Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI (PEMERIKSAAN

CRP)

Laporan Praktikum Imunologi


(Pemeriksaan CRP)

                                                

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


Oleh:
Nama               : Uswatun Ulfa
Nim                 : 15150007
Program studi : D3 Analis Kesehatan
Semester          : IV (Empat)

                         
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

Praktikum Ke  : III (tiga)


Hari, Tanggal  : Kamis, 23 Maret 2017
Materi             : Pemeriksaan crp
Tujuan             :
a.       Khusus  : Untuk mengetahui CRP dalam serum pasien
b.      Umum    :1.Untuk mengetahui kadar CRP dalam satuan serum pasien
 2. Untuk mendeteksi adanya infeksi kerusakan jaringan, inflamasi
Prinsip             : Aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan yang dideteksi         adalah
antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi, aglutinasi terlihat dalam waktu 2 menit
Alat                  :
-Slide tes dasar hitam
-Yellow tip dan mikropipet
-Pipet tetes
-Batang Pengaduk
-Rotator
-Tabung reaksi dan rak
- sentrifuge

Bahan              :
-Serum darah vena
- Reagen crp latex
- Reagen control poitif crp

I.                  PENDAHULUAN      
CRP pada awalnya ditemukan oleh Tillet dan Francis pada 1930 sebagai zat dalam serum
pasien yang akut peradangan yang bereaksi dengan polisakarida C pneumococcus. Pada awalnya
ia berfikir bahwa CRP mungkin sekresi pathogen seperti yang meningkat pada orang dengan
berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan sintetis hepatic menunjukkan bahwa itu
adalah protein asli.
            CRP atau Protein C-Reaction adalah protein yang ditemukan dalam darah, yang
meningkat sebagai respon terhadap peradangan (suatu protein fase akut). Peran fisiologis adalah
untuk mengikat fosfokholin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan
beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks CIQ.
CRP disintesis oleh hati sebagai respon terhadap factor-faktor yang dikeluarkan oleh sel-sel
lemak. Ini adalah anggota pentraxin keluarga protein.   
CRP digunakan terutama sebagi penanda peradangan. Selain gagal hati, ada beberapa
factor yang diketahui yang mengganggu produksi CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP dapat
berguna dalam menenyukan perkembangan penyakit atau efektivitas pengobatan.
C-Reaktif Protein atau CRP merupakan pertanda adanya inflamasi sistemik yang sangat
sensitive. Peningkatan kadar CRP sangat berhubungan kuat dengan adanya penyakit jantung
koroner ,MCI, stroke dan kematian mendadak karena jantung Pemeriksaan C-Reactive Protein
atau CRP kualitatif yaitu pemeriksaan terhadap keberadaan suatu reaktan fase akut, yakni CRP di
dalam serum. Konsentrasi serum CRP akan meningkat setelah proses inisiasi inflamatori.
Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas yang baik, namun bukan indikator yang spesifik pada
kondisi terjadinya luka akut, infeksi bakteri, atau inflamasi.
         Manfaat pemeriksaan ini untuk Mendeteksi Pelvic Inflammatory Disease (PID), apendidtis
akut, dan sepsis (pada pasien kritis); menentukan faktor risiko penyakit vaskular, terutama
penyakit jantung koroner (PJK); dan memantau kondisi post-operasi Nilai normalnya pria < 0.55
mg/L dan wanita < 1,5 mg/dl.
        Prosedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode aglutinasi atau
metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri. Tes aglutinasi dilakukan dengan
menambahkan partikel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma penderita
sehingga akan terjadi aglutinasi. Untuk menentukan titer CRP, serum atau plasma penderita
diencerkan dengan buffer glisin dengan pengenceran bertingkat (1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan
seterusnya) lalu direaksikan dengan latex. Titer CRP adalah pengenceran tertinggi yang masih
terjadi aglutinasi. Tes sandwich imunometri dilakukan dengan mengukur intensitas warna
menggunakan Nycocard Reader. Berturut-turut sampel (serum, plasma, whole blood) dan
konjugat diteteskan pada membran tes yang dilapisi antibodi mononklonal spesifik CRP. CRP
dalam sampel tangkap oleh antibodi yang terikat pada konjugat gold colloidal particle. Konjugat
bebas dicuci dengan larutan pencuci (washing solution). Jika terdapat CRP dalam sampel pada
level patologis, maka akan terbentuk warna merah-coklat pada area tes dengan intensitas warna
yang proporsional terhadap kadar. Intensitas warna diukur secara kuantitatif menggunakan
NycoCard reader II.
             Nilai rujukan normal CRP dengan metode sandwich imunometri adalah < 5 mg/L. Nilai
rujukan ini tentu akan berbeda di setiap laboratorium tergantung reagen dan metode yang
digunakan

II.               CARA KERJA PERCOBAAN


Kualitatif
1.   Masukkan 20 uL sampel dan 20 uL reagen CRP lateks
2.   Lebarkan menggunakan batang pengaduk sampai bundaran slide hitam penuh
3.   Goyangkan menggunakan rotator  dan lakukan pengamatan aglutinasi didepan cahaya dalam
waktu 2 menit dengan menyalakan stopwatch, jika hasil positif lakukan pemeriksaan kuantitatif.
Jika negative maka tidak perlu pemeriksaan lanjut.

