Anda di halaman 1dari 87

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).[1]

Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum sebelumnya
adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan dalam
kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam KTSP
sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan dan diputuskan oleh
pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat kebebasan untuk melakukan pengembangan pada
tingkat satuan pendidikan, namun pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Ketetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.[2] KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:

kerangka dasar, dan struktur kurikulum,


beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan,


dan
kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan


Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru,
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi, dan kondisi lingkungan, dan kebutuhan
masyarakat.

Daftar isi
1 Pengembangan Mutu Kurikulum Pembelajaran Sekolah
2 Cara Penyusunan KTSP atau Prosedurnya

3 Struktur dan Muatan KTSP

o 3.1 SD

o 3.2 SMP

o 3.3 SMA

4 Lihat pula

5 Referensi

6 Pranala luar

Pengembangan Mutu Kurikulum Pembelajaran Sekolah


Pengembangan Mutu Kurikulum Pembelajaran Sekolah - Kegiatan peningkatan mutu sekolah
atau madrasah berada pada peningkatan mutu pendidikan nasional. karena itu peningkatan
sekolah atau madrasah yang wujudnya berupa program-program sekolah atau madrasah tetap
mengacu pada sistem Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional "USPN", program apapun
yang dibuat mestinya bermuara kepada peningkatan pelayanan peserta didik sehingga
menghasilkan lulusan berkualitas.

Lulusan sekolah atau madrasah yang berkualitas menurut USPN memiliki sembilan (9) Indikator
Makro, antara lain sebagai berikut :

1. Beriman
2. Bertaqwa
3. Berilmu
4. Bertanggung Jawab
5. Sehat
6. Cakap
7. Kreatif
8. Mandiri, dan
9. Demokratis

Wujud program yang dibuat di masdrasah baik yang desain untuk jangka menengah atau
Rencana Kerja Jangka Menengah "RJKM" dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) diiharapkan
berujung kepada pencapaian Indikator-indikator makro tersebut.

Setiap program yang disusun untuk mencapai tujuan -tujuan seperti di atas mestinya dimulai dari
awal yang rasional, dan faktual, untuk itu setiap program mestinya dimulai dengan analisis
kebutuhan. Lebih jelasnya kerangka desain pengembangan mutu kurikulum, dan pembelajaran di
suatu madrasah atau sekolah.[3]

Cara Penyusunan KTSP atau Prosedurnya


KTSP mengikuti prosedur yang logis, dan sistematis. Prosedur ini perlu diikuti bukan saja
deskripsi tugas tiap komponen terkait menjadi jelas, tetapi juga agar setiap madrasah yang tidak
terlibat langsung dalam tim pengembangan memahami arah perencanaan yang ditetapkan.
Dengan demikian perlu ditentukan Tim Pengembang Kurikulum Madrasah (TPKM), pengerja
analisis konteks, pengkaji delapan standar pendidikan , penyusun draf dokumen, dan dokumen
akhir, penghitung Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran, perevisi, dan
pensosialisasi KTSP.[3]

Pengertian KTSP KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Konsep
Dasar KTSP Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP disusun dan
dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut. 1.Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Beberapa hal
yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
adalah sebagai berikut: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan
komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan
pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-
kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan
berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah. Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan
berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan
sekolah. Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah
untuk: 1.Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum
melalui pengembalian keputusan bersama. 3.Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan
pendidikan yang akan dicapai. Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu
pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang
sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan
pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut. 1.Sekolah lebih mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya. 2.Sekolah lebih
mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik. 3.Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4.Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat sekitar. 5.Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran
KTSP. 6.Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta
didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. 7.Sekolah dapat secara cepat merespon
aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya
dalam KTSP. Landasan KTSP 1.UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2.PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3.Permendiknas No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi 4.Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5.Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun
2006 Ciri-ciri KTSP 1.KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah. 2.Orang tua dan masyarakat dapat
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 3.Guru harus mandiri dan kreatif. 4.Guru diberi
kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Sumber: Mulyasa, E. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007) Sumber:
http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/kurikulum-tingkat-satuan-
pendidikan.html#ixzz4ScPPD3YE

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Diposkan oleh Rini Andriani - KTSP, Kurikulum

Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) - Setelah pada


postingan sebelumnya telah diuraikan subposting dalam pengembangan kurikulum
sekolah (KTSP) yaitu konsep dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Maka pada subpostingan kedua kali ini blog Membumikan Pendidikan akan share
mengenai komponen-komponen yang terdapat di dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Langsung saja uraiannya di bawah ini.
Kurikulum merupakan subsistem pendidikan. Sebagai subsistem pendidikan,
kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara sistematis, yakni
perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran.
Oleh sebab itu, kurikulum memiliki komponen yang saling berkaitan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Komponen Kurikulum Tingkat Ssatuan Pendidikan
(KTSP) tersebut secara garis besar mencakup:

Visi dan misi satuan pendidikan,


Tujuan pendidikan satuan pendidikan,

Struktur muatan KTSP,

Kalender pendidikan,

Silabus, dan

RPP (sumber: BSNP 2006).

Visi dan Misi Satuan Pendidikan


Setiap satuan pendidikan harus memiliki visi. Visi itulah yang kemudian menjadi
acuan dalam mengembangkan misi dan program-program pendidikan di setiap
satuan pendidikan. Untuk memperoleh pemahaman lebih rinci tentang visi satuan
pendidikan, kerjakan dulu latihan berikut!

Bagaimana seharusnya merumuskan Visi?


Menurut Morrisey (dalam Mulyasa, 2006: 176), visi adalah representasi apa yang
diyakini sebagai bentuk organisasi masa depan dalam pandangan pelanggan,
karyawan, pemilik dan stakeholder lainnya. Dalam literatur lain (Dirjen Dikdasmen,
2004: 20) dikemukakan bahwa visi adalah (a) wawasan yang menjadi sumber
arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah; (b)
pandangan jauh ke depan ke mana sekolah akan di bawa; serta (c) gambaran masa
depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah dapat menjamin kelangsungan
hidup dan perkembangannya.

Visi sekolah harus mengacu pada kebijakan pendidikan nasional dengan tetap
memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan siswa. Tujuan pendidikan
nasional yang digunakan rujukan setiap sekolah pasti sama. Akan tetapi, karena
kebutuhan masyarakat yang dilayani oleh masing-masing sekolah berbeda-beda,
maka visi setiap sekolah pun tidak mesti sama.

Advertiser
Perhatikan salah satu contoh rumusan visi sekolah berikut!

Sebagai lembaga pendidikan dasar yang unggul dalam prestasi dilandasi


kekokohan iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa

Menurut Anda, apakah rumusan visi tersebut dapat dengan mudah dimengerti dan
dipahami maknanya? Agar rumusan visi tersebut dapat dipahami dengan mudah
dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam, sebaiknya disertai
dengan indikator sebagai penjelasan tentang apa yang dimaksudkan oleh visi
tersebut. Dari visi tersebut dapat dicontohkan rumusan indikatornya sebagai
berikut.

Unggul dalam perolehan nilai ujian akhir


Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya

Unggul dalam penanaman nilai-nilai keagamaan

Unggul dalam pengembangan kepribadian

Unggul dalam pengembangan kreativitas siswa

Dst.

Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan


Tujuan adalah apa yang akan dicapai atau dihasilkan oleh suatu sekolah dan waktu
pencapaiannya. Tujuan pendidikan Satuan Pendidikan merupakan tahapan wujud
sekolah menuju visi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan satuan
pendidikan harus jelas, mudah dipahami oleh semua pihak, mengacu pada visi
yang telah dirumuskan, serta mewadahi semua kebutuhan warga sekolah.

Tujuan pendidikan dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan. Menurut


Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, tujuan umum satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Berdasarkan rumusan tujuan umum pendidikan pada satuan pendidikan,


dirumuskanlah tujuan khusus pendidikan yang sesuai dengan visi dan kondisi serta
kebutuhan warga sekolah.

Untuk komponen-komponen KTSP yang lainnya akan diuraikan pada postingan


selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menjadi lebih paham mengenai
komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP.

Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP))

Salam Satu Data Pada kesempatan ini admin berbagi informasi tentang kurikulum
yang kini telah menjadi perbincangan hangat di berbagi media. Sebelumnya admin
ingin memberikan sedikit tentang pengertian kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP.
Berikut penjelasan singkat kurikulum ktsp yang admin langsir dari situs Wikipedia :

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun
2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

kerangka dasar, dan struktur kurikulum,

beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan


pendidikan, dan

kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta


didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri


Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan
oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah.
Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah,
dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan
Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru, dan karyawan juga melibatkan
komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan
sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi, dan kondisi lingkungan, dan kebutuhan
masyarakat.

