Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS EPILEPSI


di POLI UMUM - PUSKESMAS JABUNG

Disusun Oleh :

Evi Juwita Ratna Permata Sari


NIM : 14901.07.20008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY


ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2020-2021

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS EPILEPSI
di POLI UMUM - PUSKESMAS JABUNG

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

MAHASISWA

EVI JUWITA RATNA PERMATASARI

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING AKADEMIK

KEPALA RUANGAN

LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
EPILEPSI
Oleh Evi Juwita Ratna Permatasari, 14901.07.20008

A. ANATOMI ABDOMEN

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc
dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap
pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara
otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi
manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
1. Otak Depan
Bagian yang paling menonjol dari otak depan adalah otak depan (serebrum), yang
terdapat di bagian otak depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan
kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri
mengatur dan melayani tubuh bagain kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur dan
melayani tubuh bagian kiri Jika otak belahan kiri mengalami gangguan maka tubuh
bagian kananakan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap-tiap belahan otak
besar yang disebutkan di atas dibagi menjadi empat lobus yhaitu frontal, pariental,
okspital, dan temporal Antara frontal dan lobus pariental dipishkan oleh sulkussentralis
atau celah Rolando.

Otak depan tersusun atas dua lapisan yaitu, lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam.

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
a. Lapisanluar
Lapisan luar merupakan lapisan tipis bewarna abu-abu. Lapisan ini berisi badan sel
saraf. Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaanya menjadi lebih luas.
Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf.
b. Lapisan dalam
Lapisan dalam merupakan lapisan yang bewarna putih. Lapisan dalam banyak
mengandung serabut saraf, yaitu dendrit dan neurit.
Otak depan merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting
dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian
(inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Seacara terperinci, aktivitas
tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di depan celah tengah (sulkus sentralis)
terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada
korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah anterior
pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir. Di belakang (posterior) sulkus
entralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan
kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran (auditori) terletak mpada lobus temporal. Di
daerah ini, kesan atau suara diterima dan diinterpretasikan. Daerah visual (penglihatan)
terletak pada ujung lobus oksipital yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu
ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung
anterior.
Area di otak depan yang juga penting adalah hipotalamus dan talamus. Hipotalamus
merupakan daerah kecil yang terletak di dasar otak depan dan memiliki berat beberapa
miligram. Hipotalamus berberan sebagai pusat pengatur homeostasis tubuh, misalnya
berkaitan dengan pengaturan suhu tubuh, rasa haus, rasa lapar dan kenyang, pengeluaran urin,
pengaturan pengeluaran hormon dari kelenjar pituitari bagian anterior dan posterior, serta
perilaku reproduktif. Talamus terletak di sebelah atas hipotalamus, berperan sebagai stasiun
relay untuk informasi sensori yang dikirim ke otak besar. Jasi, talamus akan menyeleksi dan
menyalurkan implus-implus sensori yang penting menuju ke otak besar.
2. Otak Tengah
Otak tengah (diensefalon) manusia cukup kecil dan tidak menyolok, terletak di depan
otak kecil dan jembatan Varol (plus Varolii). Bagian terbesar dari otak tengah pada
sebagian besar Vertebrata adalah lobus optikus yang ukrannya berbeda-beda. Pada
mamalia (termasuk manusia) terdapat korpora kuadrigemina (sebgai lokus optikus pada
Vertebrata tingkatan rendah) yang berfungsi membantu koordinasi gerak mata, ukuran
pupil mata (melebar/menyempit), dan refleks pendengaran tertentu. Selain itu, otak tengah
Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan serabut saraf yang
menghubungkan bagian otak belakang dengan bagian otak depan, juga antara otak depan
dan mata. Otak tengah merupakan baguan atas batang otak. Semua berkas serabut saraf
yang membawa informasi sensori sebelum memasuki talamus akan melewati otak tengah.
3. Otak belakang
Otak belakang meliputi jembatan Varol (pons Varoli), sumsum lanjutan (medula
oblongata), dan otak kecil (serebelum). Ketiga bagian ini membentuk batang otak, Yaitu :
a. Jembatan varol (pons Varoli)
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan
otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan konteks otak besar.
b. Sumsum lanjutan (medula oblongata)
Sumsum lanjutan atau medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak
serta menghubungkan pons Varoli dengan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Sumsum lanjutan berperan sebagai pusat pengatur pernapasan dengan cara
meneruskan implus saraf yang merangsang otot antara tulang rusuk dan diafragma.
Selain itu juga berperan sebgai pusat pengatur refleks fisiologi, seperti detak jantung,
tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah, gerak alat
pencernaan, dan sekrresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya ialah mengatur gerak
refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip.
Di antara sumsum lanjutan terdapat talamus yang terdiri atas dua tonjolan.
Peranan talamus ini sebagai tempat meneruskan implus ke daerah sensori pada korteks
otak besar untuk disatukan. Selain itu, talamus memiliki hubungan ke berbagai bagian
otak sehiingga merupakan tempat lalu lintas implus di antara bagian-bagian otak dan
srebrum.
Di sebelah anterior talamus terdapat hipotalamus yang berperan mengatur fungsi
organ dalam (visceral). Hipotalamus mengatur bermacam-macam fungsi, seperti suhu
tubuh, tidur, minum (rasa haus), emosi (marah, senang, gusar), serta perilaku
reproduktif. Selain itu, hipotalamus juga merupakan tempat neurosekresi yang
mempengaruhi pengeluaran hormon pada hipofisis.
Otak kecil (serebelum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini
terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan
permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau
posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerkan otot yang terjadi secara sadar.

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan kanan ke dalam mulutnya.
 Perkembangan Otak Manusia
1. Pranatal
Tahapan perkembangan otak manusia mirip dengan vertebrata lainnya.
Dimulai sesaat setelah konsepsi terjadi blastosis yaitu pembagian sel yang sangat
cepat. Dalam hitungan hari blastosis terbagi menjadi tiga struktur lapisan yang
disebut sebagai keping embrionik (the embryonic disk). Setiap lapisan kemudian
akan berubah menjadi sistem organik utama yaitu :
a. Lapisan endoderm
Disebut juga sebagai lapisan dalam. Lapisan ini akan berubah menjadi
serangkaian organ dalam seperti organ pencernaan, pernafasan dan lain-lain.
b. Lapisan mesoderm
Disebut juga sebagai lapisan tengah. Lapisan ini akan berubah menjadi struktur
kerangka dan otot.
c. Lapisan ectoderm
Disebut juga sebagai lapisan luar. Lapisan ini berubah menjadi permukaan kulit,
rambut, sistem saraf, termasuk organ persepsi atau indera.
Setelah ini berkembanglah sistem saraf pada otak dengan cara
neurulation yaitu saat ectoderm melipat tubuhnya untuk membentuk tabung saraf
(neural tube). Tabung saraf kemudian berdiferensiasi kembali menjadi subdivisi
otak depan, otak tengah dan sumsum tulang belakang (korda spinal).
2. Postnatal
Terdapat perubahan ukuran dan kerumitan dari kebanyakan pohon-dendrit sel saraf.
Perkembangan struktur otak setelah kelahiran (postnatal) dapat dibagi menjadi dua
proses yaitu:
a. Protomap dimana perbedaan area kortikal terjadi pada awal pembentukan
korteks dan disebabkan oleh faktor intrinsik, dimana aktivitas neuron tidak
diperlukan.
b. Protocortex dimana perbedaan area korteks terjadi kemudian pada perkemangan
korteks dan tergantung pada faktor ekstrinsik seperti input atau masukan dari
bagian lain otak maupun sistem penginderaan, oleh karenanya aktivitas neuron
diperlukan. Pada orang dewasa pembagian area korteks dipengaruhi oleh

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
informasi dari talamus dan interaksi dengan area lain di otak melalui hubungan
inter-regional.

A. DEFINISI
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan berat dari fungsi otak
dengan karakteristik kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan
kesadaran, gerakan berlebihan, hilangnya tonus otot atau gerakan, serta gangguan
perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi
suatu geala (Arif Muttaqin, 2017).
Epilepsi (dari bahasa Yunani Kuno epilepsia-“kejang”) adalah gangguan
neurological kronis yang ditandai dengan timbulnya kejang—kejang. Kejang-kejang yang
terjadi merupakan tanda dan atau simtom dari aktivitas saraf otak yan abnormal,
berlebihan, atau hipersinkronos (Andri Priyatna, 2018).
Epilepsi adalah setiap kelompok sindrom yang ditandai dengan gangguan otak
sementara yang bersifat paroksismal yang dimanifestasikan berupa gangguan atau
penurunan kesadaran yang episodik, fenomena motorik yang abnormal, gangguan psikis,
sensorik, dan sistem otonom; gejala-gejalanya disebabkan oleh aktivitas listrik otak
(Kumala et al, 1998 dalam buku Fransisca B Batticaca, 2018).
Epilepsi, berasal dari yunani (Epilepsia) yang berarti ‘serangan’. Perlu diketahui,
epilepsi tidak menular, bukan penyakit keturunan, dan tidak identik dengan orang yang
mengalami keterbelakangan mental. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang menderita
epilepsi tanpa diketahui penyebabnya (Dt Andreas Hermawan, 2019).
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa epilepsi adalah
terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan
kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari epilepsi belum dikaetahui (idiopatik) dan masih menjadi banyak
spekulasi. (Arif, Muttaqin. 2017)
1. Trauma lahir, asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, infeksi sistem syaraf
3. Keracunan, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor otak
6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2017).
Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama ialah epilepsi
idopatik, Remote Simtomatik Epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik akut dan epilepsi pada
anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi
tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE dari kedua tersebut
terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang
baik dan yang buruk.

Dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi


neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut: Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan
pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, apabila defisit neurologik terjadi
pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan
pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama kecuali bangkitan pertama yang terjadi pada saat
terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36
bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam
waktu 6 bulan pertama.

Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada bulan
pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada ibu hamil muda
seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa menimbulkan bekas berupa
kerentanan untuk terjadinya kejang. Proses persalinan yang sulit, persalinan kurang bulan atau
telat bulan (serotinus) mengakibatkan otak janin sempat mengalami kekurangan zat asam dan
ini berpotensi menjadi ''embrio'' epilepsi bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir
atau adanya gangguan pada otak seperti infeksi/ radang otak dan selaput otak, cedera karena
benturan fisik/ trauma serta adanya tumor otak atau kelainan pembuluh darah otak juga
memberikan kontribusi terjadinya epilepsi.

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
Tabel 01. Penyebab- penyebab kejang pada epilepsy
Bayi (0- 2 Tahun) Hipoksia dan iskemia paranatal
Cedera lahir intrakranial
Infeksi akut
Gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesmia, defisiensi piridoksin)
Malformasi kongenital
Gangguan genetic
Anak (2- 12 Tahun) Idiopatik
Infeksi akut
Trauma
Kejang demam
Remaja (12- 18 Tahun) Idiopatik
Trauma
Gejala putus obat dan alcohol
Malformasi anteriovena
Dewasa Muda (18- 35 Tahun) Trauma
Alkoholisme
Tumor otak
Dewasa lanjut (> 35 Tahun) Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Gangguan metabolik (uremia, gagal hepatik, dll )
Alkoholisme

C. PATOFISIOLOGI
Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari
sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan
dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai
fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal
(parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-
anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di
otak. Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan
epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum
di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan
muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan
bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang
Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan
(mekanisme terjadinya epilepsi).
Secara patologi, fenomena biokimia sel saraf yang menandai epilepsi :
1. Ketidakstabilan membran sel saraf.
2. Neuron hypersensitif dengan ambang menurun.
3. Polarisasi abnormal.
4. Ketidakseimbangan ion.

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat
pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya
tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu
dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter.
Asetilkolin dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam
sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan
fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke
neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak
dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat
kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak
yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang
mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada
talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan
dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih
mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx Na+¿¿ ke intraseluler. Jika
natrium yang seharusnya banyak di luar membrane sel itu masuk ke dalam membran sel
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau
elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang
sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah,
talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021
serebrum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus
kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :
a) Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
b) Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara berlebihan.
c) Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-
aminobutirat (GABA).
d) Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron.
Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter
aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian
disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama
kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf
motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian
juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS)
selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi (proses
berkurangnya cairan atau darah dalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi yang
diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh berlebihan) selama aktivitas kejang.

Keperawatan Medikal
Bedah Program Studi Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. 2021

Anda mungkin juga menyukai