III.             INTERPRESTASI HASIL          
(+) positif        : Bila terjadi aglutinasi
(-) negatif        : Bila tidak terjadi aglutinasi

IV.             HASIL PEMERIKSAAN 
CRP H6 (-) negative

V.                KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap serum probandus, maka dapat disimpulkan
bahwa serum H6 tersebut negatif aglutinasi.

VI.             SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah :
Serum yang digunakan tidak lisis, reagen yang digunakan tidak expired dan dibutuhkan
ketelitian saat pembacaan adanya aglutinasi.

DAFTAR PUSTAKA          
Dani, Hamril, dkk. 2008. Diktat Imunologi dan serologi
Laporan Praktikum Imunologi ( Pemeriksaan
CRP )
LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOLOGI

Praktikum ke               : 4 (empat)


Hari/Tanggal               : Kamis/25 April 2013
Judul                           : Pemeriksaan CRP
Tujuan                         :
a.       Khusus            : Untuk mengetahui CRP dalam serum pasien
b.      Umum             :1.Untuk mengetahui kadar CRP dalam satuan serum pasien
 2.Untuk menunjang diagnose pasien penderita inflamasi.
                        : Reaksi Antigen Antibodi antara CRP dalam serum dengan dalam lateks yang akan
menimbulkan koagulasi.
Alat                             : 1. Pipet otomatis
                     2. Slide hitam : menggunakan slide hitam karena reagen lateks berwarna putih sehingga
membutuhkan latar belakang hitam.
                     3. Kotak sampah
                    : Reagen lateks
                       Tissue
Sampel                                    : serum CRP H6

LANDASAN TEORI
            CRP pada awalnya ditemukan oleh Tillet dan Francis pada 1930 sebagai zat dalam serum
pasien yang akut peradangan yang bereaksi dengan polisakarida C pneumococcus. Pada awalnya
ia berfikir bahwa CRP mungkin sekresi pathogen seperti yang meningkat pada orang dengan
berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan sintetis hepatic menunjukkan bahwa itu
adalah protein asli.
            CRP atau Protein C-Reaction adalah protein yang ditemukan dalam darah, yang
meningkat sebagai respon terhadap peradangan (suatu protein fase akut). Peran fisiologis adalah
untuk mengikat fosfokholin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan
beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks CIQ.
CRP disintesis oleh hati sebagai respon terhadap factor-faktor yang dikeluarkan oleh sel-sel
lemak. Ini adalah anggota pentraxin keluarga protein.   
CRP digunakan terutama sebagi penanda peradangan. Selain gagal hati, ada beberapa
factor yang diketahui yang mengganggu produksi CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP dapat
berguna dalam menenyukan perkembangan penyakit atau efektivitas pengobatan.
CARA KERJA :
Kualitatif
a.       Masukkan 20 uL sampel dan 20 uL reagen CRP lateks
b.      Lebarkan menggunakan lidi sampai bundaran slide hitam penuh
c.       Goyangkan dan lakukan pengamatan aglutinasi didepan cahaya dalam waktu 2 menit dengan
menyalakan stopwatch, jika hasil positif lakukan pemeriksaan kuantitatif. Jika negative maka
tidak perlu pemeriksaan lanjut.

INTERPRESTASI HASIL :
(+) positif        : Bila terjadi aglutinasi
(-) negatif        : Bila tidak terjadi aglutinasi

HASIL PEMERIKSAAN    :
CRP H6 (-) negative

 
KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap serum probandus, maka dapat disimpulkan
bahwa serum H6 tersebut negatif aglutinasi.

DAFTAR PUSTAKA          :
Dani, Hamril, dkk. 2008. Diktat Imunologi dan serologi

                                                                                                   Palembang, 25 April
2013
Mengetahui,                                                                Praktikan,       
Dosen Pembimbing,
                                                                                    Veronica Nina M.S
Drs. Refai Ibrahim, M. Kes                                        PO.71.34.0.11.048
Yusneli, S. Pd
Dr. Billy Setia Negara, MPHM
Hamril Dani, S. Pd          
Makalah Pemeriksaan CRP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

1.1.1 Pemeriksaan C-Reaktive Protein

Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama kali ditemukan sebagai bahan dalam serum pasien dengan
peradangan akut yang bereaksi dengan polisakarida C-(kapsuler) dari pneumococcus. Ditemukan oleh
Tillet dan Francis Pada tahun 1930. Pada awalnya diperkirakan bahwa CRP adalah sekresi pathogen
seperti peningkatan CPR pada orang dengan berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan
sintesis hati menunjukan bahwa CPR adalah protein asli. Gen CRP terletak pada pertama kromosom
(1q21-Q23). CRP adalah protein 224-residu dengan massa molar dari monomer 25.106 Da. Protein ini
merupakan disc pentametric annular dalam bentuk dan anggota dari kecil family pentraxins.  

1.1.2 Definisi CRP

C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang meningkat sebagai
respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan
pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system
pelengkap melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor yang dilepaskan
oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes).

CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat protein akan naik sebagai
respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi
eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah.