Berikut ini adalah Struktur Program Kurikulum 2006, dan Alokasi Waktu

# Komponen Kelas, dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*

5. Matematika 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 2 2

10. Teknologi Informasi, dan Komunikasi** 2 2 2

B. Muatan Lokal

1. Teknologi Informasi, dan Komunikasi

C. Pengembangan Diri 2*** 2*** 2***

Jumlah 36 36 36

Keterangan:

(*) tambahan alokasi jam pelajaran


(**) merupakan mata pelajaran pilihan

(***) ekuivalen 2 jam pelajaran.

Semoga Informasi tentang kurikulum 2006 atau yang sering di sebut dengan
kurikulum KTSP bisa bermanfaat serta bisa menjadi referensi dalam pencarian
informasi lainnya seperti Pengertian Kurikulum KTSP, Dasar hukum Kurikulum 2006 ,
isi kurikulum 2006, kurikulum 2006 pdf, perbedaan kurikulum 2006 dan 2013,
kurikulum 2006 smp, struktur kurikulum 2006, standar isi kurikulum 2006, kurikulum
2006 ktsp. Salam Satu Data

Konsep dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

0 0 0 0 New

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang


disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Depdiknas,
2005). KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan
pendidikan (Mulyasa, 2006:21). Dengan demikian, KTSP merupakan salah satu
wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan masing-masing.

KTSP dilandasi oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas), Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 SNP,
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang SI, Permendiknas No. 23 tahun 2006
tentang SKL, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas No. 22, dan 23. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh BSNP (BSNP, 2006a).
Tujuan penerapan KTSP secara umum adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun tujuan
khususnya adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia, (b) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama, (c) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2006:22).
Dengan demikian, sekolah akan ikut aktif dalam penyusunan dan pengembangan
sekaligus pelaksanaan kurikulum yang dibuat sendiri sesuai dengan situasi dan
kondisi di tingkat satuan pendidikan tersebut.

Secara subtansial, KTSP sama dengan KBK. Hanya saja, KTSP tidak mengatur secara
rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, guru dan sekolah bebas
mengembangkan sendiri sesuai kondisi murid dan daerahnya (Zatnika, 2006).
Pernyataan ini dipertegas oleh Muslich (2007:17), perbedaan esensial antara KBK
dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedannya
menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat,
dalam hal ini Depdiknas, KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-
masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun tetap mengacu pada
rambu-rambu nasional Panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh badan
independen yaitu BSNP. Selanjutnya bagi satuan pendidikan dasar dan menengah
yang belum melaksanakan uji coba KBK, ditargetkan sudah menerapkan SI dan SKL
secara bertahap dalam waktu paling lama 3 tahun atau sampai tahun ajaran
2009/2010 (BSNP, 2006c:4).

Muslich (2007) berpendapat, dalam rangka pencapaian standar kompetensi perlu


upaya-upaya terencana dan konkret berupa kegiatan pembelajaran bagi siswa.
Pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual menjadi pilihan utama dalam KTSP karena dua hal. Pertama, kehadiran
KTSP dijiwai oleh semangat kompetensi yang hendak dicapai melalui pembelajaran.
Kedua, kompetensi akan lebih cepat tercapai apabila dalam pembelajarannya
didukung oleh konteks atau kenyataan yang dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tersebut mempunyai tujuh prinsip


dasar sebagai berikut: (a) konstruktivisme. Prinsip ini menekankan terbangunnya
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna, (b)
questioning (bertanya) dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa
mengetahui sesuatu, mengerahkan siswa untuk memperoleh informasi,
membimbing dan mengetahui kemampuan berpikir siswa, (c) inquiri adalah
kegiatan yang diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep/fenomena dan
dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan,
(d) learning community (masyarakat belajar) adalah kegiatan pembelajaran yang
difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain, (e)
modelling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan
gagasan, melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya, (f) reflection
adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah dan merespon
semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, (g)
authentic assessment (penilaian autentik) dilakukan untuk mengukur proses dan
hasil belajar siswa secara menyeluruh. Dalam penilaian autentik digunakan
berbagai bentuk penilaian yang merefleksikan proses pembelajaran yang dialami
siswa, kemampuan siswa, motivasi, dan sikap-sikap yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran (Priyatni, 2006:5--6).

Jadi KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan


otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam
rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar
setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengolelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Sebagai kurikulum baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan


KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara
vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan
Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi, dan Depdiknas. Sedangkan secara
horisontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam
merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan,
organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-
benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Sunday, March 13, 2016

Membandingkan kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah kurikulum KTSP. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara
lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum KTSP menjadi
kurikulum 2013 yang mendapatkan pro dan kontra dari berbagai pihak baik dari
kalangan pendidikan maupun dari masyarakat umum. Kurikulum 2013 justru
dianggap dapat memasung kreativitas dan otonomi di bidang pendidikan karena
kurikulum dan persiapan proses pembelajaran akan disediakan dalam bentuk
produk jadi (completely-built up product). Di sisi lain, sebagian orang beranggapan
justru dengan adanya kurikulum 2013 dapat memicu pengembangan kompetensi
siswa kearah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif
dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat
membantu siswa berkembang.

Hal ini sangat menarik untuk menjadi bahan analisis dan diskusi bagi kita, apakah
kurikulum KTSP lebih baik dari kurikulum 2013, atau justru adanya pengembangan
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 ini akan melahirkan output yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat saat ini dan yang akan
B. Rumusan Masalah

1) Pengertian kurikulum

2) Ciri-ciri kurikulum 2013 dan KTSP

3) Karakteristik kurikulum 2013 dan KTSP

C. Tujuan

1) Mengerti tentang apa itu kurikulum

2) Pembaca dapat mengerti perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP

3) Pembaca dapat mengetahui ciri khas kurikulum 2013 dan KTSP

Pembahasan

Kurikulum 2013 dan KTSP

1. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

a. Pengertian KTSP

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan. KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004
(KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:17). Kurikulum tersebut
telah diberlakukan secara berangsung-angsur mulai tahun pelajaran 2006/2007,
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak sekolah diberikan kewenangan penuh


untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP
menuntut kemampuan sekolah dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar
kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum, karena masing-masing sekolah
lebih mengetahui tentang kondisi satuan pendidikannya.

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa
serta rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dan sejumlah pengalaman
belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu
adanya komponen-komponen pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan,
diantaranya adalah tenaga pendidik, peserta didik, lingkungan, alat-alat pendidikan,
kurikulum dan fasilitas yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari


Kurikulum 2004 (KBK). KTSP diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi dan
kompetensi dasar dan telah disahkan penggunaannya di sekolah, baik negeri
maupun swasta, yang diberlakukan secara bertahap pada tahun pelajaran
2006/2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah pusat
(Depdiknas) mengharapkan paling lambat tahun pelajaran 2009/2010, semua
sekolah telah menerapkan KTSP (Mulyasa, 2007:1-2).

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan


oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus..

KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah :

a. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan


23/2006

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


pengembangan kurikulum melalui pengan bilan keputussan bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas


pendidikan yang akan dicapai.

c. Karakteristik KTSP

Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan atau sekolah untuk


mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar. Karakteristik Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memungkinkan berkurangnya materi pembelajaran yang banyak dan padat,
tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh
peserta didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan
beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta terbukanya kesempatan
bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada
di sekolah. Sebagai sebuah konsep dan program, KTSP memiliki Karakteristik
sebagai berikut:

1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual


maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya
akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri

2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman;

3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode


yang bervariasi;

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif;

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya


penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Kunandar, 2007:138).
Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru
sendiri yang harus menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan
dengan situasi daerah dan minat peserta didik. Oleh karena itu, dalam
mengimplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan otonomi
yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap memperhatikan
karakteristik KTSP, karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu tentang
kondisi satuan pendidikannya. Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum
di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur
tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai
komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan
mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan
implementasi KTSP.

c. Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan


program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta
didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.

Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.

Guru harus mandiri dan kreatif.

Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran..

Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :

KTSP menganut prinsip Fleksibilitas

KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah


kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada birokrat..
Guru kreatif dan siswa aktif.

KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.

KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS ( Manajemen Berbasis


Sekolah )

KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.

KTSP beragam dan terpadu

d. Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Untuk melihat keunggulan atau kelebihan KTSP dengan kurikulum-kurikulum


sebelumnya perlu dicari bahan pembanding. Karena sesuatu dianggap lebih baik
kalau dapat dibandingkan dengan sesuatu yang lain untuk menunjukkan
keunggulannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui kelebihan dan kelemahan
KTSP terlebih dahulu, kemudian baru kita mengetahui perbedaan antara KTSP dan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Misalnya antara KTSP dan KBK 2004 atau KTSP
dan kurikulum 1994.

Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing tergantung


kepada situasi dan kondisi, dimana kurikulum tersebut diberlakukan. Menurut Fasli
Jalal (dalam Imam Hanafie, 2008:1-5), kelebihan yang dimiliki KTSP adalah:

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan


mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20 %.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Sementara beberapa kelemahan dalam KTSP maupun penerapannya, antara lain:

Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu


menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan.

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsep penyusunan maupun prakteknya di lapangan.

Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan


berdampak berkurang pendapatan para guru.

Beberapa kelebihan KTSP tersebut merupakan faktor pendukung bagi sekolah


untuk meningkatan mutu pembelajarannya. Sedangkan faktor kelemahannya
merupakan faktor penghambat yang harus diantisipasi dan diatasi oleh pihak
sekolah dan juga menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak
hanya akan menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan
kita.

Dengan demikian, ide dasar KTSP adalah mengembangkan pendidikan demokratis


dan non monopolistik dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada
sekolah dalam pengembangan kurikulum, karena masing-masing sekolah dipandang
lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.

2. Kurikulum 2013

a. Pengertian

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,


ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif,
dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi
berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih
baik.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan


pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun
2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini
merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring
pendapat dan masukan dari masyarakat.

b. Karakteristik dan Ciri Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis


kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan
kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL.
Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian
kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk


Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai


kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang
peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan
dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik


untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah


diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi


Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,


saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI)
atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk


mata pelajaran dan kelas tersebut.

9. Mewujudkan pendidikan berkarakter

Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum


pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana
mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki
budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi kkurikulum ini masih terdapat
berbagai kekuragan sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga kurikulum berbasis
kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan
dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

10. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal

Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada kenyataan
yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus
oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa
masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang
dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendorong bagaimana penanaman
budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam
konsep sintem pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan
budaya lokal yang selamaa ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan
sistem pendidkan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali
menjadi inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan
budaya lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak
punah ditelan zaman.

11. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat

Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya


pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya
itu, dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya akan
diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik restasi akademik
maupun non akademik. Maka dengan begitu pada kurikulum 2013 nantinya akan
diterapkan pendidikan yang lebih menyenangkan, bersahabat, menarik dan
berkompeten. Sehingga dengan cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan
kreativitas serta inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.

c. Pada Kurikulum 2013 ada perubahan mendasar dibanding kurikulum


sekarang, yaitu antara lain :
1) Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat
dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran

IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll

IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll

Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran

2) Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses
pembelajaran dan penilaian

3) Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat
dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran

TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri
sendiri

Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya

Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran

4). Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari
perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian

3. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013

No

KTSP

Kurikulum2013

Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu


Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (Sikap, Keteampilan,
Pengetahuan)

Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi
dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lain

Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain (sikap dan keterampilan berbahasa)

Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda

Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar

Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah

Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama
lainKonten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten
pembelajaran lainnya

6
Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)

Tematik integratif untuk kelas I-III

TIK mata pelajaran sendiri

TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran


mata pelajaran lain

Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge

Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat

10

SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.

11
Penjurusan di SMK sangat detil

Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan

Penutup

Kesimpulan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Setiap
kurikulum memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri-sendiri. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Sedangkan kurikulum 2013 merupakan bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Kurikulum 2013 dan KTSP mempunyai perbedaan seperti KTSP mata pelajaran yang
dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri sedangkan
kurikulum 2013 mata pelajaran yang dirancang terkait satu dengan yang lain dan
memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Selain itu
Perbedaan lain terlihat pada kurikulum KTSP siswa SMA ada penjurusan sejak kelas
XI sedangkan kalau kurikulum 2013 siswa SMA tidak ada penjurusan SMA. Ada mata
pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat.

Saran

Demikian tugas ini saya sampaikan, namun saya sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan inovatif
sangat kami harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
serta menambah khasanah keilmuan kita semua. Amin

Ini Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 (biar gak gagal paham)

setia1heri | December 8, 2014 | informasi | 33 Comments

kurikulum pendidikan indonesia dari masa ke masaBeberapa hari terakhir ini gaung
Kurikulum 2013 yang diresmikan pertengah Juli 2013 terdengar kembali. Lewat
pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan yang
menegaskan bahwa Kurikulum 2013 dihentikan sedangkan saat ini kembali kepada
Kurikulum KTSP tahun 2006. Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat terlebih juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh yang menginisiasi Kurikulum 2013. Nah agar kita lebih bijak mari kita lihat
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 berikut.
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan. KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004
(KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:17).

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada


sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang
lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini
adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP :

A. Perbedaan umumnya

No

Kurikulum 2013

KTSP

1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui


Permendikbud No 54 Tahun 2013.

Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum,
yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun
2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun 2006
2 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan lebih
menekankan pada aspek pengetahuan

di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI di jenjang SD Tematik


Terpadu untuk kelas I-III

Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran
lebih sedikit dibanding KTSP Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata
pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di


jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach),
yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. Standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran,


melainkan sebagai media pembelajaran TIK sebagai mata pelajaran

Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua


kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib


9

Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA Penjurusan


mulai kelas XI

10

BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa BK lebih pada


menyelesaikan masalah siswa

B. Di tinjau dari prosesnya

1. Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar
mengajar nantinya yang lebih dominan adalah afektif, psikomotor, baru kognitif.
Artinya siswa dalam proses lebih menonjolkan afektif dan psikomotornya.

2. Kurikulum 2013 sangat menekankan penyeimbangan antara aspek kognitif


(intelektual), psikomotorik (gerak) dan afektif (sikap). Berbeda dengan KTSP 2006
yang pada tahap implemntasinya cenderung lebih fokus pada aspek kognitifnya

3. Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran yang ada di dalam setiap jenjang di
kurikulum 2013 berkurang. Contoh: untuk sekolah dasar yang awalnya 10 menjadi 6
mata pelajaran, tetapi esensi yang diharapkan dari setiap pembelajaran tetap ada,
sehingga cara yang digunakan didalam kurikulum 2013 adalah integrasi beberapa
pelajaran ke pelajaran lain. Integrasi ini disebut pembelajaran tematik. Pengurangan
jumlah pelajaran pada kurikulum 2013 namun dmikian berimbas pada penambahan
waktu belajar. Untuk tingkat sekolah dasar penambhan 4 jam dalam 1 minggu.

4. Standar proses pemebelajaran. Perubahan yang signifikan terjadi pada


penedekatan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran yang pada awalnya
menggunkan pendekatan behaviorisme dan kognitifisme, sekarang mulai bergeser
menuju kedekatan konstrutivisme. Hal ini akan berimbas pada guru di kelas yang
pada awalnya cenderung menggunkan guru sebagai sumber pembelajaran
(teacher-centered leaning), menjadi siswa dan lingkungannya sebagai sumber
(student-centered leaning).

5. Perubahan standar penilaian. Pada kurikulum KTSP 2006 penilaian yang


dilakukan cenderung menggunakan penilaian akhir tanpa ada penilaian pada proses
pembelajaran. Pada kurikulum baru ini, penilaian akan di proses belajar turut
dimasukan. Nantinya akan ada penilaian forfolio terhadap forfolio terhadap pribadi
siswa.

C. Di tinjau dari penilaiannya

Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya :

1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan


tujuan pendidikan nasional.

2. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan


dan pengetahuan.

3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan


(misalnya pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran aktif, keseimbangan soft
skills dan hard skill, kewirausahaan), belum terakomodasi didalam kurikulum.

4.Kurikulum belum peka dan tanggapan terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional maupun global.

5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pengajaran yang


rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis pada kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara
berskala.

7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.

KTSP 2013

1. Pada kurikulum 2013 tantangan masa depan yang dihadapi yaitu arus globalisasi,
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konfergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.

2. Kompetensi masa depan yaitu meliputi kemampuan berkomunikasi, kemapuan


berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.

3. Fenomena sosial yang mengemukakan seperti perkelahian pelajar, narkoba,


korupsi, plagiarisme, kecurangan dalm berbagai jenis ujian, dan kejolak sosial.

4. Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat dan bermuatan karakter.

D. Di tinjau dari esensialnya

Kurikulum 2013

1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, pengetahuan,


keterampilan)
2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi
dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.

3. Bahasa Indonesia sebagai penghela maple lain (sikap dan keterampilan bahasa)

4. Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik)


melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dll

5. Bermacam jenis konten pembelajaran di ajarkan terkait dan terpadu satu sama
lain (cross curriculum atau integrated curriculum ), konten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya.

