Anda di halaman 1dari 3

KONTROVERSI ILMIAH DAN NON ILMIAH TENTANG AGAMA

Kerauhan Masal di Lingkungan Masyarakat

Pada zaman seperti sekarang ini, hal hal yang terjadi di luar nalar manusia seakanakan membuat manusia untuk lebih giat mempelajari tentang ilmu agama yakni tentang ilmu
Ketuhanan. Fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat seperti halnya kerauhan
(kesurupan) adalah fenomena yang sangat menjadi kontroversi bagi para pelaku agama
maupun ilmuan. Kerauhan merupakan tradisi yang diwariskan para leluhur masyarakat
Bali sebagai pembuktian tentang kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Wasa
beserta manifestasi-Nya. Kerauhan berbeda dengan kesurupan, sebab Kerauhan
dilaksanakan dalam sebuah ritual keagamaan yang terdapat pemuput upacara
(sulunggih/pemangku pura), upacara atau upakara, hari suci atau piodalan, rangkaian
upacara, pelaksanaanya di tempat suci (pura), adanya Tapakan Kerauhan, dilaksanakan
umat (pengempon pura), adanya prosesi sakralisasi dan lain sebagainya. Berdasarkan
hal tersebut kekuatan suci yang masuk dalam tubuh Tapakan Kerauhan ialah Ida Sang
Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, sedangkan apabila ada orang kesurupan
tanpa ada faktor-faktor diatas, patut dipertanyakan roh apa yang memasuki tubuh orang
tersebut.
ILMIAH
Kesurupan dalam istilah medisnya disebut dengan Dissociative Trance Disorder
(DTD). Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kesurupan lebih banyak terjadi di
negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur daripada di negara bagian barat. Di India
yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, sering sekali ditemukan orang-orang yang
kesurupan atau sering disebut dengan possesion syndrome atau possesion hysterical. Angka
kejadiannya adalah sekitar 1 sampai 4 persen dari populasi umum.
Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem
limbic yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbic sangat luas
dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan
beratnya tekanan akibat kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan memengaruhi
sistem limbic. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau
neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar mungkin norepinephrin atau
juga serotonin yang menyebabkan perubahan perilaku atau sebaliknya.
Kesurupan disebabkan oleh:
1. Gangguan otak, seperti sindrom Gilles de la Tourette, epilepsi, gangguan identitas
disosiatif atau
2. Penyakit mental, seperti schizophrenia, psikosis, histeria, mania, atau

3.

Orang yang otaknya kurang lebih sehat tapi sayangnya tersedot dalam permainan
peran sosial dengan konsekuensi yang sangat tidak nyaman, seperti remaja yang
hanya dapat mengatakan hal-hal tabu jika ia kesurupan

NON ILMIAH
Kerauhan berasal dari kata rauh yang berarti datang. Makna dan tujuan sesungguhnya
adalah kedatangan mahluk-mahluk suci (para Ista Dewata) ke alam marcapada ini. Tujuannya
adalah untuk menebarkan getaran energi kedewataan di alam marcapada ini, serta untuk
memberikan petunjuk niskala bagi manusia. Kerauhan tidak selalu diakibatkan oleh
kemasukan mahluk. Jika dilihat dari faktor penyebabnya, sesungguhnya ada 7 (tujuh) jenis
fenomena kerauhan, yaitu :
1. Kerauhan karena kemasukan mahluk-mahluk suci (para Ista Dewata).
Ini merupakan bagian dari ritual Tantra yang sangat sakral dalam pelaksanaan upacara
di Bali. Yaitu kedatangan mahluk-mahluk suci [para Ista Dewata] ke alam marcapada
ini, untuk menebarkan getaran energi kedewataan di alam marcapada ini, serta untuk
memberikan petunjuk niskala bagi manusia. Kerauhan karena kemasukan mahlukmahluk bawah atau roh gentayangan.
2. Kerauhan karena membawa bekal-bekal niskala.
Kerauhan jenis ini tidak disebabkan karena ada mahluk yang memasuki tubuhnya.
Tidak ada mahluk yang memasuki tubuhnya.
3. Kerauhan karena mempelajari ilmu kesiddhian tertentu.
Kerauhan jenis ini juga tidak disebabkan karena ada mahluk yang memasuki
tubuhnya. Tidak ada mahluk yang memasuki tubuhnya.
4. Kerauhan karena terkena ilmu hitam.
Kerauhan jenis ini juga tidak disebabkan karena ada mahluk yang memasuki
tubuhnya. Tidak ada mahluk yang memasuki tubuhnya.
5. Kerauhan karena gangguan psikologi (kejiwaan).
Kerauhan jenis semata-mata karena masalah psikologi (kejiwaan) saja. Tidak ada
mahluk yang memasuki tubuhnya.
6. Kerauhan yang hanya pura-pura saja.
Kerauhan jenis ini semata-mata karena kelakuan seseorang yang berpura-pura (hanya
akting) saja mengalami kerauhan. Padahal sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun

yang terjadi. Motif orang-orang yang berpura-pura mengalami kerauhan ini ada
banyak macamnya. Ada yang karena memiliki kepentingan pribadi, motif mengambil
keuntungan, agar dipercaya orang, dsb-nya.

Anda mungkin juga menyukai