Anda di halaman 1dari 21

BAB II

SISTEM PENYIDIKAN MENURUT KUHAP

2.1. Tugas dan Wewenang Penyidik

Kehadiran institusi hukum akan membawa masyarakat

dalam suatu keteraturan yang mantap bagi usaha manusia untuk

memperoleh keadilan ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.

Dengan adanya norma hukum itulah yang akan menuntut para

anggota masyarakat untuk bertingkah laku yang baik dalam hubungan

hidup bermasyarakat, ketertiban dan ketentraman yang terjadi di

dalam kehidupan bermasyarakat, berarti para anggota masyarakat

dapat memahami kehadiran hukum di tengah masyarakat. Bila terjadi

suatu peristiwa pidana maka yang menjadi petugas pengungkapan

pertama suatu peristiwa pidana adalah penyidik. Penyidik menurut

Pasal 1 butir ke-1 KUHAP adalah pejabat polisi Negara Republik

Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

KUHAP lebih jauh lagi mengatur tentang penyidik dalam pasal 6, yang

memberikan batasan pejabat penyidik dalam proses pidana.

Adapun batasan pejabat dalam tahap penyidikan tersebut

adalah pejabat penyidik POLRI dan Pejabat penyidik negeri sipil.

Dsamping yang diatur dalam Pasal 1 butir ke 1 KUHAP dan Pasal 6

KUHAP, terdapat lagi Pasal 10 yang mengatur tentang adanya penyidik

pembantu
disamping penyidik.43 Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan

orang yang berhak sebagai penyidik ditinjau dari segi instansi maupun

kepangkatan, ditegaskan dalam pasal 6 KUHAP. Dalam pasal tersebut

ditentukan instansi dan kepangkatan seorang pejabat penyidik. Bertitik

tolak dari ketentuan pasal 6 KUHAP yang dimaksud, yang berhak

diangkat sebagai pejabat penyidik antara lain adalah:

a. Pejabat Penyidik Polri

Agar seorang pejabat kepolisian dapat diberi jabatan sebagai

penyidik, maka harus memenuhi syarat kepangkatan sebagaimana hal

itu ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (2) KUHAP. Menurut penjelasan Pasal

6 ayat 2, kedudukan dan kepangkatan yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah, diselaraskan dan diseirnbangkan dengan kedudukan dan

kepangkatan penuntut umum dan hakim peradilan umum Peraturan

Pemerintah yang mengatur masalah kepangkatan penyidik adalah

berupa PP Nomor 27 Tahun 1983. Syarat kepangkatan dan

pengangkatan pejabat penyidikan antara lain adalah sebagai berikut;

1. Pejabat Penyidik Penuh

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat "penyidik

penuh", harus memenuhi syarat-syarat kepangkatan dan

pengangkatan,yaitu:

a. Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Leman Dua

Polisi; b. Atau yang berpangkat bintara dibawah Pembantu

Letnan Dua apabila dalam suatu sektor kepolisian tidak ada

pejabat penyidik yang berpangkat Pembantu Letnan Dua;


43
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan

KUHAP, Penyidikan dan Pemmtutan, cet VII (Jakarta: Sinar Grafika),., hal

110.
c. Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian Republik

Indonesia

2. Penyidik Pembantu

Pasal 10 KUHAP menentukan bahwa Penyidik Pembantu adalah

Pejabat Kepolisan Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh

Kepala Kepolisian Negara menurut syarat-syarat yang diatur

denganperaturan pemerintah.44 Pejabat polisi yang dapat diangkat

sebagai "penyidik pembantu" diatur didalam Pasal 3 PP Nomor 27

Tahun 1983. Menurut ketentuan ini, syarat kepangkatan


45
untuk dapat diangkat sebagai pejabat penyidik pembantu:

Sekurang-

kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi;

b. Atau pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kepolisian

Negara dengan syarat sekurang-kurangnya berpangkat

Pengatur Muda (Golongan

n/a); c. Diangkat oleh Kepala Kepolisian Republik

Indonesia atas usul

komandan atau pimpinan kesatuan masing-masing. b.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf

b KUHAP, yaitu pegawai negeri sipil yang mempunyai fungsi dan

wewenang sebagai penyidik. Pada dasamya, wewenang yang mereka


miliki bersumber pada undang-undang pidana khusus, yang telah

menetapkan sendiri pemberian


44
Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya; Hasan Madani, Mengenal

Hukum Acara Pidana, Bagian Umwn Dan Penyidikan. (Yogyakarta:

Liberty) hal 19
45
M. Yahya Harahap,. Pembahasan Permasalahan Dan

Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan, cet VII (Jakarta: Sinar

Grafika),., hal. 111-112

wewenang penyidikan pada salah satu pasal. 46 Wewenang penyidikan

yang dimiliki oleh pejabat pegawai negeri sipil hanya terbatas

sepanjang yang menyangkut dengan tindak pidana yang diatur dalam

undang-undang pidana khusus itu. Hal ini sesuai dengan pembatasan

wewenang yang disebutkan dalam Pasal 7 ayat (2) KUHAP yang

berbunyi:

"Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud Pasal 6

ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-

undang yang menjadi landasan hukumnya masing-masing dan

dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan

pengawasan penyidik Polri"

3. Tugas dan Kewenangan penyidikan yang ditentukan

didalam KUHAP

Yang benvenang melakukan penyidikan dicantumkan dalam

Pasal 6 KUHAP, namun pada praktiknya, sekarang ini terhadap

beberapa tindak pidana tertentu ada penyidik-penyidik yang tidak


disebutkan di dalam KUHAP. Untuk itu pada subbab ini akan dipaparkan

siapa sajakah penyidik yang disebutkan di dalam KUHAP dan siapa saja

yang juga yang merupakan peyidik namun tidak tercantum di dalam

KUHAP. Adapun tugas penyidik itu sen din antara lain adalah:

Pertama, membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 KUHAP. (pasal 8 ayat (1)

KUHAP) Kedua , menyerakan her kas perkara kepada penuntut umum.

(Pasal 8 ayat (2) KUHAP),

Ketiga , penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau

pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga

merupakan tindak pidana korupsi wajib segera melakukan penyidikan

yang diperlukan (Pasal 106 KUHAP),

"Ibid, hal.113

Keempat, menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang

bukti kepada

penuntut umum (Pasal 8 ayat (3) KUHAP),

Kelima , dalatn hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu

peristiwa

yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal tersebut

kepada

penuntut umum. (Pasal 109 ayat (1) KUHAP),

Keen am , wajib segera menyerahkan berkas perkara penyidikan

kepada penuntut
umurn, jika penyidikan dianggap telah selesai. (Pasal 110 ayat (1)

KUHAP).

Ketujuh , dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan

untuk

dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan

sesuai dengan

petunjuk dari penuntut umum (Pasal 110 ayat (3) KUHAP),

Kedelapan , setelah menerima penyerahan tersangka, penyidik wajib

melakukan

pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan (Pasal 112

ayat (2)

KUHAP),

Kesembilan , Sebelum dimulainya pemeriksaan, penyidik wajib

memberitahukan

kepada orang yang disangka melakukan suatu tindak pidana korupsi,

tentang

haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam

perkaranya itu

wajib didampingi oleh penasihat hukum (Pasal 114 KUHAP),

Kesepuluh , wajib memanggil dan memeriksa saksi yang

menguntungkan bagi

tersangka (Pasal 116 ayat (4) KUHAP),

Kesebelas , wajib mencatat dalam berita acara sesuai dengan kata

yang

dipergunakan oleh tersangka (Pasal 117 ayat (2) KUHAP),


Keduabelas , wajib menandataiigani berita acara pemeriksaan

tersangka dan atau

saksi, setelah mereka menyetuji isinya (Pasal 118 ayat (2) KUHAP),

Ketigabelas , dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari

setelah perintah

penahanan dijalankan, penyidik harus mulai melakukan pemeriksaan

(Pasat 122

KUHAP),

Keempatbelas , dalam rangka melakukan penggeledahan rumah,

wajib terlebih

dahulu menjukkan tanda pengenafnya kepada ter sangka atau

keluarganya (Pasal

125 KUHAP),

Kelimabelas , membuat berita acara tentang jalannya dan hasil

penggeledahan

rumah (Pasal 126 ayat (1) KUHAP),

Keenambelas , membacakan terlebih dahulu berita acara tentang

penggeledahan

i rumah kepada yang

bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditandatanganinya,

tersangka atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua

lingkungan dengan dua

orang saksi (Pasal 126 ayat (2) KUHAP),


Ketujuhbelas , wajib memmjukkan tanda pengenalnya terlebih

dahulu dalam hal

melakukan penyitaan (Pasal 128 KUHAP),

Kedelapan betas, memperlihatkan benda yang akan disita kepada

keluarganya dan

dapat minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan

disaksikan oleh

Kepala Desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi (Pasal 129

ayat (1)

KUHAP),

Kesembilanbelas , Penyidik membuat berita acara penyitaan (Pasal

129 ayat (2)

KUHAP),

Keduapuluh , menyampaikan turunan berita acara penyitaan kepada

atasannya,

keluarganya dan Kepala Desa (Pasal 129 ayat (4) KUHAP),

Keduapuluh satu , menandatangani benda sitaan sesaat setelah

dibungkus (Pasal

130 ayat (1) KUHAP),

Sedangkan kewenangan dari penyidik antara lain adalah:

1. Sesuai dengan pasal 7 ayat (1) KUHAP, penyidik berwenang

untuk

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang

tentang adanya
tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat

kejadian; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan

memeriksa tanda

pengenal diri tersangka; d. Melakukan penangkapan,

penahanan, penggeledahan dan

penyitaan;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f.

Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; g. Memanggil

orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi

(Pasal 7 ayat (1) jo Pasal 112 ayat (1) KUHAP); h.

Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya

dengan pemeriksaan perkara; i. Mengadakan tindakan

lain menurut hukum yang bertanggung

jawab;

2. Dalam hal dianggap perlu dapat meminta pendapat seorang ahli

atau orang yang memiliki keahlian khusus (Pasal 120 KUHAP jo

Pasal 133 ayat (1) KUHAP).

3. Penyidik dapat mengabulkan permintaan tersangka, keluarga,

atau penasihat hukum tersangka atas penahanan tersangka

(Pasal 123 ayat (2) KUHAP).

4. Penyidik dapat mengadakan penjagaan atau penutupan tempat

atau rumah yang digeledah demi keamanan dan ketertiban

(Pasal 127 ayat (1) KUHAP).


5. Penyidik berhak memerintahkan setiap orang yang dianggap

perlu tidaknya meninggalkan tempat terrsebut selama

penggeledahan berlangsung (Pasal

127 ayat (2) KUHAP).

6. Dalam hal timbul dugaan kuat ada surat palsu atau yang

dipalsukan,

penyidik dengan izin ketua pengadilan negeri setempat dapat

datang atau dapat minta kepada pejabat penyimpan umum yang

wajib dipenuhi, supaya ia menginmkan surat asli yang

disimpannya itu kepadanya untuk dipakai sebagai bahan

perbandingan (Pasal 132 ayat (2) KUHAP) Dalam melaksanakan

tugasnya tersebut Penyidik wajib menjunjung tinggi

hukum yang berlaku. Untuk itu Penyidik membuat berita acara

pelaksanaan

tindakan (Pasal 75 KUHAP) tentang:47

1. Pemeriksaan tersangka;

2. Penangkapan;

3. Penahanan;

4. Penggeledahan;

5. Pemasukan rumah;
47
Darwan Prixtst,Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,

(Jakarta: Djambatan, 1989), hal 92-93.


6. Penyitaan benda;

7. Pemeriksaan surat;

8. Pemeriksaan saksi;

9. Pemeriksaan tempat kejadian;

10. Pelaksanaan Penetapan dan Putusan Pengadilan

11. Pelaksanaan tindakan lain sesuai KUHAP.

Dan berbicara mengenai proses penyidikan berarti

merupakan bagian dari tugas dan kewajiban polisi yang represif.

Oleh karena itu dalam suatu tindak pidana yang belum diketahui

siapa pelakunya, maka untuk itu diturunkan tim penyelidik untuk

mengetahui perbuatan tersebut apakah merupakan tindak pidana

atau bukan, dalam hal ini penyelidik bertugas untuk mencari

informasi tentang siapa-siapa yang dicurigai. Hal ini digunakan

untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan proses penyidikan

lebih lanjut.

Oleh karena itu M. Yahya Harahap berpendapat bahwa :

Sebelum dilakukan tindakan oleh aparat penegak hukum


dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik dengan
maksud dan tujuan mengumpulkan bukti permulaan atau
bukti yang cukup guna dapat dilakukan tindak lanjut berupa
penyidikan. Dengan adanya tahapan penyelidikan,
diharapkan tumbuhnya sikap hati-hati dan rasa
tanggungjawab yang lebih bersifat manusiawi dalam
melaksanakan tugas penegakkan hukum. 1

Di dalam Pasal 1 butir ( 5) KUHAP, dijelaskan :

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk

mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana guna menentukan suatu peristiwa yang

diduga sebagai tindakpidana guna menentukan dapat atau

tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur

dalam undang-undang.

Untuk mengetahui siapa yang berwenang melakukan

penyelidikan, diatur didalam Pasal 1 butir (4 ) KUHAP, yaitu :

Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia

yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

melakukan penyelidikan.

Penyelidikan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1) huruf a, karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1. Menerima laporan dan pengaduan dari seorang tentang

adanya tindak pidana.

2. Mencari keterangan dan barang bukti

3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan

menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.

1
H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, Op- cit, hal 25
Jadi penyelidikan ini merupakan suatu bagian kegiatan

sebelum dilakukan penyelidikan, jadi suatu wewenang yang

diberikan oleh undang-undang kepada Polisi untuk melakukan

suatu kegiatan mencari dan menemukan suatu kejahatan yang

kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan.

Adalah merupakan hal yang lazim terjadi bahwa penyidik

dimulai seteleh petugas hukum mengetahui telah terjadi suatu

peristiwa pidana yang dilakukan oleh seseorang. Dengan

mengetahui bahwa sesuatu peristiwa pidana telah dilakukan

orang dapat diketahui terjadinya delik dari 4 kemungkinan yaitu :

a. Karena Laporan
Pasal 1 butir 24 berbunyi laporan adalah
pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena
hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya tindak pidana.
b. Karena Pengaduan
Pasal 1 butir 25 berbunyi pengaduan adalah
pemberitahuan yang disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk
menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan
tindak pidana aduan yang merugikannya.
c. Karena tertangkap tangan
Pasal 1 butir 19 berbunyi tertangkap tangan adalah
Tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan
tindak pidana atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukkan atau membantu melakukan tindak pidana
itu.
d. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau cara lain
sehingga penyidik mengetahui terjadinya delik seperti
dari surat kabar, mendengar dari radio atau orang
bercerita dll. 2

2
Andi Hamzah, I. Op-Cit hal 119
Untuk itu yang dimaksud dengan penyelidikan diatur

didalam Pasal 1 butir (2), yaitu :

Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari

serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna

menemukan tersangkanya.

Sedangkan yang berwenang melakukan penyidikan adalah

penyidik yang menurut Pasal1 butir 1 KUHAP, adalah :

Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang untuk melakukan wewenang khusus untuk

melakukan penyidikan.

Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan orang

yang berhak sebagai penyidik ditinjau dari segi instansi maupun

dari segi kepangkatan, ditegaskan didalam Pasal 6 ayat (1 )

KUHAP :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang.

Mempertahankan ketentuan syarat kepangkatan penyidik

yang diatur dalam PPNo.27 Tahun 1983, yaitu tentang :

1. Pejabat Penyidik Penuh


a. Adalah Pejabat Polisi Negara RI sekurang-kurangnya

berpangkat AIPDA (Ajun Inspektur Polisi Dua ) apabila

dalam suatu sektor Kepolisian tidak ada Pejabat Penyidik

b. Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian RI

2. Penyidik Pembantu

a. Pejabat Polisi Negara RI sekurang-kurangnya berpangkat

BRIPDA (Brigadir Polisi Dua)

b. Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kepolisian Negara

berpangkat Pengatur Muda golongan II/A

c. Diangkat oleh Kepala Kepolisian RI atas usul Komandan

masing-masing.

3. Penyidik Pegawai Negara Sipil (PPNS)

a. PPNS mempunyai pangkat sekurang-kurangnya Pengatur

Muda tingkat I atau golongan II / B.

b. Diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang

membawahi Pegawai Negeri Sipiltersebut. Dengan

mendapat pertimbangan dari Jaksa Agung dan Kapolri.

Penyidikan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7

ayat (1 ) huruf a, karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1. Menerima laporan (pengaduan) dari seseorang tentang

adanya tindak pidana

2. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian.

3. Menyuruh berehenti seseorang tersangka dan memeriksa

tanda pengenal tersangka.


4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan.

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi.

8. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan perkara.

9. Mengadakan penghentian penyidikan

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.

Adapun tujuan dari penyidikan adalah untuk menunjukan

siapa yang telah melakukan tindak pidana dengan mencari bukti-

bukti mengenai kesalahan yang dilakukannya.

Sifat dasar penyidikan adalah mencari kebenaran materil.

Kebenaran materil itu suatu kebenaran menurut fakta yang

sebenarnya. Dalam penyidikan tindak pidana, kebenaran materil

yang mmutlak tidak akan dapat diperoleh, karena hanya Tuhanlah

yang mengetahuinya. Walaupun demikian bukti-bukti dapat

diketemukan sebanyak-banyaknya, sehingga mendekati

kebenaran yang meyakinkan, bahwa ada suatu tindak pidana

yang dilakukan dan siapa pelakunya.

Didalam mencari bukti-bukti, khususnya di dalam proses

penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, maka petugas penyidik

tersebut harus dapat mejadga hak-hak asasi manusia.


Apabila seorang penyidik mendengar atau menerima

laporan tentang terjadinya tindak pidana, maka sebagai langkah

awal yang perlu mendapat perhatian bagi seorang penyidik

adalah ;

a. Penyiapan peralatan seperti alat fotografi


b. Pengamanan bekas-bekas peristiwa tersebut
c. Pemberitahuan peristiwa yang terjadi kepada pihak-
pihak yang terjadi kepada pihak-pihak yang dianggap
menolong.
d. Mengadakan keterangan ditempat kejadian.
e. Mengadakan penutupan atau penjagaan ditempat
kejadian.
f. Menghimpun petunjuk untuk mendapat tanda-tanda
bekas secara teratur. 3

Adapun, sebelum dimulai penyidikan dilakukan tindakan

penangkapan oleh petugas Kepolisian terhadap seseorang

yangdiduga melakukan tindak pidana.

Yang dimaksud dengan penangkapan menurut Pasal 1 ayat

(20 KUHAP), yaitu :

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa

pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau

terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan

penyidikan atau penuntut dan atau peradilan dalam hal

serta menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini.

Cara pelaksanaan penangkapan datur dalam Pasal 18,

menentukan :

1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas

kepolisian negara RI.

3
Soedjono, D, Pemeriksaan Pendahuluan menurut KUHAP ( Alumni : Bandung, 1982 )
hal 94
2. Petugas yang diperintahkan melakukan penangkapan harus

memperlihatkan surat tugasnya kepada tersangka yang

hendak ditangkap.

3. Petugas yang telah memiliki surat tugas penangkapan

harus pula memperlihatkan surat perintah penangkapan

terhadap tersangka.

Setelah melakukan penangkapan terhadap seseorang yang

diduga melakukan tindak pidana, maka segera dilakukan

tindakan penyidikan. Permulaan penyidikan harus dilakukan

dengan sangat hati-hati sedapat mungkin menghindari terjadinya

tindakan fisik.

Apabila seorang penyidik akan memulai pelaksanaan

pemeriksaan terhadap tersangka, maka di dalam pedoman

pelaksanaan KUHAP dinyatakan bahwa :

1. Pemberitahuan oleh penyidik kepada penuntut umum,


sebagaimana dimaksud oleh Pasal 109 KUHAP adalah
merupakan suatu kewajiban bagi penyidik.
2. Pemberitahuan tersebut wujudnya harus tertulis demi
ketertiban administrasi perkara, dan dalam hubungan ini
perlu adanya suatu standarisasi, yakni apakah
pemberitahuan tersebut dalam bentuk suatu formulir
atausuatu surat dinas biasa.
3. Batas waktu pemberitahuan seyogyanya dilakukan dalam
waktu relatif singkat, yaitu sejak penyidik memulai
pemeriksaan terhadap tersangka. 4

Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam

penyelidikan atau investigation, antara lain :

1. Identifikasi

4
Andi Hamzah, II, Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik dan Sarana
Hukum (Ghalia Indonesia : Jakarta ) hal 130
Dimana perhatian utama diarahkan kepada pelaku-pelaku
kejahatan yang tergolong profesional dan yang tergolong
residivis.
2. Sidik Jari
Adalah merupakan penelitian mengenai alur-alur jari
3. Modus Operandi
Cara kerja seseorang dalam melakukan suatu kejahatan
4. File
Keterangan-keterangan tersangka serta petunjuk bahkan
pembuktian untuk digunakan dalam pengusutan sampai
pada
peradilan.
5. Informan
Dimana petugas hukum memanfaatkan berbagai
golongan masyarakat untuk diminati keterangan
sehubungan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu
peristiwa pidana.

6. Introgasi (pemeriksaan)
Dimana penyidik melakukan proses pemeriksaan
terhadap seseorang yang diduga melakukan suatu
kejahatan.
7. Bantuan Ilmiah, antara lain :
a. Laboratorium (seperti meneliti bekas darah, jenis
rambut)
b. Analisis kimia (contohnya : autopsy/sebab-sebab
kematian)
c. Photografi
d. Document Examination (penelitian dan pengujian
dokumen) 5

2.2. Sistem Penyidikan Menurut KUHAP

5
Gerson W. Bawengan, Penyelidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi (Pradnya
Paramita : Jakarta, 1977) hal 12-17.

Anda mungkin juga menyukai