6. Tematik integratif untuk kelas I IV SD

7. TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran


mata pelajaran lain.

8. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge

9. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, permintaan, antar minat
dan pendalaman minat.

10. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.

11. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan pendalaman.
KTSP 2006

1. Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu

2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri

3. Bahasa Indonesia sejajar dengan maple lain

4. Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda

5. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah (separated curriculum)

6. Tematik untuk kelas I III SD (belum terintegratif)

7. TIK adalah mata pelajaran sendiri

8. Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

9. Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI

10. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

10.Penjurusan di SMK sangat detil (sampai keahlian)

Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR KTSP

Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP
dilakukan oleh satuan pendidkkan dengan memperhatikan dan beradasarkan stndar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh beda standar nasional
pendidikan (BSNP).

KTSP disusun dan dikembangkan beradasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003


tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk


mewujudkan tujuan pendidikan nasional

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan


prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pandidikan, potensi daerah, dan peserta
didik

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan


karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan


dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kebupaten/kota, dan depertemen
agama yang bertanggungjawab dibidang pendidkan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mangacu pada standar nasional pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah


yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan, dan perubahan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan
sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sember dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada
posisi yang peling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah satuan pendidikan
dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana
peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemarataan pendidiakan. KTSP merupakan
salah wujud revormasi pendidikan yang memebrikan otonomi kepada sekolah dan
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,
tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembagan kurikulum
dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meingkatakan kinerja
guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kolompok-kelompok
terkait, dan meningkatakn pemahaman masyarakat terhadap, khususnya kurikulum.
Pada system KTSP, sekolah memiliki full autority and responsibility dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi dan tujuan
satuan pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
kedalam indicator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioriotas,
mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar,
serta memeprtanggungjawabkannya kepala masyarakat dan pemerintah.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempbat, komisi
pendidikan pada dewan peerwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan
daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan
tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite
sekolah perlu merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah
dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan sekolah

Karakteristik KTSP

KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks


desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan
baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat
membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah,
khususnya dalam meningkatkan peserta didik datang dari berbagai latar belakang
kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian sekolah harus ditunjukan pada
asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Disisi lain,
sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profosionalsme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteritik KTSP sebagai
berikut: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi
masyarkat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokaratis dan
froposional, serta team-kerja yang kompak dan transparan.

Tujuan KTSP

Tujuan KTSP dibagi menjadi dua, umum dan khusus.


Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara patisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

Meningkatakn mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan suberdaya yang
tersedia.

Meningkatakn kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan


kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

Meningkatkan kompterisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas


pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan diatas, KTSP dipandang sebagai suatu pola pendikatan baru
dalam pengebangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang
digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan dengan tujuh hal
sebagai berikut:

Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemhan, peluang, dan ancaman bagai


dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya yang tersedia
untuk memajukan lebaganya.

Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan


yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan tungkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk


memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang peling tahu apa yang
terbaik bagai sekolahnya.

Keterblibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan


kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien
dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing


kepada pemrintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umunya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.

Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain


untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.

Landasan KTSP

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional

ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (19);
pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 32 ayat (1), (2), (3); pasal 35 ayat (2); pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); pasal 37 ayat (1), (2), (3); pasal 38 ayat (1), (2).

Perarturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 yahun 2005 tentang standar


Nasional Pendidikan

ketentuan dalam PP 19/2005 yang mangatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (5), (13), (!
4), (15); pasal 5 ayat (1), (2); pasal 6 ayat (6); pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6),
(7), (8); pasal 8 ayat (1), (2), (3); pasal 10 ayat (1), (2), (3); pasal 11 ayat (1), (2),
(3), (4); pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 14 ayat (1), (2), (3); PASAL 16 AYAT (1),
(2), (3), (4), (5); PASAL 17 AYAT (1), (2); pasal 18 ayat (1), (2), (3); pasal 20

Pengembangan KTSP

kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh Undang-undang dan peraturan


pemerintah sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.


Dalam Undang-undang sisdiknas dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan
(SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan.

Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam rangka Negara Kesatuan


Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa,
peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta
didik, keragaman potensi daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global,
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan
oleh pemerintah. Sedangkan kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh
perguruna tinggi yang bersangkutan yang mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk setiap program studi.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar


nasioanl pendidikan (NSP), NSP merupakan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional


yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar ini.
SKL adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan.akademik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan depertemen agama yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan.

Peraturan Mentari Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006

Peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang


standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanl No. 23 Tahun 2006

Peraturan menteri pendidikan nasional No. 23 Tahun 2006 mengatur standar


kompetensi lulusan untuk satuan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Standar kompetensi lulusan meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar
kompetensi lulusan minimal kolompok mata pelajaran, dan standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006

Peraturan menteri pendidikan nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang


pelaksanaan SKL dan standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan
pdndidikan yang bersangkutan, dalam permendiknas tersebut dikemukakan pula
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum
dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan, dengan
memeprhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan
menengah yang disusun badan standar nasional pendidikan (BSNP).

Bagaimana KTSP Disusun dan Dikembangkan

KTSP Di Susun Oleh Sekolah Dan Komite Sekolah


KTSP adalah kurikulum sekolah, maka yang menyusun adalah sekolah, agar KTSP
lebih terbuka dengan kebutuhan, pengguna, situasi siswa maka komite sekolah
dilibatkan, minimal dalam meilihat draf-draf akhir KTSP yang di susun

Merujuk Pada Standar Isi Yang Kompetensi Lulusan Dan BSNP

KTSP yang disusun perlu merujuk pada standar isi dan standar kelulusan yang
dikeluarkan oleh keputusan menteri pendidikan (permen 22 ,23 dan 24 Tahun
2006), ke dua standar diatas dibuat oleh BSNP. Oleh karena itu, dari pusat lebih
hanya ditentukan stadar isi dan standar kelulusan. Maka cukup jelas bahwa sekolah
sekarang lebih bebas dalam menyusun kurikulum sendiri yang disesuaiakan dengan
keadaan sekolah, kebutuhan dan juga keunggulan dan lebih sesuai dengan visi dan
misinya. Sekolah juga dapat memasukkan nilai-nilai yang menjadi keunggulan
sekolah itu sehimngga dapat menarik para calon siswa dan orang tua. Sebaliknya,
sekolah yang belum maju, minimal memakai mereka kurikulum dengan standar isi
dan kelulusan yang digariskan oleh dipdiknas.

Prinsip Pengembangan (permen 22, 2006)

Prinsip-prinsip dalam menyusun KTSP anatara lain:

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik


dan lingkungannya.

Posisi peserta didik adalah senteral dalam pendidikan, peserta didik adalah
subjek pendidikan yang harus mengembangkan kompetensinuya.

Perkembangan kompetensi perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan,


kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Beragam dan terpadu

Keragaman karakteritik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis
pendidikan diperhatikan tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

Tanggap terhadap ilmu pengetahuanm teknologi dan seni

Isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Perlu melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan


dengan kebutuhan kehidupan termasuk didalamnya khidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja.

Maka perlu pengembangan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,


keterampilan akademik dan keterampilan vokasional.

Penyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup kesuluruhan dimensi kompetensi bidang kejian


keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik yang dberlangsung sepanjang hayat

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,


nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah perkembangan manusia seutuhnya.

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan


kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara

Kepentingan nasional dan keperntingan daerah harus seling mengisi dan


memberdayakan.

Unsur-Unsur Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyusunan KTSP Anatara


Lain:

Memperhatikan keadaan siswa

Kurikulum dapat beragam

Kurikulum juga disusun terpadu

Kurikulum disusun menyeluruh dan berkesinambungan

KTSP memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan hidup


Memperhatikan kepentingan nasional dan daerah

5. Acuan Operasional Penyusunan KTSP

Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat


perkembangan dan kemampuan peserta didik

Keragaman potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Tuntutan dunia kerja

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Agama

Dinamika perkembangan global

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kesetaraan jender

Karakteristik

Kelemahan KTSP

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia di samping memiliki kelebihan-


kelebihan juga memiliki kelemahan-kelamahannya. Sebagai konsekuansi logis dari
penerapan KTSP ini setidak-tidaknya menurut penulis terdapat beberapa
kelemahan-kelamahan dalam KTSP maupun penerapannya, di antaranya adalah
sebagai berikut:

Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya kualitas
guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu
(KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh
rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur
mengekang kreativitas guru.

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan


dari pelaksanaan KTSP

Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan


salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di
lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga,
laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan
KTSP.

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan

Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan


menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum
terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara
menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak
dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat dicapai.

Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan


berdampak berkurang pendapatan para guru.

