Anda di halaman 1dari 95

HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL

TOTAL DAN FUNGSI KOGNITIF PADA


LANSIA

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :
M. Salman Alfarisi
04121001060

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dwngan ini menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik di
Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian


hari didapati penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyatan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palembang, 18 Januari 2016


Yang membuat pernyataan

(M. Salman Alfarisi)

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : M. Salman Alfarisi
NIM : 04121001060
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN FUNGSI
KOGNITIF PADA LANSIA

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang

Pada tanggal :18 Januari 2016

Yang Menyatakan

(M. Salman Alfarisi)

iv
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL


DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

(M. Salman Alfarisi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 56 halaman)

Latar Belakang: Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab tersering
ketergantungan terhadap orang lain. Satu satu faktor yang diyakini dapat memicu kemunduran
fungsi kognitif adalah kadar kolesterol total yang tinggi. Kolesterol didalam pembuluh darah
dapat membentuk plak aterosklerosis. Jika plak ini terdapat di pembuluh darah otak, maka dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif sering muncul saat usia
lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kadar kolesterol total dan
fungsi kognitif pada Lansia.
Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross-sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang mengunjungi Puskesmas Sekip Kota Palembang.
Data diambil pada bulan desember 2015 dengan metode consecutive sampling. Pengambilan
sampel darah dilakukan untuk mengukur kadar kolesterol total, setelah itu dinilai fungsi kognitif
dengan instrumen MMSE berdasarkan pendidikan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji
Chi-square.
Hasil: Terdapat 92 lansia sebagai responden penelitian. Lansia dengan fungsi kognitif baik
sebanyak 47 (51%) sedikit lebih banyak daripada lansia dengan fungsi kognitif buruk yaitu
sebanyak 45 (49%). Uji statistik Chi-square didapatkan ada hubungan antara kadar kolesterol
dan fungsi kognitif (p=0,001). Uji korelatif didapatkan nilai koefisien korelasri somers'd 0,415.
Nilai odd ratio kadar kolesterol total tinggi terhadap normal didapatkan 4,2 dan nilai odd ratio
kadar kolesterol total sangat tinggi terhadap normal sebesar 8,4.
Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada Lansia.
Hubungan bernilai sedang berdasarkan koefisien korelasi. Lansia dengan kadar kolesterol total
tinggi 4,2 kali lebih mungkin untuk memiliki fungsi kogntif buruk dan lansia dengan kadar
kolesterol sangat tinggi 8,4 kali lebih mungkin untuk memiliki fungsi kognitif buruk
dibandingkan jika memilki kadar kolesterol total normal.

Kata Kunci: kadar kolesterol total, fungsi kognitif, lansia, MMSE

Palembang, 18 Januari 2016

Mengetahui,

Pembimbing I Wakil Dekan I

dr. Nur Riviati, Sp.PD dr. Mutiara Budi Azhar, SU, M.Med.Sc
NIP. 196906272 002122 2 003 NIP. 19520107 198303 1 001

v
ABSTRACK

ASSOCIATION BETWEEN TOTAL CHOLESTEROL SERUM LEVEL


AND COGNITIVE FUNCTION IN ELDERLY

(M. Salman Alfarisi, Faculty of Medicine Sriwijaya University, 56 pages)

Background: Cognitive function decline in elderly is the most common cause of dependence on
other person. One factor that believed can trigger cognitive function decline is high of total
cholesterol serum level. Cholesterol inside blood vessel can form atherosclerosis plaque. If this
plaque found in brain blood vessel, this plaque can cause cognitive function decline. Cognitive
function decline is often appear in old age. The purpose of this research is to analyse association
between total cholesterol serum level and cognitive function.
Methods: This research is an analytic obsevational study with cross-sectional design. The
population was a number of elderly who came to Sekip health center Palembang city. Data taken
in desember 2015 with consecutive sampling method. Blood sample taken to measure total
cholesterol level, after that the cognitive function assessed with MMSE based on formal
educational level. The data were statisticly analyzed using Chi-square.
Result: There were 92 elderly as the reseacrh respondent. Elderly with good cognitive function
found as much as 47 (51%), a little more than elderly with bad cognitive function which is found
as much as 45 (49%). Chi-Square test result, there is a association between total cholesterol
serum level and cognitive function (p=0,001). Somers'd correlation coefficient generate 0,415.
Odd ratio of high total cholesterol againts normal total cholesterol generate 4,2 and odd ratio
very high total cholesterol againts normal total cholesterol generate 8,4.
Conclusion: There is a association between total cholesterol serum level and cognitive function
in elderly. The association is intermediate rated based on correlation coefficient. Elderly with
high total cholesterol 4,2 times more likely to have bad cognitive function and elderly with very
high total cholesterol 8,4 times more likely to have bad cognitive function be compared if they
has normal total cholesterol.

Kata Kunci: total cholesterol, conitve function, elderly, MMSE

Palembang, 18 Januari 2016

Mengetahui,

Pembimbing I Wakil Dekan I

dr. Nur Riviati, Sp.PD dr. Mutiara Budi Azhar, SU, M.Med.Sc
NIP. 196906272 002122 2 003 NIP. 19520107 198303 1 001

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
dengan baik, skripsi yang berjudul "Hubungan antara Kadar Kolesterol Total
dan Fungsi Kognitif pada Lansia".
Penulis meyampaikan banyak terima kasih kepada dr. Nur Riviati, SpPD
selaku dosen pembimbing substansi dan teori dan ibu Sri Nita, S.Si. M.Si selaku
dosen pembimbing Metodologi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan perbaikan terhadap
penulisan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
dr.Djunaidi, SpPD dan dr. Syafyudin, M.Biomed selaku Penguji seminar proposal
dan seminar akhir skripsi, yang telah meluangakan waktu untuk menilai, memberi
masukan, saran dan kritik yang membangun pada penulisan penelitian ini. Dan
tak lupa, Penulis sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tersayang,
kakak-kakak saya, keluarga dan para sahabat atas semua bantuan yang telah
diberikan baik berupa materi, tenaga, pikiran, waktu maupun bantuan moral
spiritual untuk penulisan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam hal isi,
maupun cara penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk perbaikan di masa
mendatang. Dan terakhir, doa penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua.

Palembang, Januari 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACK ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................4
1.4. Hipotesis .......................................................................................4
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Lansia ............................................................................................6
2.1.1. Definisi ...................................................................................6
2.1.2. Gambaran Kondisi Lansia ......................................................6
2.1.3. Ilmu Kesehatan Lansia (Geriatri) ...........................................8
2.1.4. Proses Menua .........................................................................9
2.2. Fungsi Kognitif ..............................................................................13
2.2.1. Definisi ...................................................................................13
2.2.2. Domain Fungsi Kognitif ........................................................13
2.2.3. Anatomi Fungsi Kognitif .......................................................14
2.2.4. Menilai Fungsi Kognitif .........................................................16
2.2.5. Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia ................................17
2.3. Kolesterol .......................................................................................22
2.3.2. Definisi ...................................................................................22
2.3.2. Metabolisme Kolesterol .........................................................24
2.3.3. Pengukuran Kolesterol Darah ................................................26
2.3.4. Peran Kolesterol pada Pembentukan Aterosklerosis ..............27
2.4. Hubungan Fungsi Kognitif dan Kadar Kolesterol Darah ..............30
2.5. Kerangka Teori ..............................................................................31
2.6. Kerangka Konsep ...........................................................................31

viii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ..............................................................................32
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................32
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................32
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.........................................................34
3.5. Variabel Penelitian ........................................................................34
3.6. Definisi Operasional......................................................................35
3.7. Cara Pengambilan Data .................................................................37
3.8. Cara Pengolahan Data ...................................................................37
3.9. Kerangka Operasional ...................................................................39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian .............................................................................40
4.1.1. Deskripsi Penelitian................................................................40
4.1.2. Deskripsi Responden ..............................................................40
4.1.3. Karakteristik Sosiodemografi .................................................41
4.1.4. Kadar Kolesterol Total ...........................................................43
4.1.5. Fungsi Kognitif ......................................................................44
4.2. Pembahasan Hasil ..........................................................................47
4.3. Keterbatasan Penelitian ..................................................................50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ...................................................................................51
5.2. Saran ..............................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................53


LAMPIRAN ........................................................................................................57
ARTIKEL............................................................................................................72
BIODATA ...........................................................................................................82

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Pengaruh Faktor Eksogen dan Endogen ....................................................11
2. Perbedaan Komposisi Tubuh pada Usia 25 dan 75 Tahun ........................12
3. Lokalisasi Fungsional Lobus Otak ............................................................15
4. Sistem Limbik ............................................................................................16
5. Struktur Kimia Kolesterol .........................................................................24
6. Metabolisme Lemak ..................................................................................26
7. Pembentukan Aterosklerosis .....................................................................29
8. Kerangka Teori ..........................................................................................31
9. Kerangka Konsep.......................................................................................31
10. Kerangka Operasional ...............................................................................39

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Sindroma Geriatri ......................................................................................9
2. Etiologi MCI ..............................................................................................19
3. Kategori Lansia menurut WHO .................................................................35
4. Kategori Fungsi Kognitif dengan MMSE berdasarkan Tingkat
Pendidikan .................................................................................................37
5. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...................................................41
6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................42
7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...........................................42
8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan .........................................43
9. Statistik Deskriptif Kadar Kolesterol Total ...............................................43
10. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol Total ......................44
11. Distribusi Responden Berdasarkan Fungsi Kognitif .................................44
12. Fungsi Kognitif Responden Berdasarkan Pendidikan ...............................45
13. Fungsi Kognitif Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol Total ............45
14. Uji Chi-Square Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dan Fungsi
Kognitif pada Lansia..................................................................................46
15. Nilai OR Kadar Kolesterol Tinggi terhadap Normal .................................46
16. Nilai OR Kadar Kolesterol Sangat Tinggi terhadap Normal .....................47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Sertifikat Etik .............................................................................................57
2. Surat Keterangan dari kesatuan bangsa dan politik ...................................58
3. Surat Keterangan dari Puskesmas Sekip....................................................59
4. Surat Keterangan dari Dinas Kesehatan ....................................................60
5. Lembar Konsultasi .....................................................................................61
6. Lembar Penjelasan .....................................................................................62
7. Lembar Persetujuan ...................................................................................63
8. Data Responden .........................................................................................64
9. Mini Mental Examination State .................................................................65
10. Tabulasi Data Responden ..........................................................................66
11. Pengololahan data dengan SPSS ...............................................................70

xii
DAFTAR SINGKATAN

AGEs : Advanced Glycation end Products


AMT : Abbreiviated Mental Test
BPS : Badan Pusat Statistik
CDT : Clock Drawing Test
CPT : Cognitive Performance Test
DSM : Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorder
DV : Demensia Vaskular
FFM : Fat Free Mass
FM : Fat Mass
HDL : High Density Lipoprotein
HIV/AIDS : Human Imunodeficiency Virus/Accuired Imunodeficiency Syndrome
HMG-KoA : Hydroxy-methylglutaryl-coenzyme A
Lansia : Lanjut Usia
LDL : Low Density Lipoprotein
MCI : Mild Cognitive Impairment
MMSE : Mini Mental State Examination
MoCA : Montreal Cognitive Assessment
MRS : Magnetic Resonance Spectroscopy
NADPH : Nicotinamide Adenine Ainucleotide Phosphate
NCEP : National Cholesterol Education Program
PASAT : Paced Auditory Serial Audition Test
PERDOSSI : Persatuan Dokter Spesiali Saraf Indonesia
Posyandu : Pusat Layanan Terpadu
PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
Susenas : Survei Ekonomi Nasional
TMT : Trail Marking Test
UU : Undang-undang
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
WHO : World Health Organization

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia No 13 tahun 1998, lanjut usia atau
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Pada Susenas yang
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2013, didapatkan jumlah lansia
diseluruh Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,01 persen dari
jumlah seluruh penduduk Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Bertambahnya populasi lansia berakibat bertambah pula masalah
kesehatan yang timbul. Permasalahan pada lansia tampak pada implikasi klinis
dari proses menua. Terdapat beragam implikasi klinis dari proses menua , salah
satunya adalah penurunan fungsi kognitif (Setiati et al., 2009).
Penurunan pada fungsi kognitif merupakan salah satu dari sindroma geriatri,
yaitu masalah kesehatan yang paling sering dijumpai pada lansia (Boedhi-
darmojo, 2009). Pada kelompok lansia, penurunan funggsi kognitif merupakan
penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya
ketergantungan terhadap orang lain (Reuser et al., 2010). Penurunan ini dapat
disebabkan oleh penyakit degeneratif, gaya hidup yang tidak baik, penyakit kronis
seperti hipertensi dan diabetes, dan meningkatnya usia harapan hidup hampir di
seluruh belahan dunia juga ikut menjadi faktor resiko (Rochmah & Harimurti,
2009).
Di era modern saat ini, saat dimana segala hal menjadi instan mendorong
manusia untuk memiliki gaya hidup yang tidak baik. Gaya hidup yang tidak baik
seperti selalu mengkonsumsi makanan tinggi kalori namun rendah akan zat gizi
dan tidak rutin melakukan aktivitas fisik akan mendorong terjadinya obesitas,
diabetes melitus tipe 2 dan hiperkolestrolemia (Arisman, 2013). Maka dapat
dikatakan gaya hidup yang tidak baik dapat menambah dampak implikasi klinis
saat usia tua.

1
2

Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol di dalam darah.


Peningkatan kadar kolesterol darah diyakini menjadi faktor utama mendorong
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis terbentuk dari timbunan kolesterol dan
ester kolesteril dari lipoprotein plasma ke dinding arteri (Botham & Mayes, 2009).
Aterosklerosis yang merupakan penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi di
pembuluh darah otak (serebral). Penyumbatan arteri serebral akan menyebabkan
gangguan sirkulasi darah ke otak sehingga asupan oksigen dan gizi menuju otak
akan berkurang. Selanjutnya otak akan mengalami iskemi hingga infark yang
lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan neuron, struktur dan fungsi otak.
(Mardjono & Sidharta, 2010). Maka dari itu aterosklerosis dapat menjadi sebab
terjadinya penurunan fungsi kognitif ringan (Mild cognitive impairment) bahkan
demensia (Liwang & Estiasari, 2014).
Fungsi kognitif dapat dinilai dengan menggunakan beberapa instrumen,
yang biasanya menggunakan beberapa pertanyaan ataupun suatu perintah.
Instrumen ini berguna untuk skrining dan mengevaluasi perkembangan fungsi
kognitif. Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi pemeriksaan domain-domain
kognitif diantaranya atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah instrumen yang paling sering
digunakan untuk menilai dan mengevaluasi fungsi kognitif. MMSE merupakan
pemeriksaan yang mudah dan cepat dikerjakan, berupa 30 point-test terhadap
fungsi kognitif yang terdiri dari beberapa domain yaitu orientasi, memori kerja
dan memori episodik, kalkulasi, bahasa, dan visuospasial (Rochmah & Harimurti,
2009). Tes lainnya adalah Clock Drawing Test (CDT) atau tes menggambar jam
yaitu tes fungsi eksekutif dimana subyek diharuskan membuat gambar jam
dinding besar. Tes CDT hanya untuk menilai fungsi eksekutif, didalamnya
termasuk juga untuk menilai visuospasial, memori, dan kemampuan motorik.
Trial Marking Test (TMT) adalah instrumen lainnya untuk menilai fungsi
eksekutif. Pada tes ini subyek diharuskan membuat garis sesuai urutan huruf (A-
B-C dst) atau urutan gabungan huruf dan angka (1-A-2-B dst) (Britt-Marie, 2007).
Ketiga tes ini adalah tes yang paling mudah dilakukan namun domain yang dinilai
berbeda-beda.
3

Sudah ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti
mengenai penurunan fungsi kognitif dan fungsi eksekutif pada lansia. Penelitian
mengenai profil penurunan fungsi kognitif pada lansia oleh Mongisidi (2012)
yang dilakukannya pada lansia di kecamatan Kawangkoan Minahasa, memperoleh
hasil bahwa sebagian besar lansia sebanyak 72,1% sampel, masih memiliki fungsi
kognitif yang normal berdasarkan skor MMSE. Pemeriksaan dengan
menggunakan CDT memperoleh hasil 67,2% lansia memiliki fungsi eksekutif
yang baik. Hasil dengan meggunakan TMT-A dan TMT-B bermakna berbeda.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan TMT-A dan TMT-B memperoleh hasil
hampir sebagian besar sampel lansia mengalami penurunan fungsi eksekutif, di
mana sebesar 95,1% pada TMT-A dan 72,1% pada TMT-B. Penelitian lain
dengan topik yang sama, metode penelitian serupa namun di lokasi yang berbeda
dilakukan oleh Susanto (2015) di Panti Werdha Agape Tondano Manado. Pada
penelitian tersebut memperoleh hasil sebagian besar lansia memiliki fungsi
kognitif yang baik berdasarkan MMSE, sebagian besar memiliki fungsi eksekutif
yang baik dengan menggunakan CDT. Hasil pada pemeriksaan TMT-A dan TMT-
B didapatkan berbeda dengan pemeriksaan CDT dimana seluruh sampel
mengalami penurunan fungsi eksekutif dengan TMT-A, dan sebagian besar
mengalami penurunan fungsi eksekutif dengan TMT-B.
Penelitian analitik mengenai fungsi eksekutif, yang juga merupakan salah
satu domain dari fungsi kognitif pada lansia telah dilakukan oleh Abletara (2012).
Pada penelitian ini diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kolesterol darah total
dengan fungsi eksekutif diukur dengan TMT-B. Penelitian analitik mengenai
hubungan kadar kolesterol darah dengan fungsi kognitif di Indonesia belum ada.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Abletara (2008).
Perbedaannya pada penelitian sebelumnya yang dinilai adalah fungsi eksekutif
berdasarkan TMT-B, sedangkan pada penelitian ini yang dinilai adalah fungsi
kognitif berdasarkan MMSE. Oleh karena itu peneliti merasa perlu melakukan
penelitian mengenai hal tersebut.
4

1.2. Rumusan Masalah


Adakah hubungan antara kadar kolesterol total darah dengan fungsi kognitif
pada lansia ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kadar kolesterol total darah dengan fungsi kognitif pada lansia.
1.3.2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Didapatkan gambaran fungsi kognitif pada lansia dengan pengukuran
menggunakan MMSE.
2. Didapatkan gambaran kadar kolesterol total darah pada lansia.
3. Dianalisis hubungan antara kadar kolesterol darah dengan fungsi
kognitif pada lansia.

