Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Pada Ny. H Dengan Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan


Di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang

Oleh :

KELOMPOK 3

Bagus gunawan (16.03.003)


Nur Lutfiati Latifah (16.03.017)
Sutrisno Noviantono (16.03.027)
Ardi Falanui (16.03.036)
Asrotul Mufidah (16.03.037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan seminar asuhan keperawatan jiwa sebagai syarat untuk pemenuhan praktek
jiwa Program Studi Ners di RSJ Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang.
Telah dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 26 April 2017

Pembimbing Istitusi Pembimbing Lahan

FAIZATUR ROHMI, M. Kep TUT WURI HANDAYANI S.ST


NIK. 201001026 NIP.

Kepala Ruang
Melati

TUT WURI HANDAYANI S.ST


NIP.

BAB I

PENDAHULAUAN

Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan Kesehatan sebagai keadaan
sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang
positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan
emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi
dengan efektif dalam kehidupan sehari hari dan puas dengan hubungan interpersonal dan
diri mereka sendiri (Videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Seseorang
dikatakan sehat jiwa apabila memenuhi kriteria seperti sikap positif terhadap diri sendiri,
integrasi dan ketanggapan emosional, otonomi dan kemantapan diri, persepsi realitas
yang akurat, serta penguasaan lingkungan dan kompentesi sosial (Stuart, 2007).

Menurut Sekretaris Jendral Depertemen Kesehatan (Depkes, 2006), Kesehatan


jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan masalah global bagi setiap Negara
termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Gaya hidup
dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi, hal ini disebabkan karena tuntutan akan
kebutuhan hidup yang semakin meningkat seperti pemenuhan kebutuhan ekonomi
(sandang, pangan, papan), pemenuhan kebutuhan kasih sayang, rasa aman dan aktualisasi
diri. Disisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk
menyesuaikan dengan berbagai perubahan, beradaptasi akan keinginan dan kenyataan
dari dalam maupun dari luar dirinya. Sehingga dapat berakibat tingginya tingkat stress di
kalangan masyarakat, jika individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan
mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi, maka individu akan mengalami
berbagai penyakit fisik maupun mental (timbul stress dan terjadi perilaku kekerasan).

Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia
akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008). Sedangkan dari kasus
kedaruratan psikiatrik, data yang paling banyak ditemukan adalah bunuh diri dan
perilaku kekerasan. Adapun menurut Yosep (2009), perilaku kekerasan adalah suatu
keaadan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik kepada sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk
dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol.

WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. Sedangkan menurut Azwar, Dirjen Pembinaan Kesehatan
Masyarakat (Binkesmas) Depertemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO
2003) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di
dunia. Bahkan berdasarkan data Studi World Bank di beberapa negara menunjukkan
8,1% dari kesehatan global masyarakat, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang
menunjukkan dampak lebih besar dibandingkan dengan masalah kesehatan yang lainnya
(Keliat, 2009).

Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau
kira-kira 12-16% mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,
jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan


mempertahankan perilaku klien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi (Stuart,
2007). Peran perawat dalam membantu klien perilaku kekerasan adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses komunikasi terapeutik dan penerapan SP yang melibatkan hubungan
kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Vidico, 2009).

Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada klien perilaku


kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap pertemuan klien
memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalah kedalam jadwal
kegiatan. Diharapkan klien akan berlatih sesuai jadwal kegiatan yang telah dibuat dan
akan dievaluasi oleh perawat pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang
dilakukan akan dinilai tingkat kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya yaitu
mandiri, bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika klien melaksanakan
kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh; bantuan, jika klien sudah melakukan
kegiatan tetapi belum sempurna, dan dengan bantuan klien dapat melaksanakan dengan
baik, tergantung, jika klien sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada
bimbingan perawat (Keliat, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat diidentifikasikan masalah yaitu


penulis ingin memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan di ruang Melati
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang dengan menggunakan metode
komunikasi terapeutik dan penerapan SP yang mengarah pada pengkajian data,
mengidentifikasi diagnosa, menentukan intervensi, implementasi dan evaluasi.
Tujuan
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan dengan komunikasi terapeutik dan penatalaksanaan
medik terhadap klien gangguan perilaku kekerasan di ruang Melati Rumah Sakit Jiwa
Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang.

B. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan gangguan perilaku kekerasan.
2. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada klien dengan
gangguan perilaku kekerasan.
3. Mampu menyusun intervensi secara menyeluruh pada klien dengan gangguan
perilaku kekerasan.
4. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan gangguan perilaku kekerasan.
5. Mampu melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan perilaku kekerasan.
6. Mampu menganalisis asuhan keperawatan data pada pasien perilaku kekerasan di
ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat
Lawang.

Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari asuhan keperawatan ini adalah:

A. Bagi institusi Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang


Hasil studi kasus ini dapat digunakan dalam membuat suatu perencanaan atau
pengambilan suatu kebijakan untuk meningkatkan kunjungan keluarga klien
tentang perawatan pada klien perilaku kekerasan.
B. Bagi keluarga atau klien
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan
dalam merawat klien dengan gangguan perilaku kekerasan.
C. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk masa yang akan datang.
D. Bagi para pembaca maupun mahasiswa
Hasil asuhan keperawatan ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam
pengembangan ilmu keperawatan di masa yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


Perilaku Kekerasan

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


(1)Pengertian.
Perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
perilaku yang dapat meambahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun
orang lain ( Townsend, 2007 )

Marah merupakan perasan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap


kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
( Stuart dan Sundeen, 2010 )
Kegagalan yang menimbulkan frustrasi dapat menimbulkan respons pasif dan
melarikan diri atau respons melawan dan menantang. Respons ini merupakan
respons maladaptif yaitu :

Kemarahan menurut Yosep (2009 : 113) adalah suatu emosi yang terentang
mulai dari iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh semua orang. Sedangkan
Videbeck (2008: 250), berpendapat bahwa kemarahan emosi yang normal pada
manusia yakni respons emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu
provokator baik nyata ataupun yang dipersepsikan individu. Dalami (2009: 89)
menambahkan kemarahan sebagai suatu perasaan emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.

Perilaku kekerasan menurut Maramis (2005: 184) merupakan suatu keadaan


yang dapat timbul secara mendadak atau didahului tindakan ritualistik atau meditasi
pada seseorang (pria) yang masuk dalam suatu kesadaran yang yang menurun atau
perkabut ( Trance Like State) tanpa dasar epilepsi. Yosep (2009: 146) menambahkan
bahwa perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik baik kepada diri sendiri dan orang lain. Carpenito
(2000: 144) berpendapat resiko terhadap tindak kekerasan adalah keadaan dimana
individu melakukan atau menyerang orang atau lingkungan. NANDA (2005: 203)
menuliskan bahwa resiko menciderai diri sendiri adalah suatu risiko perbuatan
dimana seseorang berperilaku pada dirinya dapat berupa fisik, emosi dan atau
perbuatan seks yang berbahaya pada dirinya Nurjanah (2005: 21) menegaskan
bahwa resiko perilaku kekerasan diarahkan pada orang lain adalah kondisi dimana
tingkah laku individu dapat menyakiti orang lebih baik fisik, emosional atau seksual.

a. Agresif :
b. Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
c. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang
lain
2) Kekerasan :
Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk
Perilaku kekerasan ditandai daengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai / merusak seacara
serius.
Klien tidak mampu mengendalikan diri

Rentang Respon

RENTANG RESPONS MARAH

Respons Respons

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan

Penyebab
1). Faktor Predisposisi

a) Psikologis
2. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi
penganiayaan
3. Kegagaln yang dialami dapat
menimbulkan frustrasi yang kemuadian dapat menimbulkan agresif atau
amuk
b) Perilaku
Reinforcement yang diterima mendapatkan dukungan pada saat melakukan
kekerasan
Sering mengobservasi kekerasan dirumah / di luar rumah
c) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
d) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan
dalam terjadinya peilaku kekerasan

2). Faktor Presipitasi

Dapat bersumber dari


klien, limgkungan atau interaksi dengan orang lain
Kondisi klien seperti
kelemahan fisik (penyakit fisik)
Keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri kurang
Situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai
Interaksi sosial yang
provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan
4 Tanda dan gejala
i. Emosi
Tidak adequat
Measa tidak aman
Rasa terganggu
Marah (dendam)
Jengkel
Merusak / memukul
ii. Fisik
Muka merah
Pandangan mata tajam
Tangan mengepal
Nafas pendek
Berkeringat
Sakit fisik
Tekanan darah meningkat
iii. Intelektual
Mendominasi pembicaraan / bicara keras
Berdebat, rewel
Meremehkan orang lain
Mempertahankan pendapat
Memaksakan kehendak

iv. Spiritual
Merasa kuasa
Keraguan
Tidak bermoral
Kreativitas terhambat / terhalang
v. Sosial
Menarik diri
Pengasingan
Penolakan
Kekerasan
Ejekan
Kurang percaya diri

