DOSEN PENGAMPU:
1. Dra. Hasmalena, M.Pd
2. Dra. Siti Hawa, M.Pd
c. Eksistensialisme
c.a Prinsip-Prinsip filosofis
* Hakikat manusia
* Hakikat realistis
* Hakikat pengetahuan
* Hakikat nilai
c.b Implikasi Pendidikan
* Tujuan pendidikan
* Peranan siswa
* Peranan Guru
* Kurikulum
* Metode
b. Behaviorisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
c. Progresivisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
d. Esensialisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
e. Rekonstruksionisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
a. Objek material filsafat ialah siswa yang ada pada garis besarnya dapat dibagi
atas tiga pencapaian pokok, yakni:
1. Hakikat tuhan
2. Hakekat alam
3. Hakekat manusia
2. Metode filsafat
a. Metode kritis
Metode kritis disbeut juga metode dialetik. Dipergunakan oleh socrates dan plato.
Haroid H Titud mengatakan bahwa metode ini merupakan metode dasar dalam
filsafat.
Socrates (470:399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara kritis dan
dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang mendasarkan tentang objek analisisnya
dengan pemeriksaan yang amat teliti dan terus menerus. Ia menempatkan dirinya
sebagai intelektual mid wife, yaitu orang membendorongan agar seseorang bisa
melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan semunya. Asumsi
dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan hakekat. Jadi, socrates menolong orang
untuk melahirkan pengetahuan hakekat tersebut dengan jalan mengajak dialog yang
dilakukan secara cermat. Dialog ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar
dan sederhana. Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah.
Lawan dialog giring kearah persoalan, makin lama makin mendalam kearah intinya.
Filsafat platnos adalah a way of life tapi bukan doktrin yang dogmatis
merupakan jalan untuk menghayati hidup religious yang mendalam. Dalam
kelompoknya Platonis melakukan usaha untuk memberi semangat dan mngantarkan
mereka kedalm kehidupan rohani.
Metode filsafat Platinos disebut metode mistik sebab dimaksudkan untuk
menuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian bisa kita
pahami bahwa tujuan Platinos dengan filsafatnya adalah ingin membawa manusia ke
dalam hidups mistis, hidup yang mempertinggi nilai rohani dan persatuan dengan
Yang Maha Esa.
Tokoh lain dalam metode intuitif adalah Henry Bergson, seorang filsuf Yahudi,
Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para pemikir besar
yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi interpretasi dari komentar-komentas
kritis. Dalam proses inilah bisa timbul objektifitas metodis yang sangat mendalam
terhadap sumbangan otentik dari para pemikir besar.
Soal real dalam teks diberi komentar. Problem-probelmnya dipahami, ide-
idenya diinterpretasi, dan kenyataannya dirumuskan, dibedakan, diuji dari segala segi.
Penafsiran, pembahasan, dan pehaman dari segala sudut. Oro dan kontra diajaukan
data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memprosesnya dibentuk hanya
oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu kosong saat
lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri.
Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya namun identitas dasarnya
sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan
ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir dokrin
Lockean tentang apayang disebut alami.
Menurut Locke, pikiran bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu
yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan
yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai,
meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakan dengan
perenungan.
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah
penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan
Ada dua pengertian sintesis : apriori dan aposteriori. Sintesis apriori merupakan
pengertian umum, universal dan pasti. Misalnya air mendidih pada suhu 100 C.
Sintesis aposteriori tidak bersifat universal. Misalnya saya merasa panas.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia mulai dengan
terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant memang seorang
pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam
filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di
selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
Dalam proses ini ada segi-segi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara
tanda kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl-Einklamerung. Segi-segi
yang sementara disingkirkan ini adalah : pandangan adat, agama, pandangan umum
dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut berhasil kita akan bisa
mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang disebut fenomen.
2) Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat sesuatu
atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk membedakan mana
yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah hakekat fenomenologis yang
bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang tersembunyi. Bukan hakekat yang
spesifik, tetapi struktur dasariah yang meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi
hakiki dengan kesadaran. Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif.
Digambarkan, diteliti, dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan
tekniknya adalah :
Pertama, harus ada kesesuaian antara subjek, objek internasional dan sisfat-
sifat. Observasi yang berturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang
konsisten.
Kedua, Reduksi Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan
ke subjek. Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada
perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh dari pengalaman
yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita bisa mengalami diri kita sendiri.
Aku-kita selalu berhubungan dengan dunia benda diluar kita dalam situasi jasmaniah
tertentu.
data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memprosesnya dibentuk hanya
oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu kosong saat
lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri.
Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya namun identitas dasarnya
sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan
ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir dokrin
Lockean tentang apayang disebut alami.
Menurut Locke, pikiran bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu
yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan
yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai,
meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakan dengan
perenungan.
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah
penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan
seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian
penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar
dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita
sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke
sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia
didapatkan melalui penginderaan.
Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang
dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek- objek material. Apa yang
tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah
Ada dua pengertian sintesis : apriori dan aposteriori. Sintesis apriori merupakan
pengertian umum, universal dan pasti. Misalnya air mendidih pada suhu 100 C.
Sintesis aposteriori tidak bersifat universal. Misalnya saya merasa panas.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia mulai dengan
terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant memang seorang
pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam
filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di
selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
Dalam proses ini ada segi-segi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara
tanda kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl-Einklamerung. Segi-segi
yang sementara disingkirkan ini adalah : pandangan adat, agama, pandangan umum
dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut berhasil kita akan bisa
mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang disebut fenomen.
4) Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat sesuatu
atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk membedakan mana
yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah hakekat fenomenologis yang
bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang tersembunyi. Bukan hakekat yang
spesifik, tetapi struktur dasariah yang meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi
hakiki dengan kesadaran. Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif.
Digambarkan, diteliti, dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan
tekniknya adalah :
e) Kelengkapan, analisa harus melihat segala sesuatu yang ada dalam data
secara eksplisit dan sadar. Dalam analisa harus kita temukan kembali unsur
maupun segi dalam fenomena.
f) Diskripsi, segala yang terlihat harus bisa diuraikan dalam analisa. Kita
gambarkan satu-persatu semua unsur dari objek dan dibentangkan. Hubungan
satu samalain harus tergambar dan diketahui perbedaan-perbedaan pentingnya
dalam penjelasan yang tuntas sehingga jelas aspek-aspeknya.
g) Variasi Imajinasi, apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki bisa ditentukan
dengan mengubah contoh-contoh, menggambarkan contoh tertentu yang
representatif. Misalnya manusia dengan panca inderanya. Ditambah dan
dikurangi salah satu sifat. Hanya dengan tiga indera misalnya, apakah dia
masih person. Apakah diskripsi itu masih mengenai macam objek yang
sama seperti yang pertama.
Pertama, harus ada kesesuaian antara subjek, objek internasional dan sisfat-
sifat. Observasi yang berturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang
konsisten.
Kedua, Reduksi Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan
ke subjek. Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada
perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh dari pengalaman
yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita bisa mengalami diri kita sendiri.
Aku-kita selalu berhubungan dengan dunia benda diluar kita dalam situasi jasmaniah
tertentu.
3 Pluralisme.
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa
substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan
udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James(1842-1910 M). Kelahiran New
York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The
Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dan akal yang mengenal.
4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif positif. Tokoh aliran ini diantaranya
adalah Fredrich Nietzsche(1844-1900 M) Dilahirkan di Rocken di Pursia, dari
keluarga pendeta. Dalam pandangannya bahwa"Allah sudah mati",Allah Kristiani
dengan segala pemerintah dan larangannya sudah tidak merupakan rintangan lagi.
Dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dan pada kenyataannya
5) Agnostisisme
Agnotisisme adalah paham yang dibalik kenyataannya Manusia tidak
mengetahui hakikat sesuatu mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan
sebagainya Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak
mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada. baik oleh Inderanya maupun
oleh pikirannya. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengakui
hakikat benda Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani Tmbul aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konknt
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal Aliran ini dengan
tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trance dent
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh- tokohnya seperti,
sren Kierkegaar, egger, Sartre, dan Jaspers. Soren Kierkegaard(1813-1855) yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme menyatakan,
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu ak umum, tetapi sebagai aku individual
yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Jadi,
Agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan
manusia mengetahui hakikat benda materi maupun rohani Aliran ini mirip dengan
skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui
hakikat bahkan menyerah sama sekali.
b Landasan Epistemologi
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan(theori of knowledge) Secara
etomolog istilah etomologi berasal dari kata Yunan episteme pengetahuan dan logos
teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajan asal
mula atau sumber struktur metode dan syahnya(validitas) pengetahuan Dalam
metafisika, pertanyaan pokoknya adalah"apakah ada itu?", sedangkan dalam
epistemologi pertanyaan pokoknya adalah"apa yang dapat saya ketahui?"
c. Landasan Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios(Yunani) yang berarti nilai
dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah Teori tentang nilai Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika Makna etika" dipakai dalam dua
bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia lain. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia,
dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil
pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya,
atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang
yang paling sumir/ ringan hingga makalah yang sangat sophisticated/ sangat muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan lambang yang
merupakan abstraksi dari objek. Lambang-lambang yang dimaksud adalah Bahasa
dan Matematika. Meskipun nampak banyaknya serta aneka ragamnya buah
pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga landasan pokok yakni : ontologi, Epistemologi, dan aksiologi.
a. Landasan Ontologi
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin
diketahui oleh ilmu? Atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi bidang telaah
ilmu?
Suatu petanyaan :
(1) Objek apa yang ditelaah ilmu ?
(2) Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ?
(3) Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti
berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan [inilah
yang mendasari Ontologi]
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan ke filsafatan
yang paling kuno. Awal mula alam pikiran orang barat sudah menunjukkan
munculnya perenungan di bidang ontologi. Pada dasarnya tidak ada pilihan bagi
setiap orang pemilihan antara kenampakan[appearance] dan kenyataan[reality].
b. Landasan Epistemologi
Epistemologi mempermasalahkan kemungkinan mendasar mengenai
pengetahuan[very possibility of knowledge]. Dalam perkembangannya epistemology
menampakkan jarak yang asasi antara nasionalisme dan empirisme, walaupun
sebenarnya terdapat kecenderungan beriringan. Landasan epirstemologi tercermin
secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan
cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan dengan berdasarkan :
1) Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan dedukasi dari kerangka tersebut dan
melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran
pernyataan secara factual..
Suatu pernytaaan:
a) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
illmu?
b) Bagaimana prosedurnya?
c) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar ?
c. Landasan aksiologi
Permasalahan aksimologi meliputi sifat nilai, tipe nilai, criteria nilai, status
metafisika nilai. Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat
manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup
manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat.
Untuk kepentingan manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh
dususun dan dipergunakan secara komunal dan universal.
Suatu pertanyaan:
1) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
2) Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral?
3) Bagaimana penentuan obyek yang di telaaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
4) Bagaimana kaitan atau hubungan antara teknik procedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ professional?
Pertanyaan-pertanyaan diatas, merupakan bagian dari makna pengkajian aksiologi
terhadap hasil akhir pencapaaian suatu telaah lmu pengetahuan, dengan tujuan
untuk memberikan hasil yang terbaik bagi manfaat yang dapat memberikan
kemaslahatan bagi umat manusia.
a. Gambaran umum
(1) Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan
atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta
universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan tangannya sendiri yang
bernama logika.
(2) Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empiri), dam percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
(2). Ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena
itu, nilai terletak pada kegunaan pragmatis.
(3). Agama dilakuka dengan melihat sumber-sumber hokum agama yang
terkait yang sudah dipastikan kebenarannya karena bersumber dari tuhan.
(4). Seni membutuhkan kreativitas dan menonjolkan rasa ekspresif untuk
g. Sumber
(1). Filsafat bersumber pada kekuatan akal.
(2). Ilmu bersumber pada kekuatan akal.
(3). Agama bersumber pada wahyu.
(4). Seni bersumber dari kekuatan perasaan
h. Sebab
(1). Filsafat di dahului oleh keraguan.
(2). Ilmu di dahului oleh keingintahuan
(3). Agama di awali oleh keayakinan dan keimanan
(4). Seni di awalai oleh perasaan dan kebebabsan bereksperesi.
j. Eksistensi
(1). Filsafat
Filsafat merupakan pengetahuan mudah di pahami karena filsafat menjadi
salah satu apa yang di perolah mausia lewat indra dan pikirannya. Pengetahuan adalah
hasil interaksi anatara diri seseorang dan dirinya sendiri ataupun dengan
lingkungannya dalam perkembangannya, hal yang semula hanya berwujud
pengetahuan berkembang menjadi ilmu. Dengan perkembangannya individu tidak
hanya secara fasif menerima kesan yang masuk lewat indranya, tetapi secara aktif
memikirkan apa yang ada dalam dirinya dan lngkungannya. Bahkan juga memikirkan
apa yang ada di nalik kenyataan indranya.
Filsafat merupakan pikiran sedalam-dalammya tentang semua hal yang
bersentuhan dnegan manusia dan bagaimana juga caranya bersangkut-paut dengan dia
dan hidupnya. Jadi filsafat akan berurusan dengan benda-benda dan situasi-situasi,
pertanyaan dan masalah yan sebelumnya telah dijumpai baik ditingkat pengetahuan
pra-ilmia maupun tingkat pengetahuan ilmia,maun kali ini di semali ke dasar yang
lebih dalam.
Filsafat sebetulnya mencari suatu citra manusia, yaitu suatu visi tertentu atas
hidup manusia, yang di pertanggung jawabkan, yang dapat berperan menjadi
pedoman yang bersifat mengikat dan mengarahkan bagi keseluruhan sikap hidupnya.
Visi itu harus menjuruska dan menjiawi tingkah lakunya. Jadi tujuan filsafatukanlah
pengetahuan demi pengetahuan. Manusia membutuhkan suatu vidi atas idup yang
benar-benar berakar dan berbobot, supaya dengan berpinjak pada hal tersebut ia tau
bagaimana membentuk diri seperti semestinya, apa yang dapat di harapkannya untuk
masa yang akan dating, dan dimana ia harus mencarikebulatan, keutuhan, dan
(3). Agama
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan
bangsa, dalam semua tempat dan waktu yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta
sehingga peraturan yang dibuatnya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki
(4). Seni
Seni adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai. Karya seini bukanlah
sekedar laporan tentang fakta-fakta melainkan proyeksi dari inspirasi, emosi,
prederensi, apresiasi, atau kesadaran akan nilai dari membuatnya (seniman) seni
adalah bahasa spiritual yang mengungkapkan penilaian, lebih daripada
memformulasikan deskripsi-deskripsi objektif.
Nilai adalah kualitas yang membangkitkan apresiasi. Seni sebagai uangkapan
nilai, terbit dari sikap penghargaan. Ia tidak hanya mencerminkan keadaan sekedar
c) Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam
semesta. Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang
sifatnya meterial. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin
pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu,
kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektua. Implikasi pembicaraan
kosmologi bagi pendidikan bahwa kosmologi akan mengisi kepribadian manusia
dengan realitas fisik. Peserta didik harus mengenai alam yang menjadi tempata hidup.
Mengenai lingkungannya,mengenai hukum-hukum alam, hukum klausal, sehingga ia
akan mengerti dan memahami keteraturan yang terjadi dijagat raya.
d) Manusia
Seperti yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat
realitas, termaksud didalmnya hakikat anak. Pendidkan merupakan kegiatan khas
Benar atau salah. Misalnya, seseorang siswa pada hasil pekerjaan sebelumnya berada
di atas rata-rata, menjiplak suatu makalah ; haruskah guru membatalkan siswa
tersebut utuk mata pelajaran itu juka contoh hukuman yang cepat dan tegas
kemungkinan mencegah para siswa lain untuk penjiplakan? Atau haruskah guru, yang
mengikuti dugaan mengenai apayang akan terjadi pada minat jangka panjang siswa,
menyuruh siswa itu mengerjakan kembali makalah ujian itu dan mengambil resiko
kemungkinan para siswa lain melakukan gagasan yang salah tersebut sehingga
penjiplakan tidak memiliki konsekuensi negatif?
b. Estetika
Cabang dari aksiologi yang dikenal sebagai estetika itu berhubungan dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa
para guru musik, seni, drama, sastra dan guru menulis secara teratur kita dapat dengan
mudah mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kurikulum.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran
yang murni dari plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanya berupa bayangan saja dari alam idea.
Aritoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham
idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasaridealisme ini.
Pada zaman aufklarung pada filosof yang mengakui aliran serba dua
(dualisme) seperti descartes dan spinoza yang mengenalkan dua pokok yang bersifat
kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian
lebih penting dari kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat
digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme
pada masa abad ke-19 dan 19 ketika periode idealisme. Dan jerman yang berpengaruh
besar di eropa.
Secara historis, idealisme dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh
plato (427-347 SM). Athena, selama plato hidup, adalah kota yang berada dalam
kndisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa persia telah mendorong athena
memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut,
3. Pascal (1623-1662)
Kesimpulam dari pemikiran filsafat Pascal antara lain:
a. Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak
dapat lagi mencapai suatu aspek maka hatilah yang akan berperan. Oleh
4. J.G.Fichte (1762-1914 M)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788
M). pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rector Universitas Berlin. Filsafatnya
disebut Wissenschaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderannya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui
yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk
dan meng abstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
Hal tersebut bias dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja
dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bias menangkap
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda.
Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di
Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakan dasar-
dase pemikiran bagi perkembangan idealism Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara
yang subyektif dengan obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2
potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang
subyektif dan subyektif). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi
sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif danobyektif, yang sadar
dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula
alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak
adalah identitas mutlak atau indiferennsi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal
adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan
objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau
ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak
itu tidak bias dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara
keduanya.
9. Pascal (1623-1662)
Kesimpulam dari pemikiran filsafat Pascal antara lain:
d. Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak
dapat lagi mencapai suatu aspek maka hatilah yang akan berperan. Oleh
karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah
satnya tidak berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu
pengetahuan itu juga akan mengalami kendala.
e. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta
mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan
mampu dijadikan alat untuk digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda.
Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di
Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakan dasar-
dase pemikiran bagi perkembangan idealism Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara
yang subyektif dengan obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2
potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang
subyektif dan subyektif). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi
sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif danobyektif, yang sadar
dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula
alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak
adalah identitas mutlak atau indiferennsi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal
adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan
objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau
ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak
itu tidak bias dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara
keduanya.
a. Prinsip Filosofis
Idealism termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealism
berasal dari bahasa inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai
istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama jaki
e. peran siswa
siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya.
(Edward J.Power,1982). Bagi aliran idealism, anak didik merupakan seseorang
pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan
ekspresi dari kenyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai
makhluk spiritual.
B. Realisme
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas,
realism berbeda dengan meterialisme dan idealism yang bersifat monitis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian , yang subjek yang menyadari dan
mengetahui disatu pihak dan pihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang
dapat diajdikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Gagasan filsafat realism terlacak dimulai sebelum priode abad masehi
dimulai, yaitu dalam pemikiran murid Plato bernama Aristoteles (384-322 SM).
Sebagai murid Plato, sedikit banyak Aristoteles tentu saja memiliki pemikiran yang
sangat dipengaruhi Plato dalam berfilsafat. Dalam keterpengaruhannya, Aristoteles
memiliki sesuatu perbedaan pemikiran yang membuatnya menjadi berbeda dengan
Plato.
Ibarat Plato memulai filsafatnya dari sebelah selatan, Aristoteles justru
memulai dari sebelah utara. Filsafat Aristoteles tampak sepertiantitesis filsafat Plato
yang justru menjadi corak idealism. Oleh karena itu, jika Plato meyakini bahwa apa
yang sungguh-sungguh ada asalah yang ada salam alam idea, Aristoteles justru
memandang bahwa apa yang diluar alam ide, termasuk benda-benda yang terlihat
indra bukanlah idea yang lahir dari replikasi yang ada dalam pikiran atau mental.
Bagi Aristoteles, benda-benda itu sungguh pun tak ada yang memikirkannya
ia tetaplah ada. Keberadaannya tersebut tidak ditentukan oleh akal. Disini focus
perhatian Aristoteles terhadap kemungkinan sampai pada konsepsi-konsepsi tentang
1. Bentuk Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Kneller membagi realism menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2)
Realisme Naturalis.
a. Realisme Rasional
Realism nasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realism klasik dan
realism religious. Bentuk utama dari realism religious adalah
Scholastisisme. Realisme kalsik maupun realisme religious menyetujui
bahwa dunia meteri adalah nyata, dan berada di luar fikiran (idea) yang
mengamatinya. Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan
jiwa diciptakan oleh Tuhan, dan jiwa lebih penting dari pada materi karena
tuhan adalah rohani yang sempurna. tomisme juga mengungkapkan bahwa
manusia merupakan satu perpaduan/kesatuan materi dan rohani dimana badan
dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak,
namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi
pencipta, karana itu manusia mencari kebahagiaan abadi.
1) Realisme klasik
Realism klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional.
Realism klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki
ciri-ciri rasional. Dunia dikenal memalui akal, dimualia dengan prinsip
self evident, diamana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena
evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan pembenaran
sekaligus.
Pengetahuan tentang Tuhan ,sifat-sifat Tuhan, eksistensi Tuhan,
adalah bersifat self evident. Artinya bahwa adanya Tuhan tidak perlu
dibuktikan dengan bukti-bukti lain sebab Tuhan itu self evident. Sifat
Tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang
menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut.
Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman
manusia. Yang esensial adalah apa yang emrupakan penyatuan dan
pengulangan dari pengamalan manusia. Kneller (1971) mengemukakan
bahwa realisme klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana,
b) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk
1. Siswa
b) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
baik.
c) Peranan guru
menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan
keras menuntutb prestasi dari siswa.
d) kurikulum
kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e) metode
belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
3. Inti Pemikiran
Makna penting teori Descartes punya nilai ganda. Pertama, dia meletakan
pusat sisitem filosopinya persoalan epistomologis yang fundamental, Apakah asal
muasalnya pengetahuan manusia itu? para filosof terdahulu sudah mencoba
melukiskan gambaran dunia. Descertes mengajar kita bahwa pernyataan macam itu
tidak bisa member jawab yang memuaskan kecuali bila dikaitkan dengan pertanyaan
Bagaimana saya tahu?.
Kedua, Descertes menganjurkan kita harus berangkat bukan dengan
2. Hakikat realita
Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab
kenyataan alam smesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengalaman sebagai realita. Suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman
modern dan menekankan bahwa dunia luar adalah suatu yang riil. Realita
berbeda dengan jiwa yang mengetahuiobjek atau dunia luar tersebut. Realitas
merupakan pertemuan jiwa manusia dan dunia luar sebagai objeknya.
Rasionalisme memiliki suatu keyakinan bahwa sumber pengetahuan terletak
pada rasio manusia melalui persentuhannya dengan dunia nyata di dalam
berbagai pengalaman empirisnya.
3. Hakekat pengetahuannya
Studi tentang pengetahuan atau teori pengetahuan yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi,
fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi
sebagai hasilproses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia
baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita
dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan- catatan (buku- buku, perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil
aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan
makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan
kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan
dimodifikasi dengan realita baru didalam lingkungan. Kebenaran adalah
kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen
daripada suatu ide, realita pengetahuan dan daya guna didalam hidup.
2. Peranan siswa
Peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran.
Karena murid mempunyai kecendrungan alamiah untuk belajar dan
menemukan sesuatu tentang dunia disekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecendrungan
dan keburuhan tersebut akan memberikan kepada murid suatu minat yang jelas
mempelajari berbagai persoalan. Anak didik adalah makhluk yang mempunyai
kelebihan dibanding dengan makhluk- makhluk lain karena peserta didik
mempunyai potensi kecerdasan yang merupakan yang salah satu kelebihannya.
Oleh karenanya setiap murid mempunyai potensi kemampuan sebagai bekal
untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan- permasalahannya. Tugas
guru adalah meningkatkan kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan
untuk dapat merespon segala prubahan yang terjadi dilingkungannya.
3. Peran guru
Sebagai penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang
pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap
muridnya. Sebagai pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dibidang anak didik maka secara otomatis
semestinya ia akan menjadi penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu
dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama
pendidikan adalah membantu peserta didik atau murid bagaimana mereka
harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga peserta didik akan
4. Kurikulum
Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja dimaknai sebagai
seprangkat rangkaian mata pelajaran yang ditawarkan sebagai gaet dalam
ebuah program pendidikan disekolah., tetapi sesungguhnya kurikulum
mengandung arti lebih luas, oleh karenanya banyak pakar memalkai
kurikulum dengan titik tekan yang berbeda. Ambil contoh Hirtsan Petters
menekankan pada aspek fungsional yakni kurikulum diposisikan sebagai
rambu- rambu yang menjadi acuan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
Musgave menekankan pada ruang lingkup pengalaman belajar yang meliputi
pengalaman diluar ataupun didalam sekolah. Pendapat Musgave ini seirama
dengan pendapat Romine Stephen yang mengatakan bahwa kurikulum
menyakup segala materi pelajaran, aktivitas dan pengalaman anak didik,
dimana ia berada didalam control lembaga pendidikan, baik yang terjadi diluar
maupun yang di dalam kelas.
Dengan dua ragam pendekatan arti kurikulum diatas dapat dipahami
bahwa krena kurikulum berfungsi sebagai rambu- rambu dalam proses
pembelajaran, kurikulum harus brsifat lues esuai dengan situasi dan kondisi.
Untuk itu kurikulum harus disusun berdasarkan realitas kehidupan dan
pengalaman sehari- hari peserta didik, disesuaikan dengan minat peserta didik,
bukan atas dasar selera guru.
5. Metode
Metode problem solving dan metode proyek telah dirintis oleh Jhon
Dewey (1859- 1951) dan dikembnagkan oleh W.H Klipatrick. Jhon Dewey
telah
Menurut Jhon Dewey (sadulloh, 2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga
pokok pikiran yaitu:
Dalam aktivitas pendidikan selalu ada interaksi yang dapat mempengaruhi den
membimbing peserta didik dapat mengembangkan diri sebagai pribadi yang
dipengaruhi dan mempengaruhidalam situasi dan lingkungan sosial. Sekolah sebagai
suatu lingkungan pendidikan dan sekaligus sebagai alat transisi, memiliki tiga fungsi
yakni:
Tujuan pendidikan
Kurikulum
Metode pendidikan
F. Eksisitensialisme
b. Pengetahuan
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang mkenggambarkan penampakan benda-bendan
dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut menampakan dirinya
terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung kepada pemahamannya
tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas, pengetahuna
yang diberikan sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir
anak, melainkan untuk dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.
Pelajaran disekolah akan dijadikan alat un tuk merealisasikan diri, bukan merupkan
suatu disiplin yang kaku dimana anak harus patuh dan tunduk terhadap isi pelajaran
tersebut. Biarkanlah pribadi anak untuk berkembang menemukan kebenaaran-
kebenaran dalam kebenaran.
c. Nilai
pemahaman eksisitensial terhadap nilai, menkankan kebiasaan dalam tindakan.
Kebebasan bukan merupakan tujuan atau cita cita dalam dirinya sendiri, melainkan
merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki suatu kebebasa
untuk memilih, namun menentukan pilihan diantara pilihan-pilihan
2. Implementasi Pendidikan
Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individualitas dan
pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk unik,dan
secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya
dengan pendidikan, Sikun pribadi (1971) mengemukakan bahwa eksistensialisme
berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu
dengan yang lainnya pada masalah yang sama yaitu manusia, hidup, hubungan antar
manusia, hubungan pribadi, hakikat kepribadian, dan kebebasan, pusat pembicaraan
eksistensial adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan
oleh manusia.
a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki
b. Kurikulum
Kaum ekstensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkonstribusi dalam pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu
tingkatan kepekaan personal yang di sebut Greene kebangkitan yang luas kurikulum
ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan individual yang luas
dan mensyratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
manusia melainkan dipilih oleh manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi faktor
dalam suatu drama belajar, bukan penonton. Siswa harus belajar keras seperti
gurunya.
Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama
sehingga siswa mampu berpikir relative dengan melalui pertanyaan-pertanyaan.
Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak memberi instruksi. Guru hadir dalam
kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata
pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme.
Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang pelajaran. Sekolah
merupakan suatu forum dimana siswa mampu berdialog dengan teman-temannya, dan
guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
e. Realitas
Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional yaitu filsafat
spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang
Humanisme diartikan seperti itu, maka aliran filsafat seperti marxisme, pragmatisme,
dan eksistensialisme dapat dikategrikan kedalam humanisme.
1. Faham marxisme pada dasarnya mendudukan manusia ( masyarakat / kaum
buruh) pada pusat kehidupan. Secara teoritis, paling tidak menjunjung tinggi
martabat dan kemanusiaan masyarakat buruh.
2. Pragmatisme pun adalah humanisme, karena paham ini pun menempatkan
manusia pada posisi yang sentral dalam realistis. Segala sesuatu yang ada
pada realistas selalu dihubungkan dengan kegunaanya bagi manusia dalam
menuju hidup yang lebih baik
3. Exsistensialismepun juga termasuk humanisme. Menurut paham ini, tidak ada
dunia luar dunia manusia, dan didalam dunianya itu manusia berada dalam
posisi yang paling sentral
Seperti halnya Sosiologi Humanistiknya Max Webber, tidak lalu menghilangkan peran
statistik. Demikian pula dengan Psikolog Humanistiknya Abraham Maslow, yang tidk
mengabaikan arti pentingnya Behaviorisme dan Psikoanalisa. Satu hal yang tampakny
menjadi trade mark mereka adalah:
Manusia menjadi objek telaah ilmu-ilmu mereka, diperlakukan secara
hormat sebagai subjek. Maka sah saja bagi kita untuk mendefinisikan ilmu-ilmu
humanistik sebagai ilmu-ilmu yang menepatkan manusia sebagai subjek, sedemikian
rupa ehingga manusia teta dijunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaannnya
Teori belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembeljaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manussai serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi diriny.
Kemudia implementasi dari teori humanism dalam pembelajaran itu dapat kita lihat
dengan bebrapa model pembelajaran yang telah digunakan pada beberapa lembaga
pendidikan. Dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tiga model pembelajaran yang
berkaitan dengan implementasi teori humanism, yaitu Confluent Ediucation, Open Education
dan Cooperative Learning.
1) Confluent Edication
Confluent Education adalah oendidikan yang memadukan atau memperteukan
pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif did ala kelas. Hal ini merupakan cara
yang bags sekali untuk melibatkan para siswa secara pribadi di dalam bahan pelajaran
Sebagai contoh misalnya, guru bahasa Arab memberikan tugas kepada para siswa
untuk membaca sebuah Qishoh yang brjudul Abu Nawas. Melalui tugas itu, siswa-siswa
tidak hanya diharapkan memahami isi bacaan tersebut dengan baik tetapi juga memeroleh
keadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang
terkandung dalam qishoh tersebut. Sehingga siswa tahu bagaimana seharusnya bersikap
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Open Education
Open Education adalah proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg dan Tomas
(1972), Open Education itu memiliki Sembilan criteria, yaitu:
a) Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar
tersedia, para siswa bergerak bebas di sekitar ruangan, tidak dilaran berbicara, tidak ada
pengelompokkan atas dasar tigkat kecerdasan.
b) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, artinya menggunakan bahan buatan siswa,
guru menangani masalah-masalah tingkah laku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi
dengan siswa yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok.
c) Mendiagnosa peristiwa-peristiwa belajar, artinya siswa-siswa memeriksa pkerjaan mereka
sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d) Pengajaran, yaitu pengajaran individual, tidak ada tes ataupun buku kerja.
e) Penilaian, wujudnya: guru membuat catatan, penilaian secara individual, hanya sedikit sekali
diaadakan tes formal.
120
b) Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang
memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat
proses belajar yang bermakna dan berintegrasi secara pribadi.
c) Perhatikan kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab secara
efektif serta mampu memilih tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
d) Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif.
Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya
sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampu memilih
tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
e) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan
cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin. Pendidikan
humanistic mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan
melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana belajar,
bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan didalam
kehidupan.
121
6. Metode Pendidikan menurut Pandangan Humanisme.
Metodologi adalah suatu ilmu tentang prinsip-prinsip atau prosedur (cara)
memecahkan masalah atau dengan kata lain adalah suatu ilmu tentang metode-
metode. Metodologi sangat diperlukan untuk memecahkan masalah atau mengetahui
sesuatu, berhasil atau tidaknya hal tersebut tergantung pada tepat atau tidaknya
metode yang digunakan.
Metode yang digunakan dalam pendidikan humanisme menekankan pada
kebebasan seseorang, yaitu :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah masih banyak dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran klasikal. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau
penyampaian bahan-bahan secara lisan.
b. Metode Diskusi.
Metode ini sering digunakan dalam kegiatan kelompok, umpanya menggunakan
keterampilan proses yang dimiliki oleh diri. Metode diskusi ini merupakan cara dalam
pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau penyataan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.
c. Metode Eksperimen.
Metode eksperimen merupakan metode untuk menarik kesimpulan atau memecahkan
masalah melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati, secara proses sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan.
122
sebagai pembelajaran noneksperimental dimana dasar teorinya adalah spekulatif
dan terkadang introspektif. Para filsuf dalam mengembangkan teori ini mencoba
menganalisis pikiran dan kondisi internal yang ada didalam dunia dan terus
menguraikan apa yang mereka dapatkan dari pikirannya itu.
Menurut teori disiplin mental (mental discipline) latihan mental diberikan atau
ditanamkan dalam bentuk studi sebagaimana dibedakan dari isinya. Gagasan utama
disiplin mental adalah pada otak atau pikiran (mind). Kecakapan pikiran atau otak
seperti ingatan, kemauan, akal budi dan ketekunan merupakan otot-ototnya pikiran
tadi seperti halnya otot-otot fisiologis yang bisa kuat jika dilatih secara bertahap dan
terus-menerus serta dengan porsi yang memadai, maka otot-otot pikiran atau otak pun
demikian halnya. Ia bisa kuat dalam arti lebih tinggi kemampuannya jika dilatih
secara bertahap dan memadai. Dikalangan anak-anak baik keluarga ataupun di
sekolah, bahkan hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara
disiplin, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap
suatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja
keras dengan disiplin tetap serta adanya arahan motivasi dari pihak lain. Semua ini
jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul
123
Guru dimaksud adalah guru yang memiliki kewibawaan, kata-kata dan perilakunya
mengikat terhadap peserta didiknya. Kepribadiannya mantap, wawasannya luas, dan
kemampuan profesionalismenya memadai. Sedangkan peranan guru dalam
pendidikan humanisme yaitu mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-
perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar
tentang bagaimana belajar, bagaimana memecahkan masalah dan bagaimana
melakukan perubahan didalam. Sebagai contoh guru humanis, pertahian Carol
Alexander, sejak 10 tahun lalu mulai mengajar disuatu sekolah menengah pedusunan
kecil memungkinkan dia mengembangkan hubungan yang erat dengan para siswanya
dan keluarga mereka. Gaya mengajarnya didasarkan pada hubungan-hubungan
interpersonal yang ramah lagi terbuka dengan para siswanya, dan ia bangga akan fakta
1. Tokoh-tokoh Behaviorisme
a. John Watson (1878-1958)
setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani),
matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University og
Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena
pengaruh Angel Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari
aliran behaviorisme.
1) Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara
denga ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di
dalamnya
2) Sejauh ini psikologi gagal usahanyan membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang
kesadaran sebagai objek psikologi. Oleh karena nya kesadaran/mind harus
dihapus dari ruang lingkup psi.
3) Objek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata
Reinforcement adlah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied faktor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O
adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat
pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukanb
behaviorisme sejati.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Disini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
Hypothetico-deductive theory
Hypothetico-deductive theory adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan
menggunakan metode dedukatif Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi
harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual
(induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya
tentang aldivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya
(Lundin,1991, pp,193-195). Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya
yang detil, ditunjang dengan hasil-hasil eksperimen yang cermat
Dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya
dan dikembangkan.
c. B.F. Skinner
Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada
perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya
induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat
Emply organism, menolak adanya proses internal pada individu.
Menolak menggunakan metode stastical, mendasar pengetahuannya pada
subjek tunggal atau subjek yang sedikit namun dengan manipulasi
eksperimental yang terkontrol dan sistematis
2. Tujuan Pendidikan
3. kurikulum
4. Metode
Peserta didik tidak memiliki kebebasan utuh menentukan sendiri apa yang
akan di pelajari. Tingkah laku yang diharapkan di tentukan oleh penyelenggara
pendidikan. Dalam hal ini pendidikan didesain untuk mempersiapkan peserta didik
menghadapi kehidupannya nanti dan mereka harus belajar sesuai dengan apa yang
digariskan oleh penyelenggara pendidikan
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behaviorisme. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behaviorisme dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku atau bila diberikan reinfircement dan akan
menghilang bila dikenal hukuman
Guru memarahi siswa yang tidak serius saat belajar di kelas.Hal ini dimaksudkan agar
siswa menyadari bahwa dengan tidak serius belajar maka akan menghambatnya untuk
menjadi orang sukses.
C.Progresivisme
Progresivisme berasal dari kata progressyang berarti kemajuan. Secara
harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang meninginkan kemajuan secara cepat.
Progrevisme adalah suatu aliran yang menekankan , bahwa pendidikan bukanlah
sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah
berisi aktivitas aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melakui cara cara
ilmiah seperti memberikan analisis. Pertimbangan dan perbuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang di
Maksud adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan
predisposisi atau potensi kemampuan dasar terutama ddaya akalnya sehingga dengan
daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala
problematikahidupnya, baik itu tantangan ,hambatan,ancaman maupun gangguan
yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan
kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung
masalah.
Dengan demikian potensi potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan
kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian
progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisne menempatkan
b. Roseeau
Roseeau seorang ahli filsafat perancis mendasari pemikiran-pemikiran
pemdidikannya dengan upacaranya yang terkenal , yaitueveryyhingis good as it
comes from the hands of the author ,but everything degenerates in the hand of
man(Henderson dalam uyoh sadullah,2010:144).jadi, segals sesuatu termasuk anak
dilahirkan adalah baik berasal dari pencipta alam, maupun semuana itu mengalami
degenerasi,penyusutan martabak,dan nilai-nilai kemanusiaannya karena tangan-tangan
manusia.
Manusia memiliki kebebasan bertindak yang bila diingkari bearti mengingkari
kualitasnya sebagaui manusia dan menyangkal hak serta kewajiban
kemanusiaan.karena semua itu bertentangan dengan hakikat manusia.
c.william james (1842-1910)
William james seorang psychologist dan seorang filosuf amerika yang sangat
2) Tujuan
Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan keterampilan
dengan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang
berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Siswa diharapkan memiliki
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menentukan,
menganalisis dan memecahkan masalah.
Pendidikan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan.
Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang demokratis yang mampu mengemukakan pendapatnya sesuai
minat yang dimilikinya melalui pengalamannya.
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin diri.
Tujuan mkeseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat
bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja dan bekerja dengan otak dan
hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan
pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja
siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan
memiliki pengalaman memecahkan masalah.
Misalnya, anak SD diajarkan pertambahan yang berguna ketika mereka
berbelanja di pasar atau di toko, dengan belajar pertambahan anak tidak akan
tertipu dan dibodohi oleh penjual. Jadi, pengajaran hal baru bagi anak, yaitu
pertambahan berguna dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau
4) Peran Siswa
Proses belajar berpusat pada anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak
diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena ia belum cukup matang
untuk menentukan tujuan yang memadai. Anak memang banyak berbuat dalam
menentukan proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan
bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.
Pengalaman anak adalah rekonstruksi yang terus menerus dari keinginan dan
kepentingan pribadi. Mereka aktif bergerak untuk mendapatkan isi mata
Yang satu dengan pelajaran yang lain dan akan lebih menumpuk semangat demokrasi
pendidikan (Suparian , 1988: 143).
W.H Kilpatrick (Muzayyin Arifin, 1987: 93) mengatakan , suatu kurikulum
yang dianggap baik didasarkan atas tiga prinsip. Pertama , meningkatkan kualitas
hidup anak didik pada tiap jenjang. Kedua , menjadikan kehidupan actual anak ke
arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan menyuluruh. Ketiga,
mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai uji coba atas keberhasilan sekolah
sehingga kemampuan anak didik dapat berkembang secara actual dan aktif memikirka
hal-hal baru yang baik untuk diamalkan, dipertimbangkan secara matang dan
bijaksana.
Dari penjelasan W.H Kilpatrick diatas , ada beberapa hal yang perlu
diungkapkan . Pertama , kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak
didik sesuai dengan jenjang pendidikan. Kedua, kurikulum yang dapat membina dan
mengambangkan potensi anak didik. Ketiga, kurikulum yang sanggup mengubah
Jadi , anak didik dituntut untuk dapat memecahkan sebuah masalah yang
diberikan oleh guru . hal ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan yang
diberikan guru kepada anak SD , tapi juga sesuai dengan tingkatannya. Anak kelas
rendah , hendaknya diberikan latihan-latihan yang cenderung mudah, anak kelas
tinggi , diberi latihan yang mulai sedikit sulit.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegritasi dalam unit dilakukan anak
dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan berlandaskan sekolah sambil
berbuat inilah praktik kerja di laboratorium , di bengkel , di kebun (lapangan)
merupakan kegiatan belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning
by doing. Dalam hal ini, filsafat progresivisme ingin membentuk keluarga (output)
yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan
yang langsung dapat diterapkan dai masyarakat luas.
D. Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul
pada zaman renaissance dengan cirri-ciri utama yang berbeda dengan
progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada
pendidikan yang penuh fleksibelitas, dimana serta terbuka untuk perubahan,
toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya
yang utama pada dirinya masing-masing.
a. Tujuan pendidikan
b. Metode pendidikan
Pendidikan berpusat pada pendidik (Redja Mudyahardjo,
2010:163), dalam hal ini sebenarnya lebih cocok/tepat pada pedagogik,
tidak semua pendidikan yang terencana cocok menerapkan konsep
pendidikan yang terpusat pada guru. Dalam konsep andragogik peserta
didik dianggap sebagai pusat belajar. Dalam aliran ini memandang bahwa
peserta didik belum mampu mengidentifikasikan kebutuhannya sendiri
maka dalam belajar peserta didik harus dituntun dan diarahkan secara
tegas. Kemudian metode utamanya adalah latihan mental, misalnya
peserta didik diasah dengan tugas, diskusi, penguasaan
Pak Samuel guru matematika di salah satu SD di suatu blok miskin di daerah kota.
Sebelum datang ke sekolah itu enm tahun yang lalu ia mengajar di sekolah daerah
pedesaan. Ia dikenal di lingkungan sekolahnya dinilai sebagai guru pekerja keras dan
berdedikasi. Komitmennya pada anak-anak secra khusus Nampak ketika ia berbicara
mengenai mempersiapkan anak-anak nya untuk kehidupan di SMP sampai luar
sekolah.
Pak Samuel di sekolahnya telah dikenal tidak menyetujui metode-metode yang
digunakan oleh sebagian guru yang lebih mudan dan berorientasi humanistic.
Misalnya, ia secara terbukan dan kritis (pada rapat guru) terhadap kecendrungan
sebagian guru yang membiarkan para siswa melakukan hal sendiri dan menghabiskan
waktu mengungkapkan perasaan mereka.
Para siswa telah menerima pendekatan Pak Samuel pada pengajaran tanpa omong
kosong. Dengan beberapa pengecualian, kelasnya secara tertib berjalan seperti bisnis.
Masing-masing priode kelas mengikuti rutinitas standar. Para siswa memasuki
ruangan dengan tenang dan duduk dengan sedikit sekali tindakan bodoh dan main-
main yang menandai aawal dari banyak kelas lainnya disekolah. Sepertihalnya aturan
bisnis pertama, pekerjaan rumah sebelumnya dikembalikan dan dibahas. Selanjutnya,
Pak Samuel mempresentasikan pelajaran hari itu, biasanya penjelasan berlangsung
selama lima belas menit sampai dua puluh menit, tentang bagaimana memecahkan
satu jenis persoalan matematika tertentu. Selama pengajaran dalam kelompok besar,
Pak Samuel juga banyak menggunakan papan tulis, transparasi overhead, dan
beragam alat manipulative seperti sempoa besar dan balok-balok berwarna yang
memiliki bentuk dan ukuran berbeda.
Kelebihan:
a. Esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung parenialisme bahwa subject matter yang benar
adalah realitas abadi yang disajkan dalam buku-buku besar dari peradaban barat.
Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri melainkan
untuk hubungan denga kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini;
b. Ensensialis berpendapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat diubah dalam kehiduan soasial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam
sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakan secara
terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan intelegensi manusia yag
mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara bertinak,
organisasi, dan fungsi social,.
Kelemahan:
a. Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengarusi taua menetapkan kebijakan-
kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada
pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan
kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka
berpedoman pada fisafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan
mmandang seni dan imu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA
dan Teknik serta Kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar penting yang
perlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominans sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang
yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan pengawasan guru.
Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
E. Rekonstruksionisme
1. Latar Belakang Rekonstruktusionisme
Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.
Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang
mana realita itu ada dimana dan sama di setiap tempat. Untuk mengerti suatu realita
beranjak dari suatu yang konkrit dan menuju ke arah yang khusus menampakkan diri
dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap oleh
panca indra manusia seperti hewan dan tumbuhan atau benda lain disekeliling kita,
dan realita yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain
substansi yang dipunyai dan tiap-tiap benda tersebut, dan dapat dilihat melalui akal
pikiran.
Kemudian, tiap realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan berkembang
dari potensialitas menuju aktualitas (teknologi).Dengan demikian gerakan tersebut
b) Metode pendidikan
Analisi kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
programatik untuk perbaikan.Dengan demikian mengunakan metode pemecahan masalah,
analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
c) Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masayarakat masa depan.
Adapun contoh dalam aplikasi di kehidupan nyata yang bersumber dari ajaran
filsafat yaitu, kehidupan social, politik, ekonomi ,pendidikan dan kebudayaan.
A. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
2. Epistemology
Epistemology adalah studi tentang oengetahuan (adanya) benda benda.
Epistemology yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses
terjadinya ilmu pengetahuan,batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Epistemology
pancasila secara mendasar meliputi nialai-nilai dan azas-azas :
a. Mahasumber ialah Tuhan, yang menciotakankepribadian mausia dengan martabat dan
potensi unik yang tinggi, mengahayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan .
kepriadian manusia sbagai subyek diberkati dengaan martabat luhur : pancaindra,
akal,rasa, kasra,cipta,karya, dan budi nurani.kemampuan martabat manusia
sesungguhnya adalah anugrah dan amanat ketuhanan/keagamaan.
b. Sumber pengetahuan dibedakan secara kualitatif,antara:
1. sumber primer, yan tinggi dan terluas,orsinal : lingkungan alam, semeta,sosio-
budaya,system kenegaraan dan dengan dinamikanya;
2. sumber sekunder : bidang-bidang ilmu yang sudah ada /berkembang, kepustakaan,
dekumentasi;
3.sumber tersier : cendikiawan,ilmuan,ahli,narasumber,guru
c. Wujud dan tingkat pengetahuan dibedakan secara hierarkis :
1. Pengethuan indrawi;
2. Pengetahuan ilmiah;
3. Pengetahuan filosofis;
4. Pengetahuan religious;
3. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak
akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi, masyarakat manjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan
mampunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Pokok-pokok
aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:
a. Tuhan Yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi
beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat
manusia secara psikologis-spritual: akal dan budi nurani, obyektif mutlak menurut
ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan
pengendalian semesta dan kemanusia yang menjamin multieksistensi demi
keharmonisan dan kelestarian hidup.
b. Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam
perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup
manusai (sankan paraning dumadi, secara individual maupun sosial).
c. Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang meliputi :
Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam
semesta dengan berbagai unsur yang memjamin kehidupan setiap makhluk dalam
antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri
(kesehatan, kebahagian, etc) beserta aneka kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan
sesama adalah kebahagian sosial dan psikologis yang tak ternilai. Demikian pula
dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia yang membentuk sistem nilai
dalam peradaban manusia menurut tempat dan zamannya.
d. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan
berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau konsumen nilai yang bertanggung