Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN

KOORDINASI
Yuda Turana
Bagian Neurologi FKUI /
RSCM
Pendahuluan
- Kelumpuhan (-)  koordinasi terganggu 
gerakan aktif terganggu
- Gerakan aktif komplek  melibatkan banyak
otot  diperlukan suatu koordinasi otot-otot
agonis, antagonis, sinergis , dan fiksasi.
- Otot agonis berkontraksi untuk melakukan
suatu gerakan  otot antagonis relaksasi/
memodifikasi tonus memfasilitasi gerakan
tersebut  otot sinergis membantu reinforce
dari gerakan  otot yang memfiksasi mencegah
displacement & menjaga posisi sesuai
definisi
- Koordinasi adalah : fungsi normal dari
motorik, sensorik dan faktor-faktor yang
bersinergi dalam menampilkan suatu
gerakan.
- Serebelum berhubungan erat dengan
fungsi sinergi & pusat koordinasi
- Topik  pemeriksaan fungsi
serebelum
Tinjauan singkat anatomi korelatif
 Keseimbangan : penglihatan,sensorik,
vestibular,serebelum, integrasi batang
otak**
 Serebelum  pusat koordinasi
 Vermis, hemisfer, flokulonoduler**
 Double cross  koordinasi ipsilateral
hemisfer**
 Clinical sign anatomic basis
Anatomi korelatif
 Midline ( vermis & flokulonodular) : fungsi
aksial: gerak mata, postur kepala dan tubuh,
gait
 Midline lesion : nistagmus, motilitas
okular,titubasi, gait ataxia**
 Hemisfer  fungsi koordinasi gerak , tonus pada
tungkai ipsilateral
 Lesi hemisfer : ataksia ipsilateral, hipotonus,
ipsilateral gaze paresis ( tdk mampu melihat ke
arah lesi ), disatria
 Lesi difus  toksik, metabolik, degeneratif
pemeriksaan koordinasi
 Pemeriksaan koordinasi dibagi 2 :
 1. Koordinasi yang berhubungan dengan
keseimbangan ( Equilibratory coordination) 
koordinasi yang mempertahankan
keseimbangan dalam posisi tegak
 2. Koordinasi yang tidak berhubungan dengan
keseimbangan (NonEquilibratory coordination)
 koordinasi pada gerakan intensi pada
ekstresimitas , terutama gerakan jari.
Koordinasi yang berhubungan
dengan keseimbangan
 Gangguan koordinasi : ataksia.
 Sebelum pemeriksaan fisik  pengamatan
terhadap setiap gerakan pasien ~ saat
posisi tidur & duduk.
 ketidakstabilan posisi tubuh meskipun saat
tidur maupun duduk ??
 Bila pasien dapat berdiri dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan berikut :
Test Romberg
Pasien berdiri posisi kaki rapat , mata terbuka
~ mata tertutup  Amati posisi tubuh
keseluruhan.
- Pada ataksia sensorik  pasien dapat
mempertahankan keseimbangan saat mata
terbuka dan terganggu saat mata tertutup ( test
Romberg positif ).
- ggn serebelum  pasien mengalami gangguan
keseimbangan pada saat mata tertutup maupun
terbuka
Test Romberg
Diingat  individu normal saat mata
ditutup  sedikit gangguan
keseimbangan,
Gangguan serebelum  gangguan
keseimbangan bertambah berat saat
mata ditutup.
Pada lesi hemisfer serebelum pasien
jatuh pada sisi lesi /ipsilateral.
test postural modifikasi
- Posisi tandem  kaki satu sejajar di
depan kaki yang lain. Pasien didorong
ringan ke kanan - kiri . Pasien akan lebih
mudah terjatuh pada sisi lesi dibanding
sisi lainnya.
- Berdiri dengan mengangkat salah satu
kaki bergantian  pasien cenderung jatuh
saat berdiri pada kaki sesuai sisi lesi.
Fungsi koordinasi secara
keseluruhan
memerintahkan pasien bangun dari posisi
tidur ke posisi duduk kemudian ke posisi
berdiri tanpa menggunakan bantuan
tangan.
Pemeriksaan Gait
 Berjalan maju - mundur dgn mata terbuka /
tertutup.
 Gangguan posisi statis  lebih nyata pd
pemeriksaan gait.
 Pemeriksaan Gait :
 1.Berjalan  posisi kaki tandem pada satu garis
lurus.
 2.Berjalan pd salah satu sisi overstep atau
crossover satu kaki diatas kaki lainnya,
 3. Berjalan ke depan  berbalik arah secara
cepat / diperintah utk menghentikan gerakan
Pemeriksaan Gait
 Berjalan mengelilingi kursi searah jarum
jam kemudian sebaliknya,
 Pada kelainan hemisfer serebeli pasien
cenderung jalan menyimpang ke sisi lesi,
 Stepping test : pasien berjalan ditempat
selama 1 menit dengan mata tertutup.
 Diingat !! test ini memberikan hasil sama
pada kelainan vestibular  dilihat gejala
penyerta lain !**
Koordinasi tidak berhubungan
keseimbangan
 pemeriksaan  kemampuan pasien untuk
melakukan gerakan ekstresimitas intensi
halus.
 Diperhatikan kecekatan tangan ( kinan
atau kidal? )
 Beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan :
Test tunjuk – hidung
 Dapat dilakukan saat posisi tidur , duduk , atau berdiri.
 Posisi tangan direntangkan kemudian menyentuhkan
ujung jari ke hidung. Awal  perlahan ,berangsur
cepat , mata terbuka & tertutup. lihat kemulusan
gerakan.
tremor intensi ? ( tremor yang nyata saat gerakan
tangan semakin mendekati objek ) .
Pada ataksia sensori pasien akan mudah
melakukannya saat mata terbuka, namun pada saat
mata tertutup gerakan akan semakin lambat dan sulit
menemukan hidung.
ataksia serebelum
ataksia serebelum  dismetri
> hipometri ( gerakan pasien berhenti
/melambat sebelum mencapai hidung )
> hipermetri ( pasien menyentuh hidung
dengan terlalu cepat dan tekanan besar ).
Gerakan kasar , tidak harmonis.
Gangguan koordinasi ekstresimitas
sesisi lesi , jari berdeviasi ke arah sisi lesi.
 Test hidung – jari : pasien menyentuhkan jari ke
hidung kemudian ke jari pemeriksa. Jari pemeriksa
bergerak selama pemeriksaan.
 Test jari- jari : Pasien merentangkan kedua
lengannya ke samping sambil menutup mata 
mempertemukan jari-jarinya di tengah depan. Lengan
disisi lesi akan ketinggalan  mengakibatkan jari sisi
yang sehat melewati garis tengah
 Test tumit-lutut : berbaring kedua tungkai
diluruskanmenempatkan tumit pada lutut kaki lain.
Kaki diluncurkan dari lutut - ke ibu jari kaki.
 apakah ada gerakan tdk teratur/ gerakan tidak mulus ?
disdiadokokinesia
 Test untuk disdiadokokinesia gerakan tangan
pronasi dan supinasi bergantian , mengepalkan dan
membuka kepalan secara bergantian
 Test yang baik untuk disdiadokokinesis dan gerakan
terampil cepat  menyentuhkan ujung ibu jari dengan
keempat jari lainnya cepat bergantian.
 disdiadokokinesis  menjulurkan dan menarik lidah
bergantian cepat atau menggerakan lidah dari satu sisi
ke sisi lainnya.
 Disdiadokokinesis ekstresimitas bawah melakukan
dorsifleksi dan plantarfleksi secara bergantian.
Test Rebound
 Test Rebound dari Gordon –Holmes  mengecek
gerakan kontraksi otot antagonis setelah posisi relaksasi
otot agonis.
 Mengaduksi lengan dgn memfleksikan siku kemudian
pemeriksa menarik pergelangan tangan dengan tahanan
dari pasien, kemudian tarikan dilepaskan.
 normal  kontraksi cepat dari otot antagonis/triceps.
ggn serebelar mekanisme checking (-)  tangan
pasien mengenai pundak atau mulut
 ( dianjurkan tangan pemeriksa satunya diletakan
didepan wajah pasien untuk melindungi )
Position - Holding
 pada ekstresimitas atas dan bawah  adanya ataksia statik.
 Pasien posisi berdiri , kedua lengan diangkat dalam posisi
horisontal didepan dada baik dalam posisi mata terbuka dan
tertutup.
 apakah salah satu lengan cenderung berdeviasi ke lateral atau
cenderung sedikit terangkat , atau lebih rendah dari sisi
sebelahnya?
 diprovokasi : mengangkat lengan ke posisi vertikel- horisontal
berungkali atau men ‘tap’pergelangan tangan dilihat kemampuan
untuk mempertahankan posisi semula.
 Pada ggn serebelar lengan akan bergoyang beberapa kali ,
berdeviasi.
 ekstresimitas bawah  posisi tidur atau duduk mengangkat
tungkai posisi ekstensi  dipertahankan beberapa lama dilihat
deviasi , rotasi pada ipsilateral tungkai ?
Kepustakaan
 Haerer AF. De Jong’s : The Neurologic
Examination. 5 th ed. New York : JB
Lippincott Company 1992.p.393 – 401
 Lumbantobing SM. Neurologi klinik,
Pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI 2000.p.106-109
 Fuller G. Neurological examination made
easy. 2 nd. New York : Churchill
Livingstone 1999.p. 169 -173
TERIMAKASIH
 The essentials of
neurologic
examination have not
changed with
time......

Anda mungkin juga menyukai