5 Akibat
Risiko Mencederai diri sendiri
Risiko Mencederai orang lain
Risiko Mencederai lingkungan

3.POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan
Akibat -------------------------

Masalah utama ---------------- Resiko Perilaku kekerasan

Harga diri rendah


Penyebab ----------------------
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

I. Perilaku kekerasan
DS :

- Keluarga mengatakan, klien dirumah mengamuk, marah marah

DO :

- Mengancam

- Memukul
- Marah-marah
- Merusak

2) Resiko Perilaku kekerasan


DS :

- Klien menyatakan pernah memukul

DO :

-Klien mudah marah

- Pandangan mata tajam


- Muka merah
- Bicara keras
- Berdebat
- Memaksakan kehendak

3) Harga diri rendah


DS :

- Klien mengatakan merasa dihina


DO:

- Menarik diri

- Kurang percaya diri


- Keraguan
- Merasa diasingkan
- Ada penolakan

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah

5. RENCANA KEPERAWATAN

Dx. 1. Resiko perilaku kekerasan

Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan
Tujuan Khusus.
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
o Beri salam / panggil nama klien
o Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
o Jelaskan maksud dan tujuan intraksi.
o Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
o Beri rasa aman dan sikap empati
o Lakukan kontak singkat tapi sering
Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku
kekerasan.
o Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
o Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
Klien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku
kekerasan.
o Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel /
kesal.
o Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
o Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekeraan yang
biasa dilakukan.
o Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan yang biasa
dilakukan klien.
o Bantu klien untuk bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasaan yang
biasa dilakukan.
o Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien dilakukan
masalahnya selesai.
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
o Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien.
o Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien.
o Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap marah.
o Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
o Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
o Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
A. Secara fisik.
Tarik napas dalam, jika sedang kesal / tersinggung / jengkel atau
memukul bantal / kasur, atau olah raga, atau pekerjaan yang memerlukan
tenaga

B. Secara verbal.
Katakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung / jengkel (contoh : Saya
kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi
keinginginan saya)

C. Secara sosial.
Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang seha, latihan asertif,
latihan manajemen perilaku kekerasan

D. Secara spiritual.
Anjurkan klien sembahyang, berdoa, ibadah lain ; meminta pada Tuhan
untuk diberi kesabaran, maengadu pada Tuhan tentang kekerasan /
kejengkelan.

Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol


perilaku kekerasan.
o Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
o Bantu klien mengidentivikasi manfaat cara yang telah dipilih
o Bantu klien menstimulasikan cara tersebut (role play)
o Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara
tersebut.
o Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau
marah
o Susun jadual melakukan cara yang telah dipelajari.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program pengobatan).
o Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien.
o Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
ijin dokter.
o Jelaskan prinsip lima benar: benar klien, dosis, waktu, obat dan caranya.
o Jelaskan manfaat minum obat dan efek samping obat
o Anjurkan klien meminta sendiri obatnya dan minum obat tepat waktu
o Anjurkan klien melapor pada perawat / dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
o Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan.
o Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
o Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
o Jelaskan cara-cara merawat klien :
- Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan yang konstruktif
- Sikap tenang, bicara jelas, tidak terburu-buru
- Membantu klien mengenal penyebab marah
o Bantu keluarga mendemontrasikan cara merawat klien di rumah.
o Bantu keluarga mengungkapkan perasaan setelah melakukan demontrasi.
Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk
mengontrol perilaku kekerasan.
o Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan
kepedulian, jangan menentang klien.
o Lindungi agar klien tidak mencederai diri atau orang lain / lingkungan
o Jika tidak bisa diatasi lakukan pembatasan gerak / pengekangan (lihat
pedoman pengekangan pada klien)

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2010
Townsend, M.C. 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih,
Edisi 6, EGC, Jakarta, 2010

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 07 April 2017


Tanggal Dirawat Di Ruangan : 15 April 2017

Tanggal Pengkajian : 17 April 2017

Ruang Rawa : Ruang Melati

1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.H

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dusun Belahan 32/09 Desa Randu Bango, Kecamatan Mojosari -


KabupatenMojokerto

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Status : Janda

Pekerjaan : IRT

RM No. : 073614

2. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Pasien mengatakan bahwa dirinya stres berada di rumah karena di rumah dia selalu
dikurung oleh bapaknya dan tidak diperbolehkan untuk keluat rumah.

b. Data Sekunder
Dari data yang ada di status dan menurut perawat ruangan di jelaskan bahwa alasan
pasien masuk ke RSJ ini karena di rumah pasien kadang-kadang masih marah-
marah, sempat memukul ibunya, tidak mau mandi dan memecahkan kaca rumahnya.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Pasien mengeluh stres berada di rumah sehingga di bawa oleh keluarganya ke RSJ
ini.

3. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan awal mulanya kesini karena di rumah dia marah-marah akibat di
kurung oleh bapaknya di dalam rumah dan tidak boleh keluar kemana-mana. Sekitar 1
bulan yang lalu pasien merasa stres dan sedih karena dikurung sehingga dia terus marah-
marah dan memberontak, lalu oleh pihak keluarga pasien di bawa ke RSJ ini dan pada
tanggal 15 April 2017 pasien dirawat di ruang melati ini.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
I. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya
Tidak
Bila ya jelaskan :Pasien mengatakan bahwa pernah keluar masuk rumah sakit jiwa
ini sebanyak 4 kali dengan keluhan merasa stres di rumah serta
sering menyendiri dan menangis sendiri di rumah dan apabila ada
masalah tidak mau bercerita kepada orang lain.

II. Faktor penyebab / pendukung


b) Riwayat trauma
No Jenis Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
1 Aniaya fisik Pelaku/28th
2 Aniaya seksual
3 Penolakan
4 Kekerasan dalam keluarga
5 Tindakan kriminal
Jelaskan: Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah melakukan aniaya fisik dalam
keluarga, yaitu dilakukan kepada orang tuanya. Pasien mengatakan
melakukan itu karena dia merasa sters di kurung di dalam rumah terus dan
tidak boleh keluar kemanapun.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

c) Pernah melakukan percobaan bunuh diri


Jelaskan: Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri
ataupun mempunyai niat untuk melakukan bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan : -
d) Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, dan perpisahan):
Jelaskan: pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai pengalaman masalalu
yang tidak menyenangkan dan sulit untuk di lupakan yaitu sewaktu
dirinya disakiti oleh mantan suaminya dimana dia tidak diberikan
nafkah secara layak oleh suaminya serta berujung pada perceraian
dengan suaminya.

Diagnosa keperawatan : Respon Pasca Trauma

e. Pernah mengalami penyakit fisik(termasuk gangguan tumbuh kembang)


Ya
Tidak
Jelaskan: pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengalami penyakit
fisikseperti patah tulang, cidera, kecelakaan, ataupun gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan.
Diagnosa keperawatan : -
f. Riwayat penggunan NAPZA
Jelaskan: pasien mengatakan bahwa selam ini dirinya tidak pernah
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang lainnya termasuk
narkoba,dll...
Diagnosa keperawatan : -

3 Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Jelaskan: pasien mengatakan bahwa upaya keluarga yang telah dilakukan untuk
membantu kesembuhan pasien yaitu dengan membawa pasien berobat ke
RSJ Lawang ini sebelum dia masuk yang sekarang ini.
Diagnosa keperawatan : -
4 Riwayat penyakit keluarga :
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya
Tidak
Jika ada :
Hubungan keluarga : -

Gejala :-

Riwayat Pengobatan/ perawatan : -


Diagnosa Keperawatan : -

5 PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sesudah dan sebelum sakit)


1 Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : garis keluarga

: Perempuan : tinggal serumah

: meninggal : pasien

: cerai

Jelaskan: Pasien mengatakan bahwa dia adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Sejak
kecil hingga sekarang dia tinggal bersama ke dua orang tuannya mulai
menikah hingga sekarang sudah bercerai dengan suaminya. Pasien mengatakan
sejak kecil hingga dewasa dia dirawat oleh ke dua orang tuannya dengan cara
mendidiknya menggunakan secara tegas, disiplin, dan sangat keras. Selam ini
pasien jarang sekali berkomunikasi dengan anggota keluargannya karena
pasien sangatlah pendiam dan lebih senang memendam masalahnya sendiri
daripada bercerita dengan keluargannya. Selama inipasien jarang sekali diajak
berdiskusi untuk menentukan suatu kesepakatan dalam keluargannya karena
pasien saat dimintai pendapat lebih sering diam dan tidak memberikan
pendapat apa-apa.

Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif


2 Konsep Diri
1. Citra tubuh:
Pasien mengatakan bahwa bagian tubuh yang paling disukai adalah hidungnya karena
bentuknya indah dan mancung sehingga banyak orang yang suka, sedangkan bagian
tubuhyang tidak disukainya adalah kulitnya karena berwarna coklat gelap dan terlihat
kotor.
2. Identitas:
Pasien mengatakan bahwa merasa belum puas dengan identitasnya sebagai seorang
perempuan ,karena sebagai seorang perempuan kebahagiaannya belum lengkap
karena belum dikaruniai seorang anak dimana rumah tangganya telah berantakan dan
telah bercerai dengan suaminya.
3. Peran:
Pasien mengatakan bahwa sebagai seorang pasien ingin segera pulang dan bertemu
dengan keluargannya agar dapat berperan dalam membanggakan keluargannya.
4. Ideal diri:
Pasien mengatakan bahwa dirinya berharap ingin menjadi seseorang yang lebih baik
agar keluarganya juga bisa baik kepadanya serta masyarakat yang ada di lingkungan
sekitar rumahnya bisa menerimanya lagi seperti orang normal.
5. Harga diri:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak kenapa-kenapa namun dirinya masih
sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain sebab dia memiliki sifat pendiam serta
masyarakat sendiri juga tidak mau berinteraksi dengannya karena mereka berpendapat
bahwa dia adalah orang yang stres yang tidak bisa disembuhkan.

Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

3 Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan bahwa orang yang paling dianggapnya paling dekat adalah kakak
laki-lakinya, karena kalau ada masalah terkadang dia berceritanya kepeda kakaknya
itu.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah ikut bereran aktif dalam kegiatan
kelompok ataupun kegiatan masyarakat lainnya, karena pasien menganggap bahwa
masyarakat tidak akan bisa menerianya di lingkungan untuk berperan dalam kegiatan
yang ada di lingkungan masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan bahwa ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya sebab mereka menganggap bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa yang tidak bisa disembuhkan selamannya, selain itu pasien juga
memiliki sifat pendiam sehingga kadang sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Isolasi Sosial

4 Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa dirinya menganut agama islam dan pasien juga
menganggap bahwa agama itu penting namun dirinya jarang melaksanakan ibadah.

b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatankan bahwa selama ini di rumah pasien jarang melaksanakan sholat
dan kegiatan agama lainnya dan selam di rumah sakit pasien malah tidak pernah
melakukan ibadah apapun.

Diagnosa Keperawatan: distres spiritual

5 PEMERIKSAAAN FISIK
I. Keadaan umum
Secara umum keadaan pasien baik, dimana kondisi tubuh pasien tidak ada yang
mengalami kecacatan secara fisik ataupun cacat bawaan, serta seluruh anggota
tubuhpasien berfungsi secara sempurna untuk beraktifitas dalam kehidupan

II. Kesadaran (Kuantitas)


Kesadaran pasien compos metis (sadar penuh) dimana gcs 4 5 6

III. Tanda vital:


TD : 110 / 70 mm/Hg

N : 84 x/menit

S : 36,2 CO
P : 20 x/menit

IV.Ukur:
BB : 57 Kg

TB : 152 Cm

V. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami masalah secara fisik seperti
adanya luka, pegal-pegal, pusing, mual dan muntah.

Diagnosa Keperawatan : -

6 STATUS MENTAL
a. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan: tidak rapi

Pasien berpenampilan sesuai sesuai dengan usianya dimana cara berpakaiannya


secara lengkap memakai baju namun penggunaannya tidak rapi. Secara kebersihan
sudah cukup bersih. Pasien dalam bersikap termasuk orang yangkurang sopan dengan
ekspresi wajah berubah-ubah. Gaya berjalan normal dengan kontak mata tatapan
tajam saat diajak bicara . secara umum pasien koperatif saat diajak bicara.

Diagnosa Keperawatan: sindrome defisit perawatan diri

b. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :


Jelaskan:

Dalam berbicara pasien cenderung cepat dengan volume suara lantang namun tidak
jelas dengan jumlah kata-kata banyak.

Diagnosa Keperawatan: kerusakan komunikasi

c. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :

Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitas serea
Jelaskan:

Peningkatan :

Hiperkinesia, hiperaktifitas Grimace


Stereotipi Otomatisma
Gaduh Gelisah Katatonik Negativisme
Mannarism Reaksi konversi
Katapleksi Tremor
Tik Verbigerasi
Ekhopraxia Berjalan kaku/rigid
Command automatism Kompulsif :sebutkan

Jelaskan:

Dalam melakukan aktifitas pasien termasuk gaduh gelisah katatonik karena reaksi
gerakan motorik pasien meningkat, tidak memiliki tujuan, tidak dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar dan pasien tampak gelisah, mondar mandir kesana kemaritidak
jelas, dan sambil mengomel sendiriserta pasien selalu melakukan aktifitas secara
berlebihan.

Diagnosa Keperawatan: Resiko Tinggi Cidera

d. Mood dan Afek


Mood
Depresi Khawatir
Ketakutan Anhedonia
Euforia Kesepian
Lain lain
Jelaskan :
Pasien mengatakan merasa stres dan sedih dengan kondisinya sekarang ini , pasien
juga mengatakan lebih suka menyendiri agar tenang daripada berkumpul dengan
oranglain.

Afek :
Sesuai Tidak sesuai
Tumpul/dangkal/datar Labil
Jelaskan:
Pasien jarang bisa masuk dalam setiap afek emosi sesuai dengan stimulasi yang
diberikan.

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

e. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga

Jelaskan:

Selama wawancara dilakukan pasien sering tersinggung dengan pertanyaan-


pertanyaan yang diberikan kepadanya sehingga dia tidak mau menjawab pertanyaan
dan juga saat wawancara kontak mata pasien tajam, saat diajak berbicara menatap
denagn mata bermusuhan

Diagnosa Keperawatan : kerusakan Interaksi Sosial

f. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b. Ilusi
Ada
Tidak ada
Jelaskan:

Pasien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan bisikan, melihat, merasakan


ataupun mencium sesuatu yang tidak ada wujudnya
Diagnosa Keperawatan : -

g. Proses Pikir
Arus Pikir:
Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasi longgar
tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata kata
Afasia Lain lain
Jelaskan:

Saat menjelaskan sesuatu pasien tidak langsung menuju pada pokok pembicaraan
namun pasien lebih suka berbelit belit dan berputar putar terlebih dahulu untuk
mencapai pokok inti pembicaraan

B Isi Pikir
Obsesif Fobia, sebutkan..
Ekstasi Waham:
Fantasi a. Agama
Alienasi b. Somatik/hipokondria
Pikiran bunuh diri c. Kebesaran
Preokupasi d. Kejar / curiga
Pikiran isolasi social e. Nihilistik
Ide yang terkait f. Dosa
Pikiran Rendah diri g. Sisip pikir
Pesimisme h. Siar pikir
Pikiran magis i. Kontrol pikir
Pikiran curiga Lain lain :
Jelaskan:

Pasien mengatakan bahwa pikirannya stress dengan masalah masalah yang ada
karena dirinya selalu dikurung di rumah sehingga dirinya ingin selalu sendiri untuk
menenangkan pikirannya, serta pasien berfikir dengan kondisinya seprti ini, maka
dirinya tidak pantas untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
C Bentuk pikir :
Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan:

Pasien saat ditanya mengenai apakah benar hidup itu membutuhkan makan dan minum
maka pasien menjawab dan menjelaskan bahwa benar sekali apabila orang itu
membutuhkan makan dan minum
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

h. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:

Pasien saat ditanya mengenai hari dan tanggal dapat menjawab dengan baik,
selain itu pasien juga mengetahui dimana sekarang ini ia berada, dan juga
mengetahui siapa saja orang orang yang ada disekitarnya
a. Meninggi
b. Menurun:
Kesadaran berubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan:

Terlihat kesadaran pasien secara umum seperti orang normal pada umumnya tidak
mengalami perubahan dengan GCS 4 5 6

Diagnosa Keperawatan : -

i.Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - 1 bulan)
Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:

Pasien saat ditanya kenapa dibawa kesini dan kenapa pasien dibawa kesini ?

Pasien mengatakan kurang lebih 1 bulan yang lalu dirinya dikurung di rumah dan
tidak boleh keluar lalu dia marah dan memukul ibunya

Pasien saat ditanya kemrin malam makan apa dan siapa nama perawatnya ?

Pasien mengatakan kalau kemarin malam dia makan dengan lauk sayur kacang
dan ayam. Serta pasien juga mampu menyebutkan siapa nama perawat yang jaga
Diagnosa Keperawatan : -

j.Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Konsentrasi
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:

Selama wawancara berlangsung pasien mampu berkonsentrasi cukup baik dan


mau memperhatikan hingga wawancara selesai
Berhitung
Jelaskan:

Pasien ketika ditanya masalah berhitung 2 + 2 dapat menjawab hasilnya 4 dan


sererusnya .......
Diagnosa Keperawatan : -
k. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Saat dimintai menilai benar atau salah apabila membuang sampah sembarangan,
pasien menjawab dengan benar yaitu kita tidak boleh membuang sampah
sembarangan, kita harus membuang sampah pada tempatnya

Diagnosa Keperawatan : -

L Daya Tilik Diri


o Mengingkari penyakit yang diderita
o Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:

Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa akibat stress dan banyak
masalah sehingga oleh pihak keluarga dirinya dikurung dirumah dan kemudian
dibawa ke RSJ untuk berobat

Diagnosa Keperawatan : -

7 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a. Perawatan kesehatan,
b. transportasi,
c. tempat tinggal.
d. Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:

Dalam memenuhi kebutuhan pribadi pasien belum seluruhnya mampu dan masih
memelukan bantuan orang lain seperti pengaturan keuangan dan kebutuhan lainnya

b. Kegiatan Hidup Sehari-hari


1) Perawatan diri
Mandi
Jelaskan :
Pasien mampu melakukan perawatn diri berupa mandi secara benar
sesuai dengan proses yang ada mulai dari awal melepas baju, mengguyur
badan dengan air, memakai sabun, membilasnya hingga memakai baju
lagi.
Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan :
Pasien mampu berpakaian dan berdandan secara benar hal ini bisa dilihat
dari kesesuaian pakaian yang digunakan pasien serta cara berdandannya
( menyisir dan mengikat rambut )
Makan
Jelaskan :
Pasien mampu makan secara mandiri dan benar sampai proses mencuci
piring
Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Pasien mampu melakukan BAB / BAK secara mandiri dan benar, hal ini
dapat dilihat ketika pasien sedang ingin BAB / BAK pasien langsung
kekamar mandi, lalu BAB / BAK di kamar mandi dan pasien tidak lupa
membersihkannya

Diagnosa Keperawatan :
2) Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi nasi, sayur dan lauk serta
minum air putih cukup
Bagaimana nafsu makannya
Pasien mengatakan selama di rumah sakit nafsu makannya menurun karena
masakan di rumah sakit tidak seenak masakan dirumah, hal ini dapat dilihat
saat makan porsi yang dihabiskan hanya setengah
Bagaimana berat badannya.
Pasien mengatakan selama dirumah sakit berat badannya menurun, bb
sebelumnya 60kg dan terakhir timbang 57kg
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

3) Tidur
Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 12.00 s/d 15.00 wib

Tidur malam, lama : 20.00 s/d 05.00 wib

Aktifitas sebelum/sesudah tidur : pasien tidak mempunyai kebiasaan sebelum


tidur

Jelaskan
Pasien mengatakan tidur siang dan tidur malam secara tenang dan nyaman
sehingga pasien merasa nyenyak tidurnya akan tetapi terkadang pasien
merasa tidak nyenyak ketika teman temannya ramai

Gangguan tidur
a. Insomnia
b. Hipersomnia
c. Parasomnia
d. Lain lain

Jelaskan
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur
Diagnosa Keperawatan : -

c. Kemampuan lain lain


1) Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri
dan membutuhkan bantuan orang lain dalam hal ini
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,
Pasien mengatakan dalam mengambil suatu keputusan, pasien memutuskannya
secara sendiri sesuai keingininannya, namun kalau kepurtusan bersama pasien
tidak bisa memutuskannya sendiri dan meminta pendapat keluarganya

3) Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.


Pasien mengatakan belum bisa melakukan pengobatan secara mandiri namun
untuk kepatuhan minum obat pasien dapat melakukannya secara mandiri

Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

d. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga

Terapis

Teman sejawat

Kelompok sosial

Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dalam proses pengobatan dan proses penyembuhan
keluarga adalah satu satunya system pendukung yang selalu ada untuknya

Diagnosa Keperawatan: -

8 MEKANISME KOPING

Jelaskan :
Pasien secara adaptif dapat berkomunikasi dengan orang lain, dan secara maladaptive
pasien menciderai orang lain apabila sedang marah

Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

9 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa keluarganya sangat mendukung dirinya dalam proses
pengobatan dan penyembuhannya saat ini
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami masalah dengan lingkungan tempat
tinggalnya karena masyarakat lingkungannya menganggap dirinya telah sakit jiwa dan
untuk selamnya tidak dapat di sembuhkan
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan dalam masalah pendidikan tidak mengalami masalah dengan
pendidikannya

Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami masalah dalam pekerjaannya
sebagai ibu rumah tangga, namun dirinya berharap bisa bekerja seperti orang orang
lainnya dan mendapat penghasilan sendiri

Masalah dengan perumahan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dia tidak mengalami masalah dengan lingkungannya
karena pasien tinggal dengan orang tuanya

Masalah dengan ekonomi, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dalam kehidupannya dirinya mengalami sedikit masalah
dengan ekonominya, sebab keluarga pasien termasuk dalam keluarga ekonomi
menengah kebawah

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan ada sedikit masalah dalam pelayanan kesehatan, karena letak
rumahnya jauh dari pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah lainnya yang serius

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Konsep Diri ( Gangguan Harga Diri )

10 ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/ keluarga saat ini tentang penyakit/ gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb.

Penyakit/gangguan jiwa Penatalaksanaan


Sistem pendukung Lain-lain, jelaskan
Faktor presipitasi
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, system pendukung, faktor
presipitasi dan penatalaksanaan dari penyakitnya.

Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan ( Tentang Penyakitnya, System Pendukung,


Faktor Presipitasi Dan Penatalaksanaan Dari Penyakitnya )

11 ASPEK MEDIS

1. Diagnosis Medis :

2. Diagnosa Multi Axis


Axis I : F.20.1 Heberphrenic Schizophrenia, G 25. 9 Extraplyramidal And
Movement Disoder
Axis II : -
Axis III : -
Axis IV : -
Axis V : -

3. Terapi Medis
Terapi Peroral

Respridon 2mg
THD 2mg
Clozapine 10mg
Framania 200mg
Injeksi

Lodomer 5mg
Diazepam 10mg

Lawang, April 2017 .


Mahasiswa yang mengkaji

____________________

NIM................................

ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan


1 DS: Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah
melakukan penganiayaan fisik atau
memukul ibunya dan marah marah
waktu dirumah

DO :
Tatapan mata tajam
Ekspresi wajah antusias saat cerita
Pasien cemas
Sering kabur dari ruangan
Pasien mondar mandir
2 DS : Respon Pasca Trauma
Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah
mengalami pengalaman masalalu yang
tidak menyenangkan yang sulit untuk
dilupakan

DO :
Tampak ekspresi wajah trauma
Tampak ekspresi wajah sedih
Nada bicara sedih
3 DS : Koping Keluarga Tidak Efektif : Kompromi
Pasien mengatakan bahwa dikeluarganya
pasien jarang diajak berdiskusi dan
dimintai pendapat saat ingin memutuskan
suatu hal

DO :
-
4 DS : Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan bahwa dirinya stress
karena selama ini dikurung di rumah dan
tidak boleh kemanapun sehingga dirinya
tidak bisa berinteraksi dan berkomunikasi
denga orang lain

DO :
Pasien tampak sendiri
Terlihat mondar mandir
Bicara tidak teratur
5 DS : Gangguan Interkasi Sosial
Pasien mengatakan ada kelambatan
dalam berhubungan dengan orang lain di
lingkungan kerana mereka menganggap
bahwa dirinya meingalamai gangguan
jiwa dan selamanya tidak dapat
disembuhkan

DO :
Tampak bingung saat diajak bicara
Pasien mondar mandir
Jarang berbicara dengan orang lain
Tampak sering sendiri
Jarang kumpul dengan orang lain
6 DS : Sindrome Defisit Perawatan Diri
-

DO :
Penampilan tidak rapi
Rambut kusam tidak disisr
Menggunakan baju sesuai namun
tidak rapi
Kebersihan diri cukup baik
7 DS : Isolasi Sosial
Pasien mengatakan bahwa dirinya lebih
suka menyendiri agar fisiknya tenang
dari pada berkumpul dengan orang lain
saat merasa stress

