Anda di halaman 1dari 179

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
1. Dra. Hasmalena, M.Pd
2. Dra. Siti Hawa, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

[Type text] Page 1


SILABUS MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN
I Identitas Mata Kuliah
1. Kode Mata Kuliah : GSD 14202
2. SKS : 2
II Tujuan Perkuliahan
1. Memahami konsep-konsep pokok filsafat dan filsafat pendidikan
2. Memahami konsep-konsep pokok beberapa aliran filsafat pendidikan
3. Mengidentifika konsep-konsep yang melandasi suatu kebijakan dan
praktek pendidikan sesuai dengan program studi masing-masing
mahasiswa
4. Mengembangkan filsafat pendidikan Pancasila

III Metode Perkuliahan


Ceramah, diskusi, penugasan, dan tanya jawab.
IV Deskripsi
Mata kuliah ini menyajikan bahasan tentang: Pengertian filsafat dan
lapangannya; perbedaan filsafat, ilmu, dan agama; filsafat pendidikan,
berbagai aliran
filsafat pendidikan; dan filsafat pendidikan Pancasila
V Pokok Bahasan
1. Konsep Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Konsep Filsafat
a. Batasan Filsafat Umum
Batasan Etimologis
Batasan Operasional
b. Karakteristik Studi Filsafat
Objek Filsafat
Metode Filsafat
Hasil Studi Filsafat
Keunggulan-kelemahan

[Type text] Page 2


c. Sistematika Filsafat Umum
Metafisika
Epistemologi
Aksiologi
d. Perbedaan Filsafat, Ilmu, Seni dan Agama
Sumber
Evidensi
Kegunaan

Konsep Filsafat Pendidikan


a. Batasan Filsafat Pendidikan
b. Tujuan Filsafat Pendidikan
c. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan
d. Peranan Filsafat Pendidikan

2.Aliran-aliran Filsafat Pendidikan dan Teori-Teori Pendidikan Kontemporer


Aliran-aliran Filsafat yang Tradisional
a. Idealisme
a.a Prinsip-prinsip filosofis
Hakikat manusia
Hakikat Realitas
Hakikat Pengetahuan
Hakikat Nilai

a.b Implikasi Pendidikan


Tujuan Pendidikan
Peranan Siswa
Peranan Guru
Kurikulum
Metode

[Type text] Page 3


b. Realisme
b.a Prinsip-prinsip filosofis
Hakikat Manusia
Hakikat realitas
Hakikat pengetahuan
Hakikat nilai

b.b Implikasi Pendidikan


Tujuan Pendidikan
Peranan Siswa
Peranan Guru
Kurikulum
Metode

2.2 Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern dan Pascamodern


a. Religius-Rasional Humanisme
a.a Prinsip-Prinsip filosofis
Hakikat Manusia
Hakikat Realitas
Hakikat Pengetahuan
Hakikat nilai
a.b Implikasi Pendidikan
Tujuan pendidikan
Peranan siswa
Peranan Guru
Kurikulum
Metode

[Type text] Page 4


b.Pragmatisme
b.a Prinsip- prinsip filosofis
Hakikat Manusia
Hakikat realitas
Hakikat pengetahuan
Hakikat nilai

b.b Implikasi Pendidikan


Tujuan Pendidikan
Peranan Siswa
Peranan Guru
Kurikulum
Metode

c. Eksistensialisme
c.a Prinsip-Prinsip filosofis
* Hakikat manusia
* Hakikat realistis
* Hakikat pengetahuan
* Hakikat nilai
c.b Implikasi Pendidikan
* Tujuan pendidikan
* Peranan siswa
* Peranan Guru
* Kurikulum
* Metode

[Type text] Page 5


2.3 Teori-teori Pendidikan Kontemporer
a. Humanisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru

b. Behaviorisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
c. Progresivisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
d. Esensialisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan
* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru
e. Rekonstruksionisme
* Tema
* Tujuan Pendidikan

[Type text] Page 6


* Kurikulum
* Metode
* Peranan siswa
* Peranan guru

3. Filsafat Pendidikan Pancasila


a. Realita
b. Pengetahuan
c. Nilai
d. Implikasi bagi pendidikan
* Tujuan pendidikan
* Peran siswa
* Peran guru
* Kurikulum

[Type text] Page 7


BAHAN AJAR
I. Konsep Filsafat dan Filsafat Pendidikan
I.1. Konsep Filsafat
A. Batasan Filsafat Umum
1. Batasan Filsafat Secara Etimologis
Secara etimologis (arti kata) istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani:
philosophia. Seiring perkembangan zaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai
bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan
Perancis; philosophy dalam bahasa inggris; philosophia dalam bahasa latin; dan
falsafah dalam bahasa arab.
Kalau menurut tradisi filsafat yang diambil dari zaman Yunani kuno, orang yang
pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.),
setelah dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran Aristoteles) yang
memakai kata sophia. Pytagoras menganggap dirinya philosophos (pecinta
kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh
Tuhan.
Dalam istilah inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata
Yunani philosophia yang lazim diterjemahkan kedalam bahasa tersebut sebagai
cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani kuno itu,
filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian shopia yang semula itu
ternyata luas sekali. Dahulu shopia tidak hanya berarti kerifan saja, melainkan
meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam
memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa yunani; philosophia ()
Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata
(philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti
harafiahnya adalah seorang pecinta kebijaksanaan atau ilmu. Kata filosofi yang
dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih
mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang
falsafah disebut filsuf.
Suatu definisi filsafat dapat diberikan dari berbagai pandangan. Berikut ini dapat
dicermati beberapa definisi filsafat.

[Type text] Page 8


Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang
informal tentang filsafat atau kata-kata mempunyai filsafat, misalnya ketika
seseorang berkata: Filsafat saya adalah..., ia menunjukan sikapnya yang informal
terhadap apa yang dibicarakan.
Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari berfilsafat.
Dua arti filsafat, memiliki dan melakukan, tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu
sama lainnya. Oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang
formal dan personal, seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik
dan reflektif (reflective sense). Meskipun demikian, memiliki filsafat tidak cukup
untuk melakukan filsafat. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan
mencari. Sikap itu adalah sikap terbuka, toleran, dan mau melihat segala sudut
persoalan tanpa prasangka.
Evaluasi-evaluasi kritis sering berbeda. Ahli filsafat, teologi, sains, dan lain-
lainnya mungkin berbeda karena beberapa alasan:
a. Mereka melihat benda dari sudut pandang yang berbeda dikarenakan adanya
pengalaman pribadi, latar belakang kebudayaan, dan pendidikan yang berbeda.
b. Mereka hidup dalam dunia yang berubah. Manusia berubah, masyarakat
berubah, dan alam juga berubah. Sebagian manusia ada yang mau
mendengarkan (responsive) dan peka (sensitive) terhadap perubahan, sebagian
lainnya berpegang pada tradisi dan status quo, kepada sistem yang dibentuk
pada masa silam dan karena dianggap final.
c. Mereka itu menangani bidang pengalaman kemanusiaan dimana bukti-
buktinya tidak cukup sempurnah, sehingga dapat ditafsirkan bermacam-
macam. Meskipun demikian, ahli filsafat tetap memeriksa, menyelidiki, dan
mengevaluasi bahan-bahan itu dengan harapan dapat menyajikan prinsip-
prinsip yang konsisten yang dapat dipakai oleg seseorang dalam
kehidupannya.
Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keselurahan. Filsafat
berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Seorang ahli
filsafat ingin melihat kehidupan, tidak dengan pandangan seseorang saintis, seorang
pengusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh,

[Type text] Page 9


mengatasi pandangan-pandangan yang parsial.
Tugas dari filsafat adalah untuk memberikan pandangan dari keseluruhan,
kehidupan, dan pandangan tentang alam, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan
sains dengan pengetahuan disiplin-disiplin lain agar mendapatkan suatu keseluruhan
yang konsisten. Menurut pandangan ini, filsafat berusaha membawa hasil
penyelidikan manusia, keagamaan, sejarah, dan keilmuan, kepada suatu pandangan
yang terpadu, sehingga dapat memberi pengetahuan dan pandangan yang mendalam
bagi kehidupan manusia.
Keempat, filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep. Memang ini merupakan fungsi filsafat. Hampir semua ahli
filsafat telah memakai metode analisa serta berusaha untuk menjelaskan arti istilah-
istilah dan pemakaian bahasa. Tetapi ada sekelompok ahli filsafat yang menganggap
hal tersebut sebagai satu satunya fungsi yang sah dari filsafat. Kelompok ini
menganggap filsafat sebagai suatu bidang khusus yang mengabdi kepada sains dan
membantu menjelaskan bahasa, dan bukannya suatu bidang yang luas yang
memikirkan segala pengalaman kehidupan. Pandangan seperti ini merupakan hal baru
dan telah memperoleh dukungan yang besar pada abad ke-20. Pandangan ini akan
membatasi apa yang dinamakan pengetahuan (knowledge) kepada pernyataan
(statement) tentang fakta-fakta yang dapat dilihat serta hubungan-hubungan antara
keduanya, yakni urusan sains yang beraneka macam.
Kelima, filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung
mendapatkan perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh para ahli-
ahli filsafat. Filsafat mendorong penyelidikannya sampai kepada soal-soal yang paling
mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian dari soal-soal filsafat pada zaman dahulu
telah terjawab dengan jawaban yang memuaskan kebanyakan ahli filsafat.

2. Batasan filsafat operasional


Definisi filsafat secara operasioanl. Ada diantara para ahli yang mendefinisikan
filsafat dari segi proses berpikirnya, dan ada pula yang mendefinisikan filsafat dari
segi hasil berpikir (hasil berpikir para filsuf). Namun demikian, dalam rangka
membangun pengertian filsafat, antara keduanya itu (filsafat sebagai proses dan
filsafat sebagai hasil) sesungguhnya tak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu proses berpikir, filsafat dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif untuk menghasilkan sistem pikiran

[Type text] Page 10


atau sistem teori tentang hakikat segala sesuatu secara konprehensif. Sejalan dengan
ini Titus dkk. (1979) mengemukakan bahwa: Philosophy is a method of reflective
thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalah metode atau cara berpikir reflektif dan
penyelidikan melalui menalar). Sebagai suatu hasil berpikir, filsafat dapat
didefinisikan sebagai sekelompok teori atau sistem pikiran. Titus dkk., (1979)
merumuskannya dalam kalimat: phylosophy is a group of theories or systems of
thougt. Hasil berfilsafat yang telah dilakukan oleh para filsuf tiada lain adalah sistem
teori atau sistem pikiran mengenai segala sesuatu. Sistem teori atau sistem pikiran ini
tentunya sudah ada atau sudah tergelar di dalam kebudayaan umat manusia. Kita
dapat menemukannya dalam bentuk tulisan atau buku, puisi, dsb., sebagaimana telah
dihasilkan oleh para filsuf besar seperti: Socrates, Plato, Aristoteles, Rene Descartes,
Iqbal, Alghazali, John Dewey, John Locke, dsb. Dengan redaksi lain, filsafat sebagai
hasil berpikir dapat didefinisikan sebagai suatu sistem teori atau sistem pikiran
tentang hakikat segala sesuatu yang bersifat komprehensif, yang diperoleh melalui
berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif.

B. Karakteristik Studi Filsafat


1. Objek filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh
filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. objekfilsafat itu bukan main
luasnya, tulis Louis Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta
segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki
pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk
mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal pikirannya. Jadi
objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu
objek material dan formal.

a. Objek material filsafat ialah siswa yang ada pada garis besarnya dapat dibagi
atas tiga pencapaian pokok, yakni:
1. Hakikat tuhan
2. Hakekat alam
3. Hakekat manusia

[Type text] Page 11


b. Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-
dalamnya sampai keakhirnya) tentang objek materi filsafat.
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan kebenaran.
Serta telaah filsafat tentang konfirmasi dan logika. Fakta dari kebenaran menjadi
formal substantif, sedangkan konfirmasi dari logika menjadi objek formil
instrumentatif dalam studi filsafat ilmu. Sedangkan menurut Arif Rohman Rukiyati
dan L. Andriani (2011:22) objek formal adalah sosok objek material yang dilihat dan
didekati dengan sudut pandang dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain
kemampuan berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Sementara
objek formal menurut waryani fajar riyanto (2011:20) adalah cara pandang tertentu,
atau sudut pandang tertentu yang dimiliki serta yang menetukan satu macam ilmu.
Menurut surajiyo (2007:7) objek formal filsaafat ilmu adalah sudut pandang yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut
dari mana objek material itu disorot. Dalam pandangan the lieng gie (2010:139) objek
formal adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap fenomena itu.
Penggabungan antara obyek material dan obyek formal sehingga merupakan pokok
soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah merupakan objek yang
sebenarnya dan cabang ilmu yang bersangkutan.

2. Metode filsafat
a. Metode kritis
Metode kritis disbeut juga metode dialetik. Dipergunakan oleh socrates dan plato.
Haroid H Titud mengatakan bahwa metode ini merupakan metode dasar dalam
filsafat.
Socrates (470:399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara kritis dan
dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang mendasarkan tentang objek analisisnya
dengan pemeriksaan yang amat teliti dan terus menerus. Ia menempatkan dirinya
sebagai intelektual mid wife, yaitu orang membendorongan agar seseorang bisa
melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan semunya. Asumsi
dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan hakekat. Jadi, socrates menolong orang
untuk melahirkan pengetahuan hakekat tersebut dengan jalan mengajak dialog yang
dilakukan secara cermat. Dialog ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar
dan sederhana. Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah.
Lawan dialog giring kearah persoalan, makin lama makin mendalam kearah intinya.

[Type text] Page 12


Lewat proses ilmiah orang didorong untuk melahirkan pengetahuan yang dimiliki,
diteliti konsistensisnya, dijernihkan keyakinan-keyakinannya dibuka kesadarannya,
sehinggan orang memahami kesadaran dirinya. Entah dia memiliki pengetahuan yang
sebenarnya atau dia kurang tahu.
Socrates dalam hal ini bertindak sebagai bahan penolong sebuah proses kelahiran.
Ia sebagai lawan dialog uang kritis dan menyenangkan, mengantar orang untuk
menemukan kebenaran-kebenaran yang ada. Kemudian secara sistematis menyusun
dalam suhu batasan pengetahuan yang mengandung nilai filosofis.
Plato meneruskan usaha gurunya, mengembangkan lebih lanjut metode socrates
dalam dialog plato, orang dituntun untuk memahami haketat objek dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis dan mencari rumusan jawaban yang
benar.
Metode socrates dan plato ini disebut metode kritis, sebab proses yang terjadi
dalam implikasinya adalah menerjemahkan keyakinan-keyakinan orang. Meneliti
apakah konsistensi intem atau tidak. Prinsip utama dalam metode kritis adalah
perkembangan pemikiran dengan cara mempertemukan ide-ide,interplay antar ide,
sasarannya adalah yang umum atau batiniah. Akhir dari dialog kritis tersebut adalah
perumusan definisi yang sudah merupakan suatu generalisasi.
b. Metode Intutif (Platinos dan Bergson)
Filsuf yang mengembangkan pemikiran dengan metode ini adalah platinous
(205:275 M) dam Henri Bergson (1859:1941) platnos menggunakan metode intutif
atau mistik dengan membentuk kelompok yang melakukan keterampilan religius yang
dijiwai oleh sikap kontempaltif.

Filsafat platnos adalah a way of life tapi bukan doktrin yang dogmatis
merupakan jalan untuk menghayati hidup religious yang mendalam. Dalam
kelompoknya Platonis melakukan usaha untuk memberi semangat dan mngantarkan
mereka kedalm kehidupan rohani.
Metode filsafat Platinos disebut metode mistik sebab dimaksudkan untuk
menuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian bisa kita
pahami bahwa tujuan Platinos dengan filsafatnya adalah ingin membawa manusia ke
dalam hidups mistis, hidup yang mempertinggi nilai rohani dan persatuan dengan
Yang Maha Esa.
Tokoh lain dalam metode intuitif adalah Henry Bergson, seorang filsuf Yahudi,

[Type text] Page 13


dia juga seorang matematikus dan fisikawan.
Untuk bisa menangkap, memahami hakekat suatu kenyataan kita harus
mempergunakan intuisi. Intuisi menueurt Henry Bergson adalah kekuatan rohani,
merupakan naluri yang mendapatkan kesadaran diri.
Intuisi adalah percakapan untuk menyimpulkan dan meninjau dengan sadar
lepas dari rasio. Pemikiran intuisi bersifat dinamis dan berfungsi untuk mengenal
hakekat pribadi dan seluruh kenyataan. Objek bisa dikenal sebagai masa murni yang
keadaannya berbeda sekali dengan waktu dimana akal bisa mengenalnya.
Metode intuitif Henry Bergson adalah gambaran yang merupakan suatu
gerakan dinamik, sesuai dengan kenyataan. Dinamika kosmis hanya bisa kalau
manusia menyelam dan membiarkan diri dalam arus kesadaran. Ia langsung
mengambil bagian dalamnya. Identifikasi telah ditemukan dalam naluri, tapi dalam
manusia mencapai tingkat lebih tinggi bersifat sadar siri, reflektif, disenterested, lepas
dari tuntutan kegiatan dan hidup social.
Penyatuan ini merupakan persepsi yang langsung dan bukan konseptual.
Intuisi langsung dan simple mengenai yang konkrit dan individual, pengertian yang
terdiri dari kontak dan afinitis.
Intuisi dalam metode Henry Bergson merupakan suatu usaha mental dan
konsentrasi pikiran. Menuju kesuatu hal yang spritual dan bebas, dinamik dan
bergelombang. Bukan kearah kontemplasi yang tenang. Jadiada perbedaan dengan
metode intuisi Platinos.
c. Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas)
Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1247). Juga
disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikiri skolastik menunjukkan persamaan
dengan metode mengajar dalam bentuknya yang sistematis dan matang.
Ada dua prinsip utama dalam metode skolastik yaitu Lectio dan Disputatio.

Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para pemikir besar
yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi interpretasi dari komentar-komentas
kritis. Dalam proses inilah bisa timbul objektifitas metodis yang sangat mendalam
terhadap sumbangan otentik dari para pemikir besar.
Soal real dalam teks diberi komentar. Problem-probelmnya dipahami, ide-
idenya diinterpretasi, dan kenyataannya dirumuskan, dibedakan, diuji dari segala segi.
Penafsiran, pembahasan, dan pehaman dari segala sudut. Oro dan kontra diajaukan

[Type text] Page 14


secara argumentative.
Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi debat diagletis yang
sangat terarah. Bahannya adalah soal-soal yang ditemukan dalam teks atau persoalan-
persoalan yang muncul dari teks tersbut. Bentuk perbincangan sangat terarah dan
sistematis. Dosen mengajukan soal-soal yang problematis, kemudian keberatan-
keberatan diajukan oleh seorang mahasiswa, dan seorang mahasiswa senior
memberikan jawaban-jawaban. Kemudian kesimpulan determinatif kembali diberikan
oleh dosen, kesimpulan ini merupakan jawaban-jawaban yang tepat atas persoaln dan
keberatan keberatan yang diajukan.
Disputatio menekankan aspek displin. Urutan-urutan harus tepat dalam
mengajukan soal-soal diskusi. Harus mengarah ke jalan penemuan. Aspek lain dalam
metode ini adalah pernahanan terhadapa sistem berpikir yang harus berlandaskan
aturan logika formal. Dan dengan metode ini diharapkan terjadi proses kreatif,
terbentuk sikap kritis serta kemampuan berpikir mandiri. Akhirnya akan lahir
pemikran-pemikiran filsafat.
d. Metode Geometris, Rene Descartes
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intiusi akan hakikat-
hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu
diedukasikan secara sistematis segala pengertian lainnya.

Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern yng berusaha


melepaskan dari pengaruh filsafat klasik. Dalam metodenya Descartes
mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar dengan menhindari
kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi dari pehaman intuitif akan pemecahan
soal dan uraian analitis. Mengembalikan soal itu kehal yang telah diketahui tetap akan
menghasilkan pengertian baru.
Menurut Descartes semua kesatuan ilmu harus dikonsepsikan dan dikerjakan
oleh seorang diri saja. Koherensi yang tepat harus datang dari seseorang. Orang harus
menemukan kebenaran sendiri. Mencari pehaman dan keyakinan pribadi tidak harus
mulai dengan kebenaran-kebenaran yang sudah diterima dari orang lain.
Descartes ingin mencari titik pangkal yang bersifat mutlak dan filsafat dengan
menolak atau meragukan metode-metode dengan pengetahuan lain secara prinsipel ia
mengahsilkan segala-galanya. Tapi keraguan ini adalah bersifat kritis.
Descartes banyak member pengaruh pada filsafat dan ilmu pengetahuan

[Type text] Page 15


modern. Terutama usaha-usaha pembaharuannya, baik dalam pemikiran maupun
metode ilmiah. Tapi juga banyak kritik ditujukan pada filsafat dan pembaharuannya.
Descartes membangun kerangka berpikir dari keraguan terhadap sesuatu,
dari keraguan terus berpikir logis menuju ke kepastian untuk menemukan
keyakinan yang berada di balik keraguan itu, ketika keyakinan itu begitu jelas dan
pasi (clear and distinct) akhirnya diperoleh keyakinan yang sempurna, yang disebut
truths of reason. Jadi, akal (reason) itulah basis (dasar) yang terpenting dalam
berfilsafat. Filsafat Descartes ini disebut filsafat modern (modern philosophy). Tokoh
atau filosof lain yang mendukung Descartes adalah Spinoza (1632-1677), Leibniz
(1646-1716), dan Hobbes (Peursem, C.A. 1980; Tafsir, A. 2003). Metode rasional
inilah yang nantinya menghasilkan aliran atau paham rasionalisme dalam studi
filsafat.
e. Metode Empiris (Thomas Hobbes & John Locke)

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalam


dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran
akal. Istilah empirisme diambil dari abhasa yunani empeiria yang berati pngalaman.
Sebagai satu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti
bahwa rasioanlisme ditolak sama sekali. Dapat dikatan bahwa rasionalisme
dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai
empirisme.
Orang pertama pada abad ke-17 yangmengikuti aliran empirisme di Inggris
adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode
penelitian, maka Hobbes dakam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun
suatu sisitem yang lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun
ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai
dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan
rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman
modern.
Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat
umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-
akibat, atau tentang penampakan-penampakan yang kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau
asalnya. Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati untuk mencari sebab-

[Type text] Page 16


sebabnya. Adapun alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dengan
kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan disajikan fakta-
fakta yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertia yang ada dalam kesadaran kita.
Sasaran ini dihasilkan dengan perantaran pengertian-pengertian; ruang, waktu,
bilangan dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak. Menurut Hobbes,
tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah nyata, tetapi yang benar-benar
nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda itu. Segala gejala pada
benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya perasaan yang ada pada si
pengamat saja. Segala sesuatu yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai
dengan hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Dunia adalah keseluruhan sebab akibat
termasuk situasi kesadaran kita.
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman.
Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya
pengalamnlah yang memberi jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan
dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata.

Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan


akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan
atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan
suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa
lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita
menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak
kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam
jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi
tadi.
Selanjutnya tradisi empiris diteruskan oleh John Locke (1632-1704) yang
untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang
pengenalan atau pengetahuan. Bagi Locke, yang terpenting adalah menguraikan cara
manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori-teori empirisme seperti
yang diajarkan Bacondan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini
untuk memperkuat ajaran empirismenya. Ia menentang teori rasionalisme mengenai

[Type text] Page 17


idea-idea dan asas-asas pertama yang di pandang sebagai bawaan manusia. Menurut
dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal
adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal melahirkan
pengetahuan dari dirinya sendiri.pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan
sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan
menggunakan serta mdmbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama dan sederhana.
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak
lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi
atau yang kita kenal dengan istilah Tabula Rasa.
epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan
kata lain kosong, dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit
melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya.
Gagasan mengenai teori ini banyak dipengaruhi oleh pendapat John Locke di
abad 17. Dalam filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia)
ketika lahir berupa kertas kosong tanpa aturan untuk memproses

data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memprosesnya dibentuk hanya
oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu kosong saat
lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri.
Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya namun identitas dasarnya
sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan
ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir dokrin
Lockean tentang apayang disebut alami.
Menurut Locke, pikiran bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu
yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan
yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai,
meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakan dengan
perenungan.
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah
penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan

[Type text] Page 18


seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian
penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar
dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita
sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke
sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia
didapatkan melalui penginderaan.
Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang
dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek- objek material. Apa yang
tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah
pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang
faktual.
Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika
rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak
berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar
dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah
persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dpecahkan secara memuaskan oleh
filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan
bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja
pikiran itu sendiri.
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian
(ide-ide) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan
kemudian di susun bersama secara geometris.
f. Metode Transendental (Immanuel Kant & Neo skolastik)
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan metode kritis
transcendental. Kant berpikir tentang unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia
yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio
manusia. Ia melawan dogmatisme.
Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-pengertian
yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara kritis. Kant mempertanyakan
bagaimana pengenalan objektif itu mungkin. Harus diketahui secara jelas syarat-
syarat kemungkinan adanya pengenalan dan batas-batas pengenalan itu.
Metodenya merupakan analisa kriteria logis mengenai titik pangkal. Ada

[Type text] Page 19


pengertian tertentu yang objekif sebagai titik tolak.
Analisa tersebut dibedakan dalam beberapa macam :
1) Analisa psikologis. Analisa ini merupakan penelitian proses atau jalan kegiatan yang
factual. Prinsipnya adalah mencari daya dan potensi yang berperanan. Kemudian
memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi, asosiasi, proses belajar, dsb.
2) Analisa logis. Meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
3) Analisa ontologis. Meneliti realitas subjek dan objek menurut adanya.
4) Analisa kriteriologis. Meneliti relasi formal antara kegiatan subjek sejauh ia mengartikan
dan menilaihal tertentu.

Dalam metode Kant juga dipergunakan keragu-raguan. Kant meragukan


kemungkinan dan kompetensi metafisik. Metafisik tidak pernah menemukan metode
ilmiah yang pasti untuk memecahkan problemnya.
Kant menerima nilai objektif dari ilmu-ilmu positif karena mendatangkan
kemajuan dalam hidup sehari-hari. Demukian juga tentang nilai objektif agama dan
moral. Sebab mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan. Karena itulah Kant
menerima dan meneliti dasar-dasar yang bukan empiris, tetapi sintesis apriori.
Kant juga melakukan pembagian terhadap macam-macam pengertian :
1) Pengertian analitis. Bentuknya selalu apriori seperti kita lihat dalam ilmu pasti. Dalam
pengertian analitis prediket sudah termuat dalam konsep subjek. Tidak otomatis mengenal
kenyataan dan tidak memberi pengertian baru.
2) Pengertian sintesis. Relasi subjek dan prediket berdasarkan objek riil terjadi kesatuan dari
hal-hal yang berbeda sehingga timbul pengertian yang baru.

Ada dua pengertian sintesis : apriori dan aposteriori. Sintesis apriori merupakan
pengertian umum, universal dan pasti. Misalnya air mendidih pada suhu 100 C.
Sintesis aposteriori tidak bersifat universal. Misalnya saya merasa panas.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia mulai dengan
terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant memang seorang
pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam
filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di
selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

[Type text] Page 20


g. Metode Fenomenologis (Husserl)
Edmund Husserl (1859-1938) mengembangkan metode fenomenologis dalam
filsafat. Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat pengertian dalam
aslinya, harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan atau
penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya. Objek
penyelidikan adalah fenomena. Dan yang kita cari adalah kekhasan hakekat yang
berlaku bagi masing-masing fenomena. Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data
sejauh didasari dan sejauh masuk dalam pemahaman. Objek justru dalam relasi
dengan kesadaran. Jadi fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya
didalam diri manusia.
Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung. Melakukan
penerobosan untuk mencari pengertian sebenarnya atau yang hakiki. Kita harus
menerobos gejala-gejalanya yang menampakkan diri sampai pada hakekat obyek.
Jalan yang ditempuh adalah reduksi yang menuntut Husserl ada tiga macam :

1) Reduksi fenomenologis, kita berupaya untuk mendapatkan fenomen dalam bentuk


semurni-murninya. Cara yang ditempuh adalah dengan jalan menyaring pengalaman-
pengalaman kita. Obyek kita selidiki sejauh kita sadari. Kita pandang obyek menurut
hubungannya dengan kesadaran. Mengenai fakta-fakta kita tidak melakukan refleksi.

Dalam proses ini ada segi-segi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara
tanda kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl-Einklamerung. Segi-segi
yang sementara disingkirkan ini adalah : pandangan adat, agama, pandangan umum
dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut berhasil kita akan bisa
mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang disebut fenomen.
2) Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat sesuatu
atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk membedakan mana
yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah hakekat fenomenologis yang
bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang tersembunyi. Bukan hakekat yang
spesifik, tetapi struktur dasariah yang meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi
hakiki dengan kesadaran. Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif.
Digambarkan, diteliti, dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan
tekniknya adalah :

[Type text] Page 21


a) Kelengkapan, analisa harus melihat segala sesuatu yang ada dalam data
secara eksplisit dan sadar. Dalam analisa harus kita temukan kembali unsur
maupun segi dalam fenomena.
b) Diskripsi, segala yang terlihat harus bisa diuraikan dalam analisa. Kita
gambarkan satu-persatu semua unsur dari objek dan dibentangkan. Hubungan
satu samalain harus tergambar dan diketahui perbedaan-perbedaan pentingnya
dalam penjelasan yang tuntas sehingga jelas aspek-aspeknya.
c) Variasi Imajinasi, apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki bisa ditentukan
dengan mengubah contoh-contoh, menggambarkan contoh tertentu yang
representatif. Misalnya manusia dengan panca inderanya. Ditambah dan
dikurangi salah satu sifat. Hanya dengan tiga indera misalnya, apakah dia
masih person. Apakah diskripsi itu masih mengenai macam objek yang
sama seperti yang pertama.
d) Kriterium Koherensi, kita dapat mengukur tepatnya analisa fenomenologis
dengan kriterium koherensi ;

Pertama, harus ada kesesuaian antara subjek, objek internasional dan sisfat-
sifat. Observasi yang berturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang
konsisten.
Kedua, Reduksi Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan
ke subjek. Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada
perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh dari pengalaman
yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita bisa mengalami diri kita sendiri.
Aku-kita selalu berhubungan dengan dunia benda diluar kita dalam situasi jasmaniah
tertentu.

h. Metode Dialektis (Hegel, Marx)


Metode yang dikembangkan oleh Hegel (George Wilhelm Friederich Hegel,
1770-1831) disebut metode dialektis, disebut demikian sebab jalan untuk memahami
kenyataan adalah dengan mengikuti gerakan fikiran atau konsep. Metode teori dan
sitem tidak dapat dipisahkan karena saling menentukan dan keduanya sama dengan
kenyataan pula.
Menurut Hegel, struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses genetis
dalam kenyataan. Dengan syarat kita mulai berfikir secara benar, kita akan memahani
kenyataan sebab dinamika-dinamika fikiran kita akan terbawa.

[Type text] Page 22


Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-antitesis-
sintesis. Diungkapkan dalam tiga langkah : dua pengertian yang bertentangan,
kemudian dipertemukan dalam suatu kesimpulan.implikasinya adalah dengan cara
kita menentukan titik tolaknya lebih dulu. Kita ambil suatu pengertian atau konsep
yang jelas dan paling pasti. Misalnya konsep tentang keadilan, kebebasan, kebaikan,
dsb. Konsep tersebut dirumuskan secara jelas, kemudian diterangkan secara mendasar.
Dalam proses pemikiran ini konsep yang jelas dan

Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan


akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan
atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan
suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa
lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita
menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak
kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam
jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi
tadi.
Selanjutnya tradisi empiris diteruskan oleh John Locke (1632-1704) yang
untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang
pengenalan atau pengetahuan. Bagi Locke, yang terpenting adalah menguraikan cara
manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori-teori empirisme seperti
yang diajarkan Bacondan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini
untuk memperkuat ajaran empirismenya. Ia menentang teori rasionalisme mengenai
idea-idea dan asas-asas pertama yang di pandang sebagai bawaan manusia. Menurut
dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal
adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal melahirkan
pengetahuan dari dirinya sendiri.pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan
sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan
menggunakan serta mdmbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama dan sederhana.
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak
lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi
atau yang kita kenal dengan istilah Tabula Rasa.

[Type text] Page 23


epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan
kata lain kosong, dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit
melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya.
Gagasan mengenai teori ini banyak dipengaruhi oleh pendapat John Locke di
abad 17. Dalam filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia)
ketika lahir berupa kertas kosong tanpa aturan untuk memproses

data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memprosesnya dibentuk hanya
oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu kosong saat
lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri.
Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya namun identitas dasarnya
sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan
ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir dokrin
Lockean tentang apayang disebut alami.
Menurut Locke, pikiran bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu
yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan
yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai,
meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakan dengan
perenungan.
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah
penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan
seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian
penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar
dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita
sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke
sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia
didapatkan melalui penginderaan.
Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang
dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek- objek material. Apa yang
tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah

[Type text] Page 24


pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang
faktual.
Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika
rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak
berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar
dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah
persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dpecahkan secara memuaskan oleh
filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan
bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja
pikiran itu sendiri.
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian
(ide-ide) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan
kemudian di susun bersama secara geometris.
f. Metode Transendental (Immanuel Kant & Neo skolastik)
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan metode kritis
transcendental. Kant berpikir tentang unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia
yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio
manusia. Ia melawan dogmatisme.
Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-pengertian
yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara kritis. Kant mempertanyakan
bagaimana pengenalan objektif itu mungkin. Harus diketahui secara jelas syarat-
syarat kemungkinan adanya pengenalan dan batas-batas pengenalan itu.
Metodenya merupakan analisa kriteria logis mengenai titik pangkal. Ada
pengertian tertentu yang objekif sebagai titik tolak.
Analisa tersebut dibedakan dalam beberapa macam :
5) Analisa psikologis. Analisa ini merupakan penelitian proses atau jalan kegiatan yang
factual. Prinsipnya adalah mencari daya dan potensi yang berperanan. Kemudian
memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi, asosiasi, proses belajar, dsb.
6) Analisa logis. Meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
7) Analisa ontologis. Meneliti realitas subjek dan objek menurut adanya.
8) Analisa kriteriologis. Meneliti relasi formal antara kegiatan subjek sejauh ia mengartikan
dan menilaihal tertentu.