1.1.3 Peran C-Reaktive Protein

      CPR memiliki peran sebagai responfase akut yang berkembang dalam berbagai kondisi inflamasi akut
dan kronis seperti bakteri, infeksi virus, atau jamur, penyakit inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan,
dan cedera jaringan atau nekrotis. Kondisi ini menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan lainnya
yang memicu sintesis CRP dan fibrinogen oleh hati. Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat
pesat dalam waktu 2 jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari
respon fase akut, CRP menurun  dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat CRP
merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi. Secara tepat, peningkatan
ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan, infksi, trauma, dan jaringan, keganasan dan
gangguan autoimun. Sejumlah besar kondisi berbeda yang dapat meningkatkan produksi CRP,
peningkatan tingkat CRP juga tidak dapat mendiagnosa penyakit tertentu. Peningkatan tingkat CRP
dapat memberikan dukungan untuk kehadiran penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis,
polimyalgia rheumatica atau raksasa-sel arteritis.
      Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat fosfokolin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati
atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap. CRP mengikat
fosfokolin pada mikroba dan sel-sel rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag. Dengan
demikian, CRP berpatisipasi dalam pembersihan sel nekrotik dan apoptosis.

      CRP merupakan anggota dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang meningkat secara
dramatis selama proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan
konsentrasi plasma IL-6, yang diproduksi terutama oleh makrofag serta adipocytes. CRP mengikat
fosfokolin pada mikroba yang berguna untuk membantu dalam melengkapi mengikat sel-sel asing dan
rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag (opsonin fagositosis dimediasi), yang
mengekspresikan reseptor untuk PRK. Hal ini juga diyakini memainkan satu peran penting dalam
kekebalan bawaan, sebagai sistem pertahanan awal terhadap infeksi. CRP naik sampai 50.000 kali lipat
dalam peradangan akut, seperti infeksi. Keadaan ini naik diatas batas normal dalam waktu 6 jam, dan
puncaknya pada 48 jam. Sel yang setengah hidup adalah konstan, dank arena itu tingkat terutama
ditentukan oleh tingkat produksi (tingkat keparahan penyebab pancetus).

1.1.4 Penyebab CRP meningkat

      Secara umum, penyebab utama CRP meningkat dan penanda peradangan lainnya adalah luka bakar,
trauma,infeksi,peradangan,aktif inflamasi arthritis dan kanker tertentu.

1.1.5 Penggunaan CRP dalam test diagnostik

                  CRP digunakan terutama sebagai penanda peradangan. Selain gagal jantung, ada factor-faktor
diketahui beberapa yang mengganggu produksi CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP berguna dalam
menentukan perkembangan penyakit atau efektifitas pengobatan. Darah biasanya dikumpulkan dalam
tabung untuk memisahkan serum, dianalisis dalam laboratorium medis. Berbagai metode analisis yang
tersedia untuk penentuan CRP seperti ELISA, immunoturbidimetri,cepat immunodifusi dan visual
aglutinasi. Pada test High Sensitivity CRP (hs-CRP) berguna untuk mengukur kadar CRP rendah dengan
menggunakan laser nephometry. Test ini memberikan hasil dalam 25 menit dengan sensitivitas turun
menjadi 0,04 mg/L.

      Konsentrasi normal dalam serum manusia yang sehat biasanya lebih rendah dari 10 mg/L, sedikit
meningkat dengan penuaan. Tingkat yang lebih tinggi ditemukan pada akhir hamil wanita, peradangan
dengan ringan dan infeksi virus dengan nilai 10-40 mg/L, pada peradangan aktif, infeksi bakteri memiliki
40-200 mg/L, dan untuk kasus infeksi barat oleh bakteri dan luka bakar mendapatkan nilai >200 mg/L
dalam darah.

      CRP memiliki refleksi lebih sensitive dan akurat dari respon fase akut dibandingkan ESR. Oleh karena
itu, kadar CRP terutama dittentukan oleh tingkat produksi (dan karenanya tingkat keparahan penyebab
pancetus). Dalam 24 jam pertama, ESR mungkin normal dan CRP meningkat. CRP kembali normal lebih
cepat daripada ESR dalam respon terhadap terapi.

1.1.6 Penggunaan CRP untuk penyakit jantung

      Dalam penelitian yang melibatkan sejumlah besar pasien, tingkat CRP tampaknya berkolerasi dengan
tingkat resiko jantung. Bahkan CRP setidaknya bertindak sebagai prediksi risiko jantung seperti kadar
kolesterol. Karena komponen inflamasi dari aterosklerosis, peningkatan kadar CRP telah dikaitkan
dengan penyakit kardiovaskuler. Namun, berdasarkan data yang tersedian saat ini tidak dapat dianggap
sebagai factor resiko independe untuk penentu penyakit kardiovaskuler. Penyakit resiko lainnya untuk
penyakit kardiovaskuler, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), DM, kolesterol darah tinggi, usia,
merokok, obesitas dan riwayat keluarga penyakit jantung mungkin berkolerasi dengan peningatan kadar
CRP.

1.2  Rumusan masalah

Bagaimanakah prosedur pemeriksaan CRP ?

1.3  Tujuan

Untuk mengetahui adanya peradangan pada pasien

1.4  Manfaat

Agar mampu melakukan pemeriksaan CRP secara baik dan benar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Kerja Pemeriksaan immune Metode CRP

A. Kualitatif
1.      Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ditambahkan 50 µL serum ke dalam cyrcle I.

3.      Pada cyrcle II ditambahkan 1 tetes control positif.

4.      Pada cyrcle III ditambahkan 1 tetes control negative.

5.      Ditambahkan 1 tetes Latex pada masing – masing cyrcle.

6.      Digoyang – goyangkan cyrcle dan diamati aglutinasinya.


B. Kuantitatif
1.      Disiapkan  alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ditambahkan 50 µL serum pada cyrcle I.