DO :
Tampak sering menyendiri
Jarang berbicara dengan orang lain
Jarang berkumpul dengan orang lain

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

2. Respon Pasca Trauma

3. Koping Keluarga Tidak Efektif : Kompromi

4. Harga Diri Rendah

5. Gangguan Interaksi Sosial

6. Sindrome Defisit Perawatan Diri

7. Isolasi Sosial

POHON MASALAH

Akibat -------------------------Resiko Perilaku Kekerasan


Masalah utama ---------------- Isolasi Sosial

Penyebab ---------------------- Harga Diri Rendah

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : Ny. H Dx Medis : F. 20.1

No CM : 073614 Ruangan : Melati

Perencanaan
No Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Resiko Perilaku TUM : 1. Setelah 1x pertemuan klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya
2. Anjurkan klien mengungkapkan
Kekerasan Klien dapat mengntrol perilaku menunjukkan tanda tanda
yang dirasakan dan dialmi saat
kekerasan percaya pada perawat ( wajah
marah, bantu klien
cerah, tersenyum, mau berkenalan,
mengungkapkan tanda tanda
TUK : ada kontak mata, bersedia
PK yang dialami, observasi
Tuk 1 : klien dapat membina menceritakan apa yang dirasakan )
2. Setelah 1x pertemuan klien dapat tanda tanda PK yang dialami
hubungan saling percaya
Tuk 2 : klien dapat menceritakan tanda dan gejala PK oleh klien, dan simpulkan
mengidentifikasi tanda dan (tanda fisik, emosiaonal dan sosial) bersama klien tanda tanda PK
3. Setelah 1x pertemuan klien dapat
gejala PK yang dialami
Tuk 3 : klien dapat menceritakan penyebab dan akibat 3. Bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi penyebab marah. perasaan marahnya (beri
4. Setelah 1x pertemuan klien dapat
dan akibat PK menceritakan PK yang pernah kesempatan klien menveritakan
Tuk 4 : klien dapat
dilakukan penyebab PK dan dengarkan
mengidemtifikasi PK yang 5. Setalh 1x pertemuan klien dapat
tanpa menyela / memberi
pernah dilakukan menjelaskan cara yang sehat untuk
penilaian setiap ungkapan
Tuk 5 : klien dapat mengungkapkan marah dan
perasaan klien)
mengidentifikasi cara mempraktekkan cara marah yang 4. Diskusikan dengan klien PK
konstruktif dalam sehat yang dilakukan selama ini
mengungkapkan PK 6. Setelah 2x pertemuan klien dapat 5. Diskusiakan dengan klien :
Tuk 6 : klien dapat a. Apakah klien mampu dan
memperagakan cara mengontrol
mendemonstrasikan cara mau mempealajari cara baru
PK dengan dara fisik 1 ( nafas
mengontrol PK mengungkapkan PK dengan
dalam ) dan fisik 2 ( pukul bantal /
cara yang sehat
kasur )
b. Jelaskan beberapa pilihan
untuk mengungkapkan
marah selain yang diketahui
klien
c. Jelaskan cara cara sehat
untuk mengontrol PK (cara
fisik, verbal, obat dan
spiritual)
6. Diskusikan cara yang mungkin
dipilih dan anjurkan klien
memilih cara yang mungkin
dilakukan untuk
mengungkapkan PK, latih klien
memperagakan cara yang telah
dipilih, anjurkan menggunakan
cara yang sudah dipilih dan
dilatih untuk mengungkapkan
PK, susun jadwal latihan dan
beri pujian jika klien mampu
melakukan cara marah yang
sehat

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

Nama : Ny. H Ruang : Melati

No. CM : 073614 Unit : Rawat Inap

No Tindakan Keperawatan Evaluasi


1 Data : S:
1. Keluhan pasien iya mas, selamat pagi juga mas bagus, saya masih ingat
Klien mengatakan bahwa saat ini dirinya merasa pikirannya
kok bagaimana tanda, gejala, penyebab dan akibat dari
stress dan marah pada keluarganya karena tidak diajak pulang
perilaku kekerasan yang saya lakukan dan saya juga bisa
2. Kemampuan pasien
Klien mampu membina hubungan saling percaya dan mampu mempraktekkan cara mengontrol kemarahan saya dengan
berkenalan dengan orang lain tarik nafas dalam dan memukul bantal
3. Diagnose Keparawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
4. Tindakan Keperawatan O:
mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat
Pasien tampak bingung dan mondar mandir
perilaku kekerasan serta melatih latihan fisik 1 ( tarik nafas Pasien tampak berbicara sendiri
dalam ) dan cara fisik 2 ( pukul bantal / kasur ) Pasien terlihat sering keluar dan kabur
Pandangan mata tajam

A:
K : pasien mengatakan sudah bisa melakukan cara
mengontrol marah dengan latihan fisik 1 dan 2
A : pasien merasa belum senang
P : pasien sudah mau berinteraksi dan
mempraktekkan cara mengontrol marah dengan
latihan fisik 1 dan 2 ( tarik nafas dalam dan
memukul bantal / kasur )
Kesimpulan : pasien mampu mengontrol PK dengan
latihan fisik 1 dan 2 ( tarik nafas dalam dan pukul bantal /
kasur )

P:
Lanjutkan SP 2
2 Data : S:
1. Keluhan pasien Selamat pagi juga mas, iya saya masih ingat dengan
Pasien mengatakan bahwa perasaannya sudah sedikit tenang
nama mas, mas bagus gunawan kan namanya. . oh iyaa
dan pasien sudah bisa mengontrol rasa marahnya dengan
saya masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemrin
latihan fisik 1 dan 2
tentang keuntungan dan kerugian apabila tidak minum
2. Kemampuan pasien
Pasien mampu mempraktekkan cara mengontrol marah dengan obat. Jadi saya rutin untuk mengkonsumsi obat dan juga
latiham fisik 1 ( tarik nafas dalam ) dan latihan fisik 2 ( pukul kadang saya melakukan latihan fisik untuk mengntrol
bantal / kasur ) marah
3. Diagnose Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
4. Tindakan Keparawatan O:
Menjelaskan dan melatih mengontrol PK dengan minum obat
Pasien masih tampak mondar mandir
teratur dengan prinsip 6 benar, manfaat / keuntungan minum Tatapan mata tajam
obat dan kerugian tidak minum obat Pasien tampak mengomel
A:
K : pasien mengatakan sudah rutin mengkonsumsi
obat untuk mengontrol marah
A : pasien masih merasa stress dan ingin pulang
kerumah
P : pasien sudah mau tersenyum waktu berbicara
dengan orang lain dan pasien sudah mau berjabat
tangan

Kesimpulan : pasien mampu mengontrol PK dengan


latihan fisik 1 dan 2 dan teratur minum obat

P:
Lanjutkan SP 3

3 Data : S:
1. Keluhan pasien pasien mengatakan bahwa sudah tidak ada gangguan
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah bisa mengontrol rasa
dan akan segera pulang di jemput keluarganya
marahnya dengan cara latihan fisik 1 ( tarik nafas dalam )
latihan fisik 2 ( pukul bantal / kasur ) dan minum obat secara
O:
teratur Pasien tampak sehat
2. Kemampuan pasien Pasien mondar mandir
Pasien mampu mempraktekkan cara mengontrol marah dengan Pandangan tajam
latiham fisik 1 ( tarik nafas dalam ) dan latihan fisik 2 ( pukul
bantal / kasur ) serta minum obat secara teratur A:
3. Diagnose Keperawatan
4. Resiko Perilaku Kekerasan K : pasien mengatakan bahwa sekarang ini
5. Tindakan Keparawatan pikirannya sudah tenang dan ingin pulang ke
Menjelaskan dan melatih mengontrol marah dengan cara
rumah
verbal / bicara baik - baik A : pasien merasa dirinya sudah tidak ada masalah
apa pun
P : pasien mau bercanda dengan temannya dan
mau berjabat tangan dengan orang lain

Kesimpulan : pasien mampu mengontrol PK dengan SP


1, 2, 3

P:
Lanjutkan SP 4

Data : S:
1. Keluhan pasien pasien mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan
Pasien mengatakan bahwa dirinya mampu mengontrol PK latihan mengontrol marah dan dirinya sudah tidak ingin
dengan SP 1, 2 dan 3 serta mampu mempraktekkannya marah lagi karena dirinya sudah bisa mengontrolnya
2. Kemampuan pasien
Pasien mampu mempraktekkan cara mengontrol PK dengan
O:
latiham fisik 1 ( tarik nafas dalam ) dan latihan fisik 2 ( pukul
Pasien tampak tenang
bantal / kasur ) dan rutin minum obat
3. Diagnose Keperawatan Pasien tampak tersenyum
Resiko Perilaku Kekerasan Pasien mau berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan Keparawatan
Menjelaskan dan melatih mengontrol PK dengan cara spiritual
A:
K : pasien mengatakan sudah bisa mengontrol rasa
marahnya dengan cara cara yang sudah di
pelajari
A : pasien merasa bahwa dirinya sudah sehat
P : pasien tersenyum, kontak mata baik saat diajak
berbicara

Kesimpulan : pasien mampu mengontrol PK dengan


semua cara yang sudah di ajarkan

P : Ulangi SP 1 4 dan susun dalam jadwal harian


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktek keperawatan jiwa kali ini kelompok 3 diberikan


kesempatan menjalani praktek di ruang melati RSJ Dr. Radjiman
Widyodiningrat Lawang dan dalam hal ini akan mengangkat kasus
perilaku kekerasan pada pasien Ny.H dengan diagnosa medis F.20.1
Heberprenic Schizoprenia dan masalah keperawatan resiko perilaku
kekerasan untuk memenuhi tugas askep kelompok paripurna. Saat
dilakukan pengkajian terhadap pasien yaitu Ny.H pasien mengatakan
bahwa dirinya MRS pada tanggal 07 April 2017 dan masuk di ruang melati
pada tanggal 15 April 2017. Pasien mengatakan riwayat sebelumnya
pasien sudah pernah menjalani rawat inap di Dr. Radjiman Widyodiningrat
Lawang ini sebanyak empat kali dengan alasan yang sama yaitu pasien
marah-marah melakukan perilaku kekerasan dan alasan terakhir mengapa
pasien masuk ke sini lagi adalah pasien merasa stres karena oleh
keluarganya dikurung di dalam rumah dan tidak di izinkan keluar kemana-
mana sehingga pasien memberontak dan marah-marah sehigga pasien
sempat memukul ibunya saat marah. Ketika dilakukan pengkajian terhadap
pasien didapatkan hasil klien kooperatif saat diwawancarai.
Ketika klien diwawancara oleh mahasiswa, klien mampu dan mau
menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa kepadanya meskipun
dengan interaksi saat wawancara kadang bermusuhan, menunjukkan ekspresi
cemas, juga kontak mata yang tajam sambil mondar-mandir mengomel sendiri dan
juga berusaha memukul ketika merasa pertanyaan yang diberikan kepadannya
tidak dia sukai.
Setelah didapatkan data seperti di atas maka kelompok ini
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SPTK perilaku kekerasan
mulai SP 1-4 DAN pasien mampu menjalani semua SPTK mulai dari SP 1
pasien mampu membina BHSP, mengidentifikasi tanda, gejala, penyebab,
dan akibat perilaku kekerasanserta melakukan latihan fisik 1 (tarik nafas
dalam) dan cara fisik 2 (pukul bantal atau kasur) untuk mengontrol
perilaku kekerasan, SP 2 mengontrol perilaku kekerasan dengan teratur
minum obat, SP 3 mengontrol perilaku kekerasan dengan verbal atau
bicara baik-baik, dan SP 4 mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual atau kegiatan agama.
kasus yang telah terjadi diruangan maka dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami resiko perilku kekerasan namun pasien sudah
mengetahui cara mengontrolnya dan pasien sudah dapat mempraktekkan
cara mengontrol perilaku kekerasan sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan dan direncanakan bersama perawat dalam latihan harian.
BAB V
PENUTUP

I. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan sejak tanggal 17 April25 April 2017
didapatkan data bahwa klien sudah mampu melakukan semua SPTK mulai SP
1-4 secara baik .

II. Saran
1. Untuk mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan tahapan dari ketentuan yang telah dibuat dengan baik dan benar
yang telah diperoleh selama mengikuti proses pendidikan di kampus
maupun di lahan praktek.

2. Untuk keluarga
Agar keluarga lebih mendukung dan memberikan motivasi kepada
pasien, sehingga proses keperawatan yang telah diberikan di rumah sakit
dapat tercapai dengan tujuan yang diharapkan, khususnya pada pasien
dengan kasus harga diri rendah. Dan ketika pasien pulang ke rumah dapat
menjalankan kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan baik.

3. Untuk ruang rawat inap


Sebaiknya pelayanan pada pasien perlu ditingkatkan, karena saat pasien
berada di ruangan tidak hanya membutuhkan perawatan secara fisik,
kebutuhan psikologis lebih penting untuk meningkatkan keberhasilan
tindakan keperawatan. Karena dalam ruangan sudah disediakan sarana
dan prasarana yang cukup memadai dan cukup untuk dijadikan objek
implementasi keperawatan.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Pertemuan Ke-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Pasien mengatakan bahwah oleh keluarganya di bawah ke rumah
sakit jiwa ini karena dirinya stress berada diumah karena dia selalu di
kurung di rumah oleh keluarganya dan tidak boleh keluar kemana
mana
DO :

1. Terlihat cemas, binggung dan mondar mandir


2. Pandangan mata / kontak mata tajam.
3. Sering kabur keluar ruangan
4. Pasien tampak ngomel sendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus Keperawatan (TUK)


Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tuk 2 : Kliean dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan akibat perilaku
kekerasan
Tuk 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah di
lakukan
Tuk 5 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan nya
Tuk 6 : KLien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan

4. Intervensi / Tindakan Keperawatan.


1. Bina hubungan saling percaya (BHSP). Dalam membina hubungan
saling percaya (BHSP) Perlu pertimbangan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan kita dan tindakan yang dilakukan
yaitu ;
a. Mengucapkan salam teraupetik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap bertemu dengan
pasien.
2. Diskusi bersama pasien tentang perasaan pasien jika muncul tanda dan
gejala perilaku kekerasan.
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
3. Diskusikan bersama pasien tentang penyebab perilaku kekerasan dan
apa akibatnya untuk saat ini dan yang lalu.
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang bisa dilakukan
pada saat merah secara;
a. Verbal
b. Terhadap orang lain
c. Diri sendiri
d. Lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara.
a. Fisik
b. Obat
c. Sosial
d. Spiritual
6. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi mengontrol marah
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi tanda dan
gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan , serta
melatih cara mengontrol marah secara fisik 1 ( tarik nafas
dalam) dan Fisik 2 (memukul kasur / bantal)
1. Orientasi ;
a. Salamteraupetik : selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya
bagus gunawan, bisa di panggil bagus, saya hari ini adalah perawat
pendamping di ruangan ini sampai jam 18.00 wib. Kaluau boleh tau
ini dengan mbak siapa dan biasanya suka dipanggil apa..?
b. Evaluasi / validasi : Bagaimana perasaan mbak hari ini.? Apakah
masih ada perasaan yang mengganjal atau perasaan kesal pada diri
mbak terhadap sesuatu atau seseorang ?
c. Kontak
Topic : Baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang ini kita
berbincang bincang tentang perasaan mbak sekarang ini
dan apa yang mbak rasakan.?
Waktu : berapa lama mbak maunya kita nanti berbincang
bincang nya ? Bagaimana kalau bicaranya 10 menit saja ?
Tempat : bagaimana kalau di dekat jendela sana diruang depan
supaya enak berncag bincang nya.?
2. Tahap kerja.
Apa yang menyebabkan mbak menjadi gelisahdan tidak tenang dan
marah marah? Apakah sebelumnya mbak pernah marah atau apabila
ada masalah langsung meluapkan nya dengan kemarahan ? lalu apa
penyebabnya ? kira kira apakah masalahnya sama dengan yang
sekarang ini terjadi ?oo. begitu, lalu apakah ada penyebab lain yang
membuat mbak jadi marah ? pada saat ini penyebab marah itu ada ,
seperti mbak sedang stress karena ada masalah di rumah atau dengan
keluarga., apakah yang mbak rasakan saat itu?(tunggu reason dari
pasien). Apakah mbak merasa kesal atau jengkel kemudian dada mbak
menjadi berdebar debar, lalu mata mbak menjadi melotot,
rahangterkatup rapat, dan secara reflek tangan mbak mengepal kasar ?
setelah itu apa yang mbak lakukan untuk mengatasinya ? oo iya,
apa mbak selalu melampiaskan kemarahan nya dengan menyakiti
oranlain dan berteriak- teriak ? apa dengan cara itu rasa stress yang
mbak rasakan dapat hilang ?iya tentunya tidak. Apakah mbak tau
apakah kerugian nya yang timbul dari tindakan yang mbak lakukan?
Benar sekali pasti orang lain yang mbak pukul akan merasa kesakitan.
Menurut mbak apakah ada cara lain yang lebih baikuntuk
mengungkapkan kemrahan dengan cara yan lebih baik, tanpa
mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain ?
ada beberapa cara untuk mengontrol dan melampiaskan kemarahan,
bagaimana kalo kita belajar satu atau dua cara terlebih dahulu.?
begini mbak, jika mbak mulai terasa jengkel dan ingin marah, maka
segera ke tempat yang tenang mbak laukan nafas dalam, tarik nafas
dari hidung tahan dan hembuskan lewat mulut. Yangkedua jika cara itu
blm berhasil maka lakukan cara fisik ke dua yaitu lampiaskan dengan
cara memukul bantal atau kasur.
sekarang coba mbak ulangi yag saya contohkan tadi bagusss ayo
ulangi lagii..?
Karena mbak sudah tau caranya sebaiknya mbak ulangi terus latihan
nya secara rutinsupaya mbak jadi terbiasa. Untuk mengendalikan nya