Dalam metode Kant juga dipergunakan keragu-raguan. Kant meragukan


kemungkinan dan kompetensi metafisik. Metafisik tidak pernah menemukan metode

[Type text] Page 25


ilmiah yang pasti untuk memecahkan problemnya.
Kant menerima nilai objektif dari ilmu-ilmu positif karena mendatangkan
kemajuan dalam hidup sehari-hari. Demukian juga tentang nilai objektif agama dan
moral. Sebab mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan. Karena itulah Kant
menerima dan meneliti dasar-dasar yang bukan empiris, tetapi sintesis apriori.
Kant juga melakukan pembagian terhadap macam-macam pengertian :
3) Pengertian analitis. Bentuknya selalu apriori seperti kita lihat dalam ilmu pasti. Dalam
pengertian analitis prediket sudah termuat dalam konsep subjek. Tidak otomatis mengenal
kenyataan dan tidak memberi pengertian baru.
4) Pengertian sintesis. Relasi subjek dan prediket berdasarkan objek riil terjadi kesatuan dari
hal-hal yang berbeda sehingga timbul pengertian yang baru.

Ada dua pengertian sintesis : apriori dan aposteriori. Sintesis apriori merupakan
pengertian umum, universal dan pasti. Misalnya air mendidih pada suhu 100 C.
Sintesis aposteriori tidak bersifat universal. Misalnya saya merasa panas.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia mulai dengan
terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant memang seorang
pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam
filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di
selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

g. Metode Fenomenologis (Husserl)


Edmund Husserl (1859-1938) mengembangkan metode fenomenologis dalam
filsafat. Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat pengertian dalam
aslinya, harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan atau
penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya. Objek
penyelidikan adalah fenomena. Dan yang kita cari adalah kekhasan hakekat yang
berlaku bagi masing-masing fenomena. Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data
sejauh didasari dan sejauh masuk dalam pemahaman. Objek justru dalam relasi
dengan kesadaran. Jadi fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya
didalam diri manusia.
Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung. Melakukan
penerobosan untuk mencari pengertian sebenarnya atau yang hakiki. Kita harus

[Type text] Page 26


menerobos gejala-gejalanya yang menampakkan diri sampai pada hakekat obyek.
Jalan yang ditempuh adalah reduksi yang menuntut Husserl ada tiga macam :

3) Reduksi fenomenologis, kita berupaya untuk mendapatkan fenomen dalam bentuk


semurni-murninya. Cara yang ditempuh adalah dengan jalan menyaring pengalaman-
pengalaman kita. Obyek kita selidiki sejauh kita sadari. Kita pandang obyek menurut
hubungannya dengan kesadaran. Mengenai fakta-fakta kita tidak melakukan refleksi.

Dalam proses ini ada segi-segi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara
tanda kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl-Einklamerung. Segi-segi
yang sementara disingkirkan ini adalah : pandangan adat, agama, pandangan umum
dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut berhasil kita akan bisa
mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang disebut fenomen.
4) Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat sesuatu
atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk membedakan mana
yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah hakekat fenomenologis yang
bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang tersembunyi. Bukan hakekat yang
spesifik, tetapi struktur dasariah yang meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi
hakiki dengan kesadaran. Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif.
Digambarkan, diteliti, dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan
tekniknya adalah :
e) Kelengkapan, analisa harus melihat segala sesuatu yang ada dalam data
secara eksplisit dan sadar. Dalam analisa harus kita temukan kembali unsur
maupun segi dalam fenomena.
f) Diskripsi, segala yang terlihat harus bisa diuraikan dalam analisa. Kita
gambarkan satu-persatu semua unsur dari objek dan dibentangkan. Hubungan
satu samalain harus tergambar dan diketahui perbedaan-perbedaan pentingnya
dalam penjelasan yang tuntas sehingga jelas aspek-aspeknya.
g) Variasi Imajinasi, apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki bisa ditentukan
dengan mengubah contoh-contoh, menggambarkan contoh tertentu yang
representatif. Misalnya manusia dengan panca inderanya. Ditambah dan
dikurangi salah satu sifat. Hanya dengan tiga indera misalnya, apakah dia
masih person. Apakah diskripsi itu masih mengenai macam objek yang
sama seperti yang pertama.

[Type text] Page 27


h) Kriterium Koherensi, kita dapat mengukur tepatnya analisa fenomenologis
dengan kriterium koherensi ;

Pertama, harus ada kesesuaian antara subjek, objek internasional dan sisfat-
sifat. Observasi yang berturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang
konsisten.
Kedua, Reduksi Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan
ke subjek. Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada
perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh dari pengalaman
yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita bisa mengalami diri kita sendiri.
Aku-kita selalu berhubungan dengan dunia benda diluar kita dalam situasi jasmaniah
tertentu.

h. Metode Dialektis (Hegel, Marx)


Metode yang dikembangkan oleh Hegel (George Wilhelm Friederich Hegel,
1770-1831) disebut metode dialektis, disebut demikian sebab jalan untuk memahami
kenyataan adalah dengan mengikuti gerakan fikiran atau konsep. Metode teori dan
sitem tidak dapat dipisahkan karena saling menentukan dan keduanya sama dengan
kenyataan pula.
Menurut Hegel, struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses genetis
dalam kenyataan. Dengan syarat kita mulai berfikir secara benar, kita akan memahani
kenyataan sebab dinamika-dinamika fikiran kita akan terbawa.
Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-antitesis-
sintesis. Diungkapkan dalam tiga langkah : dua pengertian yang bertentangan,
kemudian dipertemukan dalam suatu kesimpulan.implikasinya adalah dengan cara
kita menentukan titik tolaknya lebih dulu. Kita ambil suatu pengertian atau konsep
yang jelas dan paling pasti. Misalnya konsep tentang keadilan, kebebasan, kebaikan,
dsb. Konsep tersebut dirumuskan secara jelas, kemudian diterangkan secara mendasar.
Dalam proses pemikiran ini konsep yang jelas dan
2) Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang
saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme
materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat Materi muncul bukan karena
adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam

[Type text] Page 28


perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan
dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas
Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan
pun akan terasa sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jika seseorang sedang penuh
dengan duka dan kesedihan biasanya badan pun ikut sedih, terlihat dari murungnya
wajah orang tersebut. Aliran dualisme berpendapat bahwa benda terdiri dari dua
macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani,
benda dan ruh, jasad dan spirit. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan
keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang
adanya kerja sama kedua hakikat ini dalam diri manusia. Tokoh paham ini adalah
Descrates dianggap sebagai bapak filsafat modern, menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran(ruhani) dan dunia ruang(kebendaan)

3 Pluralisme.
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa
substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan
udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James(1842-1910 M). Kelahiran New
York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The
Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dan akal yang mengenal.

4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif positif. Tokoh aliran ini diantaranya
adalah Fredrich Nietzsche(1844-1900 M) Dilahirkan di Rocken di Pursia, dari
keluarga pendeta. Dalam pandangannya bahwa"Allah sudah mati",Allah Kristiani
dengan segala pemerintah dan larangannya sudah tidak merupakan rintangan lagi.
Dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dan pada kenyataannya

[Type text] Page 29


moral di Eropa sebagian besar masih bersandar pada nilai- nilai kristiani. Tetapi
tidak dapat dihindarkan bahwa nilai-nilai itu akan lenyap Dengan demikian ia sendiri
harus mengatasi bahaya itu dengan menciptakan nilai-nilai baru, dengan transvaluasi
semua nilai

5) Agnostisisme
Agnotisisme adalah paham yang dibalik kenyataannya Manusia tidak
mengetahui hakikat sesuatu mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan
sebagainya Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak
mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada. baik oleh Inderanya maupun
oleh pikirannya. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengakui
hakikat benda Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani Tmbul aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konknt
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal Aliran ini dengan
tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trance dent
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh- tokohnya seperti,
sren Kierkegaar, egger, Sartre, dan Jaspers. Soren Kierkegaard(1813-1855) yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme menyatakan,
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu ak umum, tetapi sebagai aku individual
yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Jadi,
Agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan
manusia mengetahui hakikat benda materi maupun rohani Aliran ini mirip dengan
skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui
hakikat bahkan menyerah sama sekali.

b Landasan Epistemologi
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan(theori of knowledge) Secara
etomolog istilah etomologi berasal dari kata Yunan episteme pengetahuan dan logos
teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajan asal
mula atau sumber struktur metode dan syahnya(validitas) pengetahuan Dalam
metafisika, pertanyaan pokoknya adalah"apakah ada itu?", sedangkan dalam
epistemologi pertanyaan pokoknya adalah"apa yang dapat saya ketahui?"

[Type text] Page 30


Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah
a) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
b) Dan mana pengtahuan itu dapat diperoleh?
c) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai?
d) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori(pengetahuan pra pengalaman)
dengan pengetahuan a posteriori(pengetahuan puma pengalaman)

Epistemologi meliputi sumber sarana, dan tatacara menggunakan sarana


tersebut untuk mencapai pengetahuan(ilmiah) Perbedaan mengenai pilihan landasan
ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan
sarana yang akan kita pilih Akal verstand), akal budi Vernunft) pengalaman, atau
kombinasi antara akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana yang dimaksud
dengan epistemologik, sehingga dikenal dengan adanya model-model epiostemologik
seperti rasionalisme empirisme kriittisisme atau rasinalisme kritis, positivisme
fenomonologis dengan berbaga variasinya Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia
melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teon
pengetahuan, di antaranya adalah
a) Metode Induktif Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pemyatan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih
umum Yang bertolak dan pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada pernyataan-
pernyataan universal Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan
dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam
dipanasi, ia mengembang bertolak dan teori ini kita akan tahu bahwa logam lain yang
kalau dipanasi juga akan mengembang Dari contoh di atas bisa diketahui bahwa
induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut sintetik
b) Metode Deduktif Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa
data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-
hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara
kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan
tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empins atau ilmiah, ada perbandingan
dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditank dan teori tersebut.
c) Metode Positivisme Metode ini dikeluarkan oleh August Comte(1798-
1857) Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang

[Type text] Page 31


positif la mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Oleh karena itu, iamenolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah
segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja

d) Metode Kontemplatif Metode ini mengatakan keterbatasan indera dan akal


manusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkanpun akan
berbeda-beda harusnya dikembangkan sutu kemampuanakal yang disebut dengan
intuisi Pengetahuan yang diperoleh lewal intuisi ini bisa diperoleh dengan cara
berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh A-Ghazali.
e) Metode Dialektis Dalam filsafat dialektika mula-mula berarti metode tanya
jawab untuk mencapai kejemihan filsafat Metode ini diajarkan oleh Socrates Namun
Plato mengartikannya diskusi logika Kini dialektika berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah kaidah dan metode metode penuturan. Juga analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan

c. Landasan Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios(Yunani) yang berarti nilai
dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah Teori tentang nilai Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika Makna etika" dipakai dalam dua
bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia lain. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia,
dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil
pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya,
atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang

[Type text] Page 32


melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis,
Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai
subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang. Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang
objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada, Nilai
dalam ilmu pengetahuan. Seorang ilmuwan harus bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen Kebebasan inilah yang
nantinya akan dapat mengukur kualitas kemampuannya. Ketika seorang ilmuwan
bekerja, dia hanya tertuju pada kena proses ilmiah dan tujuan agar penelitiannya
berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat dengan nilainilai subjektif, seperti agama, adat istiadat.

Tetapi perlu disadari setiap penemuan ilmu pengetahuan bisa berdampak


positif dan negatif Dalam hal ini ilmuwan terbagi dua golongan pendapat. Golongan
pertama berpendapat mengenal kenetralan mu. Ilmuwan hanyalah menemukan
pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk menggunakannya. Golongan
kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada
metafisik keilmuan sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-
nilai mora sebagai ukuran kepatutannya Aksiologi ilmu pengetahuan sebagai strategi
untuk mengantisipas perkembangan dan teknologi(IPTEK) tetap berjalan pada jalur
kemanusiaan Oleh karena itu daya kerja aksiologi antara lain
1) Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang
hakiki
2) Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak mengubah
kodrat manusia, dan tidak merendahkan martabat manusia
3) Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf
hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan
keseimbangan alam lewat pemanfaatan ilmu

2. Hubungan Antara Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Dalam Filsafat


Ilmu

[Type text] Page 33


Istilah ilmu sudah sangat populer, tetapi seringkali banyak orang memberikan
gambaran yang tidak tepat mengenai hakikat ilmu. Terlebih lagi bila pengertian ini
dikaitkan dengan berbagai aspek dalam suatu kegiatan keilmuan, misalnya
matematika, logika, penelitian dan sebagainya. Apakah bedanya ilmu
pengetahuan[science) dengan pengetahuan Lknowledge)? Apakah karakter ilmu?
apakah keguanaan ilmu? Apakah perbedaan ilmu alam dengan ilmu sosial? apakah
peranan logika? Dimanakah letak pentingnya penelitian? apakah yang disebut
metode penelitian? Apakah fungsi bahasa? Apakah hubungan etika dengan ilmu
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah inilah yang
menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam berpikir untuk
dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah

yang paling sumir/ ringan hingga makalah yang sangat sophisticated/ sangat muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan lambang yang
merupakan abstraksi dari objek. Lambang-lambang yang dimaksud adalah Bahasa
dan Matematika. Meskipun nampak banyaknya serta aneka ragamnya buah
pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga landasan pokok yakni : ontologi, Epistemologi, dan aksiologi.
a. Landasan Ontologi
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin
diketahui oleh ilmu? Atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi bidang telaah
ilmu?
Suatu petanyaan :
(1) Objek apa yang ditelaah ilmu ?
(2) Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ?
(3) Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti
berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan [inilah
yang mendasari Ontologi]
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan ke filsafatan
yang paling kuno. Awal mula alam pikiran orang barat sudah menunjukkan
munculnya perenungan di bidang ontologi. Pada dasarnya tidak ada pilihan bagi
setiap orang pemilihan antara kenampakan[appearance] dan kenyataan[reality].

[Type text] Page 34


Ontologi menggambarkan istilah- istilah seperti: yang ada[being],
kenyataan[reality], eksistensi[existence], perubahan[change], tunggal[one],
dan jamak[many]. Ontologi merupakan ilmu hakikat, dan yang dimasalahkan oleh
ontology adalah: apakah sesunguhnya hakekat realitas yang ada rahasia alam di
balik realita itu?
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau objek ilmu. Penentuan objek ilmu
diawali dari subyeknya. Yang dimaksud dengan subyek adalah pelaku ilmu. Subyek
dari ilmu adalah manusia; bagian manusia paling berperan adalah daya ikirnya.
Adapun yang menjadi dasar ontologi adalah apakah yang ingin diketahui
ilmu atau apalah yang menjadi bidang telaah ilmu?. Ilmu membatasi diri hanya pada
kejadian yang besifat empiris, mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh pancaindera manusia atau yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan
mempergunakan pancainderanya. Ruang lingkup kemampuan pancaindera tersebut
membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris. Dengan demikian obyek ilmu
dalam dunia pengalaman indrawi. Ilmu membtasi diri hanya kepada kepada kejadian
yang bersifat empiris.
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan
abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu sebab kejadian alam
sesungguhnya sangat kompleks. Ilmu tidak bermaksud memotret atau
mereproduksi suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikannya kedalam bahasa
keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi
diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses keilmuan bertujuan
untuk memeras hakikat empiris tertentu, menjangkau lebih jauh dibalik kenyataan-
kenyataan yang diamatinya yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dapat diperkirakan
melalui kenyataan- kenyataan itu. Disinilah manusia melakukan transendensi terhadap
realitas.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian
[asumsi] mengenai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pertanyaan asumstif
inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita. Ilmu memiliki
tiga asumsi mengenai obyek empirisnya :
Asumsi pertama : asumsi menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai
keserupaan satu sama lain misalnya dalam hal bentuk struktur, sifat dsb. Klasifikasi
[taksonomi] merupakan pendekatan keilmuan pertama terhadap obyek.

[Type text] Page 35


Asumsi kedua : asumsi ini menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu (tidak absolute tapi relatf). Kegiatan
keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam keadaan tertentu.
Ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari
suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian
memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap obyek yang
sedang diselidiki.
Asumsi ketiga : Asumsi ini menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat tetap dengan urutan/ sekuensial kejadian yang sama.
Misalnya langit mendung maka turunlah hujan.hubungan sebab akibat dalam ilmu
tidak bersifat mutlak . ilmu hanya mengemukakan bahwa X mempunyai
kemungkinan [peluang] yang besar mengakibatkan terjadinya Y. Determinisme
dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersiafat peluang [probabilitas].
Statistika adalah teori peluang.

b. Landasan Epistemologi
Epistemologi mempermasalahkan kemungkinan mendasar mengenai
pengetahuan[very possibility of knowledge]. Dalam perkembangannya epistemology
menampakkan jarak yang asasi antara nasionalisme dan empirisme, walaupun
sebenarnya terdapat kecenderungan beriringan. Landasan epirstemologi tercermin
secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan
cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan dengan berdasarkan :
1) Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan dedukasi dari kerangka tersebut dan
melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran
pernyataan secara factual..
Suatu pernytaaan:
a) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
illmu?
b) Bagaimana prosedurnya?
c) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar ?

[Type text] Page 36


d) Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
e) Apakah kriterianya?
f) Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu?
Dasar Epistemologi Ilmu
Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan.
Ilmu lebih bersifat kegiatan dinamis tidak statis. Setiap kegiatan dalam mencarai
pengetahuan tentang apapun selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan
pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan, adalah sah
disebut keilmuan.
Hakikat keilmuan tidak berhubungan dengan titel atau gelar akademik,
profesi atau keduudukan, hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang
dilakukan menurut persyaratan keilmuan.

c. Landasan aksiologi
Permasalahan aksimologi meliputi sifat nilai, tipe nilai, criteria nilai, status
metafisika nilai. Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat
manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup
manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat.
Untuk kepentingan manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh
dususun dan dipergunakan secara komunal dan universal.
Suatu pertanyaan:
1) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
2) Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral?
3) Bagaimana penentuan obyek yang di telaaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
4) Bagaimana kaitan atau hubungan antara teknik procedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ professional?
Pertanyaan-pertanyaan diatas, merupakan bagian dari makna pengkajian aksiologi
terhadap hasil akhir pencapaaian suatu telaah lmu pengetahuan, dengan tujuan
untuk memberikan hasil yang terbaik bagi manfaat yang dapat memberikan
kemaslahatan bagi umat manusia.

[Type text] Page 37


D. Perbedaan Filsafat, Ilmu Pengetahuan, Agama dan Seni
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta-fakta, prinsip-prinsip
hakikat yang sebenarnya, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang
meliputi teori, metode dan praktek yang dilakukan secara sistematis.
Agama adalah sistem atau priinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaraan kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan
sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas
manusia yang dituangkan dalam sebuah karya.

Persamaan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama


1) Semuanya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
2) Semuanya mencarai rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek
selengkap-lengkapnya samapi ke akar-akarnya,
3) Semuanya memberikan pengertian mengenaai hubungan dan koheren yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-akibatnya.
4) Semuanya hendak memberikan sistensis, yaitu suatu pandangan yang
begandengan.
5) Semuanya mempunyai metode dan sistem.
6) Semuananya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), yang akan pengetahuan yang lebih
mendasar.

a. Gambaran umum
(1) Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan
atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta
universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan tangannya sendiri yang
bernama logika.
(2) Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empiri), dam percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.

[Type text] Page 38


(3) Manusia mencari dan nemukan kebenaraan dengan jalan mempertanyakan
(mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci,
kodifikasi firman ilahi untuk manusia.
(4) Manusia mencari cara untuk mengungkapkan ekspresi dan berkomunikasi
dengan seni yang dituangkan dalam bentuk karya dan dinikmati oleh kyalayak.

b. Obyek material (lapangan)


(1) Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita)
(2) Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris juga bersifat
eksperimental. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkontak-kontak
dalam disiplin tertentu.
(3) Agama bersifat khusus sesuai ajarannya dan di praktekkan oleh orang yang
beriman.
(4) Seni bersifat bebas namun tergantung pada aliran yang dianut.

c. Obyek formal (sudut pandangan)


(1) Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatau yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
(2) Ilmu pengetahuan bersifat fragmatis, spesifik, dan intensif. Di samping itu,
obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu
mengadakan penyatuan diri dengan realita.
(3) Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi.
(4) Seni bersifat subyektif (dari mata yang memandang suatau karya) dan objektif
(keindahan suatau karya).
d. Cara mendapatkan sesuatu
(1) Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainya.

(2). Ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena
itu, nilai terletak pada kegunaan pragmatis.
(3). Agama dilakuka dengan melihat sumber-sumber hokum agama yang
terkait yang sudah dipastikan kebenarannya karena bersumber dari tuhan.
(4). Seni membutuhkan kreativitas dan menonjolkan rasa ekspresif untuk

[Type text] Page 39


menghasilkan keindahan dan makna yang bermaksud.

e. Isi yang dimuat


(1). Filsafat membuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari.
(2). Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimuli ari
tidak tahu menjadi tahu.
(3). Agama, memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini bahwa semua
itu adalah kehendak tuhan yang sudah di gariskan oleh tuhan.
(4). Seni memuat ekspresi an prasaan manusia dalam berbagai bentuk.

f. Hal yang ditunjukan


(1). Filsafat memberikan penjelasan yang teakhir, yang mutlak, dan mendalam
bedasarkan (primary cause).
(2). Ilmu menuntukjan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, yang sekunder (secondary cause).
(3). Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi.
(4). Seni menunjukan keindahan (estetika) dalam setiap karyanya yang
mewaliki ekspersi dan perasaan.

g. Sumber
(1). Filsafat bersumber pada kekuatan akal.
(2). Ilmu bersumber pada kekuatan akal.
(3). Agama bersumber pada wahyu.
(4). Seni bersumber dari kekuatan perasaan

h. Sebab
(1). Filsafat di dahului oleh keraguan.
(2). Ilmu di dahului oleh keingintahuan
(3). Agama di awali oleh keayakinan dan keimanan
(4). Seni di awalai oleh perasaan dan kebebabsan bereksperesi.

i. Metode pencapaian kebenaran/tujuaa


(1). Filsafat dengan wataknya sendiri menghampiri kebenaran, baik tentang

[Type text] Page 40


alam maupun tentang manusia (yan belum atau tidak dapa di jawab oleh ilmu,
karena diluar atau di atas batas jangkauan), apapun tentang tuhan.
(2). Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang
alam dan manusia.
(3). Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tenang tuhan.
(4). Sesuai dengan alirannya, seni memberikan gambaran ungkapan yang
diungkapkan manusia kepada mausia lainnya secara bebas dan menurut
keindahan dan kreatifitas.

j. Eksistensi
(1). Filsafat
Filsafat merupakan pengetahuan mudah di pahami karena filsafat menjadi
salah satu apa yang di perolah mausia lewat indra dan pikirannya. Pengetahuan adalah
hasil interaksi anatara diri seseorang dan dirinya sendiri ataupun dengan
lingkungannya dalam perkembangannya, hal yang semula hanya berwujud
pengetahuan berkembang menjadi ilmu. Dengan perkembangannya individu tidak
hanya secara fasif menerima kesan yang masuk lewat indranya, tetapi secara aktif
memikirkan apa yang ada dalam dirinya dan lngkungannya. Bahkan juga memikirkan
apa yang ada di nalik kenyataan indranya.
Filsafat merupakan pikiran sedalam-dalammya tentang semua hal yang
bersentuhan dnegan manusia dan bagaimana juga caranya bersangkut-paut dengan dia
dan hidupnya. Jadi filsafat akan berurusan dengan benda-benda dan situasi-situasi,
pertanyaan dan masalah yan sebelumnya telah dijumpai baik ditingkat pengetahuan
pra-ilmia maupun tingkat pengetahuan ilmia,maun kali ini di semali ke dasar yang
lebih dalam.
Filsafat sebetulnya mencari suatu citra manusia, yaitu suatu visi tertentu atas
hidup manusia, yang di pertanggung jawabkan, yang dapat berperan menjadi
pedoman yang bersifat mengikat dan mengarahkan bagi keseluruhan sikap hidupnya.
Visi itu harus menjuruska dan menjiawi tingkah lakunya. Jadi tujuan filsafatukanlah
pengetahuan demi pengetahuan. Manusia membutuhkan suatu vidi atas idup yang
benar-benar berakar dan berbobot, supaya dengan berpinjak pada hal tersebut ia tau
bagaimana membentuk diri seperti semestinya, apa yang dapat di harapkannya untuk
masa yang akan dating, dan dimana ia harus mencarikebulatan, keutuhan, dan

[Type text] Page 41


kesempurnaan hidup sebagai manusia, dan akibatnya, dimana ia akan dapat
menentukan kebahagiaan (kalau kebahagian itu ada). Jadi berfilsafat mempunyai
orientasi praktis, namun harus berumpuh pada citra manusia yang bertanggug jawab
dan suatu pandangan atas manusia yang berdasarkan. Itulah yang harus di cita-
citakan.
Konsekuensi lain adalah bahwa oran yang berfilsafat harus selektif dalam
usahanya. Hendaknya ia hanya memilih pokok-pokok yang actual untuk dirinya atau
sekurang-kurangnya memberi harapan untuk itu. Dengan kata lain, semua pertanyaan
yang tidak membuat dia sibuk dengan dirinya sendiri harus dikesampingkan. Maka
berfilsafat bearti suatu kegiatan dimana orang bersibuk dengan dirinya sendiri dalam
pikiran dan pengetahuan.

(2). Ilmu Pengetahuan


Ciri khas ilmu pengetahuan adalah mencari hubungan gejala-gejala yang
faktawi, ia tidak puas menyatakan benar suatu itu apa, begini dan begitu. Ia ingin tahu
apa sebabnya suatu itu ada. Pengetahuan Ilmia mencoba mengintegrasikan yang
terpotng-potong dalam pengetahuan pra ilmia pasa kesatuan. Dalam mencapai
pengertian ilmu pengetahuan maju sacara sistematis. Ia idak bersifat menunggu saja
seola-ola pada waktunya dan dalam situasi tertentu tentang pengetahuan akan
menyingsing dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan harus mengusahakan pengertian
melalui penyelidikan. Ilmuan idak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan
keberanan kalau sebabnya atau sumbernya tidak di ketahui dan di pertangung
jawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau ketidak benaran dapat di kurangi.
Ilmuan bersikap kriis. Sekalipundemikian ia tetap kebal terhadap kekeliruan dan
kesesatan.haya dapat dikatakan bahwa pengetahuannya jauh lebih kokoh dan dapat
dipercaya.
Ketidaktahuan manusia untuk sebagain besar dilengkapi oleh ilmu pengetahua.
Namun ilmu pengetahuan masih juga oempunyai kekurangan dan keterbaasan, dank
arena itu juga tidak memuaskan

(3). Agama
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan
bangsa, dalam semua tempat dan waktu yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta
sehingga peraturan yang dibuatnya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki

[Type text] Page 42


peranan yang bisa dilihat dari aspek
1. Keagamaan (religious)
2. Kejiwaan ( psikologis)
3. Kemasyarakatan (sosiologis)
4. Hakikat kemanusiaan (human nature)
5. Asal usulnya (antropologis)
6. Moral ( ethics)
Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam text kitap
suci, maka yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang
menulak sikap kritis terhadap text dan interpretasinyaserta menegasikan
perkembangan historis dan sosiologis. Sebaliknya, jika bahasa agama di pahami
bukan sekedar esplanative dan descriptive language, tetapi juga syarat dengan
performatif dan espresif sesuai dengan persoalan dan kenyataan yang ada dalam
kehidupan mausia yang terus berkembang. Setiap agama memiliki watak
transformative, berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai-nilai agama
lama yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dari aspek religious, agama menyadarkan manusia siapa penciptanya. Faktor
keimanan juga mempemgaruhi karena iman adalah dasar agama. secara
antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa,
darimana,dan mau ke mana manusia. Dari sosiologis,agama berusaha mengubah
berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Agama
juga menghubungkan maslah ritual ibadah dengan masalah social. Secara
psikologis, agama bisa menetramkan, menenangkan, dan membahagiakan
kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjuan tata nilai dan
norma yang baik dan buruk, dan mendorong menusia berprilaku baik.

(4). Seni
Seni adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai. Karya seini bukanlah
sekedar laporan tentang fakta-fakta melainkan proyeksi dari inspirasi, emosi,
prederensi, apresiasi, atau kesadaran akan nilai dari membuatnya (seniman) seni
adalah bahasa spiritual yang mengungkapkan penilaian, lebih daripada
memformulasikan deskripsi-deskripsi objektif.
Nilai adalah kualitas yang membangkitkan apresiasi. Seni sebagai uangkapan
nilai, terbit dari sikap penghargaan. Ia tidak hanya mencerminkan keadaan sekedar

[Type text] Page 43


apa adanya tapi memilih, mengurangi dan mempertajam. Nilai berbeda dengan fakta,
sering semata-mata bersifat khayali.dan lewat seni, nilai memperoleh semacam
kenyataan sosial yang berbeda dari kenyataan ilmu.
Nilai diungkapkan dalam kegiatan kreatif seniman dan bertujuan menciptakan
sebab-sebab nyata untuk apresiasi. Seniman menyampaikan sikap penilaiannya
dengan karya-karyanya pada orang lain. Masalah bagi seniman adalah bagaimana
menemukan kualitas dan bentuk-bentuk objektif yang dapat menggerakkan
penanggap mendapati nilai-nilai yang ingin ia wujudkan dalam karya. Jika ia berhasil
mengerjakan ini, maka ia telah mengungkapkan nilai-nilai.
Bagi penanggap, karya seni dipandang terdiri dari deretan bentuk perlambang
yang harus ditafsirkan. Masalahnya, bagaimana membekali diri dengan kesadaran
akan nilai-nilai yang dapat menghubungkan dirinya dengan deretan bentuk
perlambang itu. Tergantung padanya apakah karya seni itu menghidupkan
imajinasinya ataukah tinggal diam tak berbicara apa-apa. Ia harus membangkitkan
dalam dirinya sikap yang sesuai sehingga ia mendapati nilai-nilai yang diwujudkan
oleh seniman. Jika ia berhasi melakukan ini ia pun mengungkap nilai-nilai dalam
kontemplasi.
I.2. Konsep Filsafat Pendidikan
Dalam bahasa indonesia, kata filsafat berasal dari Bahasa Arap yakni falsafah
yang juga berakar dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang merupakan gabungan
dari 2 kata yakni philia yang berarti persahabatan, cinta dsb, dan sophia yang berarti
kebijaksanaan, sehingga secara harfiah filsafat dapat diartikan pecinta kebijaksanaan.
Aristoteles mengemukakan bahwa kebijakan filsafat adalah menyelidiki sebab dan
asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Imanuel
Kant berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu :
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ? jawabannya metafisika
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan ? jawabannya Etika
3. Sampai dimanakah harapan kita ? jawabnnya Agama.
4. Apakah yang dinamakan manusia ? jawabannya Antropologi
Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik sebuah benang merah bahwa
filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar

[Type text] Page 44


dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi.
Definisi pendidikan sendiri menurut Jhon Dewey adalah sebuah proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya pikir
(intelektual) maupun daya rasa (emosi). Sedangkan Al Syaibani menjelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam
sekitarnya.
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa
filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
yang bertujuan untuk merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan atau ukuran
tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan
kehidupannya.
Terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan antara filsafat
pendidikan dengan pendidikan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan
pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga merupakan objek
pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan
meliputi :
1) Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education)
2) Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the
nature of man).
3) Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama
dan kebudayaan).
4) Merumuskan secara hubungan antara filsafat, filsafat pedidikan, teori dan
pendidkan.
5) Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan
politik pendidikan (sistem pendidikan)
6) Merumuskan sistem-sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.

[Type text] Page 45


Sama halnya denga cabang filsafat lain, filsafat pendidikan juga memiliki
dasar-dasar yang menjadi landasan kokohnya konstruksi filsafat pendidikan
diantaranya sebagai berikut :
a) Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat. Mulai
dari hakekat dunia, hakekat manusia, hakekat tuhan, termasuk di dalamnya hakekat
anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan.
Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya. Maka ia akan memiliki dorongan yang
kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini
diperlukan cara implisit untuk mengetahui ke arah tujuan pendidikan.
b) Epistimologi
Epistimologi ini diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya
dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada
anak didik, dan diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan
dan cara menyampaikannya seperti apa.
c) Aksiologi
Aksiologi membahas nilai baik atau nilai buruk. Nilai indah atau tidak indah.
Dia tidak mengakui nilai absolut tetapi menolak pula niali yang bersifat subjektif
seperti yang berlaku dalam niali estetis. Nilai yang ada adalah nilai yang bersifat io-
psikologis ekonomik historis. Dasar tingkah laku moral adalah pengetahuan ilmiah
serta cinta dan simpati manusia.

