Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KELOMPOK

SENI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah “Praktik
Kebidanan” Dosen Pengampuh : Dewi Hastuty, S.Tr.Keb.,M.Keb

OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS 01 E PALOPO /BONE

1. NURFADILLA 6. MIRNA TODING LAMBA


2. AYU AFRINA 7. ANDI ASRINA
3. FITRIANI H ISMAIL 8. RASMIWATI LINGGI’ALLO
4. HASNIATI SARANGA 9. SERLIYANTI SESA
5. KRISTINA DIANA FITRI 10. VENNI FEBRIANI BALEMBANG

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Seni Dalam praktik
Kebidanan” telah selesai dari proses penyelesaian.
Selain dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan,
makalah ini dibuat untuk menjadi bahan pembelajaraan bagi pengarang dari berbagai
sumber materi yang disediakan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca dan dapat menjadi
bahan referensi atau materi petunjuk dalam menyelesaikan tugas yang kaitannya
dengan profesi kebidanan bidang kesehatan.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan belum
dapat dikatakan sempurna. Maka dari itu , penulis mengaharapkan kritik dan pesan
dalam hal penyusunan maupun materi yang tercantum didalamnya agar menjadi
bahan pembelajaran di masa yang akan datang.
Terimakasih atas perhatiannya.

Bone, 28 Januari 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
A. Definisi Seni dalam Praktik Kebidanan....................................................................3
B. Prinsip Seni dalam Praktik Kebidanan......................................................................4
C. Seni dalam Praktik Kebidanan..................................................................................4
D. Cara Pendekatan Pengaplikasian Seni dalam Praktik Kebidanan.............................6
E. Proses Preubahan Seni dalam Praktik Kebidanan.....................................................7
F. Teori-Teori Seni Proses Berubah dalam Praktik Kebidanan...................................12
G. Seni dalam Asuhan Kebidanan...............................................................................15
H. Kesenian Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan...................................................17
I. Hubugan Tradisi dan Kebudayaan dengan Seni dalam Praktik Kebidanan.............18
BAB III........................................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan
meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya,
ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum,
bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).
Kebidanan mempunyai dua pilihan utama yang berhubungan dengan
perubahan, mereka melakukan inovasi dan perubahan atau mereka dapat dirubah
oleh suatu keadaan atau situasi. Bidan mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Pertama proses bidan yaitu merupakan pendekatan dalam
penyelesaian masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan
perubahan. Kedua, bidan diajarkan mendapatkan ilmu dikelas dan mempunyai
pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
Perubahan pelayanan kesehatan / kebidanan merupakan kesatuan yang
menyatu dalam perkembangan dan perubahan kebidanan di indonesia. Perubahan
ini adalah cara kebidanan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan
aktif dalam menghadapi era globalisasi. Maka kebidanan Indonesia, khususnya
masyarakat ilmuwan dan masyarakat profesional kebidanan Indonesia, melihat
dan mempertahankan proses profesionalisasi pada era globalisai ini bukan
sebagai suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan
untuk berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi kebidanan di
Indonesia dan mensejajarkan  diri dengan  negara-negara lain.
Mewujudkan kebidanan sebagai profesi di Indonesia bukan hanya sekedar
perjuangan untuk membela nasib para bidan  yang sudah sejak lama kurang

1
menjadi perhatian, namun lebih dari itu, yaitu berupaya untuk memenuhi hak
masyarakat dalam mendapatkan asuhan kebidanan yang profesional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud seni dalam praktik kebidanan?
2. Apa saja prinsip seni dalam praktik kebidanan?
3. Apa saja seni yang diaplikasikan bidan dalam praktik kebidanan?
4. Bagaimana cara pengaplikasian seni dalam praktik kebidanan?
5. Bagaimana proses perubahan seni dalam praktik kebidanan?
6. Apa saja teori seni proses perubahan dalam praktik kebidanan?
7. Apa kaitan kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan?
8. Bagaimana hubungan tradisi dan kebudayaan dengan seni dalam praktik
kebidanan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian seni dalam praktik kebidanan.
2. Untuk mengetahui prinsip seni dalam praktik kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja seni yang diaplikasikan dalam praktik kebidanan.
4. Untuk mengetahui cara pengaplikasian seni dalam praktik kebidanan
5. Untuk mengetahui proses perubahan seni dalam praktik kebidanan
6. Untuk mengetahui teori seni proses perubahan dalam praktik kebidanan
7. Untuk mengetahui kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
8. Untuk mengetahui hubungan tradisi dan kebudayaan dengan seni dalam
praktik kebidanan

D. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi pembaca untuk memperluas wawasan
keilmuan tentang seni dalam praktik kebidanan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Seni Dalam Praktik Kebidanan


Seni dalam praktik kebidanan adalah kemampuan seorang bidan dalam
melakukan asuhan atau praktek kebidanan kepada pasien dengan ketrampilan dan
kemampuan yang dia miliki. Keberhasilan seorang bidan dalam melakukan
tugasnya sangat bergantung pada seni yang ia miliki, karena seni merupakan
kemampuan yang ia miliki sebagai seorang bidan.
Banyak seni yang dapat diaplikasikan oleh para tenaga kesehatan
khususnya bidan untuk menolong pasiennya, macam-macam seni itu mempunyai
manfaat masing-masing yang dapat membantu proses pemberian pelayanan
kesehatan yang nyaman dan memuaskan.
Kebidanan mempunyai dua pilihan utama yang berhubungan dengan
perubahan, mereka melakukan inovasi dan perubahan atau mereka dapat dirubah
oleh suatu keadaan atau situasi. Bidan mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Pertama proses bidan yaitu merupakan pendekatan dalam
penyelesaian masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan
perubahan. Kedua yaitu bidan diajarkan mendapatkan ilmu dikelas dan
mempunyai pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain
(Arum, dkk 2022).
Perubahan pelayanan kesehatan/kebidanan merupakan kesatuan yang
menyatu dalam perkembangan dan perubahan kebidanan di Indonesia. Perubahan
ini adalah cara kebidanan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan
aktif dalam menghadapi era globalisas. Maka kebidanan Indonesia khususnya
masyarakat ilmuan dan masyarakat profesional kebidanan Indonesia, melihat dan
mempertahankam proses profesionalisasi pada era globalisasi ini bukan sebagai
suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk

3
berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi kebidanan di Indonesia dan
mensejajarkan diri di negara-negara lain (Arum, dkk 2022).

B. Prinsip Seni dalam Praktik Kebidanan


1. Proses kelahiran anak merupakan proses alamiah dan fisiologis
2. Menggunakan cara sederhana dan non intervensi
3. Aman (sesuai evidence based) : keselamatan ibu
4. Orientasi pada ibu
5. Support : ibu dan keluarga aktif dalam pengambilan keputusan
6. Menghormati praktik : adat, kebudayaan, keyakinan agama
7. Memelihara : kesehatan fisik, psikologis, spiritual, dan sosial ibu
ataukeluarga
8. Promotion dan prevention
Prinsip seni dalam asuhan kebidanan yaitu proses kelahiran anak merupakan
proses alamiah dan fisologis. Menggunakan cara sederhana dan non-intervensi.
Aman (sesuai dengan evidance based) demi keselamatan ibu dengan orientasi
seperti:
1. Support : ibu dan kelaurga aktif dalam pengambilan keputusaan
2. Menghormati praktik: adat, kebudayaan, keyakinan agama
3. Memelihara : kesehatan fisik, psikologis, spiritual, dan sosial ibu atau keluarga

C. Seni Dalam Praktik Kebidanan


Diantaranya seni yang sering diaplikasikan oleh seorang bidan adalah
sebagai berikut:
1. Dukungan psikis dari suami
Dukungan psikis dari suami sangat membantu proses pemberian
pelayanan kesehatan dalam praktek kebidanan. Hal itu telah banyak
dibuktikan dan hasilnya memang benar-benar terbukti. Dukungan psikis dari
suami dapat menambah dukungan dan semangat seorang ibu dalam proses

4
persalinan. Perasaan seorang ibu yang tengah berjuang melahirkan bayinya
harus mendapat dukungan psikis dari keluarga khususnya suami karena
dukungan itu sendiri merupakan obat yang mujarab yang dapat membantu
untuk mencapai keberhasilan.
2. Posisi ibu saat melahirkan
Seni dalam praktek kebidanan dapat diterapkan dalam seni bidan
dalam mengatur posisi seorang ibu yang akan melahirkan. Seorang bidan
hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi
persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya
sendiri. Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu
akan lebih merasa aman.
Manfaat pemilihan posisi berdasarkan pilhan ibu:
a. Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan.
b. Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek.
c. Laserasi perineum lebih sedikit.
Macam-macam posisi yang dapat dipilih oleh seorang ibu:
d. Posisi terlentang (supine).
e. Posisi duduk/setengah duduk .
f. Posisi jongkok/ berdiri.
g. Berbaring miring kekiri.
h. Posisi merangkak.
3. Teknik persalinan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)
IMD atau Inisiasi. Menyusui Dini adalah adalah proses bayi menyusu
segera setelah dilahirkan, di mana bayi diletakkan di dada ibu dan dibiarkan
bergerak untuk mencari puting susu ibunya sendiri. Menurut penelitian
diperkirakan sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat di cegah bila bayi
di susui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Pada satu jam pertama
ini bayi harus disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi
untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan

5
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI kolostrum (depkes),
kolostrum ini sangat berguna bagi bayi.

D. Cara Pendekatan Pengaplikasian Seni Dalam Praktik Kebidanan


Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab
memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani
pelayanannya kepada pasien.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan
yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan
pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya paguyuban, kesenian
tradisional, agama dan sistem banjar. Hal  tersebut bertujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan
oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.
Pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembati
pelayanannya kepada pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal,
perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam
memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain:
a. memiliki pengetahuan yang adekuat.

6
b. menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi,melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat
digunakan dengan berbagai cara misalnya paguyuban, kesenian tradisional,
agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat
menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan guna meningkatkan
guna bidan.

E. Proses Perubahan Seni dalam Prakik Kebidanan


1. Definisi Proses Berubah
Proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang,
keluarga, kelompok atau komunitas. Menurut Atkinson, 1987 berubah
merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda
dg keadaan sebelumnya. Menurut Brooten, 1987 berubah merupakan proses
yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau instuisi.
2. Tujuan Proses Berubah
a. Agar bisa mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik
b. Menjadi ukuran dengan keadaan sebelumnya
c. Mengurangi pertentangan antarindividu, individu-kelompok atau
antarkelompok sebagai akibat adanya perbedaan pendapat
d. Mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu.
e. Memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial
yg hidupnya terpisah sbg akibat faktor-faktor psikologis dan kebudayaan.
3. Macam-Macam
Macam-macam perubahan dapat ditinjau dari segi sifatnya, yaitu:
a. Perubahan ditinjau dari sifat proses:
1) Perubahan bersifat berkembang
2) Mengikuti drai proses perkembangan yang ada baik pada individu,
kelompok atau masyarakat secara umaum.

7
3) Perubahan bersifat spontan
4) Dapat terjadi karena keadaan memberikan respon tersendiri terhadap
kejadian yang bersifat alami yang diluar kehendak manusia yang tidak
dapat diramalkan/ diprediksikan sehingga sulit untuk diantisifasi.
5) Perubahan bersifat direncanakan
6) Sifat perubahan satu ini dilakukan bagi individu, kelompok atau
masyarakat imgin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju
atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari keadaan
yang lebih baik.
b. Perubahan ditinjau dari sifat keterlibatan
1) Perubahan partisipatif
a) Melalui penyediaan informasi yang cukup
b) Adanya sikap positif terhadap inovasi
c) Timbulnya komitmen
2) Perubahan paksaan (coerced change)
a) Melalui perubahan total dari organisasi
b) Memerlukan kekuatan personal (personal power)

3) Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan


4) Perubahan berencana
a) Menyesuaikan kegiatan dengan tujuan
b) Dengan titik mula yang jelas dan dipersipkan, sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai.
5) Perubahan acak/ kacau
c) Tanpa usaha mempersiapkan titik awal perubahan.
d) Tidak ada usaha mempersipakan kegiatan sesuai dengan tujuan.

8
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
a. Faktor pendukung
1) Perubahan dipandang sebagai suatu hal positif oleh seseorang yang
akan berubah
2) Perubahan sesuai nilai-nilai & norma yang diyakini
3) Perubahan yang dijalani adalah sesuatu yang sederhana &
konkrit/nyata
4) Perubahan dilakukan pada hal-hal yg kecil terlebih dahulu
5) Melibatkan tokoh/orang lain yang berpengaruh
6) Komunikasi terbuka antara target berubah dengan innovator (change
agent)
b. Faktor penghambat
1) Tidak adanya kemauan untuk berubah
2) Perubahan yg dilakukan adalah perubahan yg sulit dilakukan
3) Tidak adanya orang/lingkungan yg mendukung targer berubah untuk
melakukan perubahan
c. Faktor penentu keberhasilan
Faktor yang dapat menentukan keberhasilan perubahan terencana adalah
sebagai berikut:
1) Adanya keuntungan relatif
2) Adanya kesesuaian
3) Adanya kerumitan
4) Adanya uji coba
5) Dapat dikomunikasikan
5. Cara Mempengaruhi Kekuatan Proses Berubah
a. Meningkatkan faktor pendukung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1) Menggunakan model/demonstrasi
2) Memberikan dukungan & dorongan terus menerus selama
berlangsungnya proses berubah

