BAB I
PENDAHULUAN
Dari masa jaman penjajahan sudah ada yang disebut prostitusi, namun pada
jaman itu lasim disebut pelacuran, seiring dengan jaman globalisasi dan persaingan
ekonomi yang yang tidak seimbang maka banyak dari wanita Indonesia telah
mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan instan dan banyak
sekarang para penjual seks yang di motori oleh para germo sebagai perantara bisnis
karena dianggap penghasil uang yang banyak dan cepat. Seiringdengan itu hampir
langkah strategis telah diambil pemerintah dalam menangani masalah ini, baik
dalam bidang pelacuran tersebut. Tetapi kenyataan yang dihadapi adalah pelacuran
meningkat dari waktu ke waktu. Permasalahan lebih menjadi rumit lagi tatkala
1
pebisnis. Pelacuran telah diubah dan berubah menjadi bagian dari bisnis yang
terpakai.
marak sekarang ini dan mempunyai sejarah panjang. Namun pada jaman sekarang,
prostitusi oleh masyarakat Indonesia dianggap menjadi sesuatu yang biasa dan
hampir ada disetiap daerah, tidak hanya di kota – kota besar namun mencakup
sudah ada UU mengenai praktek prostitusi yang ditinjau dari segi Yuridis yang
terdapat dalam KUHP yaitu mereka yang menyediakan sarana tempat persetubuhan
(pasal 296 KUHP), mereka yang mencarikan pelanggan bagi pelacur (pasal 506
KUHP), dan mereka yang menjual perempuan dan laki-laki di bawah umur untuk
kelamin yang mengerikan seperti HIV / AIDS akibat adanya pelacuran di tengah
2
peka terhadap gejala sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga mereka dapat
membuat produk hukum yang dapat langsung menyentuh masyarakat dan efektif
1.2 Permasalahan :
Indonesia.
1.3 Tujuan
Supaya pemerintah bisa lebih peka terhadap gejala sosial yang terjadi di
anggota lembaga legislatif bisa membuat produk hukum yang efektif, berkualitas,
3
BAB II
PEMBAHASAN
Prostitusi diartikan sebagai pelacur atau penjual jasa seksual atau disebut
juga dengan pekerja seks komersial. Menurut istilah, prostitusi di artikan sebagai
suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum
ini. Prostitusi seperti sudah mendarah daging dan sulit untuk diputus dan
dilepaskan dari para pelaku. Salah satu cara hanya dengan menekan laju praktek-
praktek yang berbau prostitusi. Pemerintah harus aktif dalam upaya memberantas
dalam praktek masih banyak praktek prostitusi yang dibiarkan, atau seolah-olah
dilegalkan, dan pura-pura tidak tahu. Sikap seperti inilah yang kemudian akan
menjadikan hukum itu seperti bias, atau hanya hiasan pelengkap saja.
manusia, maka dia adalah manusia yang kehilangan jati dirinya, yang lupa akan jati
dirinya sendiri, menjadi terasing pada dirinya sendiri. Ia tidak menyadari apa yang
menjadi hakekat dan tujuan hidupnya, maka kurang lebih seperti itulah hukum di
Indonesia sekarang ini. Bagaimana bisa hukum itu memberi rasa keadilan &
bagaimana bisa hukum itu berjalan efektif jika dalam proses pembuatan produk
4
hukum itu sendiri, banyak sekali kepentingan-kepentingan yang memboncenginya
pendapatan daerah dimana secara tidak langsung pendapatan asli daerah menjadi
bertambah dan disisi lain sangat menguntungkan Pemda. Seperti halnya tempat
lokalisasi yang terdapat disetiap daerah wisata. Pemda setempat tidak melarang
para pelaku seks komersil untuk beraktifitas dan menjalankan pekerjaannya sebagai
tertentu untuk dapat masuk ke area tersebut, sehingga tidak sembarang orang untuk
dapat masuk ke tempat itu. Jadi kalau saja mencari kambing hitam atas
1. Undang-Undang.
2. Penegak Hukumnya,
3. Sarana - prasarana.
4. Masyarakat.
5
Dalam hal ini, bagaimana peran pemerintah pusat dalam menanggulangi
dan menutup tempat lokalisasi disetiap daerah melihat sebagian besar pendapatan
daerah mengucur dari hasil tempat lokalisasi tersebut. Bukan berarti menyalahkan
pelacuran itu, seperti tutup mata dengan praktek prostitusi yang jelas-jelas semakin
merajalela.
Secara nalar sangat sulit untuk dibayangkan ada orang yang ingin hidup
untuk menjadi seorang pelacur. Meski ada sebab-sebab lain yang mendorong
seseorang itu untuk melacur, namun perbuatannya itu sangatlah tidak rasional.
Kebanyakan alasan mereka para pelaku prostitusi hanya ingin mendapat uang
banyak dengan mudah dan dalam waktu yang singkat, ada juga karena dari keluarga
broken home, keluarga berada namun kurang kasih sayang dan yang paling
parSOah yaitu alasan karena hobi yang ia jalankan. Jadi tidak hanya kepuasaan
batin saja, melainkan kepuasaan lahir dan kenikmatan sementara yang ia dapatkan
dan rasakan.
Hal ini merupakan PR bagi bangsa kita untuk mencari sebab-sebab yang
haruslah dilihat dan dicermati dari faktor-faktor endogen (dari dalam) dan eksogen
(dari luar) serta banyak sekali alasan-alasan mengapa wanita dan gadis-gadis
bahkan janda-janda memasuki pekerjaan kotor dan hina ini, akan tetapi alasan
ekonomi dan psikologi lah yang paling menonjol dari semua alasan yang ada.
6
Dalam suatu masyarakat ada perbuatan yang ditinjau dari sudut pendirian
persekutuan. Hak mogok pada satu bangsa merupakan hal wajar, namun hal
tersebut dapat dirasakan sebagai pelanggaran di bangsa yang lain karena dalam
rapat dengan teori tentang kejahatan sebagai peristiwa sosial, untuk dapat
perasaan yang egosentris lebih banyak tergantung dari rekan – rekan social daripada
yang dapat diduga semula. Sebagai contoh, rasa harga diri, yang tidak hanya
dikenal oleh dorongan untuk menjadi berharga, tetapi untuk menampakkan dirinya
Para pelaku prostitusi telah hilang rasa harga dirinya. Mereka hanya dapat
dinilai dengan uang dan didepan orang lain tidak menunjukkan rasa yang sekiranya
tidak dapat dinilai dengan uang. Secara sosiologi, prostitusi merupakan perbuatan
amoral yang terdapat dalam masyarakat. Para pelakunya tidak hanya dari kalangan
remaja, anak dibawah umur melainkan dari kalangan ibu – ibu rumah tanggapun
ada. Hanya demi untuk mendapat sesuap nasi dan kesenangan sesaat mereka telah
hidung belang.
7
Kehidupan para pelaku prostitusi sangatlah primitive. Dilihat dari segi
di usir dari tempat tinggalnya, dan lain – lain sebagainya. Mereka seakan – akan
sebagai makhluk yang tidak bermoral dan meresahkan warga sekitar serta
martabat wanita. Dari aspek ekonomi, prostitusi dalam prakteknya sering terjadi
pemerasan tenaga kerja. Dari aspek kesehatan, praktek prostitusi merupakan media
yang sangat efektif untuk menularnya penyakit kelamin dan kandungan yang sangat
kegiatan kriminal Dari aspek penataan kota, prostitusi dapat menurunkan kualitas
umumnya, secara garis besar prostitusi tentunya juga mempunyai suatu makna
hidup. Sama halnya dengan manusia atau individu lainnya. Proses penemuan
makna hidup bukanlah merupakan suatu perjalanan yang mudah bagi seorang PSK,
perjalanan untuk dapat menemukan apa yang dapat mereka berikan dalam hidup
mereka, apa saja yang dapat diambil dari perjalanan mereka selama ini, serta sikap
yang bagaimana yang diberikan terhadap ketentuan atau nasib yang bisa mereka
rubah, yang kesemuanya itu tidak bisa lepas dari hal-hal apa saja yang diinginkan
selama menjalani kehidupan, serta kendala apa saja yang dihadapi oleh mereka
8
Salah satu faktor yang mempengaruhi sosiologi hukum adalah bahwa
perbedaan hukum dengan kebiasaan terletak pada unsur kekuasaan resmi, yang
dapat memaksakan berlakunya hukum tersebut. Selain daripada itu, hingga kini ada
pola yang telah ada dalam sistem hukum. Dalam hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
sosiolologi berada diatas segala-galanya, karena apa yang telah dilakukan oleh para
ahli sosiologi untuk memahami hukum secara realistik tetap tidak dapat menutupi
kegagalan mereka untuk dapat menjelaskan ciri khas hukum. Yang patut dicatat
yang besar terhadap kaedah hukum yang dihubungkannya sebagai jenis solidaritas
dalam masyarakat, hukum dirumuskan sebagai kaedah yang bersanksi dimana berat
1 sifat pelanggaran.
perilaku tertentu.
Teori behaviorisme dalam disiplin sosiologi ialah teori yang berkarakter psikologis,
yang lebih penting untuk mempengaruhi serta membentuk tingkah laku manusia
ialah kebiasaan yang secara terus menerus dilakukannya sebagai respons terhadap
9
lingkungannya, respons ini dapat diidentifikasi dan diukur untuk mengetahui
seberapa besar respons yang diberikan oleh stimulus internal maupun eksternal.
Karena itu, teori behaviorisme adalah merupakan pendukung teori tabula rasa,
yakni teori yang mengajarkan bahwa manusia lahir tidak membawa apa-apa,
dimana sikap dan watak manusia tersebut menjadi berbeda-beda karena pengaruh
dari lingkungannya sejak dia mulai menjalani proses kehidupannya. Dari hal inilah,
kehidupan manusia dalam lingkungannya sehari-hari. Akibat dari gaya hidup, pola
pergaulan dan pola berpikir yang salah dalam menafsirkan suatu bentuk perilaku
social. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa stimulus internal maupun
Indonesia. Efek psikologi yang didapatkan dari praktek prostitusi ini adalah
berkebalikan pada dasarnya manusia itu dilahirkan, bahwa manusia lahir dalam
keadaan bersih dan tidak ada warna, namun karena perbaurannya dalam kehidupan
buruknya menjadi suatu acuan dalam pengambilan langkah dalam hidup pelaku
prostitusi, karena berdampak pada efek psikologi dan kejiwaan pelaku prostitusi.
Prostitusi bukan hanya perkara jual-beli jasa seks, tetapi juga perdagangan
10
semakin membaik. Pemerintah telah berusaha dengan berbagai cara untuk
menangani dampak dari masalah yang ditimbulkan oleh bisnis pelacuran tersebut
Perdagangan Orang’’ .
Bisnis pelacuran semakin modern, bahkan jual-beli jasa seks kini juga hadir
dalam dunia maya, yang mana pelakunya sangat sulit untuk diselidiki
Informasi Dan Transaksi Elektronik, namun UU ITE ini tidak bisa menghalau
bisnis seks melalui internet, namun setidaknya kita telah punya aturan yang
melarang hal tersebut, walaupun dalam pelaksanaannya memang tidak seperti yang
diharapkan.
Selain daripada itu terdapat sanksi yang tujuan utamanya adalah pemulihan
sanksi semacam itu merupakan kaedah hukum restitutif dengan pengurangan unsur
dengna bentuk solidaritas yang menjadi ciri masyarakat tertentu, oleh karena itu
jenis kaedah hukum merupakan akibat dari bentuk solidaritas tertentu, antara lain:
relatif masih homogin struktur sosial dan kebudayaannya. Dalam bentuk ini
11
warga masyarakat tergantung pada kelompoknya dan keutuhan
bersama.
2 Solidaritas organik yang ditandai antara lain adanya pembagian kerja dalam
Dalam hal ini tujuan utama dari sosiologi hukum adalah untuk menyajikan
sebanyak mungkin kondisi yang diperlukan agar hukum dapat berlaku secara
efisien.
Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah gejala sosial yang ruang lingkup nya
a. Kelompok sosial
b. Kebudayaan
c. Lembaga sosial
d. Stratifikasi
- Interaksi sosial.
12
- Perubahan sosial.
- Masalah sosial.
Perkembangan dari gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat berangkat dari
sebuah hukum kebiasaan yang disebut dengan hukum adat. Dalam apabila hukum
dilakukan secara empiris atau dengan metode induktif. Andaikata titik tolaknya
adalah hukum ada yang tercatat maka pengujiannyapun dilakukan secara empiris.
Van Vollenhoven dan Ter Haar secara langsung maupun tidak, mengakui hal
tersebut. Pendeknya tentang teori hukum adat tersebut dapat ditonjolkkan hal
sebagai berikut:
1 Pengembangan ilmu hukum adat dan penelitian hukum adat (baik yang
pembaharuan.
Dalam hal ini peran dari sosiologi hukum adalah untuk memahami hukum dalam
13
masyarakat. Sosiologi hukum itu mempelajari hukum dalam keefektifannya, atau
masyarakat. Intinya, mempelajari sosiologi hukum itu ada tiga hal penting, yaitu
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dengarn norma dan kaidah yang ada dalam masyarakat. Secara moral dan
sudah merupakan hal yang dilarang. Desakan ekonomi atau sulitnya mencari
sosiologi, bisnis prostitusi merupakan sebuah bisnis yang terjadi karena suatu
dorongan akan kebutuhan pokok dan kurangnya kerapatan antara kesadaran hukum
3.2 Saran
semakin berkembang & membesar, lalu baru diatasi setelah semuanya menjadi
semakin kompleks. Perlunya aparat penegak hukum yang berhati bersih yang
bukan aparat penegak hukum yang mengharapkan upeti dari orang-orang tertentu
yang berkepentingan sehingga bisa mempengaruhi isi dari produk hukum yang
dibuat. Sudah saatnya SDM (sumber daya manusia) para aparat penegak hukum
15
ditingkatkan, agar kualitas produk hukum yang dibuat pun bisa lebih efektif dan
16
DAFTAR PUSTAKA
Bouman, P.J., DR, Sosiologi Pengertian dan Masalah, 1976, PT. Kanikus,
Soekanto, Soerjono, Prof. DR. SH. MA., Mengenal Sosiologi Hukum, 1989, PT
Soekanto, Soerjono, Prof. DR. SH. MA., Mengenal Sosiologi Hukum, 1989, PT
Soekanto, Soerjono, Prof. DR. SH. MA., Mengenal Sosiologi Hukum, 1989, PT
Soekanto, Soerjono, Prof. DR. SH. MA., Mengenal Sosiologi Hukum, 1989, PT
Soekanto, Soerjono, Prof. DR. SH. MA., Mengenal Sosiologi Hukum, 1989, PT
17