A. Batasan Filsafat Pendidikan


Menurut Prof. Dr. N. Drijakara, pendidikan adalah Pemanusiaan muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Sedangkan istilah filsafat berasal dari
nahasa Yunani Philosophia yang dalam perkembangan berikutnya dikenal di dalam
bahasa lain yaitu philosophie (Jerman, Belanda, dan Perancis); philosophy (inggris),
philosophia (latin); dan falsafah (arab).
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan oleh para ahli :
a) Menurut al-Syaibani (1979:36), filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang
teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan
dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat
menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
pengalaman kemanusiaan faktor-faktor yang integral.

[Type text] Page 46


b) Menurut John Dewey (1957), filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir
(intelektual) maupun daya perasaan (emosiaonal), maupun tabiat manusia.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan
segala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan islam, dengan
menentukan prinsib-prinsib dan kepercayaan-kepercayaan yang bersumber dari
ajaran islam atau sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam yang mengandung
kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat antar
filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya
pun seiring, yakni berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia.

1. Tujuan Filsafat Pendidikan


Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari filsafat pendidikan diantaranya
sebagai berikut:
a) Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan
membangun diri sendiri.
b) Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
c) Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan sintesis pula
sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
d) Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahun yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sebab itu mengetahui pengetahuan-pengetahuan dasar berarti
mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
e) Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena
filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya
yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu pendidik.
Selain itu, tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran
filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu:
(1) Realisme
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik da ruh,
bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu
menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat.
(2) Pragmatisme
Aliran pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika ,dipengaruhi oleh

[Type text] Page 47


emperisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya,hidup bukan untuk
mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan
pendidikannnya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal
baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
(3) Humanisme
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan hrus ditekankan pada kebutuhan
anak ( child centered). Tujuan untuk aktualisasi diri,perkembangan efektif,dan
pemmbentukan moral.
(4) Behaviorisme
Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang
memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting.oleh sebab itu,
pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi
perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan
kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jaawab dalam kehidupan pribadi dan
masyrakat.
(5) Konstruktivisme
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif
individu mengkonstuksi arti arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog,dan lain-lain
melalui asimilisi pengalaman baru dengan pengertiaan yang telah dimiliki individu
yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelasaikan persoalan hidup.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimanna
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan danprinsip-prinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori pendidikan
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan
pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan ayarah yang jelas dan tepat dengan
megajukan pertayaan tentang kebijakan pendidikan dan prkatik dialapangan dengan
menggunakan rambu-rambu dan teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogik atau ilmu dan seni mengajar materi
subyek terkait , agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peseerta
didik.

[Type text] Page 48


B. Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memcahkan maslah
hidup dan kehidupan manusia,dimana pendidkan merpakan salah sati dari aspek
kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan
meneneerima pendidikan. Oleh karena itu pendidkan memerlukan filsafat. Karena
masalah-maslah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang
hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul maslah-masalah
yang lebih luas , lebih dalam , dan lebih kompleks, yang tidak terbaasi oleh
pengalaman maupun fakta aktual, dan tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh
ilmu.
Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan.
Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi, filsafat pendidkan menjadi pedoman asasi
pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide ideal dari
filsafat menjadi kenyataan, tindakan,tigkah laku, dan pembentukan kepribadian.
Pendidikan adalah upayah mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta,rasa,maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasarnya pendidkan adalah
cita-cita kemanusiaan universa. Pendidikan betujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan,kesatuan, organis, harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan , kesatuan, organis,harmonis,dinamis guna mencapai tujuan kehidupan
kemanusiaan.

C. Peranan Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidkan harus mampu memberikan pedoman kepada para perancana
pendidikan dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak menghubungkan usaha0usaha
pendidikannya dengan filsafat umum, falsafah bangsa dan negara. Dalam mengkaji
peranan filsafat, dapat ditinjau dari segi tiga lapanagn filsafat, yaitu
metafisika,epistemologi,dan aksiologi.
a) Metafisika dan Pendidkan
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat
persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika secara praktis akan menjadi
persolan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya ,

[Type text] Page 49


maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang
ada. Anak, baik disekolah maupun dimasyarakat, selalu menghadapi realitas,
mengalami segala macam kejadian dalam kehidupanny. Anak melihat benda
mati,makhluk hidup,hewan,manusia bahkan ia menyaksikan tentang kematian
makhluk hidup. Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari hakikat :
hakikat dunia,hakiakat manusia,termasuk didalamnya hakikat anak. Mempelajari
metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukn untuk mengontrol secara implisit tujuan
pendidkan, untuk mengetahui bagaimanna dunia anak, apakah ai merupakan makhluk
rohani atau jasmani saja, atau keduannya.
b) Teologi
Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana hubungan realitas,
bagaimana hubungan Tuhan dengan manusia, dan dengan kosmos. Siapa Tuhan ,
bagaiman sifat-sifatnya.
Masyarakat Indonesia berkeyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta alam
semesta. Segala yang ada berasal/diciptakan oleh Tuhan. Manusia dalam hidupnya
harus mengabdi kepada Tuhan. Padasuatu saat ia akan kembali dan mempertanggung
jawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia. Pandangan seperti ini
akan mewarnai sistem pendidikan yang dilakukan masyarakat. Pendidikan akan selalu
mempertimbangkan huungan manusia dengan Tuhan.

c) Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam
semesta. Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang
sifatnya meterial. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin
pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu,
kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektua. Implikasi pembicaraan
kosmologi bagi pendidikan bahwa kosmologi akan mengisi kepribadian manusia
dengan realitas fisik. Peserta didik harus mengenai alam yang menjadi tempata hidup.
Mengenai lingkungannya,mengenai hukum-hukum alam, hukum klausal, sehingga ia
akan mengerti dan memahami keteraturan yang terjadi dijagat raya.
d) Manusia
Seperti yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat
realitas, termaksud didalmnya hakikat anak. Pendidkan merupakan kegiatan khas

[Type text] Page 50


manusiawi, hanya manusia lah yang secara sadar melakukan pendidkan untuk
sesamanya. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia, dan untuk
manusia. Oleh karena itu,pembicaraan tentang pendidikan tidak bermakna apa-apa
tanpa membicarakan manusia.manusia adaah subyek pendidkan sekaligus objek
pendidkan. Sebagai subyek pendidkan, mansia (khususnya manusia dewasa)
bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara moral berkewajiban
atas perkembangan pribadi anak-anak mereka,generasi penerus. Manusia sebagai
objek pendidikan , (khususnya anak-anak) merupaka sasaran pembinaan dalm
pelaksanaan (proses) pendidikan, yang pada hakikatnya ia memilki pribadi yang sama
seperti manusia dewasa, namun karena kodratnya belum berkembang.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah usaha membantu manusia
untuk merealisasikan dirinya, memanusiakan manusi. Pendidikan berusaha membantu
manusia untuk menyingkapkan dan menemukan rahasia alam, mengembangkan itrah
manusia yang merupakan potensi untuk berkembang, mengarahkan kecenderumgan
dan membmbingnya ddemi kebaikan dirinya dan masyarakat.
1) Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik,berbeda
anatara satu dengan yang lainnya.tidak ada manusia yang persis sama diciptaka Tuhan
jagat raya ini, walaupun pada anak kembar sekalipun. Secara fisik mungkin manusia
akan banyak memiliki persamaan , namun secar fsikologi rohaniah akan bnyak
menunjukan perbedaan.
2) Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia lahir dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa ,
ia lahir dalam keadaan tidak berdaya. Namun, bersamaan dengan itu ,ia lahir memilki
potensi kemanusiaan berupa kekuatan pendengaran. Kekuatan pengelihatan,dan budi
nurani. Potensi kemanusian tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk
berkembang menjadi dirinya sendiri.
Dalam proses pengembangannya potensi kemanusian yang
dimilikinya,tidak berlangsung secara alamiah dengan sendirinya, tetapi ia
membtuhkan bimbingan dan bantuan manusia lain diluar dirinya. Sejak mulai lahir
anak manusia akan berinteraksi dengan ibunya, dengan ayahnya, dengan sudara-
saudaranya, dengan masyarakat sekelilingnya. Anak hanya akan menjadi manusia
kalau ia hidup bersam-sama dengan manusia lain diluar dirinya.
3) Manusia sebagai makhluk setia

[Type text] Page 51


Manusia yang lahir dilengkapi dengan kata hati atau hati nurani, yang
memungkinkan ia memilki potensi untuk dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk, sehinggaia dapat memilki pengetahuan yang berkaitan dengan itu. Manusia
sebagai makhluk susila mapu memikirkan dan menciptakan norma-norma untuk
mengatur kehidupannya, baik kehidupan individunya maupun kehidupan sosialnya.
Manusia merupakan makhluk yang mampu memahami nilai-nilai susila , dan mapu
mengambil keputusan susila, serta sekaligus ia memilki kemampuan untuh
mengerahkan dirinya terhadap perbutan susila dalam perilakunya.
4) Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan
Manusia merupakan makhluk yang memilki potensi dan mampu
mengadakan komunikasi dengan tuhan sebagai maha pencipta alam semesta. Manusia
adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, sadar dengan kehidupan sosial, sadar
dngan nilai fungsi susila dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Lebih
meningkat lagi manusia adalah makhluk yang sadar akan adanya suatu kekuatan yang
berada diluar dirinya, yang menguasai jagat raya ini, yang mengatur kehidupan jagat
raya ini, Tuhan Yang Maha Kuasa.
5) Epistimologi dan pendidikan
Kumpulan pertanyaan berikutnya yang berhubungan dengan para guru
adalah epitemologi. Pertanyaan-prtanyaan ini semuanya berfokus pada pengetahuan.
Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui?
Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang belawanan?
Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke
situasi lainnya? Dan pada akhirnya pengetauan apakah yang paling berharga ?
Sekalipun suatu pertimbangan kausal dari pertanayaan-pertanyaan
epistemologis memperlhatkan bahwa banyak cara mengetahui mengenai dunia. Kita
yakin bahwa setidaknya lima cara berbeda mengetahui yang merupakan minat /
kepentingan guru .
a) Mengetahui yang didasarkan otoritas
b) Mengetahui yang didasrkan wahyu tuhan
c) Mengetahui yang didasarkan pada empirime ( pengalaman )
d) Mengetahui yang didaasrkan pada nalar
e) Mengetahui yang didasarkan pada intuisi.

6) Aksiologi dan pendidikan

[Type text] Page 52


Aksiologi sebagai cabang filsafat yang mebahas nilai baik dan nilai buruk,
indah dan tidak indh (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena nilai akan
selalu dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung nilai akan menentukan pendidikan.
Pendidikan secara langsung berkaitan dengan nilai. Berdasarkan nilai
tersebut, pendidikan dapat menentukan tujuan, motivasi, kurikulum, metode belajar
dan sebagainya. Pendidikan terlebih dahulu harus menentukan nilai mana yang akan
dianut sebelum menentukan kegiatannya pembahasan nialai-nilai pendidkan. Nilai
mana yang akan dianut sebelum menentukan kegiatannya.
Hal ini berarti bahwa nilai terletak dalam tujuan. Pembahasan nilali-nilai
pendidkan terletak didalam rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan. Didalam
tujuan pendidikan itulah tersimpul semua nilai pendidikan yang hendak diwujudkan
didalm pribadi peserta didik.
a. Etika
Pengetahuan tentang etika dapat membantu guru memecahkan banyak dilema
yang muncul dikelas. Seringkali, para guru harus mengambil tindakan dalam situasi-
situasi dimana tidak mampu mengumpulkan semua fakta relevan dan dimana tidk ada
arah tindakan yang tunggal yang secara total

Benar atau salah. Misalnya, seseorang siswa pada hasil pekerjaan sebelumnya berada
di atas rata-rata, menjiplak suatu makalah ; haruskah guru membatalkan siswa
tersebut utuk mata pelajaran itu juka contoh hukuman yang cepat dan tegas
kemungkinan mencegah para siswa lain untuk penjiplakan? Atau haruskah guru, yang
mengikuti dugaan mengenai apayang akan terjadi pada minat jangka panjang siswa,
menyuruh siswa itu mengerjakan kembali makalah ujian itu dan mengambil resiko
kemungkinan para siswa lain melakukan gagasan yang salah tersebut sehingga
penjiplakan tidak memiliki konsekuensi negatif?
b. Estetika
Cabang dari aksiologi yang dikenal sebagai estetika itu berhubungan dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa
para guru musik, seni, drama, sastra dan guru menulis secara teratur kita dapat dengan
mudah mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kurikulum.

[Type text] Page 53


7) Logika dan Pendidikan.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan,
agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka
proses berfikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu, suatu penarikan
kesimpulan baru dikatakan sihih kalau proses penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan dengan cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
logika yang sevara luas di definisikan sebagaipengkajian untu berfikir secara
sahih.
Apa yang menentukan filsafat pendidikan seseorang?
Dalam bentuk yang paling sederhana, filsafat terdiri dari apa yang diyakini
seseorang mengenai pendidikan. Merupakan kumpulan prinsip yang membimbing
tindakan profisional seorang lebih jauh lagi. Filsafat pendidikan berkaitan
denganpenetapan hakekat dari tujuan, alat pendidikan, dan kemudian
menerjemahkan prinsip-prinsip ini kedalam kebijakan-kebijakan untuk
mengimlekasikannya.
Setiap guru apakah mengetahuinya ataupun tidak, memiliki suatu filsafat
pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan
tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan
yang baik.

Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan


semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tatanan
praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan
pendidikan.
Lima tujuan filsafat pendidikan dapat mengklasifikasi bagaimana dapat
berkontribusi pada pemecahan-pemecahan tersebut. Yaitu :
(1) Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang
dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.
(2) Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada
macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial dan
ekonomi.
(3) Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-pelanggaran
prinsip-prinsip dan kebijakan pendidikan.

[Type text] Page 54


(4) Filsafat pendidikan memustkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan dan
praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan penelitian
empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional.
(5) Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inkuiri dalam keseluruhan urusan
pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian, pembenaran, dan
pembaruan sekumpulan pengalaman yang penting.

II. Aliran- Aliran Filsafat Pendidikan dan Teori-Teori Pendidikan Kontemporer


II. 1. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan yang Tradisional
A. Idealisme.

Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran
yang murni dari plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanya berupa bayangan saja dari alam idea.
Aritoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham
idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasaridealisme ini.
Pada zaman aufklarung pada filosof yang mengakui aliran serba dua
(dualisme) seperti descartes dan spinoza yang mengenalkan dua pokok yang bersifat
kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian
lebih penting dari kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat
digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme
pada masa abad ke-19 dan 19 ketika periode idealisme. Dan jerman yang berpengaruh
besar di eropa.
Secara historis, idealisme dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh
plato (427-347 SM). Athena, selama plato hidup, adalah kota yang berada dalam
kndisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa persia telah mendorong athena
memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut,

[Type text] Page 55


perdangangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai
penginepan athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan
kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal ini, muncul berbagai gagasan-gagasan
baru kedalam lini budaya bangsa athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat
mengarahkan warga athena untuk mengkritisi pengetahuan dan nilai-nilai tradisional.
Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para shopis). Ajarannya
memfokuskan pada induvidualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga
untuk menghadapi

Peluang bsru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada


individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya kumunal
masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi
perubahan terus-menerus yang telah meruntuhnya budaya Athena lama. Ia
merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan
sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan.
Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak
sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal
dan dapat disetujui semua orang . contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 5+7= 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak dapat berubah,
berpengaruh pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuhkembangkan
dalam dunia modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650),
Geoege Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W.F. Hegel
(1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiram pendidikam yang berpengaruh di
Amerika adalah William T. Harris (1835-1909) yang menggagas journal of
speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis abad XX yang telah berjuang
menerapkan idealism dalam bidang pendidikan modern, antara lain: J.Donald Butler
dan Herman H.Horne. sepanjang sejarah, idealism juga terkait dengan agama, karena
keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian lain dari
realitas.

[Type text] Page 56


Tokoh-tokoh idealisme:
1. Plato(477-347 Sb.M)
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat
rohani dan jiwa terletak diantara gambaran asli dengan bayangan dunia yang
ditangkap oleh panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan
oleh akal, dan yang berkaitan juga dengan idea tau gagasan . mengenai
kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide
tertinggi adalah kebaikan.
Menurut plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan
mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat
ukur mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.

2. Immanuel Kant (1724-1804)


Ia menyebut filsafatnya idealis transcendental atau idealis kritis dimana
paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak
dianggap sebagai miliknya sendiri melaikan ruang dan waktu adalah forum
intuisi kita. Dengan demikian, ruang dan waktu yang dimaksudkan adalah
sesuatu yang dapat membantu kita (manusia) untuk mengembangkan intuisi
kita. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya tidak akan ada bila
seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi,bila pengetahuanitu
datang dari luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendetal menitik beratkan pada
pengalaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak
bergantung pada sebuah pemahaman.

3. Pascal (1623-1662)
Kesimpulam dari pemikiran filsafat Pascal antara lain:
a. Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak
dapat lagi mencapai suatu aspek maka hatilah yang akan berperan. Oleh

[Type text] Page 57


karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah
satnya tidak berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu
pengetahuan itu juga akan mengalami kendala.
b. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta
mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan
mampu dijadikan alat untuk digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena
ketidakmampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusiam
maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena
dengan agama, manusia akan lebih mamp menjangkau pikirannya sendiri,
yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walapun bersifat abstrak.
c. Filsafat bias melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah
sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Sehebat apapun manusia
berpikir ia tidak akan mendapatkan kepuasan karena manusia mempunyai
logika ysng krmampuannya melebihi dari logika itu sendiri. Dalam
mencari Tuhan Pascal tidak menggunakan metafisika, katena selain bkan
termasuk geometri tspi jugs metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya
ialah mengembalikan persoalana keTuhanan pada jiwa. Filsafat bias
menjangkau segala hal, tetapi tidak bias secara sempurna. Karena setiap
iklmu itu pasti ada kekuranganny, tidal terkexuali filsafat.

4. J.G.Fichte (1762-1914 M)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788
M). pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rector Universitas Berlin. Filsafatnya
disebut Wissenschaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderannya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui
yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk
dan meng abstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
Hal tersebut bias dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja
dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bias menangkap

[Type text] Page 58


bahwa bentuk meja itunseperti yang kita lihat (berbentuk bulat,persegi
panjang,dll). Dengan adanya angapan itulah akhirnya manusia bias
mewujudkan dalam bentuk yang nyata.

5. F.W.S. Schelling (1775-1854 M)

Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda.
Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di
Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakan dasar-
dase pemikiran bagi perkembangan idealism Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara
yang subyektif dengan obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2
potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang
subyektif dan subyektif). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi
sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif danobyektif, yang sadar
dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula
alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak
adalah identitas mutlak atau indiferennsi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal
adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan
objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau
ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak
itu tidak bias dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara
keduanya.

6. G.W.F. Hegel (1770-1031 M)


Ia belajar teknologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791
memperoleh gelar Doktor . inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh
atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha
menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya.
Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

[Type text] Page 59


a. Prinsip Filosofis
Idealism termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealism
berasal dari bahasa inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai
istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama jaki
digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18.
Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato,
secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini
merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealism diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik
tidak dapatb dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealism berasal dari
bahasa latin idea, yaitu gagasan,ide. Sesuai asla katanya menekankan
gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental. Terdapat aliran filsfat yang
beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah yang ada dalam
budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda secara
demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu
semua adalah idealism.
Aliran idealisme kenyataanya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita:
1) Yang tampak: apa yang kita alami dalam lingkungan ini seoeti ada
yang datang dan pergi, hidup dan mati dll.
2) Realitas sejati: merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ideal).
Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian
kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari yang mapak, karena ide
merupakan wujud yang hakiki.

Beberapa pengertian idealisme :


1) Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu
penjelmaan pikiran

[Type text] Page 60


2) Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran
dan aktivitas-aktivitas pikiran.
3) Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejal psikis seperti
pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pemikiran mutlak dan lain
sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
4) Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual,psikis). Mati dalam
bentuk fisik tidak ada.
5) Hanya ada aktifitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia
eksternal tidak bersifat fisik.

William E. Hocking, seorang penganut idealisme


modern,mengungkapkan bahwa, sebutam ide-isme kiranya lebih baik
dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena idealisme lebih
berkaitan dengan konsep-konsep abadi(ideas), seperti kebenaran ,
keindahan, dan kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius
denga orientasi keunggulan yang bias dimaksudkan ketika kita
beruscap, dia sangat idealistik.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari
atau tersusun atai substansi sebagaiman gagasan-gagasan atau ide-ide.
Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau tuhan, yang berarti
pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-
gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kediriam dari pada sebagai suatu
penekanan pada objek-objek dan daya-daya material. Idealisme
menekankan akal piker (mind) sebgai hal dasar atau lebih dahulu ada
bagi materi, dan bahkan menganggap bahwa akal piki adalah sesuatu
yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal
piker atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme
yang

[Type text] Page 61


Peluang bsru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada
individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya kumunal
masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi
perubahan terus-menerus yang telah meruntuhnya budaya Athena lama. Ia
merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan
sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan.
Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak
sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal
dan dapat disetujui semua orang . contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 5+7= 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak dapat berubah,
berpengaruh pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuhkembangkan
dalam dunia modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650),
Geoege Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W.F. Hegel
(1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiram pendidikam yang berpengaruh di
Amerika adalah William T. Harris (1835-1909) yang menggagas journal of
speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis abad XX yang telah berjuang
menerapkan idealism dalam bidang pendidikan modern, antara lain: J.Donald Butler
dan Herman H.Horne. sepanjang sejarah, idealism juga terkait dengan agama, karena
keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian lain dari
realitas.
Tokoh-tokoh idealisme:
7. Plato(477-347 Sb.M)
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat
rohani dan jiwa terletak diantara gambaran asli dengan bayangan dunia yang
ditangkap oleh panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan
oleh akal, dan yang berkaitan juga dengan idea tau gagasan . mengenai
kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide
tertinggi adalah kebaikan.

[Type text] Page 62


Menurut plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan
mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat
ukur mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.

8. Immanuel Kant (1724-1804)


Ia menyebut filsafatnya idealis transcendental atau idealis kritis dimana
paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak
dianggap sebagai miliknya sendiri melaikan ruang dan waktu adalah forum
intuisi kita. Dengan demikian, ruang dan waktu yang dimaksudkan adalah
sesuatu yang dapat membantu kita (manusia) untuk mengembangkan intuisi
kita. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya tidak akan ada bila
seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi,bila pengetahuanitu
datang dari luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendetal menitik beratkan pada
pengalaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak
bergantung pada sebuah pemahaman.

9. Pascal (1623-1662)
Kesimpulam dari pemikiran filsafat Pascal antara lain:
d. Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak
dapat lagi mencapai suatu aspek maka hatilah yang akan berperan. Oleh
karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah
satnya tidak berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu
pengetahuan itu juga akan mengalami kendala.
e. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta
mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan
mampu dijadikan alat untuk digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena

[Type text] Page 63


ketidakmampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusiam
maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena
dengan agama, manusia akan lebih mamp menjangkau pikirannya sendiri,
yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walapun bersifat abstrak.
f. Filsafat bias melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah
sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Sehebat apapun manusia
berpikir ia tidak akan mendapatkan kepuasan karena manusia mempunyai
logika ysng krmampuannya melebihi dari logika itu sendiri. Dalam
mencari Tuhan Pascal tidak menggunakan metafisika, katena selain bkan
termasuk geometri tspi jugs metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya
ialah mengembalikan persoalana keTuhanan pada jiwa. Filsafat bias
menjangkau segala hal, tetapi tidak bias secara sempurna. Karena setiap
iklmu itu pasti ada kekuranganny, tidal terkexuali filsafat.

10. J.G.Fichte (1762-1914 M)


Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788
M). pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rector Universitas Berlin. Filsafatnya
disebut Wissenschaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderannya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui
yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk
dan meng abstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
Hal tersebut bias dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja
dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bias menangkap
bahwa bentuk meja itunseperti yang kita lihat (berbentuk bulat,persegi
panjang,dll). Dengan adanya angapan itulah akhirnya manusia bias
mewujudkan dalam bentuk yang nyata.

[Type text] Page 64


11. F.W.S. Schelling (1775-1854 M)

Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda.
Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di
Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakan dasar-
dase pemikiran bagi perkembangan idealism Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara
yang subyektif dengan obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2
potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang
subyektif dan subyektif). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi
sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif danobyektif, yang sadar
dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula
alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak
adalah identitas mutlak atau indiferennsi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal
adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan
objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau
ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak
itu tidak bias dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara
keduanya.

12. G.W.F. Hegel (1770-1031 M)


Ia belajar teknologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791
memperoleh gelar Doktor . inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh
atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha
menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya.
Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

a. Prinsip Filosofis
Idealism termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealism
berasal dari bahasa inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai
istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama jaki

[Type text] Page 65


digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18.
Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato,
secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini
merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealism diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik
tidak dapatb dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealism berasal dari
bahasa latin idea, yaitu gagasan,ide. Sesuai asla katanya menekankan
gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental. Terdapat aliran filsfat yang
beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah yang ada dalam
budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda secara
demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu
semua adalah idealism.
Aliran idealisme kenyataanya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita:
3) Yang tampak: apa yang kita alami dalam lingkungan ini seoeti ada
yang datang dan pergi, hidup dan mati dll.
4) Realitas sejati: merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ideal).
Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian
kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari yang mapak, karena ide
merupakan wujud yang hakiki.

Beberapa pengertian idealisme :


6) Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu
penjelmaan pikiran
7) Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran
dan aktivitas-aktivitas pikiran.
8) Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejal psikis seperti
pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pemikiran mutlak dan lain
sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.

[Type text] Page 66


9) Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual,psikis). Mati dalam
bentuk fisik tidak ada.
10) Hanya ada aktifitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia
eksternal tidak bersifat fisik.

William E. Hocking, seorang penganut idealisme


modern,mengungkapkan bahwa, sebutam ide-isme kiranya lebih baik
dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena idealisme lebih
berkaitan dengan konsep-konsep abadi(ideas), seperti kebenaran ,
keindahan, dan kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius
denga orientasi keunggulan yang bias dimaksudkan ketika kita
beruscap, dia sangat idealistik.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari
atau tersusun atai substansi sebagaiman gagasan-gagasan atau ide-ide.
Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau tuhan, yang berarti
pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-
gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kediriam dari pada sebagai suatu
penekanan pada objek-objek dan daya-daya material. Idealisme
menekankan akal piker (mind) sebgai hal dasar atau lebih dahulu ada
bagi materi, dan bahkan menganggap bahwa akal piki adalah sesuatu
yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal
piker atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme
yang
Kemudian implikasi idealism dalam bidang evaluasi tidak hanya berdasarkan
kepada nilai akhir pesrta didik, tapi juga menurut keseharian pesrta didik. Evaluasi
tidak hanya ditinjau dari satu aspek tapi juga semua aspek yaitu dari segi kognitif,
afektif ,dan psikomotorik. Hal itu karena dalam idealisme guru bersifat demokratis,
sehingga pembelajaran berjalan secara afektif karena guru adil dalam melakukan
evaluasi.
c. Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa
apa yang siswa fikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mengajar
hendaknya mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-

[Type text] Page 67


keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan
untuk masalah-masalah moral dan social, meningkatkan minat terhadap isi mata
pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
d. peran guru
para filsuf idealism mempunyai harapan yang tinggi dari para guru.
Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada
satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru
hendaknya bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia,
bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa.
Para murid yang menikmati pendidikan dimasa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab , pendekatan dipandang sebagai cara
yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, para guru tidak boleh
berhenti hanya ditengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu
muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk kedalam pemikiran
terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak
didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau
sekedar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Model pemikiran filsafat idealism yang menganggap anak didik merupakan
mahluk spiritual dan guru yang juga menganut pahamidealisme menjadikan sistem
pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealism berfungsi
sebagai :
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
5) Guru menjadi teman dari para muridnya;
6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar
7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
8) Guru harus rajin beribadah,sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan
para siswanya;
9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;

[Type text] Page 68


10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkan;
11) Tidak hanya murid, gurupun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
13) Guru harus bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi;
14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaanya.

e. peran siswa
siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya.
(Edward J.Power,1982). Bagi aliran idealism, anak didik merupakan seseorang
pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan
ekspresi dari kenyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai
makhluk spiritual.

B. Realisme
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas,
realism berbeda dengan meterialisme dan idealism yang bersifat monitis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian , yang subjek yang menyadari dan
mengetahui disatu pihak dan pihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang
dapat diajdikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Gagasan filsafat realism terlacak dimulai sebelum priode abad masehi
dimulai, yaitu dalam pemikiran murid Plato bernama Aristoteles (384-322 SM).
Sebagai murid Plato, sedikit banyak Aristoteles tentu saja memiliki pemikiran yang
sangat dipengaruhi Plato dalam berfilsafat. Dalam keterpengaruhannya, Aristoteles
memiliki sesuatu perbedaan pemikiran yang membuatnya menjadi berbeda dengan
Plato.
Ibarat Plato memulai filsafatnya dari sebelah selatan, Aristoteles justru
memulai dari sebelah utara. Filsafat Aristoteles tampak sepertiantitesis filsafat Plato
yang justru menjadi corak idealism. Oleh karena itu, jika Plato meyakini bahwa apa
yang sungguh-sungguh ada asalah yang ada salam alam idea, Aristoteles justru
memandang bahwa apa yang diluar alam ide, termasuk benda-benda yang terlihat
indra bukanlah idea yang lahir dari replikasi yang ada dalam pikiran atau mental.
Bagi Aristoteles, benda-benda itu sungguh pun tak ada yang memikirkannya
ia tetaplah ada. Keberadaannya tersebut tidak ditentukan oleh akal. Disini focus
perhatian Aristoteles terhadap kemungkinan sampai pada konsepsi-konsepsi tentang

[Type text] Page 69


bentuk universal melalui kajian-kajian atas objek-objek material. Kelak, ini akan
menjadi dasar-dasar petama bagi lahirnya fisika modern serta sains. (Teguh Wangsa
Gandhi : 2010 :140).

1. Bentuk Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Kneller membagi realism menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2)
Realisme Naturalis.
a. Realisme Rasional
Realism nasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realism klasik dan
realism religious. Bentuk utama dari realism religious adalah
Scholastisisme. Realisme kalsik maupun realisme religious menyetujui
bahwa dunia meteri adalah nyata, dan berada di luar fikiran (idea) yang
mengamatinya. Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan
jiwa diciptakan oleh Tuhan, dan jiwa lebih penting dari pada materi karena
tuhan adalah rohani yang sempurna. tomisme juga mengungkapkan bahwa
manusia merupakan satu perpaduan/kesatuan materi dan rohani dimana badan
dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak,
namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi
pencipta, karana itu manusia mencari kebahagiaan abadi.
1) Realisme klasik
Realism klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional.
Realism klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki
ciri-ciri rasional. Dunia dikenal memalui akal, dimualia dengan prinsip
self evident, diamana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena
evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan pembenaran
sekaligus.
Pengetahuan tentang Tuhan ,sifat-sifat Tuhan, eksistensi Tuhan,
adalah bersifat self evident. Artinya bahwa adanya Tuhan tidak perlu
dibuktikan dengan bukti-bukti lain sebab Tuhan itu self evident. Sifat
Tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang
menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut.
Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman
manusia. Yang esensial adalah apa yang emrupakan penyatuan dan
pengulangan dari pengamalan manusia. Kneller (1971) mengemukakan
bahwa realisme klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana,

[Type text] Page 70


yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan fisik dan social. for the classical realist the purpose of
education is enable the pupil to become an intellectually well-balanced
person, as against one who is simply well adjust to the physical and
social amivironment.
2) Realisme Religius
Realisme religious dalam pandangannnya tempak dualistis. Ia
berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas oreder natural dan
order supernatural. Kedua order tersebut berpusat pada tuhan. Tuhan
adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses
untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai
dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat
kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini.
Kebenaran bukan dibuat, melaikan sudah ditetukan, dimana belajar harus
mencerminkan kebenaran tersebut.
Menurut pandangan aliran ini, struktur social barakar pada aristokrasi
dan demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara meletakkan kekuasaan
pada yang lebih tahu dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti
bahwa setiap orang diberi kesempatan yang lluas untuk memegang setiap
jabatan dalam struktur masyarakat. Hubungan sntara gereja dan Negara ,
adalah menjadi fundamental dasar dualism antara order natural dan order
supernatural. Minat Negara terhadap pendidikan bersifat natural, karena
Negara memiliki kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan gereja. Moral
pendidikan berpusat pada ajaran agama. Pendidikan agama sebagai pedoman
bagi anak untuk mencapai Tuhan dan Akhirat.
Menurut realism religious, karena keteraturan dan keharmonisan
alam semesta sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus mempelajari alam
sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu
untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendiidkan dalah mendorong siwa memiliki
keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian
terhadap lingkungan fisik dan social saja. Wiliam Mc Gucken (Brubacher,
1950), seorang pengikut aristoteles dan Thomas aquina yang berakar pada
metafisika dan epistimologi, membicarakan pada natural dan supernatural.
Menurut Guken, tanpa Tuhan tidak ada tujuan hidup, dan pada akhirnya tidak
ada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan manusia
untuk hidup didunia sekarang dalam arti untuk mencapai tujuan akhir yang
abadi untuk hidup didunia sana.

[Type text] Page 71


Pandangannya tentang moral, realisme religious menyetujui bahwa
kita dapat memahami banyak hukum moral dengan menggunakan akal,
namun secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral tersebut
diciptakan oleh Tuhan. Tuhan telah memberkahi manusia dengan
kemampuan rasional yang sangat tinggi untuk memahami hukum moral
tersebut. Tidak seperti halnya realisme natural yang hanya terbatas pada
moral alamiah, realism religious beranggapan bahwa manusia diciptakan
memiliki kemampuan untuk melampaui alam natural, yang pada akhirnya
dapat mencapai nilai supernatural. Tujuan pendiidkan adalah keselamatan
dan kebahagian jasmani dan rohani sekaligus anak yang lahir pada dasarnya
rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi dengan nilai-nilai
ketuhanan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan bukan
hanya karena perintah akal, melaikan juga karena perintah Tuhan.
b. Realisme Natural Ilmiah

Realisme natural ilmiah mengatakan


bahwamanusiaadalahorganismebiologisdengansistemsyaraf yang
kompleksdansecarainherenberpembawaan social (social dispositionRealisme
natural ilmiahmenyertai). Apa yang dinamakanberfikirmerupakanfungsi yang
sangatkompleksdari organism yang berhubungandenganlingkungannya.
Kebanyakanpenganut realism natural menolakeksistensikemauankeras(free
will).
Merekabersilangpendapatdalamhalbahwaindividudientukanolehakibatlingkung
anfisikdan social dalamstrukturgenetiknya. Apa yang tampaknyabebasmemilih,
kenyataannyamerupakansuatudeterminasikausal (ketentuansebabakibat).
Menurutrealisme natural ilmiah,
filsafatmencobameniruobjektivitassains. Karenaduniasekitarmanusianyata,
makatugassainslahuntukmenelitisifat-sifatnya.
Tugasfilsafatmengkordinasikankonsep-konsepdantemuan-
temuansainsnyangberlainandanberbeda-beda. Perubahanmerupakanrealitas
yang sesuaidenganhukum-hukumalam yang permanen, yang
myebabkanalamsmestaswbagiasuatustruktur yang berlagsungterus,
karenaduniabebasdarimanusiadandiaturolehhukumalam,
danmanusiamemilikisedikit control, makasekolahharusmenyedikansubject
[Type text] Page 72
matter yang akanmemperkenalkananakdenganduniaskelilingnya.
c. Neo-RealismedanRealismeKtritis

Selainaliran-aliran realism diatss, masihadalagipandangan-pandanganlain,


yang termasukreaisme. Alirantersebut Neo-Realisme dari Frederick breed,
dan RealismeKrtis dan Immanuel kant. Menurutpandangan breed,
filsafatpendidikanhendaknyaharmonidenganprinsip-prinsipdemakrasi.
Prinsipdemokrasiadalahhormatdanmenghormatiatashak-hakindivodu.
Pendidikansebagaipertumbuhanharusdiartikansebagaimenerimaarahtuntunan
social daninvidual.
Istilahdemokrasiharusdidefinisikankembalisebagaipengawasandankesejahteraa
n social.
Realismekritisdidasarkanataspemikiran Immanuel kant, seorangpesintesis
yang besar. Iamensitesiskanpandangan-pandangan yang berbeda,
antaraempirismedanrasionalime, antaraskepitismedanpahamkepastian.,
antaraeudaeomanismedenganpuritanisme. Iabukanmelakukaneklektisisme yang
dangkal. Melainkan, suatusintesisasli yang menolakkekurangan
kekurangandarikeduabelahpihak yang disintesiskannya. Dan
iamembnagunfilsafat yang kuat.

Hasilpemikirankantmerupakantitiktemuantara idealism dan realism,


antaraempirisme yang dikembnagkanlocke, yang
bermuarapadaempirismedavidhume, denganrasionalismedari Descartes.
Dilihatdari idealism, iaseorang realism kritis. Olehkarenaitu, banyak orang
yang mempelajarifilsfatdansejarahfilsafat, menanamkaniasebagaikrisisme.
Kritismekantdimulaidenganpenyelidikankemampuandanbatas-batasrasio,
berbedadenganfilosof-filosofsebelumnya yang
secaradogmatisapriorimempercayaikemampuanrasiosecarabulat.
Menurutkant, semuapengetahuanmulaidaripengalaman,
namuntidakberartisemuanyadaripengalaman. Objekluardikenalmelaluiindera,
namunpikiranataurasio, ataupengertian, mengorganisasikanbahan-bahan yang
diperolehdaripengalamantersebut. Pikirantanpaisisadalahkosong,
[Type text] Page 73
dantanggapantanpakonsepsiadalahbuta. Demikian kata kant: thoughts without
content are empity, percepsts without concepst are blind (Henderson, 1959:
218).
Manusiatidakbisamengetahuirealistas yang sbenarnya,
melainkansuaturealitas di luarpengalaman, danmerupakanobjekpengetahuan.
Kant mengetahuibahwamanusiatidakhanyamemilikikemampuanalamiah,
melainkanjugamemilikikemampuan agama dan moral.
Henderson merupakansalahseorangfilosof yang
dapatdidolongkanpadaaliraniniiaberpendapatbahwasemuaaliranfilsafatpendidik
anmemilikibeberapapersamaan, yaitu:
all this educational philosophies agree that the educative process centers ini
the task of developing superior manhood and womanhood; that our task in this
world to promote justice and the common welfare, and that we should look to
the ultimate purpose of education for direction in solving educational
problems.
Semuaaliranfilsafatpendidikanmenyetujuibahwa:
1) Proses pendidikanberpusatpadatugasmengembangkanlaki-lakidanwanita
yang hebatdankuat.
2) Tugasmanusia di
duniaadalahmemajukankeadilandankesejahteraanumum.
3) Kita
seharusnyamemandangbahwatujuanakhirpendidikanadalahmemecahkan
masalah-masalahpendidikan.

Power (1982) mengemukakanimplikasipendidikan realism sebagaiberikut:


a) Tujuanpendidikan
Penyesuaian hidupdantanggungjawab social.

b) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk

[Type text] Page 74


belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
baik.
c) Peranan guru
menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan
keras menuntutb prestasi dari siswa.
d) kurikulum
kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e) metode
belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

2. Realisme dalam Pendidikan


a. pendidikan sebagai institusi sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan
bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia
menjadi seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud
kepada kemampuan dasarnya.
Dalam bukunya membangun filsafat pendidikan, harry broudy secara
eksplisit ia menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan
mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal
dibawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu lembaga atau institusi
sosial.
Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang
mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk
memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

1. Siswa

Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered),


[Type text] Page 75
guru penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang
berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai
sesuatu yang konkret untuk dialami siswa. Siswa berperan untuk menguasai
pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada aturan dan disiplin, sebab
aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar, siswa memperoleh disiplin
melalui ganjaran dan prestasi.
2. tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk penyesuaian diri dalam hidup
dan mampu melaksanakan tanggu jawab sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat
alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan
pengetahuan esensial kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan
keterampilan-keterampilan yang penting untuk memperoleh keamanan dan
hidup bahagia.
3. proses pendidikan
a) kurikulum
kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi:
1) sains dan matematika,
2) ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial,
3) nilai-nilai.
Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada
materi pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-
prinsip psikologi belajar. Kurikulumdirencanakan dan diorganisasi oleh
guru/orang dewasan(society centered).
Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar
siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan
kebudayaan.
a) metode pendidikan
pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme
metode pengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa
untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta,

[Type text] Page 76


menginterprestasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-
makna baru.
b) evaluasi
guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi
dan memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dapat mengukur secara
tepat pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi
guru memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.
b. Konsep Filsafat Umum
1. Hakikat realitas
Menurut filsuf realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata,
substansi dan material yang hadir dengan sendirinya (entity). Dalam alam
tersebut terdapat hukum-hukum (hukum-hukum alam) yang menentukan
keteraturan dan keberadaan setiap yang hadir dengan sendirinya dari alam itu
sendiri. (callahan and clark, 1983).
Bangsa indonesia meyakini bahwa realitas ataub alam semesta tidaklah
ada dengan sendirinya, melainkan sebagai ciptaan ( makhluk) tuhan yang maha
esa. Tuhan adalah sumber pertama dari segala yang ada, ia adalah sebab
pertama dari segala sebab, tetapi ia tidak disebabkan oleh sebab-sebab yang
lainnya, dan ia juga adalah tujuan akhir segala yang ada. Di alam semesta
bukan hanya realitas fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, realitas yang
bersifat fisik dan/atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam
semesta sebagai keseluruhan yang integral. Terdapat alam fana dengan segala
isi, nilai, norma atau hukum di dalamnya. Alam tersebut adalah
tempat/prasarana dan sarana bagi manusia dalam rangka hidup dan
kehidupannya, dalama rangka melaksanakan tugas hidup untuk mencapai
tujuan hidupnya. Di balik itu, tedapat alam akhir yang abadi dimana setelah
mati manusia akan diminta pertanggung jawaban dan menerima imbalan atas
pelaksanaan tugas hidup dari tuhan yang maha esa. Dalam uraian di atas
tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang bersifat absolut dan realtif,
terdapat realitas yang bersifat abadi dan realitas yang bersifat fana.
2. hakikat manusia

[Type text] Page 77


Manusia adalah makhluk Tuhan yang maha esa. Manusia adalah
kesatuan badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, memiliki
kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awareness), mempunyai
berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup.
Manusia dibekali potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada tuhan
YME dan untuk berbuat baik, namun di samping itu karena hawa nafsunya
manusia pun memiliki kemungkinan untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia
memiliki potensi untuk: mampu berfikir (cipta), berperasaan (rasa),
berkemauan (karsa), dan berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia
berdimensi individualitas/ personalitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan
religius. Adapun semua itu menunjukkan dimensi interaksi atau komunikasi
(vertikal maupun horizontal), historisitas, dan dinamika. Pancasila mengajarkan
bawha eksistensi manusia bersifat mono-pluralis tetapi bersifat integral, artinya
bahwa manusia yang serba dimensi itu hakikatnya adalah satu kesatuan utuh.
Pancasila menganut asas ketuhanan yang maha esa, manusia diyakini sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, mendapat panggilan tugas darinya, dan harus
mempertanggung jawabkan segala amal pelaksanaan tugasnya terhadap tuhan
YME (aspek religius); asas mono dualisme: manusia adalah kesatuan badani-
rohani, ia adalah pribadi atau indivuial tetapi sekaligus insan sosial), asas
mono-pluralisme: meyakini keragaman manusia, baik suku bangsa, budaya,
dsb. Tetapi adalah satu kesatuan sebagai bangsa indonesia (bhineka tunggal
ika).
3. hakikat pengetahuan
Yaitu segala pengetahuan hakikat nya bersumber dari sumber pertama
yaitu tuhan yang maha esa. Tuhan telah menurunkan pengetahuan baik melalui
utusan-nya (berupa wahyu) maupun melalui berbagai hal yang digelarkan nya
di alam semesta termasuk hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Manusia
dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan/kepercayaan, berfikir,
pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.
Kebenaran pengetahuan ada yang bersifat mutlak (seperti dalam
pengetahuan ke agamaan/ revealed kwonledge yang diimani), tetapi ada pula

[Type text] Page 78


yang bersifat relative (seperti dalam pengetahuan ilmiah sebagai hasil upaya
manusia melalui riset, filsafat, dsb). Pengetahuan yang bersifat mutalk (ajaran
agama/wahyu tuhan) diyakini mutlak kebenarannya atas dasar keimanan
kepada tuhan yang maha esa. Pengetahuan yang bersifat relatif (filsafat, sains,
dll) diuji kebenarannya melalui uji konsistensi logis ide-idenya, sesuai dengan
data atau fakta empiris dan niali-niali kegunaanya bagi kesejahteraan manusia
dengan mengacu kepada kebenaran dan nilai-nilai yang berifat mutlak.
4. hakekat nilai
Yaitu berupa norma, perilaku, etika, peraturan, undang-undang dan
sebagainya yang memiliki harga dan di rsakan berharga bagi seseorang yang
menjalaninya. Nilai dapat diartikan suatu yang diberikan kepada seseorang
berdasarkan kemampuan.
c. implikasi aliran realisme dalam pendidikan
1. tujuan pendidikan
Menurut realisme pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan diri guna mencapai sesuatu yang abadi, dan juga penyesuaian
hidup dan tanggung jawab sosial.
d. Realisme Natural Ilmiah

Realisme natural ilmiah mengatakan


bahwamanusiaadalahorganismebiologisdengansistemsyaraf yang
kompleksdansecarainherenberpembawaan social (social dispositionRealisme
natural ilmiahmenyertai). Apa yang dinamakanberfikirmerupakanfungsi yang
sangatkompleksdari organism yang berhubungandenganlingkungannya.
Kebanyakanpenganut realism natural menolakeksistensikemauankeras(free
will).
Merekabersilangpendapatdalamhalbahwaindividudientukanolehakibatlingkung
anfisikdan social dalamstrukturgenetiknya. Apa yang tampaknyabebasmemilih,
kenyataannyamerupakansuatudeterminasikausal (ketentuansebabakibat).
Menurutrealisme natural ilmiah,
filsafatmencobameniruobjektivitassains. Karenaduniasekitarmanusianyata,
makatugassainslahuntukmenelitisifat-sifatnya.
[Type text] Page 79
Tugasfilsafatmengkordinasikankonsep-konsepdantemuan-
temuansainsnyangberlainandanberbeda-beda. Perubahanmerupakanrealitas
yang sesuaidenganhukum-hukumalam yang permanen, yang
myebabkanalamsmestaswbagiasuatustruktur yang berlagsungterus,
karenaduniabebasdarimanusiadandiaturolehhukumalam,
danmanusiamemilikisedikit control, makasekolahharusmenyedikansubject
matter yang akanmemperkenalkananakdenganduniaskelilingnya.
e. Neo-RealismedanRealismeKtritis

Selainaliran-aliran realism diatss, masihadalagipandangan-pandanganlain,


yang termasukreaisme. Alirantersebut Neo-Realisme dari Frederick breed,
dan RealismeKrtis dan Immanuel kant. Menurutpandangan breed,
filsafatpendidikanhendaknyaharmonidenganprinsip-prinsipdemakrasi.
Prinsipdemokrasiadalahhormatdanmenghormatiatashak-hakindivodu.
Pendidikansebagaipertumbuhanharusdiartikansebagaimenerimaarahtuntunan
social daninvidual.
Istilahdemokrasiharusdidefinisikankembalisebagaipengawasandankesejahteraa
n social.
Realismekritisdidasarkanataspemikiran Immanuel kant, seorangpesintesis
yang besar. Iamensitesiskanpandangan-pandangan yang berbeda,
antaraempirismedanrasionalime, antaraskepitismedanpahamkepastian.,
antaraeudaeomanismedenganpuritanisme. Iabukanmelakukaneklektisisme yang
dangkal. Melainkan, suatusintesisasli yang menolakkekurangan
kekurangandarikeduabelahpihak yang disintesiskannya. Dan
iamembnagunfilsafat yang kuat.

Hasilpemikirankantmerupakantitiktemuantara idealism dan realism,


antaraempirisme yang dikembnagkanlocke, yang
bermuarapadaempirismedavidhume, denganrasionalismedari Descartes.
Dilihatdari idealism, iaseorang realism kritis. Olehkarenaitu, banyak orang
yang mempelajarifilsfatdansejarahfilsafat, menanamkaniasebagaikrisisme.
Kritismekantdimulaidenganpenyelidikankemampuandanbatas-batasrasio,
[Type text] Page 80
berbedadenganfilosof-filosofsebelumnya yang
secaradogmatisapriorimempercayaikemampuanrasiosecarabulat.
Menurutkant, semuapengetahuanmulaidaripengalaman,
namuntidakberartisemuanyadaripengalaman. Objekluardikenalmelaluiindera,
namunpikiranataurasio, ataupengertian, mengorganisasikanbahan-bahan yang
diperolehdaripengalamantersebut. Pikirantanpaisisadalahkosong,
dantanggapantanpakonsepsiadalahbuta. Demikian kata kant: thoughts without
content are empity, percepsts without concepst are blind (Henderson, 1959:
218).
Manusiatidakbisamengetahuirealistas yang sbenarnya,
melainkansuaturealitas di luarpengalaman, danmerupakanobjekpengetahuan.
Kant mengetahuibahwamanusiatidakhanyamemilikikemampuanalamiah,
melainkanjugamemilikikemampuan agama dan moral.
Henderson merupakansalahseorangfilosof yang
dapatdidolongkanpadaaliraniniiaberpendapatbahwasemuaaliranfilsafatpendidik
anmemilikibeberapapersamaan, yaitu:
all this educational philosophies agree that the educative process centers ini
the task of developing superior manhood and womanhood; that our task in this
world to promote justice and the common welfare, and that we should look to
the ultimate purpose of education for direction in solving educational
problems.
Semuaaliranfilsafatpendidikanmenyetujuibahwa:
4) Proses pendidikanberpusatpadatugasmengembangkanlaki-lakidanwanita
yang hebatdankuat.
5) Tugasmanusia di
duniaadalahmemajukankeadilandankesejahteraanumum.
6) Kita
seharusnyamemandangbahwatujuanakhirpendidikanadalahmemecahkan
masalah-masalahpendidikan.

Power (1982) mengemukakanimplikasipendidikan realism sebagaiberikut:


a) Tujuanpendidikan
[Type text] Page 81
Penyesuaian hidupdantanggungjawab social.

b) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
baik.
c) Peranan guru
menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan
keras menuntutb prestasi dari siswa.
d) kurikulum
kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e) metode
belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

2. Realisme dalam Pendidikan


a. pendidikan sebagai institusi sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan
bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia
menjadi seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud
kepada kemampuan dasarnya.
Dalam bukunya membangun filsafat pendidikan, harry broudy secara
eksplisit ia menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan
mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal
dibawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu lembaga atau institusi
sosial.
Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang
mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk
[Type text] Page 82
memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.
2. Siswa

Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered),


guru penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang
berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai
sesuatu yang konkret untuk dialami siswa. Siswa berperan untuk menguasai
pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada aturan dan disiplin, sebab
aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar, siswa memperoleh disiplin
melalui ganjaran dan prestasi.
2. tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk penyesuaian diri dalam hidup
dan mampu melaksanakan tanggu jawab sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat
alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan
pengetahuan esensial kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan
keterampilan-keterampilan yang penting untuk memperoleh keamanan dan
hidup bahagia.
3. proses pendidikan
a) kurikulum
kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi:
1) sains dan matematika,
2) ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial,
3) nilai-nilai.
Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada
materi pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-
prinsip psikologi belajar. Kurikulumdirencanakan dan diorganisasi oleh
guru/orang dewasan(society centered).
Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar
siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan
kebudayaan.
a) metode pendidikan
[Type text] Page 83
pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme
metode pengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa
untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta,
menginterprestasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-
makna baru.
b) evaluasi
guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi
dan memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dapat mengukur secara
tepat pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi
guru memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.
b. Konsep Filsafat Umum
1. Hakikat realitas
Menurut filsuf realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata,
substansi dan material yang hadir dengan sendirinya (entity). Dalam alam
tersebut terdapat hukum-hukum (hukum-hukum alam) yang menentukan
keteraturan dan keberadaan setiap yang hadir dengan sendirinya dari alam itu
sendiri. (callahan and clark, 1983).
Bangsa indonesia meyakini bahwa realitas ataub alam semesta tidaklah
ada dengan sendirinya, melainkan sebagai ciptaan ( makhluk) tuhan yang maha
esa. Tuhan adalah sumber pertama dari segala yang ada, ia adalah sebab
pertama dari segala sebab, tetapi ia tidak disebabkan oleh sebab-sebab yang
lainnya, dan ia juga adalah tujuan akhir segala yang ada. Di alam semesta
bukan hanya realitas fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, realitas yang
bersifat fisik dan/atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam
semesta sebagai keseluruhan yang integral. Terdapat alam fana dengan segala
isi, nilai, norma atau hukum di dalamnya. Alam tersebut adalah
tempat/prasarana dan sarana bagi manusia dalam rangka hidup dan
kehidupannya, dalama rangka melaksanakan tugas hidup untuk mencapai
tujuan hidupnya. Di balik itu, tedapat alam akhir yang abadi dimana setelah
mati manusia akan diminta pertanggung jawaban dan menerima imbalan atas
pelaksanaan tugas hidup dari tuhan yang maha esa. Dalam uraian di atas

[Type text] Page 84


tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang bersifat absolut dan realtif,
terdapat realitas yang bersifat abadi dan realitas yang bersifat fana.
2. hakikat manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang maha esa. Manusia adalah
kesatuan badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, memiliki
kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awareness), mempunyai
berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup.
Manusia dibekali potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada tuhan
YME dan untuk berbuat baik, namun di samping itu karena hawa nafsunya
manusia pun memiliki kemungkinan untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia
memiliki potensi untuk: mampu berfikir (cipta), berperasaan (rasa),
berkemauan (karsa), dan berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia
berdimensi individualitas/ personalitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan
religius. Adapun semua itu menunjukkan dimensi interaksi atau komunikasi
(vertikal maupun horizontal), historisitas, dan dinamika. Pancasila mengajarkan
bawha eksistensi manusia bersifat mono-pluralis tetapi bersifat integral, artinya
bahwa manusia yang serba dimensi itu hakikatnya adalah satu kesatuan utuh.
Pancasila menganut asas ketuhanan yang maha esa, manusia diyakini sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, mendapat panggilan tugas darinya, dan harus
mempertanggung jawabkan segala amal pelaksanaan tugasnya terhadap tuhan
YME (aspek religius); asas mono dualisme: manusia adalah kesatuan badani-
rohani, ia adalah pribadi atau indivuial tetapi sekaligus insan sosial), asas
mono-pluralisme: meyakini keragaman manusia, baik suku bangsa, budaya,
dsb. Tetapi adalah satu kesatuan sebagai bangsa indonesia (bhineka tunggal
ika).
3. hakikat pengetahuan
Yaitu segala pengetahuan hakikat nya bersumber dari sumber pertama
yaitu tuhan yang maha esa. Tuhan telah menurunkan pengetahuan baik melalui
utusan-nya (berupa wahyu) maupun melalui berbagai hal yang digelarkan nya
di alam semesta termasuk hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Manusia
dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan/kepercayaan, berfikir,

[Type text] Page 85


pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.
Kebenaran pengetahuan ada yang bersifat mutlak (seperti dalam
pengetahuan ke agamaan/ revealed kwonledge yang diimani), tetapi ada pula
yang bersifat relative (seperti dalam pengetahuan ilmiah sebagai hasil upaya
manusia melalui riset, filsafat, dsb). Pengetahuan yang bersifat mutalk (ajaran
agama/wahyu tuhan) diyakini mutlak kebenarannya atas dasar keimanan
kepada tuhan yang maha esa. Pengetahuan yang bersifat relatif (filsafat, sains,
dll) diuji kebenarannya melalui uji konsistensi logis ide-idenya, sesuai dengan
data atau fakta empiris dan niali-niali kegunaanya bagi kesejahteraan manusia
dengan mengacu kepada kebenaran dan nilai-nilai yang berifat mutlak.
4. hakekat nilai
Yaitu berupa norma, perilaku, etika, peraturan, undang-undang dan
sebagainya yang memiliki harga dan di rsakan berharga bagi seseorang yang
menjalaninya. Nilai dapat diartikan suatu yang diberikan kepada seseorang
berdasarkan kemampuan.
c. implikasi aliran realisme dalam pendidikan
1. tujuan pendidikan
Menurut realisme pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan diri guna mencapai sesuatu yang abadi, dan juga penyesuaian
hidup dan tanggung jawab sosial.
c. Rene Descartes
d. Baruch Spinoza
e. G.W Leibnitz

3. Inti Pemikiran
Makna penting teori Descartes punya nilai ganda. Pertama, dia meletakan
pusat sisitem filosopinya persoalan epistomologis yang fundamental, Apakah asal
muasalnya pengetahuan manusia itu? para filosof terdahulu sudah mencoba
melukiskan gambaran dunia. Descertes mengajar kita bahwa pernyataan macam itu
tidak bisa member jawab yang memuaskan kecuali bila dikaitkan dengan pertanyaan
Bagaimana saya tahu?.
Kedua, Descertes menganjurkan kita harus berangkat bukan dengan

[Type text] Page 86


kepercayaan, melainkan dengan keraguan. (Ini merupakan kebalikan sepenuhnya dari
sikap St.Agustine, dan umumnya teolog abad tengah bahwa kepercayaan harus
didahulukan). Memang benar Descertes kemudian meneruskan dan pada kesimpulan
teologis yang ortodoks, tetapi para pembacanya lebih tertarik dan menaruh perhatian
lebih besar kepada metode yang dikembangkannya ketimbang kongklusi yang
ditariknya. (Ketakutan gereja bahwa tulisan- tulisan Descertes akhirnya akan menjadi
bahaya, jelas sekali).
Dalam ilosofinya, Descertes menekankan beda nyata antara pikiran dan objek
material, dan dalam hubungan ini dia membela dualism. Perbedaan ini telah dibuat
sebelumnya, tetapi tulisan- tulisan Descertes menggalakkan perbincangan filosofis
tentang masalah itu. Permasalahan yang dikemukakannya menarik para filosof sejak
itu dan tetap tak terpecahkan.
Pengaruh besar lain dari konsepsi Descertes adalah tentang fisik alam semesta.
Dia, yakin, seluruh alam (kecuali Tuhan dan jiwa manusia) bekerja secara mekanis,
dan karena itu semua pristiwa alami dapat dijelaskan secara dan dari sebab-musabab
mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan- anggapan astrologi, magis dan lain-
lain ketakhayulan. Berarti, dia pun menolak semua pemjelasan secara teologis.
(Yakni, dia mencari sebab- sebab mekanis secara langsung dan menolak apapun
bahwa kejadian itu terjadi untuk sesuatu tujuan final yang jauh). Dari pandangan
Descertes semua makhluk hakikatnya merupakan mesin yang ruwet, dan tubuh
manusia pun tunduk pada hukum mekanis yang biasa. Pendapat ini seja itu menjadi
salah satu ide fundamental fisiologi modern.
Descartes menggandrungi penyelidikan ilmiah dan dia percaya bahwa
penggnaan praktisnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dia piker, para ilmuan harus
menjauhi pendapat- pendapat yang semu dan harus berusaha menjabarkan dunia
secara matematis. Semua ini kedengaranya modern. Tetapi, Descartes, melalui
pengamatannya sendiri tak pernah bersungguj- sungguh menekan arti penting
ruwetnya percobaan metode ilmiah.

4. Korelasi Rasionalisme dengan Pendidikan


Upaya penyadaran akan berfungsi manusia sebagai makhluk rasional
merupakan tugas yang esensial bagi dunia pendidikan, karena memang eksistensinya
bersentuhan langsung dengan kemanusiaan itu sendiri. Dengan demikian,
penumbuhkembangan berfikir reflektif-kritis-kreatif ini menurut aliran arasionalisme

[Type text] Page 87


merupakan kunci suksesnya suatu pendidikan. Upayanya tentu melalui proses
kependidikan yang erat kaitanya dengan peraturan struktur- struktur psikologis
melalui interaksi organism dengan lingkungan, mulai dalam menghadapi persoalan-
ersoalan swderhana sampai berbagai problem yang rumit dan kompleks.
Jika pengembangan dan penyempurnaan rasionalitas akan dicapai melalui
upaya pendidikan, maka diperlukan semacam ekosistem rasional yang akan
mendukung tercapainya kemampuan berfikir rasional tersebut. Mengingat berfikir
berkenan dengan kebebasan mengeluarkan pendapat dan pikiran, maka aspek
kebebasan merupakan aspek penting dalam mewujudkan manusia- manusia yang di
inginkan.
Berdasarkan pemikirannya, aliran ini berpendapat bahwa tujuan pendidikan
adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didiksecara penuh
berdasarkan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang luas yang berguna bagi
kehidupannya, sehingga ia pun menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya.

C. Prinsip Prinsip Filosofi Dalam Beberapa Aspeknya


1. Menurut hakikat manusia
Ilmu yang membahas tentang hakikat manusia, yang merupakan ultimate
reality (pokok realitas/kenyataan) baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Pengalaman diartikan sebagai cirri dinamika hidup, dan hidup adalah
perjuangan tindakan dan perbuatan. Tentang hakekat dan realita yaitu:
a) Asas Hereby atau asas keduniawian, dimana realita semesta sebagai kosmos
(jagad raya ) dengan istilah universe berarti eksistensi (wujud) yang aat luas
tak terbatas. Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab
kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengalaman sebagai realita. Manusia dalam ontology sesungguhnya mencari
dan menghadapi secara langsung suatu realita disini dan sekarang yakni
sebagai lingkungan hidup. Menurut Dewey pengalaman adalah kunci
pengertian manusia sebagai sesuatu, pengalaman adalah perjuangan, sebab
hidup adalah tinndakan dan perubahan- perubahan. Manusia akan tetap hidup
berkembnag, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani
bertindak.

[Type text] Page 88


b) Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia mampu hidup
karena fungsi- fungsi jiwa yang ia miliki. Menurut ontology progressivisme
potensi intelegensi ini meliputi mengingat, imajinasi, menghubung-
hubungkan, berkomunikasi (social) dan lain- lain. Eksistensi dan realita mind
(pikiran) hanyalah didalam aktivitas dalam tingkah laku. Mind (pikiran) ialah
apa yang manusia lakukan. Dan mind (pikiran) pada prinsipnya adalah yang
berperan dalam pengalaman.

2. Hakikat realita
Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab
kenyataan alam smesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengalaman sebagai realita. Suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman
modern dan menekankan bahwa dunia luar adalah suatu yang riil. Realita
berbeda dengan jiwa yang mengetahuiobjek atau dunia luar tersebut. Realitas
merupakan pertemuan jiwa manusia dan dunia luar sebagai objeknya.
Rasionalisme memiliki suatu keyakinan bahwa sumber pengetahuan terletak
pada rasio manusia melalui persentuhannya dengan dunia nyata di dalam
berbagai pengalaman empirisnya.

3. Hakekat pengetahuannya
Studi tentang pengetahuan atau teori pengetahuan yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi,
fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi
sebagai hasilproses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia
baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita
dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan- catatan (buku- buku, perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil
aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan
makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan
kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan
dimodifikasi dengan realita baru didalam lingkungan. Kebenaran adalah
kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen
daripada suatu ide, realita pengetahuan dan daya guna didalam hidup.

[Type text] Page 89


4. Hakikat nilai
Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada factor- factor
yang merupakan pra-syarat. Nilai- nilai sebenarnya lahir dari keinginan,
dorongan, perasaan, kebiasaan, manusia sesuai dengan watak manusia. Nilai-
nilai inilah sesuatu yang ada didalam kehidupan sebagai realita, dan dapat
dimengerti manusia sebagai wujud, pengetahuan dan ide, adanya pendekatan
yang mengacukan pada suatu nilai seperti :
a) Approach empiris (pendekatan pengalaman) yaitu nilai etuka dan sosal
dalam pendidikan adalah nilai instrumental (baik buruk lingkumgan atau
masyarakat) dan nilai instrinsik (menjadi baik unuk dirinya sendiri), nilai
social dan individu, perkembnagan sebagai nilai.
b) Approach artistic (pendekatan kepada nilai yang memperkaya ekspresi
manusia) dalam pendidikan yaitu nilai estetika yang mana nilai ini adalah
nilai keindahan yang dinikmati atau berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahanyang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan
dan fenomena disekelilingnya. Misalnya seseorang melihat matahari
terbenam disore hari maka akan menimbulkan perasaan senang karena
melihat betapa indahnya matahari terbenam.
Ilmu pengetahuan dan seni. Ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan,
melainkan suatu ptestasi manusia. Bahkan, dalam proses penciptaan hasil-
hasil seni, bukanlah semata- mata fungsi- fungsi kreatif saja melainkan fungsi-
fungsi berfikir. Seperti membuat barang- barang kramik, menenun dan juga
seperti melukis atau bermusik.

D. Implementasi Aliran- Aliran Filsafat Modern


1. Tujuan
Filsafah pendidikan modern semakin berkembang dan maju tapi yang
paling penting dari masa ini adalah timbulnya ilmu pengetahuan Alam yang
modern berdasarkan eksperimental dan matematis, bahkan setiap filosof
modern merupakan pengkutnya. Prinsip Cagito ergo sum (saya berfikir, maka

[Type text] Page 90


saya ada) menjadi inspirasi pemikiran yang banyak melahirkan banyak
philosophy-rasionalisme, meskipun masing- masing memiliki karakter
spesialisasi sendiri. Sebut saja Niestze, dengan eksistensinya menekankan
kehendak berkuasa; Freud mengisyaratkan insting seksual dan menunjuk
naluri ekonomi sebagai inti kodrat manusia. Filsafat modern sangat
mengagungkan rasionalisme dan empirism (materialism). Menurut Thomas
Kuhn, keduanya adalah pradigma sains, tetapi bagi Jhon Dewey seorang
filosof Amerika apabila rasionalisme dan empirisme dikawinkan dapat
membuahkan pemikiran ilmiaj modern. Ini menjadi karakter dan stigma yang
cukup kuat dalam istilah modernisasi sampai saat ini.

2. Peranan siswa
Peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran.
Karena murid mempunyai kecendrungan alamiah untuk belajar dan
menemukan sesuatu tentang dunia disekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecendrungan
dan keburuhan tersebut akan memberikan kepada murid suatu minat yang jelas
mempelajari berbagai persoalan. Anak didik adalah makhluk yang mempunyai
kelebihan dibanding dengan makhluk- makhluk lain karena peserta didik
mempunyai potensi kecerdasan yang merupakan yang salah satu kelebihannya.
Oleh karenanya setiap murid mempunyai potensi kemampuan sebagai bekal
untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan- permasalahannya. Tugas
guru adalah meningkatkan kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan
untuk dapat merespon segala prubahan yang terjadi dilingkungannya.

