Anda di halaman 1dari 9

Pemeriksaan C-Reaktive Protein (CRP)

I. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan CRP serum probandus
b. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan CRP serum
probandus
2) Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan CRP serum probandus
b. Mahasiswa dapat mengetahui hasil kualitatif dan semi kuantitatif
pemeriksaan CRP serum probandus
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasilkualitatif dan semi
kuantitatif pemeriksaan CRP serum probandus
II. METODE
Metode rapid tes aglutinasi
III. PRINSIP
Tes CRP adalah tes aglutinasi slide secara kualitatif dan semi kuantitatif.
Dimana pereaksi mengandung antibody terhadap CRP yang akan bereaksi
dengan serum yang mengandung CRP sehingga terjadi aglutinasi.
IV. DASAR TEORI
Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama kali ditemukan sebagai bahan
dalam serum pasien dengan peradangan akut yang bereaksi dengan
polisakarida C-(kapsuler) dari pneumococcus. Ditemukan oleh Tillet dan
Francis Pada tahun 1930. Pada awalnya diperkirakan bahwa CRP adalah
sekresi pathogen seperti peningkatan CPR pada orang dengan berbagai
penyakit termasuk kanker. Namun penemuan sintesis hati menunjukan bahwa
CPR adalah protein asli. Gen CRP terletak pada pertama kromosom (1q21-
Q23). CRP adalah protein 224-residu dengan massa molar dari monomer
25.106 Da. Protein ini merupakan disc pentametric annular dalam bentuk dan
anggota dari kecil family pentraxins. (Candra, 2015)
C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut yang
terdapat dalam serum normal walaupun dalam jumlah amat kecil. Dalam
beberapa keadaan tertentu dengan reaksi radang atau kerusakan jaringan
(nekrosis), baik yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun yang bukan
oleh karena infesi.
CRP merupakan salah satu petanda inflamasi sistemik akut yang
dihasilkan oleh hati dan sering ditemukan banyak penyakit dan berhubungan
dengan kejadian DM dan cardiovascular event, bagaimana mekanisme
sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Fungsi dan peranan CRP di dalam tubuh (in vivo) belum diketahui
seluruhnya, banyak hal yang masih merupakan hipotesis. Meskipun CRP
bukan sesuatu antibodi, tetapi CRP mempunyai berbagai fungsi biologis yang
menunjukkan peranannya pada proses keradangan, dan mekanisme daya tahan
tubuh terhadap infeksi. (Kalma, 2018)
Sintesis CRP terjadi di hepatosit dan diatur terutama oleh interleukin-1,
interleukin-6, dan tumor necrosis factor-α (TNF-α). Sitokin proinflamasi ini
berhubungan erat dengan insulin metabolisme glukosa dan resistensi insulin.
Konsentrasi CRP pada orang yang sehat sangat rendah, dan sulit terdeteksi
oleh uji klinis standar dengan batas deteksi 3-8 mg/L. Penelitian terkini
memberikan perhatian terhadap konsentrasi CRP normal yang hanya dapat
diukur menggunakan test dengan sensitivitas tinggi (high-sensitivity). Batas
deteksi terendah untuk high-sensitivity CRP (hs-CRP) sekitar 0,04 mg/L.
Serum amyloid A protein dan fibrinogen adalah reaktan fase akut yang juga
menunjukkan profil yang hampir sama dengan perubahan CRP pada inflamasi
akut. Namun, penggunaan hs-CRP sebagai marker inflamasi semakin popular
karena stabilitas dan robust pada metode otomatis untuk pengukurannya.
(Nisa, 2016)
V. ALAT DAN BAHAN
 Alat :
- Slide tes hitam
- Alat pengaduk khusus
- Tabung serologis
- Rak tabung serologis
- Mikropipet
- Yellow tip
 Bahan :
- Reagen latex
- Kontrol positif dan kontrol negatif
- NaCl 0,9%
VI. PROSEDUR KERJA
Tes kualitatif
a. Melatakan reagen dan sampel pada suhu ruang
b. Memasukan 50 µl sampel dan 1 tetes kontrol padasetia slide tes
hitam
c. Resuspen (homogenkan) reagen latex secara perlahan
d. Menambahkan reagen latex ke masing masing slide tes hitam
e. Homogenkan dan ratakan secara perlahan
f. Putar slide tes hitam dengan kecepatan 100 rpm secara 2 menit
Tes Semi Kuantitatif
a. Dengan menggunakan pipet semi kuantitatif tambahkan 50 µl
serum darah ke lingkaran slide tes hitam 2, 3, 4, 5
b. Tambahkan 50 µl serum darah pasien pada slide tes hitam dengan
nomer 1 dan 2
c. Homogenkan secara merata
d. Pindahkan 50 µl campuran ke slide tes hitam bernomor 2 dan 3
e. Lakukanlah seri delusi sampai dilingkungan terakhir dan buang 50
µl sampel
f. Ratakanlah sampel yang telah diencerkan dimulai dari slide tes
hitam 1
g. Melakukan seri delusi terhadap tes kualitatif dari 5 ke slide tes
hitam no 3
VII. INTERPRETASI HASIL
1. Pemeriksaan mikroskopis untuk dari clump atau aglutinasi dalam 1 menit
dari mengangkat slide tes
2. Hasil positif
Terdapat aglutinasi dengan CRP ≥ 6 mg/ml
3. Hasil negatif
Tidak terjadi aglutinasi dengan CRP < 6 mg/dl
4. Nilai normal dewasa < 6 mg/dl
5. Kadar CRP dapat dihitung dengan mengali nilai pengenceran tertinggi dengan
sensitifitas alat yaitu 6 mg/ml
Dilution CRP
mg/dl
Neal 6
1:2 12
1:4 24
1:8 43
1 : 16 96