9
3) Menggunakan keberhasilan perubahan orang lain sebagai contoh
b. Mengurangi faktor penghambat, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1) Mempertahankan forum diskusi baik langsung maupun tidak langsung
kepada target berubah
2) Menyediakan informasi yg diperlukan pada saat yg tepat sesuai
dengan kemampuan target berubah
3) Menggunakan metode pemecahan masalah secara khusus
6. Tahapan Proses Berubah
a. Menyadari akan perubahan
b. Ada minat untuk berubah
c. Melakukan penilaian terhadap sesuatu yg baru
d. Melakukan uji coba sesuatu yg baru
e. Menerima perubahan setelah melakukan uji coba
7. Ciri-Ciri Perubahan
a. Terjadi perbedaan antara kondisi sekarang dan sebelumnya
b. Terjadi perpindahan status
c. Mengubah perilaku dan pola pikir baik individu maupun kelompok
8. Bentuk-Bentuk Perubahan
a. Penambahan
b. Penggantian
c. Membangun kembali
d. Menghilangkan pola perilaku lama
e. Memperkuat pola perilaku lama
9. Strategi Proses Berubah
a. Rasional Empirik
dasar  : Manusia adalah makhluk rasional
cara   : Penyebaran pengetahuan & penelitian
b. Re edukatif normatif

10
Pendukung  : norma, sosial budaya, komitmen diri. perubahan norma
meliputi sikap & nilai
c. Paksaan/kekuatan
d. meliputi kekuatan dari institusi, kekuasaan, manipulasi kekuatan elit.
10. Tingkat Perubahan
a. Pengetahuan (Knowledge)
b. Sikap (Attitude)
c. Perilaku individu (Individual behavior)
d. Perilaku kelompok (Group Behavior)
11. Dampak Perubahan
a. Individu
Bagaimana individu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan
dan mengelola perubahan tersebut.
b. Organisasi/ Kelompok
Bagaimana kelompok tersebut beradaptasi terhadap perubahan tersebut
dalam hal pandangan dan pengelolaan program-program yang 
selanjutnnya.
c. Geon masdpolitik
Bagaimana bidan baik dalam lingkup nasional maupun Internasional
menghadapi tuntutan perubahan dan masalah-masalah yang bersifat
global.
12. Manfaat Perubahan
a. Bisa menjalin kerjasama
b. Meningkatkan kualitas hidup jika terjadi perubahan ke perubahan yang
positif
c. Meninggalkan pola hidup lama dengan cara membuka pola hidup baru
d. Menciptakan kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong
menolong

11
F. Teori-Teori Seni Proses Berubah dalam Praktik Kebidanan
1. Teori kurt lewin
Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3
tahapan :
a. Pencairan (unfreezing)
Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan
berubahnya keseimbangan yang ada. Merasa perlu untuk berubah dan
berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah dan
melakukan perubahan.
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan
dalam sistem. Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi
masalah dan memilih jalan keluar yang terbaik.
b. Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap
perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan
kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dipahami dan
mengetahui langkah-langkah penyalasaian yang harus dilakukan,
melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau
tahap baru.
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan
mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan
masalah.
c. Pembekuan (refresing)
Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai keseimbangan baru.
Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami
kemunduran atau atau bergerak kembali pada tingkat atau tahap
perkembangan semula. Oleh karena itu perlu selalu ada upaya untuk

12
mendapatkan umpan balik, kritik yang konstroktif dalam upaya
pembinaan yang terus menerus dan berkelanjutan.
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah
perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai
yang dianut. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi
orang-orang yang masih menghambat perubahan.
2. Teori Roger (1962)
a. Timbul kesadaran untuk berubah (Awareness)
b. Muncul minat untuk mengadakan pembaharuan (Interest)
c. Mengadakan penilaian terhadap hal yang baru (Evaluation)
d. Uji coba terhadap sesuatu yang baru (Trial)
e. Menerima perubahan setelah melakukan percobaan & berhasil
(Adoption)
Roger percaya proses penerimaan terhadap perubahan lebih komplek
dari pada 3 tahap yang dijabarka Lewin. Terutana dalam setiap individu yang
terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun
perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah
perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa berubah yang efektif tergantung dari individu
yang terlibat tertarik dan berupaya untuk selalu berkembang / maju serta
mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya.
3. Teori Lippit
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippit
mengungkapkan enam hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam
sebuah perubahan yaitu :
a. Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau
menghambat perubahan
b. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah

13
Mencoba mencari pemecahan masalah, mengkaji motivasi dan sumber-
sumber agen,mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau
secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman.
c. Menetapkan tujuan perubahan
Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.
d. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan
dengan masalah personal.
e. Mempertahankan perubahan
Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk
mempertahankannya.
f.  Mengakhiri hubungan saling membantu
Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan
harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.
4. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara
agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model
Spradley:
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan.

14
G. Seni dalam Asuhan Persalinan
Paradigma kebidanan Adalah suatu cara pandang bidan dalam
memberikan pelayanan dimana keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh
pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik
antara manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan.
Komponen paradigma
1. Perempuan : Makhluk bio, psiko, sosila, kultural dan spiritual yang utuh dan
unik yang memiliki kebutuhan dasar bermacam-macam sesuai dengan
perkembangannya.
2. Lingkungan
3. Perilaku
4. Pelayanan kebidanan
Filosofi asuhan kebidanan
Menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan. Dalam filosofi
asuhan kebidanan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan
tersebut.
Kehamilan dan persalinan
Pandangan bahwa tentang asuhan kebidanan didasari bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan proses alamiah/fisiologis. Normal dan bukan penyakit.
Proses childbirth : kejadian fisik, psikososial dan kultural
Seni dalam asuhan kebidanan
Seni dalam asuhan kebidanan mencakup terhadap kebutuhan perempuan
dan keluarga sehingga bidan dapat memberikan pelayanan yang tepat. Seni dalam
asuhan kebidanan meliputi pengetahuan, kapan dan bagaimana memberikan
asuhan yang sesuai dengan kebutuhan, serta mempertahankan proses persalinan
berjalan alamiah

15
Aspek budaya yang berhubungan dengan persalinan
Perempuan merupakan makhluk yang unik dimana keunikan secara fisik,
emosional, sosial dan budaya membedakan setiap perempuan
Perbedaan mengenai budaya yang terdapat pada setiap perempuan yang menuntut
bahwa asuhan yang diberikan harus sesuai dan menghargai budaya yang dianut
oleh perempuan tersebut
Isue-isue yang berhubungan dengan asuhan pada masa persalinan
a. Informed consent
b. Gap antara teori dan lapangan
c. Kehadiran sibling
d. Lokasi
e. Contunity of care
Seni dalam asuhan kebidanan pada kala I persalinan
Setiap bidan dalam memberikan asuhan persalinan harus berpandangan
bahwa proses tersebut adalah alamiah dan normal sehingga dalam memberikan
asuhan seorang bidan tidak perlu memberikan intervensi yang berlebihan
Dalam memberikan asuhan setiap bidan mempunyai metode tersendiri
yang disesuaikan dengan kondisi klien, serta budaya yang dianut oleh klien dan
keluarga
Pengambilan keputusan kala I persalinan\
Dalam pengambilan keputusan, hal yang perlu dipertimbangkan tidak
hanya seputar kondisi fisik dari klien namun budaya yang dianut serta “mind”
pada klien itu sendiri.
Dari hal diatas dapat dipastikan bahwa walaupun menemui kasus pada
klien yang sama namun seringkali keputusan maupun asuhan yang diberikan oleh
bida dapat berbeda. Dalam proses tersebut seorang bidan tidak hanya
berpatokanpada knowledge yang dimiliki namun terletak juga pada intuisinya
sebagai bidan.