3.      Pada cyrcle I, II, III, ditambahkan  50 µL Pz dan 1 tetes latex.

4.      Dicampur larutan pada cyrcle I dan dipindahkan 50 µL larutan dari cyrcle I ke cyrcle II.

5.      50 µL larutan dari cyrcle II  dipindahkan ke cyrcle III.

6.      50 µL larutan dari cyrcle III dipindahkan ke cyrcle IV.

7.      Diamati aglutinasi yang terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CRP dapat dilakukan dengan
metode kualitatif dan kuantitatif.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan antara lain :


1. Serum yang digunakan sebaiknya tidak lisis
2. Reagen yang digunakan tidak kadaluwarsa

3. Dibutuhkan ketelitian saat pembacaan adanya aglutinasi

Daftar pustaka
Armantonny.2013.Pemeriksaan  CRP. (Online)   

http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-crp-c-reaktif-protein.html. diakses
pada ta
PEMERIKSAAN CRP ( C-REACTIVE PROTEIN )

PEMERIKSAAN CRP ( C-REACTIVE PROTEIN )

C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang meningkat sebagai respon
terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan pada
permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap
melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati dalam menanggapi factor yang dilepaskan oleh makrofag
dan sel-sel lemak (adipocytes).

CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat protein akan naik sebagai
respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi
eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah.

Banyak protein plasma meningkat secara akut sbagai respon terhadap penyakit infeksi da hekrosis
jaringan,protein ini mencangkup glikoprotein alfa-1-asam,alfa-1-antiripsin,seruplasmin hapto globin dan
protein c-reaktif(CRP ) yang paling bermanfaat dari zat ini adalah CPR,berdasarkan cepatnya
peningatkan sebagai respon terhadap penyakit akut dan cepatnya pembersihan setelah stimulus mereda.

C-Reaktif protein merupakan protein fase, meningkat keadaanya 24 jam pasca infeksi,peradangan atau
kerusakan jaringan mampu meningkat unsure pokok dari mikroorganisme dan juga struktur sex manusia
atau di sebut juga CRP karna mempunyai kemampuan untuk berkaitan dengan C. Pneumococeal
polisakarida.

 Pemeriksaan C-Reaktive Protein Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama kali ditemukan sebagai bahan
dalam serum pasien dengan peradangan akut yang bereaksi dengan polisakarida C-(kapsuler) dari
pneumococcus. Ditemukan oleh Tillet dan Francis Pada tahun 1930. Pada awalnya diperkirakan bahwa
CRP adalah sekresi pathogen seperti peningkatan CPR pada orang dengan berbagai penyakit termasuk
kanker. Namun penemuan sintesis hati menunjukan bahwa CPR adalah protein asli. Gen CRP terletak
pada pertama kromosom (1q21-Q23). CRP adalah protein 224-residu dengan massa molar dari
monomer 25.106 Da. Protein ini merupakan disc pentametric annular dalam bentuk dan anggota dari
kecil family pentraxins.  

 Definisi CRPC-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang meningkat
sebagai respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang di
ekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan
system pelengkap melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor yang
dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes).CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut,
yng berarti bahwa tingkat protein akan naik sebagai respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya
adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah.
Pengertian C-Reaktif Protein

C-Reaktif Protein adalah salah satu dari protein fase aktif yang didapatkan dalam serum normal
walaupun dalam jumlah yang kecil. Pada keadaan tertentu dimana didaptkan adanya reaksi radang atau
jaringan (meurosis) , yaitu baik yang infektif maupun yang tidak infektif. Kadar CRF dalam serum dapat
meningkat sampai 1000 kali. (Handojo, 1982)

Banyak protein plasma meningkat secara akut sebagai respon terhadap penyakit, infeksi dan hekrosis
jaringan. Protein ini mencakup glikoprotein alfa-1-asam, alfa-1- antitrypsin, serumplasmin hapto glogin,
fibrinogen, dan Protein-C-eaktif (CRP) yang paling bermanfaat dari zat ini adalah CRP, berdasarkan
cepatnya peningkatan sebagai respon terhadap penyakit akut dan cepatnya pembersihan setelah
stimulus mereda. (Sacher, 2004)

C-Reaktif Protein adalah globula alfa abnormal yang cepat timbul dalam serum penderita dengan
penyakit karna infeksi atau karna sebab lain. Protein ini terdapat dalam darah seseorang yang sehat.
Protein ini dapat menyebabakan presipitasi hidrat orang C dari pneumokokus. (Bonang, 1982)

C-Reaktif Protein merupakan protein fase, meningkat keadaanya 24 jam pasca infeksi. Peradangan atau
kerusakan jaringan mampu meningkat unsure pokok dari mikroorganisme dan juga struktur sex manusia
atau disebut juga CRP karna mempunyai kemampuan untuk berkaitan dengan C. Pneumococeal
Polisakarinda.  (Lorenz, 1990)

Sintesa dan Struktur dari CRP

CRP disent di dalam hati,peningkatan sintesa CRP dalam sel-sel parenkim di dinduksi oleh interleukin 1
yang berasal dari rangkaian makrofag.(Lorenz,1990).