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan


di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum,
KTSP juga mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi
BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah
jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para
guru. Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan
fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar
24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai
contoh, pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam
pelajaran di KTSP maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau
kelas 11 IPS, Sosiologi diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama.
Namun di KTSP Sosiologi hanya mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama
terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk
empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi tiga jam pelajaran. Sementara itu
masih banyak guru yang belum mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini.
Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24
jam mengajar agar bisa memperoleh tunjangan.

Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar
pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-persoalan yang
dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP hanya
akan menambah daftar makin carut-marutnya pendidikan di Indonesia.

Kelebihan KTSP

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan


masing-masing bergantung kepada situasi dan kondisi saat di mana kurikulum
tersebut diberlakukan. Menurut hemat penulis KTSP yang direncanakan dapat
diberlakukan secara menyeluruh di semua sekolah-sekolah di Indonesia pada tahun
2009 itu juga memiliki beberapa kelebihan jika dibanding dengan kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 2004 atau KBK. Kelebihan-kelebihan KTSP Antara
lain:

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan


kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh
Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai
potensi keunggulan lokal. Dengan adanya penyeragaman ini, sekolah di kota sama
dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di daerah pedesaan. Penyeragaman
kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah
pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah
industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut
menjadi kurang operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan keunggulankhas yang ada di
daerahnya. Sebagai implikasi dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak
memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula terhadap
meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat
memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia.

Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat
secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan,
situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah
mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika
diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara
horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan
Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan
secara horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam
merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan,
organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-
benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana sekolah tersebut berada.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.

Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang,
mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan
situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan.

Sebagaimana diketahui, prinsip pengembangan KTSP adalah (1) Berpusat pada


potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
(5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Dan
seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Berdasarkan
prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan
sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis
sekolah (MBS) yang mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah
dapat lebih leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di
samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun kurikulum
sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan


mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.

Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam


Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan
Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah
diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) itu memungkinkan sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu
yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang
berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih memfokuskan pada mata pelajaran
bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.

Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa Inggris dan


kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu menjadikan mata
pelajaran tersebut sebagai sebuah ketrampilan. Sehingga kelak jika peserta didik di
lingkungan ini telah menyelesaikan studinya bila mereka tidak berkeinginan untuk
melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi mereka dapat langsung bekerja
menerapkan ilmu dan ketrampilan yang telah diperoleh di bangku sekolah.

KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk
mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur
daerahnya. KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM)
di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya
sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu yang harus
digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah
kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum 2006.

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih20%.

Dengan diberlakukannya KTSP itu nantinya akan dapat mengurangi beban belajar
sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana. Di samping jam pelajaran
akan dikurangi antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap
memberatkan siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat pengurangan jam
pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan
kompetensi siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari BNSP.
Rekomendasi ini dapat dikatakan cukup unik, karena selama bertahun-tahun beban
belajar siswa tidak mengalami perubahan, dan biasanya yang berubah adalah
metode pengajaran dan buku pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa
diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran
dalam setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA
adalah 45 menit, maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan untuk SD
menjadi 35 menit setiap jm pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk SMA
tidak berubah, yakni tetap 45 menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran
dalam satu tahun ini dengan asumsi setahun terdapat 36-40 minggu efektif
kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38 jam
pelajaran.

Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar-pakar


pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak.
Apalagi kegiatan belajar mengajar masih banyak yang terpaku pada kegiatan tatap
muka di kelas. Sehingga suasana yang tercipta pun menjadi terkesan sangat formal.
Dampak yang mungkin tidak terlalu disadari adalah siswa terlalu terbebani dengan
jam pelajaran tersebut. Akibat lebih jauh lagi adalah mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.

Persoalan ini lebih dirasakan untuk siswa SD dan SMP. Dalam usia yang masih anak-
anak, mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan
kepribadiannya. Suasana formal yang diciptakan sekolah, ditambah lagi standar jam
pelajaran yang relatif lama, tentu akan memberikan dampak tersendiri pada
psikologis anak. Banyak pakar yang menilai sekolah selama ini telah merampas hak
anak untuk mengembangkan kepribadian secara alami.

Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran untuk siswa perlu
dikurangi. Meski demikian, perngurangan itu tidak dilakukan secara ekstrim dengan
memangkas sekian jam frekwensi siswa berhubungan dengan mata pelajaran di
kelas. Melainkan memotong sedikit, atau menghilangkan titik kejenuhan siswa
terhadap mata pelajaran dalam sehari akibat terlalu lama berkutat dengan
pelajaran itu.

Dapat dikatakan bahwa perberlakuan KTSP ini sebagai upaya perbaikan secara
kontinuitif. Sebagai contoh, kurikulum 1994 dapat dinilai sebagai kurikulum yang
berat dalam penerapannya. Ketika diberlakukan Kurikulum 1994 banyak sekolah
yang terlalu bersemangat ingin meningkatkan kompetensi iptek siswa, sehingga
muatan iptek pun dibesarkan. Tetapi yang patut disayangkan adalah SDM yang
tersedia belum siap, sehingga hasilnya hanya sekitar 30% siswa yang mampu
menerapkan kurikulum tersebut.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang
menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak
bermunculan itu sejak beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas
kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian
justru mewajibkan adanya pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah
plus itu jelas akan menyambut gembira.

Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah plus.
Sebagian sekolah-sekolah plus tersebut ada yang khawatir ditegur karena memakai
bilingual atau memakai istilah kurikulum yang bermacam-macam seperti yang ada
sekarang. Sekarang semua bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar
panduan yang telah ditetapkan dalam KTSP.

Sebagai contoh, Sekolah High Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada
1990 telah menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia dengan Amerika Serikat
(AS). Kendati mendapat lisensi dari AS, namun pihaknya tetap mematuhi kurikulum
pemerintah. Caranya dengan mematuhi batas minimal, namun secara optimal
memberikan penekanan pada aspek-aspek tertentu yang tidak diatur oleh
kurikulum. Misalnya tetap memberikan materi Bahasa Indonesia, namun
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama.

Sumber rujukan:

http://7assalam9.wordpress.com/

http://pojokhermanto.blogspot.com

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)


teaching-not-back-up-career1

Oleh: Cecep Kustandi

cecepkustandi@yahoo.com

Pengertian dan Hakikat KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-


masing satuan pendidikan.

Hal-hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan


karakteristik daerah serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan


pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, di bawah supervise dinas pendidikan kabupaten/ kota dan
departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan


tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
Asumsi yang Mendasari KTSP

Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite


sekolah dan dewan pendidikan dalam pengambilan keputusan akan membangkitkan
rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong
mereka untuk mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin untuk
mencapai hasil yang optimal. Konsep ini didasarkan pada Self Determination Theory
yang menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam pengambilan
suatu keputusan maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk
melaksanakan keputusan tersebut.

Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan


memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah:

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan


kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas


pendidikan yang akan dicapai.

Sebab-sebab Munculnya KTSP

bergulirnya otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan


KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah
yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar
mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar
dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and
responsibility dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi,
misi dan tujuan satuan pendidikan.

Otonomi daerah:

UU No.32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU No.22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah (Pasal 13 dan 14 bahwa Penyelenggaraan pendidikan
merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah; provinsi
dan kabupaten/ kota).

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 36 ayat 2 menyebutkan bahwa


Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dalam prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

kebijakan-kebijakan yang mendukung

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan


pemerintah sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor


22 dan 23
teori pengembangan kurikulum

Pola Strategi Pengembangan

Sentralistik Dikembangkan secara terpusat

Desentralistik Diserahkan ke masing-masing daerah

Dekonsentrasi Kerangka dasarnya oleh pusat, penjabarannya oleh daerah

a.Mekanisme Penyusunan KTSP

Pembentukan Tim Kerja

Dalam rangka pengembangan KTSP, setiap satuan pendidikan perlu membentuk tim
pengembang kurikulum. Terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing
(konselor), komite sekolah dan dalam hal tertentu melibatkan orang tua atau
peserta didik.

Penyusunan Draft

Setelah terbentuk tim pengembang KTSP, selanjutnya mengembangkan draft KTSP


yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang siap diaktualisasikan dalam
pembelajaran.

Revisi dan Finalisasi

b.Pengesahan KTSP
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MKA dinyatakan
berlaku oleh kepala madrasah serta diketahui oleh komite madrasah dan oleh
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas provinsi
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

a.Komponen KTSP

Standar Isi, dalam bentuk SK dan KD

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

kerangka dasar dan struktur kurikulum (SK dan KD),

beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan


pendidikan, dan

kalender pendidikan.

SKL
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Tugas guru yaitu mengembangkan
SK dan KD dalam bentuk indikator. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75% dimana dalam menentukan kriteia tersebut harus
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan
diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.

Standar Proses

Jumlah jam/minggu :

SD/MI 1-3 = 27/minggu

SD/MI 4-6 = 32/minggu

SMP/MTs = 32/minggu

SMA/MA= 38-39/minggu

Lama belajar per 1 jam pelajaran:

SD/MI = 35 menit

SMP/MTs = 40 menit

SMA/MA = 45 menit

Tenaga Pendidikan

Guru adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan kurikulum dan
implementasinya dalam pembelajaran. Sebab bagaimanapun baiknya suatu
kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan kompetensi guru maka dalam
implementasinya disekolah akan menemukan kegagalan.

Menurut Oemar Hamalik (2004) mengatakan bahwa ada beberapa syarat menjadi
guru profesional, yaitu harus memiliki:

Bakat sebagai guru

Keahlian sebagai guru (ditunjang dengan minimal lulusan S1)

Kepribadian yang baik dan terintegrasi

Mental yang sehat

Berbadan sehat

Pengalaman dan pengeahuan yang luas

Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

Guru adalah seorang warga negara yang baik

Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana dalam mendukung ketersediaan sumber belajar antara lain


laboratorium, pusat sumber belajar dan perpustakaan, mengembangkan alat-alat
pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas
pembelajar.

Pengelolaan

Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite


sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan. Disamping itu adanya wali kelas sebagai tenaga pengelola yang
difokuskan pada tiap/ masing-masing kelas dalam suatu sekolah.
Pembiayaan

b.Landasan Pengembangan

Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 36:

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional


Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan


prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh


sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan
standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

c.Pengembangan KTSP

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan kurikulum adalah sebagai


berikut.

Menganalisis dan mengembangkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan


Standar Isi (SI).

Merumuskan visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.

Berdasarkan SKL, standar isi, visi dan misi serta tujuan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi
yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru dan


non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan dengan berpedoman pada
standar tenaga kependidikan yang ditetapkan BSNP.
Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan
kemudahan belajar sesuai dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang
ditetapkan BSNP.

d.Strategi Pengembangan KTSP

Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan


pelaksanaan KTSP misalnya dalam:

Sosialisasi KTSP di Sekolah

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah mensosialisasikan KTSP terhadap


seluruh warga sekolah bahkan terhadap masyarakat dan peserta didik. Sosialisasi
ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah secara langsung atau bisa mengundang
ahlinya yang ada di masyarakat baik dari kalangan pemerintah, akademisi ataupun
dari kalangan penulis/ pengamat pendidikan. Setelah sosialisasi, musyawarah
dilakukan antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah
untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka
menyukseskan KTSP di sekolah.

Menciptakan Suasana yang Kondusif

Iklim belajar yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai
layanan dan kegiatan sebagai berikut:

Menyediakan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam
melakukan tugas pembelajaran (pelayanan individual).

Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang


berprestasi/ berprestasi rendah.

Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi
perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk penyediaan
bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik serta
pengelolaan kelas yang tepat, efektif dan efisien.
Menciptakan kerjasama saling menghargai, dimana peserta didik memiliki
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada
rasa takut mendapatkan sangsi atau dipermalukan.

Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran


agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebagai
pembimbing dan manusia sumber.

Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara


peserta didik dan guru sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan
sebagai sumber belajar.

Mengembangkan sistem evluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan


pada evaluasi diri sendiri (self evaluation). Guru sebagai fasilitator harus mampu
membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan
dalam proses belajar yang dilaluinya.

Menyiapkan Sumber Belajar

Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain
laboratorium, pusat sumber belajar dan perpustakaan serta tenaga pengelola yang
profesional. Kreativitas guru dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk
membuat dan mengembangkan alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang
berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Membina Disiplin

Stategi yang dapat digunakan dalam membina disiplin di sekolah sebagai berikut:

Konsep diri (self-concept), guru disarankan bersikap empatik; menerima; hangat


dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan
perasaannya dalam memecahkan masalah.

Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki


keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan
mendorong timbulnya kepatuha peserta didik.
Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences),
perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan
kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Sehingga mendorong munculnya
perilaku-perilaku yang salah, untuk itu guru disarankan menunjukkan secara tepat
tujuan perilaku yang salah sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi
perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang
salah.

Klarifikasi nilai (values clarification), strategi untuk membantu peserta didik


dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem
nilanya sendiri.

Analisis transaksional (transactional analysis), disarankan supaya guru belajar


sebagai orang dewasa trutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang
menghadapi masalah.

Terapi realitas (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan


dan meningkatkan keterlibatan, dalam hal ini guru harus bersikap positif dan
bertanggung jawab.

Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini menekankan


pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan
peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematik diimplementasikan di
kelas termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta
didik yang berperilaku menyimpang.

Pembinaan disiplin seperti di atas harus mempertimbangkan berbagai situasi dan


memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga guru disarankan untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:

Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan


kumulatif;

Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar


hadir di kelas;

Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik;

Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele;

Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran


sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan;
Bergairah dan bersemangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan
teladan oleh peserta didik;

Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton sehingga


membantu disiplin dan gairah peserta didik;

Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan


memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur
peserta didik dari kemampuan gurunya; dan

Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.

Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah

Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana secara tepat
waktu dan tepat sasaran, tanpa harus menunggu perintah dari pimpinan yang ada
di atasnya.

Membangun Karakter Guru

Agar guru mampu memerankan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran, terdapat


beberapa hal yang harus dipahaminya dari peserta didik yaitu kemampuan, potensi,
minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehata, latar belakang
keluarga dan kegiatannya di sekolah. Sehubungan dengan pengembangan KTSP,
guru perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, sehingga dalam
pembelajaran harus berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

Mengurangi metode ceramah;

Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik;

Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya serta disesuaikan


dengan mata pelajaran;

Memodifikasi dan memperkarya bahan pembelajaran;

Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan;


Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan;

Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama;

Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan


kemampuan masing-masing pada setiap pelajaran; dan

Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut biasanya memahami


mereka melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas;

Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik,


sebelum, selama dan setelah pembelajaran;

Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan


komentar yang konstruktif;

Mempelajari catatan peserta didik;

Membuat tugas dan latihan untuk berkelompok;

Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan


yang berbeda; dan

Memberikan penilaian secara adil dan transparan.

Memberdayakan Staf

Pelaksanaan manajemen staf di Indonesia sedikitnya mencakup tujuh kegiatan


utama, yaitu perencanaan, pengadaan, pembinaan dan pengembangan, promosi
dan mutasi, pemberhentian kompensasi dan penilaian. Peningkatan kualitas staf
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: senantiasa dilakukan peningkatan
kemampuan staf, dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal dan
nonformal (dalam hal ini lembaga-lembaga diklat di lingkungan dinas pendidikan
nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai tugas dan fungsinya),
sekolah perlu diberi kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang
terbaik untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan.
a.Karakteristik KTSP

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja,proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian.
Karakteristik KTSP sebagai berikut:

Pemberian Otonomi Luas Kepala Sekolah dan Satuan Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kondisi setempat, diberikan kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik
serta tuntutan masyarakat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan
kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Melalui otonomi yang luas sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan
keputusan dan tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang
diambil secara proposional dan professional.

Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui
bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk
membantu sekolah sebagai narasumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan


orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas professional. Kepala sekolah
adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite sekolah untuk
mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan.
Guru-guru yang direkrut oleh kepala sekolah adalah pendidik professional dalam
bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja
professional yang disepakati bersama untuk member kemudahan dan mendukung
keberhasilan pembelajaran peserta didik.

Tim Kerja yang Kompak dan Transparan

Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat
bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk
mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakanoleh semua pihak. Mereka
tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing
berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya, pihak-pihak terkait
bekerja sama secara professional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang
disepakati bersama sehingga keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic
effect) dari kolaborasi team yang kompak dan transparan.

Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP,


sebagai berikut:

Sistem Informasi yang Jelas dan Transparan

Informasi yang jelas dan transparan menyebabkan seseorang dapat mengetahui


kondisi dan posisi sekolah. Diperlukan suatu informasi untuk monitoring, evaluasi
dan akuntabilitas pembelajaran. Informasi yang sangat penting untuk dimiliki
sekolah antara lain berkaitan dengan kemampuan guru,prestasi peserta didik,
sumbersumber belajar,kepuasan orang tua dan peserta didik serta visi dan misi
sekolah.

Sistem Penghargaan dan Hukuman


Tujuan dari sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) adalah
mendorong kinerja, meningkatkan motivasi dan produktivitas warga sekolah
khususnya yang berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik, sehingga sistem
yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil dan transparan.

b.Perbedaan Antara KBK dan KTSP

Aspek Kurikulum 2004 Kurikulum 2006

1. Implementasi /

Pelaksanaan

Kurikulum

Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI

Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.

Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No.


1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.

Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan


Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL

2. Ideologi Pendidikan yang Dianut Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM


yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif Liberalisme Pendidikan :
terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

3. Sifat Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim


Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan
Puskur)

Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum


disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP

4. Pendekatan Berbasis Kompetensi

Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian

Berbasis Kompetensi

Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru

5. Struktur Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum


sebelumnya (1994 suplemen 1999)

Ada perubahan nama mata pelajaran

Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran


(KN dan PS di SD)

Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri


untuk semua jenjang sekolah

Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD), ada perubahan nama
mata pelajaran

KN dan IPS di SD dipisah lagi

Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran

6. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu :

SD/MI = 26-32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu

SMA/SMK = 38-39/minggu

Lama belajar per 1 JP:

SD = 35 menit

SMP = 40 menit

SMA/MA = 45 menit

Jumlah Jam/minggu :

SD/MI 1-3 = 27/minggu

SD/MI 4-6 = 32/minggu

SMP/MTs = 32/minggu

SMA/MA= 38-39/minggu

Lama belajar per 1 JP:

SD/MI = 35 menit

SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit

7. Pengembangan Kurikulum lebih lanjut Hanya sekolah yang


mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.

Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario


Pembelajaran

Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.

Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP

Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

8. Prinsip

Pelaksanaan

Kurikulum

Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum Didasarkan pada


potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya.

Menegakkan lima pilar belajar:

1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

2. belajar untuk memahami dan menghayati,

3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,


4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-
jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.

9. Pedoman

Pelaksanaan

Kurikulum

Bahasa Pengantar

Intrakurikuler

Ekstrakurikuler

Remedial, pengayaan, akselerasi

Bimbingan & Konseling

Nilai-nilai Pancasila

Budi Pekerti

Tenaga Kependidikan

Sumber dan Sarana Belajar


Tahap Pelaksanaan

Pengembangan Silabus

Pengelolaan Kurikulum

Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004

Dapatkah KTSP Mendongkrak Kualitas Pendidikan?

KTSP memiliki kekuatan sekaligus kelemahan. Kelemahan KTSP antara lain:

KTSP, Kurikulum yang Tidak Sistematis

Ketidaklogisan KTSP terjadi karena sekolah diberi kebebasan untuk mengelaborasi


kurikulum inti yang dibuat pemerintah, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah
melalui ujian nasional (UN) justru paling menentukan kelulusan siswa.

Padahal mekanisme ini sendiri masih belum sesuai dengan aturan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), Peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;

c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan


dan teknologi; dan

d. lulus Ujian Nasional.


Merujuk pada aturan di atas, maka dari segi implementasi, belum sesuai dengan
aturan, yang mana hanya menggunakan UN sebagai patokan dalam menentukan
kelulusan siswa. Pada pihak lain masih pasal yang sama ayat (2), Kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan
sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri. Di sini nampak belum konsistennya pemerintah, pada satu sisi
menyerahkan tanggungjawab kepada pihak sekolah, tetapi pada pihak yang lain
pemerintah ikut menentukan kelulusan. Pertanyaannya adalah apakah antara
standar kelulusan yang ditentukan pihak pemerintah (BSNP) realistis dengan proses
pembelajaran yang berlangsung di masing-masing sekolah di seluruh Indonesia.
Apakah dari segi standar isi (SI) telah dipenuhi oleh seluruh sekolah di Indonesia
sehingga dalam hal standar kelulusan pun (melalui UN) diberlakukan sama.

Kepala sekolah yang kurang mengerti KTSP, dalam hal ini kepala sekolah masih
membuat pola-pola penyeragaman, dalam sistem pembelajaran maupun evaluasi
hasil pembelajaran, dinilai tidak memahami tujuan dan tuntutan kurikulum tingkat
satuan pengajaran (KTSP) yang baru diberlakukan pemerintah.

KTSP dan Problem Nation

Apakah KTSP sebagai perekat atau berpotensi lahirkan disintegrasi bangsa? Dalam
suatu kesempatan perkuliahaan DR. C. Asri Budingsih pernah melontarkan
pernyataan, Ada wacana yang berkembang, ketika berdiskusi dengan Prof. Amin
Rais, beliau berbicara soal KTSP, mungkinkah dapat menjamin integrasi bangsa,
ataukah justru sebaliknya dapat menjadi ancaman disintegrasi. Karena nation
menghendaki adanya perasaan solidaritas antar warga yang berlainan latar
belakangnya, maka pendidikan multikultural dipandang sebagai model pendidikan
yang tepat untuk menjawabnya. Implementasi pendidikan multikultural dalam KTSP
dapat didekati dari dua pendekatan, pertama, pendekatan instruksional atau formal,
yaitu dengan mengintegrasikan subjek-subjek, seperti tema-tema menyangkut
keanekaragaman sosial- budaya, toleransi ke dalam materi, pemilihan contoh-
contoh, studi kasus, dan bahasa. Kedua, pendekatan informal, yaitu melalui sikap
dan perilaku warga sekolah, harus dijauhkan dari sikap dan periaku seperti perilaku
guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya yang hanya menonjolkan
kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok lainnya.

Agar pengembangan dan penerapan KTSP mampu mendongkrak kualitas


pendidikan, perlu didukung perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan
sekolah yang menyangkut aspek-aspek berikut.
Iklim Pembelajaran yang Kondusif

Suasana yang aman, nyaman dan tertib dapt mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna, yang lebih menekankan
pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do),
belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama secara
harmonis (learning to live together). Suasana tersebut memupuk tumbuhnya
kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat
adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif dan
berani mengambil resiko) tidak saja bagi peserta didik tetapi juga guru dan
pimpinannya. Untuk itu, KTSP perlu didukung oleh ahli kurikulum dilengkapi oleh
sarana dan prasarana pembelajaran dan diperkaya oleh sumber-sumber belajar
yang memadai.

Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidkan

Implementasi dari KTSP yaitu adanya desentralisasi kebijakan dalam


pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem evaluasinya.
Pemerintah pusat (BSNP, Depdiknas dan Depag) hanya menetapkan standar
nasional yang pengembangannya diserahkan kepada madrasah atau sekolah.

Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan

Sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan


mengelola sumber daya secara transparan, demokratis dan bertanggungjawab baik
terhadap masyarakat maupun pemerintah, dalam rangka meningkatkan kapasitas
pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.

Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

Umumnya, kepala sekolah di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai manajer


profesional karena sistem pengangkatan selama ini tidak didasarkan pada
kemampuan atau pendidikan profesional tetapi lebih pada pengalaman menjadi
guru. Dengan demikian, pelaksanaan KTSP memerlukan perubahan sistem
pengangkatan kepala sekolah atau madrasah dari pengangkatan karena
kepangkatan atau pengalaman kerja sebagai guru kepada pengangkatan
berdasarkan kemampuan dan keterampilan secara profesional. Dalam KTSP, kepala
sekolah dan guru merupakan the key person keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki visi dan wawasan yang luas
tentang pembelajaran yang efektif serta kemampuan profesional yang memadai
dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial dan supervisi pendidikan
juga memiliki kemampuan untuk membangun kerjasama yang harmonis dengan
berbagai pihak yang terkait dengan kurikulum.

Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua

Dalam pengembangan KTSP, partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat dan


pihak orang tua dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan program-program sekolah/ madrasah perlu dibangkitkan kembali.
Bukan hanya dalam finansial tetapi juga dalam pemikiran untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.

Menghidupkan serta Meluruskan KKG dan MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelaaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi
(MGBS) dan Kelompok Kerja Guru merupakan organisasi guru yang saat ini
keberadaannya pada sebagian sekolah sudah tidak memiliki dan tidak melakukan
program kerja sesuai dengan tujuan awalnya. Tujuan MGMP dan KKG terutama
untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Terkadang organisasi ini hanya digunakan
sebagai ajang arisan atau bahkan hanya untuk membicarakan jadwal les bagi
peserta didik menjelang ujian. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru pada
sekolah-sekolah umumnya sudah memadai tetapi suasana belajar belum cukup
kondusif akibat metoda mengajar guru yang kurang bervariasi. Persoalan tersebut
dapat diatasi melalui MGMP, termasuk cara mengembangkan KTSP dan komponen-
komponen lainnya, serta mencari alternatif pembelajaran yang tepat dan
menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. MGMP dan KKG bisa mengundang ahli dari luar, baik ahli
substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang
masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas
maupun berbagai metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai
dalam membentuk kompetensi tertentu. MGMP dan KKG dapat menyusun dan
mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar yang dilakukan secara berkala dan
hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana berikutnya. Beberapa sekolah
yang telah mengembangkan kegiatan MGMP dan KKG secara efektif pada umumnya
dapat mengatasi berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan
siswa, bukan saja dalam kegiatan belajar mengajar tetapi dalam kegiatan lainnya di
sekolah, bahkan masalah pribadipun dapat dipecahkan.

Kemandirian Guru

Kemandirian guru terutama diperlukan dalam menghadapi dan memecahkan


berbagai problema yang sering muncul dalam pembelajaran. Guru harus mampu
mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat waktu dan tepat
sasaran. Kemandirian guru juga menjadi figur peserta didik, sehingga mereka
terbiasa untuk memecahkan masalah secara mandiri dan profesional. Kemandirian
ini penting dalam kaitannya dengan penyesuaian KTSP dengan situasi aktual di
dalam kelas dan dengan perbedaan karakteristik peserta didik yang beragam.
Sehingga kemandirian guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan (PAKEM) yang bermuara pada peningkatkan
prestasi belajar peserta didik dan prestasi sekolah secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa,E.2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.

Siregar,Eveline dan Hartini Nara.2007.Buku Ajar Teori Belajar dan


Pembelajaran.Jakarta:UNJ.

http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-ktsp-
memang-berbeda-secara-signifikan/, Minggu 9 September 2012 Pukul: 14.04

http://totokprasetyono.wordpress.com/2011/05/30/kelemahan-ktsp-dan-solusinya/
Minggu 9 September 2012 Pukul: 13.54

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional


pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan


prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan


karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan


dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen
agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah


yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan
pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-
mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.

a. Isi Kurikulum Ktsp

Standanr isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalaam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tententu. Standar isi memuat kerangka dasar,
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
kalender pendidikan.

Kerangka Dasar Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rncana dan pengetauan mengenai tujuan,


kompetensi dasar, materi standard an hasil belajar serta cara yan digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Untuk jenis pendidikan umum, kejuruan,
dan khusus pada penjang pendidikan dasar dan meenngah terdiri atas:

1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhak mulia yang dilaksanakan melalui
kegiatan keagamaan, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi , estetika, jasmani, oleh raga dan kesehatan

2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang


dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa,
seni dan budaya serta pendidikan jasmani

3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan


melalui kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, kererampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi serta muatan
local yang relevan
4) Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melaluikegiatan bahasa,
seni dan budaya, keterampilan dan muatan local yang relevan

5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilakukan
melalui kegiatan jasmani, olehraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam
dan muatan local yang relevan

Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pedidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar
kompetensi dan kopetensi lulusan.

b. Landasan Kurikulum Ktsp

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan


pemerintah sebagai berikut

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas

Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar Nasional


Pendidikan (SNP) teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP digunakan
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional
pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar


Nasional Pendidikan (SNP). SNP merupakan criteria minimal tentang system
pendidikan di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan
(SKL) dan standar isi.

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang


standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi, mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur Standar


Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
Kopetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran dan
standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada
kompetensi dasar.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang
pelaksanaan SKL dan Standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetepkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan
pendidikan yang bersangkutan, berdasarkan pada: Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentnag Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan PAsal 38,
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal
5 sampai dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai pasal 27, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah

c. Kelebihan dan Kekurangan Ktsp

Kelebihan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum
di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak
melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan
lokal.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan


mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling
dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut
ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.

Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.

Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk


mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan
siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan
masyarakat sekitar.

Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik


kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.

Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan


yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.

Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan


tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama
menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.

Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan


mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan
potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar sekolah.

Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk


memberikan kemudahan belajar siswa.

Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan


pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.

Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,


masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.

Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.

Berpusat pada siswa.

Menggunakan berbagai sumber belajar.

kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan

Sedangkan kelemahan dari kurikulum KTSP adalah

Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan


dari pelaksanaan KTSP .
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan

Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan


berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan
profesi.

d. Alasan Digunakannya Ktsp

Alasan digunakannya kurikulum ktsp karena adanya perkembangnya pemikiran


akan pentingnya kemandirian dalam segala aspek kehidupan sebagai wujud
demokrasi. Hal inilah yang menjadi semangat lahirnya Undang-undang Nomor 32
Tahun 2003 tentang otonomi daerah, termasuk di dalamnya otonomi dalam
penyelenggaraan pendidikan.

Pola sentralistik yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang efektif dalam
membangun sistem pendidikan kita, sehingga diperlukan pola desentralistik.

Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk yang banyak tidak
dapat dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah pusat. Daerah memiliki
peluang yang cukup luas untuk menentukan kebijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Implikasi dari
kebijakan desentralisasi itu di antaranya berkaitan dengan kurikulum sebagai
komponen yang sangat penting dalam pendidikan.

Desentralisasi kurikulum, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan silabus


dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didukung oleh manajemen berbasis
sekolah, memungkinkan setiap sekolah untuk merancang dan mengembangkan
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan
sekolah, dan kondisi daerah masing-masing.

e. Kesimpulan
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi dan kompetansi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Pengambangan KTSP deserahkan kepada para
pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan
sekolah)untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) pada setiap satuan pendidikan di sekolah dan daerah
masing-masing.

Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013

KTSP dan Kurikulum 2013 menimbulkan kontroversi karena dianggap


membingungkan. (Foto: dok. Okezone)

KTSP dan Kurikulum 2013 menimbulkan kontroversi karena dianggap


membingungkan. (Foto: dok. Okezone)

Rifa Nadia Nurfuadah

Jurnalis

Komentar

Share on Facebook

Share on Twitter

Share on Google

Share on linkedin

Share on Path

Toggle

AAA

Share on Facebook
Share on Twitter

Share on Google

Share on linkedin

Share on Path

Toggle

JAKARTA - Pembatalan penerapan Kurikulum 2013 berimplikasi pada penerapan


kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Sejatinya, kedua
kurikulum mencetuskan kontroversi karena dianggap membingungkan.

Berikut ini perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 seperti dirangkum Okezone, Selasa
(9/12/2014).

BERITA REKOMENDASI

Mendikbud Pastikan Tak Ada Perubahan Aturan Kurikulum 2013

Guru Kulon Progo Belum Siap Terapkan Kurikulum 2013

Bukti Kurikulum 2013 Mampu Bentuk Karakter Siswa

Kompetensi

Pada KTSP, Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No 22


Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun 2006.

Pada Kurikulum 2013, SKL ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54


Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi bebentuk Kerangka Dasar
Kurikulum yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013.
Selain itu, kompetensi siswa SMA berbeda dengan siswa SMK pada KTSP. Sedangkan
pada Kurikulum 2013, kompetensi antara siswa SMA dan SMK pun serupa dalam
dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Mata pelajaran

Pada KTSP, setiap mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dengan kompetensi
dasar sendiri pula. Pendekatan mata pelajaran berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Total ada sebelas mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.

Pada Kurikulum 2013, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang
sama (saintifik). Siswa diajak mengamati, menalar, bertanya dan mencoba. Setiap
mata pelajaran saling terkait dan saling mendukung semua kompetensi
pembelajaran seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan. Total, ada enam hingga
tujuh mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.

Meski demikian, pada dasarnya pendekatan saintifik juga sudah dipakai dalam KTSP.
Hanya saja, istilah yang digunakan adalah pendekatan inquiry.

Selain itu, mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP sejajar dengan mata
pelajaran lain dan diperlakukan sebagai pengetahuan. Sedangkan dalam Kurikulum
2013, Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi dan pembawa pengetahuan.
Begitu juga dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Proses pembelajaran

Pada KTSP, skema tematik diterapkan pada kelas satu hingga tiga SD. Sedangkan
pada Kurikulum 2013, pola Tematik Terpadu ini diterapkan di kelas satu hingga
enam.

Penjurusan
Pada KTSP, siswa SMA bisa memilih jurusan sekolah sejak kelas XI. Selain itu,
penjurusan di SMK juga sangat detil.

Pada Kurikulum 2013, tidak ada penjurusan bagi pelajar SMA. Siswa harus
menamatkan mata pelajaran wajib, peminatan, antarminat dan pendalaman minat.
Pada SMK, penjurusan tidak terlalu detil hingga bidang studi. Penjurusan di SMK
meliputi pengelompokan peminatan dan pendalaman.

Penilaian

Pada KTSP, proses penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan. Pada
Kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara otentik dengan mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Ekstrakurikuler

Pramuka tidak menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib pada KTSP. Sebaliknya,


pramuka wajib pada Kurikulum 2013.

(rfa)

Anda mungkin juga menyukai