oleh
Puji Arini, S.Kep
NIM 192311101121
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Bedah yang disusun oleh:
Hari :
Tanggal : Oktober 2019
Jember, Oktober 2019
FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui,
PJ Program Profesi Ners, PJMK
Menyetujui,
Wakil Dekan I
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Hari :
Tanggal : November 2019
Mengetahui
Kepala Ruang Gardena
RSD dr. Soebandi Jember
Suparman
NIP 19760412 2 006041014 iii
LAPORAN PENDAHULUAN
CAREBROVASCULAR ACCIDENT, INTRACRANIAL HEMORHAGIC,
INTRAVENTRIKULER HEMORHAGIC
Otak terletak dalam cavum cranii dan bersambung dengan medulla spinalis
melalui foramen magnum. Menurut Batticaca (2008), otak menerima 17 % curah
jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Otak merupakan bagian utama dari sistem
saraf, dengan komponen utama bagiannya adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum atau Cerebral Cortex adalah bagian otak yang paling besar
terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan hemisfer kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi empat lobus yang berbeda yang mengendalikan indra, pikiran dan
pergerakan, yaitu:
1
Gb. 1. Lobus-lobus pada Otak
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian dari otak yang terletak dibelakangdahi
seseorang yang mempunyai peran sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan
terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,
perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004). Jika
kerusakan atau trauma pada bagian ini fungsi lain dari lobus frontalis dapat
ditampilkan karena perubahan aktivitas dan kemampuan, seperti perilaku
generatif dan kemampuan pemecahan masalah.
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus parietalis terletak di balakang sulkus sentral dan di atas lobus oksipital
yang merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis (area
sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White, 2008).
2
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis paling kecil dari lobus lainnya dan terletang di bagian paling
belakang tengkorak yaitu terletak di tentorium cerebli yang memisahkan otak
dari otak kecil. Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf
lain & memori (White, 2008).
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
b. Cerebellum
Cerebellum biasanya di sebut otak kecil yaitu struktur kompleks yang
mengandung lebih banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.
Memiliki peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan
pada informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda
yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus
otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian-bagian
dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis
(Purves, 2004). Jika terjadi cedera pada cerebellum dapat mengakibatkan terjadi
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi misalnya orang tersebut tidak dapat memasukkan makanan kedalam
mulutnya ataupun mengancingkan bajunya.
c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar yaitu pernafasan, denyut jantung, pengaturan suhu
tubuh, pengaturan pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu
fight or flight (lawan atau lari) saat ada bahaya. Brainstem berhubungan dengan
3
diensefalon diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur- struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf
dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen,
yaitu:
1) Mensefalon berfungsi mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil, pengaturan gerak tubuh dan pendengaran.
2) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersamadengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
3) Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung,
sirkulasi darah, pernafasan dan pencernaa.
Pada otak, juga terdapat ventrikel yakni sistem menghubungkan rongga
otak internal berisi cairan serebrospinal. Adapun area pada ventrikel otak adalah
sebagai berikut:
1) Sylvius Aqueduct kanal yang terletak antara ventrikel ketiga dan ventrikel
keempat
2) Koroid pleksus menghasilkan cairan serebrospinal
3) Ventrikel Keempat, kanal yang berjalan antara pons, medula oblongata, dan
cerebellum
4) Ventrikel Lateral,terbesar dari ventrikel dan terletak di kedua belahan otak
otak
5) Ventrikel ketiga menyediakan jalur bagi aliran cairan otak
4
Gb. 2. Letak Ventrikel Otak
Otak terbagi menjadi Hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan bertugas
mengendalikan tubuh bagian kiri dan sebaliknya. Hemisfer otak mengandung
banyak nervus yang memiliki fungsi masing-masing dalam kehidupan. Adapun
letak nervus-nervus tersebut dalam hemisfer otak dapat dilihat pada gambar
berikut.
Otak mendapatkan nutrisi dari darah. Darah mengangkut zat asam, makanan
dan substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang
bercabang-cabang, berhubunganya erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
1) Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus
willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior
yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior
5
saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri
dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan
merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.
2) Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater, suatu
saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus-sinus
duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah vena
anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan
vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena
serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al., 2002).
6
troklearis (IV), trigeminus (V), abducens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis
(VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), dan hipoglosus (XII).
Tabel 1. Ringkasan fungsi saraf kranial
7
Sensorik Faring, laring: refleks muntah,
visera leher, thoraks dan
abdomen
XI Asesorius Motorik Otot sternokleidomastoideus
dan bagian atas dari otot
trapezius: pergerakan kepala
dan bahu
XII Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah
Sumber: Muttaqin, 2008:17
B. Definisi
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai
darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) Stroke atau CVD (Cerebro
Vascular Disease) merupakan salah satu penyakit serebrovaskular yang mengacu
pada setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2006). Stroke
infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak
disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini
merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta). Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang timbul akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sisten suplai arteri otak lebih dari 24 jam sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan non-hemoragik. Stroke
hemoragik merupakan stroke yang disebabkan perdarahan serebri dan mungkin
perdarahan subaraknoid akibat dari pecahnya pembuluhdarah otak pada daerah
otak tertentu. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena, dan kapiler (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik disebabkan oleh
8
perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau
hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subaraknoid). Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi lesi vascular intraserebrum mengalami ruprute
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV)
Perbedaan antara CVA infark dan CVA Hemorragik sebagai berikut:
+/-
Koma/kesadaran menurun +++
-
Kaku kuduk ++
-
Kernig +
-
pupil edema +
-
Perdarahan Retina +
hari ke-4
Bradikardia sejak awal
Tanda adanya
Penyakit lain Hampir selalu
aterosklerosis di retina,
hypertensi,
koroner, perifer. Emboli
aterosklerosis, HHD
pada ke-lainan katub,
fibrilasi, bising karotis
9
C. Klasifikasi
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam otak.
a. Stroke Hemoragik Sub Dural
Perdarah subdural terjadi diantara durameter dan araknoid. Perdarahan dapat
terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena
di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya
araknoid.
10
c. Stroke hemoragik subaraknoid
Perdarahan terjadi karena pecahnya aneurisma berry atau AVM. Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangkan struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah
serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).
d. Perdarahan Intraventiculer
Perdarahan intraventrikel atau yang biasa disebut dengan IVH adalah
perdarahan yang terdapat pada sistem ventrikel otak, dimana cairan serebrospinal di
produksi dan disirkulasikan ke ruang subarachnoid. Perdarahan ini dapat
disebabkan karena adanya trauma ataupun juga perdarahan pada stroke. Selain itu
11
kejadian IVH lebih banyak terjadi pada bayi dibandingkan dengan orang dewasa.
Pada bayi IVH banyak terjadi pada bayi yang prematur atau BBLR, hal ini
dikarenakan belum matangnya pembentukan pembuluh darah, terutama di otak.
Ketidakmatangan inilah yang akan mengakibatkan adanya ruptur pembuuh darah
pada sistem ventrikel. Sedangkan pada orang dewasa IVH banyak terjadi karena
perdarahan dari sistem atau tempat disekitar ventrikel otak.
12
b. Stroke Embolik
Embolik merupakan gumpalan darah atau bentuk puing-puing lain yang
asalnya bukan dari otak dan ikut mengalir dalam aliran darah hingga mencapai
arteri otak. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya pembuluh darah di otak.
Jenis bekuan darah disebut embolus. Salah satu sumber terbentuknya embolik
tersering adalah jantung (kardioembolik). Beberapa kondisi seperti infark
miokard, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung, katup jantung buatan, dan
kardiomiopati iskemik akan menyebabkan terbentuknya bahan trombotik di
dinding rongga jantung atau katup mitralis. Bahan trombotik biasanya
berukuran sangat kecil sehingga dapat hanyut bersama aliran darah ke otak
melalui arteri karotis dan vertebralis. Thrombus embolik sewaktu-waktu dapat
menyangkut pada pembuluh darah yang mengalami stenosis. Hal tersebut
menyebabkan hambatan aliran darah ke otak dan mengakibatkan serangan
stroke.
D. Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta orang
meninggal akibat stroke. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian di
dunia. Selain itu stroke juga mengakibatkan kecatatan. Pada tahun 1999, 50 juta
orang mengalami kecatatan akibat stroke (Bahrudin, 2013). Stroke merupakan
penyebab kematian nomer tiga di Amerika dan terdapat 750.000 orang terserang
stroke (Davis, 2005). 20% - 30% penyebab stroke dikarenakan adanya emboli,
emboli dapat berasal dari jantung, arteri besar danpembuluh darah vena. Satu dari
6 stroke iskemik (15%) disebabkan oleh kardiemboli. Data stroke di Indonesia
menunjukan peningkatan terus baik dalam hal kejadian, kecatatan, maupun
kematian. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (umur 45-55
th) dan 26,8 % (umur 55-64 th), dan 23,5% (umur >65th). Kejadian stroke sebesar
51,6/100.000 penduduk, dan kecatatan 4,3% dan semakin memberat, penderita
laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan (Misbach dkk, 2011).
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa di
seleuruh dunia dandiperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
13
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian Wiwid di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa
jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005 sebanyak 66 orang tahun 2006
sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59 orang.
E. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) perdarahan intracranial atau intraserebri meliputi
perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergesaran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, danmungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak
yang paling umum terjadi:
1) Aneurisma (dilatasi pembuluh darah) berry, biasanya defek congenital
2) Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis
3) Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
4) Malformasi arteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri,sehingga darah arteri langsung masuk vena
5) Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
14
8) Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
9) Amiloidosis arteri
10) Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral
F. Faktor Resiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih
rentan atau mudah terkena stroke, antara lain:
a. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir
13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari
penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non
hemoragik lebih banyak pada rentan umur 45-65 tahun.
b. Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria lebih
banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka
kematianya masih belum jelas. Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih
Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran faktor-faktor risiko
yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak
jenis kelamin laki-laki 58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non
hemoragik.
c. Heriditer
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat
stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena
stroke. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001
riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.
d. Rasa atau etnik
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di
15
Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1%
dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih
sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
e. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu
lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai
42%.
f. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai
enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama
terjadinya stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi
menurut JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan
darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan
stroke makin besar karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding
pembuluh darah, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan
otak.
g. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan
stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah
di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak (Feigin,
2006).
h. Diabetes melitus (DM)
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel
pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita
diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan
yang tidak menderita diabetes mellitus.
G. Patofisiologi
16
Stroke hemoragik merupakan sekitar 15%-20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung kedalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
(PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan malvorasi arteriovena (MAV).
Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin,
karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subaraknoid (Price, 2005). Perdarahan dapat dengan cepat
menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur saraf di
dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang
sepontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya iskemia tersebut ada dua
mekanisme yang pertama iskemia terjadi ketika tekanan pada pembuluh darah
akibat ekstravasasi darah kedalam tengkorak yang volumenya tetap. Mekanisme
yang kedua yaitu iskemia terjadi karena vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh
darah yang terpajan ke darah bebas di dalam ruang antara lapisan araknoid dan
piamater meningen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan
kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun, apabila perdarahan
berlangsung lambat, pasien kemungkinan besar mengalami nyeri kepala hebat,
yang merupakan skenario khas perdarahan subaraknoid (PSA). Tindakan
pencegahan utama untuk perdarahan otak adalah mencegah cedera kepala dan
mengendalikan tekanan darah (Price, 2005).
17
15
16
H. Manifestasi Klinis
Menurut Batticaca (2008), gejala klinis yang timbul pada penyakit stroke
hemoragik yaitu :
a. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa
1) Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada
saat istirahat atau bangun tidur.
2) Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
3) Terjadi terutama pada usia >50 tahun
4) Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
Sedangkan berdasarkan penyebab terjadinya stroke hemoragik, gejala klinis
yang timbul dibagi menjadi dua yaitu:
b. Perdarahan Sub dural
Gejala-gejala perdaraha subdural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akjbat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisiensi
neologik daerah otak yang tertekan.
c. Perdarahan intraserebral
1) Gejala tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
2) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi atau marah.
3) Mual atau muntah pada pemulaan serangan.
4) Hemiparesis atau hemiplegi terjadi sejak awal serangan.
5) Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam-2 jam; <2% terjadi setelah 2 jam-19 hari)
d. Perdarahan subaraknoid
1) Nyeri kepala hebat dan mendadak
2) Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.
3) Ada gejala atau tanda meningeal.
4) Papill edema terjadi bila ada perdarahan subaraknoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna
17
5) Gangguan fungsi saraf otonom mengakibatkan demam setelah 24 jam
karenarangsangan meningeal,muntah,berkeringat, menggigil dan takikardi.
6) Bila berat makan terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melenan
(stress ulcer)dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria dan
albuminuria.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic stroke menurut Dewanto et al (2009) dapat
menggunakan skor stroke Siriraj atau skor stroke Gajah Mada sebagai berikut:
a. Pemeriksaan penunjuang
1) CT scan (Computer Tomography scan): didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli
serebral, dan TIK.
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging): untuk menunjukkan area yang
mengalami hemoragik.
18
3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler, dan sumbatan arteri.
4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
5) Ultrasonografi doppler (USG doppler): mengidentifikasi penyakit arterio
vena (masalah sistem arteri karotis, aliran darah atau timbulnya plak) dan
arteriosclerosis.
6) Sinar tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada thrombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subaraknoid.
a b c
19
J. Penatalaksanaan
Menurut Batticaca (2008), penetalaksanaan medis pasien stroke yaitu :
a. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
1) Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
2) Masukkan klien ke unit perawatan syaraf untuk dirawat di bagian bedah
syaraf
3) Penatalaksanaan umum dibagian syaraf
4) Penatalaksanaan khusus pada kkasus :
a) Subarachnoid hemorrhage dan intraventrikular hemorrhage dan
intraventricular hemorhage
b) Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid hemmorage
c) Parenchymatous hemorrhage
5) Neurologis
a) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
b) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak
6) Terapi perdarahan dan pembulu darah
a) Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil
(1) Aminocaproic acid 100-150 ml % dalam cairan isotonik 2 kal
selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1 – 3 hari
(2) Antagonis untuk pencegahan permanen : gordox dosis pertama
300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 x per hari IV ; Contrical dosis
pertama 30.000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2 per hari selama 5
– 10 hari.
b) Natri etamsylate (Dynone®) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.
c) Kalsium mengandung obat; Rutinium®, Vicasolum®, Ascorbicum®.
d) Provilaksis Vasopasme
(1) Calcium-channel antagonist (Nimotop® 50 ml [10 mg per hari IV
diberikan 2 mg per jam selama 10-14 hari]).
20
(2) Awasi peningkkatan tekanan darah sistolik klien 5 – 20 mg, koreksi
gangguan irama jantung, terapi jantung komorbid.
(3) Terapi infus, pemantauan (monitoring) AGD, tromboembolisme
arteri pumonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan
urine, pemeriksaan biokimia darah.
(4) Berikan dexasone 8=4=4=4 mg IV (pada kasus tanpa DM,
perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik (dua
hari sekali Rheugloman® 15% 200 ml IV diikuti oleh 20 mg
Lasix® minimal 10-15 hari kemudian)
e) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
f) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
b. Perawatan umum klien dengam serangan stroke akut
1) Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20°C
2) Pemantauan keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2, PO2, PCO2)
3) Pengukuran suhu tubuh tiap 2 jam.
Program Rehabilitasi Klien dengan Stroke
Tahap I
Penatalaksanaan klien stroke di 1. Pengobatan multiple
Intensive Unit Stroke, kemudian 2. Terai olahraga (1 dan 2)
bagian saraf 3. Masase
4. Pengobatan berbagai posisi
5. Psikoterapi lingkungan
Tahap II
Penatalaksanaan klien stroke di 1.
Terai olahraga (3 dan 4)
bagian rehabilitasi 2.
Terapi fisik
3.
Elektrostimulasi
4.
Magnitoterapi
5.
Terapi kerja : latihan aktivitas
sehari-hari (ADL) fungsi dan
kemampuan kerja
6. Metode khusus : kombinasi
spiritual dan blok novocain
7. Terapi wicara dan bahasa
c. Penanganan dan perawatan stroke di rumah
1) Berobat secara teratur ke pelayanan kesehatan
21
2) Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah
3) Bantu kebutuhan klien
4) Periksa tekanan darah secara teratur
5) Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke.
