Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).[1]
Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum sebelumnya
adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan dalam
kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam KTSP
sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan dan diputuskan oleh
pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat kebebasan untuk melakukan pengembangan pada
tingkat satuan pendidikan, namun pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Ketetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.[2] KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Daftar isi
1 Pengembangan Mutu Kurikulum Pembelajaran Sekolah
2 Cara Penyusunan KTSP atau Prosedurnya
o 3.1 SD
o 3.2 SMP
o 3.3 SMA
4 Lihat pula
5 Referensi
6 Pranala luar
Lulusan sekolah atau madrasah yang berkualitas menurut USPN memiliki sembilan (9) Indikator
Makro, antara lain sebagai berikut :
1. Beriman
2. Bertaqwa
3. Berilmu
4. Bertanggung Jawab
5. Sehat
6. Cakap
7. Kreatif
8. Mandiri, dan
9. Demokratis
Wujud program yang dibuat di masdrasah baik yang desain untuk jangka menengah atau
Rencana Kerja Jangka Menengah "RJKM" dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) diiharapkan
berujung kepada pencapaian Indikator-indikator makro tersebut.
Setiap program yang disusun untuk mencapai tujuan -tujuan seperti di atas mestinya dimulai dari
awal yang rasional, dan faktual, untuk itu setiap program mestinya dimulai dengan analisis
kebutuhan. Lebih jelasnya kerangka desain pengembangan mutu kurikulum, dan pembelajaran di
suatu madrasah atau sekolah.[3]
Pengertian KTSP KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Konsep
Dasar KTSP Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP disusun dan
dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut. 1.Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Beberapa hal
yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
adalah sebagai berikut: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan
komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan
pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-
kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan
berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah. Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan
berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan
sekolah. Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah
untuk: 1.Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum
melalui pengembalian keputusan bersama. 3.Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan
pendidikan yang akan dicapai. Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu
pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang
sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan
pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut. 1.Sekolah lebih mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya. 2.Sekolah lebih
mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik. 3.Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4.Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat sekitar. 5.Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran
KTSP. 6.Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta
didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. 7.Sekolah dapat secara cepat merespon
aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya
dalam KTSP. Landasan KTSP 1.UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2.PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3.Permendiknas No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi 4.Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5.Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun
2006 Ciri-ciri KTSP 1.KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah. 2.Orang tua dan masyarakat dapat
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 3.Guru harus mandiri dan kreatif. 4.Guru diberi
kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Sumber: Mulyasa, E. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007) Sumber:
http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/kurikulum-tingkat-satuan-
pendidikan.html#ixzz4ScPPD3YE
Kalender pendidikan,
Silabus, dan
Visi sekolah harus mengacu pada kebijakan pendidikan nasional dengan tetap
memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan siswa. Tujuan pendidikan
nasional yang digunakan rujukan setiap sekolah pasti sama. Akan tetapi, karena
kebutuhan masyarakat yang dilayani oleh masing-masing sekolah berbeda-beda,
maka visi setiap sekolah pun tidak mesti sama.
Advertiser
Perhatikan salah satu contoh rumusan visi sekolah berikut!
Menurut Anda, apakah rumusan visi tersebut dapat dengan mudah dimengerti dan
dipahami maknanya? Agar rumusan visi tersebut dapat dipahami dengan mudah
dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam, sebaiknya disertai
dengan indikator sebagai penjelasan tentang apa yang dimaksudkan oleh visi
tersebut. Dari visi tersebut dapat dicontohkan rumusan indikatornya sebagai
berikut.
Dst.
Salam Satu Data Pada kesempatan ini admin berbagi informasi tentang kurikulum
yang kini telah menjadi perbincangan hangat di berbagi media. Sebelumnya admin
ingin memberikan sedikit tentang pengertian kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP.
Berikut penjelasan singkat kurikulum ktsp yang admin langsir dari situs Wikipedia :
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun
2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
beban belajar,
kalender pendidikan.
Berikut ini adalah Struktur Program Kurikulum 2006, dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
5. Matematika 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
8. Seni Budaya 2 2 2
B. Muatan Lokal
Jumlah 36 36 36
Keterangan:
Semoga Informasi tentang kurikulum 2006 atau yang sering di sebut dengan
kurikulum KTSP bisa bermanfaat serta bisa menjadi referensi dalam pencarian
informasi lainnya seperti Pengertian Kurikulum KTSP, Dasar hukum Kurikulum 2006 ,
isi kurikulum 2006, kurikulum 2006 pdf, perbedaan kurikulum 2006 dan 2013,
kurikulum 2006 smp, struktur kurikulum 2006, standar isi kurikulum 2006, kurikulum
2006 ktsp. Salam Satu Data
0 0 0 0 New
KTSP dilandasi oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas), Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 SNP,
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang SI, Permendiknas No. 23 tahun 2006
tentang SKL, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas No. 22, dan 23. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh BSNP (BSNP, 2006a).
Tujuan penerapan KTSP secara umum adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun tujuan
khususnya adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia, (b) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama, (c) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2006:22).
Dengan demikian, sekolah akan ikut aktif dalam penyusunan dan pengembangan
sekaligus pelaksanaan kurikulum yang dibuat sendiri sesuai dengan situasi dan
kondisi di tingkat satuan pendidikan tersebut.
Secara subtansial, KTSP sama dengan KBK. Hanya saja, KTSP tidak mengatur secara
rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, guru dan sekolah bebas
mengembangkan sendiri sesuai kondisi murid dan daerahnya (Zatnika, 2006).
Pernyataan ini dipertegas oleh Muslich (2007:17), perbedaan esensial antara KBK
dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedannya
menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat,
dalam hal ini Depdiknas, KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-
masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun tetap mengacu pada
rambu-rambu nasional Panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh badan
independen yaitu BSNP. Selanjutnya bagi satuan pendidikan dasar dan menengah
yang belum melaksanakan uji coba KBK, ditargetkan sudah menerapkan SI dan SKL
secara bertahap dalam waktu paling lama 3 tahun atau sampai tahun ajaran
2009/2010 (BSNP, 2006c:4).
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah kurikulum KTSP. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara
lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum KTSP menjadi
kurikulum 2013 yang mendapatkan pro dan kontra dari berbagai pihak baik dari
kalangan pendidikan maupun dari masyarakat umum. Kurikulum 2013 justru
dianggap dapat memasung kreativitas dan otonomi di bidang pendidikan karena
kurikulum dan persiapan proses pembelajaran akan disediakan dalam bentuk
produk jadi (completely-built up product). Di sisi lain, sebagian orang beranggapan
justru dengan adanya kurikulum 2013 dapat memicu pengembangan kompetensi
siswa kearah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif
dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat
membantu siswa berkembang.
Hal ini sangat menarik untuk menjadi bahan analisis dan diskusi bagi kita, apakah
kurikulum KTSP lebih baik dari kurikulum 2013, atau justru adanya pengembangan
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 ini akan melahirkan output yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat saat ini dan yang akan
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian kurikulum
C. Tujuan
Pembahasan
a. Pengertian KTSP
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa
serta rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dan sejumlah pengalaman
belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu
adanya komponen-komponen pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan,
diantaranya adalah tenaga pendidik, peserta didik, lingkungan, alat-alat pendidikan,
kurikulum dan fasilitas yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
c. Karakteristik KTSP
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif;
Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20 %.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsep penyusunan maupun prakteknya di lapangan.
2. Kurikulum 2013
a. Pengertian
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada kenyataan
yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus
oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa
masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang
dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendorong bagaimana penanaman
budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam
konsep sintem pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan
budaya lokal yang selamaa ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan
sistem pendidkan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali
menjadi inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan
budaya lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak
punah ditelan zaman.
Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2) Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses
pembelajaran dan penilaian
3) Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat
dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran
TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri
sendiri
4). Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari
perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian
No
KTSP
Kurikulum2013
Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi
dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain (sikap dan keterampilan berbahasa)
Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama
lainKonten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten
pembelajaran lainnya
6
Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)
Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat
10
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
11
Penjurusan di SMK sangat detil
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan
Penutup
Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Setiap
kurikulum memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri-sendiri. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Sedangkan kurikulum 2013 merupakan bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Kurikulum 2013 dan KTSP mempunyai perbedaan seperti KTSP mata pelajaran yang
dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri sedangkan
kurikulum 2013 mata pelajaran yang dirancang terkait satu dengan yang lain dan
memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Selain itu
Perbedaan lain terlihat pada kurikulum KTSP siswa SMA ada penjurusan sejak kelas
XI sedangkan kalau kurikulum 2013 siswa SMA tidak ada penjurusan SMA. Ada mata
pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat.
Saran
Demikian tugas ini saya sampaikan, namun saya sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan inovatif
sangat kami harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
serta menambah khasanah keilmuan kita semua. Amin
Ini Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 (biar gak gagal paham)
kurikulum pendidikan indonesia dari masa ke masaBeberapa hari terakhir ini gaung
Kurikulum 2013 yang diresmikan pertengah Juli 2013 terdengar kembali. Lewat
pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan yang
menegaskan bahwa Kurikulum 2013 dihentikan sedangkan saat ini kembali kepada
Kurikulum KTSP tahun 2006. Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat terlebih juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh yang menginisiasi Kurikulum 2013. Nah agar kita lebih bijak mari kita lihat
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 berikut.
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006
A. Perbedaan umumnya
No
Kurikulum 2013
KTSP
Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum,
yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun
2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun 2006
2 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan lebih
menekankan pada aspek pengetahuan
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran
lebih sedikit dibanding KTSP Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata
pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
10
1. Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar
mengajar nantinya yang lebih dominan adalah afektif, psikomotor, baru kognitif.
Artinya siswa dalam proses lebih menonjolkan afektif dan psikomotornya.
3. Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran yang ada di dalam setiap jenjang di
kurikulum 2013 berkurang. Contoh: untuk sekolah dasar yang awalnya 10 menjadi 6
mata pelajaran, tetapi esensi yang diharapkan dari setiap pembelajaran tetap ada,
sehingga cara yang digunakan didalam kurikulum 2013 adalah integrasi beberapa
pelajaran ke pelajaran lain. Integrasi ini disebut pembelajaran tematik. Pengurangan
jumlah pelajaran pada kurikulum 2013 namun dmikian berimbas pada penambahan
waktu belajar. Untuk tingkat sekolah dasar penambhan 4 jam dalam 1 minggu.
Kurikulum 2006
4.Kurikulum belum peka dan tanggapan terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional maupun global.
7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
KTSP 2013
1. Pada kurikulum 2013 tantangan masa depan yang dihadapi yaitu arus globalisasi,
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konfergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
4. Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat dan bermuatan karakter.
Kurikulum 2013
3. Bahasa Indonesia sebagai penghela maple lain (sikap dan keterampilan bahasa)
5. Bermacam jenis konten pembelajaran di ajarkan terkait dan terpadu satu sama
lain (cross curriculum atau integrated curriculum ), konten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya.
9. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, permintaan, antar minat
dan pendalaman minat.
10. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
11. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan pendalaman.
KTSP 2006
2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP
dilakukan oleh satuan pendidkkan dengan memperhatikan dan beradasarkan stndar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh beda standar nasional
pendidikan (BSNP).
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada
posisi yang peling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah satuan pendidikan
dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana
peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemarataan pendidiakan. KTSP merupakan
salah wujud revormasi pendidikan yang memebrikan otonomi kepada sekolah dan
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,
tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembagan kurikulum
dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meingkatakan kinerja
guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kolompok-kelompok
terkait, dan meningkatakn pemahaman masyarakat terhadap, khususnya kurikulum.
Pada system KTSP, sekolah memiliki full autority and responsibility dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi dan tujuan
satuan pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
kedalam indicator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioriotas,
mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar,
serta memeprtanggungjawabkannya kepala masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempbat, komisi
pendidikan pada dewan peerwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan
daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan
tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite
sekolah perlu merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah
dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan sekolah
Karakteristik KTSP
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profosionalsme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteritik KTSP sebagai
berikut: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi
masyarkat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokaratis dan
froposional, serta team-kerja yang kompak dan transparan.
Tujuan KTSP
Memahami tujuan diatas, KTSP dipandang sebagai suatu pola pendikatan baru
dalam pengebangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang
digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan dengan tujuh hal
sebagai berikut:
Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
Landasan KTSP
ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (19);
pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 32 ayat (1), (2), (3); pasal 35 ayat (2); pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); pasal 37 ayat (1), (2), (3); pasal 38 ayat (1), (2).
ketentuan dalam PP 19/2005 yang mangatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (5), (13), (!
4), (15); pasal 5 ayat (1), (2); pasal 6 ayat (6); pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6),
(7), (8); pasal 8 ayat (1), (2), (3); pasal 10 ayat (1), (2), (3); pasal 11 ayat (1), (2),
(3), (4); pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 14 ayat (1), (2), (3); PASAL 16 AYAT (1),
(2), (3), (4), (5); PASAL 17 AYAT (1), (2); pasal 18 ayat (1), (2), (3); pasal 20
Pengembangan KTSP
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan
oleh pemerintah. Sedangkan kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh
perguruna tinggi yang bersangkutan yang mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk setiap program studi.
KTSP yang disusun perlu merujuk pada standar isi dan standar kelulusan yang
dikeluarkan oleh keputusan menteri pendidikan (permen 22 ,23 dan 24 Tahun
2006), ke dua standar diatas dibuat oleh BSNP. Oleh karena itu, dari pusat lebih
hanya ditentukan stadar isi dan standar kelulusan. Maka cukup jelas bahwa sekolah
sekarang lebih bebas dalam menyusun kurikulum sendiri yang disesuaiakan dengan
keadaan sekolah, kebutuhan dan juga keunggulan dan lebih sesuai dengan visi dan
misinya. Sekolah juga dapat memasukkan nilai-nilai yang menjadi keunggulan
sekolah itu sehimngga dapat menarik para calon siswa dan orang tua. Sebaliknya,
sekolah yang belum maju, minimal memakai mereka kurikulum dengan standar isi
dan kelulusan yang digariskan oleh dipdiknas.
Posisi peserta didik adalah senteral dalam pendidikan, peserta didik adalah
subjek pendidikan yang harus mengembangkan kompetensinuya.
Keragaman karakteritik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis
pendidikan diperhatikan tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
Isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
Agama
Kesetaraan jender
Karakteristik
Kelemahan KTSP
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan
Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar
pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-persoalan yang
dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP hanya
akan menambah daftar makin carut-marutnya pendidikan di Indonesia.
Kelebihan KTSP
Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat
secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan,
situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah
mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika
diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara
horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan
Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan
secara horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam
merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan,
organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-
benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana sekolah tersebut berada.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang,
mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan
situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk
mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur
daerahnya. KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM)
di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya
sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu yang harus
digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah
kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum 2006.
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih20%.
Dengan diberlakukannya KTSP itu nantinya akan dapat mengurangi beban belajar
sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana. Di samping jam pelajaran
akan dikurangi antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap
memberatkan siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat pengurangan jam
pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan
kompetensi siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari BNSP.
Rekomendasi ini dapat dikatakan cukup unik, karena selama bertahun-tahun beban
belajar siswa tidak mengalami perubahan, dan biasanya yang berubah adalah
metode pengajaran dan buku pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa
diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran
dalam setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA
adalah 45 menit, maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan untuk SD
menjadi 35 menit setiap jm pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk SMA
tidak berubah, yakni tetap 45 menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran
dalam satu tahun ini dengan asumsi setahun terdapat 36-40 minggu efektif
kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38 jam
pelajaran.
Persoalan ini lebih dirasakan untuk siswa SD dan SMP. Dalam usia yang masih anak-
anak, mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan
kepribadiannya. Suasana formal yang diciptakan sekolah, ditambah lagi standar jam
pelajaran yang relatif lama, tentu akan memberikan dampak tersendiri pada
psikologis anak. Banyak pakar yang menilai sekolah selama ini telah merampas hak
anak untuk mengembangkan kepribadian secara alami.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran untuk siswa perlu
dikurangi. Meski demikian, perngurangan itu tidak dilakukan secara ekstrim dengan
memangkas sekian jam frekwensi siswa berhubungan dengan mata pelajaran di
kelas. Melainkan memotong sedikit, atau menghilangkan titik kejenuhan siswa
terhadap mata pelajaran dalam sehari akibat terlalu lama berkutat dengan
pelajaran itu.
Dapat dikatakan bahwa perberlakuan KTSP ini sebagai upaya perbaikan secara
kontinuitif. Sebagai contoh, kurikulum 1994 dapat dinilai sebagai kurikulum yang
berat dalam penerapannya. Ketika diberlakukan Kurikulum 1994 banyak sekolah
yang terlalu bersemangat ingin meningkatkan kompetensi iptek siswa, sehingga
muatan iptek pun dibesarkan. Tetapi yang patut disayangkan adalah SDM yang
tersedia belum siap, sehingga hasilnya hanya sekitar 30% siswa yang mampu
menerapkan kurikulum tersebut.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang
menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak
bermunculan itu sejak beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas
kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian
justru mewajibkan adanya pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah
plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah plus.
Sebagian sekolah-sekolah plus tersebut ada yang khawatir ditegur karena memakai
bilingual atau memakai istilah kurikulum yang bermacam-macam seperti yang ada
sekarang. Sekarang semua bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar
panduan yang telah ditetapkan dalam KTSP.
Sebagai contoh, Sekolah High Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada
1990 telah menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia dengan Amerika Serikat
(AS). Kendati mendapat lisensi dari AS, namun pihaknya tetap mematuhi kurikulum
pemerintah. Caranya dengan mematuhi batas minimal, namun secara optimal
memberikan penekanan pada aspek-aspek tertentu yang tidak diatur oleh
kurikulum. Misalnya tetap memberikan materi Bahasa Indonesia, namun
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama.
Sumber rujukan:
http://7assalam9.wordpress.com/
http://pojokhermanto.blogspot.com
cecepkustandi@yahoo.com
Hal-hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
Asumsi yang Mendasari KTSP
Tujuan KTSP
Otonomi daerah:
Dalam rangka pengembangan KTSP, setiap satuan pendidikan perlu membentuk tim
pengembang kurikulum. Terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing
(konselor), komite sekolah dan dalam hal tertentu melibatkan orang tua atau
peserta didik.
Penyusunan Draft
b.Pengesahan KTSP
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MKA dinyatakan
berlaku oleh kepala madrasah serta diketahui oleh komite madrasah dan oleh
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas provinsi
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
a.Komponen KTSP
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
beban belajar,
kalender pendidikan.
SKL
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Tugas guru yaitu mengembangkan
SK dan KD dalam bentuk indikator. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75% dimana dalam menentukan kriteia tersebut harus
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan
diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Standar Proses
Jumlah jam/minggu :
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/MA= 38-39/minggu
SD/MI = 35 menit
SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
Tenaga Pendidikan
Guru adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan kurikulum dan
implementasinya dalam pembelajaran. Sebab bagaimanapun baiknya suatu
kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan kompetensi guru maka dalam
implementasinya disekolah akan menemukan kegagalan.
Menurut Oemar Hamalik (2004) mengatakan bahwa ada beberapa syarat menjadi
guru profesional, yaitu harus memiliki:
Berbadan sehat
Pengelolaan
b.Landasan Pengembangan
c.Pengembangan KTSP
Merumuskan visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.
Berdasarkan SKL, standar isi, visi dan misi serta tujuan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi
yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Iklim belajar yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai
layanan dan kegiatan sebagai berikut:
Menyediakan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam
melakukan tugas pembelajaran (pelayanan individual).
Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi
perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk penyediaan
bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik serta
pengelolaan kelas yang tepat, efektif dan efisien.
Menciptakan kerjasama saling menghargai, dimana peserta didik memiliki
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada
rasa takut mendapatkan sangsi atau dipermalukan.
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain
laboratorium, pusat sumber belajar dan perpustakaan serta tenaga pengelola yang
profesional. Kreativitas guru dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk
membuat dan mengembangkan alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang
berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
Membina Disiplin
Stategi yang dapat digunakan dalam membina disiplin di sekolah sebagai berikut:
Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele;
Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.
Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana secara tepat
waktu dan tepat sasaran, tanpa harus menunggu perintah dari pimpinan yang ada
di atasnya.
Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama;
Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas;
Memberdayakan Staf
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja,proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian.
Karakteristik KTSP sebagai berikut:
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kondisi setempat, diberikan kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik
serta tuntutan masyarakat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan
kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Melalui otonomi yang luas sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan
keputusan dan tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang
diambil secara proposional dan professional.
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui
bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk
membantu sekolah sebagai narasumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat
bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk
mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakanoleh semua pihak. Mereka
tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing
berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya, pihak-pihak terkait
bekerja sama secara professional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang
disepakati bersama sehingga keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic
effect) dari kolaborasi team yang kompak dan transparan.
1. Implementasi /
Pelaksanaan
Kurikulum
Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan
Puskur)
Berbasis Kompetensi
Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD), ada perubahan nama
mata pelajaran
SD/MI = 26-32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/SMK = 38-39/minggu
SD = 35 menit
SMP = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
Jumlah Jam/minggu :
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/MA= 38-39/minggu
SD/MI = 35 menit
SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
8. Prinsip
Pelaksanaan
Kurikulum
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-
jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
9. Pedoman
Pelaksanaan
Kurikulum
Bahasa Pengantar
Intrakurikuler
Ekstrakurikuler
Nilai-nilai Pancasila
Budi Pekerti
Tenaga Kependidikan
Pengembangan Silabus
Pengelolaan Kurikulum
Padahal mekanisme ini sendiri masih belum sesuai dengan aturan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), Peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah:
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;
Kepala sekolah yang kurang mengerti KTSP, dalam hal ini kepala sekolah masih
membuat pola-pola penyeragaman, dalam sistem pembelajaran maupun evaluasi
hasil pembelajaran, dinilai tidak memahami tujuan dan tuntutan kurikulum tingkat
satuan pengajaran (KTSP) yang baru diberlakukan pemerintah.
Apakah KTSP sebagai perekat atau berpotensi lahirkan disintegrasi bangsa? Dalam
suatu kesempatan perkuliahaan DR. C. Asri Budingsih pernah melontarkan
pernyataan, Ada wacana yang berkembang, ketika berdiskusi dengan Prof. Amin
Rais, beliau berbicara soal KTSP, mungkinkah dapat menjamin integrasi bangsa,
ataukah justru sebaliknya dapat menjadi ancaman disintegrasi. Karena nation
menghendaki adanya perasaan solidaritas antar warga yang berlainan latar
belakangnya, maka pendidikan multikultural dipandang sebagai model pendidikan
yang tepat untuk menjawabnya. Implementasi pendidikan multikultural dalam KTSP
dapat didekati dari dua pendekatan, pertama, pendekatan instruksional atau formal,
yaitu dengan mengintegrasikan subjek-subjek, seperti tema-tema menyangkut
keanekaragaman sosial- budaya, toleransi ke dalam materi, pemilihan contoh-
contoh, studi kasus, dan bahasa. Kedua, pendekatan informal, yaitu melalui sikap
dan perilaku warga sekolah, harus dijauhkan dari sikap dan periaku seperti perilaku
guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya yang hanya menonjolkan
kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok lainnya.
Suasana yang aman, nyaman dan tertib dapt mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna, yang lebih menekankan
pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do),
belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama secara
harmonis (learning to live together). Suasana tersebut memupuk tumbuhnya
kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat
adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif dan
berani mengambil resiko) tidak saja bagi peserta didik tetapi juga guru dan
pimpinannya. Untuk itu, KTSP perlu didukung oleh ahli kurikulum dilengkapi oleh
sarana dan prasarana pembelajaran dan diperkaya oleh sumber-sumber belajar
yang memadai.
Musyawarah Guru Mata Pelaaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi
(MGBS) dan Kelompok Kerja Guru merupakan organisasi guru yang saat ini
keberadaannya pada sebagian sekolah sudah tidak memiliki dan tidak melakukan
program kerja sesuai dengan tujuan awalnya. Tujuan MGMP dan KKG terutama
untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Terkadang organisasi ini hanya digunakan
sebagai ajang arisan atau bahkan hanya untuk membicarakan jadwal les bagi
peserta didik menjelang ujian. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru pada
sekolah-sekolah umumnya sudah memadai tetapi suasana belajar belum cukup
kondusif akibat metoda mengajar guru yang kurang bervariasi. Persoalan tersebut
dapat diatasi melalui MGMP, termasuk cara mengembangkan KTSP dan komponen-
komponen lainnya, serta mencari alternatif pembelajaran yang tepat dan
menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. MGMP dan KKG bisa mengundang ahli dari luar, baik ahli
substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang
masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas
maupun berbagai metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai
dalam membentuk kompetensi tertentu. MGMP dan KKG dapat menyusun dan
mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar yang dilakukan secara berkala dan
hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana berikutnya. Beberapa sekolah
yang telah mengembangkan kegiatan MGMP dan KKG secara efektif pada umumnya
dapat mengatasi berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan
siswa, bukan saja dalam kegiatan belajar mengajar tetapi dalam kegiatan lainnya di
sekolah, bahkan masalah pribadipun dapat dipecahkan.
Kemandirian Guru
DAFTAR PUSTAKA
http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-ktsp-
memang-berbeda-secara-signifikan/, Minggu 9 September 2012 Pukul: 14.04
http://totokprasetyono.wordpress.com/2011/05/30/kelemahan-ktsp-dan-solusinya/
Minggu 9 September 2012 Pukul: 13.54
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
Standanr isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalaam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tententu. Standar isi memuat kerangka dasar,
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
kalender pendidikan.
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhak mulia yang dilaksanakan melalui
kegiatan keagamaan, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi , estetika, jasmani, oleh raga dan kesehatan
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilakukan
melalui kegiatan jasmani, olehraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam
dan muatan local yang relevan
Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pedidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar
kompetensi dan kopetensi lulusan.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut
ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
Pola sentralistik yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang efektif dalam
membangun sistem pendidikan kita, sehingga diperlukan pola desentralistik.
Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk yang banyak tidak
dapat dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah pusat. Daerah memiliki
peluang yang cukup luas untuk menentukan kebijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Implikasi dari
kebijakan desentralisasi itu di antaranya berkaitan dengan kurikulum sebagai
komponen yang sangat penting dalam pendidikan.
e. Kesimpulan
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi dan kompetansi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Pengambangan KTSP deserahkan kepada para
pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan
sekolah)untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) pada setiap satuan pendidikan di sekolah dan daerah
masing-masing.
Jurnalis
Komentar
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on linkedin
Share on Path
Toggle
AAA
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on linkedin
Share on Path
Toggle
Berikut ini perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 seperti dirangkum Okezone, Selasa
(9/12/2014).
BERITA REKOMENDASI
Kompetensi
Mata pelajaran
Pada KTSP, setiap mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dengan kompetensi
dasar sendiri pula. Pendekatan mata pelajaran berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Total ada sebelas mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Pada Kurikulum 2013, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang
sama (saintifik). Siswa diajak mengamati, menalar, bertanya dan mencoba. Setiap
mata pelajaran saling terkait dan saling mendukung semua kompetensi
pembelajaran seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan. Total, ada enam hingga
tujuh mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Meski demikian, pada dasarnya pendekatan saintifik juga sudah dipakai dalam KTSP.
Hanya saja, istilah yang digunakan adalah pendekatan inquiry.
Selain itu, mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP sejajar dengan mata
pelajaran lain dan diperlakukan sebagai pengetahuan. Sedangkan dalam Kurikulum
2013, Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi dan pembawa pengetahuan.
Begitu juga dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Proses pembelajaran
Pada KTSP, skema tematik diterapkan pada kelas satu hingga tiga SD. Sedangkan
pada Kurikulum 2013, pola Tematik Terpadu ini diterapkan di kelas satu hingga
enam.
Penjurusan
Pada KTSP, siswa SMA bisa memilih jurusan sekolah sejak kelas XI. Selain itu,
penjurusan di SMK juga sangat detil.
Pada Kurikulum 2013, tidak ada penjurusan bagi pelajar SMA. Siswa harus
menamatkan mata pelajaran wajib, peminatan, antarminat dan pendalaman minat.
Pada SMK, penjurusan tidak terlalu detil hingga bidang studi. Penjurusan di SMK
meliputi pengelompokan peminatan dan pendalaman.
Penilaian
Pada KTSP, proses penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan. Pada
Kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara otentik dengan mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Ekstrakurikuler
(rfa)