VIII. HASIL PENGAMATAN


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 13 maret
2019 dengan praktium tes CRP menggunakan metode slide rapid tes.
 Nama probandus : Sari Septira Ayu
 Umur : 20 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
 Hasil uji kualitatif : hasil negatif dengan tidak terbentuknya aglutinasi
pada hasil uji, kadar CRP < 6 mg/l
Kontrol negatif dan kontrol positif Hasil uji kualitatif

IX. PEMBAHASAN
C-Reaktif Protein (CRP) adalah sebuah molekul yang termasuk family
pentraxin protein yang berupakan biomarker plasma yang stabil pada
inflamasi sistemik derajat rendah. C-Reaktif Protein disintesis di hati dan
berperan pada respon pertahanan imun manusia, selain itu CRP merupakan
salah satu protein fase akut, kadarnya meningkat pada serum atau plasma
secara umum sebagai respon terhadap kerusakan jaringan dan inflamasi
sistemik pada PPOK, sehingga digunakan sebagai biomarker inflamasi
sistemik. Meskipun deteksi kadar CRP dalam serum tidak spesifik untuk
penyakit tertentu, namun CRP merupakan indicator yang berguna dari proses
peradangan.
Di paru CRP mempnyai fungsi proteksi sebagai respon imun alami
melawan bakteri dan sel apoptosis. Peningkatan CRP didapatkan juga pada
perokok aktif,penurunan fungsi paru, dan PPOK stabil. Satu dari pertanda
inflamasi sistemik yang secara konsisten terbukti sedikit meningkat pada
pasien PPOK dibandingkan orang sehat adalah CRP. Peningkatan kadar CRP
merupakan predictor kuat mortalitas PPOK.
Kadar CRP sirkulasi pada orang dewasa yang sehat sekitar 0,8 mg/l.
kosentrasi CRP mulai meningkat sekitar 6 jam dan mencapai puncak sekitar
48 jam setelah stimulus awal dengan waktu paruh sekitar 19 jam. Kadar CRP
sirkulasi lebih tinggi pada usia tua dan wanita. Kadar CRP menurun 1 – 2
meninggu setelah infeksi atau inflamasi. Kenaikan sedikit pada CRP telah
dilaporkan dalam berbagai kondisi dan menyatakan penyakit yang dianggap
terkait dengan peradangan. Tapi ini dapat dicapai dengan meningkatkan
sensitivitas untuk mendeteksi peningkatakan sedikit karena disebabkan
peradangan yang kecil. (Machdelena, 2014)
Pemeriksaan CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi akut dan
kerusakan jaringan yang berat pada PJK stabil dimana terjadi inflamasi derajat
rendah dan kerusakan jaringan yang terjadi hanya sedikit sehingga tidak
mengakibatkan peningkatan kadar CRP yang tinggi, melainkan berada dalam
rentang konsentrasi yang rendah (< 10 mg/L) sehingga dikembangkan suatu
pemeriksaan yang disebut high sensitivity -C Reactive Protein (hs-CRP).
Pemeriksaan hs-CRP dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
proses inflamasi pada PJK karena dapat mengukur kadar CRP dalam kuantitas
yang sangat kecil dan diukur dengan metode yang sangat sensitif.
High sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) adalah pengukuran
konsentrasi CRP secara kuantitatif dimana dapat mengukur kadar sampai <
0,2 – 0,3 mg/L.
Sensitifitasnya yang tinggi menyebabkan pemeriksaan hs-CRP dapat
digunakan untuk memperkirakan resiko penyakit kardiovaskular dan
memperkirakan adanya inflamasi aktif akibat infeksi bakteri atau virus dan
trauma. Penelitian epidemiologis melaporkan bahwa risiko penyakit kardio
vaskuler (CVD) digolongkan ke dalam resiko rendah, sedang, dan tinggi jika
kadar high sensitivity C-reactive protein (hsCRP) masing masing <1 mg/L, 1 –
3 mg/L, dan > 3 mg/L (Susanto & Adam, 2009).
Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) pada penelitian ini mengunakan
Metode Aglutinasi Lateks. Prinsip pemeriksaan CRP dengan metode
Aglutinasi lateks adalah antibodi yang disalutkan pada partikel untuk
menentukan adanya antigen di dalam spesimen serum. Pada pengujian ini
dilakukan dengan menambahkan suspensi partikel lateks yang dilapisi dengan
antibodi anti-human CRP kepada spesimen serum yang diuji. Dengan adanya
aglutinasi yang terlihat mengindikasikan adanya peningkatan kadar CRP ke
tingkat klinis yang signifikan (CRP Latex Test Kit, 2013). Serum yang
mengandung Ag CRP jika ditambahkan Ab CRP dalam latex maka akan
terbentuk kompleks Ag-Ab, sedangkan apabila serum tidak mengandung Ag
CRP maka tidak terbentuk kompleks Ag-Ab. Adanya ikatan antara antigen dan
antibodi dapat diketahui dengan adanya reaksi aglutinasi (Nisa, 2016).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 13 maret
2019 dengan praktium tes CRP menggunakan metode slide rapid tes dengan
probandus bernama Sari Septira Ayu berumur 20 tahun dengan jenis kelamin
perempuan mendapatkan hasil negatif dengan tidak terbentuknya aglutinasi
pada hasil uji, kadar CRP < 6 mg/l.

Gambar 2. Prinsip pemeriksaan CRP dengan metode latex


Banyak manfaat dari uji CRP untuk mengetahui berbagai macam
penyakit akibat infeksi maupun peradangan, dilihat dari peningkatan
konsentrasinya. Dalam diagnosis bakteri Pneumonia, CRP serum bermanfaat
untuk membedakan kolitis ulseratif dari penyakit Crohn danLupus
eritematosus sistemik, sebaliknya dari artritis reumatoid memperlihatkan
sedikit atau tidak ada respon CRP kecuali ada penyakit infeksi berulang. Pada
infark miokard suatu peningkatan tajam kadar CRP serum biasanya sejajar
dengan luasnya enfark. Pada pasien luka bakar, peningkatan CRP serum
berkaitan dengan beratnya luka bakar. Penurunan kadar CRP serum dapat
menunjukkan terapi yang berhasil pada pielonefretis akut. Peningkatan
mendadak kadar CRP serum merupakan ginjal. (Utama, 2012)

X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 13 maret
2019 dengan praktium tes CRP menggunakan metode slide rapid tes dengan
probandus bernama Sari Septira Ayu berumur 20 tahun dengan jenis kelamin
perempuan mendapatkan hasil negatif dengan tidak terbentuknya aglutinasi
pada hasil uji, kadar CRP < 6 mg/l.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Candra. (2015). Pemeriksaan C-Reaktive Protein. https://edoc.site/crp-pdf-
free.html
Kalma. (2018). studi kadar C-REACTIVE PROTEIN (CRP) pada penderita
diabetes militus tipe 2, 1(1).
Machdelena, R. (2014). Kadar high sensitive c-reactive protein dan gamma
glutamyltransferase sebagai indikator eksaserbasi akut pada penyakit
paru obstruktif kronik stabil, (3).
Nisa, H. (2016). PERAN C-REACTIVE PROTEIN UNTUK
MENIMBULKAN RISIKO PENYAKIT, 13(1), 1–8.
Susanto H. K. & John M. F. Adam. 2009. Plasminogen Activator Inhibitor-1
and High Sensitivity C-Reactive Protein in Obesity. The Indonesian
Journal of Medical Science. 2(1):23-31.
Utama, I.M.G.D.L. 2012. Uji Diagnostik C-reactive Protein, Leukosit, Nilai
Total Neutrofil dan Suhu pada Anak Demam dengan Penyebab yang
Tidak diketahui. Sari Pediatri. 13(6):1-6.

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

(Pemeriksaan C-Reaktive Protein (CRP)

OLEH :

DEWA AYU WIDIADNYASARI

( P07134017032 )
II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019

Anda mungkin juga menyukai