1.4. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar kolesterol total darah dengan fungsi kognitif
pada lansia.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat menjadi gambaran sekaligus skrining untuk
mengukur kadar kolesterol darah dan fungsi kognitif pada lansia.
2. Bagi Klinisi dan Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat lebih
menyadari pentingnya menjaga fungsi kognitif tetap baik salah satunya
dengan menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat.
5

4. Bagi Mahasiswa FK PDU Unsri


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa
mengenai hubungan antara total kolesterol dengan fungsi kognitif pada
lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
2.1.1. Definisi
Lansia Menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia No 13 tahun 1998, adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Lansia dapat dinilai potensial jika
masih bisa menciptakan suatu barang atau jasa, atau tidak potensial jika sudah
tidak berdaya untuk bekerja dan mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung
pada orang lain. Menurut WHO lansia diakatagorikan menjadi usia pertengahan
(middle age) yaitu 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old elderly) 75-90 serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lansia di Indonesia setiap tahun jumlahnya mengalami peningkatan baik
secara jumlah maupun persentase. Peningkatan jumlah lansia ini menyebabkan
meningkatnya usia harapan hidup namun berakibat juga terjadi peningkatan
masalah kesehatan pada lansia.

2.1.2. Gambaran Kondisi Lansia


Temuan mengenai gambaran global lansia saat ini dikutip dari Gambaran
kesehatan lansia di Indonesia Depkes RI (2012), diantaranya :
 Setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia.
 Pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih tinggi dari
negara yang maju.
 Masalah terbesar lansia adalah penyakit degeneratif.
 Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit
degeneratif tidak dapat beraktivitas baik seperti biasa.
Penyakit degeneratif merupakan suatu penyakit yang sering muncul seiring
bertambahnya usia seseorang. Definisi sederhananya adalah penyakit degeneragif
adalaha penyakit yang berhubungan dengan usia. Penyakit degeneratif tidak selalu
hanya muncul saat memasuki usia lanjut, namun dapat lebih cepat. Diantaranya
adalah penyakit alzheimer, parkinson, diabetes, stroke, dan penyakit jantung. Dari

6
7

sekian banyaknya pengaruh penyakit tersebut, penyakit stroke, dan jantung lah
yang paling mematikan. Komplikasi dari penyakit stroke adalah demnesia Hal ini
tidak lepas dari gaya hidup kurang sehat.
Lansia di Indonesia saat ini umumnya sangat kurang pendidikannya. Di
tahun 2013 hampir 84 % lansia masih berpendidikan rendah yaitu SD kebawah.
Sebesar 25,17 % lansia tidak atau belum pernah bersekolah, 32,59 % lansia tidak
lulus SD dan 27,72 persen lansia yang hanya tamat SD (BPS, 2013). Riwayat
pendidikan lansia tentu menjadi suatu masalah tersendiri. Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Rendahnya tingkat pengetahuan
lansia akan mempengaruhi kesehatannya.
Tingkat pendidikan lansia akan berpengaruh terhadap fungsi kognitif.
Menurut Turanan dan Handayani (2013) lansia yang berpendidikan lebih tinggi
akan lebih mampu mencegah pernurunan fungsi kognitif dibanding lansia yang
berpendidikan rendah. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Abletara (2008)
penelitiannya memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan lansia mempengaruhi
fungsi kognitif lansia khususnya fungsi eksekutif.
Status Pekerjaan lansia berdasarkan hasil Sakernas tahun 2013
memperlihatkan tingginya jumlah lansia potensial. Dari keseluruhan lansia,
sekitar 46,33 % diantaranya masih berkerja, 29,88 % melakukan kegiatan
mengurus rumah tangga, dan 0,25 % masih berusaha mencari pekerjaan atau
mempersiapkan usaha (pengangguran). Sisanya sebanyak 23,54 % lansia hanya
melakukan kegiatan pribadi lainnya sehari-hari seperti berolahraga, kegiatan
sosial, bermain, mengurus diri sendiri atau tidak melakukan apapun (BPS, 2013).
Tingginya jumlah lansia yang bekerja dapat juga berpengaruh pada keadaan
fungsi kognitif. Pada penelitian Wreksoadmojo (2014) dilakukan di Jakarta
didapakat hasil bahwa Engagement Social atau interakasi sosial pada lansia dapat
berpengaruh pada fungsi kognitif. lansia yang berkerja tentu sering aktif
berinteraksi sosial ketimbang lansia yang hanya berdiam diri dirumah.
8

2.1.3. Ilmu Kesehatan Lansia (Geriatri)


Buku ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (2009) menjelaskan, Geriatri adalah
cabang ilmu kedokteran penyakit dalam yang berkepentingan pada aspek
pencegahan , peningkatan, pengobatan, rehabilitasi dan psiko-sosial dari penyakit
pada penderita lanjut usia. Geriatri dapat dikatan sebagia bagian dari gorontology.
Pengertian gorontology lebih luas yakni segala ilmu yang mempelajari mengenai
lanjut usia. Geriatri juga biasa disebut gorontology medik.
Geriatri lahir dari banyaknya masalah kesehatan yang terjadi pada lansia.
Masalah kesehatan ini biasnya disebut sindroma geriatri. Sindroma geriatri adalah
gejala atau keluhan kesehatan yang paling sering muncul pada lansia. Sindroma
ini bukanlah suatu penyakit atau diagnosa, sehingga diperlukan suatu assesment
lebih lanjut untuk mencari latar belakang, agar dapat dilakukan penanganan lebih
lanjut. Banyak ahli yang mencetus ide mengenai pembagian sindroma geriatri
(tabel 1).
Masalah bagi tenaga medis yang timbul dari kesehatan lansia adalah
sulinya membedakan apakah proses menua yang terjadi semata-mata murni
karena proses menua tersebut atau penyakit yang menyertai. Amat dibutuhkan
penelitian yang dapat membedakan penurunan fungsi akibat proses penyakit atau
proses menua yang normal (Setiati et al., 2009).
Di Indonesia sendiri, yang merupakan negara tropis dan negara
berkembang memiliki ciri khas pada masalah kesehatan yang dialami pada lansia.
Masalah kesehatan atau penyakit yang sering terjadi pada lansia adalah penyakit
Rematik (sendi), hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru seperti
bronchitis/dyspnea, diabetes melitus, jatuh, paralisis atau lumpuh, TBC paru,
patah tulang dan kanker. Berdasarkan jenis kelamin lebih banyak lansia wanita
yang mengalami kelehuan kesehatan, kecuali untuk Bronkitis yang umunya
karena pengaruh rokok. Kesehatan dan status fungsional seorang lanjut usia
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, psikologik, dan sosioekonomi (Boedhi-
Darmojo,2009).
9

Tabel 1. Sindroma Geriatri


Cape et al : The O Complex Coni, Weber, dan Davinson : The Big Three
 Fall 1. Intelectual Failure
 Confusion 2. Instability/Immobility
 Incontinence 3. Incontinence

 Iatrogenik Disorder
 Impaired homeostatis
Solomon et al, California, UCLA : Brocklehurst, Allen et al : The Geriatric
The 13 I Giants
1. Immobility 1. Cerebral syndromes
2. Impaction 2. Bone diseases and fractures
3. Instability 3. Autonomic Disorder
4. Iatrogenic 4. Confusion and Dementia
5. Intelectual Impairment 5. Pressure sores (decubitus)
6. Insomnia 6. Falls
7. Incontinence 7. Incontinence
8. Isolation
9. Impotance
10. Imuno-defficiency
11. Infection
12. Inanition
13. Impairment of vision, smell,
hearing etc
Sumber : Boedhi-Darmojo dalam Geriatri 2009

2.1.4. Proses Menua


Menua secara garis besar diartikan sebagai proses yang mengubah seorang
dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya
sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap
berbagai penyakit (Setiati et al., 2009). Dikutip dari buku ajar Geriatri Boedhi-
10

Darmojo (2009), ada beberapa teori yang dapat menjelaskan proses menua pada
manusia, secara ringkas teori menua adalah kombinasi dari :
1. Serangkaian proses yang telah ditentukan secara genetik pada setiap
spesies, bisa telihat dari gambaran usia hidup tiap spesies berbeda-
beda.
2. Adanya mutasi somatik yang beruntun secara berkala hingga pada
suatu waktu kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat meledak sebagai
katastrop. Disini tersangkut kesalahan pada proses transkripsi dan
translasi (proses pada meteri getenik tingkat sel).
3. Adanya kerusakan sistem imun tubuh, berbentuk sebagai proses
heteroimunitas maupun auto imunitas.
4. Adanya kerusakan sel, jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas
yang dapat terbentuk dari badan sendiri. Tubuh sebenarnya dapat
menangkal dengan membentuk enzim seperti peroksida, dismutase,
katalase, glutation, peroksida dan sebagainya namun proses
terpaparnya radikal bebas adalah proses yang panjang.
5. Peristiwa menua akibat proses metabolisme badan sendiri, antara lain
karena kalori yang berlebihan atau kurang aktivitas dan sebagainya.
Teori ini disebut teori glikosilasi. Prosesnya bermula dari penimbunan
makromolekul pertautan glukosa-protein yang disebut advanced
glycation end products (AGEs).
Selain kelima teori yang disbut sebelumnya, ada suatu konsep fisiologis
penuaan yang di perkenalkan oleh Waltor Cannon, yaitu konsep homeostenosis.
Homeostenosis adalah keadaan berkurangnya cadangan homeostatis seiring
dengan meningkatnya usia. Setiap perubahan yang menjauhi keadaan dasar maka
akan semakin besar cadangan fisiologis yang diperlukan untuk kembali ke
homeostatis. Lansia tidak hanya memiliki cadangan fisiologis yang berkurang,
namun juga menggunakan cadangan fisiologis itu hanya untuk mempertahankan
homesotatis (Setiati et al, 2009).
Menua adalah proses yang tidak dapat dihindari, namun semua orang dapat
melakukan tindakan yang bersifat mencegah dan menyingkirkan efek buruk dari
11

penuaan. Healthy aging adalah suatu landasan konsep yang bertujuan untuk tetap
sehat walaupun menjadi tua. konsep in pertama kali dikemukakan oleh Takemi
(1977). Terdapat dua faktor secara garis besar yang dapst mempengaruhi proses
menua, dimana jika dikendalikan dengan baik dapat membawa setiap orang
menuju tua yang sehat. Kedua faktor itu dikemukakan oleh Darmojo (2009), yaitu
faktor eksogen dan endogen.
Tentunya dari kedua faktor ini yang bisa untuk dikontrol adalah faktor
eksogen atau pengaruh dari luar. Seperti misalnya gaya hidup. Di era modern
seperti saat ini mendorong setiap orang untuk dapat melakukan segala sesuatu
secara instan. Orang banyak lebih memilih untuk diam menonton
Televisi daripada beraktivitas yang lebih bisa membakar kalori. Tersedianya
makanan yang banyak mengandung kalori namun rendah zat gizi juga ikut
menyumbang banyak sekali masalah-masalah kesehatan (Arisman, 2009). Karena
dari itu salah satu upaya seseorang untuk mencapai Healthy Aging dan mencegah
penyakit degeneratif adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Mengurangi konsumsi makanan berkalori tinggi, berolahraga dan tidak merokok
adalah hal sederhana yang dapat dilakukan setiap orang.

Endogen Faktor

Sel Genetik Organ

Menua Sehat

lingkungan Gaya hidup


Eksogen Faktor

Gambar 1. Pengaruh faktor eksogen dan endogen.


Sumber : Boedhi-Darmojo dalam Geriatri 2009
12

Pengaruh penting dari proses menua yang terjadi adalah perubahan


komposisi tubuh. Secara garis besar kompartemen tubuh terdiri dari fat free mass
(FFM) atau massa bebas lemak dan fat mass (FM) atau massa lemak. Komponen
FFM adalah air, protein, dan mineral-mineral, cairan intrasel dan ekstrasel, organ
vital, tulang dan terutama otot termasuk FFM. Perubahan yang terjadi pada lansia
adalah penurunan FFM dan peningkatan FM, terutama pada otot. Otot yang
tersusun oleh protein karena proses menua terjadi proses transkripsi gen yang
mensintesis protein otot. Maka kandungan protein ini akan diganti oleh lemak.
Pengaruh perubahan komposisi tubuh ini terlihat pada pengukuran antropometri
(Asiah & Tjakradidjaja, 2013).
Cree (2013) pernah melakukan penelitian mengenai kandungan trigliserid
pada lansia dan kelompok usia lain. Penelitian ini menghasilkan termuan bahwa
pada lansia yang sehat tanpa penyakit endokrin metabolik seperti diabetes dan
dislipidemia ditemukan bahawa terjadi peningkatan kandungan lemak trigliserid
pada jaringan otot (intramyoseluler) dan hati (liver). Pemeriksaan dilakukan
dengan Magnetic resonance spectroscopy (MRS). Hasil lainnya ditemukan bahwa
korelasi bermakna pada kandungan lemak hati dengan lemak adiposa yaitu
timbunan lemak pada jaringan ikat dibawah lapisan kulit. Pemeriksaan lemak
darah juga ditemukan lebih banyak kandungan asam lemak bebas (free fatty acid)
dan trigliserid pada lansia.

Gambar 2. Perbedaan komposisi tubuh pada usia 25 dan 75 tahun.


Sumber : Asiah & Tjakradidjaja 2009 dalam Perubahan komposisi tubuh pada lanjut usia 2013
13

2.2. Fungsi Kognitif


2.2.1 Definisi
Fungsi kognitif menurut behavioral neurology, adalah suatu proses dimana
semua masukan sensoris dari panca indra (taktil, visual, dan auditorik) akan
diubah, diolah, disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron
secara sempurna sehingga individu mampu melakukan penalaran terhadap suatu
masukan sensoris tersebut.

2.2.2 Domain fungsi kognitif


Konsep yang paling banyak digunakan untuk menerangkan domain-domain
fungsi kognitif diantaranya :
a. Atensi (pemusatan perhatian, fokus pikiran)
Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memeperhatikan hanya pada
satu stimulus tertentu, dan mampu mengabaikan stimulus yang lain yang tidak
dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbik
dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan
mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan
kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama.
Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti
memori, bahasa, dan fungsi eksekutif.
b. Bahasa (komunikasi)
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang
membangun kemampuan fungsi kognitif jika terdapat gangguan bahasa,
pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami
kesulitan atau tidak dapat dilakukan.
c. Memori (daya ingat)
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi,
proses penyimpanan serta proses mengingat. semua hal yang berpengaruh dalam
ketiga proses tersebut mempengaruhi fungsi memori.
d. Visuospasial (pengenalan ruang)
14

Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti


menggambar atau meniru berbagai macam gambar seperti bangun datar yang
sederhana (lingkaran, persegi, segi lima) dan menyusun balok-balok. Semua lobus
berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer
kanan berperan paling dominan
e. Fungsi eksekutif (fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemecahan masalah,
dan pelaksanaan)
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan
kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks
prefrontaldorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan dengan daerah
tersebut. Fungsi eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition (kemauan),
planning (perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance
(pelaksanaan yang efektif) (Ginsberg, 2007).

2.2.3. Anatomi Fungsi Kognitif.


Fungsi kognitif merupakan fungsi otak yang tinggi, dapat diklasifikasi
mejadi, fungsi yang terdistribusi dan fungsi yang terlokalisasi (Ginsberg, 2007) :
1. Fungsi yang terdistribusi
a. Atensi & Konsentrasi
Proses pada atensi sama dengan proses kesadaran, yaitu sistem
aktivasi retikular yang berproyeksi ke talamus, dan kemudian korteks
serebri secara difus.
b. Memori
Sistem memori dapat dibagi menjadi dua yaitu memori episodik dan
memori semantik.
Memori episodik misalnya kemampuan menyimpan suatu kejadian
kronologi (misalnya mengingat autobiografi). Memori episodik
terpusat di hipokampus dan talmus serta hubungan-hubungannya yang
lebih luas dapat dikatakan sebagai sistem limbik.
15

Memori semantik adalah memori yang digunakan untuk mengingat


suatu pengetahuan secara umum, misalnya mengingat konsep-konsep
ilmu pengetahuan alam. Memori in terletak pada neokorteks temporal.
c. Fungsi Eksekutif
d. Lobus frontal hemisfer serebri, terutama area prefrontal, meeupakan
area yang epnting untuk fungsi eksekutif normal.
2. Fungsi yang terlokalisasi
a. Bahasa
Bahasa terlokalisasi pada hemisfer dominan, kebanyakan orang
hemisfer dominan terletak di hemisfer serebri kiri. Pada hesmisfer
dominan fungsi bahasa terletak di lobus frontal inferior (area broca)
dan lobus temporal (wernicke).
b. Visuospasial
Visuospasial befungsi di hemisfer non-dominan, walaupun stidak
sepenuhnya berada di hemisfer ini.

Gambar 3. Lokasisasi fungsional lobus otak


Sumber : Ginsberg dalam Lecture Notes Neurologi edisi ke-8 2008
16

Gambar 4. Sistem Limbik


Sumber : Snell dalam Neuroanatomi Klinik 2002

2.2.4. Menilai Fungsi Kognitif


Fungsi kognitif dapat dinilai melalui beberapa instrumen. Pada praktek
klinis fungsi kognitif umumnya digunakan pada mereka yang memang dicurigai
mengalami penurunan fungsi kognitif dan biasanya lansia. Beberapa instrumen
yang sering digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE) dan
Clock Drawing Test (CDT).
1. Mini Mental State Examination (MMSE)
MMSE digunakan untuk menilai fungsi kognitif dibagi
berdasarkan domain-domain pada fungsi kognitif diantaranya atensi,
memori, bahasa, dan visuospasial. Dinamakan mini mental karena
pemeriksaaan ini hanya untuk menilai fungsi kogntif bagian dari status
mental tanpa menilai yang lain seperti emosi, aktifitas harian dan
gangguan kepribadian. MMSE berisikan pernyataan dan perintah
kepada pasien. Pada domain memori pasien diminta untuk menyebut
tempat dan waktu (orientasi) setelah itu mengingat tiga kata yang telah
dikatakan oleh pemeriksa sebelumnya (recall). Pada domain bahasa
yang harus dilakukan oleh pasien anatara lain menyebut tiga benda
yang ditunjuk oleh pemeriksa dan kemampuan melakukan perintah oleh
pemeriksa. Pada domain visuospasial pasien ditugaskan untuk
menggamnbar segi lima yang berpotongan. Dan terakhir pada domain
17

atensi pasien disuruh untuk berhitung atau mengeja kata diurutkan dari
belakang (Gallo et al., 2006).
2. Clock Drawing Test (CDT)
Pada pemeriksaan CDT bertujuan untuk menilai bagiamana pasien
melakukan suatu perintah yang sedikit kompleks. Pada dasarnya CDT
diunakan untuk mengukur fungsi eksekutif namun segala luas CDT
juga berguna untuk menilai beberapa fungsi lain seperti visuospasial,
konsep waktu, memori, dan psikomotorik. Ada empat komponen
penting yang dinilai pada pemeriksaan CDT yaitu :
a. Membuat lingkaran tertutup
b. Menulis lengkap 12 angka
c. Melekatkan angka pada posisi yang tepat
d. Menggambar jarum jam pada posisi yang tepat, sesuai perintah
Tiap poin diberi satu nilai, maka total semuanya ada empat. Jika satu
saja dari poin tersebut tidak dilakukan maka pasien dinilai mengalami
penurunan fungsi eksekutif (Gallo et al., 2006).
Selain pemeriksaann MMSE dan CDT, terdapat beberapa instrumen lain
yang bisa digunakan untuk menilai fungsi kognitif diantaranya :
 Abbreiviated Mental Test (AMT)
 Montreal Cognitive Assessment (MoCA)
 Galveston Orientation and Amnesia Test
 Continuous Performance Test (CPT) dan Vigilance Complex Test (VCT)
 Trail Marking Test (TMT)
 Digit Span Forward and Backward
 Paced Auditory Serial Addition Test (PASAT)
 Cognitive Performance Test (CPT)
2.2.5. Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia
1. Penurunan fungsi kognitif karena penuaan
Pada proses penuaan terjadi beberapa perubahan pada tubuh.
Perubahan ini merupakan implikasi klinis dari proses fisiologis penuaan
(teori homeostenosis). Proses penuaan membuat gungsi kognitif mengalami
18

pemunduran. Beberapa perubahan yang terjadi pada fungsi kognitif antara


lain (Setiati et al, 2009) :
 Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual (potensi belajar)
berkurang
 Berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transmisi.
 Berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori.
 Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi
di susunan saraf pusat. Pada lansia dapat terjadi penurunan daya ingat dan
gangguan psikomotor yang masih wajar, disebut sebagai "sifat pelupa
benigna akibat penuaan (benign senescent forgetfullness). Keadaan ini tidak
menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berbeda dengan keadaaan
klinis demensia. Pada demensia sudah ditemukan gangguan aktifitas sehari
hari dan juga gangguan prilaku (Boedhi-Darmojo, 2009).
2. Mild cognitive impairment (MCI)
Mild cognitive impairment (MCI) atau penurunan fungsi kognitif
ringan merupakan keadaan penurunan fungsi kognitif namun belum
termasuk demensia. Menurut konssensus The International
Psychogeriatric Association Expert Conference tahun 2004, disebut MCI
apabila memenuhi kriteria berikut :
1. Pasien tidak normal, namun tidak demensia (merujuk pada
diagnosis menurut DSM-IV)
2. Adanya bukti deteriorasi kognitif berupa penurunan hasil uji
kognitif dan/atau laporan subyektif mengenai penurunan kognitif
oleh pasien dan/atau orang lain.
19

3. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan minimal tidak terjadi


gangguan pada bahasa secara kompleks.
Pada kelompok lansia berusia 60-75 tahun, prevalensi MCI sekitar
5%. Sedangkan pada usia yang lebih tua >75 tahun sekitar 18%. Dalam
beberapa studi telah membuktikan bahwa MCI merupakan faktor resiko
terjadinya penyakit Alzheimer (60%) dan demensia vaskular (33%) dalam
3,5 tahun pengamatan. Penyebab terjadinya MCI diyakini karena adanya
penyakit yang mendasari. MCI dapat dikatakan suatu transisi dari keadaan
normal menuju demensia, sehingga diduga patofisiologi yang
mendasarinya sama dengan demensia. Secara prognosis penderita MCI
memiliki peningkatan resiko 11% per tahun untuk mengalami Alzheimer
dan 14% per tahun untuk mengalami demensia, dimana lansia normal
memiliki resiko mengalami Alzheimer 1-2% per tahun (Liwang &
Estiasari, 2014).
Tabel 2. Etiologi MCI
Faktor MCI yang memiliki hubungan Faktor MCI yang memiliki hubungan
kuat lemah
Penyakit Parkinson serangan iskemia transient
Penyakit Huntington kelainan kronik yang mengganggu
perfusi otak
Pre-demensia gangguan cemas
cedera otak berat gagal jantung
infeksi otak Anemia
Tumor intraserebral besar Penyakit paru obstruktif kronik
Proses patologi pada korteks HIV/AIDS
Depresi berat epilepsi
Gangguan psikotik gangguan somatik
Intoksikasi alkohol berat gangguan bipolar
Intoksikasi obat-obatan penyakit hati dan ginjal
Kelainan endokrin metabolik masalah psikososial
Sumber : Liwang & Estiasari dalam Mild Cognitive Impairment Kapita Selekta Kedokteran 2014
20

3. Demensia vaskular
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Orang awam mengenal
demensia pada lansia sebagai penyakit "pikun". Selain penurunan fungsi
kognitif demensia juga bermanifestasi klinis pada perubahan prilaku.
Sering terlihat bahwa keadaan seorang lansia yang melakukan tindakan
aneh seperti bermain air, mengaduk-aduk lemari, tiba-tiba berubah marah
dan lain sebaginya (Mardjono & Sidharta, 2010).
Terdapat beberapa jenis demensia. Demensia yang sering terjadi
adalah demensia tipe Alzheimer. Demensia lainnya adalah demensia
vaskular atau demensia multi-infark. Demensia vaskular merupakan jenis
demensia kedua terbanyak. Selain kedua tipe tersebut tedapat demensia
dengan badan lewy dan demensia fronto temporal. pada penderita sering
dijumpai gejala dan tanda dari demensia tipe campuran (multi-infark dan
Alzheimer) (Darmojo, 2009).
Demensia vaskular (DV) merupakan suatu jenis demensia yang
etiologinya berasal dari kelainan serebrovaskular. Dahulu demensia
vaskular disebut demensia multi infark. Diagnosis demensia vaskular
ditegakan salah satu syaratnya adalah terlihat jelas adanya faktor resiko
kelainan vaskular seperti hiperkolestrolemia, hipertensi, diabetes melitus
atau kombinasi semuanya (Sadock & Sadock, 2014). Di Asia sendiri
diperkirankan demensia vaskular paling banyak terjadi diantara demensia
lainnya (Rochmach &Harimurti, 2009).
Sindroma demensia ini secara klinik terdiri dari gangguan
intelektual (penurunan fungsi kognitif lebih dari dua domain kognitif)
yang didapat dan gangguan fungsional (aktifitas hidup sehari-hari dan
pekerjaan), disebabkan oleh iskemia pada jaringan otak, perdarahan atau
hipoksik otak. Diagnosa demensia ditegakan setelah 3 bulan pasca stroke
dengan gangguan kognitif menetap sesuai kriteria demensia. Demensia ini
dapat bercampur dengan demensia Alzheimer dan disebut demensia tipe
campuran.
21

Karakteristik demensia vaskuler terdiri dari gejala-gejala neurologi


fokal, defisit neurobehavior (kognitif dan nonkognitif) dengan batasan
yang luas sebagai refleksi heterogenitas dari lesi otak yang berperan.
Gejala neurobehavior untuk kognitif meliputi atensi, konsentrasi, fungsi
memori, fungsi bahasa, fungsi visuospatial, gnosis, praksis, fungsi
eksekutif, dan gejala non kognitif/fungsi emosi meliputi depresi, mania,
anxietas, labilitas, agitatif dan psikosis.
Faktor risiko potensial untuk terjadinya demensia vaskuler adalah:
Hipertensi; Arteriosclerosis, diabetes mellitus, penyakit jantung,
hiperkolestroleemia, merokok, faktor – faktor risiko ini memperberat
arteriosklerosis yang sudah terbentuk sejak usia muda (Modul
neurovaskular PERDOSSI, 2009).

Kriteria diagnostik
Berdasarkan PPDGJ-III :
1. Kriteria diagnostik umum
· Adanya penurunan kemampuan, baik dalam daya ingat, maupun
daya pikir seseorang sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari
· Tidak ada gangguan kesadaran, kecuali bila bertumpang tindih
dengan delirium
· Gejala dan hendaya tersebut harus sudah nyata untuk setidak-
tidaknya 6 bulan.
2. Kriteria diagnostik khusus demensia vaskular
· Terdapatnya gejala demensia
· Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat
hilangnya daya ingat, hendaya intelek, dan tanda neurologis fokal).
Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap
baik
· Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai
adanya gejala neurologis fokal , meningkatkan kemungkinan
diagnosis demensia vaskular.
22

Berdasarkan DSM-IV-TR :
Demensia Vaskular :
1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan baik oleh :
· Hendaya memori (terganggunya kemampuan mempelajari informasi
baru atau mengingat informasi yang sebelumnya)
· Satu atau lebih gangguan kognitif di bawah ini :
a. Afasia (gangguan berbahasa yang bukan karena gangguan
motorik)
b. Apraksia (gungguan kemampuan motorik, mesti fungsi motorik
masih intak)
c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski
fungsi sensori masih intak)
d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif.
2. Defisit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan
hendaya yang signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta
menggambarkan penurunan tingkat kemampuan berfungsi yang
sebelumnya signifikan.
3. Tanda dan gejala neurologis fokal yang dianggap secara etiologi
berkaitan dengan etioloigi tersebut.
4. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium (Sadock & Sadock, 2014).

2.3. Kolesterol
2.3.1. Definisi
Kolesterol adalah prekursor semua steroid di dalam tubuh, termasuk disini
adalah kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D. Senyawa ini
juga mempunyai peran sebagai struktur di membran dan lapisan luar sel dan
lapisan organel sel. Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol
bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lamak rantai
panjang sebagai ester-kolesteril. Kolesterol plasma berkitar 70% dari semua
kolesterol yang ada didalam tubuh.
23

Kolesterol merupakan salah satu jenis lipid. Kolesterol adalah lipid


amfipatik, yaitu gabungan dari sifat senyawa yang hidrofob dan hidrofil. Lipid
tidak dapat larut dalam air, begitupun kolesterol walaupun bersifat amfipatik.
Proses transpor lipid di dalam plasma yang berbahan dasar air adalah dengan cara
menggabungkan lipid dengan protein transpor, gabungan senyawa ini membentuk
lipoprotein.
Makanan sehari-hari menyumbang sekitar 50% kolesterol didalam tubuh,
dan sisanya kolesterol berasal dari sintesis di dalam tubuh (sekitar 700mg/hari).
Hapir semua sel yang berinti mampu membentuk kolesterol. Hati dan usus adalah
menyumbang 10% dari semua kolesterol yang disintesis.
Di plasma terdapat beberapa bentuk lipid, terdiri dari triasilgliserol (16%),
fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan ester kolesteril (36%) serta sekidit asam
lemak bebas (4%). Di dalam plasma semua bentuk lipid ini berikatan dengan
protein pengemban yang bisa disebut alipoprotein. Gabungan dari protein dan
lipid ini disebut Lipoprotein.
Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) plasma adalah kendaraan untuk
membawa kolesterol dan ester kolesteril kebanyak jaringan sedangkan lipoprotein
berdensitas sangat rendah (VLDL) mengangkut triasilgliserol. Kolesterol bebas
dikeluarkan oleh jaringan oleh lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) plasma dan
diangkut ke hati tempat senyawa kolesterol dieleminasi oleh tubuh tanpa diubah
atau setelah diubah menjadi asam empedu. Kilomikron, yang juga merupakan
jenis lipoprotein bertugas untuk membawa kolesterol dari usus menuju hati. LDL
biasa disebut sebagai kolesterol jahat dikarenakan fungsinya mengedarkan
kolesterol dan ester kolesteril ke seluruh tubuh dan mempunyai resiko tinggi
untuk membentuk aterosklerosis. Sedangkan HDL biasa disebut kolesterol baik
karena mengantar kolesterol kembali menuju hati kemudian dieleminasi dan HDL
juga dinilai memiliki fungsi protektif mencegah terbentuknya aterosklerosis.
Peran patologi kolesterol paling utama adalah pembentukan aterosklerosis
yang dimana paling sering terjadi di arteri-arteri vital seperti koroner dan arteri
otak. Penyakit yang dapat timbul oleh ketidakseimbangan metabolisme kolesterol
antara lain sebutannya adalah dislipoproteinemia, hiperkolestrolemia, dan
24

dislipidemia. Selain itu kolesterol dapat menyebabkan batu empedu atau batu
saluran empedu (Botham & Mayes, 2009) (Guyton & Hall, 2012).

Gambar 5. Struktir kimia kolesterol


Sumber : Guyton & Hall dalam Fisiologi Kedokteran 2012

2.3.2. Metabolisme Kolesterol


Pembentukan kolesterol di tingkat sel bermula dari tiga molekul asetil-KoA
membentuk mevalonat. Kemudian dari bentuk mevalonat berubah menjadi
Isoprenid lima-karbon, dan enam dari unit ini menyatu membentuk skualen.
Skualen menmgalami pendauran untuk membentuk steroid induk lanosterol yang
membentuk kolesterol setelah 3 gugus metil dikeluarkan secara lebih rinci sintesis
kolesterol dapat dibuat menjadi 5 tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Sintesis kolesterol awalnya terjadi di sitoplasma. Awalnya 2 molekul
Asetil-KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalis
oleh tiolase sitosil. Proses kondensasi dari asetoasetil-KoA dengan
asetil-KoA dikatalis oleh HMG-KoA sintase membentuk HMG-KoA,
kemudian direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalis oleh
HMG-KoA reduktase. Maka dengan kata lain mevalonat terbentuk dari 3
molekul asetil-KoA. Tahap ini merupakan tahap dimana obat golongan
statin bekerja. Obat golongan statin merupakan obat penurun kolesterol
paling efektif karena bekerja di awal tahap sintesis, yaitu sebagai
inhibitor HMG-KoA reduktase.
25

2. Mevalonat mengalamni fosforilasi oleh ATP dengan 3 kali kinase,


kemudian dekarboksilasi terbentuk unit isoprenid aktif berupa isopentenil
difosfat.
3. Pembentukan skualen dari 6 unit isoprenid.
4. Sturtur Skualen dapat melipat membentuk stuktur yang mirip dengan inti
steroid. Setelah terlipat, terbentuklah skualen epoksida. Skualen epoksida
kemudian membentuk lanosterol dengan bantuan katalis
oksidoskualen:lanosterol siklase.
5. Tahap terakhir pembentukan kolesterol terjadi di retikulm endoplasma.
Masih belum dapat dipastikan tahap pembentukan senyawa, namun
secara garis besar Lanosterol beberapa kali mengalami reduksi gugus
membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan rangkap rantai samping pada
desmosterol direduksi kemudian dan menghasilkan kolesterol (Botham &
Mayes, 2009).
Menurut Guyton & Hall (2012), dalam bukunya mengenai fisiologi
metabolisme lipid, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol
didalam darah antara lain :
1. Jumlah konsumsi kolesterol harian, namun peningkatan ataupun
pengurangan konsumsi kolesterol biasanya hanya mempengaruhi 15
persen kadar kolesterol serum.
2. Konsumsi lemak jenuh dapat meningkatkan 15 sampai 25 persen.
Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya lemak di hati kemudian dapat
meningkatkan jumlah asetil-KoA yang merupakan bahan dasar
kolesterol.
3. Kekurangan insulin atau resistensi insulin dapat mempengaruhi enzim-
enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme kolesterol dan
lipid lainnya terutama trigliserid. Pada keadaan resistensi insulin seperti
pada penyakit Diabetes Melitus tipe 2 atau Sindroma Metabolik dapat
menyebabkan perubahan kandungan LDL yang awalnya mengandung
banyak ester kolesteril berubah menjadi banyak mengandung trigliserid.
Karena struktur trigliserid lebih kecil maka LDL akan menjadi lebih kecil
26

dan lebih padat. LDL baru ini bersifat lebih mudah teroksidasi ke
pembuluh darah dan dapat membentuk aterosklerosis.

Gambar 6. Metabolisme Lemak


Sumber : Botham & Mayes dalam Biokimia Harper 2009

2.3.3. Pengukuran kolesterol darah


Standar baku emas untuk setiap pengukuran zat pada plasma maupun
cairan tubuh lainnya adalah dengan pemeriksaan laboratoris patologi klinik.
Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan dengan metode Spektrofotometri di
laboratorium. Pemeriksaan laboratoris memiliki beberapa kekurangan antara lain
harga yang mahal waktu pemeriksaan yang relatif lama dan pengambilan darah
vena secara invasif. Cara lain yang dapat dilakuakan adalah dengan menggunakan
metode Electrode based Biosensor yang biasa orang awam kenal dengan alat
portable pemeriksaan kolesterol. Metode Electrode based Biosensor dapat
dilakukan dengan alat yang lebih mudah dipakai, murah dan pengambilan sampel
tidak invasif. National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in adults (Adult
Treatment panel III) tetap merekomendasikan pemeriksaan kolesterol dengan
menggaunakan metode spektrofotometri.
Suwandi (2013) meneliti mengenai perbandingan pemeriksaan kolesterol
dengan mengganukan dua metode yaitu metode spektrofotometer dan electrode
27

based biosensor. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa secara statistik tidak
ada perbedaan antara kadar kolesterol diukur dengan kedua metode tersebut. Rata-
rata kolesterol pada pemeriksaan electrode based biosensor adalah 183,83 mg/dl
sedangkan dengan metode spektrofotometer 182,1 mg/dl. Standar deviasi kadar
kolesterol pada metode electrode based biosensor adalah 32,6 dan pada metode
spektrofotometer 27,7. Hasil ini menunjukan bahwa kedua pemeriksaan dapat
dilakukan dan tidak ada perbedaan hasil yang signifikan.
Pemeriksaan kolesterol plasma dapat dipengaruhi oleh beberapa hal.
Kensentrasi hematokrit dapat mempengaruhi kadar cairan plasma yang secar tidak
langsung penurunan hemstokrit membuat komponen plasma menjadi meningkat
dan penilaian kolesterol dapat ikut meningkat secara semu. Perbedaan yang
terlihat meskipun tidak signifikan secara statistik dimungkinkan karena perbedaan
kolesterol plasma vena pada metode spektrofotometer dan kolesterol plasma
kapiler pada metode electrode based biosensor. Diduga penggunaan EDTA
(koagulan darah) pada plasma vena membuat penurunan kolesterol secara semu.

2.3.4. Peran Kolesterol pada Pembentukan Aterosklerosis


Aterosklerosis adalah suatu kelainan di arteri, berupa terbentuknya lesi
lemak yang disebut plak ateromatosa pada permukaan dinding dalam arteri.
Arteriosklerosis adalah hal yang lain. Arteriosklerosis adalah sebutan untuk
keadaan kekakuan dan penebalan pembuluh darah.
Buku ajar Fisiologi kedokteran Guyton & Hall (2012) menjelaskan bahwa
proses awal cikal bakal aterosklerosis adalah kerusakan endotel vaskular. Hal ini
selanjutnya meningkatkan paparan molekul adhesi pada sel endotel dan
menurunkan kemampuan endotel tersebut untuk melepaskan nitrit oxide dan zat
lain yang membantu mencegah pelekatan makromolekul, trombosit, dan monosit
pada endotel. Setelah kerusakan endotel vaskular terjadi kemudian lipid
(kebanyakn berupa LDL) dan monosit yang bersirkulasi di pembuluh mulai
menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan. Monosit melalui endotel masuk
kedalam lapisan intima pembuluh darah dan berubah menjadi makrofag yang
selanjutnya mencerna dan mengoksidasi tumpukan lipoprotein. Makrofag
28

selanjutnya berpenampilan menyerupai busa lalu membentuk fatty streak di


pembuluh darah.
Fatty streak seiring berjalannya waktu akan membentuk plak yang makin
besar dan makin luas di pembuluh darah. Makrofag juga melepaskan zat yang
menimbulkan inflamasi dan proliferasi lebih lanjut dari jaringan fibrosa dan otot
polos pada permukaan dalam dinding arteri. Penimbunan lipid ditambah
proliferasi sel dapat menjadi sangat besar sehingga plak menonjol kedalam lumen
arteri dan mengurangi aliran darah, yang terkadang juga menyumbat semua
bagian lumen pembuluh darah. Tanpa adanya penyumbatan pun, fibroblas dapat
menimbun sejumlah jaringan ikat padat lalu terbentuk fibrosis dan membuat arteri
menjadi kaku. Selanjutnya garam kalsium seringkali mengendap bersama dengan
kolesterol dan lipid lain, yang pada kondisi yang parah dapat menimbulkan
kalsifikasi sekeras tulang. Tahapan terbentuknya kalsifikasi ini disebut pengerasan
arteri.
Arteri yang mengalami arterosklerosis kehilangan sebagian besar
deistensibilitasnya dan membuat pembuluh menjadi mudah robek. Pada tempat
penonjolan plak kedalam aliran darah permukaan plak dapat ruptur lalu
membentuk trombus atau emboli sehingga dapat terjadi penyumbatan pembuluh
darah secara tiba-tiba.
Faktor penting penyebab aterosklerosis adalah konsentrasi kolesterol yang
tinggi didalam plasma darah, dan proporsi tertinggi kolesterol plasma dalam
bentuk LDL. Beberapa penyebab tingginya kadar kolesterol darah antara lain
adalah tingginya konsumsi lemak jenuh, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan aterosklerosis adalah
resistensi insulin, hipertensi, merokok dan dislipidemia.
Tingkat morbiditas akibat arterosklerosis sangat tinggi. Proporsi terjadinya
arterosklerosis paling banyak terjadi di arteri korener jantung yang menyebabkan
penyakit jantung koroner atau acute miokard infark. Selain pada arteri koroner
aterosklerosis sering pula terjadi di arteri lain seperti ginjal, hati, saluran
pencernaan dan arteri cerebral yang dapat menyebabkan stroke dan dementia
vaskular (Sadock & Sadock, 2014).
29

Gambar 7. Pembentukan aterosklerosis


Sumber : Guyton & Hall dalam Fisiologi Kedokteran 2012

Telah diyakini oleh para peneliti bahwa yang menjadi penyebab utama
aterosklerosis adalah kandungan Kolesterol berlebih di plasma. Trigliserida atau
Triasilgliserol kandungannya dalam plasma juga dicurigai menjadi faktor
terebtuknya aterosklerosis namun teori ini belum dapat dipastikan. Trigliserid
perannya cenderung untuk menjadi bahan bakar energi pengganti glukosa, dan
berasal dari lapisan lemak adiposa. Peningkatan trigliserida dipicu oleh keadaan
resistensi insulin yang dapat meingkatkan small dense LDL dimana mengandung
banyak trigliserid. Small dense LDL bersifat lebih aterogenik daripada LDL yang
biasa karena lebih mudah mengalami oksidasi pada dinding dalam pembuluh
darah. Walaupun terjadi peningkatan trigliserida, yang berperan pada penimbunan
dan penyempitan pada dinding ateri tunica intima adalah kolesterol dan ester
kolesteril (Ibrahim, 2011).
Untuk mencegah terjadinya aterosklerosis dan menurunkan resiko penyakit
vaskular dapat dilakukan beberapa medifikasi gaya hidup. Menurut Guyton &
Hall (2012) gaya hidup sehat untuk mencegah arterosklerosis antara lain :
30

 Tidak merokok.
 Mempertahankan berat badan ideal.
 Diet rendah kolesterol dan asam lemak tak jenuh.
 Mencegah hipertensi dengan mengukur tekanan darah secara berkala.
 Mengontrol gula darah.
 Melakukakan lebih banyak aktifitas fisik.

2.4. Hubungan fungsi kognitif dengan kadar kolesterol darah


Pada lansia faktor utama penurunan fungsi kognitif adalah
hiperkolestrolemia dan hipertensi kronik (Suhardjono, 2009). Hubungan fungsi
kognitif dengan kadar kolesterol darah dapat dijelaskan melalui mekanisme
terbentuknya aterosklerosis. Kadar kolesterol tinggi dapat mengakibatkan
terbentuknya plak arterosklerosis pada pembuluh darah. Pembuluh darah yang
mengalami aterosklerosis dapat terjadi di pembuluh darah otak. Mikroemboli dari
plak arteri karotis juga dapat menyebabkan infark pada otak. Mekanisme
aterosklerosis selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya demensia vaskuler.
Sebelum dapat didiagnosis, demensia vaskuler dapat terjadi secara progresif
ditandai dengan penurunan fungsi kognitif secara perlahan. Penurunan ini dapat
terjadi tanpa atau disertai penyakit Stroke.
Teori lainnya yang menghubungkan keadaan hiperkolestrolemia dengan
kejadian Demensia Alzheimer adalah mengenai gen alipoprotein E4 (Sadock &
Sadock, 2014). Pada suatu studi gen E4 dikaitkan sebagai sumber etiologi
penyakit Alzheimer dikarenakan gen E4 berikatan erat dengan protein beta-
amyloid (Botham & Mayes, 2009). Gen apo E4 dapat membantu proses
pembersihan sisa lemak oleh hati, namun pada suatu keadaan jika terdapat banyak
salinan gen E4 akan meningkatkan resiko terbentuknya plak neurotik atau plak
amiloid karena gen E4 tampaknya berikatan lebih erat dengan protein beta-
amiloid. Maka dengan kata lain peningkatan salinan gen E4 akan menyebabkan
hiperkolestrolemia dan juga meningkatkan resiko terjadinya demensia Alzheimer.
Namun teori ini masih kontroversi dan belum dapat dipastikan kebenarannya.
31

2.5 Kerangka Teori

Diabetes Melitus/ Gaya Hidup yang Faktor Genetik


Resistensi Insulin tidak sehat

Obesitas Proses Menua Gen Protein E4

Peningkatan small
Hiperkolestrolemia
dense LDL

Plak Neurotik di
Hipertensi Aterosklerosis otak

Tingkat pendidikan
rendah Plak pada Arteri Serebral Demensia
Alzheimer
Usia Tua

Jenis Kelamin Penurunan Fungsi Stroke


wanita kognitif Demensia Campuran
Pekerjaan

Parkinson disease Demensia Vaskular

Infeksi Otak Depresi berat

Cedera Otak Gangguan Psikotik

Tumor Otak Intoksikasi Obat

2.6 Kerangka Konsep

Hiperkolestrolemia Penurunan Fungsi


Koginitif

lansia (usia ≥60tahun) Tingkat pendidikan


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasial analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk mencari
tahu hubungan dua variabel yaitu kadar kolesterol total darah dengan fungsi
kognitif pada lansia. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari
lansia dengan penjelasan kepada lansia dan Persetujuan oleh lansia.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan Puskesmas Sekip. Pemilihan lokasi Penelitian
didasarkan karena lokasi Puskesmas dapat dijangkau dan memungkinkan untuk
dilakukan penelitian. Pengambilan data dan pengolahan data akan dilakukan pada
bulan Desember 2015. Pengambilan data tidak akan mengganggu kegiatan
perkuliahan di Fakultas Kedokteran UNSRI.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
1. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah semua lansia, yaitu seseorang
yang berusia ≥ 60 tahun.

2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah semua lansia di
Puskesmas Sekip yang datang pada saat dilakukan penelitian.

32
33

3.3.2 Sampel Penelitian


a. Besar Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Besar sampel pada
penelitian ini menggunakan rumus Snedecor GW & Cochran WG, yaitu :

𝒁𝜶 𝟐 𝒑 𝒒
𝒏=
𝒅𝟐

Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan.
Zα2 = Nilai Z diambil dari α taraf kepercayaan 95%, maka Zα=1,96.
p = Proporsi atau prevalensi lansia yang mengalami penurunan fungsi
kognitif, p diambil 37,8% (Wreksoatmodjo, 2014).
q = Proporsi atau prevalensi lansia yang memiliki fungsi kognitif
normal (q=1-p) maka q=62,2%.
d = Limit error atau presisi absolut, diambil d=10%=0,1.
maka besar sampel :

𝒁𝜶 𝟐 𝒑 𝒒
𝒏=
𝒅𝟐
(𝟏, 𝟗𝟔)𝟐 𝒙 𝟑𝟕, 𝟖% 𝒙 𝟔𝟐, 𝟐%
𝒏=
(𝟎, 𝟏)𝟐
𝟎,𝟗𝟎
𝒏= = 90
𝟎,𝟎𝟏

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, sampel yang dibutuhkan


sebanyak 90 orang.

b. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non Probability
sampling dengan metode concecutive sampling, yaitu tehnik penarikan sampel
dengan mengambil seluruh lansia yang datang ke Posyandu yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi, dalam kurun waktu tertentu.
34

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Bisa baca, tulis dan tidak buta aksara.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


1. Mengalami gangguan psikiatri (gangguan jiwa).
2. Mengalami Depresi, dibuktikan dengan skor Geriatric Depression
Scale (GDS)>9.
3. Pernah mengalami trauma kepala berat.
4. Menderita penyakit Diabetes Melitus.

3.4.3. Kriteri Drop Out


1. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

3.5. Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah fungsi
kognitif.
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar
kolesterol total darah.
3.5.3 Variabel Perancu (Intervening)
Variabel perancu pada penelitian ini adalah Usia dan Tingkat Pendidikan.
Usia pada penelitian ini diambil pada lansia berusia diatas 60 tahun yang dianggap
beresiko sama terhadap panurunan fungsi kognitif. Tingkat pendidikan tidak
dibuat sama terhadap setiap responden namun penilaian fungsi kognitif didasarkan
pada tingkat pendidikan dan usia.
35

3.6. Definisi Operasional


1. Variabel : Usia
Definisi : Lama hidup sejak lahir hingga penelitian dilakukan
berdasarkan tanda pengenal
Alat ukur : Menggunakan kuisioner
Cara Ukur : Melihat tanda pengenal atau wawancara
Hasil Ukur : Skala Rasio diukur dalam tahun.
Skala Interval dengan membagi menjadi kategori usia
pada lansia menurut WHO.
Tabel 3. kategori lansia menurut WHO
Usia Kategori
60-74 Lanjut usia (elderly)
75-90 Lanjut usia tua (old)
≥90 Lanjut usia sangat tua (very old)
2. Variabel : Jenis Kelamin
Definisi : Pembagian suatu spesies berdasarkan perbedaan anatomi
dan fisiologi, dalam tingkat molekuler dibedakan
berdasarkan komposisi kromosom.
Alat ukur : Menggunakan kuisioner
Cara Ukur : Wawancara atau dengan melihat tanda pengenal
Hasil Ukur : Skala Nominal
(1) Laki-Laki
(2) Perempuan
3. Variabel : Tingkat Pendidikan
Definisi : Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui
Alat ukur : Menggunakan kuisioner
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : Skala Ordinal
(1) Tidak sekolah
(2) Tidak lulus Sekolah Dasar (SD)
(3) Sekolah Dasar (SD)
36

(4) Sekolah Menengah Pertama (SMP)


(5) Sekolah Menengah Atas (SMA)
4. Variabel : Kadar Total Kolesterol Darah
Definisi : Konsentrasi senyawa kolesterol di dalam serum darah,
baik dalam bentuk bebas maupun lipoprotein.
Alat ukur : Alat cek kolesterol
Cara Ukur : 1. Persiapkan alat cek kolesterol, strip, dan lancing pen
yang telah berisi jarum steril.
2. Lakukan tindakan pencegahan infeksi di ujung jari
responden dengan menggunakan alkohol pads. Jari
yang digunakan jari telunjuk, tengah ataupun manis.
3. Suntikan lancing pen ke jari responden
4. Selagi darah keluar cepat masukan ke strip kolesterol
5. Masukan strip ke alat cek lalu tunggu beberapa detik
kemudian hasil akan terlihat.
Hasil Ukur : Skala Rasio diukur dalam mg/dl (miligram per desiliter)
Skala Ordinal, dinilai menurut The National Cholesterol
Education Program (NCEP).
(1) Normal (<200 mg/dl)
(2) Tinggi (200-239 mg/dl)
(3) Sangat tinggi (≥240 mg/dl)
5. Fungsi Kognitif
Definisi : Kemampuan manusia untuk menyimpan, mengolah
menggunakan kembali semua masukan sensorik.
Alat ukur : Mini Mental State Examination (MMSE)
Cara Ukur : Peneliti melakukan pemeriksaan dengan instrumen MMSE
berupa pertanyaan yang harus dijawab dan perintah yang
harus dilakukan oleh responden. MMSE terdiri dari 30
point-test, dinilai secara numerik 0 hingga 30. Penilaian
fungsi kognitif dengan MMSE didasarkan dengan tingkat
pendidikan (Turana & Handayani, 2011).
37

Tabel 4. kategori fungsi kognitif dengan MMSE berdasarkan tingkat pendidikan


Penilaian Tidak sekolah Tidak lulus SD SD SMP SMA
Baik ≥13 ≥19 ≥23 ≥25 ≥26
Buruk <13 <19 <23 <25 <26
Hasil Ukur : Skala Ordinal
(1) Buruk (2) Baik

3.7. Cara Pengumpulan Data


Data yang diambil pada penelitian ini merupakan data primer. Data
langsung peneliti ambil dari responden. Data yang diambil dari responden berupa
biodata responden, kadar kolesterol total serum, dan kuisioner MMSE untuk
menilai fungsi kognitif.
Penejelasan dilakukan kepada responden, dan responden akan diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian. Responden selanjutnya akan
dimintai ketersediaan utnuk mengikuti penelitian. Setelah responden setuju untuk
diteliti selanjutnya, diperiksa responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
tidak pada kriteria eksklusi. Terakhir dapat dilakukan pengambilan data pada
responden berupa kadar kolesterol total dan penilaian fungsi kognitif.

3.8. Cara Pengolahan Data


Data yang terlah terkumpul akan ditabulasi, dan diolah. Pengolahan dan
analisis data menggunakan program SPSS versi 22.0. Penelitian ini menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis Univariat
Pada analisis univariat, setiap variabel dari penelitian ini dianalisis yaitu
berupa ukuran pemusatan data dan penyebaran data dari kadar kolesterol total
darah. Statistik deskriptif dihitung pada gambaran sosiodemografi responden
penelitian. Karakteristik sosiodemografi yang dilihat berupa usia, jenis kelain,
perkerjaan dan pendidikan. Analisis univariat juga dilakukan yaitu distribusi
frekuensi kadar kolesterol total darah dan fungsi kognitif.
38

b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat pada penelitian ini menggunakan analisis asosiatif
kategorik dengan uji statistik Chi-square. Data kadar kolesterol total akan dibagi
menjadi 3 kategori ordinal yang berperan sebagai variabel bebas. Data fungsi
kognitif akan dibagi menjadi 2 kategori ordinal yang berperan sebagai variabel
tergantung. Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai nilai expected
kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Apabila syarat uji Chi-square tidak
terpenuhi maka dipakai uji statistik alternative tabel 2x2 yaitu Fisher Exact Test.
Hasil yang diperoleh uji hipotesis Chi-square yang menggunakan program SPSS
adalah nilai p. Lalu nilai p akan dibandingkan dengan derajat kemaknaan alpha =
0,05. Bila nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antar kedua
variabel.
Analisis korelatif dapat dilakukan jika uji Chi-square menunjukan adanya
hubungan (p<0,05). Kategori yang digunakan adalah kategori ordinal maka
penilaia koefisien korelasi menggunakan koefisien somers'd (r). Berikut penilaian
hubungan berdasarkan koefisien korelasi somers'd :
 Jika r didapatkan 0 sampai dengan <0,2 maka hubungan dinilai sangat lemah
 Jika r didapatkan 0,2 sampai dengan <0,4 maka hubungan dinilai lemah
 Jika r didapatkan 0,4 sampai dengan <0,6 maka hubungan dinilai sedang
 Jika r didapatkan 0,6 sampai dengan <0,8 maka hubungan dinilai kuat
 Jika r didapatkan 0,8 sampai dengan 1 maka hubungan dinilai sangat kuat.
Perhitungan Odd Ratio dapat digunakan pada penelitian ini untuk
menghitung kemungkinan lansia memiliki fungsi kognitif buruk dengan kadar
kolesterol tinggi dan sangat tinggi dibandingkan jka memiliki kadar kolesterol
normal.
39

3.9. Kerangka Operasional

lansia pada Populasi


terjangkau
lansia Setuju
untuk ikut serta
Lansia yang memenuhi
kriteria Inklusi dan
tidak termasuk pada
kriteria eksklusi

Melakukan Cek Kolesterol Melakukuan Penilaian Fungsi


Total darah diukur dalam mg/dl Kognitif dengan MMSE

 Normal <200 mg/dl


 Tinggi 200-239 mg/dl
Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif
 Sangat tinggi ≥240 mg/dl
Baik Buruk

Pengumpulan Data

Pengolahan dan analisis


data menggunaka SPSS
versi 22

Hasil dan Kesimpulan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sekip. Data diambil pada saat jam
kerja atau saat Puskesmas membuka pelayanan kesehatan. Puskesmas Sekip
merupakan puskesmas induk yang berada di Kecamatan Kemuning Kota
Palembang. Pemilihan Lokasi penelitian di Puskesmas Sekip karena Lokasi
terjangkau, mudah diakses dan jumlah lansia yang mendatangi Puskesmas Sekip
cukup banyak. Setiap harinya ada sekitar 20 hingga 30 lansia yang datang ke
Puskesmas Sekip untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pengambilan data dimulai dengan penjelasan mengenai penelitian.
Persetujuan kemudian diminta pada lansia. Jika lansia bersedia, maka akan
dilakukan pengambilan sampel darah perifer untuk pengecekan Kolesterol Total.
Pengecekan membutuhkan waktu 150 detik. Data mengenai lansia ditanyakan
selagi menunggu pengecekan alat. Terakhir, Wawancara MMSE (Mini Mental
State Examination) dilakukan kepada lansia.

4.1.2 Deskripsi Responden


Pengambilan sampel menggunakan metode Consecutive sampling. Jumlah
lansia yang ditemui sebanyak 111 lansia. Diantara semua lansia yang datang 2
lansia tidak bersedia menjadi responden, 1 lansia mengalami gangguan
pendengaran sehingga sulit berkomunikasi, dan 16 lansia menderita Diabetes
Melitus. lansia yang tereksklusi sejumlah 19 lansia, maka didapati 92 lansia yang
menjadi Responden dan data dapat diambil.

40
41

4.1.3 Karakteristik Sosiodemografi


Beberapa karakteristik yang diteliti pada penelitian ini adalah Usia, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, dan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh.

a. Usia
Responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok Usia. Kelompok usia
berdasarkan kategori usia lansia dari WHO, yakni lansia muda, lansia tua dan
lansia sangat tua.
Rata-rata usia responden adalah 69,3 tahun. dengan usia responden termuda
adalah 60 tahun dan yang tertua 91 tahun. Dari data-data usia tersebut didapatkan,
jumlah responden yang berusia 60-74 tahun sebanyak 70 orang (76,1%),
responden yang berusia 74-90 tahun sebanyak 21 orang (22,8%) dan responden
yang berusia diatas 90 tahun hanya 1 orang (1,1%).

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Usia


Usia Kategori N (orang) Persentase (%) Mean
60-74 tahun Lanjut Usia 70 76,1
74-90 tahun Lansia Tua 21 22,8 69,3
>90 tahun Lansia Sangat Tua 1 1,1
Total 92 100

b. Jenis Kelamin
Responden dikelompokkan menurut jenis kelamin untuk mengetahui
seberapa besar proporsi responden laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam
penelitian ini. Pada penelitian ini jumlah lansia Perempuan lebih banyak daripada
lansia Laki-laki. Proporsi Perempuan sebanyak 61 orang (66,3%) dan Laki-laki
sebanyak 31 orang (33,7%).
42

Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin N (orang) Persentase (%)
Laki-laki 31 33,7
Perempuan 61 66,3
Jumlah 92 100

c. Pekerjaan
Mayoritas responden pada penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang
berjumlah 44 orang (47,8%). lansia Pensiunan ditemui sebanyak 36 orang
(39,2%) sedangkan lansia yang masih bekerja swasta maupun wiraswasta
sebanyak 12 orang (13%).
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan N (orang) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 44 47,8
Pensiunan 36 39,2
Swasta/Wiraswasta 12 13,0
Total 92 100

d. Pendidikan
Responden yang berpendidikan SMA atau lebih ditemukan paling banyak,
sejumlah 36 orang (39,1%). Responden yang tidak bersekolah sama sekali
sebanyak 9 orang (9,8%), sedangkan yang pernah bersekolah namun tidak sampai
lulus SD sebanyak 2 orang (2,2%). Responden yang lulus SD ataupun SR
(Sekolah rakyat) ada sebabnyak 28 orang (30,4%). Responden yang lulu SMP
sebanyak 17 orang (18,5%).
43

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan N (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 9 9,8
Tidak lulus SD 2 2,2
SD/SR 28 30,4
SMP 17 18,5
SMA 36 39,1
Total 92 100

4.1.4 Kadar Kolesterol Total


Pengukuran Kolesterol Total menggunakan satuan mg/dl (miligram per
desiliter). Pada penelitian ini didapatkan rata-rata Kadar kolesterol pada
responden adalah 239,9 mg/dl dan Nilai tengah 236,5. Kadar kolesterol terendah
yang ditemui adalah 134 mg/dl dan tertinggi ditemui sebesar 393 mg/dl.
Perhitungan standar deviasi atau simpangan baku didapatkan nilai 55,5. Setelah
dilakukan perhitungan pada uji kolmogorov-smirnov didapatkan nilai p>0,05.
Maka data kadar kolesterol total berdistribusi normal.

Tabel 9. Statistik Deskriptif Kadar Kolesterol Total


Mean (rata-rata) 239,9
Median (nilai tengah) 236,5
Nilai terendah 134,0 mg/dl
Nilai tertinggi 393,0 mg/dl
Standar Deviasi 55,5
p value Uji K-S 0,068

Kadar Kolesterol Total dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok menurut


NCEP. Responden dengan kadar kolesterol normal sebanyak 26 orang (28,3%),
tinggi sebanyak 24 orang (26,1%) dan sangat tinggi sebanyak 42 orang (45,7%).
44

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol Total


Kadar Kolesterol Total N (orang) Persentase (%)
Normal (<200) 26 28,3
Tinggi (201-240) 24 26,1
Sangat Tinggi (>240) 42 45,7
Total 92 100

4.1.5 Fungsi Kognitif


Responden dengan fungsi kognitif yang baik sebanyak 47 orang (51,1%),
jumlah ini ditemukan sedikit lebih banyak daripada responden dengan fungsi
kognitif yang buruk yaitu sebanyak 45 orang (48,9%).

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Fungsi Kognitif


Fungsi Kognitif N (orang) Persentase (%)
Baik 47 51,1
Buruk 45 48,9
Total 92 100

Penilaian MMSE didasarkan pada pendidikan terakhir yang ditempuh oleh


responden. Pada Tabel 19. menunjukan hasil fungsi kognitif dengan MMSE
responden berdasarkan pendidikan. Responden yang tidak bersekolah yang
memiliki fungsi kognitif baik terdapat sebanyak 8 orang dan yang buruk sebanyak
1 orang. Responden yang pernah bersekolah SD atau SR namun tidak sampai
lulus sebanyak 1 orang memiliki fungsi kognitif baik dan 1 orang memiliki fungsi
kognitif buruk. Pada kelompok responden yang lulus SD atau SR terdapat 15
orang yang memiliki fungsi kognitif baik dan 17 orang yang memiliki fungsi
kognitif buruk. Responden yang lulus SMP, 7 orang dengan fungsi kognitifnya
baik dan 10 orang fungsi kognitifnya buruk. Kelompok terbanyak di responden
yang lulus SMA ataupun pendidikan tinggi sebanyak 16 orang memiliki fungsi
kognitif yang baik dan 20 orang memiliki fungsi kognitif yang buruk.
45

Tabel 12. Fungsi Kognitif Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan
Fungsi
Tidak Tidak Jumlah
Kognitif SD/SR SMP SMA
Sekolah lulus SD
Baik 8 1 15 7 16 47
Buruk 1 1 13 10 20 45
Jumlah 9 2 28 17 36 92

Pembagian fungsi kognitif responden berdasarkan kadar kolesterol total


dapat dilihat pada tabel 20. Didapatkan pada kelompok responden dengan kadar
kolesterol normal yang memiliki fungsi kognitif yang baik sebanyak 21 orang dan
yang memiliki fungsi kognitif buruk sebanyak 5 orang. Responden dengan kadar
kolesterol tinggi sebanyak 12 orang memiliki fungsi kognitif baik dan jumlah
yang sama 12 orang dengan fungsi kognitif yang buruk. Responden dengan kadar
kolesterol total yang sangat tinggi sebanyak 14 orang memiliki fungsi kogntif baik
dan 28 orang fungsi kognitf buruk.

Tabel 13. Fungsi Kognitif Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol


Total
Fungsi Kadar Kolesterol Total
Jumlah
Kognitif Normal Tinggi Sangat Tinggi
Baik 21 12 14 47
Buruk 5 12 28 45
Jumlah 26 24 42 92
46

4.1.6 Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dengan Fungsi Kognitif


Tabel 14. Merupakan tabel kontingensi antara kadar kolesterol total dan
fungsi kognitif. Uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,001. Hal ini memnunjukan
bahwa ada hubungan antara kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada lansia.
Perhitungan korelatif dengan menggunakan koefisien korelasi somers'd
mendapatkan nilai r=0,415 yang menunjukan bahwa hubungan anatar kadar
kolesterol total dan fungsi kognitif dinilai sedang.

Tabel 14. Uji Chi-Square Hubungan antara Kadar Kolesterol Total


dan Fungsi Kognitif pada Lansia
Fungsi Kognitif
Kadar Kolesterol p pada uji χ2 Koefisien
Buruk Baik Jumlah
Total somers'd (r)
n % n %
Sangat Tinggi 28 66,7 14 33,3 42
Tinggi 12 50,0 12 50,0 24 0,001 0,415
Normal 5 19,2 21 80,8 26
Jumlah 45 48,9 47 51,1 92

Odd ratio (OR) hanya dapat dihitung pada tabel kontingensi 2x2. Untuk
dapat menilai OR pada penelitian ini, maka tabel 3x2 harus diubah terlebih dahulu
menjadi 2x2. Ketegori kadar kolesterol total dipisah menjadi 2 bagian yaitu
normal dengan tinggi dan, normal dengan sangat tinggi.

Tabel 15. Nilai OR Kadar Kolesterol Tinggi terhadap Normal


Fungsi Kognitif
Kadar
Buruk Baik Jumlah OR
Kolesterol Total
n % n %
Tinggi 12 50,0 12 50,0 24
Normal 5 19,2 21 80,8 26 4,2
Jumlah 17 66,0 17 34,0 50
47

Pada tabel 15. nilai OR didapatkan 4,2. Nilai ini menunjukan bahwa lansia
yang memiliki kadar kolesterol tinggi 4,2 kali lebih mungkin memiliki fungsi
kognitif buruk daripada lansia dengan fungsi kognitif normal.

Tabel 16. Nilai OR Kadar Kolesterol Sangat Tinggi terhadap Normal


Fungsi Kognitif Jumlah OR
Kadar Kolesterol
Buruk Baik
Total
n % n %
Sangat Tinggi 28 66,7 14 33,3 42 8,4
Normal 5 19,2 21 80,8 26
Jumlah 33 48,5 35 51,5 68

Pada tabel 16. nilai OR didapatkan 8,4. Nilai ini menunjukan bahwa lansia
yang memiliki kadar kolesterol tinggi 8,4 kali lebih mungkin memiliki fungsi
kognitif buruk daripada lansia dengan fungsi kognitif normal. Hasil ini terlihat
lebih besar dari pada tabel sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa lansia dengan
kadar kolesterol sangat tinggi paling berpeluang memiliki fungsi kognitif buruk.

4.2 Pembahasan Hasil


Penelitian ini mendapatkan sampel sebanyak 92 orang yang terdiri dari 31
laki-laki dan 61 perempuan. Mayoritas responden tidak bekerja atau sudah tidak
bekerja. Hasil ini terlihat tidak ambigu, melihat keadaan lansia pada umumnya
sudah tidak bisa dengan aktif mengerjakan suatu kegiatan fisik. Responden terdiri
dari 44 orang ibu rumah tangga, 36 orang telah pensiun bekerja dan hanya
terdapat 12 orang yang masih bekerja di sektor swasta ataupun wiraswasta.
Dilihat dari usia ditemukan paling banyak responden pada kelompok usia
lansia muda yaitu sebanyak 70 orang. 21 orang responden masuk golongan usia
lansia tua dan hanya satu orang yang berusia diatas 91.
Responden yang berpendidikan SMA atau lebih ditemukan paling banyak,
sejumlah 36 orang (39,1%). Responden yang tidak bersekolah sama sekali
sebanyak 9 orang (9,8%), sedangkan yang pernah bersekolah namun tidak sampai
48

lulus SD sebanyak 2 orang (2,2%). Responden yang lulus SD ataupun SR


(Sekolah rakyat) ada sebanyak 28 orang (30,4%). Responden yang lulus SMP
sebanyak 17 orang (18,5%).
Hasil pengukuran kadar kolesterol total dari 92 sampel, ditemukan rata-rata
sebesar 239,9±55,5, hasil ini dikategorikan sebagai kadar kolesterol tinggi. Pada
lansia terjadi perubahan komposisi tubuh. Pembentukan lemak akan meningkat
dan menggantikan protein yang sintesisnya berkurang. Peningkatan lemak yang
paling banyak terjadi pada fraksi trigliserid dan asam lemak bebas (Asiah &
Tjakradidjaja, 2013). Asam lemak bebas yang terlalu banyak akan meningkatnya
anabolisme kolesterol, karena asam lemak dapat menjadi sebagai bahan sintesis
kolesterol.
Penilaian fungsi kognitif didapatkan sebanyak 47 orang yang memiliki
fungsi kognitif baik, dan 45 orang memilki fungsi kognitif buruk. Nilai ini terlohat
tidak jauh berbeda. Penilaian fungsi kognitif menggunakan MMSE dan dinilai
berdasarkan pendidikan. Hasil yang tidak jauh berbeda didapatkan oleh
Wreksoatmodjo (2014),. Penelitian beliau yang dilakukan di kota Jakarta
mendapatkan hasil bahwa 178 (62,2%) lansia memiliki fungsi kognitif yang baik,
dan 108 (37,8%) lansia memiliki fungsi kognitif yang buruk. Penilaian yang
dilakukan sama dengan peneltian ini yaitu dengan menggunakan MMSE dan
berdasarkan pendidikan. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa dewasa ini sudah
banyak lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif. penting untuk
dilkukannya pencegahan kemunduran fungsi kognitif yang dapat dimulai sebelum
memasuki usia lanjut.
Penurunan fungsi kognitif merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada
lansia. Proses menua dapat menurunkan semua sistem organ yang ada di tubuh,
termasuk berakibat penurunan fungsi kognitif. Masalah utama yang dihadapi pada
penurunan fungsi kognitif adalah apakah kemunduran tersebut akibat dari proses
menua yang normal atau ada proses patologi yang mendasarinya. Menurut
Darmojo (2009), penurunan fungsi kognitif merupakan salah satu dari gambaran
sindroma cerebral yang berasal dari perubahan patologik pembuluh darah otak.
49

Penyebab terasering dari proses tersebut ialah terbentuknya aterosklerosis atau


plak pada pembuluh darah.
Proses pembentukan aterosklerosis dapat dimulai saat usia muda. Dengan
berbagai macam gaya hidup yang menjadi faktor resiko menambah peluang
timbulnya keluhan dari pembentukan aterosklerosis saat memasuki usia tua.
Beberapa resiko tersebut antara lain adalah merokok, pola makan yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi mkanan tinggi lemak, kurang aktivitas fisik, serta adanya
penyakit yang bisa menjadi faktor resiko seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Gaya hidup menkonsumsi banyak lemak jenuh akan menyebabkan kadar
kolesterol meningkat di dalam darah. Keadaan hiperkolestrolemia ini akan
memicu terbentuknya plak aterosklerosis dan berujung kepada penurunan fungsi
kognitif.
Hasil akhir yang diperoleh pada penelitian ini dengan menggukan uji Chi-
square didapakan nilai p<0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara kadar kolesterol total dengan fungsi kognitif. Koefisien korelasi
sebesar 0,415 yang menunjukan bahwa hubungan dinilai sedang. Lansia dengan
kadar kolesterol tinggi 4,2 kali lebih mungkin memiliki fungsi kognitif buruk, dan
lansia dengan kadar kolesterol sangat tinggi 8,4 kali lebih mungkin memilki
fungsi kognitif buruk diabandingkan jika memiliki kadar kolesterol total normal.
Penelitian mengenai kadar kolesterol dan pengaruhnya terhadap fungsi
kognitif telah banyak diteliti, namun masih sedikit penelitian yang dilakukan di
Indonesia. Elias (2005) telah melakukan penelitian kohort yang melibatkan 1.894
lansia dan dilakukan selama 2-4 tahun. Hasil yang didapat dari peneltian ini
adalah perfroma fungsi kognitif ditemukan lebih baik pada kelompok lansia
dengan kadar kolesterol <200mg/dl dibandingkan dengan kelompok yang
memiliki kadar kolesterol 200-239mg/dl dan kadar kolesterol ≥240mg/dl.
Pengaruh kadar kolesterol yang tinggi terhadap penurunan fungsi kognitif juga
dijelaskan pada hasil peneltian oleh Anstey (2008). Penelitian yang dilakukan
beliau merupakan penelitian meta analisis dari 18 penelitian prospektif. Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa fungsi kognitif dinilai dipengaruhi kuat oleh
Usia namun tidak ada hubungan bermakna antara kadar kolesterol total dengan
50

penurunan fungsi kognitif. Meskipun hasilnya ditemukan tidak berhubungan


namun diyakini bahwa kolesterol berperan dalam pembentukan dan agregasi β-
amyloid. Dengan kata lain kadar kolesterol yang tinggi dapat beresiko untuk
terjadinya Demensia Alzheimer.
Penelitian mengenai pengaruh obat statin terhadap fungsi kognitif juga
pernah dilakukan. Vliet (2012) pada penelitiannya menghasilkan bahwa
pengobatan golongan statin tidak efektif untuk perbaikan fungsi kognitif pada
lansia.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pada penelitian ini digunakan metode cross-sectional, pengukuran
dilakukan sebanyak satu kali. Pengukuran dengan mengunakan variabel
yang sejenis di waktu yang berbeda mungkin akan menghasilkan hasil
yang berbeda pula.
2. Tidak diteliti komponen lipid plasma yang lain seperti trisilgliserol dan
lipoprotein, karena perubahan kadar profil lipid juga menandakan adanya
kerusakan di pembuluh darah dan dapat meningkatkan resiko penurunan
fungsi kognitif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Karakteristik sosiodemografi responden meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan dan pendidikan
a. Jumlah responden yang ditemui terbanyak pada kelompok lansia
muda, yaitu sebanyak 70 (76,1%). 20 orang (22,8%) termasuk pada
kategori lansia tua dan padakelompok lansia sangat tuas hanya
didapatkan 1 orang (1,1%)
b. Pada penelitian ini jumlah lansia Perempuan lebih banyak daripada
lansia Laki-laki. Proporsi Perempuan sebanyak 61 orang (66,3%) dan
Laki-laki sebanyak 31 orang (33,7%).
c. Mayoritas responden pada penelitian ini adalah Ibu rumah tangga
yang berjumlah 44 orang (47,8%). lansia Pensiunan ditemui sebanyak
36 orang (39,2%) sedangkan lansia yang masih bekerja swasta
maupun wiraswasta sebanyak 12 orang (13%).
d. Responden yang berpendidikan SMA atau lebih ditemukan paling
banyak, sejumlah 36 orang (39,1%). Responden yang tidak bersekolah
sama sekali sebanyak 9 orang (9,8%), sedangkan yang pernah
bersekolah namun tidak sampai lulus SD sebanyak 2 orang (2,2%).
Responden yang lulus SD ataupun SR (Sekolah rakyat) ada sebabnyak
28 orang (30,4%). Responden yang lulu SMP sebanyak 17 orang
(18,5%).
2. Ditemukan sedikit perbedaan jumlah lansia dengan fungsi kognitif yang
baik dan lansia dengan fungsi kognitif yang buruk. Sebanyak 47 lansia
dengan fungsi kognitif yang baik dan sebanyak 45 lansia dengan fungsi
kognitif yang buruk.
3. Rata-rata pengukuran kadar kolesterol total adalah sebesar 239,9±55,5
mg/dl. Lansia dengan kadar kolesterol total sangat tinggi ditemukan
paling banyak yaitu sebanyak 42 (45,6%).

51
52

4. Ada hubungan antara kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada
lansia (p=0,01). Hubungan antara kadar kolesterol dan fungsi kognitif
dinilai sedang (r=0,415). Lansia dengan kadar kolesterol sangat tinggi 8,4
kali lebih mungkin memilki fungsi kognitif buruk daripada jika memiliki
kadar kolesterol normal.

5.2. Saran
1. Bagi lansia, diharapkan untuk mencegah timbulnya kemunduran fungsi
kognitif. Penurunan fungsi kognitif dapat disebabkan karena penuaan
normal dan juga proses penyakit tertentu seperti demensia. Oleh karena
itu Penurunan ini dapat dicegah salah satunya dengan menjaga pola
makan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan tidak
berlebihan kandungan lemak.
2. Bagi keluarga, diharapkan untuk tetap memberikan dukungan positif pada
lansia agar lansia mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih
memperhatikan asupan yang bergizi bagi lansia.
3. Bagi peneliti di masa yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan
dan menyempurnakan penelitian ini, baik dengan menggunakan metode
yang berbeda, penambahan variabel atau menggunakan pengukuran fungsi
kognitif yang lain.
4. Diharapkan akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
profil lipid plasma dengan fungsi kognitif pada lansia
53

DAFTAR PUSTAKA

Abletara M, Wiyono S, & Theresa RM. 2012. Hubungan Kadar Kolesterol Total
dan Karakteristik lansia Terhadap Fungsi Eksekutif Otak di Posbindu RW
02 Kota Depok. 35 (1), (http://ejournal.persagi.org/go diakses 3 Oktober
2015).
Adam, John MF. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam (jilid 3 edisi ke-5). Internal Publishing, Jakarta, Indonesia.
Anstey KJ, Lipnicki DM, & Low LF. 2008. Cholesterol as a risk factor for
dementia and cognitive decline: a systematic review of prospective studies
with meta-analysis. AM Geriatr Psychiatry, 16(5):343-54, Australia.
Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia : konsep teori dan
penanganan aplikatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
Asiah, Nur & Tjakradidjaja, Francisca A. 2013. Perubahan Komposisi Tubuh
pada Lanjut Usia. (http://www.researchgate.net/publication/256089009_
PERUBAHAN_KOMPOSISI_TUBUH_PADA_LANJUT_USIA diakses
24 Oktober 2015)
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat
Statistik, Jakarta, Indonesia.
Britt-Marie, S. 2007. One Year folloe-up of Mild Traumatic Brain Injury :
Cognition, Disability and life satisfaction of patients seeking consultation. J
Rehabil Med, U.K.
Campbell NA, Reece JB, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, & Jackson
RB. 2008. Biologi (jilid 1 edisi ke-8). Terjemahan Oleh: Wulandari,
Damaring T. Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Elias PK, Elias MF, D'Agostino RB, Sullivan LM, & Wolf PA. 2005. Serum
cholesterol and cognitive performance in the Framingham Heart Study.
Psychosom, 67(1):24-30, USA.
Gallo, Joseph J. 2006. Handbook of Geriatric Assessment. Jones and Bartlett
Publisher International, London, U.K.
54

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi edisi ke-8. Terjemahan oleh:
Wardhani, Indah R. Erlangga. Jakarta. Indonesia.
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2012. Fisiologi Kedokteran "Metabolisme dan
pengaturan suhu" (edisi ke-11). Terjemahan Oleh: Irawati, dkk. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
Hughes TF & Ganguli M. 2009. Modifable midlife risk factors for late-life
cognitive impairment and dementia. Curr Psychiatry Rev 5 (2).
Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). 2009. Modul Induk Neurovaskular, Jakarta,
Indonesia.
Liwang, Frans & Estiasari, Riwanti. 2014. Mild Cognitive Impairment. Dalam:
Tanto, Chris. Kapita Selekta Kedokteran (jilid 2 edisi ke-4). Media
Aesculapius, Jakarta, Indonesia.
Mardjono, Mahar & Sidharta Priguna. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat, Jakarta, Indonesia.
Martono, Hadi & Pranarka, Kris. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo : Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Melanie GC, Bradley R, Newcomer, Christos S, Katsanos, Melinda SM, David C,
Asle A, Randall U, & Robert RW. 2013. Intramuscular and Liver
Triglycerides are increased in the elderly.
(http://press.endocrine.org/doi/abs/10.1210/jc.2003-031986 diakses 24
oktober 2015)
Mongosidi R, Tumewah R, & Kembuan MA. 2012. Profil Penurunan Fungsi
Kognitif pada lansia di Yayasan-Yayasan Manula di Kecamatan
Kawangkoan. (http://ejournal.unsrat.ac.id diakses 3 Oktober 2015).
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik (edisi ke-3).
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
Polidori MC, Nelles G, & Pientika L. 2010. Prevention Dementia Focus on
lifestyle. International Jurnal Alzheimer, U.S.
55

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan
Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta.
Reuser M, Bonneux L, & Willekens G. 2010. The Effect of Risk Factor on the
Duration of Cognitive Impairment. Health and Retirement Survey, New
York, U.S.
Rochmah, Wasilah & Harimurti, Kuntjoro. 2009. Demansia. Dalam: Sudoyo, Aru
W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (jilid 1 edisi ke-5). Internal Publishing,
Jakarta, Indonesia.
Sadock, Benjamin J. & Sadock, Virginia A. 2014. Psikiatri Klinis (edisi ke-2).
Terjemahan Oleh: Profitsari & Nisa, Tiara M. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, Indonesia.
Siti S, Kuncoro H, Arya Govinda R. 2009. Proses Menua dan Implikasi
Kliniknya. Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (jilid 1
edisi ke-5). Internal Publishing, Jakarta, Indonesia.
Snell, RS. 2011. Neuroanatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Indonesia
Suhardjono. 2009. Hipertensi pada Usia Lanjut. Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (jilid 1 edisi ke-5). Internal Publishing, Jakarta,
Indonesia.
Suliyanto. 2014. Statistika Non Parametrik dalam Aplikasi Penelitian. Andi,
Yogyakarta, Indonesia.
Susanto RB, Tumewah R, & Mawuntu AH. 2015. Gambaran Skor MMSE, CDT,
TMT A dan TMT B pada lansia di Panti Werdha Agape Tondano. 3 (1)
(http://ejournal.unsrat.ac.id diakses 3 Oktober 2015).
Suwandi D, Sugiarto C, & Fenny. 2013. Perbandingan Hasil pemeriksaan Kadar
Kolesterol Total Metode Electrode-Based Biosensor dengan Metode
Spektrofotometer.(http://repository.maranatha.edu/12330/9/1010161_Journa
l.pdf diakses 24 Oktober 2015)
Tjekyan, R. M. Suryadi. 2015. Pengantar Epidemiologi. Unsri Press, Palembang,
Indonesia.
56

Turana, Y & Handayani, YS. 2011. Nilai Mini Mental State Examination
(MMSE) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pada masyarakat lanjut
usia. Medika Jurnal Kedoketeran Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia. 1998. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia tahun 1998 buku 2, Jakarta, Indonesia.
Vliet P, Van. 2012. Cholesterol and late-life cognitive decline. J Alzheimer Disc
30 Suppl 2:S147-62, Netherlands.
Wiyoto. 2002. Gangguan fungsi kognitif pada stroke. Dalam: pendidikan
kedokteran berkelanjutan. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR,
Surabaya, Indonesia.
Wreksoatmodjo, Budi R. 2014. Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi
Kognitif Lanjut Usia di Jakarta. Kalbe Medical, Jakarta, Indonesia.
57

Lampiran 1
58

Lampiran 2
59

Lampiran 3
60

Lampiran 4
61

Lampiran 5
62

Lampiran 6

LEMBAR PENJELASAN KEPADA LANSIA CALON RESPONDEN


PENELITIAN

Selamat pagi/siang/sore,
Perkenalkan, nama saya M. Salman Alfarisi, mahasiswa Pendidikan Dokter
Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Saya bermaksud melakukan
penelitian mengenai hubungan kadar kolesterol total darah dengan fungsi kognitif
pada lansia.
Saya mengajak Ibu/Bapak sekalian untuk ikut berpatisipasi dalam penelitian
saya. Pada penelitian ini saya akan mengambil sampel darah di ujung jari untuk
mengukur kadar kolesterol total darah Ibu/Bapak. Pemeriksaan ini bermanfaat
untuk mengetahui apakah Ibu/Bapak memiliki kadar kolesterol total darah yang
normal atau tidak. Proses pengambilan darah tidak akan mengakibatkan masalah
kesehatan dan hanya akan sedikit terasa sakit karena jarum suntik. Hasil
pengukuran akan saya beri tahu kepada Ibu/Bapak, untuk selanjutnya jika terdapat
hasil yang tidak normal Ibu/Bapak dapat mencegah timbulnya keluhan kesehatan
dari kadar kolesterol yang tidak normal.
Saya akan mengukur kemampuan berpikir Ibu/Bapak seperti kemampuan
mengingat, kemampuan berhitung dan lain sebagainya. Hasil dari penilaian akan
saya beri tahu kepada Ibu/Bapak. Penilaian ini berguna agar Ibu/Bapak
mengetahui apakah terjadi hambatan dalam proses berpikir pada Ibu/Bapak.
Selanjutnya jika didapatkan hasil yang buruk, Ibu/Bapak dapat saya bantu untuk
mencegah kemunduran proses berpikir semakin buruk.
Setelah Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya
mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengisi nama dan tanda tangan di lembar
berikutnya. Ibu/Bapak bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila ada hal yang belum jelas, Ibu/Bapak dapat bertanya lebih lanjut
kepada Saya.
Atas perhatian Ibu/Bapak, Saya sampaikan terima kasih.
63

Lampiran 7
LEMBAR PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca dan mengerti informasi yang tercantum pada lembar
penjelasan dan telah diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan
hal tersebut. Saya setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan saya bersedia
untuk diperiksa kadar kolesterol total darah dan kemampuan berpikir.

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
Usia :
SETUJU untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Palembang, ......................... 2015

Peneliti, Responden

(...........................................) (........................................)
64

Lampiran 8

DATA RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *
Pekerjaan :
Tingkat pendidikan :
Alamat :
Status pernikahan : Belum menikah/Menikah/Duda/Janda *
Tekanan Darah
Sistolik :
Diastolik :
Kadar Kolesterol Total :
Penyakit yang dialami :
Obat yang dikonsumsi :

*coret yang tidak perlu


65

Lampiran 9
MINI MENTAL STATE EXAMINATION
Tes Nilai Nilai
max
ORIENTASI
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal) dan (hari) apa ? 5

Kita berada dimana ? (negara) (provinsi) (kota) (tempat) (ruang) 5

REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (Apel, kursi, kunci) tiap benda 1 detik. Ulangi hingga responden 3

menyebut ketiganya dengan benar, catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI


Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau 5

responden diminta untuk mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misal uyahw=2 nilai).

MENGINGAT KEMBALI
Responden diminta untuk menyebut kembali 3 nama benda yang sebelumnya telah diberi tahu 3
(apel, kursi dan kunci)

BAHASA
Responden diminta menyebut nama benda yang ditunjuk (pensil, buku) 2

Responden diminta mengulang kata : namun, tanpa dan bila 1

Responden diminta melakukan perintah : "ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi 3

dua dan letakan di lantai"


Responden diminta untuk membaca dan melakukan perintah "pejamkan mata anda) 1

Responden diminta menulis kalimat (kalimat harus mengandung kata benda dan kata kerja) 1

Responden diminta untuk menggambar bentuk seperti dibawah ini 1

Total 30
Interpretasi : Baik / Buruk *
Kolom catatan :

*coret yang tidak perlu


66

Lampiran 10

TABULASI DATA RESPONDEN


Usia Kolesterol Kategori Fungsi
Nomor Nama Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Skor MMSE
(tahun) Total (mg/dl) Kolesterol Kognitif
1 AS P 72 Tidak lulus SD IRT 288 Sangat tinggi 14 Buruk
2 Stni P 65 SMA Pensiunan 237 Tinggi 27 Baik
3 SitS P 75 Tidak lulus SD IRT 150 Normal 19 Baik
4 Nzr P 60 SD/SR IRT 232 Tinggi 27 Baik
5 Nsw P 62 SMA IRT 268 Sangat tinggi 24 Buruk
6 Zanb P 74 SMP IRT 198 Normal 28 Baik
7 Hslh P 75 SD/SR IRT 193 Normal 26 Baik
8 Ghzl L 80 SMA Pensiunan 204 Tinggi 18 Buruk
9 Nrm P 64 Tidak Sekolah IRT 287 Sangat tinggi 24 Baik
10 Erwt P 60 SMP IRT 183 Normal 26 Baik
11 Jhr P 63 SD/SR IRT 184 Normal 25 Baik
12 Hmsh P 61 SD/SR IRT 261 Sangat tinggi 25 Baik
13 Hmtn P 63 SD/SR Swasta 134 Normal 24 Baik
14 Mjo L 61 SMA Swasta 188 Normal 29 Baik
15 Anw L 60 SMP Swasta 203 Tinggi 24 Buruk
16 Skr L 72 SMP Swasta 292 Sangat tinggi 14 Buruk
17 Djnw P 65 SMP IRT 361 Sangat tinggi 24 Buruk
18 Dhlk L 69 SMA Swasta 263 Sangat tinggi 25 Buruk
19 Skdm L 64 SMP Swasta 203 Tinggi 26 Baik
20 Bskn L 77 SMA Pensiunan 289 Sangat tinggi 25 Buruk
21 Abh L 71 SMP Pensiunan 221 Tinggi 17 Buruk
22 Elh P 62 SMA Pensiunan 224 Tinggi 29 Baik
67