16
H. Kesenian Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan
Aspek budaya yang berhubungan dengan persalinan perempuan
merupakan makhluk yang unik dimana keunikan secara fisik, emosional, sosial
dan budaya membedakan setiap perempuanPerbedaan mengenai budaya yang
terdapat pada setiap perempuan yang menuntut bahwa asuhanyang diberikan
harus sesuai dan menghargai budaya yang dianut oleh perempuan tersebut. Setiap
bidan dalam memberikan asuhan persalinan harus berpandangan bahwa proses
tersebutadalah alamiah dan normal sehingga dalam memberikan asuhan seorang
bidan tidak perlu memberikan intervensi yang berlebihan. Dalam memberikan
asuhan setiap bidan mempunyai metode tersendiri yang disesuaikan
dengankondisi klien, serta budaya yang dianut oleh klien dan keluarg.
Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat
digunakan sebaga imedia dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat,
Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
1. Dengan Kesenian wayang kulit: Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan
kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan,
dapat diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pesan-pesan
yang telah disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh penonton.
2. Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa
daerah setempat
3. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal
menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja .
Tetapi bidan juga dapatmenjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang
bidan praktik selain sebagai nakes, bidan juga dapat membuka hubungan kerja
sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut iadapat menyampaikan
pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.Dalam perannya sebagai penelit
dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu
daerah tempat penelitiannya tersebut. Ia juga dapat menambah wawasannya

17
tentangkesenian tradisional daerah lain.Peran nya sebagai pendidik, bidan ikut
mengajarkan keterampilan seni yang dia miliki sepertiseni tari, seni suara , seni
lukis , seni rupa dan sebagainya kepada masyarakat dimana iamelakukan
disamping penyuluhan kesehatan.

I. Hubungan Tradisi dan Kebudayaan dengan Seni dalam Praktek Kebidanan


1. Definisi Tradisi dan Kebudayaan
Kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang
meliputi : Pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang
diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor 1997 )
Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan merupakan sesuatu yang
sudah dilaksanakan sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehiduap suatu
kelompok masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan,
waktu, atau agama yang sama.
Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan
atau disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang. Tradisi dalam
arti yang sempit yaitu suatu warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi
syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap
kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini.
2. Tradisi kebudayaan masyarakat yang berhubungan dengan
kebidanan
Tradisi Antenal Care (Kehamilan)
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus
dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang
berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak
kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan
serangkaian upacara baggi wanita hamil dengan tujuan mencari keselamatan

18
bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga saat
lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara
adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya upacara
dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat
kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah
melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan. Upacara –
upacara adat jawa yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya itu adalah upacara
mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada
usia tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat daripada
bayi yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan,walupun kelahiran itu
masih prematur. Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada sejumlah suku
bangsa di indonesia dan Malaysia. Karena itu orang jawa menganggap usia
tujuh bulan kandunggan sebagai saat yang penting, sehingga perlu dilakukan
upacara yang disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya
yang mungkin timbul pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya
dilakukan pada kehamilan pertama dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula
berfungsi untuk memberikan ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum
pernah mengalami peristiwa melahirkan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu
dengan air bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri
yang sedang menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat
atau sepupuh yang dihormati Selanjutnya diadakan upacara memecah buah
kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa kamajaya dan dewi ratih oleh
sang calon ayah, yang sebelumnya dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan

19
oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai dari ujung sarung pada batas
menyentuh tanah. Namun sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah harus
bisa menagkap buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya. Upacara
ini dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayi dapat berjalan lancar dan
bayi yang akan lahir tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut.
Rangkain upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang
bayi, yakni harapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya, tampan atau cantik
wajahnya,dan selamat serta lancar kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot
yakni bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus
bertujuan agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan
membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga
untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa
mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak
pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai
krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan
akan kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak
dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar dengan mengundang banyak handai-
taulani.
Jawa Tengah :Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
Jawa Barat :Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.
Masyarakat Betawi :Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,
udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

20
Daerah Subang: Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring
yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang
dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti
pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh
beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan.
3. Pantangan - Pantangan didalam Tradisi Kebudayaan Masyarakat :
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat memunculkan
berbagai adat istiadat yang terkait dengan kehamilan. Pantang selama masa
kehamilan dalam masyarakat baik yang berpengaruh pada kesehatan atau yang
tidak mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya masih cukup banyak. Mulai
dari pantangan untuk istri, sua-mi, dan pantangan yang harus dituruti
keduanya. Pantangan yang harus di- turuti oleh istri merupakan pantangan
dengan jumlah terbanyak.
a. Tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesulitan saat
melahirkan Fakta : Pada kehamilan lewat waktu (post date) otot rahim
tidak sensitive terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau ke-
lainan pada rahim. Jadi tidak ada hubungannya dengan perbuatan duduk di
pintu. Larangan duduk di depan pintu sesungguhnya mem-punyai makna
tuntunan akhlak dan sopan santun yang tinggi. Se-bab duduk di depan
pintu dapat mengganggu orang lain yang keluar masuk rumah, di sisi lain
tentu saja kurang elok dipandang jika seorang perempuan duduk-duduk di
depan pintu.
b. Tidak boleh duduk di atas tanah dan sapu supaya tidak lengket ari-ari saat
melahirkan
c. Tidak boleh mandi saat maghrib atau senja hari supaya kulit bayi tidak
kemerah-merahan Fakta : Menurut ilmu medis, mandi di waktu maghrib
dapat merusak saraf. Sebaiknya menghindari mandi di waktu magrib.

