai dengan diagnosa
Keperawatan
2. Perawat menentukan tujuan
3. Perawat menentukan kriteria hasil
4. Perawat mendokumentasikan rencana intervensi pada format
yang
Tersedia

133
D. IMPLEMENTASI
1. Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi
yang direncanakan
2. Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP
3. Perawat memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
Dilakukan
4. Perawat melakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Perawat membina hubungan baik dengan pasien
6. Perawat menjaga privacy pasien dalam melakukan tindakan
Keperawatan
7. Perawat memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
8. Perawat melaksanakan tindakan kolaboratif sesuai dengan
Kebutuhan
9. Perawat mendokumentasikan tindakan keperawatan pada format
yang tersedia
E. EVALUASI
1. Perawat mengevaluasi tindakan mengacu pada kriteria hasil
2. Perawat membuat SOAP
3. Perawat memodifikasi rencana
4. Perawat mendokumentasikan evaluasi tindakan keperawatan
pada
format yang tersedia
Total Skor
Keterangan:
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 23

Tanggapan yang disupervisi :


……………………………………………………………………………………
…………………………
Pengarahan langsung :
……………………………………………………………………………………
…………………………………..
Saran dan tindak lanjut :
……………………………………………………………………………………
………………………………..
Yang disupervisi, Supervisor
(………………………….…) (………………………..)
Mengetahui,
Manajer keperawatan

(…………………………………………………….)

134
INSTRUMEN SUPERVISI PADA KEPALA RUANG

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada
kolom “Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No. Aspek yang Dilakukan


dinilai Y Tidak
a
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. Karu memiliki rencana harian
2. Karu memiliki rencana bulanan
3. Karu memiliki rencana tahunan
B. Pengorganisasian
1. Karu menyusun jadwal dinas ruangan
2. Karu memiliki daftar pasien
C. Pengarahan
1. Karu membuka operan
2. Karu melakukan pre conference
3. Karu memimpin post conference
4. Karu memberi motivasi dan dukungan kepada stafnya
dalam
melaksanakan tugasnya
5. Karu menjadi role model bagi stafnya
6. Karu melibatkan stafnya dalam pengambilan keputusan
7. Karu mendelegasikan tugas kepada perawat yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan.
8. Karu mengevaluasi tugas yang telah didelegasikan kepada
staf
9. Karu memiliki jadwal supervisi untuk stafnya
10. Karu melaksanakan supervisi sesuai dengan kaidah
supervisi
11. Karu menyampaikan hasil supervisi kepada staf
12. Karu memberikan umpan balik terhadap hasil supervisi
kepada staf
D. Pengendalian
1. Ruangan menjalankan dan memiliki indicator mutu
2. Karu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan
3. Karu mengelola hasil angket kepuasan pasien/keluarga
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. Karu melakukan penilaian kinerja PP/Katim sesuai jadwal
2. Karu mendokumentasikan hasil penilaian kinerja perawat
PP/katim

135
3. Karu memiliki program pengembangan staf
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. Karu melakukan rapat keperawatan berdasarkan jadwal
yang telah
Ditetapkan
2. Karu memimpin kegiatan case conference
3. Karu mengikuti visite dokter
4. Karu melakukan ronde keperawatan dan journal reading
5. Karu menjalankan clinical pathway
6. Karu merencanakan dan mengadakan rapat rutin bulanan
dengan PP
7. Karu memonitor kebersihan ruang rawat
8. Karu mengendalikan patient safety dan infeksi nosokomial
di ruang
Rawat
9. Karu membuat rekapitulasi mutu, infeksi nosokomial, serta
SAK di
ruang rawat
IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga
11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal
setiap
dua hari untuk membahas kondisi pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga
14. Membuat perencanaan pasien pulang dan menyiapkan
kelengkapan
pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien/keluarga

136
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan
pasien/keluarga (SOAP)
Total skor
Keterangan:
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 54

Tanggapan yang disupervisi :


……………………………………………………………………………………
…………………………
Pengarahan langsung :
……………………………………………………………………………………
…………………………………..
Saran dan tindak lanjut :
……………………………………………………………………………………
………………………………..

Perawat yang disupervisi, Supervisor,

(…………………………………) (…………………………)

Mengetahui,
Manajer Keperawatan

(………………………………………………..)

137
INSTRUMEN SUPERVISI PADA PERAWAT PRIMER / KETUA
TIM

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada
kolom “Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No. Aspek yang Dilakukan


dinilai Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. PP / Katim memiliki rencana harian
2. PP / Katim memiliki rencana bulanan
B. Pengorganisasian
1. PP / Katim memiliki jadwal dinas untuk timnya
2. PP / Katim memiliki daftar pasien yang dikelola timnya
3. PP / Katim menetapkan PA yang bertanggung jawab pada
pasien setaip
Shift
C. Pengarahan
1. Perawat memimpin pre conference
2. Perawat memimpin post conference
3. PP / Katim memberi motivasi dan dukungan kepada PA
dalam
melaksanakan tugasnya
4. PP / Katim menjadi role model bagi PA
5. PP / Katim melibatkan PA dalam pengambilan keputusan
6. PP / Katim mendelegasikan tugas kepada perawat yang
memiliki
kompetensi yang dibutuhkan.
7. PP / Katim mengevaluasi tugas yang telah didelegasikan
kepada PA
8. PP / Katim memiliki jadwal supervisi untuk stafnya
9. PP / Katim melaksanakan supervisi sesuai dengan kaidah
supervisi
10. PP / Katim menyampaikan hasil supervisi kepada PA
11. PP / Katim memberikan umpan balik terhadap hasil supervisi
kepada PA
D. Pengendalian
1. PP / Katim memonitor pelaksanaan dokumentasi pada catatan
asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh PA
2. PP/ Katim menyebarkan angket kepuasan pasien/keluarga
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. PP / Katim melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
sesuai jadwal

138
2. PP / Katim mendokumentasikan hasil penilaian kinerja
perawat PA
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. PP / Katim mengikuti kegiatan case conference
2. PP / Katim mengikuti studi kasus ronde keperawatan dan
jornal reading
yang dilaksanakan oleh kepala ruang
3. PP / Katim melaksanakan cinical pathway
4. PP / Katim membimbing mahasiswa yang sedang praktek
keperawatan
di unit kerja dan bekerjasama dengan CI dan HN
5. PP / Katim melakukan kolaborasi dengan dokter dalam hal
perkembangan kesehatan pasien, program terapi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
6. PP / Katim mengikuti visite dokter
IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga
11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal
setiap dua
hari untuk membahas kondisi pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
14. Membuat perencanaan pasien pulang dan menyiapkan
kelengkapan
pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien/keluarga
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan keperawatan
pasien/keluarga (SOAP)

139
Total skor
NILAI AKHIR
Keterangan:
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 48

Tanggapan yang disupervisi :


……………………………………………………………………………………
…………………………
Pengarahan langsung :
……………………………………………………………………………………
…………………………………..
Saran dan tindak lanjut :
……………………………………………………………………………………
………………………………..

Perawat yang dinilai, Kepala Ruang,

(………………………………..) (……………………………)

Mengetahui,
Supervisor

(………………………………………………..)

140
INSTRUMEN SUPERVISI PADA SUPERVISOR KEPERAWATAN

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada
kolom “Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.
No. Kriteria Penilaian
S E
E K
I. PENDEKATAN MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. Supervisor memiliki program kerja sesuai dengan bidangnya
2. Menyusun RKAT dan anggaran bisnis keperawatan
B. Pengorganisasian
1. Koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan tugas
2. Koordinasi dengan IPS, Satpam, Farmasi, Rumah Tangga dan
Gizi sesuai
kebutuhan di wilayah kerjanya
C. Pengarahan
1. Melakukan supervisi keperawatan kepada kepala ruangan
2. Mengikuti supervise keliling / ronde keperawatan
3. Melakukan tugas jaga kontrole pada hari Minggu, hari besar
dan
supervisor incharge
4. Menampung keluhan-keluhan dan membantu menyelesaikan
masalah
dari ruangan
5. Memantau kepala ruangan melakukan operan pada shift pagi
dan siang
di wilayah kerjanya.
D. Pengendalian
1. Memantau kehadiran kerja kepala ruangan di wilayah
kerjanya
2. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja
II. COMPENSATORY REWARD
1. Melakukan penilaian kinerja karu sesuai jadwal
2. Mengajukan usulan kenaikan pangkat dan mengoreksi angka
kredit
Perawat
III. PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. Mengikuti rapat-rapat koordinasi di lingkungan departemen
IKA
2. Mengadakan rapat pertemuan berkala dengan kepala ruangan
dan
tenaga kesehatan lain
3. Menyampaikan kebijakan dan pengumuman dari jajaran
direksi dan
bidang keperawatan

141
4. Memberikan usulan masukan kepada manajer keperawatan
dan jajaran
departemen IKA
Total skor
NILAI AKHIR
Keterangan:
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 17

Tanggapan yang disupervisi :


……………………………………………………………………………………
…………………………
Pengarahan langsung :
……………………………………………………………………………………
…………………………………..
Saran dan tindak lanjut :
……………………………………………………………………………………
………………………………..

Perawat yang dinilai, Manajer Keperawatan,

(…………………………………..) (…..................................................)

142
143

Anda mungkin juga menyukai