CRP meningkatkan 1000x atau lebih berperan pada imunitas non spesifik yang dengan bantuan
ca2+  dapat meningkatkan berbagai molekul,anatara lain fosforol klorin yang di temukan pada bakteri atau
jamur. Kemudian menggerakan system komplemen dan bantuan merusak organism pathogen dengan
cara opsonisasi denganmeningkat fagositosis.( bratawijaya,1996)
Dalam waktu yang relative singkat setelah terjadi reaksi radang akut atau kerusakan jaringan,sintesa
dalam sekresi dari CRP maningkatkan dengan tujuan dan hanya dalam waktu 12-48 jam setelah
mencampai puncaknya. Kadar dari CRP akan menurun dengan tajam bila proses peradangan atau
kerusakan jaringan mereda dalam waktu 24-48 jam setelah mencampai harga normalnya kembali.

Fungsi Biologik CRP

Fungsi dan peranana CRP dalam tubuh (invivo) belum di ketahui seluruhnya,banyak hal-hal yangmasih
merupakan hipotesa-hipotesa meskipun CRP bukan merupakan antibody,tetapi CRP mempunyai
beberapa fungsi biologic yang menunjukn peranan pada proses peradangan  dan metabolism e daya
tahan tubuh terhadapinfeksi. (Handoyo,1982)

Beberapa hal yang di ketahui mengenai fungsi biologiknya adalah :

1. CRP dapat meningkatkan C-polisakarida (CPS) dan berbagai laktat melalui reaksi prespitasi atau
aglutinasi

2. CRP dapat meningkatkan aktifitas dan motilitas sel-sel fagosit seperti aglutinasi monosit-makrofag.

3. CRP dapat mengaktifkan komplemen,baik melalui jalur,klasik maupun jalur alternative.

4. CRP dapat menghambat agregasi trombosit baik yang ditimbulkan adrenalin,ADP maupun kolagen.

5. CRP mempunyai daya ikat selektif (selektiv-binding ) terhadap limfosit T. Dalam hal ini CRP diduga
memegang peranan dalam peraturan fungsi-fungsi tertentu selama proses peradangan.
Prinsip

Direct aglutinasi antara C-Reaktif protein dengan partikel antibody latex sebagai antigen membentuk
komplek antigen antibody yang membentuk aglutinasi

Metode

Metode yang di gunakan dalam praktikum ini adalah aglutinasi pasif menggunakan latex.

Alat dan Bahan

Alat

-Slide tes dasar hitam

-Yellow tip dan mikropipet

-Pipet tetes

-Batang Pengaduk

-Rotator

-Tabung reaksi dan rak

- sentrifuge

Bahan
-Serum darah vena

- Reagen crp latex

- Reagen control poitif crp

Cara kerja

C Reaktif Protein (CRP)

a. kualitatif

-Dibiarkan sampel dan reagen dalam suhu kamar

-Diambil 50 ul sampel, taruh dalam slide latar belakang hitam

-Lateks dicampur hingga homogen, kemudian taruh satu tetes dalam sampel

-Dicampur hingga homogeny antara lateks dengan sampel

-Dirotator pada kecepatan 100 rpm selama 2 menit

b. Semi kuantitatif

-Hasil pemeriksaan sampel positif, dilanjutkan dengan pengenceran terseri

-Diambil NaCl 0,85% 50 ul pada 6 tanda lingkaran slide

-Pada lingkaran pertama ditambahkan 50 ul serum, dicampur  (2x)

-Dari lingkaran kedua, diambil 50 ul dicampur (4x)

-Dari lingkaran ketiga, diambil 50 ul lalu dicampur (8x)

-Dari lingkaran keempat , diambil 50 ul lalu dicampur (16x)

-Dari lingkaran kelima, diambil 50 ul lalu dicampur (32x)

-Ditambahkan masing-masing 1 tetes reagen latex, rotator 100 rpm 2 menit

-Hasil positif terakhir dikalikan 6 mikron/ml adalah dilaporkan sebagai titer CRP
Pembahasan

C-Reaktif protein adalah globulan alfa abnormal yang cepat timbul dalam serum penderita dengan
penyakit karena infeksi atau karena sebab lain, dan dari hasil pemeriksaan CRP tersebut didapat nilai (+)
positif dan pada pengenceran berseri semi kuantitatif didapatkan titer iu/ml.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah :

Serum yang digunakan tidak lisis, reagen yang digunakan tidak expired dan dibutuhkan ketelitian saat
pembacaan adanya aglutinasi.

Protein C-reaktif
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Protein C-reaktif (bahasa Inggris: C-reactive protein, CRP) adalah suatu protein yang