3. Terminasi
a. Evaluasi respin klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
bagaimana perasaan mbak setelah bercerita kepada saya
mengenai masalah yang mbak hadapi ? apakah mbak merasa
lebih lega ?
Evaluasi objektif
coba apakah mbak masih ingat nama saya ?
apakah mbak bisa menceritakan kembali apa yang menjadi
penyebab mbakmarah, tanda mbak marah dan cara mengontrol
marah itu..?
bagus sekali mbak mampu menyebutkan penyebab, tanda
dan cara untuk mengontrol rasa marah.

b. Rencana tindak lanjut pasien


baiklha mbak dari hasil kegiatan ini kita telah mengetahui
bahwah mbak menjadi marah kerena ketika ada masalah mbak
selalu meluapkan dengan marah marah dan menyakiti orang lain,
mka dari itu sesuai kontrak kita dari awal maka diskusi kita kali
ini kita akhiri dulu ya mbak, saya berharap mbak bisa mengontrol
kemarahan mbak cecara lebih baik.

c. Kontrak yang akan datang


sekarang mari kita buat jadwal latihan ya mbak, berapa kali
sehari kita akan melakukan latihan nafas dalamm dan memukul
bantal ? enaknya jam berapa mbak. ?gimana kalau jam 10.00 pagi
di tempat ini ya mbak sampai jumpa lagi mbak dan selamat
beristirahat.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Pertemuan Ke-2

A. Proses keperawatan
1. Kondsi pasien
DS : Pasien mengatakan bahwa saat ini fikirannya saat ini sudah sedikit
tenang dan selalu rutin minum obat
DO ;
pasien masih terlihat mondar mandir
Pandangan mata tajam
Masih terlihat sering ngomel sendiri
Sering kabur dari ruangan.

2. Diagnose keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusu keperawatan


TUK 6 : klien dapat mendemontrasikan cara perilaku kekerasan dengan
cara teratur minum obat

4. Intervensi / Tindakan keperawatan


a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latih mengungkapkan rasa marah dengan cara rutin minum obat
secara rutin
c. Susun jadwal latihan mengontrol kemarahan dengan cara rutin minum
obat
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur manfaat dan kerugian minum obat dan kerugian
tidak minum obat.

1. Orientasi
a. Salam teraupetik
selamat pagi mabak, sesuai kesepakatan kita maka kita bertemu lagi

b. Evaluasi validasi
Bagaimana mbak, sudah dilakukan tindakan latihan tarik nafas
dalam dan pukul antal atau kasur ? apakah yang mbak rasakan setelah
melakukan latihan itu secara rutin ?
coba apakah boleh saya lihat jadwal latihan nya ?
ya bagus sekali, nah kalau latihan dilakukan secara mandiri maka di
tulis di jadwal harian M artinya dilskuksn secra mandiri dan jika di
ingatkan oleh saya atau yang lainnya maka di ulis B artinya
dibantuatau di ingat kan, nah kalau tidak di lakukan berarti di tulis T
yang artinya tidak dilakukan sama sekali

c. Kontak.
Topik :bagaimana kalau kita sekarang berbicara tentang manfaat
minum obat dan kerugian tidak minum obat dan melatih
mengontrol marah dengan minum obat secara teratur.
Waktu : berapa lama mbak enaknya berbincang-bincangnya?
Bagaiman kalau kita berbincang-bincangnya selama 15 menit
saja?
Tempat : dimana enaknya kita berbincang-bincangnya? Bagaimana
kalau di taman depan di bawah pohon sambil nyari angin?
2. Kerja
sekarang kita akan sedikit berbincang-bincang tentang cara mengontrol
marah dengan cara teratur minum obat,apa manfaat minum obat dan
kerugian tidak minum obat.
baiklah mbak...apakah mbak masih merasa ada rasa marah dan jengkel
hari ini? Kira-kira kenapa mbak merasa jengkel dan marah ?apakah mbak
sudah melakukan cara-cara yang sudah kita pelajari sebelumnya untuk
mengontrol marahnya? Ya...bagus sekali kalau mbak sudah
melakukannya.
Begni mbak selain cara yang sebelumnya saya ajarkan ada cara lain yang
bisa mbak lakukan untuk mengntrol rasa marah salah satunya yaitu
dengan minum obat . apakah mbak sebelumnya selalu rutin minum
obat? Nah lalu apakah mbak tau apakah kegunaan obat itu jika
dikonsumsi secara teratur? Ya benar sekali kalau mbak teratur minum
obat mbak akan segera sembuh dan mbak bisa segera pulang ke rumah .
lalu apakah mbak sudah rutin dalam minum obat yang diberikan?
Biasanya kapan mbak diberi obatnya? Baik sekali, mbak tau gak apa
kerugiannya jka tidak minum obat?jadi begini ya, kalau mbak tidak mau
rutin minum obat maka mbak tidak akan segera sembuh dan akibat
lainnya yaitu marah mbak tidak akan terkontrol. Jadi sekarang mbak
sudah taukan keuntungan dan kerugiannya tidak rutin minum obat?
Karena mbak sudah tau sebaiknya mbak mengonto marah pada diri mbak
dengan cara fisik 1 dan2 dn dengan cara minum obat secara teratur .
mbak bisa lakukan hal itu secara rutin sehingga mbak waktu ingin marah
dapat mengontrolnya dan juga melampiaskannya dengan cara yang
positif.

3 Terminasi
A. Evaluasi respin klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
bagaimana perassaan mbak setelah selesai bercakap-cakap tentang
cara mengontrol perasaan marah bersama saya ? apa mbak merasa
lebih baik dan dapat pengetahuan baru?

Evaluasi objektif
Coba sekali lagi saya tanya apa mbak masih ingat dengn nama
lengka saya?
apakah mbak bisa menceritakan kembali apa keuntungan dan
kerugiannya kalau minum obat secara teratur?
ya baik sekali mbak masih mengingatnya semua.

b. Rencana tindak lanjut klien


baiklah mbak dari hasil kegiatan kita telah mengetahui bahwa menjadi
marah karena ada masalah dan baiknya mbak sudah rutin minum
obatnya baikah kalau begitu sesuai dengan kontrak kita di awal,
bincang bincangnyakita akhiri sampai disini dulu, saya harap mbak
nantinya dapat mengontrol rasa marahnya dengan crara yang lebih baik
dan positif

C Kontrak yang akan datang


sekarang mari kita buat jadwal latihan dan minum obat ya mbak,
enaknya jam berapa mbak kita latihannya ? apakah 2 KALI sehari
setelah makan dan minum obat ?bagaimana kalau kita besok ketemulagi
untuk latihan mengontrol marah dengan cara verbal ? bicara dengan
baik baik. ?
baiklah kaau begitu mbak enaknya jam berapa ? Bagaimana kalau jam
09.00 pagi di taman depan di bawah pohon ? terimakasih mbak dan
sampai jumpa lagi besok ya.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Pertemuan Ke-3

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DS:
pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak merasa ada gunanya
apapun dan akan segera plang dijemput oleh keluarganya
DO:
pasien terlihat ngomel sendirian
Masih terlihat ngomel sendiri
Pandangan mata masih tidak tajam
Apabila tersinggung berusaha memukul

2. Diagnosa keperawatan

Resiko perilaku kekerasan

3. Tujuan khusus keperawatan


Tuk. 6 klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara verbal atau bica baik-baik

4. Interaksi atau tindakan keperawatan

a. Evalusasi jadwal harian untuk 2 cara melatih fisik oleh dan rutin
meminum obat
b. Latian menggukapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, dan menggungkapkan perasaannya
dengan cara yang baik
c. Susunan jadwal latihan menggungkapkan marah secara verbal

B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawtan

Sp3 pasien : latihan mengontrol perilaku kekrasan secara verbal atau dengan
cara berbicara baik-baik

1. Orientasi
a. salam terapeutik
selamat pagi mbak sesuai dengan janji saya kemarin maka kali
ini kita bertemu lagi.

b. evaluasi
bagaimana apakah sudah dilakukan apa yang kita bicarakan
kemarin? Apa yang mbak rasakan setelah melakukan itu secara
rutin? apakah boleh saya lihat jadwal kegiatan harianya? Bagus
sekali sesuai kesepakatan kita kemarin kalu mnbak
melakukannya secara mandiri melakukannya, kalau masih
diingatkan ditulis B yang artinya dibantu atau diingatkan, lalu
kalau tidak dilakukan berti ditulis T tidak dilakukan atau
dikerjakan.
c. kontrak
topik: oh iya mbak bagaimana kalau kita mengontrol marah-
marah mbak dengan cara berbioncang-bincang
tempat: enaknya dimana kita berbincang-bincang?
Bagaimna kalu diruang tamu?
Mbak mau berbicara berapa lama ? bagaimana kalu 10
menit kita berbincang-bincang setelah itu mbak boleh
beristirahat.
2. Kerja
sekarang kita akan berlatih untuk mengontrol marah-marah dengan cara
meminum obat secara rutin, Tarik nafas panjang dan latihan memukul
bantal atau kasur dan sesudah itu berbincang dengan orang lain. Disi ada 3
cara untuk mengontrol:
Meminta dengan baik untuk berbicara dengan nada bicara pelan ,
kemaren mbak maranya dilarang keluar oleh orang tua untuk tidak
boleh keluar dari rumah, natik mbak berbicara baik- baik tidak
usah teriak-teriak misalnya begini pak saya mau keluar sebentar
untuk mencari udarah segar dan saya berjanji untuk masuk kembali
natik dan mbak juga bias berbica baik-baik .
Menolak dengan baik, natik jika disuruh memintak bantuan mbak
bias memintak baik-baik untuk menolok contonya seprti ini: maaf
saya tidak bias melakuknya coba memintak bantuan orang lain,
cobak mbak cobak untuk mempraktekkan
Menggungkapkan perasaan kesal dengan seseorang jika da
perlakuan orang lain yangb membuat mbak kesal mbak bias
mengatakan begini: saya tidak suka dengan perkataan atau apa
yang kamu atakan kalau seperti itu saya bias marah, cobak mbak
praktekkan

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif
bagaimana perassaan mbak setelah selesai bercakap-cakap tentang
cara mengontrol perasaan marah dan perilaku kekerasan dengan cara
verbal dan bicara baik-baik?
Evaluasi obyektif
sekarang mbak bias praktekkan kembali cara berbicara baik-baik dan
cara mengontrol maranya sesuai yang kita pelajari barusan.
b. rencana tindakan selanjutnya
bagus mbak sekarang kita masukkan dalam jadwal harian , mbak mau
berapa kali perteamuan untuk kita belajar mngontrol marah-marah mbak ?
bisahkah kita membuat jadwla harian untuk latihan? Coba mbak masukkan
dalam jadwal kegiatan seghari-hati, baik seakale natik kita coba lagi ya
mbak.

c. kontrak waktu yang akan datang

baiklah kalau begitu mbak natik kita akan bertemu lagi untuk
mengatasi cata mengontrol marah-marah mbak yaitu dengan cara ibadah
atau spiritual apakah mbak setuju? Mau dimana kita natik berbicang-
bincangnya ? bagaimana kalau di tempat ini lagi? Baiklah kalau begitu kita
natik berjumpa lagi terimakasih.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Pertemuan Ke-4

A. proses keperawatan

1. kondisi klien

Ds: Pasien mengatakan dirinya sudah melakukan latian mengotrol


kemarahannya dan dirinya tidak ingin marah-marah lagi

Do:

Pasien tampak teang


Pasien tampak sehat
Pasien tampak sudah tersenyum
Pasien Nampak mau berinterakasan
2. diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus keperawatan
Tuk 6 : pasien dapat mengotrol perilakuk kekerasan dengan cara ibadah dan
spiritual
4. Intervensi dan tindakan keperawtan
a. eavaluasi jadwal yang sudah dibuat untuk mengontrol marah-marah
yang telah dilakukan sebelumnya

b. mengungkapkan rasa marah-marah atau mengontrol dengan cara


sepiritual dan ibadah

c. susunan jadwal latihan mengungkapkan atau mengontrol marah-marah


dengan spiritual dan ibadah
B. strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperwatan

SP4. Pasien latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sepiritual

1. salam terapeutik

Selamat pagi mbak bagaimana keadaan ibu sekarang ini ? sesuai dengan
kesepakatan ibu kemarin kita bertemu untuk berbincang-bincang

2. Evaluasi dan validasi

Bagaimana mbak apakah sudah dilakukan yang kita ajari kemarin? Apakah
yang mbak rasakan setelah melakukan latihan secara rutin? Sekarang coba
saya lihat jadwal harian mba?

C.kontrak

Topik: oh iya mbak bagaimana kalau kita mengontrol marah- marah


mbak dengan cara beribadah
Tempat: enaknya kita berbicara dimana mbak? Bagaimana kita
berbicara didepan ruang?apakah mbak setuju?
Waktu: mbak mau berapa lama kita berbicara? Bagaimana kalau 10
menit apakah mbak setuju?

2. Tahap kerja

Sekarang kita akan berbincang-bincang sedikit tentang cara mengontrol


marah dengan cara beribadah atau secar sepiritual baik mbak.. apakah
mbak sekarang masih merasa marah-marah, jengkel dengan sesuatu ?
kenapa mbak merasa jengkel ? apakah mbak sudah melakukan cara-cara
yang saya ajarkan untuk mengontrol marah-marah? Bagus sekali kalau
mbak sudah mau melakukannya

begini mbak selain cara yang sudah saya ajarkan kemarin ada cara lain
yang bias dilakukan untuk mengontrol ras marah yaitu dengan beribdah
atau kegiatan spiritual?
Sebelumya kalau boleh kalau mbak agamnya apa? Berate mbak pastinya
bias kan bezikir dan berdoa dan melakukan shlat kalau mbak bias
menggungkapkan dengan baik?

Jadi seperti ini mbak mksudnya cara mengontrol rasa marah dengan
kegiatan spiritual atau beribadah adalah apabila rasa marah itu tiba-tiba
muncul maka mbak bias mencegah dengan berzikir dan apa bila mbak
bias mengotrol marah dengan cara spiritual? Kalu mbak sudah tau coba
mbak, mbak praktekkan kembali bagaimana caranya mengontrol marah
dengan beribadah ya bagus sekali.

Jadi karena mbak sudah bisa dan sudah belajar cara mengontrol rasa
marah dengan berbagai macam cara maka mbak bias lakukan hal itu
secara rutin sehingga waktu perasaan marah itu muncul mbak sudah
terbiasa dan dapat mengendalikan rasa marah itu dengan cara yang baik.

3. Terminasi
a. Evaluasi respin klien
terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
bagaimana perassaan mbak setelah selesai bercakap-cakap
tentang cara mengontrol perasaan marah bersama saya ? apa
mbak merasa lebih baik dan dapat pengetahuan baru?
Evaluasi objektif
coba sekarang apa mbak masih ingat barusan kitabicara tentang
apa?
apakah mbak masih bisa menceritakan kembali bagaimana cara
mengontrol rasa marah dengan kegiatan ibadah atau sepiritual?
Baik sekali, mbak masih mengiat semuanya
b. Rencana tindak lanjut
baiklah dari hasil bincang-bincang kita barusan mbak sudah
faham cara mengontrol marah dengan kegiatan spiritual. Sesuai
dengan kesepakatan kita di awal bincang-bincangnya kita akhiri
sampai di sini dulu. Saya berharap nantinya mbak dapat
mengontrol rasa marahnya dengan cara yang lebih baik dan
dengan kegiatan yang lebih positif.

c. Kontak yang akan datang


Oh iya mbak berhubung kita sudah selesai berbincang-
bincangnya dan juga sudah selesai mencoba semua cara untuk
mengontrol marahnya maka mari kita susun jadwal hlatihan
kembali, mbak kira-kira maunya kita latihannya jam berapa?
Bagaimana kalau setiap pagi sekitar jam 10.00 pagi? Bagaimana
kalaubesok kita bertemu lagi mbak?
Baiklah kalau mbak setuju. Terimakasih ya mbak atas kerja
samanya dan sampai jumpa besok ya...

Anda mungkin juga menyukai