3. Peran guru
Sebagai penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang
pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap
muridnya. Sebagai pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dibidang anak didik maka secara otomatis
semestinya ia akan menjadi penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu
dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama
pendidikan adalah membantu peserta didik atau murid bagaimana mereka
harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga peserta didik akan

[Type text] Page 91


berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam suatu lingkungannya
yang berubah. Menurut John Dewey, guru harus mengetahui kea rah mana
anak akan berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang senantiasa
terjadi proses interaksi dalam sebuah situasi yang silihberganti dan sustainable
(berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan dalam penerapannya berarti bahwa
masa depan harus selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam proses
pendidikan.

4. Kurikulum
Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja dimaknai sebagai
seprangkat rangkaian mata pelajaran yang ditawarkan sebagai gaet dalam
ebuah program pendidikan disekolah., tetapi sesungguhnya kurikulum
mengandung arti lebih luas, oleh karenanya banyak pakar memalkai
kurikulum dengan titik tekan yang berbeda. Ambil contoh Hirtsan Petters
menekankan pada aspek fungsional yakni kurikulum diposisikan sebagai
rambu- rambu yang menjadi acuan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
Musgave menekankan pada ruang lingkup pengalaman belajar yang meliputi
pengalaman diluar ataupun didalam sekolah. Pendapat Musgave ini seirama
dengan pendapat Romine Stephen yang mengatakan bahwa kurikulum
menyakup segala materi pelajaran, aktivitas dan pengalaman anak didik,
dimana ia berada didalam control lembaga pendidikan, baik yang terjadi diluar
maupun yang di dalam kelas.
Dengan dua ragam pendekatan arti kurikulum diatas dapat dipahami
bahwa krena kurikulum berfungsi sebagai rambu- rambu dalam proses
pembelajaran, kurikulum harus brsifat lues esuai dengan situasi dan kondisi.
Untuk itu kurikulum harus disusun berdasarkan realitas kehidupan dan
pengalaman sehari- hari peserta didik, disesuaikan dengan minat peserta didik,
bukan atas dasar selera guru.

5. Metode
Metode problem solving dan metode proyek telah dirintis oleh Jhon
Dewey (1859- 1951) dan dikembnagkan oleh W.H Klipatrick. Jhon Dewey
telah

[Type text] Page 92


Mengemukakan dan menerapkan metode problem solving kedalam proses pendidikan,
melakukan pembaharuan atau inovasi dari bentuk pengajaran tradisional dimana
adanya verrbalisme pendidikan .
Pengajaran progam unit akan meniadakan batas-batas antara pelajaran yang
satu dengan pelajaran yang lain dan akan lebih memupuk semangat demokrasi
pendidikan (suparlan, 1988:143)
E. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragam berasal dari
yunani yang berarti tindakan atau action. Sedangkan pengertian isme sama-sama
pengertian isme-isme yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir atau suatu aliran
berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme beranggapan bahwa pikiran itu
mengikuti tindakan. Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat dikatakan
benar apabila teori itu bekerja. Ini berarti pragmatism dapat di golongkan kedalam
pembahasan tentang makna kebenaran atau theory of thurt. Hal ini dapat kita lihat
dalam buku William james yang berjudul The Meaning of truth.
Menurut james kebenaran adalah sesuatu yang terjadi pada ide. Menurut
kebenaran adalah sesuat yang tidak statis dan tidak mutlak. Dengan demikian
kebenaran adalah sesuatu yang bersifatbrelatif. Hal ini dapat di jelaskan melalui
sebuah contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah teori maka kebenaran dan
teori itu.
Dalam The Meaning of the truth (1990)dia mengartikan kebenaran itu. James
menjelaskan metode berpikir yang mendasari pandangan di atas. Dia mengartikan
kebenaran itu harus mengandung tiga aspek. Pertama, kebenaran itu merupakan suatu
postulat,yakni semua hal yang di satu sisi dapat ditentukan dan ditemukan
berdasarkan pengalaman, sedang disisi lain, siap diuji dengan perdebatan. Kedua,
kebenaran merupakan suatu pernyataan fakta, artinya ada sangkut pautnya dengan
pengalaman. Ketiga, kebenaran itu merupakan kesimpulan yang telah di perumum
(digeneralisasikan) dari pernyataan fakta. Yang lebih menarik lagi adalah pragmatisme
menjadikan konsekuensi-konsekuensi praktis sebagai standar untuk menetukan nilai
dan kebenaran.

[Type text] Page 93


Menurut aliran ini hakikatnya dari realitas adalah segala Sesuatu yang dialami
oleh manusia ia berpendapat bahwa inti dari realitas adalah pengalam yang dialami
manusia. Ini yang kemudian menjadi penyebab bahwa pragmatisme lebih
memperhatikan hal yang bersifat keaktualan sehingga berimplikasi pada penentuan
nilai dan kebenaran. Dengan demikian nilai dan kebenaran dapat ditentukan dengan
melihat realitas yang terjadi dilapangan dan tidak lagi melihat factor-faktor lain
semisal dosa atau tidak. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan james,dunia nyata
adalah dunia pengalaman manusia
1. Hakikat dalam Filsafat pragmatisme
a. Hakikat Manusia Menurut Filsafat Pragmatisme
Manusia tidak terpisah dari realitas pada umumnya, sebab manusia
adalah bagian daripadanya dan terus-menerus bersamanya. Karena realitas
terus berubah ,manusia pun merupakan bagian dari perubahan tersebut.
Beradanya manusia di dunia ini adalah suatu kreasi dari suatu proses yang
bersifat evolusi (S.E. Frost Jr., 1957). manusia laki-laki dan perempuan
adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial (Edwar J. Power, 1982)
sejalan dengan perubahan yang terus-menerus terjadi tentunya akan muncul
berbagai permasalahan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
b. Hakikat Realitas Menurut Filsafat Pragmatisme
pragmatisme dikenal pula dengan sebutan eksprimentalisme dan
Instrumentalisme. Menurut penganut aliran ini, hakikat realitas adalah segala
sesuatu yang dialami manusia (pengalaman); bersifat plural (pluralistic); dan
terus-menerus berubah. Mereka beragumentasi bahwa realita adalah
sebagaimana dialami melalui pengalaman setiap individu (callahn and
clark,1983). Hal ini sebagaimana dikemukakan Willim James : Dunia nyata
adalah dunia pengalaman manusia (S.E. Frost Jr., 1957). Sifat plural realitas
antara lain tersurat dalam pernyataan John Dewey: Dunia yang ada sekarang
ini adalah dunia pria dan wanita, sawah-sawah, pabrik-pabrik,tumbuh-
tumbuhan dan binatang-binatang, kota yang hiruk pikuk, bangsa-bangsa yang
sedang berjuang, dsb. Adalah dunia pengalaman kita (H.H. Titus et all,1959).
Mengingat realitas ini terus berubah, maka realitas tak pernah lengkap atau tak
pernah selesai. Sebab itu tujuan akhir realitas pun berada bersama perubahan
tersebut. jadi menurut pragmatism,hanya realitas fisik yang ada, teori umum
tentang realitas tidakmungkin dan tidak di perlukan (Edward J. Power, 1982)

[Type text] Page 94


Realitas dan dunia yang kita amati, tidak bebas dari ide manusia dan sekaligus
ttidak terikat kepadanya. Realitas merupakan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Manusia dan lingkungannya berdampingan,dan memiliki tanggung
jawab yang samaterhadap realitas. Dunia akan bermakna sejauh manusia mempelajari
makna yang terkandung didalamnya.perubahan merupakan esensi realitas,dan
manusia harus siap mengubah cara-cara yang akan di kerjakannya. Manusia pada
hakikatnya plastis dan dapat berubah.
Teori pragmatisme tentang perubahan yang terus-menerus, didasari pandangan
Heraclation (540-480 SM), seorang filosof yunani, dengan teori panta rei artinya
mengalir secara terus menerus. Heraclaitos berpendapat bahwa tidak ada sungai yang
dialiri oleh air yang sama. Bagi pragmatism tidak dikenal istilah metafisika, karena
mereka tidak pernah memikirkan dibalik realitas yang dialami dan diamati oleh panca
indera manusia. Realitas adalah apa yang dapat dialami dapat diamati secara indrawi.
Manusia di pandang sebagai makhluk fisik sebagai hasil evolusi biologis,
karena manusia dalam keadaan menjadi (becoming) serta terus menerus (on
goingness). Manusia secara mendasar adalah plastis dan dapat berubah. Anak
merupakan organism yang aktif, secara terus-menerus merekontruksi dan
mengiterprestasi serta merorganisasi kembali pengalaman-pengalamannya.anak akan
tumbuh apabila berhubungan dengan yang lainnya. Anak harus mempelajari hidup
dalam komunitas individu-individu, bekerja samadengan mereka, dan menyesuaikan
dirinya secara cerdas terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Tema pokok filsafat pragmatism adalah:
a) Esensi realitas adalah perubahan;
b) Hakikat sosial dan biologis manusia yang esensial;
c) Relativitas nilaii;
d) Penggunaan intelegensi secara kritis.

Watak pragmatisme adalah humanities dan menyetujuisuatu dalil bahwa


manusia adalah ukuran segala-galanya (man is the measure of all thing).
Tujuan dan alat pendidikan harus fleksibel dan terbuka untuk perbaikan secara
terus menerus. Tujuan dan cara untuuk mencapai tujuan pendidikan harus
rasional dan ilmiah.

[Type text] Page 95


c. Hakikat Pengetahuan Menurut Filasafat Pragmatisme
para filsuf pragmatisme menolak dualisme antara subjek (manusia yang
mempersepsi dengan objekyang dipersepsi). Manusia adalah kedua-duanya dalam
dunia yang di persepsinya dan dari dunia yang ia persepsi. Segala sesuatu dapat di
ketahui melalui pengalaman, adapun cara-cara memperoleh pengetahuan yang
diandalkan adalah metode ilmiah atau metode sains sebagaimana disarankan oleh
Jonn Dewey. Pengalaman tentang fenomena menentukan pengetahuan. Karena
fenomena terus-menerus berubah,maka pengetahuan dan kebenaran tentang fenomena
itu pun mungkin berubah. Bagaimanapun,kebenaran pada hari ini harus juga di
pertimbangkan mungkin berubah esok hari (Callahan and Clark,1983).
Menurut filsuf pragmatism, suatu pengetahuan hendaknya dapat di verifikasi
dan di aplikasikan dalam kehidupan. Adapun criteria kebenarannya adalah
workability, satisfaction and result. Pengetahuan dinyatakan benar apabila dapat di
praktekkan. Memberikan hasil dan memuaskan. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkn bahwa pengetahuan bersifat relative; pengetahuan dikatakan bermakna
apabial dapat di aplikasikan. Sebab itu pragmatisme dikenal juga sebagai
Instrumentalisme ( Edward J. Power, 1982).
Pragmatism yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti, tidak
pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum di buktikan secara
empiris. Pikiran (rasio)tidak bertentangan atau tidak terpisah dari dunia, meainkan
merupakan bagian dari dunia. Pengetahuan sebagai transaksi antara manusia dan
lingkungannya, dan kebenarannya merupakan bagian dari pengetahuan. Pengalam
manusia berubah, maka akal dan tidak memerlukan pengetahuan yang tetap dan abadi.
Apa yang dikatakan nyata adalah apa yang dapat dialami dengan pengalaman. Inti
dari pengalaman adalah berupa masalah-masalah yang dialami individu atau
sekelompok individu. Manusia dalam kehidupannya, baik individual maupun sosial,
memerlukan alat untuk memecahkan masalah tersebut adalah pengetahuan-
pengetahuan tentatif atau hipotesis-hipotesis. Karena itulah pragmatism Dewey
disebut instrumentalisme.
Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berpikir adalah kemajuan
hidup. Di balik semua gambaran berfikir terdapat tujuan tertentu untuk memjukan dan
memperkaya kehidupan walaupun kita tidak menyadarinya. Semua kebenaran
mengandung watak pragmatis. Dalam arti dapat mengabdi dalam tujuan-tujuan

[Type text] Page 96


tertentu dari alam dan dari pengalaman manusia, dan akan bernilai
Apabila di hubungkan dengan tujuan-tujuan tertentu dari alam dan pengalaman
manusia, dan akan bernilai apabila dihubungkan dengan tujuan-tujuan tersebut. Jadi
nilai pengetahuan manusia harus dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis.
Menurut James, tidak ada ukuran untuk menilai kebenaran absolute. Benar atau
palsukan pikiran akan terbukti di dalam praktik dan tergantung dari berhasil atau
tidaknya tindakan tersebut.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna. Menurut James,
suatu ide itu benar apabila memiliki konsekuensi yang menyenangkan. Menurut
Dewey dan Pierce, suatu ide itu benar apabila berakibat memberi kepuasaan jika di uji
secara objektif dan ilmiah. Secara khusus pragmtisme mengemukakan bahwa ide yang
benar tergantung kepada konsekuensi- konsekuensi yang di observasi secara objektif,
dan ide tersebut secara operasional.
Teori kebenaran merupakan alat yang kita pergunakan untuk memecahkan
masalah dalam pengalaman kita. Oleh karena itu, suatu teori harus dinilai dalam
pengertian mengenai keberhasilan menjalankan fungsinya. Jadi, menurut
pragmatisme, suatu teori itu benar apabila berfungsi. Kebenaran bukan sesuatu yang
statis, melainkan tumbuh berkembang dari waktu ke waktu. Menurut James (Harun
Hadiwijono,1980), tidak ada kebenaran mutlak berlaku umum,bersifat tetap, berdiri
sendiri, lepas dari akal dan pikiran yang mengetahui. Pengalaman kita berjalan terus,
dan segalanya yang kita anggap benar dalam pengalaman senantiasa berubah,karena
dalam pratiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenran yang mutlak, yang ada hanya
kebenaran-kebenaran, yaitu kebenaran yang ada dalam pengalaman yang khusus yang
setiap saat dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Pragmatisme juga berpandangan bahwa metode intelijen merupakan cara ideal
untuk memperoleh pengetahuan. Kita mengerti segala sesuatu dengan penempatan
dan pemecahan masalah. Intelegensi mengajukan hipotesis untuk memecahkannya.
Hipotesis yang mampu memecahkan masalah secara gemilang adalah hipotesis yang
menjelaskan fakta-fakta dari masalah tersebut.
d. Hakikat Nilai Menurut filsafat Pragmatisme
pramagtisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu
relative. Kaidah-kaidah nilai dan etik tidak tetap, melaikan selalu berubah, seperti

[Type text] Page 97


perubahan kebudayaan masyarakat, dan lingkungannya. Pragmatisme menyarankan
untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita menguji kebenaran
pengetahuan dengan metode empiris . nilai maupun etis akan dilihat dari
perbuatannya, bukan dari segi teorinya. Jadi pedekatan terhadap nilai adalah cara
empiris berdasarkan pengalaman-pengalaman manusia, khususnya kehidupan sehari-
hari. Pragmatisme tidak menaruh perhatian tehadap nilai-nilai yang tidak empiris,
seperti nilai supernatural, nilai universal, bahkan termasuk nilai-nilai agama.
Menurut pragmatisme, kita harus mempertimbangkan perbuatang manusia
dengan tidak memihak dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang tampaknya
memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang di hadapi manusia. Nilai-
nilai itu akan disetujui setelah diadakan diskusi secara terbuka yang didasarkan atas
bukti-bukti empiris dan objektif. Nilai lahir dari keinginan,dorongan, dan perasaan,
serta kebiasaan manusia, sesuai dengan watak manusia, sebagai kesatuan antara
factor-faktor biologis dan factor sosial dalam diri dan kepribadiannya. Nilai
merupakan suatu realitas dalam kehidupan, yang dapat dimengerti sebagai suatu
wujud dalam perilaku manusia,sebagai suatu pengetahuan,dan sebagi suatu ide, suatu
perilaku,pengetahuan, atau ide dikatakn benar apabila mengandung kebaikan,
berguna, dan bermanfaat bagi manusia untuk penyesuaian diri dalam kehidupan pada
suatu lingkungan tertentu.
Menurut paham pragmatism, nilai hakikatnya diturunkan dari kondisi
manusia. Nilai tidak bersifat eksklusif, tidak berdiri sendiri melainkan ada dalam
suatu poses, yaitu dlam tindakan /perbuatan manusia (individual) merupakan bagian
dari masyarakatnya, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan
hasil-hasilnya di dalam masyarakat, maka tindakan tersebut adalah baik. Nilai etika
dan estetika tergantung pada keadaan relative dari situasi yang terjadi. Nilai- nilai
akhir (ultimate values) tidaklah ada , benar itu selalu relative dan tergantung pada
kondisi yang ada (conditional). Pertimbangan-pertimbangan nilai adalah berguna jika
bermakna untuk kehidupan yang intelegen, yaitu hidup yang sukses,produktif dan
bahagia (Callahan anf Clark,1993). Karena itu aliran ini dikenal dengan pragmatism
atau eksperimetalisme.

[Type text] Page 98


e. Implwmwntsi Filsafat Pragmatisme

Pandangan menurut pandangan Pragmatisme bukan merupakan suatu proses


pembentukan dari luar, dan juga bukan suatu pemerkahan kekuatan kekuatan laten
dengan sendirinya (unfolding), melainkan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi
dari pengalaman-pengalaman individu, yang berarti bahwa setiap manusia selalu
belajar dari pengalamannya.

Menurut Jhon Dewey (sadulloh, 2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga
pokok pikiran yaitu:

1) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup

[Type text] Page 99


2) Pendidikan sebagai pertumbuhan
3) Pendidikan sebagai fungsi sosial

Hidup selalu berubah menuju pembeharuan hidup, karena itu pendidikan


adalah merupakan kebutuhan untuk hidup. Pendidikan berfungsi sebagai alat dan
sebagai pembaharuan hidup. Dalam upayanya manusia selalu berinteraksi, individu
yang satu dengan individu yang lainnya, dan dengan lingkungannya. Orang yang
sudah dewasa yang telah banyak memiliki pengalaman hidup berinteraksi dengan
manusia muda yang masih belia dalam pengalaman hidup untuk mewariskan nilai-
nilai budaya dan kebudayaan itusendiri untuk kelangsungan hidup. Terjadilah
pewarisan kebudayaan, nilai, pengetahuan, dan keterampilan serta sikap hidup kepada
generasi muda. Hal ini membawa pembeharuan hidup kepada generasi muda, dan
pembaharuan ini akan semakin pesat perubahannya oleh karena perubahan yang
terjadi dalam hidup dan kehidupan manusia dengan pngaruh ilmu pengetahuan,
teknologidan seni yang semakin cepat perubahannya. Untuk mengisi dan melengkapi
kehidupan yang selalu berubah dan berkembang maka sangan diperlukan adanya
pendidikan.

a) Pendidikan Sebagai Pertumbuhan

Menurut Jhon Dewey (sadulloh, 2003), pertumbuhan merupan suatu


perubahan tindakan yang berlangsung terus menerus untuk mencapai hasil lanjutnya.
Pertumbuhan juga merupakan proses pematangan oleh karena peserta didik memiliki
potensi kapasitas untuk berkembang atau bertumbuh menjadi sesuatu dengan adanya
pengaruh lingkungan

[Type text] Page 100


Hidup selalu mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan diwarnai oleh
aktivitas aktif, yang berarti pertumbuhan akan dipengaruhi intetitas aktivitas individu
yang menimbulkan pengalaman yang akan membawa perubahan pada dirinya.
Sehingga perubahan merupakan karakteristik dari hidup, sedangkan pendidikan
adalah hidup itu sendiri, bukan untuk suatu persiapan.

b) Pendidikan Sebagai Fungsi Sosial

Menurut Jhon Dewey (sadulloh, 2003),lingkungan merupakan syarat bagi


prtumbuha, dan funsi pendidikan sebagai suatu proses membimbing dan
mengembangkan. Melalui kegiatan pendidikan masyarakat membimbing peserta didik
yang masih belum matang peserta didik selalu berinteraksi dengan lingkunga, seklalu
berhubungan dengan individu yang lainnya.

Dalam aktivitas pendidikan selalu ada interaksi yang dapat mempengaruhi den
membimbing peserta didik dapat mengembangkan diri sebagai pribadi yang
dipengaruhi dan mempengaruhidalam situasi dan lingkungan sosial. Sekolah sebagai
suatu lingkungan pendidikan dan sekaligus sebagai alat transisi, memiliki tiga fungsi
yakni:

1. Meyederhanakan dan mengarahkan faktor-faktor bawaan yang diharapkan


dapat berkembang
2. Membimbing dan mengarakan kebiasaan masyarakat yang ada dan sesuai
dengan yang mengharapkan
3. Menciptakan lingkungan yang lebih luas, yang lebih baik diperuntukan bagi
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka

Tujuan pendidikan

Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan


seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan
pengalaman-pengalman yang memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan
yang lebih baik

[Type text] Page 101


Tujuan-tujuan pendidikn tersebut meliputi

Kesehatan ynag baik

Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam berkerja


Minat dan hobi untuk kehidupan yang menyenangkan
Persiapan untuk menjadi orang tua
Kemampuan bertrasaksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial

Tambahan tujuan kusus pendidikan diatas yaitu untuk pemahaman tentng


pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan bertujuan untuk
menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal hal baru dalam
kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.

Kurikulum

Menurut para filsuf paragmatisme, tradisis demokrasi adalah tradisis


memperbaiki diri sendiri (a self-correcting tradition). Pendidikan berfokus pada
kehidupan yang baik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikulum
pendidikan paragmatisme berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan sisiwa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah

Metode pendidikan

Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan


masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri

[Type text] Page 102


and discovery method). Dalam praktik mengajar, metode seorang pembimbing,
berpandangn terbuka, antusias, kraktif, sadar, bermasyarakat, siap siaga, sabar,
berkerjasama dan bersungguh sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat di
aplikasikan oleh siswa dan apa yang di cita-citakan dapat tercapai.

Peranan Guru dan Siswa

Dalam pembelajaran,peranan guru bukan menuangkan pengetahuannya


kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan
kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa
dalam mengatasi suatu permasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan
untuk memecahkan kebutuhan yang di rasakannya.

Untuk membantu sisiwa guru berperan:

a) Menyediakan pengalaman yang akan memunculkan motivasi. Field trips,


film-film, catatan-catatan dan tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas
yang dirancang untuk memunculkan minat siswa
b) Merumusakan siswa untuk merumuskan batasan batasan masalah secara
spesifik
c) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam
kelas guna memecahkan suatu masalah
d) Membantu para sisiwa dalam mengumpulkan informasi informasi berkenaan
dengan masalah

[Type text] Page 103


e) Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah di pelajari, bagaimanan
mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh siswa

Edward J.Power (1982)menyimpulkan pandangan pragmatisme bahwa siswa


merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh,
sedangkan guru berperan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar
tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa.

Callahan dan clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan pragmatisme


adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme menolak segala bentuk
formalisme yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang
tradisional. Artinya terdapat otoritarianisme dan absolutisme dalam berbagai bidang
kehidupan.

F. Eksisitensialisme

Aliran filsafat modernn berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan


eksistensi dari manusia.
1. Prinsip Filosofis
a. Hakikat manusia

Hakikat manusia adalah apa yang menguasai secara menyeluruh. Disini


manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba roh atau dulisme, tetapi dari
segi ekdsistensi manusia di dunia ini.
Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan
roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh merupakan substansi alam,

[Type text] Page 104


Sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah. Dalam hal ini,
di jelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum
adalah materiil
Terkait dengan hakikat manusia tersebut, poesprodjo, mengemukakan bahwa:
1) Hakikat manusia haruslah di ambil secara integral dari seluruh bagiannya,
bagian esensial manusia, baik yang meta fisis (animalitas dan rasionalitas)
maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang
kompleks dan bagian-bagian tersebut agar berkerja secara harmonis. Karena
manusia hakikatnya adalah hewan, maka ia harus hidup seperti hewan ia
wajib menjaga badannya dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun,
sebagai hewan yang berakal budi manusia harus hidup seperti makhluk yang
berakal budi.
2) Hakikat manusia harus di ambil seluruh nisbahnya, tidak hanya keselarasan
batin antara bagian bagian dan kemampuan yang membuat manusia itu
sendiri, tetapi juga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.
(poespoprodjo, 1988: 5)

b. Pengetahuan
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang mkenggambarkan penampakan benda-bendan
dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut menampakan dirinya
terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung kepada pemahamannya
tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas, pengetahuna
yang diberikan sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir
anak, melainkan untuk dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.
Pelajaran disekolah akan dijadikan alat un tuk merealisasikan diri, bukan merupkan
suatu disiplin yang kaku dimana anak harus patuh dan tunduk terhadap isi pelajaran
tersebut. Biarkanlah pribadi anak untuk berkembang menemukan kebenaaran-
kebenaran dalam kebenaran.

c. Nilai
pemahaman eksisitensial terhadap nilai, menkankan kebiasaan dalam tindakan.
Kebebasan bukan merupakan tujuan atau cita cita dalam dirinya sendiri, melainkan
merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki suatu kebebasa
untuk memilih, namun menentukan pilihan diantara pilihan-pilihan

[Type text] Page 105


Pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat,
dimana seseorang harus menerima akibat-akibattersebut sebagai pilihannya.
Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan
untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan yuntuk tindakan moral
itu sendiri, dan mungkin juga untuk satu tujuan. Seseorang harus berkemampuan
untuk menciptakan tujuannya sendiri. Apabila seseorang mengambil tujuan kelompok
atau masyarakat, maka ia harus menjadikan tujuan tujuan tersebut menjadi miliknya,
sebagai tujuan sendiri, yang harus ia capai dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh
dalam situasi.

2. Implementasi Pendidikan
Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individualitas dan
pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk unik,dan
secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya
dengan pendidikan, Sikun pribadi (1971) mengemukakan bahwa eksistensialisme
berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu
dengan yang lainnya pada masalah yang sama yaitu manusia, hidup, hubungan antar
manusia, hubungan pribadi, hakikat kepribadian, dan kebebasan, pusat pembicaraan
eksistensial adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan
oleh manusia.

a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki

[Type text] Page 106


kebutuhan dan perhatian yang spesifikasinya berkaitan dengan pemenuhan dirinya,
sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan di
tentukan berlaku secara umum.

b. Kurikulum
Kaum ekstensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkonstribusi dalam pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu
tingkatan kepekaan personal yang di sebut Greene kebangkitan yang luas kurikulum
ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan individual yang luas
dan mensyratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik


kesimpilan-kesimpulan mereka sendiri.
Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu
yang lebih penting dari pada yang lainnya. Mata pelajaran merupakan materi dimana
individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dirinya. Mata pelajaran
yang dapat memenuhi tuntutan diatas adalah mata pelajaran IPA, sejarah, sastra,
filsafat, dan seni. Bagi beberapa anak, pelajaran yang dapat membantu untuk
menemukan dirinya adalah IPA, namun bagi yang lainnya mungkin saja bisa sejarah ,
filsafat, sastra , dan sebagainya.
Dengan mata-mata pelajran tersebut, siswa ajkan berkenalan dengan
pandangan dan wawasan penulis dan pemikir termasyur, memahami hakikat manusia
di dunia, memahami kebenaran dan kesalahan , kekuasaan, konflik, penderitaan dan

[Type text] Page 107


mati. Kesemuanya itu merupaka tema-tema yang akan melibatkan siswa baik
intelektual maupun emosional. Sebagai contoh kaum eksistensialisme melihat sejarah
sebagai suatu perjuangan manusia mencapai kebebasan. Siswa harus melibatkan
dirinya dalam periode apapunyang sedang ia pelajari dan menyatukan dirinya dalam
masalah-masalah kepribadian yang sedang dipelajarinya. Sejarah yang ia pelajari
harus dapat membangkitkan pikitran dan perasaannya serta menjadi bagian dari
dirinya.
Kurikulum eksistensialisme memberikan perhatian yang besar terhadap
humaniora dan seni. Karena kedua materi terseburt diperlukan agar individu dapat
mengadakan instropeksi dan mengenalkan gambaran dirinya. Pelajar harus didorong
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan, serta memperoleh pengetahuan yang diharapkan. Eksistensialisme
menolak apa yang disebut penonton teori. Oleh karena itu, sekolah harus mencoba
membawa siswa kedalam hidup yang sebenarnya.
c. Proses belajar mengajar.
Menurut kneller(1971), konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat
diaplikasikan dari pndangan Martin Buber tentang dialog. Dialog merupakan
percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek
bagi yang lainnya. Menurut Buber kebanyakan proses pendidikan merupakan
paksaan. Anak dipaksa menyerah kepada kehendak guru, atau pada pengetahuan yang
tidak fleksibel, diman guru menjadi penguasanya.
Selanjutnya Buber mengemukakan bahwa, guru hrndaknya tidak boleh
disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur maka ia
hanya akan merupakan perantara yang sederhan antara materi pelajaran dan siswa.
Seandainya ia hanya dianggap sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan , dan siswa
akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia,
sehingga manusi akan menjadi alat dan produk daru pengetahuan tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan melainkan
ditawarkan. Untuk menjadikan hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu
dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi
pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan berjumpa dengan siswa
sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi. Penhetahuan yang ditawarkan guru
tidak merupakan suatu yang diberikan kepada siswa yang tidak dikuasainya,
melainkan merupakan suatu aspek yang telah menjadi miliknya sendiri.

[Type text] Page 108


d. Peranan guru.
Menurut pemikiran eksistensialisme, kehidupan tidak bermakna apa-apa, dan
alam semesta berlainan dengan situasi yang manusia temukan sendiri didalamnya.
Kendatipun demikian dengan kebebasan yang kita miliki, masing-masing dari kita
harus commit sendiri pada penentuan makna pada kehidupan kita. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Maxine Greene ( Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang
terkenal yang karyanya didasarkan pada eksistensialismekita harus mengetahui
kehidupan kita, menjelaskan situasi-situasi kita jika kita memahami dunia dari sudut
pendirian bersama. Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin paling
bermanfaat dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan proses
edukatif. Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa
memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka
menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan
keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa siswa boleh melakukan apa saja yang
mereka sukai.
Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya
dalam suatu dialog. Guru menyatakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih alternatif-
alternatif, sehingga siswa akan melihat bahwa kebenaran tidak terjadi pada

manusia melainkan dipilih oleh manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi faktor
dalam suatu drama belajar, bukan penonton. Siswa harus belajar keras seperti
gurunya.
Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama
sehingga siswa mampu berpikir relative dengan melalui pertanyaan-pertanyaan.
Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak memberi instruksi. Guru hadir dalam
kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata
pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme.
Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang pelajaran. Sekolah
merupakan suatu forum dimana siswa mampu berdialog dengan teman-temannya, dan
guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
e. Realitas
Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional yaitu filsafat
spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang

[Type text] Page 109


fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam
yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptis berpandangan
bahwa semua pengalaman manusia adalah palsu, tidak ada satupun yang dapat dikenal
dari realitas. Mereka berpendapat bahwa konsep metafisika adalah bersifat sementara.
Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai
pandangan yang berbeda-beda. Namun, pandangan-pandangan tersebut memiliki
bebrapa persamaan, sehingga pandangan-pandangan mereka dapat digolongkan
filsafat eksistensialisme.
Persamaan-persamaan tersebut antara lain:
a) Motif pokok dari filsafat eksistensialisme ialah cara manusia yang berada,
hanya manusialah yang pereksistensi.
b) Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti
menciptakan dirinya secara aktif, berbuat, menjadi, dan memecahkan.
c) Eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkrit, pengalaman
yang eksistensial.
f. Peserta Didik
Aliran eksistensialisme memandang siswa sebagai makluk rasional dengan pilihan
bebas dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk
yang utuh yaitu yang akal pikiran rohani yang semua itu
Merupakan kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan
melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung jawab
pribadi dan sosial.
g. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun
yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang
baik.
Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme. Siswa
memiliki hak unyuk menolak interpretasi guru tentang mata pelajaran. Sekolah
merupakan suatu forum dimana para siswa mampu berdialog dengan teman-
temannya, dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan
dirinya.

II.3. Teori-teori Pendidikan Kontemporer


A Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk jalan berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya kejalan keluar umum dalam masalah-masalah

[Type text] Page 110


atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis
doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas
manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisional yang hanya berlaku
bagi kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua
aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan
diikuti banyak seniman, umat kristen garis tengah, dan para cendikiawan dalam
kesenian bebas
Pandangan mereka biasa terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari
keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia. Humanisme sekular
mencerminkan bangkitnya globalisme,teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.
Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan
untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. orang-orang yang masuk dalam
kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah
filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-
istiadat dan agama.
Humanistik ditinjau dari segi historisnya ialah berasal dari suatu gerakan
intelektual dan kesusastraan yang pertama kali muncul di Italia pada paruh kedua
Abad ke 14 masehi. Pergerakan ini merupakan motor penggerak kebudayaan
moderen, khususnya di Eropa
Sedangkan jika ditinjau dari segi filsafat, humanistik adalah faham atau aliran
yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia, sehingga manusia menduduki
posisi yang sangat sentral dan penting, baik dalam perenungan teoritis-filsafati
maupun dalam praktis hidup sehari-hari. Maka dalam faham filsafat ini mengatakan
bahwa segala sesuatu ukuran penilian dan referensi akhir dari semua kejadian
manusiawi dikembalikan kepada manusia itu sendiri, bukan pada kekuatan-kekuatan
diluar manusia ( misalnya kekuatan tuhan atau alam )
Teori belajar Humanistik dalah suatu teori dalam pembelajran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya, dan tujuan utama para pendidik adalah membantu
siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal dirinya sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka
Humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan kesusastraan pada
prinsipnya merupakan aspek dasar dari gerakan Renaisanse ( abad ke 14-16 M )
Tujuan gerakan humanisme adalah melepaskan diri dari belenggu kekuasaan gereja
dan akal budi dari lingkungan yang mengikat. Maka dalam batasan-batasan
tertentu,segala bentuk kekuatan dari luar yang membelenggu kebebasan manusia

[Type text] Page 111


harus segera dipatahkan. Kebebasan merupakan tema terpenting dari humanisme,
tetapi bukan kebebasan yang absolut, atau kebebasan yang hanya antitesis dan
diterminisme abad pertengahan yang dilakukan oleh orang orang gereja pada waktu
itu,tapi bukan berarti humanisme pada waktu itu menentang adanya kekuasaan Tuhan.
Namun, mereka percaya dibalik kekuasaan tuhan, masih banyak peluang bagi
manusia untuk menetukan jalan hidupnya, mengembangkan potensi dan memilih
masa depannya sendiri, tanpa terbelenggu oleh kodrat atau ketakutan terhadap murka
Tuhan.
Mereka berpedoman bahwa, kebebasan manusia itu ada, dan perlu
dipertahankan dan di expresikan. Didepan sudah dijelaskan bahwa manusia adalah
pusat dari Realitas, sehingga segala sesuatu yang terdapat di dalam realitas harus
dikembalikan lagi pada manusia. Dengan demikian , tidak dibenarkan bahwa adanya
penilain atau interpretasi tentang kejadian atau jika

Humanisme diartikan seperti itu, maka aliran filsafat seperti marxisme, pragmatisme,
dan eksistensialisme dapat dikategrikan kedalam humanisme.
1. Faham marxisme pada dasarnya mendudukan manusia ( masyarakat / kaum
buruh) pada pusat kehidupan. Secara teoritis, paling tidak menjunjung tinggi
martabat dan kemanusiaan masyarakat buruh.
2. Pragmatisme pun adalah humanisme, karena paham ini pun menempatkan
manusia pada posisi yang sentral dalam realistis. Segala sesuatu yang ada
pada realistas selalu dihubungkan dengan kegunaanya bagi manusia dalam
menuju hidup yang lebih baik
3. Exsistensialismepun juga termasuk humanisme. Menurut paham ini, tidak ada
dunia luar dunia manusia, dan didalam dunianya itu manusia berada dalam
posisi yang paling sentral

Paham humanisme dalam perkembangannya tidak lagi mengacu pada


gerakan pembebasn pada zaman Renaisance dan dari doktrin-doktrin yang
mebelenggu manusia, melainkan berkembang dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Misalnya kita sering mendengar tentang ilmu-ilmu pengetahuan humanistik.
Tetapi apakah artinya itu ? Wilhelm Dulthey (1833-1911) dalam gagasannya
tentang Geisteswissenchaften, yang akan kita jadikan ancang-ancang untuk
menjawab tentang pertanyaan diatas. Istilah Geisteswissenchaften bisa kita
terjemahkan sebagai ilmu-ilmu manusia . Disiplin keilmuan yang menurut
Dilthey menggunakan metode ini adalah apa yang biasanya kita sebut sebagai
ilmu-ilmu sosial, misalnya ekonomi, psikologi, antropologi budaya, sosiologi,

[Type text] Page 112


ilmu hukum, ilmu politik. Pertanyaan berikutnya adalah dimanakah letak
humanistiknya Geisteswissenchaften atau dalam hal apakah
Geisteswissenchaften atau dalam hal apakah Geisteswissenchaften dikatakan
sebagai humanistik?
Konsep Dilthey tentang manusia memang berbau humanisme.
Menurut dia, gejala manusia adalah unik dengan tidak berhingga, sehingga
tidak dapat disejajarkan begitu saja dengan gejala-gejala alam yang lain.
Manusia adalah subyek, bukan obyek. Jawaban tentang prtanyaan yang tepat
untuk pertanyaan diatas adalah dengan melihat ciri humanistik
Geisteswissenchaften. Yakini, tekanannya pada kwunikan, subjektivitas, dan
kerohanian manusia. Dalam Geisteswissenchaften manusia ditinggikan nilai
dan martabatnya.

Seperti halnya Sosiologi Humanistiknya Max Webber, tidak lalu menghilangkan peran
statistik. Demikian pula dengan Psikolog Humanistiknya Abraham Maslow, yang tidk
mengabaikan arti pentingnya Behaviorisme dan Psikoanalisa. Satu hal yang tampakny
menjadi trade mark mereka adalah:
Manusia menjadi objek telaah ilmu-ilmu mereka, diperlakukan secara
hormat sebagai subjek. Maka sah saja bagi kita untuk mendefinisikan ilmu-ilmu
humanistik sebagai ilmu-ilmu yang menepatkan manusia sebagai subjek, sedemikian
rupa ehingga manusia teta dijunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaannnya
Teori belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembeljaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manussai serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi diriny.

[Type text] Page 113


Dalam teori Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangkan
kepribdian manusianya. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya
unutk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokkuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Kemampuan yang positif tersebut erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan
karakteristik yang sangat kuat yang tampak dari para pendidik beraliran humanism.
Dallam teori pembelajran humanistic, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditunjukkan untuk kepentingsn memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan
manusia disini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman
diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Teori belajar Humanistik memandang bahwa :
a. Fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-
cara belajar dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik
b. Hasil belajarnya adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam
menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri
sendiri dan mandiri
c. Pentingnya pendekatan pendidikan dibidang seni dan hasrat ingin tahu
d. Pendekatan Humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan,
pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik dan kewajiban hadir di sekolah
e. Pendekatan Humanistik mengkombinasikan metode pembeljran individual dan
kelompok
f. Pendidik memiliki status kesetaraan dengn peserta didik
g. Pendekatan Humanistik mememlihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan
melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat
h. Penggunaan pendekatan humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan peserta
didik menjadi individu yang beraktualisasi

1. Latar Belakang Perkembangan Filsafat Humanisme


Filsafat humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik timur yang dasar
pemikiran filsafat ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan
pemikiran klasik yunani.
Perkembangan aliran humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu:

[Type text] Page 114


a) Pada masa tahun 1950-an dan 1960-an selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16,
gerakan ini muncul karena reaksi terhadap dehumanis yag telah terjadi berabad-abad,
sebagai akibat langsung dari kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-
satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agama yang
kemudian diterjemahkan dalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Sehungg pelopor
humanis mengatakan bahwa manusia itu bebas dan memiliki potensi sendiri untuk
menjalankan kehidupannya secara sendiri untuk berhasil di dunia, dimana setiap
individu mampu untuk mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasaan
dan pembelajaran mereka. Orang-orang membentuk diri mereka sendiri. Istilah erat
dimana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan dengan hakekat manusia
dan tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi tuhan;
b) Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad ke-18 pada masa pencerahan
(aufklarung), dimana tokohnya adala J.J Rousseu yang mengutamakan pandangan
tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba
keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan;
c) Berkembang lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan
reaksi protes terhadap dominisi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-
nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.
Perkembangan selanjutnya adalah adanya peran dan kontribusi dari filsafat
eksistensialisme yang cukup member kontribusi dalam filsafat pendidikan humanism
yakni sebagai berikut:
a) Manusia memilikikeberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia satau dengan
yang lain
b) Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia
c) Adanya kebebasan individu yang paling utama dan uni karena mereka mempunyai sikap
hidup, tujuan hidup, dan cara hidup sendiri
Hal diatas ini ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologi
peserta didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembagan humanistic setiap
individu, dimana aliran ini memiliki pandangan tentang manusia yang memiliki keunikan
tersendiri, memiliki potensi yang peru diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan
yang murni berasal dari dirinya.

2. Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanisme


Ada pepatah mengatakan bahwa segala sesuatu itu memiliki kekurangan dan
kelebihan. Hal tersebut mengiyaratkan bahwa tidak ada makhluk ciptaan manusia
yang sempurna. Begitu pula dengan teori pedidikan ada beberapa kekurangan dan
kelebihan yang aling melengkapi satu sama lainnya.

[Type text] Page 115


Menurut hemat penulis ada beberapa kelebihan dalam teori Humanisme yaitu :
a) Teori humanism lebih cocok untuk diterapkan dalam materi pelajaran yang bersifat
pembentukan karakter.
b) Teeori ini dinyatakan berhasil apabila siswa bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajara. Contoh kongkritnya siswa bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola piker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c) Teori ini mengharapkan siswa untuk menjadi manusia yang bebas tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur dirinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurngi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
d) Teori ini mendorong guru untuk dapat lebih mengenali peserta didiknya.
e) Teori ini memberikan dampak yang signifikan terhadap proses perkmbangan anak dilihat dari
sisi keprbadiannya.
f) Teori ini lebih mengedepankan aspek memanusiakan manusia dan pembentukan karakter.

Adapun kekurangan teori humanisme adalah sebagai berikut:


a) Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar.
b) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proes belajar
c) Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada pengembangan potensi yang dimiliki siswa,
sehingga pengembangan intelektual siswa tidak terasah.

3. Implementasi Teori Humanisme dalam Pembelajaran


Aplikasi teori humanism dalam pembelajaran cenderung mengarahkan siswa
untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Humanism lebih melihat ke sisi
perkembangan pribadi manusia. Contohnya : guru yang mengajak siswa untuk
mengembangkan potensi diri, karena kepribadian tiap-tiap siswa berbeda, guru itu
mau menerima keterbatasan yang dimiliki siswa dibidang tertentu.
Oleh sebab itu guru harus dapat menentukan langkh-langkaah pembelajaran
yang mengacu pada aspek tersebut. Adapun contoh kongkret yang bisa dijadikan
bahan pertimbangan oleh guru adalah:
a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajran.
b) Menetukan materi pembelajaran.
c) Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
d) Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
dalam proses pembelajaran

[Type text] Page 116


e) Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajran.
f) Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata.
g) Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar.
h) Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kemudia implementasi dari teori humanism dalam pembelajaran itu dapat kita lihat
dengan bebrapa model pembelajaran yang telah digunakan pada beberapa lembaga
pendidikan. Dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tiga model pembelajaran yang
berkaitan dengan implementasi teori humanism, yaitu Confluent Ediucation, Open Education
dan Cooperative Learning.
1) Confluent Edication
Confluent Education adalah oendidikan yang memadukan atau memperteukan
pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif did ala kelas. Hal ini merupakan cara
yang bags sekali untuk melibatkan para siswa secara pribadi di dalam bahan pelajaran
Sebagai contoh misalnya, guru bahasa Arab memberikan tugas kepada para siswa
untuk membaca sebuah Qishoh yang brjudul Abu Nawas. Melalui tugas itu, siswa-siswa
tidak hanya diharapkan memahami isi bacaan tersebut dengan baik tetapi juga memeroleh
keadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang
terkandung dalam qishoh tersebut. Sehingga siswa tahu bagaimana seharusnya bersikap
dalam kehidupan sehari-hari.

2) Open Education
Open Education adalah proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg dan Tomas
(1972), Open Education itu memiliki Sembilan criteria, yaitu:
a) Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar
tersedia, para siswa bergerak bebas di sekitar ruangan, tidak dilaran berbicara, tidak ada
pengelompokkan atas dasar tigkat kecerdasan.
b) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, artinya menggunakan bahan buatan siswa,
guru menangani masalah-masalah tingkah laku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi
dengan siswa yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok.
c) Mendiagnosa peristiwa-peristiwa belajar, artinya siswa-siswa memeriksa pkerjaan mereka
sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d) Pengajaran, yaitu pengajaran individual, tidak ada tes ataupun buku kerja.
e) Penilaian, wujudnya: guru membuat catatan, penilaian secara individual, hanya sedikit sekali
diaadakan tes formal.

[Type text] Page 117


f) Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional, artinya guru menggunakan bantuan
orang lain, guru bekerja dengan teman sekerjanya.
g) Persepsi guru sendiri, artinya guru mengamati semua siswa untuk memantau kegiatan mereka.
h) Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya suasana kelas hangat dan ramah, para
siswa asyik selalu melakukan sesuatu.
i) Meskipun pendidikan terbuka memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bergerak
secaa bebas di sekitar ruangan dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri, namun bimbingan
guru tetap diperlukan.
3) Cooperative Learining
Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk
meningkatkan dorongan berprestasi siswa. Menurut Slavin (1980) Cooperative Learning
mempuyai tiga karakteristik;
a) Siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), komposisi init eta selama
berminggu-minggu.
b) Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik
atau dalam melakukan tugas kelompok.
c) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Adapun teknik Cooperative Learning itu ada empat macam, yaitu:
Team Games Tournament.
Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda-beda disatukan
dalam tim yang terdiri dari empat sampau lima orang anggota. Stelah guru menyajikan
bahan, tim lalu mengerjakkan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan,
da belajar bersama untuk persiapan menghadapi turnamen itu ditentukan beranggotakan
tiga orang siswa untuk bertanding melawan siswa-siswa yang kemampuannya serupa
(atas dasar hasil minggu sebelumnya). Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah
pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi
timnya sebagai siswa yang berprestasi tinggi.
Student Teams Achievment Divisions.
Teknik ini juga menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima anggota tetapi kegiatan
turnamen diganti dengan saling bertanya selama lima

[Type text] Page 118


Belas menit, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu disusun oleh tim,
skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang lebih
rendah, kecuali itu juga digunakan skor perbaikan.
- Jigsaw
Dalam teknik ini siswa dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat
heterogen. Bahan pelajaran dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-
siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing bersama-sama dengan
anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka
kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan bagian-bagian yang telah
dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota timnya
sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran.
Sebagai contoh misalnya guru menetapkan tujuan yang menuntut para siswa
mempelajari qiraah. Guru kemudian membagikan bahan tersebut menjadi empat atau
lima bagian tergantung pada banyaknya anggota tim. Kemudian para siswa belajar
bersama-sama dengan anggota tim lain yang menerima bahan yang sama. Setelah itu
mereka kembali dan mengajarkannya pada anggota timnya sendiri. Tujuannya adalah
agar setiap tim mempelajari seluruh bahan qirahah.
4) Group Investigation
Group Investagion adalah teknik dimana siswa bekerja di dalam kelompok-
kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok
membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota
kelompok melakukan kegiatan-kegiatan meneliti yang diperlukan untuk mencapai
tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada
kelas. Dalam metode ini, hadiah atau poin tidak diberikan.
Demikianlah sekilas tentang keempat teknik Cooperative Learning itu. Menurut

[Type text] Page 119


hemat penulis, ternyata Cooperative Learning itu pada umumnya mempunyai efek
positif terhadap prestasi akademik. Keberhasilan Cooperative Learning bergantung
pada kemampuan siswa berinteraksi di dalam kelompok.
4. Tujuan Pendidikan Menurut Pandangan Humanisme.
Tujuan pendidikan menurut teori humanisme diikhtisarkan oleh Mary Johson
sebagai berikut :
a) Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan-
perkembangan konsep diri dan sistem nilai.

120
b) Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang
memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat
proses belajar yang bermakna dan berintegrasi secara pribadi.
c) Perhatikan kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab secara
efektif serta mampu memilih tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
d) Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif.
Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya
sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampu memilih
tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
e) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan
cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin. Pendidikan
humanistic mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan
melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana belajar,
bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan didalam
kehidupan.

5. Kurikulum Pendidikan menurut Pandangan Humanisme.


Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pendidikan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, karena kurikulum ialah suatu landasan terbang untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tak ada suatu kurikulum tertentu, sistem pengajaran,

[Type text] Page 120


metode yang universal dalam pengajaran yang selalu tepat untuk semua jenis sekolah,
sebab seperti halnya pengalaman, kebutuhan dan minat individu berbeda-beda
menurut tepat dan jaman khususnya kurikulum haruslah sesuatu yang berbeda, selalu
berubah dan berkembang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
masyarakat akan pendidikan. Dengan demikian kurikulum harus bersifat progresif,
dan dinamis. Oleh karena itu kita selalu mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum.
Kurikulum menurut humanisme harus diwujudkan dengan sejumlah aktivitas sesuai
dengan kehidupan nyata agar mereka mendapat pengalaman langsung, dapat
menghayati dan menerima keterangan secara langsung dari orang lain.

121
6. Metode Pendidikan menurut Pandangan Humanisme.
Metodologi adalah suatu ilmu tentang prinsip-prinsip atau prosedur (cara)
memecahkan masalah atau dengan kata lain adalah suatu ilmu tentang metode-
metode. Metodologi sangat diperlukan untuk memecahkan masalah atau mengetahui
sesuatu, berhasil atau tidaknya hal tersebut tergantung pada tepat atau tidaknya
metode yang digunakan.
Metode yang digunakan dalam pendidikan humanisme menekankan pada
kebebasan seseorang, yaitu :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah masih banyak dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran klasikal. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau
penyampaian bahan-bahan secara lisan.

b. Metode Diskusi.
Metode ini sering digunakan dalam kegiatan kelompok, umpanya menggunakan
keterampilan proses yang dimiliki oleh diri. Metode diskusi ini merupakan cara dalam
pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau penyataan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.

c. Metode Eksperimen.
Metode eksperimen merupakan metode untuk menarik kesimpulan atau memecahkan
masalah melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati, secara proses sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan.

[Type text] Page 121


d. Metode Pemecahan Masalah.
Metode pemecahan masalah atau metode berfikir reflektif atau metode problem
solving, merupakan suatu cara untuk menarik kesimpulan dengan cara merangsang seseorang
untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi dimana
masalah itu berada di atas inisiatif sendiri.

7. Peranan Siswa dalam Pendidikan Humanisme.


Konsep-konsep teori belajar yang muncul pada waktu sebelum abad ke-20,
sekarang masih tampak pengaruhnya dalam praktik komunikasi baik di sekolah atau
dimasyarakat luas. Disiplin mental (mental discipline), pengungkapan alami (natural
unfoldment) atau aktualisasi diri dan apersepsi (apperception). Ketiga kategori ini
mempunyai ciri khas yang umum yaitu semuanya dikembangkan

122
sebagai pembelajaran noneksperimental dimana dasar teorinya adalah spekulatif
dan terkadang introspektif. Para filsuf dalam mengembangkan teori ini mencoba
menganalisis pikiran dan kondisi internal yang ada didalam dunia dan terus
menguraikan apa yang mereka dapatkan dari pikirannya itu.
Menurut teori disiplin mental (mental discipline) latihan mental diberikan atau
ditanamkan dalam bentuk studi sebagaimana dibedakan dari isinya. Gagasan utama
disiplin mental adalah pada otak atau pikiran (mind). Kecakapan pikiran atau otak
seperti ingatan, kemauan, akal budi dan ketekunan merupakan otot-ototnya pikiran
tadi seperti halnya otot-otot fisiologis yang bisa kuat jika dilatih secara bertahap dan
terus-menerus serta dengan porsi yang memadai, maka otot-otot pikiran atau otak pun
demikian halnya. Ia bisa kuat dalam arti lebih tinggi kemampuannya jika dilatih
secara bertahap dan memadai. Dikalangan anak-anak baik keluarga ataupun di
sekolah, bahkan hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara
disiplin, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap
suatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja
keras dengan disiplin tetap serta adanya arahan motivasi dari pihak lain. Semua ini
jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul

[Type text] Page 122


dibidang yang dikerjakannya.
Disiplin tadi memang pada asalnya dilakukan oleh adanya aturan-aturan yang
eksternal secara tidak langsung jika hal ini dilakukan secara terus-menerus dalam
waktu yang lama akan menghasilkan perilaku disiplin internal. Anak-anak akan lebih
paham jika diajak berkomunikasi secara langsung dengan guru dan teman-teman
sekelasnya. Berdiskusi secara interaktif lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
komunikasi searah.
Metode merubah perilaku belajar dalam kerangka asosianisme adalah analitik
atau reduksionistik (pengurangan), sedangkan belajar adalah pengurangan pada
bagian-bagian struktur komponennya. Unsur-unsur dasar yang di asosiasikan
selengkapnya adalah mental, fisik dan kombinasi keduanya. Jadi, jika tidak ada
kesulitan diantara ketiganya maka pembelajaran akan berhasil dengan baik.

8. Peran Guru dalam Pendidikan Humanisme.


Sudah sejak lama didalam budaya kita dikenal bahwa guru adalah seorang
manusia yang patut digugu dan ditiru. Artinya digugu adalah ditaati nasehat, ucapan
dan perintahnya,ditiru adalah dicontoh, diteladani sikap dan perilakunya.

123
Guru dimaksud adalah guru yang memiliki kewibawaan, kata-kata dan perilakunya
mengikat terhadap peserta didiknya. Kepribadiannya mantap, wawasannya luas, dan
kemampuan profesionalismenya memadai. Sedangkan peranan guru dalam
pendidikan humanisme yaitu mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-
perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar
tentang bagaimana belajar, bagaimana memecahkan masalah dan bagaimana
melakukan perubahan didalam. Sebagai contoh guru humanis, pertahian Carol
Alexander, sejak 10 tahun lalu mulai mengajar disuatu sekolah menengah pedusunan
kecil memungkinkan dia mengembangkan hubungan yang erat dengan para siswanya
dan keluarga mereka. Gaya mengajarnya didasarkan pada hubungan-hubungan
interpersonal yang ramah lagi terbuka dengan para siswanya, dan ia bangga akan fakta

[Type text] Page 123


bahwa para siswanya mempercayai dia dan seringkali meminta dia nasehat berkenaan
dengan permasalahan-permasalahan yang umum bagi siswa yang terefleksikan dalam
kelaziman dengan para siswa terdahulu yang kembali mengunjungi atau mencari
nasehatnya. Carol juga komit pada pemberdayaan siswa, untuk member mereka
kesempatan membentuk pengalaman-pengalaman belajar mereka. Sebagaimana yang
ia ajukan :saya mendorong para siswa untuk member saya umpan balik tentang
bagaimana perasaan di kelas. Mereka harus merasa baik atau enak mengenai diri
mereka sendiri sebelum mereka dapat belajar. Juga, ia telah menyadari bahwa para
siswa harus membantu kami (para guru) merencanakan kegiatan kelas. Ia telah belajar
untuk mengajukan pertanyaan mengenai apa yang menarik bagi mereka. Apa yang
ingin kamu lakukan ? Bagaimana kamu ingin melakukan itu?. Kebanyakan dari
pengajaran Carol didasarkan pada diskusi kelas yang didalamnya ia mendorong para
siswa untuk berbagi gagasan dan perasaan-perasaan mereka mengenai subjek yang
ada secara terbuka. Interaksi Carol dengan para siswanya memperlihatkan
keterampilan dia dalam menciptakan suatu lingkungan percakapan yang membuat
pada siswa merasa aman dan mau member kontribusi. Selama pembahasan, Carol
menyimak secara seksama terhadap para siswa dan sering kali mengutarakan kembali
gagasan-gagasan mereka dalam suatu cara yang mengakui kontribusi-kontribusi
mereka. Ia sering kali merespon dengan frase pendek yang menunjukan dukungan dan
dorongan pada para siswa untuk melakukan pembahasan tersebut seperti respon
berikut ini : Oh, begitu maukah kamu mengatakan lebih banyak mengenai hal itu..
itu gagasan yang menarik, ceritakan lebih banyak lagi. Ketika Carol memfasilitasi.

Suatu kelompok diskusi keseluruhan, ia selalu memperhatikan kelompok-kelompok


kecil belajar yang telah ia bentuk sebelumnya. Masing-masing kelompok memutuskan
bagaimana mengatur sendiri untuk mencapai suatu tugas pembelajaran tertentu,
mengembangkan suatu strategi untuk merespon, suatu ancaman pada lingkungan atau
menganalisa sebuah puisi mengenai persaudaraan, misalnya, saya rasa penting bagi
siswa belajar bekerjasama, saling membantu, dan menerima sudut-sudut pandang
yang berbeda.kata Carol.
B. Behaviorisme
[Type text] Page 124
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa
untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu
yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu.
Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek
kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah
berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian
dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal
diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang mengganggap psikologi sebagai
bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab itu psikologi
harus menggunakan metode empiris, seperti : Observasi, conditioning, testing, dan
verbal reports.
Pengertian belajar menurut teori Behaviorisme adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya reaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dikatakan
telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya,
apabila dia belum melakukan proses belajar. Teori ini sangat mementingkan adanya
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Dalam proses
pembelajaran input ini bisa berupa alat peraga, gambar-gambar, atau cara-car tertentu
untuk membantu proses belajar (Budiningsih,2003). Jadi, Teori belajar Behaviorisme
adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsru dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan

[Type text] Page 125


Mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering
disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan
demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi/reaksi
behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku
adalah hasil belajar

Prinsip-prinsip teori behaviorisme


Objek psikologi adalah tingkah laku
Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
Mementingkan pembentukan kebiasaan

[Type text] Page 126


Ciri-ciri teori belajar behaviorisme
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behaviorisme digunakan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal atau trial and
error

1. Tokoh-tokoh Behaviorisme
a. John Watson (1878-1958)

setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani),
matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University og
Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena
pengaruh Angel Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari
aliran behaviorisme.
1) Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara
denga ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di
dalamnya
2) Sejauh ini psikologi gagal usahanyan membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang
kesadaran sebagai objek psikologi. Oleh karena nya kesadaran/mind harus
dihapus dari ruang lingkup psi.
3) Objek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata

b. Clark L. Hull (1884-1952)

Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari University of Wisoonsin


dan mengajar di sana selama 10 tahun, kemudian mendapat gelar profesor dari Yale
dan menetap di uni ini hingga masa pensiunnya. Sepanjang karirnya, Hull
mengembangkan ide berbagai bidang psikologi, terutama psikologi belajar,
hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering digunakan adalah
eksperimental lab.

[Type text] Page 127


Prinsip-prinsip utama teorinya:

Reinforcement adlah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied faktor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O
adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat
pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukanb
behaviorisme sejati.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Disini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
Hypothetico-deductive theory
Hypothetico-deductive theory adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan
menggunakan metode dedukatif Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi
harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual
(induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya
tentang aldivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya
(Lundin,1991, pp,193-195). Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya
yang detil, ditunjang dengan hasil-hasil eksperimen yang cermat

Dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya
dan dikembangkan.

c. B.F. Skinner
Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada
perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya
induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat
Emply organism, menolak adanya proses internal pada individu.
Menolak menggunakan metode stastical, mendasar pengetahuannya pada
subjek tunggal atau subjek yang sedikit namun dengan manipulasi
eksperimental yang terkontrol dan sistematis

d. Albert Bandura (1925)


Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph.D dari University of

[Type text] Page 128


lowa dan kemudian mengajar di Stanford Universty. Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon
lingkungan. Oleh karenanya teorinya disebut teori belajar sosial, atau
modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal
antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura
menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
Teori utama :
Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses
belajar manusia
Dalam proses modeling, konsep reinforcement, yang dikenal adalah vicarious
reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat
perilaku individu. Self-reinforcerment, indivudu dapat memperkuat
reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada ornag dari luar
yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-jusgement, self-
control, dan lain sebagainya
Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang
lebih tinggi di masa depan

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan aliran behaviorisme adalah mengubah atau memodifikasi


tingkah laku Artinya menyiapkan pribadi-pribadi sesuaidengan kemampuannyan
untuk memiliki tanggung jawab dalm kehidupan pribadi dam masyarakat. Tujuan
pembelajaran menurut teori behaviorisme ditekankan penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai activitas mimetic yang menuntut pembelajaran untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalm bentuk laporan,
kuis, atau les. Penyajian ini atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktifitas belajar lebih bayak didasarkan pada buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada
responpasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and
pencil test.

Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar maksudnya apabila


pelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan

[Type text] Page 129


bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kepampuan pebelajaran secara indvidual.

3. kurikulum

Kurikulkum yang dikembangkan untuk mencapai tujuan berdasarkan tingkah


laku yang diterapkan. Yang telah dikenal di Indonesia adalah istilah tujuan
instruksional umum dan instruksional khusus. Kurikulum berbasis filsafat
behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplemantasikan dalam sistem pendidikan
nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme
dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena
hasil eksperimentasi behaviorisme cenderung mengesampingkan aspek-aspek
potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan. Bahkan behaviorisme cenderung
menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek
maupun objek pendidikan yang netraletik dan

Melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia. Oleh karena itu


behaviorisme cenderung antropomorfisskularistik

4. Metode

Metode yang digunakan antara lain dengan menggunakan penguatan dalam


belajar, pengajaran berprogram dan kompetensi

5.Peranan Peserta Didik

Peserta didik tidak memiliki kebebasan utuh menentukan sendiri apa yang
akan di pelajari. Tingkah laku yang diharapkan di tentukan oleh penyelenggara
pendidikan. Dalam hal ini pendidikan didesain untuk mempersiapkan peserta didik
menghadapi kehidupannya nanti dan mereka harus belajar sesuai dengan apa yang
digariskan oleh penyelenggara pendidikan

[Type text] Page 130


6. Peranan Guru

Guru memiliki otoritas membuat desain dan mengontrol proses pendidikan. Ia


bertanggung jawab pada kualitas dan kriteria hasil belajar yang diharapkan. Salah satu
peranan guru yang terpenting setelah menganalisa ialah menentukan tugas. Analisa
tugas akan membantu guru dalam membimbing belajar murid. Bagi penyusun
program, analisa tugas membantu menentukan susuna bahan pelajaran dalm mesin
mengajar. Perencanaan kurikulum dapat mengatur unit-unit belajar

7. Aplikasi dan implikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme

a. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behaviorisme. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behaviorisme dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku atau bila diberikan reinfircement dan akan
menghilang bila dikenal hukuman

Aplikasi teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa


hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme
memandang bahwa pengetahuan adlah obyektif pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan (transfer of
knowledge) ke orang yang belajar atau pembelajaran. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianlisis
dan dipilah, sehinggah makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti itu ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajaran diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami
oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif


yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,
para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertuentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para

[Type text] Page 131


pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada
hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi, implikasi dan teori behaviorisme dalam
proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi
pebelajar untuk berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya
sendiri. Karena stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibat pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka

Karena teori behaviorisme memandang bahwa pengalaman telah terstruktur


rapi dari teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapikan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dahulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihumum dan
keberhasilan belajar tau kemauan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah. Demikian juga

Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.pebelajar atau


peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan,sehingga kontral
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebejar.

b.mplikasi teori belajar behaviorisme

kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat


diimplemantasikan dalam sistem pendidikan nasional,terlebih lagi pada jenjang
pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode
pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil ekspertimentasi
behaviorisme cenderung mengesampingkan aspek aspek potensial dan kemampuan
manusia yang dilahirkan. Bahkan behaviorisme cendung menerapkan sistem

[Type text] Page 132


pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek
pendidikan yang netraletik dan melupakan dimensi dimensi spiritualitas sebagai fitrah
manusia. Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfisskularistik.

Contoh penerapan behaviorime dalam pendidikan SD :

Guru memarahi siswa yang tidak serius saat belajar di kelas.Hal ini dimaksudkan agar
siswa menyadari bahwa dengan tidak serius belajar maka akan menghambatnya untuk
menjadi orang sukses.

Guru menghukum siswanya yang terlambat dengan menyuruhnya berjoget di depan


kelas.Hal tersebut dimaksudkan agar siswa kapok untuk datang terlambat dan akan
lebih disiplin lagi untuk kedepannya.
Guru menyuruh siswanya diam saat upacara berlangsung . Hal ini dimaksudkan untuk
menanamkan contoh sikap tertib.
Di sela sela pelajaran, guru sesekalin menasehati siswanya berupa sebuah cerita atau
pengalaman guru yang dapat menjadi pelajaran moral bagi siswa.
Guru mengajak siswa untuk duduk tertip dan sopan sebelum pulang. Siapa yang
paling tertib dan sopan maka dia boleh pulang duluan.
Guru berusaha menampilkan kewibawaannya dan memberikan contoh langung
seperti menggunakan pakaian yang rapi, tidak merokok, selalu tersenyum sehingga
siswa akan beranggapan bahwa inilah contoh perilaku yang baik.

C.Progresivisme
Progresivisme berasal dari kata progressyang berarti kemajuan. Secara
harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang meninginkan kemajuan secara cepat.
Progrevisme adalah suatu aliran yang menekankan , bahwa pendidikan bukanlah
sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah
berisi aktivitas aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melakui cara cara
ilmiah seperti memberikan analisis. Pertimbangan dan perbuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang di

[Type text] Page 133


hadapi. Progressivisme di sebut juga instrumentalisme, untuk mengembangkan
kepribadian manusia. Aliran progressivime memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia di tuntut untuk mengetahui
kehidupan semua masalah.
Aliran progresivisme suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh
dalam abad ke 20 ini. Pengaruh itu terasa diseluruh dunia, terlebih lebih di amerika
serikat. Usaha pembaharuan dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong
oleh aliran aliran progressivisme ini. Biasanya aliran progressivisime ini di
hubungkan dengan pandangan hidup liberal the liberal road to culture.yang
dimaksud dengan ini adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat sifat sebagai
berikut : fleksibel tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terkait oleh suatu
doktrin tertentu.curious ingin mengetahui, ingin menyelidiki.toleran dan open minded
mempunyaihati terbuk.
Filsafat progresivisme menuntut kepada penganutnya untuk selalu progress
dan bertindak secara konstruktif, inovatuf dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab
sudash mencari naluri manusia menginginkan perubahan perubahan. Manusia tidak
mau hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi berkemauan hidupnya
tidak sama dengan masa sebelumnya. Untuk mendapatkan berubahan itu manusia
harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat
sifat fleksibek tidak kaku, tidak menolak perubahan dan tidak terikat oleh doktrin
tertentu.namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap
kekuatan alamiah manusia,kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir mans natural
powers adapun

Maksud adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan
predisposisi atau potensi kemampuan dasar terutama ddaya akalnya sehingga dengan
daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala
problematikahidupnya, baik itu tantangan ,hambatan,ancaman maupun gangguan
yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan
kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung
masalah.
Dengan demikian potensi potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan
kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian
progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisne menempatkan

[Type text] Page 134


manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat
manusia sebagai pelaku subyek di dalam hidupnya. Adapun filsafat progressivisme
memandang tentang kebudayaan bahwa sebagai hasil budi manusia, dan akan di kenal
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku , melainkan selalu
berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan
refleksi kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. untuk itu pendidikan
sebagai alat untuk memproses merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat
menciptakan situasi yang eduktif yang pada hakikatnya akan dapat memberikan
warna dan corak dari out put keluaran yang dihasilkan sehingga keluaran yang
dihasilkan anak didik adalah manusia manusia yang berkualitas unggul,
berkompotitif, inisiatif, adapti dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.
1.Latar Belakang Filsafat Pendidikan Progresivisme
Aliran progtesivisme lahir dan sangat berpengaruh dalam abad ke 20 di
Amerika.progresivisme ini bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri,
namun merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan tahun 1918.
Kaum progresif memiliki harapan mengenai perubahan yang sangat cepat agar
tujuan dapat dicapai dengan cepat. Perubahan dalaam dunia pendidikan yang
tujuannya adalah untuk berubahan yang lebih maju dan bersifat lebih ilmiah yang
secara nyata bukan hanya sekedar realita tetrapi benar benar terlihat fungsi dan
kegunaannya.
Aliran progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul
dengan jelas pada pertengahan abad ke 19, namun garis perkembangannya
Dapat di tarik jauh belakang sampai pada zaman. Yunani purba. Misalnya hiracitus
(544-484),Socrates (469-399 SM),Protagoras (480-410SM),dan aristoteles. Mereka
pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut
menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-progresivisme.
Kemudian sejak abab ke 16 ,Francis Babon, John Locke ,Rousseau, ant, dan
hegel dapatdisebut penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran progresivisme.
Francis Bacon memberikan sumbangan dengan usahanya memperbaiki dan
memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya
tentang kebebasan politik . Roussean dengan keyakinan nyabahwa kebaikan berada
dalam manusia karena konratyang baik dari para manusia, memveri martabak manusia
suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat

[Type text] Page 135


dinamis , selamanya berada dalam keadaan bergerak,dalam proses perubahan dan
penyesuaian yang taka da hentinya.
Dalam abab ke 19 dan ke 20 ,tokoh-tokoh progresivisme banyak terdapat di
amerika serikat. Thomas pained an thomasjefferson memberikan sumbangan pada
progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang dogmatis, terutama dalam agama.charles s. peirce mengemukakan teori
tentang pikiran dan hal berfikir dan idquo;pikiran itu hanya berguna bagi manusia
apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya.fungsi
perfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat.perasaan dan gerakjasmaniah
adalah manifestasi dari aktifita manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan berfikir.sivisme
2. tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran progre
a. Henderson (1959)
pendidikan progresivisme dilandas oleh filsafat naturalism romantikdari
rosseau, dan pramatisme dari john dewey. Filsafat jean jacquens rosseauyang
mendasari pendidikan progresivisme adalah panangan tentang hakikat manusia,
sedangkan dari pragmatisme dewey adalah pandangan tentang minat dan kebebasan
dalam teori pengetahuan.

b. Roseeau
Roseeau seorang ahli filsafat perancis mendasari pemikiran-pemikiran
pemdidikannya dengan upacaranya yang terkenal , yaitueveryyhingis good as it
comes from the hands of the author ,but everything degenerates in the hand of
man(Henderson dalam uyoh sadullah,2010:144).jadi, segals sesuatu termasuk anak
dilahirkan adalah baik berasal dari pencipta alam, maupun semuana itu mengalami
degenerasi,penyusutan martabak,dan nilai-nilai kemanusiaannya karena tangan-tangan
manusia.
Manusia memiliki kebebasan bertindak yang bila diingkari bearti mengingkari
kualitasnya sebagaui manusia dan menyangkal hak serta kewajiban
kemanusiaan.karena semua itu bertentangan dengan hakikat manusia.
c.william james (1842-1910)
William james seorang psychologist dan seorang filosuf amerika yang sangat

[Type text] Page 136


terkenal. Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh di
berbagai Negara Eropa, dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat pandai
berceramah dibidang filsafat, juga dikenal sebagai pendiri Pragmelisme. James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organic,
harus mempunyai fungsi biologi dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar
fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari
ilmu pengetahuan alam. Jadi Jawes menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
rakonsepsi teologi, dan menempatkannya diatas didasar ilmu perilaku. Buku
karangannya yang berjudul Principles of Psyclogy yang terbit tahun 1890 yang
membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik
dalam bidang itu, hal ini yang mengantar William James sebagai ahli filsafat
Pragmatisme dan Empirisme radikal.
Demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh di berbagai Negara Eropa
dan Amerika.meskipun demikian dia sangat terkenal di kalangan umum Amerika
sebagai penulis yang sangat berlian, dosen serta penceramah dibidang filsafat, juga
terkenal sebagai pendiri pragmatism. Jamas berkeyakinan bahwa otak atau pikiran,
seperti juga dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari
sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu.

[Type text] Page 137


3. Pandangan dalam Filsafat Pendidikan progresiving
Ada beberapa pandangan dalam aliran progressivisme ini antara lain:
a. Pandangan Progresivisme tentang realitas
Asal hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas
tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan lain-
lain adalah realita hidup sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang
berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah
menerobos kepada yang sulit-sulit (perkembangan yang lama) pengalaman adalah
perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan
tetap hiudup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani
bertindak. Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan
yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan di peroleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan
kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan di
peroleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman
kita dalam praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapai masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dan di modifikasi dengan realita baru di dalam
lingkungan. Kebenaran ialah kemampuan suatu ide pemecahan masalah, kebenaran
adalah konsekuen daripada suatu ide, realita dan daya guna dalam hidup.
b. Pandangan Progressivisme tentang Nilai
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya
pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana

[Type text] Page 138


ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan, dari individu-
invidu.
C. Pandangan Progressivisme Tentang Kurikulum
Selain kemajuan atau progres, lingkungan dan pengalaman mendapatkan
perhatian yang cukup dari progressivisme. Untuk itu filsafat progressivisme
menunjukkan dengan konsep dasarnya sejenis kurikulum yang program
pengajarannya dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik dilingkungan
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Adapun dikap progressivisme memandang segala sesuatu berasaskan
fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis tercermin dalam pandangannya
mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang eduktif, bersifat eksperimental dan
adanya rencana dan susunan yang teratur. Dapat kita analisis dari penjelasan di atas
bahwa filsafat progressivisme menghendaki sekolah yang memiliki kurikulum dimana
bersifat fleksibilitas (tidak kaku, tidak meolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin
tertentu) luas dan terbuka. Dengan berpijak dari prinsip ini, maka kurikulum dapat
direvisi dan di evaluasi setiap saat sesuai kebutuhan setempat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, maka filsafat progressivisme menghendaki jenis kurikulum yang
bersifat luwes fleksibel dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan di bentuk
sesuai zamannya. Sekolah didirikan karena tidak mempunyai orang tua atau
masyarakat untuk mendidik anak. Karena itu kurikulum harus dapat mewadahi
aspirasi anak, orang tua dan masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan
eksperimental dapat memenuhi tuntutan itu. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum
yang dapat di revisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental
atau tipecore curriculum. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum
ekspreimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam
lingkungan yang komplek. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi
dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk
kelestarian pertumbuhan saja, akan tetapi juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh
karena itu manusia harus belajar dari pengalaman.
d. Pandangan Progressivisme Tentang Pendidikan
Filsafat Progressivisme mempunyai konsep bahwa manusia atau peserta didik
mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan di
bandingkan dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia memiliki potensi akal dan
kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, peserta didik mempunyai bekal untuk

[Type text] Page 139


menghadapi dan memecahkan problematika. Kualitas prennial, tetapi di tentukan oleh
sejauh mana suatu pendidikan itu mampu untuk terus menerus merekontruksi
berbagai pengalaman.
Seiring pandangan di atas filsafat pendidikan islam mengakui bahwa peserta
didik memang memiliki potensi akal yang dapat dikembangkan dan mengakui pula
individu atau peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis.
Namun pendidikan Islam tidak hanya mengakui bahwa anak (peserta didik)
mempunyai banyak potensi yang menurut hasan langgulung potensi manusia itu
sebanyak sifat-sifat tuhan seperti yang terkandung dalam masmaul husna. Dan di
antara sekian banyak potensi tersebut yang sangat perlu dikembangkan adalah potensi
beragama.
Menurut progressivisme pendidikan tidak lain adalah proses perkembangan,
sehingga seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodifikasi berbagai
metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagi
perubahan yang menjadi kecenderungan dalam suatu masyarakat. Sikap
progressivisme memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan
sifat-sifat yang sejenis, yang tercermin dalam pandangan mengenai kurikulum sebagai
pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan
yang teratur. Yang bersifat luwes dan dapat direvisi dan evaluasi setiap saat sesuai
dengan kebutuhan.
Filsafat pendidikan islam mengakui hal yang sama sebagaimana yang di
inginkan filsafat progressivisme, yaitu bahwa masyarakat itu bersifat dinamis sesuai
dengan perkembangan ilmu, oleh sebab itu kita harus terbuka dalam menghadapi
permasalahan serta mau menerima kritikan demi kesempurnaan. Untuk mendapatkan
suatu perubahan manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-
sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat dengan dogma
tertentu) eurious (ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open mind (punya
hati, terbuka). Akan tetapi dalam aliran progrssivisme nilai-nilai yang dijadikan
ukuran bukan nilai yang absolute seperti nilai kewahyuan syarat dalam pendidikan
islam, melainkan nilai yang relative, yaitu nilai-nilai baik dan buruk dikaitkan dengan
pertimbangan kultur masyarakat yang sudah barang tentu kebenaran bergantung pada
tempat dan waktu, dan tentu nilai tersebut bersifat relative, sedangkan dalam
pendidikan islam nilai tersebut bersifat mutlak.
e. Pendidikan dalam Progressivisme

[Type text] Page 140


1) Tema
Aliran Progressivisme ini merupakan salah satu landasan filosofis yang
merupakan landasan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok yang
menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
a) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
b) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
c) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
e) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
f) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari mata pelajaran lain;
g) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
Contoh tematik ini seperti yang diterapkan pada kurikulum 2013 dan
pembelajaran KTSP 2006 dikelas rendah. Aliran Progressivisme berpandangan bahwa
pendidikan selalu dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis. Pendidikan
selalu siap untuk memodifikasi metode dan kebijakan ketika berhadapan dengan
berbagai pengetahuan baru dan perubahan lingkungan/masyarakat. Progressivisme
didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat pada siswa (child
center) bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatannya. Namun hal ini tidak
berarti bahwa siswa diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena belum
cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa memang banyak
berbuat dalam menentukan proses belajar, namun bukan sebagai penentu akhir. Siswa
membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru untuk melaksanakan aktivitasnya.

[Type text] Page 141


Menurut kaum progresiv, belajar bukan hanya sekedar penerimaan pengetahuan yang
diisikan oleh guru tetapi merupakan alat untuk mengatur pengalaman untuk
menangani situasi baru secara terus menerus dimana perubahan hidup merupakan
tantangan bagi manusia. Jadi, dalam proses belajar harus dapat memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
Contoh tematik pada kurikulum 2013 kelas I tema diriku, di sana kita dapat
melihat bahwa dalam buku pegangan guru, siswa dijadikan sebagai objek atau dengan
kata lain siswa lebih banyak difokuskan dalam proses pembelajaran, seperti sub tema
Ayo Mengamati dan Ayo Bertanya.

2) Tujuan
Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan keterampilan
dengan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang
berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Siswa diharapkan memiliki
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menentukan,
menganalisis dan memecahkan masalah.
Pendidikan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan.
Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang demokratis yang mampu mengemukakan pendapatnya sesuai
minat yang dimilikinya melalui pengalamannya.
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin diri.
Tujuan mkeseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat
bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja dan bekerja dengan otak dan
hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan
pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja
siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan
memiliki pengalaman memecahkan masalah.
Misalnya, anak SD diajarkan pertambahan yang berguna ketika mereka
berbelanja di pasar atau di toko, dengan belajar pertambahan anak tidak akan
tertipu dan dibodohi oleh penjual. Jadi, pengajaran hal baru bagi anak, yaitu
pertambahan berguna dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau

[Type text] Page 142


dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses
perubahan.
3) Peran Guru
Peran guru sebagai Penasihat, Pembimbing, dan Pemandu, daripada sebagai
Rujukan Otoriter (Tak Bisa Dibantah) dan Pengarah Ruang Kelas.
Posisi ini terkait dengan keprcayaan kalangan pragmatis akan perubahan terus
menerus dan pendapat kalangan progresif tentang sentralitas anak dalam
pendidikan. Guru tidak bisa sebagai rujukan dalam pengertian tradisional, yaitu
sebagai penyalur informasi esensial. Ini benar karena realitas utama eksistensi
manusia itu berubah, dan sebagai akibatnya seorang pun mengetahui bentuk masa
yang akan datang dan informasi esensial (baku tak berubah) yang dibutuhkan di
masa depan. Jadi, tidak bisa ada pengajaran otoritatif pun tentang serangkaian
terbatas pengetahuan esensial.
Pada sisi lain, guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih
banyak dibandingkan subjek didik. Hal inilah yang menempatkannya pada posisi
sebagai pemandu di wilayah yang pernah ia lalui, sebagai penasihat dalam
keadaan para subjek didik menemui jalan buntu, dan sebagai pengawal perjalanan
di lingkungan yang baru baginya dalam dunia yang berkembang dan berubah
terus menerus. Guru adalah orang yang mau belajar bersama pada subjek
didiknya sambil ia berupaya memanfaatkan energi dan keterkaitan langsung
mereka dalam keseriusan pengalaman belajar. Peran guru dilihat sebagai peran
membantu subjek didik belajar bagaimana belajar mandirisehingga ia akan
menjadi sosok orang dewasa yang mandiri dalam lingkungan yang berubah.

4) Peran Siswa
Proses belajar berpusat pada anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak
diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena ia belum cukup matang
untuk menentukan tujuan yang memadai. Anak memang banyak berbuat dalam
menentukan proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan
bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.
Pengalaman anak adalah rekonstruksi yang terus menerus dari keinginan dan
kepentingan pribadi. Mereka aktif bergerak untuk mendapatkan isi mata

[Type text] Page 143


pelajaran yang logis . Guru mempengaruhi siswa , tidak dengan menjejalkan
informasi kedalam kepala anaak , melainkan dengan pengawasan lingkungan dimana
pendidikan berlangsung. Pertumbuhn diartikan sebagai peningkatan intelegensi dalam
pengolaan hidup dan adaptasi yang intelegen (cerdas) terhadap lingkungan
Anak didik adalah subjek aktif bukan pasif , sekolah adalah dunian kecil
(miniature) dari masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik
pemecahan masalah , serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif
dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak (child-
centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri , mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
Pengajaran dikatakan efektif jikan mempertimbangkan anak secara
menyeluruh dan minat-minat serta kebutuhan-kebutuhannya dalam hubungannya
dengan bidang-bidang kognitif, afektif dan psikomotor.

[Type text] Page 144


Pengajaran pada pokoknya aktif , bukan pasif . pengajar/guru yang efektif
member siswa pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka belajar dengan
melakukan kegiatan.
Anak SD dituntut untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah yang diberikan
gurunya melalui latihan-latihan atau melalui pertanyaan. Anak diberikan kebebasan
untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya.
5) Metode
Metode problem solving dan metode proyek telah dirintis oleh John Dewey
(1859-1952) dan dikembangkan oleh W.H Kilpatrick. John Dewey telah
mengemukakan dan menerapkan metode problem solving ke dalam proses pendidikan
, melakukan inovasi dari bentuk pengajaran tradisional di mana ada verbalisme
pendidikan . disini , anak didik dituntut untuk depat mengfungsikan akal dan
kecerdasannya dengan jalan dihadapkan pada materi-materi pelajaran yang
menantang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut
depat berpikir ilmiah seperti menganalisis , melakukan hipotesis dan
menyimpulkannya dan penekanannya terletak pada kemampuan intelektualnya.
Pengajaran dengan program unit akan meniadakan batas-batas antara pelajaran

Yang satu dengan pelajaran yang lain dan akan lebih menumpuk semangat demokrasi
pendidikan (Suparian , 1988: 143).
W.H Kilpatrick (Muzayyin Arifin, 1987: 93) mengatakan , suatu kurikulum
yang dianggap baik didasarkan atas tiga prinsip. Pertama , meningkatkan kualitas
hidup anak didik pada tiap jenjang. Kedua , menjadikan kehidupan actual anak ke
arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan menyuluruh. Ketiga,
mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai uji coba atas keberhasilan sekolah
sehingga kemampuan anak didik dapat berkembang secara actual dan aktif memikirka
hal-hal baru yang baik untuk diamalkan, dipertimbangkan secara matang dan
bijaksana.
Dari penjelasan W.H Kilpatrick diatas , ada beberapa hal yang perlu
diungkapkan . Pertama , kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak
didik sesuai dengan jenjang pendidikan. Kedua, kurikulum yang dapat membina dan
mengambangkan potensi anak didik. Ketiga, kurikulum yang sanggup mengubah

[Type text] Page 145


perilaku anak didik menjadi kreatif , adaptif , dan mandiri. Keempat, kurikulum
berbagai macam bidang studi itu bersifat fleksibel.
Melalui proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat
integrated kurikulum (masalah-masalah dalam masyarakat disusun terintegritasi )
dengan metode pendididkan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode
problem solving (pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju (progress)
mempunyai kecakapan praktis dan dapat memecahkan problem social sehari-hari
dengan baik .
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme
diantaranya adalah :
a. Metode pendidikan aktif , pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan
dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada
setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya ;
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri,
sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya
memperlanacar berlangsung kegiatan belajar tersebut;
c. Metode penelitian ilmiah , pendidikan progresif merintis digunakannya metode
penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep;

d. Pemerintahan pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar


dalam kehidupan sekolah dalam rangka mendemokratisasi dalam kehidupan sekolah;
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, pendidikan Progresif mengupayakan adanya
kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspersikan secara ilmiah semua minat dan
kegiatan yan diperlukan anak;
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat
pengembangan gagasan baru pendidikan.

Jadi , anak didik dituntut untuk dapat memecahkan sebuah masalah yang
diberikan oleh guru . hal ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan yang
diberikan guru kepada anak SD , tapi juga sesuai dengan tingkatannya. Anak kelas
rendah , hendaknya diberikan latihan-latihan yang cenderung mudah, anak kelas
tinggi , diberi latihan yang mulai sedikit sulit.

[Type text] Page 146


6) Kurikulum
Selain kemajuan , lingkungan dan pengalaman mendaoatkan perhatian yang
cukup dari progresivisme. Untuk itu, filsafat progresivisme menunjukkan dengan
konsep dasarnya sejenis kurikulum yang program pengajarannya dapat
mempengaruhi anak belajar secara edukatif , baik di lingkungan sekolah maupun
di luar. Dalam hal ini , tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurikulum
yang baik pula (Imam Barnadib, 1992: 29)
Menurut Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, sekolah yang baik itu
adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para siswanya selama belajar.
Maksudnya , sekolah harus mampu membantu dan menolong siswa untuk tumbuh
dan berkembang serta member keleluasaan tempat para siswa dalam
mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan tanggung jawab
kepala sekolah . kurikulum dikatakan baik apabila barsifat fleksibel dan
eksperimental serta memiliki keuntungan-keuntungan untuk diperiksa setiap saat
(Iskandar & Usman, 1988 : 68)
Sikap progresivisme , memandang segala sesuatu berasaskan fleksibelitas dan
dinamis, yang tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai

pengalaman yang edukatif , bersifat ekspiremental, dan adanya rencana dan


susunan yang teratur .
penjelasan diatas dapat dianalis bahwa falsafat progresivisme menghendaki
sekolah yang memiliki kurikulum yang bersifat fleksibel (tidak kaku, tidak
menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka.
Dengan berpijak pada prinsip tersebut, maka kurikulum dapat direvisi dan
dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat.
Pendidikan dilaksanakan disekolah dengan anggapan bahwa sekolah dipercaya
oleh masyarakat untuk membenatu perkembangan pribadi anak. Faktor anak
merupakan faktor yang cukup penting , karena sekolah didirakan untuk anak.
Karena itu, hak pribadi anak perlu diutamakan , bukan diciptakan sekehendak
yang mendidiknya. Dengan kata lain , anak hekdaknya deijadikan subjek
pendidikan, bukan sebagai objek pendidikan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut , filsafat progresivisme menghendaki
jenis kurikulum yang bersifat luwes dan terbuka . jadi , kurikulum itu bisa diubah

[Type text] Page 147


dan dibentuk sesuai dengan zaman. Karena sekolah didirikan untuk mendidik anak
dan masyarakat, maka kurikulum edukatifnya harus dapat memenuhi dan
mewadahi aspirasi anak, orang tua, dan masyarakat. Sifat kurikulumnya adalah
bersifat eksperimental atau tipe core curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman (kurikulum eksperimental) yang
didasarkan atas kehidupan manusia dalam berinteraksi lingkungan yang kompleks.
Untuk itu, ia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan demi
kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan saja,
melainkan juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh karena itu, manusia harus
belajar dari pengalaman.
Pengalaman-pengalaman itu diperoleh sebagi akibat dari belajar. Anak didik
yang belajar di sekolah akan mendapatkan pengalaman-pengalaman dari
lingkungan disekolah. Untuk kemudian, pengalaman-pengalaman itu dapat
diterapkan sesuai dengan kebutuhan umum (masyarakat sekitar). Progresivisme
tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, tetapi harus
terintegrasi dalam unit. Dengan demikian , core curriculum mengandung cirri-ciri
integrated curriculum , dengan mengutamakan metode problem solving
(Zuhairani, 1991: 24)

Dengan adanya mata pelajaran yang terintegritasi dalam unit dilakukan anak
dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan berlandaskan sekolah sambil
berbuat inilah praktik kerja di laboratorium , di bengkel , di kebun (lapangan)
merupakan kegiatan belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning
by doing. Dalam hal ini, filsafat progresivisme ingin membentuk keluarga (output)
yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan
yang langsung dapat diterapkan dai masyarakat luas.

Jadi tentulah, tematik merupakan kurikulum yang cocok. Bagi anak SD


tematik ini membantu perkembangan fisiknya maupun psikisnya yang dapat
menjangkau aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pelajaran tematik
menambah minat siswa untuk dapat mencari dan mengembangkan minat dan
bakatnya, sehingga mereka bisa lebih aktif dalam pelajaran. Kurikulum ini lebih

[Type text] Page 148


cocok untuk anak SD kelas rendah.

D. Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul
pada zaman renaissance dengan cirri-ciri utama yang berbeda dengan
progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada
pendidikan yang penuh fleksibelitas, dimana serta terbuka untuk perubahan,
toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya
yang utama pada dirinya masing-masing.

1. Ciri-ciri aliran Esensialisme


Menurut William C. Bagley cirri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah
sebagai berikut :
a. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari
dalam diri siswa.

b. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat


dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus
pada psesies manusia.

[Type text] Page 149


c. Oleh karena kemampuan untuk kedisiplinan diri harus menjadi
tujuan pedidiakan.
d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat
tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
memberikan sebuah teori lema

2. Prinsip-prinsip pendidikan aliran Esensialisme


Prinsip-prinsip pendidikan aliran Esensialisme antara lain :
a. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat
menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip
disiplin
b. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan
pada anak didik.
c. Inti dari proses pendiidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang
telah ditentukan.

3. Pemikiran Esensialisme dalam Pendidikan


Menurut aliran asensialisme, dalam Redja Mudyaharjo (2010: 160 )
mengemukakan bahwa Nilai-nilai yang terpandang sebagai warisan
budaya/sosial terbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan
bersusah payah selama beratus-ratus tahun dan di dalamnya berakar
gagasan dan coiita-cita dalam keluhuran waktu Artinya aliran ini
memandang mengenai nilai-nilai yang luhur yang merupakan warisan
dari budaya terdahulu, serta nilai-nilai tersebut harus dipertahankan sebab
telah teruji keluhuran/kebaikan nilainya. Memang dalam kehidupan nilai-
nilai warisan budaya terdahulu tidak serta merta dihapus semua karena
sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini, namun ada
nilai-nilai dari warisan budaya yang harus dipertahankan sebab hal itu
juga termasuk kebanggaan dalam masyarakat tersebut dan menjadi

[Type text] Page 150


identitas bagi suatu masyarakat, bahkan menjadi suatu kearifan lokal. Hal
tersebut juga didukung oleh aliran filsafat pendidikan esensialisme yang
beranggapan bahwa manusia perlu kembali pada kebudayaan lama, hal
ini karena kebudayaan lama itu telah banyak membuktikan kebaikan-
kebaikannya untuk manusia (Muhmidayeli, 2011: 167), jadi filsafat
pendidikan esensialisme ini menekankan bahwa pendidikan perlu
dibangun dengan nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. Dengan hal ini
arus globalisasi yang kuat diharapkan manusia indonesia tidak kehilangan
jati dirinya sebagai manusia indonesia yang benar-benar mencintai
budayanya.

A. Landasan Filosofis Esensialisme


Aliran ini memandang bahwa manusia selalu bergerak dan
berkembang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum natural yang
bersifat universal. Hukum universallah yang mengatur keseluruhan
makrokosmos yang meliputi benda-benda, energi, ruang dan waktu
bahkan pikiran manusia (Muhmidayeli, 2011: 168). Artinya manusia
dipandang baik jika mematuhi nilai-nilai/hukum tersebut. Pemikiran
tersebut dipengaruhi oleh filsafat idealisme. Kemudian esensialisme yang
juga memandang bahwa manusia memperoleh ilmu pengetahuan karena
menggunakan pancainderanya dalam menanggapi realitas yang ada.
Manusia menggunakan pancainderanya dalam memperoleh pemahamam
pada keadaan lingkungannya, atau berinteraksi dengan lingkungan
sehingga terbangun pemahamannya mengenai lingkungan sekitarnya.
Dengan pemahaman tersebut manusia dapat membangun pengetahuan-
pengatahuan sehingga timbuk ide baru untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Jadi aliran esensialisme berpendapat bahwa
sumber pengetahuan terletak pada kesadaran jiwa terhadap alam semesta
dan menggunakan kemampuan indrawinya dalam memahami lingkungan

[Type text] Page 151


serta mengolah informasi-informasi yang didapat melalui kemampuan
indrawinya.

Aliran ini juga memandang mengenai hakikat manusia tentang


makna pendidikan, yaitu anak/peserta didik harus menggunakan
kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa/pendidik untuk
membantu dirinya dalam sebelum dirinya dapat mendisiplinkan dirinya
(Redja Mudyahardjo, 2010: 162). Artinya seorang peserta didik
membutuhkan bantuan dari pendidik agar hidupnya lebih terarah dan
teratur, sebab peserta didik juga termasuk mahluk sosial, dan semua
manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial yang memutuhkan
bantuan orang lain. Maka dalam hal i i diperlukan pendidik yang
berkompetensi dalam hal ini tersebut agar anak didiknya benar-benar
mampu mengoptimalkan potensi dirinya dan mengarah dirinya ketatanan
hidup yang baik.

Kemudian dalam (Redja mudyahardjo, 2010: 162) generasi muda


perlu belajar untuk mengembangkan dirinya setinggi-tingginya dan
kesejahteraan sosial. Generasi muda merupakan pewaris generasi
sebelumnya, nasib suatu peradaban juga terletak pada kualitas dari
genersi mudanya, mereka generasi muda memang harus mengoptimalkan
potensi dirinya, tentu mengoptimalkan/mengembangkan disini dalam arti
positif. Mengembangkan tidak hanya bersifat intelektual belaka, namun
juga melibatkan sikap mental. Jadi jika manusia dapat mengelola
pikirannya, mental dan sikapnya ke arah yang lebih baik sehingga
hidupnya menjadi bermakna dan tentram maka manusia tersebut
dianggap sejahtera. Menurut apa yang dipelajari oleh penulis, makna
kesejahteraan sosial tidak diukur oleh kekayaan tetapi penulis
memandang kesejahteraan itu diukur apabila manusia dapat mengelola

[Type text] Page 152


jiwa dan akalnya dengan baik sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.
Sebab belum tentu orang yang berharta memiliki ketenangan hati.

4. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme


a. Desiderius Eranus, belanda (abad 15/16) berusaha agar kurikulum
sekolah bersifat humaris dan internasional, sehingga bisa mencakup
lapisan menengah dan kaum aristokrat.
b. Johan Amos Comenius (1592-1670), berpendapat bahwa pendidikan
mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan
karena pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
c. John Locke inggris (1746-1827) berpendapat bahwa pendidikan
hendaknya sekala dengan situasi dan kondisi.
d. Johann Henrich Pestalozzi (1827-1946), percaya bahwa sifat alam itu
tercermin pada manusia dan manusia juga mempunyai hubungan
transendental langsung dengan Tuhannya.
e. Johan Freidrich Frobel (1782-1852), berkeyakinan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini
sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
alam.
f. G.W. Leibniz, ia merumuskan bahwa semua kejadian dan fakta itu
saling berhubungan dan merupakan sistem yang harmonis, dan sistem
ini telah ada sebagai pembawaan alam semesta itu sendiri. Teori ini
juga dijelaskan dengan adanya pengertian modern.
g. Immanuel kant, tokoh ini sampai kepada pengakuan bahwa ilmu itu
mengandung kebenaran dan budi manusia dapat mencapai kebenaran
tersebut. Menurutnya pengetahuan dapat dipaparkan dengan putusan,
dan putusan adalah merupakan rangkaian pengertian subjek dan
predikat.

[Type text] Page 153


h. O.W.F. Hegel, berpendapat bahwa ia mencari yang mutlak dari yang
tidak mutlak. Dikatakan bahwa yang mutlak itu roh (jiwa) yang
menjelma pada alam, maka sadarlah ia akan dirinya. Roh mempunyai
inti yang disebut idea atau berfikir.
i. Arthur Schopenhaner, ia berkesimpulan bahwa hidup ini penuh
dengan kemurungan, yaitu tiada kepuasan atas terwujudnya kemauan
sepanjang hayat manusia. Ia juga berpendapat bahwa voluntas
(kehendak) adalah montor (bagi manusia) untuk mencapai tempat
atau kedudukan penting.
j. Thomas Hobbes, berpendapat bahwa pengetahuan yang benar adalah
yang dapat dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak dapat
mengatasi (melampaui) pengindraan. Persentuhan dunia luar dengan
indera, jadi bersifat empiric, menjadi pangkal dan sumber
pengetahuan.
k. Davic Hume, mengemukakan analisa mengenai pengetahuan dan
subtansi. Pengetahuan adalah sejumlah pengalaman yang tumbuh silih
berganti. Masing-masing pengalaman itu mengadakan impresi
tertentu bagi yang menghayati subtansi itu sebenarnya tidak ada,
karena sebenarnya adalah perulangan pengalaman yang tadi.
l. Francis Bacon, tokoh utama inggris yang lain ini adalah pemegang
canang ilmu pengetahuan modern. Dalam bukkunya yang berjudul
Novum Organum, bacon mengatakan bahwa, menurut pandangan dan
kesimpulannya pada masa lampau dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan ini manusia baru sedikit hubungannya dengan dunil luar.
Padahal dunia luar adalah realita yang sesungguhnya.

5. Pandangan-Pandangan Aliran Esensialisme


a. Pandangan mengenai realita

[Type text] Page 154


Sifat yang menonjol dari ontology esensialisme adalah suatu
konsesi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang
mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa
bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak cita-cita manusia haruslah
disesuaikan dengan tata tersebut. Di bawah ini adalah uraian mengenai
penjabarannya menurut realisme dan idealisme:
1) Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif,
karena mempunyai cara pandang yang sistem matis mengenai alam
serta tempat manusia di dalamnya.
2) Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih
optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud
dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat
menyelurh yang boleh dikatakan meliiputi segala sesuatu, dengan
landasan pikiran dengan totalitas dalam alam semesta ini pada
hakekatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu
pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.

b. Pandangan mengenai pengetahuan


Pada kaca mata realisme, masalah pengetahuan ini, manusia adalah
sasaran pandangan dengan penelaahan bahwa manusia perlu dipandang
sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang mekanistik
evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai
pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah
makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul
dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
Bersendikan prinsip di atas dapatlah dimengerti bahwa realisme
memperhatikan berbagai pandangan dari aliran psikologi asosianisme,
behaviorisme dan koneksionisme. Dengan memperhatikan tiga aliran ini,
yang pada dasarnya mencerminkan adanya penerapan metode-metode

[Type text] Page 155


yang lazim untuk ilmu pengetahuan kodrat, realisme menunjukkan sikap
lebih maju mengenai masalah pengetahuan ini dibanding dengan
idealisme.

c. Pandangan mengenai nilai


Menurut realisme kwalitas nilai tidak dapat ditentukan secara
konseptual terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau
bagaimana keadaannya bila dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya
akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut.
Teoro lain yang timbul dari realisme disebut determinisme etis.
Dikatakan bahwa semua yang ada dalam amal ini termasuk manusia
mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab-akibat. Realisme
berdasarkan atas keturunan dan lingkungan. Nilai keindahan adalah suatu
kenikmatan yang dihasilkan dalam pengalaman bila kognisi dan perasaan
bercampur atau saling berpengaruh. Yang dimaksud dengan kognisi disini
adalah persoalan persepsi sebagaimana dihubungkan dengan kenikmatan
keindahan. Kenikmatan seseorang mengenai keindahan itu merupakan
perpaduan antara pengalaman, persepsi, dan perasaan.

6. idikanPandangan Esensialisme Terhadap Pendidikan


Bagi penganut esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk
memellihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa pendidikan harus
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan terseebut telah teruji dalam
segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang
mampu mengemban hari, kini dan masa depan umat manusia.

a. Tujuan pendidikan

[Type text] Page 156


Pendidikan bertujuan menyampaikan kebudayaan dan sejarah
melalui inti pengetahuan yang telah terhimpun dan bertahan sepanjang
waktu dengan demikian berharga untuk semua orang. Jadi, yang
dimaksud disini adalah nilai-nilai budaya pilihan yang telah teruji dari
waktu ke waktu (Redja Mudyahardjo,2010: 162). Dengan demikian arah
dan tujuan pendidikan menjadi lebih jelas. Sebab aliran ini merupakan
suatu kritik terhadap aliran progresivisme yang memandang pendidikan
yang fleksibel, sehingga bisa saja tidak memiliki pondasi yang
kuat/kukuh serta arah pendidikan yang belum jelas. Kemudian tujuan
pendidikan menurut aliran esensialisme diikuti oleh keterampilan, sikap,
nilai-nilai yang tepat agar membentuk unsur pendidikan yang tepat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai-nilai yang diterapkan
berupa nilai-nilai pilihan yang telah teruji kabaikannya dari waktu ke
waktu.

b. Metode pendidikan
Pendidikan berpusat pada pendidik (Redja Mudyahardjo,
2010:163), dalam hal ini sebenarnya lebih cocok/tepat pada pedagogik,
tidak semua pendidikan yang terencana cocok menerapkan konsep
pendidikan yang terpusat pada guru. Dalam konsep andragogik peserta
didik dianggap sebagai pusat belajar. Dalam aliran ini memandang bahwa
peserta didik belum mampu mengidentifikasikan kebutuhannya sendiri
maka dalam belajar peserta didik harus dituntun dan diarahkan secara
tegas. Kemudian metode utamanya adalah latihan mental, misalnya
peserta didik diasah dengan tugas, diskusi, penguasaan

[Type text] Page 157


Materi (Redja Mudyahardjo, 2010: 163). Dengan ini peserta didik diharapkan dapat
mengumpulkan ilmunya dan mengkontruksi ilmunya sehingga terbentuk suatu
gagasan-gagasan untuk bertahan serta menyesuaikan diri di lingkungannya.
c. Kurikulum

Kurikulum di Sekolah Dasar harus memperhatikan pada tiga kemampuan


dasar (membaca, menulis, dan berhitung). Aliran ini menghendaki agar proses
pendidikan berjalan efektif dengan memberikan pelajaran yang pokok (Dwi Siswoyo
dkk, 2011: 11-12). Memberikan pelajaran yang pokok-pokok maksudnya pelajaran
yang diberikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan peradaban yang ada. Kemudian
Redja Mudyaharjo dan Waini Rasyidin dalam (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 12)
mengemukaka bahwa aliran esensialisme menerapkan evaluasi dengan pendektan
penilaian acuan (PAP) dan menganut belajar tuntas. Belajar disini ditargetkan untuk
mencapai standar yang tinggi.
d. Peserta didik

Peserta didik adalah makhluk rasional dalam penguasaan fakta dan


keterampilan-keterampilan pokok yang siap siaga melakukan latihan-latihan intelektif
(Redja Mudyahardjo, 2010:164). Peserta didik disini merupakan objek dari
pendidikan sifatnya menerima apa yang diajar oleh pendidik, sebab peserta didik
dianggap belum mampu mengindentifikasikan dirinya.

[Type text] Page 158


e. Pendidik

Peranan pendidik kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan


peserta didik dalam proses belajar (Redja Mudyahardjo, 2010: 164). Pedidik berperan
sebagai mediator antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak.
Maka pendidik harus disiapkan agar mampu melaksanakan peranannya sebagai
pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang yang berakhlak
baik yang dapat dipercaya, sebab pendidik merupakan contoh dalam pengaawalan
nilai-nilai (Redja Mudyahardjo). Dengan demikian inisiatif dalam pendidikan
ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik.
7. Potret Guru Ensensialis

Pak Samuel guru matematika di salah satu SD di suatu blok miskin di daerah kota.
Sebelum datang ke sekolah itu enm tahun yang lalu ia mengajar di sekolah daerah
pedesaan. Ia dikenal di lingkungan sekolahnya dinilai sebagai guru pekerja keras dan
berdedikasi. Komitmennya pada anak-anak secra khusus Nampak ketika ia berbicara
mengenai mempersiapkan anak-anak nya untuk kehidupan di SMP sampai luar
sekolah.
Pak Samuel di sekolahnya telah dikenal tidak menyetujui metode-metode yang
digunakan oleh sebagian guru yang lebih mudan dan berorientasi humanistic.
Misalnya, ia secara terbukan dan kritis (pada rapat guru) terhadap kecendrungan
sebagian guru yang membiarkan para siswa melakukan hal sendiri dan menghabiskan
waktu mengungkapkan perasaan mereka.
Para siswa telah menerima pendekatan Pak Samuel pada pengajaran tanpa omong
kosong. Dengan beberapa pengecualian, kelasnya secara tertib berjalan seperti bisnis.
Masing-masing priode kelas mengikuti rutinitas standar. Para siswa memasuki
ruangan dengan tenang dan duduk dengan sedikit sekali tindakan bodoh dan main-
main yang menandai aawal dari banyak kelas lainnya disekolah. Sepertihalnya aturan
bisnis pertama, pekerjaan rumah sebelumnya dikembalikan dan dibahas. Selanjutnya,
Pak Samuel mempresentasikan pelajaran hari itu, biasanya penjelasan berlangsung
selama lima belas menit sampai dua puluh menit, tentang bagaimana memecahkan
satu jenis persoalan matematika tertentu. Selama pengajaran dalam kelompok besar,
Pak Samuel juga banyak menggunakan papan tulis, transparasi overhead, dan
beragam alat manipulative seperti sempoa besar dan balok-balok berwarna yang
memiliki bentuk dan ukuran berbeda.

[Type text] Page 159


8. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Esensialisme

Kelebihan:
a. Esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung parenialisme bahwa subject matter yang benar
adalah realitas abadi yang disajkan dalam buku-buku besar dari peradaban barat.
Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri melainkan
untuk hubungan denga kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini;
b. Ensensialis berpendapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat diubah dalam kehiduan soasial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam
sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakan secara
terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan intelegensi manusia yag
mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara bertinak,
organisasi, dan fungsi social,.

Kelemahan:
a. Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengarusi taua menetapkan kebijakan-
kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada
pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan
kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka
berpedoman pada fisafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan
mmandang seni dan imu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA
dan Teknik serta Kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar penting yang
perlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominans sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang
yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan pengawasan guru.
Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa.

E. Rekonstruksionisme
1. Latar Belakang Rekonstruktusionisme

[Type text] Page 160


Kata rekonstruktusionisme berasal dari bahasa inggris: Rekonstruct yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bertolak modern. Aliran rekonstruksionisme pada pronsipnya sepaham dengan
aliran parennialisme yang berawal dari krisis kebudayaan modern. Kedua
aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupaka zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingunga, dan
kesimpang siuran. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki aliran ini,
tidaklah sama. Dengan prinsip yang dipegang oleh aliran parennialisme. Aliran
parennialisme memiliki cara tersendiri, yakni dengan kembali kealam
kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling ideal.
Sementara itu, aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan
berupaya membina suatu consensus yang paaling luas dan mengenai tujuan
pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, rekonstruksionisme berpaya mencapai kesepakatan antar sesama
manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan
seluruh lingkungannya. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam
pandangan rekonstruksionisme. Maka merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hiudp kebudayaan yang baru. Untuk tujuann
tersebut, diperlukan kerja sama antar manusia. Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat
manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang
sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan
nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang
akan datang, seakan terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Disamping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintahkan oleh rakyat cara
demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu, cita-cita
demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan
menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan,
kesejahteraan, dan kemakmuran serta keaman masyarakat tanpa membedakan
warna kulit, keturunan,nasionalisme,agama (kepercayaan) dalam masyarakat
bersangkutan.

[Type text] Page 161


2. Tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme

Aliran rekonstruksionisme diplopori oleh Georgi Count dan Harold Rugg


pada tahun 1930, mereka ingin membangun masyarakat baru, pantas dan adil.
Ide gagasan mereka secara meluas dipengaruhi oleh pemikiran progresif
Dewey dan ini menjelaskan mengapa aliran rekonstruksionisme memiliki
landasan filsafat pragmatism. Meskipun mereka banyak terinspirasi pemikiran
Theodore Brameld, khususnya dengan beberapa karya filsafat pendidikannya.
Mulai dari Pattern Of Educational Philosophy (1950), Toward Reconstructed
Philosophy Of Education (1956), dan Education Of Power (1965). Beberapa
tokoh-tokoh dalam aliran ini yaitu : Caroline Pratt, Georgie Count, Harold
Rugg.
3. Pandangan-Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya di
Bidang Pendidikan

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia


merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu
pembinaan kembali gaya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina
kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang
benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan mendatang sehingga
terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan
suatu dunia yang diatur, diperintahkan oleh rakyat secara demokratis dan
bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan
suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas
kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan ) dan
masyarakat bersangkutan.
George Count sebagai pelopor rekostruksionisme dalam publikasinya Dare
The School Build A New Social Order mengemukakan bahwa seolah akan
betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru
secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). Masyarakat yang menderita
kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan
tantangan bagi pendidik untuk menjalankan peranannya hanya
mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan dan

[Type text] Page 162


masalah-masalah yang terpendam didalamnya.
Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para
petani, dan kelompok minoritas ntuk mengadakan perubahan-perubahan yang
diperlukan. Count mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan
teori kesejahteraan social dan mengatakan sekolah dnegan pendekatan Child
Centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam
abad dua puluh. ;
a. Pandangan tentang aliran rekonstruksionisme tentang ontologi

Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.
Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang
mana realita itu ada dimana dan sama di setiap tempat. Untuk mengerti suatu realita
beranjak dari suatu yang konkrit dan menuju ke arah yang khusus menampakkan diri
dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap oleh
panca indra manusia seperti hewan dan tumbuhan atau benda lain disekeliling kita,
dan realita yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain
substansi yang dipunyai dan tiap-tiap benda tersebut, dan dapat dilihat melalui akal
pikiran.
Kemudian, tiap realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan berkembang
dari potensialitas menuju aktualitas (teknologi).Dengan demikian gerakan tersebut

[Type text] Page 163


mencakup tujuan dan terarah guna mencapai tujuan masing-masing dengan caranya
sendiri dan diakui bahwa tiap realita memiliki perspektif tersendiri.
b. Pandangan Tentang Aliran Rekonstrukionisme Secara Epistimologis
Kajian epistimologis aliran ini lebih merunjuk pada pendapat aliran pragmatisme
(progressive) dan perenialisme. Berpijak dari pola pemikiran bahwa tidak mungkin
memahami realita ini tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih
dahulu melalui penemuan suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik akal
maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca
indera menjadi pengetahuan dalam yang sesungguhnya.
Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan
self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya.
Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu
sendiri. Sebagai ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain atas
eksistensi Tuhan ( self evidence). Kajian tentang kebenaran itu diperlukan suatu pemikiran,
metode yang diperlukan guna menuntun agar sampai kepada pemikiran yang
hakiki.Penalaran-penalaran memiliki hukum-hukum tersendiri agar dijadikan pegangan kea
rah penemuan definisi atau pengertian yang logis.
Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal
pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence), dengan jalan pemikirannya adalah
silogisme. Silogisme menunjukkan hubungan logis antara premis mayor, premis minor dan
kesimpulan (condusion), dengan memakai cara pengambilan kesimpulan deduktif dan
induktif.
c. Pandangan Tentang Aliran Rekonstrukionisme Secara Teologi

Aliran rekontruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas


supernaturalyakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan
prinsip nilai teologi. Hakikat manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang
berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran
dan keburukan dapat diketahuinya.Kemudian, manusia sebagai subyek telah memiliki
potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan
tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal
mempunyai peran untuk member penentuan.
4. Prinsip-Prinsip Aliran Rekonstruksionisme
a. Masyarakat dunia sedang dalam kondisi krisis, jika praktik-praktik yang ada sekarang
tidak dibalik, maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami kehancuran.
Persoalan-persoalan tentang kependudukan, sumber daya alam yang terbatas,

[Type text] Page 164


kesengajaan global dalam distribusi (penyebaran) kekayaan, poliferasi nuklir, rasisme,
nasionalisme sempit, dan penggunaan teknologi yang sembrono dan tidak bertanggung
jawab telah mengancam dunia kita sekarang dan akan memusnahkannya jika tidak
dikoreksi segara mungkin. Persoalan-persoalan tersebut menurut kalangan
rekonstruksionim, berjalan seiring dengan tantangan totalitarisme modern, yakni
hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas dan meningkatkan kedunguan
fungsional penduduk dunia. Singkatnya, dunia sedang menghadapi persoalan-persoalan
sosial, militer, dan ekonomi pada skala yang terbayangkan. Persoalan-persoalan yang
dihadapi tersebut sudah sedemikian beratnya sehingga tidap dapat lagi diabaikan.
b. Solusi efektif satu-satunya bagi persoalan-persoalan dunia kita adalah penciptaan sosial
yang menjagat.
Kerjasama dari semua bangasa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang
berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya
alamnya.Era teknologi telah memunculkan saling ketergantungan dunia di samping juga
kemajuan-kemajuan di bidang sains. Di sisi lain, kita sedang didera kesenjangan budaya
dalam beradaptasi dengan tantanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di ruang angkasa
dengan sebuah sistem nilai dan mentalitas politik yang dianut diera kuda dan andong.Menurut
rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia yang mana
kemampuan teknologinya dapat membinasakan kebutuhan-kebutuhan material semua
orang.Dalam masyarakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena komunitas
internasional secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan dan mengupayakan
kekayaan material menuju ke tingkat dimana kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap
paling penting.Dunia semasa itu, orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang
lebih baik (secara material) sebagai tujuan akhir.
c. Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tantanan sosial.
Sekolah-sekolah yang merefleksikan nilai-nilai sosial dominan, menurut
rekonstruksionisme hanya akan mengalihkan penyakit-penyakit politik, sosial, dan ekonomi
yang sekarang ini mendera umat manusia. Sekolah dapat dan harus mengubah secara
mendasar peran tradisonalnya dan menjadi sumber inovasi baru.Tugas mengubah peran
pendidikan amatlah urgen, karena kenyataan bahwa manusia sekarang mempunyai
kemampuan memusnahkan diri.Kalangan rekonstruksionis di satu sisi tidak memandang
sekolah sebagai memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial seorang diri. Di sisi
lain, mereka melihat sekolah sebagai agen kekuatan utama yang menyentuh kehidupan
seluruh masyarakat, karena ia menyantuni anak-anak didik selama usia mereka yang paling
peka. Dengan demikian, ia dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem
sosial dan agitator utama perubahan sosial.

[Type text] Page 165


d. Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang
bertumpu pada kecerdasan asali jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan
solusi yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia.
Dalam pandangan kalanganrekonstruksionisme, demokrasi adalah sistem politik yang
terbaik karena sebuah keharusan bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu digunakan di
ruangan kelas setelah para peserta didik diarahkan kepada kesempatan-kesempatan untuk
memilih di antara keragaman pilihan-pilihan ekonoi, politik, dan sosial.
Brameld mengunakan istilah pemihakan defensive untuk mengungkapkan posisi
(pendapat) guru dalam hubungannya dengan item-item kurikuler yang controversial. Dalam
menyikapi ini, guru membolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan yang tidak setuju
dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternative sejujur mungkin. Di
sisi lain, guru harus berupaya agar pendirian-pendiriannya diterima dalam skala seluas
mungkin. Tampaknya telah diasumsikan oleh kalangan rekonstruksionis bahwa persoalan-
persoalan itu sedemikian clear-cut (jelas-tegas) sehingga sebagian besar akan setuju terhadap
persoalan-persoalan dan solusi-solusi jika dialog bebas dan demokratis diizinkan.
e. Jika pendidikan formal adalah bagian yang tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis
dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengerjakan perubahan sosial.
5. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a) Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomidan politik dalam masyarakat.
Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan insinyur-insinyur
sosial, warga-warga Negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah
masyarakat masa kini.
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta
didik tentang masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan ysng
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

b) Metode pendidikan
Analisi kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
programatik untuk perbaikan.Dengan demikian mengunakan metode pemecahan masalah,
analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
c) Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masayarakat masa depan.

[Type text] Page 166


Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi
umat manusia, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
d) Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun
masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang
diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e) Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat
manusia. Membantu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka
merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menyadari masalah-masalah yang
dihadapi umat manusia, membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan.
Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
(1) Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan
tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan
yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern
(2) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber
dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
(3) Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
(4) Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara
bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis.
(5) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhanyang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,
dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita
untuk menemukan nilai-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai
itu bersifat universal.
(6) Meninjau kembali penyusunan kurikulu, isi pelajaran, metode yang dipakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

[Type text] Page 167


III. Filsafat pendidikan pancasila
Ajaran filsafat mempunyai status tinggi dalam kebudayaan manusia, yakni sebagai
idelogi bangsa dan Negara dan selanjutnya menjadi eksistensi suatu bangsa untuk
menjaga eksistensis, maka diwariskan nilai-nilai itu pada generasi selanjutnya dengan
transfer nilai yang efektif melalui pendidikan untuk menjamin kebenaran dan
efektifnya proses pendidikan maka dibutuhkan landasan filosofis dan ilmiah sebagai
asas normative dan pedoman pelaksanaan pembinaan yang berhasil atau tidaknya
pendidikan berpengaruh terhadap prestasi suatu bangsa bahkan tingkat sosio-budaya
mereka. Kedudukan filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1. Landasan ilmiah,bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis
2. Landasan filosofis, menjiwai seluruh kebijaksanaan dalam pelaksanaan pendidikan
dan dapat menjawab persoalan pendidikan.

Adapun contoh dalam aplikasi di kehidupan nyata yang bersumber dari ajaran
filsafat yaitu, kehidupan social, politik, ekonomi ,pendidikan dan kebudayaan.
A. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa

Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan agar


mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa. Pancasila yang dimaksud tersebut
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabaran sebanyak 36
butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
Bukti pengalaman pancasila yang dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa

[Type text] Page 168


menurut Muhammad noor syam (1983:346),nilai-nilai dasar salam sosio buadaya
Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya yang bersifat masih berupa
kebudayaan, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana
2. Kesadaraan kekeluargaan,dimna cinta dan keluarga sevgai dasar dan kodrat
terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama
4. Kesadaran gotong royong dan tolong menolong
5. Kesadaran tenggang rasa atau tepo seliro, sebgai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.

Itulah yang termasuk dalam pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu


pada dasar nya masyarakat Indonesia telah melaksanakan pancasila, walaupun
sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu
pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.
B. Pancasila sebagai filsafat pendidikan nasional
Jika pendidikan suatu bangsa aan otomatis mengikuti ideology bangsa yang dianut,
karena system pendidikan nasional Indonesia dijiwi,didasari dan mencerminkan identitas
pancasila. Sementara cita dankasra bangsa kita,tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat
Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai
pancasila. Cita dan kasra itu dilembagakan dalam system pendidikan nasuinal yang bertumpu
dan dijiwai suatu keyakinan, dan pandangan hidup pancasila. Inilah alas an filsafat pendidikan
pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan pancasila adalah
subsistem dari system Negara pancasila. Dengan kata lain, system Negara pancasila wajar
tercermin dan dilksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.
Dengan demikian,jelaslah tidak mungkin system pendidikan nasional dijiwai dan
didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan
pendidikan nasional yang termuat dalam UU No.2 tahun 1989 dan UU No.20 tahun 2003
tentang system pendidikan nasional, yakni : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan,keterampilan ,kesehatan jasmani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta
bertanggung jawab kemsyarakatan.

[Type text] Page 169


C. Hubungan pancasila dengn system pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia dimana fungsi utamanya sebagai pandangan
hidup dan kepribadian bangsa (dardodiharjo,1988:17) memegang fungsi dalam hidup dan
kehidupan bangsa dan Negara Indonesia, pancasila tidak saja sebagai dasar Negara RI,tapi
juga alat pemersatu bangsa,sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (aziz.1984:70) sehingga
dapat kita ketahui bahwa pancasila merupakan dasar Negara yang membedakannya dengan
bangsa lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi pancasila dengan system pendidikan ditinjau dari
filsafat pendidikan,maka dapat kita jabarkan bahwa pancasila adalah pandangan hidup bangsa
yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan pancasila
diperlukan pemikiran sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat
dilaksanaan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

D. Filsafat pendidikan pancasila dalam tinjauan trologi ilmu pengetahuan


1. Ontology
Ontology ialah penyelidikan hakikat ada (esensi )dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu : alam semesta,fisik,psikis,spiritual,metasisikmtermasuk kehidupan sesudah mati,dan
tuhan. Omtologi pancasula mengandung azas nilai antara lain :
a. Tuhan yang maha esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontology ketuhanan bersifat
relgius ,supranatural,transedental, dan suprarasional.
b. Ada-kesemestaan,alam semesta (makrokosmos)sebagai ada tak terbatas, dengan wujud dan
hokum alam,sumber data alam yang merupakan wahana dan sumber kehidupan semua
makhluk: bumi, matahari,zat asam,air,tanah subur, pertambangan, dan sebaginya
c. Eksitensi subyek/pribadi manusia : individual,suku,nasional,umat manusia (universal).
Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional, merdeka dan
berdaulat. Subyek pribadi mengemban identtas unik :menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (social horizontal dengan alam dan sesama manusia) ,
sekaligus secara social vertical dengan tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik
dengan potensi jasmani-rohani,karya dan kebijakan sebagai pengemban amanat
keagamaan;
d. Eksitensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang unggul.
Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan kepribadian
manusia: system nilai, sitem kelembagaan hidup seperti keluarga,
masyaraka,organisasi,Negara. Eksistensi kultural dan oeradaban perwujudan teleogis

[Type text] Page 170


manusia : hidup dengan motivasu dan cita-cita sehingga kreatif,produktif,etis,dan
berkebijakan;
e. Eksistensi bangsa dan berdaulat,yang menampulkan martabat, kepribadian dan merdeka
dan berdaulat,yang menampilkan martabat,kepribadian dan kewibawaan nasional.sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan
bangsa,pusat kesetiaan,dan kebanggan nasional.

Manusia dengan intraksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan


filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, entologi adalah cabang
dari filsafat yang mempersoalkan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu.
Rumusan0rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat
ada dapat berarti segala sesuatu yang ada menunjuk kepada hal umum ( abstrak umum
universal). (sutrisno ,1984:82) dalam kenyataannya , pancasila dapat dilihat dari
penghayatan dan pengalaman kehidupan sehri-hari. Dan bila dijabarkan enurut sila-sila
dari pancasila itu adalah ebagai berikut:
a. Sila ketuhanan yang maha esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Didalam system pendidikan nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasionl adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bahasa Indonesia yang berdasarkan pancasila UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita
harapkan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, yang juga merupaan bagian dari system
pendidikan nasional.
b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Manusia yang ada dimuka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlukan sesuai nilai-nilai pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(darmodiharjo,1988:40)Pendidikan tidak membedakan usia, agama, tingkat dan budaya
dalam menuntut ilmu.setiap manusia mempunyai kebebasan dalam menuntut ilmu,
mendapat oerlakuan yang sama,kecualai tingkay kewatakan seseorang.dan oleh karena
yang dibangun adalah masyarakat pancasila,maka pendidikan harus dijiwai pancasila
sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan makmur,
baik spiritual maupun materil dan berjiwa pancasila. Dengan demikian,sekolah harus
mencerminkan sila-sila dari pancasila.
c. Sila peratuan pancasila
Persatuan pancasila memiliki kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat
menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tdak membatasi golongan dalam belajar. Ini
berarti, ahwa semua golongan dapat menerima pendidika, baik dari golongan rendah
maupun yang tinggi,tergantung kepada kemamouannya untuk berpikir,sesuai dengan UUD
1945 pasal 31 ayat 1.

[Type text] Page 171


d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Sila keempat ini sering dikaitan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai sekuasaan ada ditangan rakyat sebagai contoh
dalam memilih pemimpin di desa, lembaga untuk menyaurkan ehendak untuk kepentingan
bersama memalui musyawarah (djamal, 1986: 82). Bila di lihat dari dunia
pendidikan,maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi
kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 yang menyatakan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat,baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam
menyusun tujuan pendidikan,diperlukan ide0ide dari orang lain demi kemajuan
pendidikan.
e. Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Keadilan ii meliputi keutuhan di bidang materil dan di bidang spiritual yang di dasarkan
pada asas kekeluargaan.

2. Epistemology
Epistemology adalah studi tentang oengetahuan (adanya) benda benda.
Epistemology yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses
terjadinya ilmu pengetahuan,batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Epistemology
pancasila secara mendasar meliputi nialai-nilai dan azas-azas :
a. Mahasumber ialah Tuhan, yang menciotakankepribadian mausia dengan martabat dan
potensi unik yang tinggi, mengahayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan .
kepriadian manusia sbagai subyek diberkati dengaan martabat luhur : pancaindra,
akal,rasa, kasra,cipta,karya, dan budi nurani.kemampuan martabat manusia
sesungguhnya adalah anugrah dan amanat ketuhanan/keagamaan.
b. Sumber pengetahuan dibedakan secara kualitatif,antara:
1. sumber primer, yan tinggi dan terluas,orsinal : lingkungan alam, semeta,sosio-
budaya,system kenegaraan dan dengan dinamikanya;
2. sumber sekunder : bidang-bidang ilmu yang sudah ada /berkembang, kepustakaan,
dekumentasi;
3.sumber tersier : cendikiawan,ilmuan,ahli,narasumber,guru
c. Wujud dan tingkat pengetahuan dibedakan secara hierarkis :
1. Pengethuan indrawi;
2. Pengetahuan ilmiah;
3. Pengetahuan filosofis;
4. Pengetahuan religious;

[Type text] Page 172


d. Pengetahuan manusia relative mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu adalah
pembendaharaan dan prestasi individual mauoun karya dan wrisan budaya umat
manusia merupakan kualitas martabat dan kepribadian manusia. Perwujudannya adalah
pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia,martabat luhur dan kebajikan para
cendekiawan (kreatuf, sabra, tekun, rendah hati, bijaksana) . ilmu membentuk
kepribadian secara ilmiah,social (sikap oergaulan),psikis (sabra, rendah hati, bjaksana)
ilmu menjadi kualitas kepribadian, termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan
berkarya.
e. Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memapukan manusia untuk
menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki wawasan
keshteraan (masa lampau, kini dan masa depan),wawasan ruang ( segara dan alam
semesta), bahkan secara suprarasional mengahayati tuhan yang supranatural dengan
kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan
kesdaran filosofis-religius,yang menentukan derajat kepribadan yang luhur.
Berilmu/berpengetahuan berrti mengakui ketidaktahun dan keterbatasan manusia dalam
menjangkau dunia suprarasional dan supranatural.tahu secara

[Type text] Page 173


melampaui tapal batas ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan keyakinan
religius yang dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-
rasional adalah kesadaran rohaniah tertinggi yang membahagiakan.
Dengan filsafat, kita dapat menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi
peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara.
Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat pancasila.
a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal
atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan pancasila, ia lahir tidak secara
mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila
digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa,
kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat
Indonesia (Widjaya, 1985: 176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah
merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).
b) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu tidak ada
apa-apa (kecuali ruanh dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh
melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral,
diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang
lainnya.
c) Sila Persatuan Indonesia
Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk
hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan faktor kondisi lingkungan yang
memadai dan membentuk pengetahuan.
d) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Manusai diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi untuk memakmurkan
umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin dengan bijaksana.
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mampunyai peranan yang besar,
tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk
manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk
mencapat guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan

[Type text] Page 174


pendapat dengam melalui lembaga pendidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan
dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata mufakat
e) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya
budaya umat manusia merupakan mertabat kepribadian manusa (IKIP Malang, 1983: 63).
Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama.
Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam
sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan
Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordinir dalam hal
mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus
menghormati dan menghargai hasil karya orang lain.

3. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak
akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi, masyarakat manjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan
mampunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Pokok-pokok
aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:
a. Tuhan Yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi
beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat
manusia secara psikologis-spritual: akal dan budi nurani, obyektif mutlak menurut
ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan
pengendalian semesta dan kemanusia yang menjamin multieksistensi demi
keharmonisan dan kelestarian hidup.
b. Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam
perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup
manusai (sankan paraning dumadi, secara individual maupun sosial).
c. Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang meliputi :
Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam
semesta dengan berbagai unsur yang memjamin kehidupan setiap makhluk dalam
antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri
(kesehatan, kebahagian, etc) beserta aneka kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan
sesama adalah kebahagian sosial dan psikologis yang tak ternilai. Demikian pula
dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia yang membentuk sistem nilai
dalam peradaban manusia menurut tempat dan zamannya.
d. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan
berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau konsumen nilai yang bertanggung

[Type text] Page 175


jawab atas norma-norma penggunaanya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia
sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun sosial (ia adalah
subyek budaya). man created everything from something to be something else, God
created everything from something to be everything. Dalam keterbatasannya, manusia
adalah prokreator bersama Allah.
e. Martabat kepribadian manusai secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari
hakikat manusai sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat kebijaksaan, tulus
dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti, amal kebajikan
bagi sesama.
f. Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal dan budi nurani
sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan dan nilai agam secara
filosofis bersifat metafisik, suoernatural dan supranatural. Maka potensi martabat
manusia yang luhur itu bersifat apriori: diciptakan Tuhan dengan identitas martabat
yang unik: secara sadar mencintai keadilan dan kebenaran, kebaikan dan kebajikan.
Cinta kasih adalah produk manusia-identitas utama akal budi dan nuraninya - melalui
sikap dan karyanya.
g. Manusia sebgai subyek nilai mamikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pendayagunaan nilai, mewarisakan dan melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat
kebenaran ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka
wujudnya: dendam, permusuhan, perang, etc).
h. Eksistensi fungsional manusai ialah subyek dan kesadarannya. Kesadaran berwujud
dalam dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis)
maupun nilai-nilai supranatural.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil,
spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan
demikian Pancasila syarat akan nilai.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran islam.
Disetiap kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang,
dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan
keimanan, pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-sistem pendidikan nasional.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan

[Type text] Page 176


kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil
contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.
c. Sila Persatuan Indonesia
Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan,
mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara
Pancasila, bukan negara berdasarkan satu agama, meskipun demikian, warga kita
tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya
kehidupan bergama yang rukun dan damai.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di
musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan
datangnya Al-Quran.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berati seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agaman di mana ilmu agama adalah sub-
sistem dari sistem pendidikan nasional.

E.Dasar-Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila


1. Dasar Pikir Dalil Rasional
Secara yuridis konstitusional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud
dalam pembukaan UUD alinea ke-4 ketentuan yuridis konstitusioanl mengandung makna
baik formal maupun fungsional menyatakan :
1) Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara.
2) Pencasila adalah ideologi Negara.
3) Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional
4) Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.
Nilai-nilai dalam sosial budaya Indonesia :
1) Kesadaran mengakui adanya Tuhan dan kepercayaan Negara
2) Kesadaran keluarga
3) Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
4) Kesadaran gotong royong, tolong menolong
5) Kesadaran tenggang rasa/tepa selera.
2. Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila
a. Hubungan Masyarakat dan Pendidikan

[Type text] Page 177


Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan , pendidikan yang main dan modern
hanya diselenggarakan oleh masyarakat yang maju dan modern , secara teoritis disebut
hubungan korelasi positif. Manusia sebagai individu, yang menentukan sikap dan
wawasan kebijaksanaan dan strategi serta tujuan dan sasaran yang jendak ditempuhnya.
Pertimbangan dan penentuan ini diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan
dalam hidupnya, maka manusia sebgai subyek individual, pendidikan adalah suatu usaha,
aktifitas yang dilakukan menurut tujuan dan kehendaknya secara mandiri. Bagi anak
tujuan dan kehendak belajar dipenuhi oleh faktor lingkungan, orang tua/keluarga.
Demikian pula dengan masyarakat! Bangsa dan Negara faktor luar adalah kondisi dan
tantangan zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (SDA, SDM, dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tercermin
dalam tujuan dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktifitas/fungsi kehidupan atau usaha mendidik dirinya, pendidikan
merupakan fungsi manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan
dirinya, martabat dan kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu
sebagai hubungan fungsional berarti :
1) Bahwa masyarakat atau Negara secara sadar dan mandiri akan tujuan dan keinginan
luhur akan dicapau melalui kebijakan, lembaga dan strategi tertentu.
2) Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional adalah sistem pendidikan
nasional yang bersumber dan ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan
dan pandangan hidup dan filsafat Negara sebagai sumber nilai cita kepribadian
nasionalnya.
F. Muatan Filsafat dalam Pancasila dan Hubungannya dengan Pendidikan
Dalam filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung di dalamnya pancasila harus disoroti
dari titik tolak pandangan yang holistic mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang
beranekaragam. Ini menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini
diharapkan mendasari seluruh kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan di
dalam keaneka ragaman yang ada.
Dari penjelasan itu dapat dinyatakn bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam pengelaman
akan pembagian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia sepanjang
zaman.

[Type text] Page 178


Menurut Drijarkara, 1980 Pancasila adalah inheren(melekat) kepada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang tertentu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusi qua valis (sebagai manusia), kita juga akan sampai
ke Pancasila.
Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro, 1984 dalam
kaitannya menyebutkan kalau dilihat dari segi intisarinya, urutan lima sila Pancasila
menunjukan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya, isi tiap-tiap lima sila dianggap
maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang mengikat yang satu
kepada yang lain, sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat.

[Type text] Page 179

Anda mungkin juga menyukai