dihasilkan oleh hati, terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Namun,
berhubung protein ini tidak bersifat spesifik, maka lokasi atau letak organ yang
mengalami infeksi atau inflamasi tidak dapat diketahui. [1] Pemeriksaan CRP juga telah
dikembangkan menjadi high-sensitivity CRP sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi terjadinya penyakit jantung pada masa depan. [2][3] Pada pasien penderita
penyakit autoimunitas, CRP juga dapat dihasilkan tubuh dalam jumlah besar, contohnya
pada penderita rheumatoid arthritis, lupus, atau vasculitis.[1]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
CRP ditemukan oleh William S. Tillett (1892-1974) dan Thomas Francis, Jr. (1900-
1969) pada tahun 1930 di laboratorium milik Oswald T. Avery (1877-1955). Ketika itu,
kedua peneliti tersebut sedang mengadakan studi klinis dan laboratorium untuk
mengembangkan terapi bagi infeksi pneumococcal pneumonia. Mereka menemukan
suatu antigen baru yang disebut Fraksi C dan melanjutkannya dengan pemeriksaan
imunologi terhadap pasien penderita infeksi pneumonia. Tilett dan Francis membuktikan
bahwa Fraksi C dapat bereaksi kuat terhadap pasien yang berada dalam tahap awal
infeksi dan infeksi akut, namun setelah pasien sembuh maka reaksi dengan Fraksi C
menghilang. Dalam percobaan lanjutan, ternyata Fraksi C tersebut juga dapat bereaksi
dengan pasien penderita penyakit atau inflamasi lainnya, seperti endocarditis dan
demam reumatik akut.[4]
Beberapa tahun kemudian, Avery, Theodore J. Abernethy, dan Colin MacLeod (1909-
1972) mempublikasikan senyawa yang disebut C-reactive protein dan menjelaskan sifat
dari protein tersebut. Maclyn McCarty (1911-2005) berhasil mengkristalisasi CRP pada
tahun 1947 dan bersama dengan rekannya mulai menggunakan pengukuran CRP
untuk mempelajari tahapan perkembangan penyakit demam reumatik. Saat penelitian
mengenai CRP makin berkembang, Schieffelin & Co, suatu perusahaan di New York
mulai memproduksi CRP secara komersial untuk keperluan pemeriksaan medis. [4]
Pada tahun 1990, para peneliti membuktikan bahwa inflamasi berperan terhadap
perkembangan aterosklerosis sehingga CRP dapat digunakan untuk penilaian risiko
(prediksi) penyakit jantung atau kardiovaskular. Penelitian juga menunjukkan adanya
kemungkinan CRP berperan di dalam perkembangan penyakit tersebut sehingga saat
ini mulai dikembangkan obat yang dapat menurunkan kadar CRP di dalam tubuh. [4]

Manfaat[sunting | sunting sumber]
Pengukuran kadar CRP sering digunakan untuk memantau keadaan pasien setelah
operasi. Pada umumnya, konsentrasi CRP akan mulai meningkat pada 4-6 jam setelah
operasi dan mencapai kadar tertinggi pada 48-72 jam setelah operasi. Kadar CRP akan
kembali normal setelah 7 hari pasca-operasi. Namun, bila setelah operasi
terjadi inflamasi atau sepsis maka kadar CRP di dalam darah akan terus menerus
meningkat.[5]
Pada kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh dapat meningkat hingga 100x
kadar CRP pada orang normal sehingga pengukuran CRP sering digunakan untuk
mengetahui apakah pasien dalam kondisi terinfeksi atau mengalami inflamasi tertentu.
Pada saat terjadi infeksi bakteri atau inflamasi, leukosit akan teraktivasi kemudian
melepaskan sitokin ke aliran darah. Sitokin akan merangsang sel-sel hati (hepatosit)
untuk memproduksi CRP.[5]
Pada tahun 2003, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the American
Heart Association (AHA) merekomendasi penggunaan hsCRP untuk memprediksi risiko
penyakit kardiovaskular terutama untuk pasien penderita sindrom koroner akut dan
penyakit koroner stabil. Nilai yang dijadikan acuan untuk penilaian risiko penyakit
kardiovaskular tersebut adalah:
 < 1 mg/L: risiko rendah
 1–3 mg/L: risiko menengah (intermediate)
 > 3 mg/L: risiko tinggi
 > 10 mg/L mengindikasikan adanya inflamasi atau infeksi aktif.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

1. ^     Medline-Plus: C-reactive protein, U.S. National Library of Medicine. Diakses pada 18 Agustus
a b

2013.
2. ^ C-reactive protein test, Mayo Foundation for Medical Education and Research. Diakses pada 18
Agustus 2013.
3. ^ Pentingnya Pemeriksaan Apo B & hsCRP, Laboratorium Klinik Prodia. Diakses pada 18 Agustus
2013.
4. ^ a b c C-Reactive Protein: From Pneumococcal Pneumonia to Cardiovascular Disease Risk, The
Rockefeller University. Diakses pada 18 Agustus 2013.
5. ^ a b C-Reactive Protein—Undervalued, Underutilized Gambino R. Clinical Chemistry: 43, No. 11,
1997.
6. ^ Markers of Inflammation and Cardiovascular Disease: Application to Clinical and Public Health
Practice: A Statement for Healthcare Professionals From the Centers for Disease Control and
Prevention and the American Heart Association, Pearson TA, et al. 2003. Circulation 107:499-511.
Kategori: 
 Protein darah
emeriksaan CRP ( C Reaktif Protein) Kualitatif
        C-Reaktif Protein atau CRP merupakan pertanda adanya inflamasi sistemik yang sangat
sensitive. Peningkatan kadar CRP sangat berhubungan kuat dengan adanya penyakit jantung
koroner ,MCI, stroke dan kematian mendadak karena jantung Pemeriksaan C-Reactive Protein
atau CRP kualitatif yaitu pemeriksaan terhadap keberadaan suatu reaktan fase akut, yakni CRP
di dalam serum. Konsentrasi serum CRP akan meningkat setelah proses inisiasi inflamatori.
Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas yang baik, namun bukan indikator yang spesifik pada
kondisi terjadinya luka akut, infeksi bakteri, atau inflamasi.