22
Clinical Pathway
Aneurisma
Perdarahan Arakhnoid/Ventrikel
Hematoma cerebral
Iskemia
Edema intrasel
Asidosis lokal lokal
25
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus
3) Aktivitas : menunjukkan adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah,
gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia)
4) Istirahat : klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pemeriksaan fisik nervus cranial :
1) Nervus olfaktorius diperiksa tajamnya penciuman dengan satu lubang
hidung pasien ditutup, sementara bahan penciuman diletakan pada lubang
hidung kemudian di suruh membedakan bau.
2) Nervus optikus yang diperikasa adalah ketajaman penglihatan dan
pemeriksaan oftalmoskopi.
3) Nervus okulomotorius yang diperiksa adalah reflek pupil dan akomodasi.
4) Nervus troklearis dengan cara melihat pergerakan bola mata keatas, bawah,
kiri, kanan, lateral, diagonal.
5) Nervus trigeminus dengan cara melakukan pemeriksaan reflek kornea
dengan menempelkan benang tipis ke kornea yang normalnya pasien akan
menutup mata, Pemeriksaan cabang sensoris pasa bagian pipi, pemeriksaan
cabang motorik pada pipi.
6) Nervus abdusen dengan cara pasien di suruh menggerakan sisi mata ke
samping kiri dan kanan.
7) Nervus fasialis di dapatkan hilangnya kemampuan mengecap pada dua
pertiga anterior lidah, mulut kering, paralisis otot wajah.
8) Nervus vestibulokoklearis yang di periksa adalah pendengaran,
keseimbangan, dan pengetahuan tentang posisi tubuh.
9) Nervus glosofaringeus di periksa daya pengecapan pada sepertiga posterior
lidah anestesi pada farings mulut kering sebagian.
10) Nervus vagus dengan cara memeriksa cara menelan.
26
11) Nervus asesorius dengan cara memeriksa kekuatan pada muskulus
sternokleudomastoideus, pasien di suruh memutar kepala sesuai tahanan
yang di berikan si pemeriksa.
12) Nervus hipoglosus bisa dengan melihat kekuatan lidah, lidah di julurkan ke
luar jika ada kelainan maka lidah akan membelok ke sisi lesi.
Pada pasien stroke hemorragik, gangguan nervus cranial yang biasanya terjadi
adalah :
27
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen di otak (00204)
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan neurologis ditandai
dengan perubahan kedalaman napas, dispneu/ takipneu, dan penggunaan otot
pernapasan tambahan (00032)
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
(00031)
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dangan
gangguan menelan (00002)
e) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai
dengan keterbatasan rentang pergerakan sendi, pergerakan lambat, dan
keterbatasan melakukan keterampilan motorik halus dan kasar (00085)
f) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
ditandai dengan kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal, sulit bicara,
pelo, dan kesulitan menyusun kata (00051)
g) Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan dengan hemiparese/hemiplegi
akibat gangguan neuromuscular ditandai dengan ketidakmampuan mengakses
kamar mandi ketidakmampuan menjangkau sumber air, dan ketidakmampuan
membasuh tubuh
h) Risiko dekubitus berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan
terjadinya kekakuan atau kesulitan bergerak satu atau lebih bagian tubuh (00249)
i) Risiko cedera berhubungan dengan gangguan neuromuscular di tandai dengan
penurunan kekuatan dan ketahanan otot (00035)
j) Ganggaun menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial (00103)
k) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada
saraf sensori, penurunan penglihatan
28
3.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
29
2. Ketidakefektifan NOC : 1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi 1. Membantu dan mengatasi komplikasi
bersihan jalan napas tambahan, perubahan irama pontensial. Pengkajian fungsi
napas berhubungan Respiration status dan kedalaman, penggunaan otot- pernapasan dengan interval yang teratur
otot aksesori, warna, dan adalah penting karena pernapasan yang
dengan peningkatan (Ventilation), Airway patency
kekentalan sputum tidak efektif dan adanya kegagalan ,
sekret (00031) karena adanya kelemahan atau paralisa
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ....x24 pada otot –otot interkostal dan
jam, bersihan jalan napas diafragma yang berkembang dengan
cepat
kembali efektif 2. Ajarkan cara batuk efektif 2. Klien berada pada risiko tinggi bila
Kriteria hasil: tidak dapat batuk efektif untuk
membersihkan jalan napas dan
1) secara subjektif sesak mengalami kesulitan dalam menelan,
napas (-), RR 16-20x/ yang dapat menyebabkan aspirasi saliva,
menit dan mencetuskan gagal napas akut
2) Tidak menggunakan otot 3. Terapi fisik dada membantu
3. Lakukan fisioterapi dada, vibrasi meningkatkan batuk lebih efektif
bantu napas, retraksi dada
ICS(-), ronkhi(-/-), 4. Pemenuhan cairan dapat mengencerkan
4. Penuhi hidrasi cairan via oral mucus yang kental dan dapat membantu
mengi(-/) seperti minum air putih dan
3) Dapat mendemonstrasikan pemenuhan cairan yang banyak keluar
pertahankan intake cairan 2500 dari tubuh
cara batuk efektif. ml/hari 5. Pengisapan mungkin diperlukan untuk
5. Lakukan pengisapan mempertahankan kepateanan jalan
lendir/suction pada jalan napas napas menjadi bersihn napas
6. Pemenuhan oksigen terutama pada klien
6. Berikan oksigen sesuai kebutuhan tetanus dengan laju metabolism yang
tinggi
3. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas Airway management
berhubungan Respiratory status : ventilation 1. Kaji frekuensi napas 1. Monitor indikator pola napas pasien
dengan Setelah dilakukan tindakan 2. Posisikan pasien (semi fowler atau 2. Membantu memaksimalkan ventilasi
30
hiperventilasi keperawatan 1x24 jam pola fowler)
(00032) napas pasien efektif 3. Auskultasi suara napas 3. Mengidentifikasi adakah suara
tambahan
Kriteria Hasil: 4. Pertahankan posisi pasien 4. Membantu pasien dalam ventilasi
5. Monitor pola napas pasien 5. Memantau keefektifan tindakan
1) RR dalam batas normal
(18-20 kali permenit)
2) Tidak terdapat sesak
3) Tidak terdapat sianosis
4) Tidak terdapat retraksi
5) Tidak terdapat
pernapasan cuping
hidung
4. Ketidakseimbangan NOC: Nutritional status NIC:
nutrisi: kurang dari Nutrition monitoring
kebutuhan tubuh 1. Monitor berat badan pasien 1. Memantau perkembangan berat badan
berhubungan pasien
dengan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas 2. Aktivitas dapat membuat metabolisme
ketidakmampuan keperawatan 1x24 jam nutrisi yang biasa dilakukan meningkat
mencerna makanan pasien dapat terpenuhi 3. Monitor kulit kering dan perubahan 3. Memantau hidrasi
(00002) pigmentasi
4. Monitor lingkungan selama makan 4. Lingkungan dapat mempengaruhi
motivasi untuk makan
Indikator: 5. Monitor turgor kulit 5. Monitor hidrasi
6. Monitor kalori intake dan intake 6. Untuk memonitor masukan kalori pada
1. Mampu mengidentifikasi nutrisi klien
kebutuhan nutrisi Nutrition Management
Tidak terdapat tanda-tanda
malnutrisi 7. Kaji adanya alergi makanan
8. Berikan informasi tentang 7. Mencegah terjadinya alergi makanan
kebutuhan nutrisi 8. Meningkatkan pengetahuan klien
terkait pentingnya pemenuhan nutrisi
9. Ajarkan pasien bagaimana membuat
31
catatan makanan harian 9. Untuk memandirikan klien dan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membentuk pola hidup sehat pada klien
menentukan jumlah kalori dan
10. Untuk pemenuhan gii klien secara tepat
nutrisi yang dibutuhkan pasien
32
sasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
33
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta:EGC
Herdman, T. H. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Rizaldy, Pinzon. 2010. Awas Stroke: Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan
Pencegahan. Yogyakarta: Andi
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
34