23 Zrdh P 66 SMA Pensiunan 301 Sangat tinggi 29 Baik


24 Sbrn L 77 SMA Pensiunan 232 Tinggi 20 Buruk
25 Psrg L 74 SMP Pensiunan 188 Normal 28 Baik
26 Gsbr L 71 SMA Pensiunan 236 Tinggi 24 Buruk
27 Rmnh P 72 SMA IRT 182 Normal 22 Buruk
28 Hbas L 91 SD/SR Swasta 260 Sangat tinggi 16 Buruk
29 Azah P 62 SMA Pensiunan 221 Tinggi 25 Buruk
30 Mali L 63 SD/SR Swasta 208 Tinggi 23 Baik
31 Ysn P 70 SMP IRT 179 Normal 24 Buruk
32 Rmy P 72 SMA IRT 182 Normal 22 Buruk
33 Mymk L 66 SMA Swasta 335 Sangat tinggi 27 Baik
34 Lgnm P 75 SD/SR IRT 169 Normal 19 Buruk
35 Sai L 86 SD/SR Pensiunan 325 Sangat tinggi 11 Buruk
36 Pnrh P 89 SD/SR Pensiunan 273 Sangat tinggi 20 Buruk
37 Ksnd L 69 SMA Pensiunan 271 Sangat tinggi 26 Baik
38 Wgn P 64 SD/SR IRT 236 Tinggi 26 Buruk
39 Mrkn P 69 Tidak Sekolah IRT 200 Normal 21 Baik
40 Fm P 60 SMA IRT 244 Sangat tinggi 27 Baik
41 Sjym P 70 SD/SR IRT 212 Tinggi 17 Buruk
42 Sgrt P 63 SMA Swasta 393 Sangat tinggi 25 Buruk
43 Rlon P 68 SMP IRT 284 Sangat tinggi 23 Buruk
44 Ksm P 80 Tidak Sekolah IRT 293 Sangat tinggi 15 Baik
45 Lt P 69 Tidak Sekolah IRT 160 Normal 30 Baik
46 Abm L 78 SMA Pensiunan 221 Tinggi 19 Buruk
47 Sula L 63 SMA Pensiunan 244 Sangat tinggi 25 Buruk
48 Nsyh P 73 Tidak Sekolah IRT 200 Normal 15 Baik
49 NuHr P 76 SMP IRT 255 Sangat tinggi 19 Buruk
50 Mnsh P 63 SMP IRT 182 Normal 25 Baik
68

51 Rsn P 62 SMA IRT 305 Sangat tinggi 25 Buruk


52 Nhm P 65 SD/SR IRT 176 Normal 25 Baik
53 Rjn L 64 SD/SR Pensiunan 198 Normal 27 Baik
54 Mnm P 70 SD/SR IRT 187 Normal 25 Baik
55 Spwt P 64 SD/SR IRT 224 Tinggi 28 Baik
56 Rhm P 71 SMA IRT 180 Normal 30 Baik
57 Jmt P 64 SMP IRT 153 Normal 28 Baik
58 Zur P 66 SMA Pensiunan 289 Sangat tinggi 27 Baik
59 Arm L 69 SMA Pensiunan 237 Tinggi 30 Baik
60 Sryt P 71 SD/SR IRT 254 Sangat tinggi 20 Buruk
61 Nsh P 73 Tidak Sekolah IRT 266 Sangat tinggi 17 Baik
62 Mjk L 85 SD/SR Pensiunan 153 Normal 25 Baik
63 Hmdr L 61 SMA Pensiunan 277 Sangat tinggi 26 Baik
64 Skrd L 73 SMP Pensiunan 327 Sangat tinggi 11 Buruk
65 Amn P 78 Tidak Sekolah IRT 161 Normal 20 Baik
66 Krms L 83 SMA Pensiunan 271 Sangat tinggi 22 Buruk
67 Mdi P 68 SMA Pensiunan 285 Sangat tinggi 28 Baik
68 Mzr L 77 SMA Pensiunan 204 Tinggi 28 Baik
69 Dnr P 75 SMA Pensiunan 238 Tinggi 21 Buruk
70 Znn P 61 SD/SR IRT 174 Normal 28 Baik
71 Le P 74 SD/SR IRT 273 Sangat tinggi 16 Buruk
72 Raj L 64 SD/SR Swasta 354 Sangat tinggi 20 Buruk
73 Ant P 76 Tidak Sekolah Pensiunan 254 Sangat tinggi 12 Buruk
74 Teg L 65 SD/SR Pensiunan 281 Sangat tinggi 25 Baik
75 Akw L 76 SMP Pensiunan 301 Sangat tinggi 19 Buruk
76 Hlt P 61 SMA Pensiunan 287 Sangat tinggi 30 Baik
77 Stnr P 74 SMA Pensiunan 232 Tinggi 26 Baik
78 shr P 60 SD/SR IRT 187 Normal 21 Buruk
69

79 Aswt P 60 SMP IRT 236 Tinggi 25 Baik


80 Sly P 71 SD/SR IRT 287 Sangat tinggi 22 Buruk
81 Htn P 66 SD/SR IRT 238 Tinggi 30 Baik
82 Syhd L 75 SMA Pensiunan 287 Sangat tinggi 25 Buruk
83 Nrm P 73 SD/SR IRT 230 Tinggi 22 Buruk
84 Ckjc P 62 SMA Pensiunan 140 Normal 29 Baik
85 Znn P 61 SD/SR IRT 250 Sangat tinggi 20 Buruk
86 Lthl P 72 SD/SR Swasta 361 Sangat tinggi 25 Baik
87 An P 77 Tidak Sekolah IRT 201 Tinggi 28 Baik
88 Mlw P 63 SMA Pensiunan 307 Sangat tinggi 25 Buruk
89 Kssl L 74 SMA Pensiunan 201 Tinggi 24 Buruk
90 Hmds L 61 SMA Pensiunan 251 Sangat tinggi 25 Buruk
91 Hrm P 63 SMA Pensiunan 346 Sangat tinggi 21 Buruk
92 Hsm P 75 SMP IRT 263 Sangat tinggi 23 Buruk
70

Lampiran 12

Statistics
Usia

N Valid 92

Missing 0
Mean 69,3152
Median 69,0000
Std. Deviation 7,14055
Range 31,00
Minimum 60,00
Maximum 91,00

Kategori Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lansia 70 76,1 76,1 76,1

Lansia Tua 21 22,8 22,8 98,9

Lansia sangat tua 1 1,1 1,1 100,0

Total 92 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 31 33,7 33,7 33,7

Perempuan 61 66,3 66,3 100,0

Total 92 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 44 47,8 47,8 47,8

Pensiunan 36 39,1 39,1 87,0

Swasta 12 13,0 13,0 100,0

Total 92 100,0 100,0

Pendidikan
71

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 9 9,8 9,8 9,8

Tidak lulus SD 2 2,2 2,2 12,0

SD/SR 28 30,4 30,4 42,4

SMP 17 18,5 18,5 60,9

SMA 36 39,1 39,1 100,0

Total 92 100,0 100,0

Statistics
Kolesterol Total

N Valid 92

Missing 0
Mean 239,9457
Median 236,5000
Std. Deviation 55,49010
Range 259,00
Minimum 134,00
Maximum 393,00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kolesterol Total

N 92
a,b
Normal Parameters Mean 239,9457
Std. Deviation 55,49010
Most Extreme Differences Absolute ,089
Positive ,089
Negative -,036
Test Statistic ,089
c
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Kategori Kolesterol Total

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72

Valid Normal 26 28,3 28,3 28,3

Tinggi 24 26,1 26,1 54,3

Sangat Tinggi 42 45,7 45,7 100,0

Total 92 100,0 100,0

Fungsi Kognitif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 47 51,1 51,1 51,1

Buruk 45 48,9 48,9 100,0

Total 92 100,0 100,0

Fungsi Kognitif * Kategori Kolesterol Total Crosstabulation


Count

Kategori Kolesterol Total

Normal Tinggi Sangat Tinggi Total

Fungsi Kognitif Baik 21 12 14 47

Buruk 5 12 28 45
Total 26 24 42 92

Fungsi Kognitif * Pendidikan Crosstabulation


Count

Pendidikan

Tidak Tidak lulus


Sekolah SD SD/SR SMP SMA Total

Fungsi Kognitif Baik 8 1 15 7 16 47

Buruk 1 1 13 10 20 45
Total 9 2 28 17 36 92

Kategori Kolesterol Total * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

baik buruk Total

Kategori Kolesterol Total Normal Count 21 5 26

Expected Count 13,3 12,7 26,0


73

Tinggi Count 12 12 24

Expected Count 12,3 11,7 24,0

Sangat Tinggi Count 14 28 42

Expected Count 21,5 20,5 42,0


Total Count 47 45 92

Expected Count 47,0 45,0 92,0

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 14,476 2 ,001
Likelihood Ratio 15,301 2 ,000
Linear-by-Linear Association 13,975 1 ,000
N of Valid Cases 92

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 11,74.

Directional Measures

Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.

Ordinal by Somers' d Symmetric ,363 ,087 4,142 ,000


Ordinal Kategori Kolesterol
,415 ,100 4,142 ,000
Total Dependent

Fungsi Kognitif
,322 ,077 4,142 ,000
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Kategori Kolesterol Total * Fungsi Kognitif Crosstabulation


Count

Fungsi Kognitif

baik buruk Total

Kategori Kolesterol Total Normal 21 5 26

Tinggi 12 12 24
Total 33 17 50
74

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kategori


Kolesterol Total (Normal / 4,200 1,190 14,829
Tinggi)
For cohort Fungsi Kognitif =
1,615 1,038 2,513
baik
For cohort Fungsi Kognitif =
,385 ,159 ,931
buruk
N of Valid Cases 50

Kategori Kolesterol Total * Fungsi Kognitif Crosstabulation


Count

Fungsi Kognitif

baik buruk Total

Kategori Kolesterol Total Normal 21 5 26

Sangat Tinggi 14 28 42
Total 35 33 68

Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper

Odds Ratio for Kategori


Kolesterol Total (Normal / 8,400 2,614 26,994
Sangat Tinggi)
75

Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dan Fungsi Kognitif pada Lansia

M. Salman Alfarisi 1, Nur Riviati 2, dan Sri Nita 3

1. Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya


2. Bagian - Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya – RSMH Palembang
3. Bagian – Departemen Biologi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya – RSMH Palembang
Jl. Dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

E-mail: alfarisi.95@gmail.com

Abstrak

Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab tersering ketergantungan terhadap orang lain. Faktor yang
diyakini dapat memicu kemunduran fungsi kognitif adalah kadar kolesterol total yang tinggi. Kolesterol didalam
pembuluh darah dapat membentuk plak aterosklerosis. Jika plak ini terdapat di pembuluh darah otak, maka dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan sering muncul saat usia lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada Lansia. Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik dengan desain cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang mengunjungi Puskesmas Sekip
Kota Palembang. Data diambil pada bulan desember 2015 dengan metode consecutive sampling. Pengambilan sampel
darah untuk mengukur kadar kolesterol total, setelah itu dinilai fungsi kognitif dengan instrumen MMSE berdasarkan
pendidikan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi-square. Terdapat 92 lansia sebagai responden penelitian.
Lansia dengan fungsi kognitif baik sebanyak 47 (51%) sedikit lebih banyak daripada lansia dengan fungsi kognitif
buruk yaitu sebanyak 45 (49%). Uji statistik Chi-square didapatkan ada hubungan antara kadar kolesterol dan fungsi
kognitif (p=0,001). Uji korelatif didapatkan nilai koefisien korelasri somers'd 0,415. Nilai odd ratio kadar kolesterol
total tinggi terhadap normal didapatkan 4,2 dan nilai odd ratio kadar kolesterol total sangat tinggi terhadap normal
sebesar 8,4. Ada hubungan antara kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada Lansia. Hubungan bernilai sedang
berdasarkan koefisien korelasi. Lansia dengan kadar kolesterol sanggat tinggi paling berpeluan untuk memilki fungsi
kognitif buruk

Kata Kunci: kadar kolesterol total, fungsi kognitif, lansia, MMSE

Abstract

Association between Total Cholesterol Serum Level and Cognitive Function in Elderly. Cognitive function decline
in elderly is the most common cause of dependence on other person. Factor that believed can trigger cognitive function
decline is high of total cholesterol serum level. Cholesterol inside blood vessel can form aterosklerosis plaque. If this
plaque found in brain blood vessel, this plaque can cause cognitive function decline and often appear in old age. The
purpose of this research is to analyse association between total cholesterol serum level and cognitive function. This
research is an analytic obsevational study with cross-sectional design. The population was a number of elderly who
came to Sekip health center Palembang city. Data taken in desember 2015 with consecutive sampling method. Blood
sample taken to measure total cholesterol level, after that the cognitive function assessed with MMSE based on formal
educational level. The data were statisticly analyzed using Chi-square. There were 92 elderly as the reseacrh
respondent. Elderly with good cognitive function found 47 (51%), little more than elderly with bad cognitive function
which is found 45 (49%). Chi-Square test result, there is a association between total cholesterol serum level and
cognitive function (p=0,001). Somers'd correlation coefficient generate 0,415. Odd ratio of high total cholesterol againts
normal total cholesterol generate 4,2 and odd ratio very high total cholesterol againts normal total cholesterol generate
8,4. There is a association between total cholesterol serum level and cognitive function in elderly. The association is
intermediate. Elderly with very high total cholesterol serum level is the most likelyto have bad cognitve function.

Keywords: total cholesterol, conitve function, elderly, MMSE


76

1. Pendahuluan SD, lulus SMP dan lulus SMA atau tingkat


yang lebih tinggi 8.
Pada Susenas yang dilakukan Badan Pusat Pada kelompok lansia, penurunan fungsi
Statistik (BPS) di tahun 2013, ditemukan kognitif merupakan penyebab terbesar
jumlah lansia diseluruh Indonesia mencapai terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan
20,04 juta orang atau sekitar 8,01 persen dari aktifitas sehari-hari dan juga merupakan alasan
jumlah seluruh penduduk Indonesia. Jumlah tersering yang menyebabkan terjadinya
ini mengalami peningkatan tiap tahunnya 1. ketergantungan terhadap orang lain 9.
Betambahnya populasi lansia berakibat pada Penurunan fungsi kognitif dapat terjadi pada
masalah kesehatan yang timbul 2. setiap domain. Pada lansia dapat terjadi
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang penurunan daya ingat yang masih dianggap
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun 3. wajar atau biasa disebut benign senescent
Semua lansia mengalami proses penuaan. forgetfullness 10. Saat penurunan dirasakan
Proses penuaan tersebut dapat mempengaruhi telah meluas tidak hanya pada memori saja,
setiap sistem organ yang ada pada tubuh maka dapat dicurigai telah terjadi mild
manusia. Proses menua masih belum dapat cognitive impairment 11. Tahap terakhir yang
dipastikan bagaimana proses yang dapat terjadi pada lansia saat penurunan
mendasarinya. Permasalahan pada lansia dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari
tampak pada implikasi klinis dari proses dan adanya gangguan afek atau perasaan maka
menua. Terdapat beragam implikasi klinis dari dapat dicurigai telah terjadi demensia 5.
proses menua, salah satunya adalah penurunan Salah satu faktor penting terjadinya
fungsi kognitif 4. penurunan fungsi kognitif pada lansia adalah
Fungsi kognitif menurut behavioral keadaan hiperkolestrolemia atau kadar
neurology, adalah suatu proses dimana semua kolesterol darah yang tinggi 12. Kadar
masukan sensoris dari panca indra (taktil, kolesterol darah yang tinggi dapat membentuk
visual, dan auditorik) akan diubah, diolah, plak aterosklerosis didalam pembuluh darah.
disimpan dan selanjutnya digunakan untuk Jika plak ini terbentuk di pembuluh darah otak
hubungan interneuron secara sempurna maka akan terjadi gangguan sirkulasi darah ke
sehingga individu mampu melakukan otak sehingga asupan oksigen dan gizi menuju
penalaran terhadap suatu masukan sensoris otak akan berkurang. Selanjutnya otak akan
tersebut 5. Terdapat 5 domain utama pada mengalami iskemi hingga infark yang lama-
fungsi kognitif yaitu atensi, bahasa, memori, kelamaan akan menyebabkan kerusakan
visuospasial dan fungsi eksekutif 6. neuron, struktur dan fungsi otak. Maka dari itu
Fungsi kognitif dapat dinilai melalui aterosklerosis dapat menjadi sebab terjadinya
beberapa instrumen. Pada praktek klinis fungsi penurunan fungsi kognitif 11,13.
kognitif umumnya digunakan pada mereka Hiperkolesterolemia adalah peningkatan
yang memang dicurigai mengalami penurunan kadar kolesterol di dalam darah. Peningkatan
fungsi kognitif dan biasanya lansia. Mini kadar kolesterol darah diyakini menjadi faktor
Mental State Examination atau MMSE adalah utama mendorong terjadinya aterosklerosis.
salah satu intrumen yang paling sering Aterosklerosis terbentuk dari timbunan
digunakan untuk menilai fungsi kognitif. kolesterol dan ester kolesteril dari lipoprotein
MMSE merupakan wawancara dengan 30 poin plasma ke dinding arteri 14. Kolesterol yang
pertanyaan 7. Penilaian MMSE sebaiknya merupakan salah satu lipid plasma, dapat
memperhatikan tingkat pendidikan dari lansia terjadi peningkatan jika adanya asupan
yang dinilai. Menurut Turana dan Handayani berlebihan lemak atau dapat disertai dengan
penilaian MMSE dibagi menjadi 5 kategori gangguan metabolisme dari kolesterol itu
yaitu tidak bersekolah, tidak lulus SD, lulus sendiri. Faktor utama terjadinya peningkatan
77

kolesterol total darah adalah konsumsi lemak pengukuran kolesterol tidak dipengaruhi oleh
jenuh yang berlebihan 15. penyakit lain maka kriteria trakhir adalah
Pengukuran kadar kolesterol total lansia tidak sedang menderita diabetes melitus.
dilakuakn dengan pengambilan sampel darah. Lansia saat datang ke Puskesmas akan
Ada 2 metode dalam pemeriksaan kolesterol dimintai persetujuan untuk mengikuti
total darah yaitu metode spektrofotometri dan penelitian ini. Kemudian, dilakukan tanya
elektrode based biosensor. Spektrofotometri jawab apakah lansia termasuk pada kriteria
dilakukan di laboratorium kesehatan dan responden penelitian. Jika lansia bisa dijadikan
merupakan rekomendasi utama untuk responden maka dilakukan pengambilan
pengukuran kadar kolesterol total. Pada sampel darah untuk pengukuran kadar
metode elektrode based biosensor kolesterol total. Kadar kolesterol total akan
pengukurannya lebih mudah dan hanya butuh diukur dengan metode elektrode based
sedikit pengambilan sampel darah, namun biosenser. Terakhir, penilaian fungsi kognitif
pemeriksaan ini tidak di rekomendasikan 16. pada lansia dengan menggunakan MMSE.
Berdasarkan uraian diatas kadar Pengukuran kadar kolesterol total
kolesterol total darah dinilai dapat memicu menggnuakan alat portable dengan metode
terjadinya penurunan fungsi kognitif pada elektrode based biosenser. pengukuran ini
lansia. Di Indonesia penelitian mengenai kadar hanya membutuhkan setets darah atau sekitar
kolesterol total dan fungsi kognitif belum 5µL darah. Hadil akan terlihat di monitor
banyak ditemukan. Penelitian ini bertujuan setelah 150 detik strip pengukuran tersentuh
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sampel darah.
kadar kolesterol total dan fungsi kognitif pada Penilaian MMSE berdasarkan tingkat
lansia. pendidikan. Responden yang tidak bersekolah
mempunyai nilai ambang 13, yang artinya
2. Metode fungsi kognitif baik jika skor MMSE ≥13 dan
bernilai buruk jika <13. Jika tidak lulus SD
Penelitian ini merupakan penelitian nilai ambangnya 19. Lulus SD nilai
observasial analitik dengan rancangan ambangnya 23. Lulus SMP nilai ambangnya
penelitian cross sectional (potong lintang). 25. Responden dengan pendidikan SMA atau
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu lebih tinggi nilai ambangnya 26 8.
hubungan dua variabel yaitu kadar kolesterol
total darah dengan fungsi kognitif pada lansia. 3. Hasil
Data yang digunakan adalah data primer yang
diambil dari lansia dengan penjelasan kepada Penelitian ini mendapatkan 92 lansia yang
lansia dan Persetujuan oleh lansia. dijadikan responden. Pengukuran Kolesterol
Pengambilan data dilakukan di Total menggunakan satuan mg/dl (miligram
Puskesmas Sekip Kota Palembang pada bulan per desiliter). Pada penelitian ini didapatkan
desember 2015. Populasi yang diteliti adalah rata-rata Kadar kolesterol pada responden
semua lansia yang datang ke Puskesmas Sekip adalah 239,9 mg/dl dan Nilai tengah 236,5.
saat dilakukan penelitian. Pengambilan sampel Kadar kolesterol terendah yang ditemui adalah
dilakukan dengan metode consecutive 134 mg/dl dan tertinggi ditemui sebesar 393
sampling. mg/dl. Perhitungan standar deviasi atau
Beberapa kriteria pada lansia yang bisa simpangan baku didapatkan nilai 55,5. Setelah
mengikuti penelitian ini adalah lansia setuju dilakukan perhitungan pada uji kolmogorov-
untuk dijadikan responden. Lansia tidak smirnov didapatkan nilai p>0,05. Maka data
memiliki riwayat trauma kepala. Lansia tidak kadar kolesterol total berdistribusi normal.
sedang mengalami depresi. Lansia tidak
sedang mengalami gangguan jiwa. Agar
78

Tabel 1. Statistik Deskriptif Kadar Kolesterol Total ditemukan sedikit lebih banyak daripada
responden dengan fungsi kognitif yang buruk
Mean (rata-rata) 239,9 yaitu sebanyak 45 orang (48,9%).
Median (nilai tengah) 236,5
134,0 mg/dl Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Fungsi
Nilai terendah
Kognitif
Nilai tertinggi 393,0 mg/dl
55,5 Persentase
Standar Deviasi Fungsi Kognitif N (orang)
(%)
p value Uji K-S 0,068
Baik 47 51,1

Kadar Kolesterol Total dapat Buruk 45 48,9


dikelompokan menjadi 3 kelompok menurut Total 92 100
NCEP. Responden dengan kadar kolesterol
normal sebanyak 26 orang (28,3%), tinggi
Tabel 4. Merupakan tabel kontingensi
sebanyak 24 orang (26,1%) dan sangat tinggi
antara kadar kolesterol total dan fungsi
sebanyak 42 orang (45,7%).
kognitif. Uji Chi-Square didapatkan nilai
p=0,001. Hal ini memnunjukan bahwa ada
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Kadar
Kolesterol Total hubungan antara kadar kolesterol total dan
fungsi kognitif pada lansia. Perhitungan
Kadar Kolesterol N (orang) Persentase
korelatif dengan menggunakan koefisien
Total (%) korelasi somers'd mendapatkan nilai r=0,415
Normal (<200) 26 28,3 yang menunjukan bahwa hubungan anatar
Tinggi (201-240) 24 26,1
kadar kolesterol total dan fungsi kognitif
dinilai sedang.
Sangat Tinggi (>240) 42 45,7
Total 92 100
Responden dengan fungsi kognitif yang
baik sebanyak 47 orang (51,1%), jumlah ini

Tabel 4. Uji Chi-Square Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dan Fungsi Kognitif pada Lansia

Fungsi Kognitif p pada


Kadar Kolesterol uji χ2 OR (Odd Koefisien
Buruk Baik Jumlah
Total ratio) somers'd (r)
n % n %

Sangat Tinggi 28 66,7 14 33,3 42 4,2

Tinggi 12 50,0 12 50,0 24 0,001 8,4 0,415

Normal 5 19,2 21 80,8 26 Pembanding

Jumlah 45 48,9 47 51,1 92


79

Odd ratio (OR) hanya dapat dihitung Penelitian beliau yang dilakukan di kota
pada tabel kontingensi 2x2. Untuk dapat Jakarta mendapatkan hasil bahwa 178 (62,2%)
menilai OR pada penelitian ini, maka tabel 3x2 lansia memiliki fungsi kognitif yang baik, dan
harus diubah terlebih dahulu menjadi 2x2. 108 (37,8%) lansia memiliki fungsi kognitif
Ketegori kadar kolesterol total dipisah menjadi yang buruk. Penilaian yang dilakukan sama
2 bagian yaitu normal dengan tinggi dan, dengan peneltian ini yaitu dengan
normal dengan sangat tinggi. Normal dijadikan menggunakan MMSE dan berdasarkan
pembanding badi kategori lain. pendidikan. Hasil ini dapat menggambarkan
Nilai OR pada kadar kolesterol tinggi bahwa dewasa ini sudah banyak lansia yang
terhadap normal didapatkan 4,2. Nilai ini mengalami penurunan fungsi kognitif. penting
menunjukan bahwa lansia yang memiliki untuk dilkukannya pencegahan kemunduran
kadar kolesterol tinggi 4,2 kali lebih mungkin fungsi kognitif yang dapat dimulai sebelum
memiliki fungsi kognitif buruk daripada lansia memasuki usia lanjut.
dengan fungsi kognitif normal. Penurunan fungsi kognitif merupakan
Nilai OR pada kadar kolesterol sangat masalah yang perlu diperhatikan pada lansia.
tinggi didapatkan 8,4. Nilai ini menunjukan Proses menua dapat menurunkan semua sistem
bahwa lansia yang memiliki kadar kolesterol organ yang ada di tubuh, termasuk berakibat
tinggi 8,4 kali lebih mungkin memiliki fungsi penurunan fungsi kognitif. Masalah utama
kognitif buruk daripada lansia dengan fungsi yang dihadapi pada penurunan fungsi kognitif
kognitif normal. Hasil ini terlihat lebih besar adalah apakah kemunduran tersebut akibat dari
dari pada tabel sebelumnya. Dapat proses menua yang normal atau ada proses
disimpulkan bahwa lansia dengan kadar patologi yang mendasarinya. Penurunan fungsi
kolesterol sangat tinggi paling berpeluang kognitif merupakan salah satu dari gambaran
memiliki fungsi kognitif buruk. sindroma cerebral yang berasal dari perubahan
patologik pembuluh darah otak. Penyebab
4. Pembahasan terasering dari proses tersebut ialah
terbentuknya aterosklerosis atau plak pada
Hasil pengukuran kadar kolesterol total dari 92 pembuluh darah 10.
sampel, ditemukan rata-rata sebesar Proses pembentukan aterosklerosis dapat
239,9±55,5, hasil ini dikategorikan sebagai dimulai saat usia muda. Dengan berbagai
kadar kolesterol tinggi. Pada lansia terjadi macam gaya hidup yang menjadi faktor resiko
perubahan komposisi tubuh. Pembentukan menambah peluang timbulnya keluhan dari
lemak akan meningkat dan menggantikan pembentukan aterosklerosis saat memasuki
protein yang sintesisnya berkurang. usia tua. Beberapa resiko tersebut antara lain
Peningkatan lemak yang paling banyak terjadi adalah merokok, pola makan yang tidak sehat
pada fraksi trigliserid dan asam lemak bebas seperti mengkonsumsi mkanan tinggi lemak,
17
. Asam lemak bebas yang terlalu banyak kurang aktivitas fisik, serta adanya penyakit
akan meningkatnya anabolisme kolesterol, yang bisa menjadi faktor resiko seperti
karena asam lemak dapat menjadi sebagai hipertensi dan diabetes melitus. Gaya hidup
bahan sintesis kolesterol 14. menkonsumsi banyak lemak jenuh akan
Penilaian fungsi kognitif didapatkan menyebabkan kadar kolesterol meningkat di
sebanyak 47 orang yang memiliki fungsi dalam darah. Keadaan hiperkolestrolemia ini
kognitif baik, dan 45 orang memilki fungsi akan memicu terbentuknya plak aterosklerosis
kognitif buruk. Nilai ini terlohat tidak jauh dan berujung kepada penurunan fungsi
berbeda. Penilaian fungsi kognitif kognitif 11,12,13.
menggunakan MMSE dan dinilai berdasarkan Hasil akhir yang diperoleh pada
pendidikan. Hasil yang tidak jauh berbeda penelitian ini dengan menggukan uji Chi-
didapatkan oleh Wreksoatmodjo (2014). square didapakan nilai p<0,05. Hal ini
80

menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan fungsi kognitif yang buruk di


bermakna antara kadar kolesterol total dengan Puskesmas Sekip Palembang. Rerata Kadar
fungsi kognitif. Koefisien korelasi sebesar Kolesterol Total Lansia di Puskesmas Sekip
0,415 yang menunjukan bahwa hubungan masih tergolong tinggi.
dinilai sedang. Lansia dengan kadar kolesterol Ada hubungan antara kadar kolesterol
tinggi 4,2 kali lebih mungkin memiliki fungsi total dan fungsi kognitif pada lansia Hubungan
kognitif buruk, dan lansia dengan kadar antara kadar kolesterol dan fungsi kognitif
kolesterol sangat tinggi 8,4 kali lebih mungkin dinilai sedang. Lansia dengan kadar kolesterol
memilki fungsi kognitif buruk diabandingkan sangat tinggi paling berpeluang untuk
jika memiliki kadar kolesterol total normal. memiliki fungsi kognitif yang buruk.
Penelitian mengenai kadar kolesterol dan Kadar Kolesterol terbukti dapat menjadi
pengaruhnya terhadap fungsi kognitif telah rediko pada lansia untuk memilki fungsi kogntif
banyak diteliti, namun masih sedikit penelitian yang buruk. Untuk setiap lansia, disarankan agar
yang dilakukan di Indonesia. Elias et.al. telah mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
melakukan penelitian kohort yang melibatkan dan tidak berlebihan kandungan lemak.
1.894 lansia dan dilakukan selama 2-4 tahun. Pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif
Hasil yang didapat dari peneltian ini adalah sangat dianjurkan. Aktivitas kognitif seperti
perfroma fungsi kognitif ditemukan lebih baik membaca berita dan bermain catur sangat
pada kelompok lansia dengan kadar kolesterol dianjurkan untuk menjadi kegiatan sehari-hari.
<200mg/dl dibandingkan dengan kelompok
yang memiliki kadar kolesterol 200-239mg/dl Daftar Acuan
dan kadar kolesterol ≥240mg/dl 18. Pengaruh
kadar kolesterol yang tinggi terhadap 1. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk
penurunan fungsi kognitif juga dijelaskan pada Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
hasil peneltian oleh Anstey et. al. Penelitian Statistik, Jakarta, 2013.
yang dilakukan beliau merupakan penelitian 2. Rochmah, Wasilah & Harimurti,
meta analisis dari 18 penelitian prospektif. Kuntjoro. Demansia. Dalam: Sudoyo, Aru
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (jilid
fungsi kognitif dinilai dipengaruhi kuat oleh 1 edisi ke-5). Jakarta: Internal Publishing,
Usia namun tidak ada hubungan bermakna 2009.
antara kadar kolesterol total dengan penurunan 3. Undang-undang Republik Indonesia
fungsi kognitif. Meskipun hasilnya ditemukan Nomor 13 Tahun 1998 tentang
tidak berhubungan namun diyakini bahwa Kesejahteraan Lanjut Usia. Himpunan
kolesterol berperan dalam pembentukan dan Peraturan Perundang-undangan Republik
agregasi β-amyloid. Dengan kata lain kadar Indonesia tahun 1998 buku 2. 1998.
kolesterol yang tinggi dapat beresiko untuk 4. Setiati S, Kuncoro H, Arya Govinda R.
terjadinya Demensia Alzheimer 19. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya.
Penelitian mengenai pengaruh obat statin Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu
terhadap fungsi kognitif juga pernah dilakukan. Penyakit Dalam (jilid 1 edisi ke-5).
Vliet pada penelitiannya menghasilkan bahwa Jakarta: Internal Publishing, 2009.
pengobatan golongan statin yaitu obat golongan 5. Kolegium Neurologi Indonesia (KNI)
penurun kolesterol, tidak efektif untuk perbaikan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
fungsi kognitif pada lansia 20. Indonesia (PERDOSSI). Modul Induk
Neurovaskular, Indonesia. 2009.
5. Kesimpulan 6. Ginsberg, Lionel. Lecture Notes
Neurologi edisi ke-8. Terjemahan oleh:
Ditemukan sedikit perbedaan jumlah lansia Wardhani, Indah R. Jakarta: Erlangga,
dengan fungsi kognitif yang baik dan lansia 2007.
81

7. Gallo, Joseph J. Handbook of Geriatric 15. Guyton, Arthur C & Hall, John E.
Assessment. London: Jones and Bartlett Fisiologi Kedokteran "Metabolisme dan
Publisher International, 2006. pengaturan suhu" (edisi ke-11).
8. Turana, Y & Handayani, YS. Nilai Mini Terjemahan Oleh: Irawati, dkk. Jakarta:
Mental State Examination (MMSE) Buku Kedokteran EGC, 2012.
berdasarkan usia dan tingkat pendidikan 16. Suwandi D, Sugiarto C, & Fenny.
pada masyarakat lanjut usia. Jakarta: Perbandingan Hasil pemeriksaan Kadar
Medika Jurnal Kedoketeran, 2011. Kolesterol Total Metode Electrode-Based
9. Reuser M, Bonneux L, & Willekens G. Biosensor dengan Metode
The Effect of Risk Factor on the Duration Spektrofotometer (online).
of Cognitive Impairment.New York: http://repository.maranatha.edu/12330/9/1
Health and Retirement Survey, 2010. 010161_Journal.pdf. 2013.
10. Martono, Hadi & Pranarka, Kris. Buku 17. Asiah, Nur & Tjakradidjaja, Francisca A.
Ajar Boedhi-Darmojo : Geriatri (Ilmu Perubahan Komposisi Tubuh pada Lanjut
Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Usia (online).
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas (http://www.researchgate.net/publication/
Indonesia, 2009. 256089009/PERUBAHAN_KOMPOSISI
11. Liwang, Frans & Estiasari, Riwanti. Mild _TUBUH_PADA_LANJUT_USIA. 2013.
Cognitive Impairment. Dalam: Tanto, 18. Elias PK, Elias MF, D'Agostino
Chris. Kapita Selekta Kedokteran (jilid 2 RB, Sullivan LM, & Wolf PA. 2005. Serum
edisi ke-4). Jakarta: Media Aesculapius, cholesterol and cognitive performance in
2014. the Framingham Heart Study. Psychosom
12. Suhardjono. Hipertensi pada Usia Lanjut. 2005; 67(1):24-30.
Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu 19. Anstey KJ, Lipnicki DM, & Low LF.
Penyakit Dalam (jilid 1 edisi ke-5). Cholesterol as a risk factor for dementia
Jakarta:Internal Publishing, 2009. and cognitive decline: a systematic review
13. Mardjono, Mahar & Sidharta Priguna. of prospective studies with meta-analysis.
Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian AM Geriatr Psychiatry. 2008; 16(5):343-
Rakyat, 2010. 54.
14. Campbell NA, Reece JB, Cain ML, 20. Vliet P, Van. Cholesterol and late-life
Wasserman SA, Minorsky PV, & Jackson cognitive decline. J Alzheimer Disc 2012;
RB. Biologi (jilid 1 edisi ke-8). 30 Suppl 2:S147-62.
Terjemahan Oleh: Wulandari, Damaring
T. Jakarta:Erlangga, 2008.
82

BIODATA

Nama : Muhammad Salman Alfarisi


Tempat/Tanggal Lahir : Baturaja/10 Februari 1995
Alamat : Jl. Rustini gang ilalang no.58 RT 01 RW 01
Sukamaju Sako Palembang

Telp/Hp : 0711 824725/089624404630


Email : alfarisi.95@gmail.com
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Junaidi Azhari SE.
Ibu : Hailah Murtini
Jumlah Saudara :2
Anak Ke : 3 dari 3 bersaudara
Riwayat Pendidikan : SD N 14 OKU
SMP N 41 Palembang
SMA N 14 Palembang
Fakultas Kedokteran Unsri (2012-sekarang)

Palembang, Oktober 2015

(Muhammad Salman Alfarisi)

Anda mungkin juga menyukai