         Manfaat pemeriksaan ini untuk Mendeteksi Pelvic Inflammatory Disease (PID), apendidtis
akut, dan sepsis (pada pasien kritis); menentukan faktor risiko penyakit vaskular, terutama
penyakit jantung koroner (PJK); dan memantau kondisi post-operasi Nilai normalnya pria < 0.55
mg/L dan wanita < 1,5 mg/dl.

        Prosedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode aglutinasi atau
metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri. Tes aglutinasi dilakukan dengan
menambahkan partikel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma penderita
sehingga akan terjadi aglutinasi. Untuk menentukan titer CRP, serum atau plasma penderita
diencerkan dengan buffer glisin dengan pengenceran bertingkat (1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan
seterusnya) lalu direaksikan dengan latex. Titer CRP adalah pengenceran tertinggi yang masih
terjadi aglutinasi. Tes sandwich imunometri dilakukan dengan mengukur intensitas warna
menggunakan Nycocard Reader. Berturut-turut sampel (serum, plasma, whole blood) dan
konjugat diteteskan pada membran tes yang dilapisi antibodi mononklonal spesifik CRP. CRP
dalam sampel tangkap oleh antibodi yang terikat pada konjugat gold colloidal particle. Konjugat
bebas dicuci dengan larutan pencuci (washing solution). Jika terdapat CRP dalam sampel pada
level patologis, maka akan terbentuk warna merah-coklat pada area tes dengan intensitas
warna yang proporsional terhadap kadar. Intensitas warna diukur secara kuantitatif
menggunakan NycoCard reader II.

             Nilai rujukan normal CRP dengan metode sandwich imunometri adalah < 5 mg/L. Nilai
rujukan ini tentu akan berbeda di setiap laboratorium tergantung reagen dan metode yang
digunakan
Bacter's
Kamis, 26 Desember 2013

Makalah Pemeriksaan CRP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

1.1.1 Pemeriksaan C-Reaktive Protein

Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama kali ditemukan sebagai bahan dalam serum pasien dengan
peradangan akut yang bereaksi dengan polisakarida C-(kapsuler) dari pneumococcus. Ditemukan oleh
Tillet dan Francis Pada tahun 1930. Pada awalnya diperkirakan bahwa CRP adalah sekresi pathogen
seperti peningkatan CPR pada orang dengan berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan
sintesis hati menunjukan bahwa CPR adalah protein asli. Gen CRP terletak pada pertama kromosom
(1q21-Q23). CRP adalah protein 224-residu dengan massa molar dari monomer 25.106 Da. Protein ini
merupakan disc pentametric annular dalam bentuk dan anggota dari kecil family pentraxins.  

1.1.2 Definisi CRP

C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang meningkat sebagai
respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan
pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system
pelengkap melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor yang dilepaskan
oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes).

CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat protein akan naik sebagai
respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi
eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah.

1.1.3 Peran C-Reaktive Protein

      CPR memiliki peran sebagai responfase akut yang berkembang dalam berbagai kondisi inflamasi akut
dan kronis seperti bakteri, infeksi virus, atau jamur, penyakit inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan,
dan cedera jaringan atau nekrotis. Kondisi ini menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan lainnya
yang memicu sintesis CRP dan fibrinogen oleh hati. Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat
pesat dalam waktu 2 jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari
respon fase akut, CRP menurun  dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat CRP
merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi. Secara tepat, peningkatan
ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan, infksi, trauma, dan jaringan, keganasan dan
gangguan autoimun. Sejumlah besar kondisi berbeda yang dapat meningkatkan produksi CRP,
peningkatan tingkat CRP juga tidak dapat mendiagnosa penyakit tertentu. Peningkatan tingkat CRP
dapat memberikan dukungan untuk kehadiran penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis,
polimyalgia rheumatica atau raksasa-sel arteritis.

      Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat fosfokolin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati
atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap. CRP mengikat
fosfokolin pada mikroba dan sel-sel rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag. Dengan
demikian, CRP berpatisipasi dalam pembersihan sel nekrotik dan apoptosis.

      CRP merupakan anggota dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang meningkat secara
dramatis selama proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan
konsentrasi plasma IL-6, yang diproduksi terutama oleh makrofag serta adipocytes. CRP mengikat
fosfokolin pada mikroba yang berguna untuk membantu dalam melengkapi mengikat sel-sel asing dan
rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag (opsonin fagositosis dimediasi), yang
mengekspresikan reseptor untuk PRK. Hal ini juga diyakini memainkan satu peran penting dalam
kekebalan bawaan, sebagai sistem pertahanan awal terhadap infeksi. CRP naik sampai 50.000 kali lipat
dalam peradangan akut, seperti infeksi. Keadaan ini naik diatas batas normal dalam waktu 6 jam, dan
puncaknya pada 48 jam. Sel yang setengah hidup adalah konstan, dank arena itu tingkat terutama
ditentukan oleh tingkat produksi (tingkat keparahan penyebab pancetus).

1.1.4 Penyebab CRP meningkat

      Secara umum, penyebab utama CRP meningkat dan penanda peradangan lainnya adalah luka bakar,
trauma,infeksi,peradangan,aktif inflamasi arthritis dan kanker tertentu.