21
Namun, mandi di waktu maghrib atau senja tidak ada kaitan dengan kulit
bayi yang kemerah- merahan.
d. Tidak boleh melakukan pekerjaan layu on ( daun pisang diasap-asap-kan
pada api supaya menjadi layu dan wangi ) agar kulit bayi tidak mengalami
bercak-bercak lebam
e. Tidak boleh melihat kera karena dikhawatirkan kelak bayi yang
dikandungnya akan mirip kera
f. Tidak boleh keluar pada saat maghrib, malam hari, hujan rintik- rintik
karena dikhawatirkan ada makhluk halus yang mengikuti dan mengganggu
kandungannya
g. Tidak boleh melangkahi parit dan kali supaya tidak menyebabkan
keguguran.
h. Pantang duduk di atas tangga rumah (bak ulee rinyeun) karena akan
mengalami kesulitan saat melahirkan.
i. Pantang melihat gambar binatang yang menyeramkan, seperti : kera,
gambar kecelakaan dan gambar yang tidak islami.
j. Larangan makan yang dianggap “tajam” seperti nanas karena
dikhawatirkan akan keguguran Fakta : Yang berbahaya bagi ibu hamil
sebetulnya buah nanas muda dan sangat asam, serta dikonsumsi dalam
jumlah banyak. Buah nanas yang matang, justru banyak mengandung zat-
zat gizi untuk perkembangan janin, seperti vitamin A, vitamin C, kalsium
(Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), zat besi (Fe), na-trium (Na), kalium
(K), gula dektrosa, sukrosa dan serat. Sebelum dimakan, rendamlah di
dalam air garam untuk menghilangkan getahnya.
k. Tidak boleh minum es agar bayinya tidak besar sehingga tidak mengalami
kesulitan ketika melahirkan
l. Larangan makan nasi kerak karena dikhawatirkan ari-ari tidak keluar
(lengket) pada saat melahirkan

22
m. Tidak boleh makan makanan dingin karena dikhawatirkan badan ibu
menggigil kedinginan saat melahirkan
n. Pantang menyiangi ikan hidup seperti lele dan gabus agar anak-nya kelak
tidak terkejut-kejut
o. Jangan tidur di pagi hari karena akan mengalami kesulitan saat
melahirkan.
Tradisi Kebudayaan Intranatal Care :
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu
bersalin yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang
dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin :
1. Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa
kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut
Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah,
Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat
membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa
takarannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter
sebelum meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila
pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul,
mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika
letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini
karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru
dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan
membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang
persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih
mudah keluar. Ini tak benar, Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua
justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera

23
konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina
terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui
pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban.
Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
2. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok
minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan
psikologisnya, maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
3. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup,
sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Madu
termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum
hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya
segera hentikan. Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu
matang maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena
telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
4. Makan durian, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Durian
mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan
yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa
mengakibatkan keguguran.
5. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan.Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu
yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat
anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu
yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar.
Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.

24
Tradisi Kebudayaan Postnatal Care :
1. Tidak boleh bersenggama
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas
yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun
involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif
bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu,
kemungkinan yang terjadi bisa macam- macam. Di antaranya infeksi atau malah
perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat
banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan
lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan
normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin
memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan
robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
2. Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus.
Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun
ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana,
juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara
medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat
aliran darah jadi lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh
dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula.
Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami
perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8
jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta selera
makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalam batas
normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu yang enggak

25
beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan proses involusi (pengecilan
kembali) rahim.
3. Tidak boleh tidur siang
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk
setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan
menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah,
tidur berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat.
"Makin lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak,
endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding
pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa
masuk ke dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan
organ-organ penting lain yang akan memunculkan stroke.
4. Tak boleh keramas
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu sebab,
sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air
dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak
menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan
menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi
jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering
beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam
5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan
air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa
melancarkan produksi ASI.
5. Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung.
Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital
kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya
bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur

26
asin serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa
menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui.
Selain juga, proses penyembuhan luka- luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya
dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang
banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga
merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan
tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan
kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu
pencernaan.
6. Tidak boleh berpergian
Larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih beraktivitas. Kalau capek
bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena biasanya seumur ini
sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi kemungkinan si bayi rewel ditinggal
ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat kecil. Malah
takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan umum.
Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
Tradisi Kebudayaan Pelayanan BBL :
Masyarakat masih banyak tidak menerima proses memandikan bayi baru
lahir setelah enam jam proses pasca persalinan. Masyarakat beranggapan bayi
ketika baru lahir harus segera dimandikan karena amis dan kotor. Padahal
Evidenbased nya bayi dimandikan setelah 6 jam pasca persalinan karena
ditakutkan terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir agar kebiasaan masyarakat
ini tidak berlangsung terus menerus maka bidan dan wadah profesinya harus
terus memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Dibedong agar kaki tidak bengkok. Ternyata di bedong bisa membuat
peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih berat
memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan

27
nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi
karena tidak ada kesempatan untuk bergerak. Sebaiknya dibedong saat sesudah
mandi untuk melindungi dari dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong
longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan kaki
karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut
tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun
masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
Hidung ditarik-tarik agar mancung. Sebenarnya tidak hubungannya
menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk
tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan bayinya.
Pemakaian gurita agar tidak kembung. Ini jelas salah karena pemakaian
gurita akan menghambat perkembangan organ-organ perut. Sekarang bayangkan
kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak nyaman
bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang
terutama di bagian dada agar jantung dan paru- parunya bisa berkembang dengan
baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya
di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
Menggunting bulu mata agar lentik. Memotong bulu mata bisa
mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda asing. Panjang
pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
4. Cara Bidan Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan Tidak benar yang
Berkembang di Masyarakat
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru

28
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi
yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu : Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara : Menghubungi
pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah
pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti
LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian,
kelompok arisan, dan lain- lain. Mempelajari data penduduk yang meliputi :
a. ·Jenis kelamin
b. ·Umur
c. ·Mata pencaharian
d. ·Pendidikan
e. ·Agama
f. Mempelajari peta desa
Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.

Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif,
bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu
kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan
yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah
mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,

29
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut. Misalnya : Dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seni dalam praktik kebidanan adalah kemampuan seorang bidan dalam
melakukan asuhan atau praktek kebidanan kepada pasien dengan ketrampilan
dan kemampuan yang dia miliki. Keberhasilan seorang bidan dalam
melakukan tugasnya sangat bergantung pada seni yang ia miliki, karena seni
merupakan kemampuan yang ia miliki sebagai seorang bidan. Macam-macam
seni itu mempunyai manfaat masing-masing yang dapat membantu proses
pemberian pelayanan kesehatan yang nyaman dan memuaskan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk
pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya
paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal  tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan
atau informasi yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi
sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang definisi dari proses berubah dan mengetahui apa saja yang menjadi
tujuan serta faktor terjadinya perubahan dan diharapkan juga bagi pembaca
agar dapat mengetahui dampak dalam perubahan. Dan bagi pembaca yang
berprofesi sebagai seorang bidan atau tenaga medis lainnya agar dapat
mengetahui peranannya dalam proses perubahan yaitu sebagai seorang
pembaharu.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arum, dkk . 2022 Pengantar Praktek Kebidanan. Jakarta :Pena Persada


Trisnawati, Frisca. 2016. Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Tajmiati, Atit. (dkk),. 2016. Modul Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik
Kebidanan. Surakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surakarta
Purwandari, Atik. (dkk),. 2014. Kebidanan Teori dan Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2001).
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM.
EGC. Jakarta.
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar
kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC.
Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta.
Kozier, Fundamental of Nursing. (1991) Concept, Process, and Practice,Addison
Wesley,Publishing company,Inc.
Bauer,J.1994.Not what the doctor ordered.Chicago:Probus.
Nasional League for nursing.1994.Nursing Data review.New York :NLN.\
Bunner,P.2000.Shaping the future of nursing managemant. Chicago:Probus.
About these ads

32

Anda mungkin juga menyukai