Anda di halaman 1dari 10

ORGAN REPRODUKSI DAN GAMET KATAK

Hasbie Yahya (1182060043), Jamilah Solihah (1182060053), Liya Nur Fatimah


(1182060060), Mela Yayu Apriangi (1182060064)
Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAK
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah dapat bereproduksi, hal ini diperlukan untuk menjaga
mahluk hidup agar tidak mengalami kepunahan. Katak merupakan hewan amphibia, sistem
reproduksi pada katak terdiri atas testis, vasa efferentia, dan kloaka untuk jantan sedangkan pada
betina yaitu ovarium, oviduk, kloaka. Tujuan setelah dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui organ reproduksi dan gamet pada katak jantan dan katak betina.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Maret 2021 secara virtual dirumah masing-
masing dengan menggunakan video conference dalam aplikasi zoom. Dalam praktikum ini
dilakukan dengan menggunakan katak jantan dan katak betina. Salah satu hasil yang diperoleh dari
praktikum ini yaitu pada katak jantan ditemukan testis yang berbentuk oval dengan warna kuning
dan berjumlah 2 (sepasang), sedangkan pada katak betina terdapat organ reproduksi berupa
ovarium yang didalamnya terdapat telur berjumlah 6920.
Kata Kunci : Reproduksi, gamet, Amphibia, Testis, ovarium

ABSTRACK
One of the characteristics of living things is that they can reproduce, this is necessary to keep living
things from becoming extinct. Frogs are amphibians, the reproductive system in frogs consists of
testes, vasa efferentia, and cloaca for males, while females are ovaries, oviducts, and cloaca. The
goal after doing this practicum is that students are expected to be able to find out the reproductive
organs and gametes in male and female frogs. This practicum was held on Saturday, March 27,
2021, virtually at each home using video conferencing in the zoom application. In this practicum
carried out using male frogs and female frogs. One of the results obtained from this practicum is
the male frogs found oval testes with a yellow color and amounted to 2 (a pair), while in female
frogs there are reproductive organs in the form of ovaries in which there are 6920 eggs.

Keywords: Reproduction, Gametes, Amphibia, Testes, Ovaries


PENDAHULUAN

A. Landasan Teori
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah dapat bereproduksi. Hal ini diperlukan untuk
menjaga agar mahluk hidup tidak mengalami kepunahan. Reproduksi dilakukan dengan cara
generatif dan vegetatif. Reproduksi vegetatif dilakukan tanpa adanya peleburan antara gamet
jantan dan betina. Sedangkan reproduksi generatif adalah reproduksi yang terjadi karena
adanya peleburan gamet jantan dan betina (Tenzer, 2014).

Amphibia berasal dari kata amphibi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya
kehidupan. Dan amphibian dalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula
dalam air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan didalam air berlangsung
sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fasr larfa atau biasa disebut
berudu. Hewan dewasa memiliki columna vertebralis dan biasa extremitates dengan jari jari
yang berbeda, sedangkan kulitnya lembut dan tidak berambut, tidak bersisik atau tidak
berbulu. (Radiopoetro, 1996: 34).

Kemudian secara fisik hewan amphibia pada hewan katak ini memiliki struktur anatomi
dan morfologi dihubungkan dengan fungsi fisiologisnya agar hewan tersebut dapat beradptasi
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Amphibia merupakan salah satu hewan yang unik
karena merupakan hewan yang hidup di dua alam. Amphibia dianggap merupakan hewan
peralihan dari hewan air ke darat, namun nyatanya kedua hewan tersebut memiliki spesifikasi
nyata yang mendasari perbedaan diantara keduanya, yaitu system rangka dan cara mereka
hidup atau habitat. Pada hewan amphibia, susunan kerangkanya lebih kompleks dibandingkan
hewan yang hidup diperairan (pisces). Katak adalah hewan berdarah dingin yang mampu
menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan (Kuramoto, 2000: 63-70)..

Sistem reproduksi pada katak terdiri atas testis, vasa efferentia, vesica seminalis, corus
adiposum yang merupakan bahan makanan pada musim perkelaminan. Katak jantan memiliki
sepasang testis yang berada dekat terletak di sebelah ventral ginjal. Testis dan ginjal
dihubungkan oleh saluran vas deferens. Pematangan sperma jantan dilakukan didalam testis.
Apabila sperma telah matang dan siap membuahi, maka sperma akan disalurkan melalui
saluran vas deferens kemudian menuju ke duktus wolffi. Dari duktus wolffi sperma dialirkan
menuju kloaka dan siap untuk melakukan fertilisasi eksternal dengan ditambahi cairan yang
berasal dari vesikula seminalis (Kuramoto, 2000: 63-70).

Begitu pula dengan katak betina yang memiliki 2 buah ovarium yang didalamnya
memiliki banyak sel-sel telur. Sel telur yang telah matang akan disalurkan melewati oviduk.
Pada organ oviduk terdapat kelenjar-kelenjar yang berfungsi mensekresikan gel yang akan
membungkus oosit sebelum dikeluarkan dari tubuh. Setelah itu barulah telur siap dikeluarkan
melalui uterus. Didalam organ testis dan ovarium tentu saja terjadi suatu proses pembentukan
sel-sel gamet yang disebut gametogenesis. Proses pembentukan sel gamet jantan disebut
gametogenesis yang menghasilkan spermatozoid, sedangkan proses pembentukan gamet
betina disebut oogenesis yang menghasilkan sel telur (Adyane, 2017: 208-213).

Keseluruhan gametogenesis dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap perbanyakan


(proliferasi), tahapan tumbuh, dan tahapan berkembang. Spermatozoid vertebrata terdiri atas
bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan-
hewan yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk
spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak pada bentuk kepalanya,
yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip. Pada hewan yang tidak memiliki epididimis
seperti katak, testis menjadi tempat perkembangan serta maturasi atau pematangan sperma.
Jadi pada hewan-hewan tersebut sperma yang dikeluarkan merupakan sperma yang matang
yang sudah mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur
(Tenzer, 2014: 32).

B. Tujuan
Tujuan setelah dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui organ reproduksi dan gamet pada katak jantan dan katak betina

METODE

1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Maret 2021 secara virtual dirumah
masing-masing dengan menggunakan video conference dalam aplikasi zoom.
2. Alat dan Bahan
Alat
Pada praktikum ini menggunakan seperangkat alat bedah berupa pisau untuk membedah
perut katak, gunting untuk membedah perut katak, bak atau nampan untuk tempat menyimpan
katak, jarum pentul untuk mempertahankan posisi katak ketika dibedah agar tidak bergeser,
mangkok untuk menyimpan telur atau gonad katak, handphone untuk mendokumentasikan
praktikum, timbangan digital untuk menimbang telur katak, dan pinset untuk memindahkan
organ-organ reproduksi katak.

Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah katak Bufo jantan dan betina (yang
memiliki telur), sarung tangan untuk melindungi tangan pada proses pembedahan, kapas dan
alkohol untuk membius katak, toples untuk tempat pembiusan katak, tisu untuk membersihkan
alat yang digunakan.

3. Cara Kerja
Langkah pertama yaitu membius katak dengan cara memasukkan katak kedalam toples
yang sudah berisikan kapas beralkohol. Kemudian setelah itu tunggu beberapa saat hingga
katak pinsan.
Langkah kedua setelah katak pinsan letakkan katak dinampan bedah untuk melakukan
proses pembedahan, proses pembedahan dilakukan dengan menggunakan alat-alat bedah
sederhana, secara hati-hati dan teliti. Pembedahahan dimulai dengan menyayat perut katak
dengan pisau, kemudian membuka bagian selaput rongga dengan menggunakan gunting.
Setelah itu gunakan jarum pentul untuk menempelkan katak pada strofoam/kardus.
Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi bagian-bagian dari sistem reproduksi pada katak
jantan dan betina.
Langkah keempat memisahkan organ-organ katak jatan dan betina serta mengamati
bagian-bagiannya, pisahkan organ reproduksi yang dibutuhkan seperti testis, telur katak,
oviduk dan ovarium. Lakukan secara hati-hati agar saluran testis dan saluran telurnya tidak
putus.
Langkah kelima gambar dengan jelas organ reproduksi pada katak jantan dan betina, lalu
dokumentasikan, catat hasil pengamatan serta hitung jumlah telur pada katak betina.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan


Organ Jantan Organ Reproduksi Betina

Eksternal Internal Eksternal Internal


Bentuk katak
Kepala Kaki berselaput Kaki belakang Kaki
berselaput
Kepala

Kloaka
Kloaka

Perut Kaki belakang


Kaki depan Perut

Gambar tulis
beserta
keterangan

Dokumentasi
Oviduk
organ asli
beserta
keterangan

kloaka katak Testis


Kloaka katak
jantan Ovarium
betina
Vas diferens

Jumlah Telur 6920 butir telur


B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan yaitu menggunakan 2 katak, yang
merupakann katak betina dan katak jantan. Katak yang digunakan yaitu sejenis katak Bufo
atau lebih sering dikenal sebagai kodok buduk yang mudah dijumpai di sekitaran rumah.
Kodok buduk ini memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus. Terlihat dalam lampiran
bahwa katak betina lebih besar ukuran badannya daripada dengan katak jantan. Katak
jantan juga memiliki pita suara yang mengakibatkan ketika dibedah terdapat bagian yang
berwarna hitam dibawah mulutnya.Katak jantan selain tumbuhnya yang kecil juga
rampang (perutnya tidak membuncit), memiliki membrane tumpani yang lebih besar,
memiliki benjolan pada pangkal ibu jari kaki depan) (Yosmed Hidayat, 2015, pp. 153-154).
Perkawinan pada katak sangat tergantung pada musim. Namun, pada katak bufo
biasanya kawin di kolam-kolam, selokan berairan menggenang atau belumbang. Katak
bufo ajantan akan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk
memanggil betinanya. Ketika salah satu dari kelompok kami menemukan katak bufo secara
sepasang, yaitu ditempat yang tersembunyi, karena sekarang sedang musim hujan maka
katak bufo juga sedang melakukan perkawinan (Nia Kurniawan, 2016, pp. 191-192).
Pada hasil laporan praktikum terlihat bawa ada perbedaan antara gonad jantan dan
gonad betina. Mulai dari bentuk, struktur, warna dan lainnya. Terlihat bahwa ovarium
katak bufo berbentuk seperti kantung, ovarium yang terisi dengan telur-telur yang matang
akan membesar dengan bentuk yang tidak teratur dan akan mengisi bagian terbesar rongga
perut. Pada ovarium menempel badan lemak, korpora adiosa, yang diduga sebagai sediaan
energi untuk kebutuhan saat masa kawin. (Nasaruddin, 2018, p. 184).

Oviduk Ovarium

Gambar 1. Ovarium dan oviduk pada katak betina


Pada seluruh klasis pola umum dari oviduk amphibi sama. Mereka berpasangan,
sebagai pipa yang memanjang dengan ostia pada ujungnya yang akan membuka kea rah
solom. Telur akan keluar dari ovarium ke dalam rongga tubuh dan langsung masuk ke ostia
oleh bantuan silia. Setelah masuk ke ostia, telur lewat viduktus turum oleh Gerakan yang
terpilin dan spiral dan terdorong oleh gelombang peristaltic otot-ototnya. Pada kelenjang
oviduktus mendepositkan beberapa lapis material seperti geatin di sekitar telur. Lapisan ini
akan membengkak ketika telur masuk ke dalam air (Sumanto, 2008, p. 82).

Gambar 2. Telur pada katak bufo betina


Ovarium pada katak berjumlah sepasang dengan ukuran ovarium dari katak berbeda-
beda, tergantung dengan jenis dari katak itu sendiri. Namun, pada katak bufo umumnya
8000 butir telur setiap musim kawin. Sedangkan pada telur katak bufo yang kami hitung
itu hanya ada 6920 butir telur. Hal tersebut dapat terjadi karena bobot dari gonad dan katak
yang kebih kecil ataupun bisa karena memang telur atau gonadnya belum matang sehingga
belum terbentuk (I Ketut Mudite Adyane, 2015).

Gambar 3. Testis pada katak bufo jantan


Bentuk testis pada kata bufo berbentuk oval dengan warna kuning dan berjumlah 2
(sepasang) dan testis terletak diatas ginjal. Testis berfungsi menghasilkan sperma. Terdapat
hubungan antara saluran reproduksi dan sostem eksresi pada katak jantan. Dari testis,
sperma akan menunju ke saluran ginjal, kemudian akan dikeluarkan bersama urin melalui
kloaka. Sperma yang dihasilkan akan disalurkan ke dalam vas deverens, vas deverens katak
jantan Bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma akan bermuara ke kloaka (Deki
Saputra, 2019, p. 84).

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Sistem reproduksi pada katak terdiri
atas testis, vasa efferentia, vesica seminalis, corus adiposum yang merupakan bahan
makanan pada musim perkelaminan. Katak jantan memiliki sepasang testis yang berada
dekat terletak di sebelah ventral ginjal. Testis dan ginjal dihubungkan oleh saluran vas
deferens, selain itu juga adanya kloaka. Sel-sel spermatozoa pada katak dibentuk dan
dimatangkan pada organ testis. Sedangkan Sistem reproduksi katak betina terdiri dari
ovarium, saluran reproduksi berupa oviduk, uterus (berupa kantung telur/ovisac) dan
bermuara pada kloaka. Sel sperma pada katak memiliki bentuk lonjong dengan kepala
berbentuk oval dan terdapat bagian leher dan ekor. Sel telur pada katak betina didalam oleh
sel-sel folikel. Sel telur yang telah matang akan berwarna hitam dan dilepaskan dari
ovarium menuju kloaka melalui oviduk. Pada praktikum kali ini jumlah telur yang terdapat
pada katak bufo betina berjumlah 6920 butir telur.
DAFTAR PUSTAKA

Adyane, I. K. (2017). Profil Gonad Kodok Lembu Betina yang Diberi Human Chorionic
Gonadotropin dan Ekstrak Hipofisis Kodok Lokal . Jurnal Veterine, 12(3): 208-213.

Deki Saputra, T. R. (2019). Karakteistik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) di


Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat. Jurnal Probiont, Vol3 No.2, 81-89.

I Ketut Mudite Adyane, S. T. (2015). Profil Gonad Kodok Lembu Betina yang diberi Human
Choroinic Gonadotropin dan Ekstrak Hipofisis Kodok Lokal. Jurnal Veteriner, Vol. 12
No.3, 208-213.

Kuramoto, M. J. (2000). Sperm Morphology of Some Indian Frogs as Revealed by SEM.


Current Herpetology, 19 (2): 63-70.

Nasaruddin. (2018). karakteristik habitat dan beberapa aspek biologi kodok raksasa(Limnonectes
cf. grunniens). jurnal veteriner, Vol. 9 No. 4, 182-187.

Nia Kurniawan, A. P. (2016). Pengaruh Hormon Hipofisa dan Ovaprim Terhadap Ovulasi katak
serta Perbedaan Pakan terhadap Pertumbuhan Berudu Katak Frejervarya cancrivora. Jurnal
Biotropika, Vol 1 No.5, 191-195.

Radiopoetro. (1996). Zoologi . Jakarta: Erlangga.

Sumanto. (2008). Embriologi Hewan. bandung: gramedia.

Tenzer, A. L. (2014). Struktur Perkembangan Hewan 1 Bagian 2. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Yosmed Hidayat, M. W. (2015). Komposisi Makanan (Diet) Dua Spesies Kodok Bufo
melanostictus, Schneider (1799) dan Bufo Asper, Gravenhorst (1829) di Daratan tinggi dan
Dataran Rendah Sumatera Barat. Jurnal Pelangi, Vol. No. 2, 152-160.
Lampiran

Perbedaan Katak Bufo jantan dan betina

JANTAN BETINA

Anda mungkin juga menyukai