1.1.5 Penggunaan CRP dalam test diagnostik

                  CRP digunakan terutama sebagai penanda peradangan. Selain gagal jantung, ada factor-faktor
diketahui beberapa yang mengganggu produksi CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP berguna dalam
menentukan perkembangan penyakit atau efektifitas pengobatan. Darah biasanya dikumpulkan dalam
tabung untuk memisahkan serum, dianalisis dalam laboratorium medis. Berbagai metode analisis yang
tersedia untuk penentuan CRP seperti ELISA, immunoturbidimetri,cepat immunodifusi dan visual
aglutinasi. Pada test High Sensitivity CRP (hs-CRP) berguna untuk mengukur kadar CRP rendah dengan
menggunakan laser nephometry. Test ini memberikan hasil dalam 25 menit dengan sensitivitas turun
menjadi 0,04 mg/L.

      Konsentrasi normal dalam serum manusia yang sehat biasanya lebih rendah dari 10 mg/L, sedikit
meningkat dengan penuaan. Tingkat yang lebih tinggi ditemukan pada akhir hamil wanita, peradangan
dengan ringan dan infeksi virus dengan nilai 10-40 mg/L, pada peradangan aktif, infeksi bakteri memiliki
40-200 mg/L, dan untuk kasus infeksi barat oleh bakteri dan luka bakar mendapatkan nilai >200 mg/L
dalam darah.
      CRP memiliki refleksi lebih sensitive dan akurat dari respon fase akut dibandingkan ESR. Oleh karena
itu, kadar CRP terutama dittentukan oleh tingkat produksi (dan karenanya tingkat keparahan penyebab
pancetus). Dalam 24 jam pertama, ESR mungkin normal dan CRP meningkat. CRP kembali normal lebih
cepat daripada ESR dalam respon terhadap terapi.

1.1.6 Penggunaan CRP untuk penyakit jantung

      Dalam penelitian yang melibatkan sejumlah besar pasien, tingkat CRP tampaknya berkolerasi dengan
tingkat resiko jantung. Bahkan CRP setidaknya bertindak sebagai prediksi risiko jantung seperti kadar
kolesterol. Karena komponen inflamasi dari aterosklerosis, peningkatan kadar CRP telah dikaitkan
dengan penyakit kardiovaskuler. Namun, berdasarkan data yang tersedian saat ini tidak dapat dianggap
sebagai factor resiko independe untuk penentu penyakit kardiovaskuler. Penyakit resiko lainnya untuk
penyakit kardiovaskuler, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), DM, kolesterol darah tinggi, usia,
merokok, obesitas dan riwayat keluarga penyakit jantung mungkin berkolerasi dengan peningatan kadar
CRP.

1.2  Rumusan masalah

Bagaimanakah prosedur pemeriksaan CRP ?

1.3  Tujuan

Untuk mengetahui adanya peradangan pada pasien

1.4  Manfaat

Agar mampu melakukan pemeriksaan CRP secara baik dan benar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Kerja Pemeriksaan immune Metode CRP

A. Kualitatif
1.      Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ditambahkan 50 µL serum ke dalam cyrcle I.

3.      Pada cyrcle II ditambahkan 1 tetes control positif.

4.      Pada cyrcle III ditambahkan 1 tetes control negative.

5.      Ditambahkan 1 tetes Latex pada masing – masing cyrcle.

6.      Digoyang – goyangkan cyrcle dan diamati aglutinasinya.

B. Kuantitatif
1.      Disiapkan  alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ditambahkan 50 µL serum pada cyrcle I.

3.      Pada cyrcle I, II, III, ditambahkan  50 µL Pz dan 1 tetes latex.

4.      Dicampur larutan pada cyrcle I dan dipindahkan 50 µL larutan dari cyrcle I ke cyrcle II.

5.      50 µL larutan dari cyrcle II  dipindahkan ke cyrcle III.

6.      50 µL larutan dari cyrcle III dipindahkan ke cyrcle IV.

7.      Diamati aglutinasi yang terjadi.

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CRP dapat dilakukan dengan
metode kualitatif dan kuantitatif.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan antara lain :


1. Serum yang digunakan sebaiknya tidak lisis

2. Reagen yang digunakan tidak kadaluwarsa

3. Dibutuhkan ketelitian saat pembacaan adanya aglutinasi

Daftar pustaka
Armantonny.2013.Pemeriksaan  CRP. (Online)   

http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-crp-c-reaktif-protein.html. diakses
pada tanggal 27 Desember 2013

Touogiie.2011.Kumpulan artikel kesehatan. (online). http//www.medicinet.com/c-rektive protein test


crp/article.html . diakses pada tanggal 26 Desember 2013

Wikipedia.2012.CRP (C-Reaktive Protein ). (Online) http://en.wikipedia.org/wiki/C-reaktive-protein.html . diakses


pada tanggal 27 Desember 2013

Diposting oleh Unknown di 18.55 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: C-reaktive, CRP, protein

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ►  2017 (1)
 ►  2014 (6)
 ▼  2013 (9)
o ▼  Desember (3)
 Makalah Pemeriksaan CRP

 Trematoda Opistorchis Viverini Dan Opistorchis Fel...

 Makalah Clonorchis Sinensis Trematoda Hati


o ►  November (2)
o ►  Oktober (4)
Mengenai Saya
Unknown

Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai