Anda di halaman 1dari 35

BY HASNIA AHMAD

KOORDINASI

PENGERTIAN

Koordinasi adalah Su/ proses yg menghasil


kan aktivitas pola-pola kontraksi banyak otot
dg kekuatan, kombinasi & urutan yg tepat,
bersamaan ,dg demikian menginhibisi kerja
otot-otot yg lain dlm upaya menghasilkan
aktivitas yg diinginkan.
PENGERTIAN
Koordinasi adalah suatu
kemampuan utk menggunakan
otot-otot yg tepat pd waktu yg
tepat dan dengan intensitas yang
tepat untuk efisiensi pencapaian
gerakan yang diinginkan
Koordinasi gerakan yg halus, akurat
dan bertujuan terjadi oleh adanya
integrasi/terpadu kerja dari bbrp otot
yg saling terkait sebagai dasar efisiensi
aktifitas postural.

(Gardiner, 1985 dlm physiotherapi in-neuro condition)


CONTROL OF THE MOVEMENT
 Gerakan-gerakan dikontrol oleh pusat
tertinggi dlm otak. Cortex cerebri dan
cerebellum berperan penting dlm
mengontrol gerakan neural .

 Sensasi Kinestetik dan proprioceptic juga


berperan penting dalam terjadinya koordinasi
gerakan.
PENYEBAB INKOORDINASI
Bergantung dr tempat cidera, inkoordinasi dpt
dibagi dlm bbrp type :
INKOORDINASI KRN KELEMAHAN
TERUTAMA GROUP OTOT
INKOORDINASI DISERTAI DG SPASTIK
INKOORDINASI AKIBAT DARI CIDERA/LESI
CEREBELLAR
INKOORDINASI AKIBAT DARI HILANGNYA
SENSASI KINESTHETIK (sprt pd kasus ataxia, sensory ataxia)
TES UTK INKOORDINASI
A. NON – EQUILIBRIUM COORDINATION TEST

1. FINGER TO NOSE/POINT-TO-POINT MOVEMENT


EVALUATION

Abd .shoulder 90° dg elbow ekstensi. Minta pasien utk


menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke ujung
hidungnya. Tes dilakukan dlm gerakan cepat & lambat,
ulangi bbrp kali hitungan dg mata terbuka lalu dg mata
tertutup . Normal gerakan ttp tdk berubah dg mata
tertutup. Ulangi bandingkan dg tgn lainnya.
Perhatikan abnormalitas

a. Intension tremor , tremor akan meningkat saat


mendekati target (tdk ada tremor saat istrahat)

b. Jari pasien melampau target, mengarah pd


cerebellar abnormality. Abnormalitas juga
terjadi pd gangguan /penyakit cebellar
Finger-nose test
2. FINGER TO THERAPIST FINGER
Pasien & terapis saling
berhadapan. Jari telunjuk
terapis diluruskan menunjuk ke
atas dihadapan pasien. Minta
pasien menyentuhkan ujung
jari telunjuknya ke jari telunjuk
terapis. Selama pemeriksaan
berlangsung posisi jari terapis
diubah-ubah dg tujuan untuk
mengetahui kemampuan
merubah jarak, arah dan
kekuatan gerakan
3. FINGER TO FINGER
KEDUA SHOULDER ABDUKSI 90°, ELBOW EKSTENSI,
MINTA PASIEN MEMBAWA KEDUA LENGANNYA KE
HORIZONTAL ABDUKSI & MENYENTUHKAN KEDUA
UJUNG JARI TELUNJUK SATU TERHADAP YANG LAIN

4. ALTERNATE NOSE TO FINGER


PASIEN DIMINTA UTK MENYENTUH UJUNG
HIDUNGNYA & UJUNG JARI TERAPIS MENGGUNA
KAN JARI TELUNJUKNYA SEC. BERGANTIAN
5. RAPIDLY ALTERNATING MOVEMENT/PRONASI - SUPINASI.
DLM POSISI DUDUK, MINTA PASIEN UTK MELAKUKAN
GERAKAN PRONASI –SUPINASI DIATAS DORSUM TANGAN
LAINNYA DG CEPAT SEDPT MUNGKIN.

DLM POSISI YG SAMA DUDUK DITEPI BAD, MINTA MELAKUKAN


PRONASI-SUPINASI DIATAS PAHA SEC. BERGANTIAN . PD GG
CEREBELLAR MENYEBABKAN GERAKAN TSB DILAKUKAN SEC.
LAMBAT & TDK TERATUR , DISEBUT DG DYSDIADOCHOKINESIS

Dysdiadochokinesia biasanya disebabkan olh multiple


sclerosis pd orang dewasa, & cerebellar tumors in children.
Catatan pasien dg gg gerakan lain (cth. Parkinson's disease)
mungkin abnormal rapid alternating movement testing ,
penyebab sekunder dari akinesia or rigidity.
Gbr. RAPIDLY ALTERNATING MOVEMENT/
PRONASI - SUPINASI.

Observasi kecepatan,irama, dan kehalusan


dari gerakan. Ulangi pd tangan yg lain
TEST FOR PRONATOR DRIFT.
Posisi pasien beridiri sekitar 20 to 30 seconds dg ke2 lengan lurus
ke depan, telapak tgn menghadap keatas, & kedua mata tertutup

org yg tdk bisa berdiri , pronator drift test dilakukan dlm posisi
duduk.

Pronator drift terjadi pronasi pd salah satu lengan. Jk keduanya


sensitif dan spesifik utk cidera trac. Corticospinal di dlm
hemisphere contralateral

Minta pasien angkat lengan & mempertahankan lengan tetap lurus,


mata tertutup, ketuk lengan dg cepat ke arah bawah. Normalnya
lengan akan kembali pd posisi horizontal dg gerakan yg halus.
Respon tsb membutuhkan kekuatan otot, koordinasi, dan rasa
posisi yg baik
EXAMPLES OF ABNORMALITIES

Downward drift Pd Lengan dpt terjadi disertai flexi dari fingers &
elbow

In cerebellar incoordination, lengan kembali ke posisi semula


tetapi gerakannya melampaui/melewati posisi lengan
sebelumnya .

Normal Abnormal
6. Tapping Foot
minta pasien mengetuk bola dg satu kaki
diatas lantai tanpa mengangkat lutut.
Tumit tetap dipertahankan rapat dg lantai

Cara lain, minta pasien mengetukkan


tapak kakinya di lantai, tanpa
mengangkat lutut & tumit ttp menyentuh
lantai. Tes ini dilakukan utk mengetahui
kecepatan gerakan & irama gerakan
7. Alternate heel to knee, heel to toe

Posisi pasien lying, minta pasien


menyentuh lutut dan ibu jari
kakinya sec. bergantian
menggunakan tumit kaki yg
satunya
8. Heel on shin
Posisi lying, minta
pasien utk
menggeserkan satu
tumitnya naik-turun
pada tulang tibia/kering
tungkai lainnya.

The heel to shin test , mungkin abnormal jika kekuatan


motorik hilang, proprioception or cerebellar lesion.
Jika sistem motor and sensory baik, adanya abnormal,
asymmetric heel to shin test memberi gambaran
ipsilateral cerebellar lesion.
9. Drawing a circle
Tes ini pasien diminta menggambar
lingkaran imajinasi di udara
menggunakan extremitas superior
atau inferior, dapat juga
menggambar di atas meja tau lantai
B. EQUILIBRIUM COORDINATION TEST

1. Beridiri normal dg posture yang


nyaman
2. Beridir dg kedua kaki (base rapat utk
support)
3. Berdiri dg satu kaki tepat di depan kaki
lainnya dalam posisi tandem
4. Berdiri dg satu kaki
Beridir dlm posisi tandem
5. Posisi Beridiri ,Posisi lengan
bergantian (lengan di samping badan ,
di atas kepala, di atas pinggang)
6. Beridiri, fleksi trunk, kembali ke posisi
netral secara bergantian
7. Berdiri dg lateral fleksi kiri-kanan
8. Berdiri utk tes kemampuan
mempertahankan postur tetap tegak
9. Berdiri dlm posisi tandem dari mata
terbuka 10 detik, lalu dg mata tertutup 10
detik utk masing-masing posisi (sharpened
Rhomberg)

Balance (sharpened Romberg test).


10. Tandem walking; berjalan dg
meletakkan tumit dari satu kaki di
depan jari kaki lainnya.
Kurangnya koordinasi berjalan disertai dg
instability, disebut ataxic. Ataxia dpt
disebabkan penyakit cerebellar ,
hilangnya rasa posisi, atau keracunan

11. Berjalan sepanjang sebuah garis lurus


atau letakkan kaki pd tanda-tanda di atas
lantai sambil berjalan
Rhomberg Test
Pasien beridiri dg tumit rapat, minta pasien tetap
mempertahankan posisi dg mata tertutup.
Jika keseimbangan terganggu tes positif.

untuk mencapai keseimbangan, seseorang membutuhkan


2 dari 3 infut dari kortes seperti :

a) Penglihatan : utk mendptkan informasi ttg posisi

b) non-visual : informasi ttg posisi ( termasuk


proprioceptive and vestibular input)

c) fungsi normal dari cerebellum.


Jika pasien kehilangan
keseimbangan setelah
berdiri dengan mata tertutup
, dg mata terbuka tetap dpt
mempertahankan
keseimbangan.

Cidera pada cerebellum


atau dysfungsi vestibular.

positive Rhomberg.

Gbr. Rhomberg test. a. berdiri kaki rapat mata terbuka


b. mata tertutup
12. Berjalan pada satu sisi, mundur ke
belakang, langkah berputar
13. Berhenti dan secara tiba-tiba berjalan
kembali
14. Berjalan dlm satu lingkaran atau dg arah
bergantian
15. Berjalan dengan tumit atau jari kaki
Berjalan dengan tumit

Berjalan dengan jari kaki


Berjalan dg tumit sgt sensitiv utk mengetes kelemahan
dorsiflexi ankle, sedangkan berjalan dg ujung jari kaki
cara cpt mengetes kelemahan plantar flexion ankle
CEREBELLUM

Jika pasien mengeluh ada kekakuan atau


masalah dg koordinasi gerakan , indikasi
utk melakukan pemeriksaan cerebellar .
Tanda dr gg/penyakit pd sisi ygsama
/sesisi dg otak yg mengalami cidera.
TES DYSFUNGSI CEREBELLAR
TES DYSFUNGSI CEREBELLAR LANJUT …….
Figure . The cerebellar examination
REFERENSI

1. Bickley, Lynn.S.at.all, 2009. Bate’s Guide to Physical


Examination and History Taking. Ed.10. Lippincott
Williams&Wilkins
2. Praveen Kumar,Parvathi Raju,at.all. 2005. fundamental
of Physiotherapy. Jaypee brother medical publishers
3. Stephen Russel an Marc Triola, 2006. The Precise
Neurological Exam. Coordination , Gait and Rhomberg
Test. New York University School of Medicine
4. Nicholas J Talley and Simon O’Connor, 2007. Clinical
examination A Systematic Guide to Physical Diagnosis,
ed. 5. Elseiver Inc. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai