Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EVALUASI PROGRAM

“MODEL CIPP”

Dosen Pembimbing :

Novrianti, M.Pd

Oleh Kelompok 1:

Fajar Alfaridho H 14004062


Maghfirah Dawati 16004022
Yulianis 16004038
Ori Setria Sari 16004059
Winda Lesfiani 16004073
Roby Suhandri 16004129

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas dalam mata kuliah
Evaluasi Program.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Evaluasi
Program khususnya tentang Model CIPP yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber mulai dari mencari informasi literatur serta
sumber lainnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Negeri Padang. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Padang, 16 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
D. Manfaat.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Model Evaluasi CIPP............................................................................
B. Komponen-Komponen Model Evaluasi CIPP......................................
C. Kelebihan Dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP..............................
D. Program yang Berkaitan dengan Model CIPP......................................
E. Implementasi Program Evaluasi CIPP..................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah kegiatan atau program yang dilakukan oleh seseorang atau


sekolompok orang, pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila tujuannya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, sehingga dapat mengetahui dan mengimplementasikan cara-
cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karenanya, seseorang
atau sekolompok orang dapat melakukan proses evaluasi untuk mengetahui
seberapa tepat cara-cara yang digunakan untuk meraih tujuan tersebut. Proses
evaluasi yang dilakukan tidak sekedar untuk mengetahui ketepatan
pelaksanaan, tetapi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
ketercapaian suatu tujuan.
Evaluasi memiliki definisi tertentu yang membedakannya dari kegiatan
lain. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk menentukan nilai
tentang sesuatu, termasuk mendapatkan informasi yang bermanfaat (Worhen
& Sanders, 1973: 19), sehingga penyediaan informasi yang ada dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputuasan (Stufflebeam &
Shinkfiled, 1985: 159), yang ditunjukkan sebagai suatu proses terstruktur
dalam menciptakan informasi untuk mengurangi tingkat ketidakpastian
stakeholder tentang suatu program (McDavid & Howthorn, 2006: 3), supaya
setiap data yang dihasilkan lebih akurat dan objektif karena dilaksanakan
secara sistematik (Sudarsono, 1994: Oleh karena itu, evaluasi penting
dilakukan untuk mencari informasi-informasi yang lebih akurat tentang
pelaksanaan suatu program.
Terdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli.
Salah satu model evaluasi yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan
adalah model CIPP (Context – input – process – product) Yang
dikembangkan oleh Stufflebeam. Model CIPP melihat kepada empat dimensi
yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi Produk.
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan
operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu
format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model evaluasi CIPP?
2. Bagaimana komponen-komponen model evaluasi CIPP?
3. Apa kelebihan dan kekurangan model evaluasi CIPP?
4. Bagaimana program yang berkaitan dengan Model CIPP?
5. Bagaiman implementasi program evaluasi CIPP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu model evaluasi CIPP
2. Untuk mengetahui komponen-komponen model evaluasi CIPP
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model evaluasi CIPP
4. Untuk mengetahui program yang berkaitan dengan Model CIPP
5. Untuk mengetahui implementasi program evaluasi CIPP

BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Evaluasi CIPP


Sebelum membahas model evaluasi CIPP terlebih dahulu akan dibahas
masalah evaluasi: Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa
Inggris evaluation; dalam bahasa Arab disebut al-Taqdirdiartikan sebagai
penilaian. Menurut istilah, evaluasi diartikan sebagai: “evaluation refer to the
act or process to determining the value of something” (suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu). Seorang ahli evaluasi
yang bernama Stufflebeam dalam Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa
evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi
yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan
alternatif keputusan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah kegiatan


untuk mengumpulkan sejumlah informasi tentang proses pembelajaran
sehingga dapat diambil keputusan yang tepat sasaran untuk perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya. Sedangkan fungsi evaluasi adalah

1. Perbaikan pada tujuan pencapaian pada setiap materi pelajaran.


2. Perbaikan/perubahan pada metode mengajar yaitu penyesuaian metode
dan bahan ajar.
3. Landasan untuk menilai hasil usaha anak didik.
4. Landasan untuk menentukan posisi dan status anak didik dalam
kelompoknya serta menetapkan apakah anak didik dinyatakan naik
kelas atau tidak, lulus atau tidak lulus.
5. Pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi anak didik
yang memerlukan.

CIPP Evaluation Model merupakan suatu model evaluasi yang


telah dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan pada tahun 1967
di Ohio State University. CIPP merupakan sebuah singkatan dari empat
buah kata, yaitu:

1. Context evaluation :  Evaluasi terhadap konteks


2.  Input evaluation    :  Evaluasi terhadap masukan
3. Process evaluation :  Evaluasi terhadap proses
4. Product evaluation :  Evaluasi terhadap hasil.

Keempat kata yang menyusun CIPP merupakan sasaran evaluasi.


Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian, jika
seorang guru akan mengevaluasi program pembelajarannya menggunakan
model evaluasi CIPP maka mau tidak mau mereka harus menganalisis
program pembelajaran tersebut berdasarkan komponen-komponennya

Model CIPP berpijak pada pandangan bahwa tujuan terpenting dari


evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan
meningkatkan (to improve). Karenanya, model ini juga dikategorikan
dalam pendekatan evaluasi yang berorientasi pada peningkatan program
(improvement- oriented evaluation), atau bentuk evaluasi pengembangan
(evaluation for development). Artinya, model CIPP diterapkan dalam
rangka mendukung pengembangan organisasi dan membantu pemimpin
dan staf organisasi tersebut mendapatkan dan menggunakan masukan
secara sistematis supaya lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
penting atau, minimal, bekerja sebaik-baiknya dengan sumber daya yang
ada.
Berdasarkan pengertian yang ada, maka tujuan dari model CIPP
adalah untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengembangkan suatu program. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Stufflebeam bahwa tujuan evaluasi adalah (1) untuk menetapkan dan
menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan
alternatif; (2) membantu audience untuk menilai dan mengembangkan
manfaat program pendidikan atau objek, dan (3) membantu
pengembangan kebijakan dan program

B. Komponen-Komponen Model CIPP


1. Context Evaluation (evaluasi terhadap konteks)
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani dan tujuan program. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang lingkungan  dan kesenjangan antara hal atau kondisi nyata dengan
kondisi yang diinginkan, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan.
Sasarannya adalah siswa dan kelas serta guru sebagai pelaksananya Tiga
langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan
rencana pembelajaran yang memasukkan unsur analisis kebutuhan adalah:
a. Ketika diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas
maka seorang guru harus memusatkan perhatian ke arah pencapaian
tujuan lalu materi yang menunjang tujuan.
b. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali
materi terpilih tersebut, untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa.
c. Pada langkah ketiga, setelah guru yakin betul bahwa materi yang
dipilih sudah memenuhi kebutuhan siswa yang akan diajar. Lalu
menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan materi
tersebut. Meliputi pemilihan cara atau metode, pengelolaan kelas dan
media yang digunakan untuk mendukung penyampaian.

Tujuan pokok dari evaluasi konteks adalah menilai seluruh keadaan


organisasi, mengidentifikasi kelemahannya, menginventarisasi
kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya,
mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi organisasi, dan mencari
solusi-solusinya. Evaluasi konteks juga bertujuan untuk menilai apakah
tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas yang telah ditetapkan memenuhi
kebutuhankebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran organisasi.
2. Input Evaluation (evaluasi terhadap masukan)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud
dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam
menunjang sebuah program. Siswa adalah subjek yang menerima
pelajaran. Ada siswa yang pandai, kurang pandai dan tidak pandai. Setiap
siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, sosial dan lain-lain yang
sifatnya khusus. Guru harus mampu mengenal kekhususan siswanya agar
mampu memberikan pelayanan, pendidikan dan administrasi secara tepat.
Aspek yang perlu diketahui dari siswa yang akan diajar adalah:
a. Kemampuan intelektual siswa
b. Bakat siswa
c. Keadaan fisik misalnya kesehatan, kekebalan dan kerentanan.
Evaluasi input teristimewa dimaksudkan untuk membantu
menentukan program guna melakukan perubahan-perubahan yang
dibutuhkan. Evaluasi input mencari hambatan dan potensi sumber daya
yang tersedia. Tujuan utamanya ialah membantu klien mengkaji alternatif-
alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi dan
sasaran organisasi. Dengan perkataan lain, evaluasi input berfungsi untuk
membantu klien menghindari inovasi-inovasi yang sia-sia dan
diperkirakan akan gagal atau sekurang-kurangnya menghambur-
hamburkan sumber daya

3. Process Evaluation (evaluasi terhadap proses)


Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what)
kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan
akan selesai. Dalam evaluasi CIPP, evaluasi proses diarahkan pada
seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan dalam program sudah terlaksana
sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan
untuk proses sebagai berikut:
a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
b. Apakah staf yang terlibat di dalam proses pelaksanaan program akan
sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan
kemungkinan jika dilanjutkan?
c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan
program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
Berdasarkan penjelasan dari Stufflebeam di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dijadikan objek penelitian evaluasi proses
ini adalah penilaian proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dan
guru dan siswa sebagai sumber datanya.

Penilaian proses belajar mengajar adalah upaya memberi nilai


terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat
sejauh mana keefektifan dan efisiensinya dalam mencapai tujuan
pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa.Penilaian terhadap hasil
belajar semata-mata, tanpa menilai proses, cenderung melihat siswa
sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak mustahil
kegagalan siswa itu disebabkan oleh lemahnya proses belajar-mengajar
dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Di lain pihak, pendidikan
dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan  yang
tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar
yang dialaminya. Setidak-tidaknya apa yang dicapai oleh
siswa  merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program
dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses
mengajarnya.
Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan
komponen-komponen yang membentuk proses belajar mengajar
dan  komponen-komponen itu adalah:

a. Tujuan instruksional. Komponen tujuan instruksional meliputi


aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung di
dalamnya, rumusan tujuan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan,
kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang
tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang
berlaku, keterlaksanaannya dalam pelajaran
b.  Bahan pengajaran. Komponen bahan pengajaran
meliputi  kesesuaian bahan dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan,
kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi
siswa, keterlaksanaannya sesuai dengan waktu yang tersedia,
sumber-sumber untuk mempelajarinya, cara mempelajarinya,
kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa,
prasyarat mempelajarinya. 
c. Siswa. Komponen siswa meliputi kemampuan prasyarat, minat dan
perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan
belajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungan sosial dengan
teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan
kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya
yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
d. Guru. Komponen  guru yang  meliputi penguasaan mata pelajaran,
keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar,
cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya,
keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan
kemampuan memberikan bimbingan kepada siswa, hubungan
dengan siswa dan dengan teman sejawatnya, penampilan dirinya,
keterampilan lain yang diperlukan.
e. Alat dan sumber belajar. Komponen alat dan sumber belajar
meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan
pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi siswa dan guru,
cara menggunakannya. Dalam alat dan sumber  belajar ini termasuk
alat peraga, buku sumber, laboratorium dan perlengkapan belajar
lainnya
f. Penilaian. Komponen penilaian meliputi jenis alat penilaian yang
digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan
interpretasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan
penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil penilaian,
administrasi hasil penilaian, tingkat kesulitan soal, validitas dan
reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi penilaian dan
perencanaan penilaian.

Penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaannya, tetapi juga


keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan keterkaitan
antar komponen itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek yang
terdapat dalam komponen guru harus dilihat hubungannya dengan
komponen siswa, bahan dan tujuan pengajaran. Demikian pula menilai
komponen penilaian tidak terpisahkan dari komponen tujuan, bahan, siswa
dan guru.

Evaluasi proses pada dasarnya memeriksa pelaksanaan rencana


yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah memberikan masukan bagi
pengelola atau manajer dan stafnya tentang kesesuaian antara pelaksanaan
rencana dan jadwal yang sudah dibuat sebelumnya dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada Jadi fungsi utama dari evaluasi proses
ialah memberikan masukan yang dapat membantu staf organisasi
menjalankan program sesuai dengan rencana, atau mungkin memodifikasi
rencana yang ternyata buruk. Pada gilirannya, evaluasi proses menjadi
sumber informasi yang vital untuk menafsirkan hasil-hasil evaluasi
produk.
4. Product Evaluation (evaluasi terhadap hasil)
 Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang
menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Yang
dimaksud masukan mentah adalah siswa yang akan dievaluasi dengan
menggunakan model evaluasi CIPP. Klasifikasi hasil belajar menurut
Benjamin, S. Bloom dalam Nana Sudjana dibagi menjadi tiga ranah yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Indikator ketiga
ranah tersebut adalah:
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan menekankan pada proses mental dalam mengingat
dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa
peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya. Informasi yang dimaksud di sini adalah simbol-simbol
matematika, terminology, peristilahan, fakta-fakta, keterampilan
dan prinsip-prinsip.
2) Pemahaman. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu
memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan
beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya
dengan ide-ide lain dan segala implikasinya.
3) Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa
mampu mendemonstasikan pemahaman mereka berkenaan dengan
sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat
ketika mereka diminta untuk itu. Untuk menunjukkan kemampuan
tersebut, seorang siswa harus dapat memilih dan menggunakan apa
yang mereka telah miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang
ada dihadapannya.
4) Analisis adalah kemampuan untuk memilah sebuah struktur
informasi ke dalam komponen-komponen sedemikian hingga
hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut
menjadi tampak dan jelas. Analisis berkaitan dengan pemilahan
materi ke dalam bagian-bagian, menemukan hubungan antar bagian
dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian.
5) Sintesis. Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian
dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika
yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.
6) Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan
sebuah ide, kreasi, cara atau metode.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
c. Ranah Psikomotoris. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan
dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku.

Bentuk-bentuk penilaian untuk evaluasi produk atau hasil adalah:


a. Alat ukur kognitif siswa adalah tes. Tes terbagi atas dua yaitu tes
uaraian dan tes objektif.
1) Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberi alasan dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntunan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata
sendiri
2) Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Macam-macam tes objektif adalah tes
benar salah, tes pilihan ganda, menjodohkan dan tes isian.
b. Alat ukur penilaian afektif dan psikomotorik adalah observasi langsung
terhadap kemampuan kerjasama, inisiatif dan perhatian, pertanyaan
langsung kepada siswa dan laporan pribadi siswa kepada gurunya (self
assesment).

Jadi evaluasi produk bertujuan untuk mengukur, menafsirkan, dan


menilai capaian-capaian program. Lebih jelasnya, evaluasi produk
bertujuan untuk menilai keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sasaran program. Penilaian-penilaian tentang keberhasilan
program atau organisasi ini dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat
secara individual atau kolektif, dan kemudian dianalisis. Artinya,
keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari berbagai sudut
pandang.

Empat komponen evaluasi tersebut disajikan dalam tabel di bawah


ini. Keempat unsur dalam model evaluasi CIPP secara lebih lengkap
djelaskan dalam tabel berikut:
Evaluasi Evaluasi Evaluai Evaluasi
Konteks Input Proses Produk
Tujuan Menentukan Mengidentifikas Mengidentifika Mengumpulkan
konteks i dan menilai si atau deskripsi dan
organisasi, kemampuan memprediksi, penilaian tentang
mengidentifikasi sistem, selama proses hasil-hasil
sasaran program alternative brlangsung, program
dan menilai strategi kesalahan- mengaitkan
kebutuhan- program, desain kesalahan mereka dengan
kebutuhan prosedur untuk desain proses tujuan, konteks,
mereka, menerapkan atau input, dan proses
mengidentifikasi strategi, budget, pelaksanaanny dan menafsirkan
peluang untuk dan jadwal a memberi keberhargaan dan
memenuhi program. informasi manfaat program
kebutuhan untuk
mereka, mengambil
mendiagnosis keputusan
masalah-masalah yang belum
yang melatari diprogramkan
kebutuhan itu, dan mencatat
dan menilai dan menilai
apakah tujuan peristiwa-
yang sudah peristiwa dan
ditetapkan cukup aktivitas-
responsive aktivitas
terhdap procedural.
kebutuhan-
kebutuhan yang
telah dinilai itu.
Metode Analisis sistem, Menginventaris Memonitor Menentukan dan
survai, analisis asi dan potensi mengatur hriteria
dokumen, menganalisis hambatan hasil,
hearning, SDM dan procedural dan mengumpulkan
wawancara, tes sumber daya mewaspadai penilaian-
diagnostic, dan materi, strategi hambatan yang penilaian terhadap
teknik Delphi. solusi, fisibilitas tak terduga, hasil dari pihak-
dan keuangan mencari pihak yang
dan metode lain informasi terlibat dalam
seperti kajian khusus tentang program dan
pustaka melihat keputusan menganalisa
langsung yang telah secara kualitatif
programnya, diprogramkan, san kuantitatif
membentuk tim mendeskripsik
peninjauan, an proses yang
memakai tes. sebenarnya,
dan
berinteraksi
dengan staf
dan mengamati
sktivitas
mereka
Kaitannya Untuk Untuk memilih Untuk Untuk
dengan mengambil sumber melaksanakan memutuskan
pengambilan keputusan tentang pendukung dan apakah akan
keputusan pihak-piha yang strategi solusi menyempurna melanjutkan,
untuk menjadi sasaran dan sedain kan desain dan menghentikan,
mengubah program, tentang prosedur, prosedur memodifikasi
prosesnya tujuan program misalnya untuk program, program, atau
dalam melakukan misalnya untuk memfokuskan
hubungannya perubahan- mengawasi ulang pada
dengan penemuan perubahan proses dan perubahan dan
kebutuhan atau secara tertata memberi memberi catata
pemanfaatan dan catatan tentang yang jelas tentang
peluang dan memberikan proses yang dampaknya (yang
tentang tujuan dasar untuk sebenarnya sesuai dengan
dalam kaitannya menilai untuk maksud dan
dengan pelaksanaan menafsirkan tujuan awal atau
pemecahan program hasil-hasil tidak, yang positif
masalah, misalnya program. atau negative.
untuk
merencanaka
perubahan dan
memberi dasar
untuk menilai
hasil program

C. Kelebihan dan Kekurangan


Setiap model evaluasi program tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Begitu juga dengan model evaluasi CIPP. Adapun kelebihan dan
kekurangan model CIPP (Widiyoko, 2009), yaitu:
1. Kelebihan
Kelebihan dari model evaluasi CIPP adalah sebagai berikut.
a) Lebih komperensif di antara model lainnya. Karena objek evaluasi
tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks,
masukan, proses, dan hasil.
b) Memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi karena
bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas
terhadap proyek, mulai dari konteksnya hingga saat proses
implementasi.
c) Memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasi formatif dan
sumatif, sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan
perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi
final.
2. Kekurangan
Selain memiliki kelebihan, model evalusasi CIPP juga memiliki
kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan model evaluasi CIPP, yaitu:
a) Penerapannya di dalam program pembelajaran di kelas mempunyai
tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak dimodifikasi.
b) Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada
kenyataaan di lapangan.
c) Kesannya terlalu top down dengan sifat majerialnya dalam
pendekatannya.
d) Cenderung fokus pada rational management ketimbang mengikuti
kompleksitas realitas empiris.

D. Program yang Berkaitan dengan Model CIPP


Dalam proses pengimplementasian suatu program, tentu mempunyai
perbedaan dalam evaluasi. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan
maksud dan tujuan dari suatu program. Misalkan saja, evaluasi dalam proses
pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana hasil belajar
telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu
sendiri. Sedangkan pada evaluasi pada kinerja pegawai dilakukan dengan
tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi dari kerja pegawai,
sehingga dapat menghasilkan hasil produksi. Oleh karena adanya perbedaan
tersebut, muncul beberapa teknik evaluasi dalam pengimplementasian suatu
program. Salah satu teknik dalam evaluasi ialah model evaluasi CIPP
(Context, Input, Process, Product)

E. Implementasi Evaluasi Program CIPP


Implementasi dari evaluasi program CIPP di ambil dari pembelajaran
matematika humanistik oleh ibu astuti selaku guru yang bersangkutan. Ibu
astute menerapkan pembelajaran matematika humanistic pada pokok bahasan
volume bangun ruang kubus. Segala perencanaan, mulai dari strategi
pembelajaran, bahan ajar, media hingga penilaian telah disiapkan. Dilihat dari
segi konteks nya sudah memadai karena tujuan pembelajaran matematika
humanistic sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakteristik peserta didik
yang semakin berkembang ras ingin tahunya seiring perkembangan zaman,
sehingga mengarahkan fasilitator dan motivator mereka yang professional.
Dari segi input, guru dan siswa dalam pembelajaran matematika
humanistik mampu bekerja sama dengan baik sesuai dengan kapasitas
tugasnya masing-masing. Selain itu, disertai kejelasan aturan dan prosedur
kerja dalam pembelajaran matematika humanistik. Begitu pula sumber belajar
yang digunakan tidak hanya berasal dari guru, melainkan siswa dapat
menggunakan buku apapun yang relevan untuk membangun pengetahuan
mereka. Tentu lebih menarik lagi karena dilengkapi penggunaaan media
belajar oleh guru selama pembelajaran berlangsung, walaupun sederhana.

Dipandang dari prosesnya, sudah berjalan dengan baik. Siswa tidak


lagi dijadikan obyek belajar yang pasif menerima informasi dan prosedur,
melainkan sebagai subyek belajar yang aktif dalam membangun pengetahuan
dan keterampilannya. Selama pembelajaran matematika humanistik
berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Siswa aktif
mencari, menyelidiki, merumuskan, membuktikan, dan mengaplikasikan apa
yang dipelajari. Ini berakibat tidak hanya pengetahuan kognitif yang
dibangun, tetapi siswa juga dilatihkan beberapa keterampilan sosial, seperti
bekerja mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, bersikap kritis, kreatif,
konsisten, berpikir logis, sistematis, menghargai pendapat, jujur, percaya diri,
dan bertanggung jawab. Selama pembelajaran guru menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, sehingga dalam menerima pelajaran siswa tidak
lagi merasa didoktrin, melainkan dapat belajar tanpa paksaan dan itu lebih
bermakna bagi mereka.

Dari segi produk, pembelajaran matematika humanistik menghasilkan


siswa yang aktif, kreatif dan bertanggung jawab, di samping unggul dalam
pengetahuan kognitif. Ini dikarenakan dalam pembelajarannya, guru tidak
hanya menilai kognitifnya saja melainkan juga aspek afektif dan
psikomotorik. Dalam hidup bermasyarakat, siswa tidak hanya membutuhkan
pengetahuan kognitif melainkan juga nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai
kemanusiaan yang dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran
matematika humanistik.

CIPP dalam mengevaluasi pembelajaran matematika humanistik sudah


mencakup keseluruhan aspek penting dalam evaluai. Namun, keberlanjutan
informasi dan evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan program
pembelajaran. Meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata program
pembelajaran matematika humanistik sudah memadai, namun pemberian
umpan balik, pemodifikasian, dan penyesuaian tetap diperlukan, sebab sekolah
selalu menghendaki adanya perubahan yang signifikan ke depannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model evaluasi CIPP merupakan model evaluasi yang lebih
lengkap karena mencakup evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi konteks,
input, proses, dan produk dapat dipraktikkan dalam rangka pengambilan
keputusan (peran formatif) dan penyajian informasi mengenai
akuntabilitas (peran sumatif). Namun demikian, model CIPP tak lepas dari
sejumlah kelemahan. Di antara kelemahan-kelemahan tersebut adalah (1)
karena terfokus pada informasi yang dibutuhkan oleh pengambil
keputusan dan stafnya, evaluator boleh jadi tidak responsif terhadap
masalah-masalah atau isu-isu yang signifikan; (2) hasil evaluasi ditujukan
kepada para pemimpin tingkat atas (top management), sehingga model ini
bisa jadi tidak adil dan tidak demokratis; dan (3) model CIPP itu kompleks
dan memerlukan banyak dana, waktu, dan sumber daya lainnya.
DAFTAR RUJUKAN

(http://makalahapa.blogspot.com/2016/08/model-evaluasi-cipp.html)

Arikunto, Suharsimi (2015). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.
Mahmudi, Ihwan. 2011. CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan.
Mahasiswa Program Doktor di Universitas Negeri Jakarta. Vol 6 No 1
McDavid, J. C., & Howthorn, L. R. (2006). Program evaluation and performance
measurement: an introduction to practice.  California: Sage Publications,
Inc.
Stufflebeam, D. L., & Shinknfield, A. J. (1985). Systematic Evaluation: A Self
Instruction Guide to Theory and Practice. Camridge: Kluwer Academic
Publishers
Sudarsono, F. X. (1994). Penelitian evaluasi. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
UNY.
Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung :
Sinar Baru Algesindo
Widiyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran: panduan praktis
pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Worhen, B. R., & Sanders, J. R. (1973). Educational evaluation: Theory and
practice. Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.
Worhen, B. R., & Sanders, J. R. (1973). Educational evaluation: Theory and
practice. Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai