DISUSUN OLEH :
Nim : 0307181033
MEDAN / 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Swt. Tuhan pengurus seluruh
alam,atas berkah dan karunia-Nyalah tugas saya mengenai “Critical Book Review”
dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat dan salam marilah kita limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. beserta seluruh keluarga dan sahabat serta pengikut
ajarannya hingga akhir zaman.
Tugas ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Filsafat Pendidikan Islam. Sebagai bentuk dasar uraian materi dari pelajaran yang
dijadikan sebagai salah satu pengetahuan dasar yang dapat dikaitkan dalam islam
untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
menggunakan metode ini sebagai sikap untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta-nya.
Jika dalam tugas ini masih terdapat kekurangan, saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan pada tugas selanjutnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
tugas ini. Semoga tugas ini mampu memberikan pengetahuan yang lebih luas
khususnya bagi yang telah mengetahui dan menjadi wawasan yang sangat berharga
bagi yang baru mengetahuinya.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
I. Kesimpulan ........................................................................................................ 47
Critical book adalah hasil kritik tentang suatu topik materi yang pada
umumnya di perkuliahan terhadap buku yang berbeda ataupun buku yang dimiliki
dosen. Penulisan critical book ini pada dasarnya adalah untuk membandingkan
buku yang satu dengan buku yang lainnya, namun kali ini saya hanya membahas
satu buku saja yang akan dijadikan sumber referensi. Setiap buku yang dibuat oleh
penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kelayakan suatu buku dapat kita ketahui jika kita melakukan resensi terhadap buku
itu dengan perbandingan terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan kelebihan yang
lebih dominan dibandingkan dengan kekurangan nya artinya buku ini sudah layak
untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi bagi khalayak ramai.
1.2.Tujuan
1. Mengetahui kelebihan Ketiga buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai sumber referensi
2. Mengetahui kekurangan Ketiga buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai sumber referensi
3. Mengetahui Isi ketiga buku pembanding walaupun secara ringkas di
paparkan sebagai sumber referensi
BAB II
ISI BUKU
Bahasa : Indonesia
ISBN : 979-96416-7-5
Edisi/cet : I (satu)
Ukuran :-
ISBN : 978-602-9377-15-6
IDENTITAS BUKU III
Penerbit : LPPPI
Bahasa : Indonesia
ISBN : 978-602-60046-2-8
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
Drs. Usiono, M.A. Pengantar Filsafat Pendidikan,( Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009),
hlm. 4.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang
timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Dengan itu manusia
diharapkan agar dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan
sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.2 Filsafat dalam
kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan, bukan saja karena sejarahnya yang
panjang ke belakang ribuan tahun sebelum masehi, melainkan juga ajaran filsafat
mampu menjangkau ke depan kehidupan umat manusia yang mempengaruhi
perilakunya dengan ideologi yang diyakini, terutama dalam kehidupan berbangsa.
Sebelum ada ilmu (science), filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan
penyelidikan manusia. Filsfat mendahului pengetahuan. Karena itulah filsafat
dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu
pengetahuan.
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara
pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan
masalah problematika pendidikan dan teori-teori pendidikannya.. Di
samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya.
2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut
pandangan dan aliran filsafat tertentuu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata.
3. Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pengetahuan atau pedagogik.
C. Hubungan anatar Filsafat, Manusia, dan Pendidikan
1. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
2
Ibid., hlm. 20
Dalam Ilmu Pengetahuan, filsafat memiliki kedududkan sentral, asal atau
pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia
di bisang pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.
BAB III
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani,
philopsia, yang berarti philos artinya cinta, suka dan Sophia adalah pengetahuan,
hikmah. Jadi philopsophia adalah cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Filsafat juga diarikan sebagai alam pikiran atau alam berpikir. Dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah kearifann atau kebijakan. Jadi filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
C. Metode-Metode Filsafat
1) Kontemplatif (perenungan)
2) Spekulatif (Menyelami sesuatu secara mendalam)
3) Deduktif dan Induktif (Berdasarkan eksperimen dan bersifat umum)
D. Model-Model Filsafat
1) Filsafat Spekulatif (Berpikir secara sistematis)
2) Filsafat Preskriptif (Berusah menghasilkan suatu ukuran penilaian tentang
seni)
3) Filsafat Analitik
E. Misi Filsafat
F. Lapangan Filsafat
1) Metafisika
2) Epistemologi
a. Jenis-Jenis Pengetahuan
1) Pengetahuan Wahyu
2) Pengetahuan Intuitif
3) Pengetahuan yang Rasional
4) Pengetahuan Empiris
5) Pengetahuan Otoritas
b. Teori Pengetahuan
1) Teori Korespondensi
2) Teori Koherensi
3) Aksiologi
a) Hakikat Nilai
b) Tipe Nilai
c) Kriteria Nilai
d) Status Metafisika Nilai
Filsafat pendidikan sebagai salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekata[n filosofis
pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan
penghidupan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
BAB IV
A. Pendidikan
1) Definisi Pendidikan
5) Lingkungan Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah aplikasi konsep filsafat atau kaidah filsafat dalam
bidang pendidikan. Filsafat pendidikan berdasarkan pada filsafat formal atau
filsafat umum.
BAB V
BAB VI
PENDIDIKAN DAN BUDAYA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDKAN
A. Pendahuluan
B. Kebudayaan
1) Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah aktivitas yang terjadi secara berulang kali secara teratur
dan susunan benda-benda dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga menjadi ciri
dari suatu kelompok tertentu.
2) Karakteristik Kebudayaan
a) Kebudayaan merupakan pengalaman universal umat manusia, tetapi
manifestasi lokal dan regionalnya bersifat unik.
b) Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga bersifat dinamis dan memperhatikan
perubahan yang terus menerus dan menetap.
c) Kebudayaan mengisi dan menentukan jalan hidup kita, tetapi kebudayaan
tersebut jarang mengusik alam sadar kita.
BAB I
FILSAFAT, FILSAFAT PENDIDIKAN DAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Secara Mikro, objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran yang
mendalam, mendasar sistematis, terpadu, logis, serta universal mengenai konsep-
konsep tersebut mencakup lima komponen, yaitu : tujuan pendidikan Islam,
pendidik, anak didik, alat pendidikan, (kurikulum, metode dan penelitian/evaluasi
pendidikan), dan lingkungan pendidikan.
BAB II
KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Makna Al-Nas, Al-Basyar, dan Bani Adam
1. Al-Basyar
2. Al-Ins
Kata Al-Ins dipakai Alquran dalam kaitannya dengan berbagai potensi jiwa
manusia, antara lain sebagai makhluk Allah yang selalu berbuat baik, dan juga
terdapat potensi pembangkang. Yang mana keduanya mendapat ganjaran sesuai
yang dilakukannya. Dan potensi tersebut diberi peluang untukdapat
dikembangkan.
3. Al-Insan
a) Kulit (al-jild) sebagai alat peraba (al-Lams), (QS. Yusuf/12:94), (QS. Al-
An’am/6;7)
b) Hidung (al-Anf) sebagai alat penciuman (al-Syum), (QS. Yusuf/12;94)
c) Telinga (al-Uzun) sebagai alat pendengaran (al-Sam’) (QS. Al-Isra/17;36,
al-Mu’minun/23;78, al-Sajadah/32;9, al-Mulk/67;23)
d) Mata (al-‘Ain) berguna sebagai alat penglihatan (al-bashar) (QS. Al-
A’raf/7;185, Yunus/10;101, al-Sajadah/32;27)
e) Lidah (Lisan) dan kedua bibir (al-syafatain) serta mulut (al-famm)berguna
sebagai alat pengucapan (al-Qaul) yang berguna untuk memperoleh dan
menyebarkan infoemasi dan ilmu pengetahuan. (QS. Al-Balad/90:9-10,
Thaha/20:27-28, al-Fath/48:11).
b) Potensi Rohani
Akal, Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu (al-Ankabut
:43) dan Doronganmoral (al-An’am:151) juga Dorongan untuk mengambil
pelajaran dan kesimpulan serta hikmah (al-Mulk:10)
c) Qalb
d) Nafs
Potensi dasar manusia menurut Islam adalah baik dan buruk. Sedangkan
fitrah manusia adalah baik.
BAB III
KONSEP MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF FALSAFAAH
PENDIDIKAN ISLAM
A. Makna Al-Ummah
Dalam Alquran kata ummah memiliki makna diaantaranya, yaitu:
1. Kelompok yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
(QS. Ali-Imran/3:104)
2. Agama Tauhid (QS. Al-Mu’minun/23:52),
3. Kaum (QS. Hud/11:8)
4. Jalan
5. Cara atau gaya hidup (QS. Az-Zuhruf/43:22)
B. Karakteristik Muslim
Ciri-ciri masyarakat muslim digambarkan Allah Swt diantaranya pada surat al-
Hujurat/49: 11-12, yang disimpulkan sebagai berikut:
1. Mendirikan Masjid
2. Ukhuwah Islamiyah
3. Hubungan persahabatan dengan pihak lain yang tidak beragama Islam
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, sosial untuk masyarakat baru
BAB IV
KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pengertian Al-‘Ilm
Kata al-‘ilm berasal dari bahasa Arab dengan bentuk mashdar dari kata ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, fi’lan, yang berarti pengetahuan.
Imu dalam persfektif Islam berdasarkan intelek (hati nurani dan akal subyektif)
yang mengarahkan rasio (akal obyektif) kepada pembentukan ilmu yang
berdasarkan kesadaran dan keimanan kepada Allah Swt.
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Positivisme
Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung bukti empiris yang terukur.
Untuk menentukan kepercayaan apa yang benar, maka para filosof bersandar
kepada tiga cara untuk menguji kepada kebenaran, yaitu:
1. Teori Korespondensi
2. Teori Koherensi
3. Teori Pragmatis
4. Agama sebagai Teori Kebenaran
E. Klasifikasi/Pembidangan Ilmu Pengetahuan
Secara umum, ilmu pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Ilmu-ilmu alamiyah
2. Ilmu-ilmu sosial
3. Ilmu dasar atau ilmu murni di bidang sosial
4. Ilmu humaniora dengan cabang-cabangnya.
F. Integrasi Ilmu Pengetahuan
1. Integrasi Ontologis
2. Integrasi Klasifikasi Ilmu
3. Integrasi Metodologis
Islamisasi ilmu pengetahuan berusaha supaya umat islam tidak begitu saja
meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan pada tauhid.
Dengan tujuan agar umat Islam memiliki ilmu pengetahuan yang dibangun dari
dasar-dasar ajaran Islam.
BAB V
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Al-Tarbiiyah, Al-Ta’lim, dan Al-Ta’dib
1. Al-Tarbiyah
3. Al-Ta’dib
BAB VI
UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Esensi Pendidikan dalam Persfektif Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidik dalam Pendidikan Islam
Menurut kajian Pendidikan Islam, pendidik dalam bahasa Arab disebut dengan
mu’allim, ustadz, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu’addib. Secara istilah
pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi yang ada pada peserta
didik,baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
2. Sifat dan Karakteristik Kepribadian Pendidik muslim, salah satunya adalah al-
Ghazali, yang berpendapat bahwa guru dapat diserahi tugas mengajar adalah
guru yang cerdas dan sempurna akalnya serta baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Selain sifat umum tersebut, juga ada sifat-sifat khusus, yaitu:
a. Rasa kasih sayang
b. Memahami bahwa mengajar sebagai aktifitas mendekatkan diri kepada Allah
c. Sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
d. Menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan,
cacian dan sebagainya.
e. Tampil sebagai teladan bagi peserta didik
f. Memperlakukan murid sesuai dengan potensi masing-masing
g. Memahami bakat dari peserta didik
h. Berpegang teguh kepada apa yang diucapkan dan merealisasikannya.
Pada bagian ini membahas mengenai pengertian dan juga karakter peserta didik
dalam persfektif falsafah pendidikan Islam, yang mana arti dari peserta didik itu
sendiri adalah orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang
masih perlu dikembangkan. Sifat dan karakteristik yang harus dimiliki peserta
didik antara lain:
Pengertian dari metode pendidikan ialah segala segi kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru agar peserta didik memahami apa yang disampaikan oleh
guru.Menurut Al-Syaibany, penggunaan metode pendidikan Islam secara
formaldiantaranya sebagai berikut:
1. Metode Induksi
2. Metode Perbandingan
3. Metode Kuliah
4. Metode Dialog
5. Metode Halaqah
6. Metode Riwayat
7. Metode Mendengar
8. Metode Membaca
9. Metode Imla’
10. Metode Hafalan
11. Metode pemahaman
12. Metode Pariwisata
2. Hukuman
BAB VII
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Akhlak dalam Perspektif Falsafah Pendidikan islam
Akhlak secara etimologi artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan
tabiat. Dalam ayat Alquran, akhlak atau khuluq dapat diartikan dengan budi pekerti
atau perangai, tingkah laku, adab kebiasaan, tabiat serta peradaban yang baik atau
segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.
Makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan rasa manusia ini kemudian
mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman.
Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan/kearifan". Orang yang
mempelajari serta mendalami filsafat disebut "filsuf".Dari penjelasan di atas, maka filsafat
dapar diartikan sebagai rasa ingin tahu yang mendalam luad atau cinta pada kebijaksanaan.
Yang Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam ini,
Muzayyin Arifin dalam Abudin Nata mengatakan bahwa ruang lingkup pemikirannya
bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan segala
hal vang mendasari serta mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu.
Dengan demikian, secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan pemikiran
yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, Islam ini adalah logis, menyeluruh
dan universal mengenai konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan,
kurikulum, guru, metode, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya Jalaludin dan Usman
Said menjelaskan bahwa secara makro, apa yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup
vang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan manusia
merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Secara mikro yang menjadi objek
pemikiran atau ruang lingkup filsafat pendidikan sebagai berikut:
1. Metumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan;
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan;
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara, filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan;
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.
Dengan demikian ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah masalah-masa lah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan Islam, seperti msalah tujuan pendidikan Islam,
masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. Secara umum ruang lingkup
pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran yang serba mendalam,
mendasar, sistematis, terpadu, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang
berkaitan denganpendidikan atas dasar ajaran Islam.
Fungsi Filsafat Pendidikan Islam Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat
pendidikan Islam mendasar melandasi dan yang merupakan mengarahkan proses
pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh kara itu filsafat ini juga memberikan gambaran tentang
sampai dimana proses tersebut direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi
bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Masih dalam fungsinalnya, filsafat pendidikan
Islam juga bertugas melakukan kitik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam
proses pendidikan Islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan pemikiran metode
tersebut harus mendasar tentang bagaimana didayagunakan atau diciptakan agar efektif
untuk mencapai tujuan.
1. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal
ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu Alquran dan al-Hadits yang disertai pendapat para
ulama serta para filosof dan lainnya, dan bahan yang akan diambil dari pengalaman empirik
dalam praktek kependidikan.
2. Metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertuils dapa
dilakukan melaluistudi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya
telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, klhusus dalam menggunakan Alquran dan
Al-Hadits dapat digunakan jasa Ensiklopedi Alquran semacam Mu'jam Al Mufahras li
Alfazh Alquran al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu'jam al muhfars li
Alfazh al hadits karangan Weinsink. Muzayyin
3. Metode pembahasan. Untuk ini Arifin mengajukkan alternatif metode analisis sintes is,
yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap pemikiran secara
induktif, dedukatif, dan analisa sasaran ilmiah.
Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak zaman dahulu dan terus
berlangsung sampa! saat ini. Pemikiran tentang hakikat manusia belum berakhir dan tidak
akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dalam alam semesta merupakan
bagian yang amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang
potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukan dalam alam semesta.
Dalam berbagai literatur, ditemukan berbagai pandangan para ahli tentang hakekat
manusia. Salah satu ahli di bidang filsafat dan antropologi Sastra Prateja mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Menurut A. Tatsir manusia adalah makhluk
ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri.
Alquran surat al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari
segumpal darah; Alquran surat al-Thariq bahwa manusia dijadikan oleh Allah, Alquran
ayat 5 menjelaskan surat ar-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa ar-Rahman (Allah) itulah
yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat Alquran yang menjelaskan bahwa
yang menjadikan manusia adakah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Manusia sebagai ciptaan, dilengkapi dengan potensi agar dengan potensi itu dapat
mengembangkan dirinya. Namun dalamusaha meningkatkan kualitas sumber daya
insaninya itu, manusia diikatkan oleh nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Penciptanya
(aksiologi). Dengan demikian manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam adalah
sebagai makhluk alternatif memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang
terbaik, yaitu nilai Ilahiyat. Di satu sisi ia memiliki kebebasan untuk memilih arah, di lain
pihak manusia diberi pedoman ke mana (dapat arah yang rerbaik yang semestinya ia tuju.
Manusia dapat dikategorikan sebagai makhluk bebas (alternatif) dan sekaligus terikat
(tidak bebas nilai).
Artinya: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalan bentuk yang sebaik-
baiknya". (QS.At Tin ayat 4).
Disisi lain Manusia juga adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-
makhluknya yang lain, sebagaimana Allah baik Swt. berfirman:
انید هؤال وهتؤالو من عطاو رباك وما كان عطا ريلك محظورا
Artinya: "Kepada masing-masing baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan
bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS.
Al-Isra: 20). Telaah atas ayat-ayat Alquran yang membicarakan tentang penciptaan
manusia, menyuguhkan kesimpulan bahwa generisi manusia yang ada sampai sekarang ini
berasal dari satu sosok bernama Adam. Penciptaan Adam sendiri merupakan sebuah
pengecualian; dia berasal dari tanah. Diantara ayat-ayat Alquran vang mengemukakan
persoalan penciptaan manusia di muka bumi adalah di bawah ini, yang secara jelas
menunjukkan bahwa generasi sekarang ini berujung pangkal pada Adam dan istrinya
Hawa. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik baiknya dan
Yang memulai pencip:aan manusia deri tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (air mani). (QS. as-Sajadah/32: 7-8).
Potensi yang dimiliki setiap manusia itu tak sepenuhnya optimal, para berkembang
secara memperkirakan bahwa manusia hanya menggunakan sepuluh persen dari
kemampuan yang dimilikinya sejak lahir, karena itu tugas orang tua dan para pelaku
pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki setiap anak agar ahli
Psikologi telah berkembang secara optimal melalui sebuah proses pembelajaran yang
efektif. Pendidikan merupakan salah satu menumbuhkan kembangkan potensi-potensi
yang ada dalam diri sarana yang dapat manusia sesuai dengan fitrah penciptaannya,
sehingga mampu berperan dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Potensi
atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu
melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberikan kebebasan untuk
berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi potensi dasar atau fitrah manusia
tersebut. Namun demikian, dalam pertumbulhan dan perkembangannya tidak dapat lepas
dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap
menguasai alam, hukum yang menguasai benda- benda maupun masyarakat manusia
sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung pada kemauan manusia. Hukum-
hukum inilah yang disebut dengan taqdir (Keharusan universal).
Ada tiga termasuk untuk menyebutkan kata pendidikan dalam Islam, yaitu kata
tarbiyah, berasal dari kata kerja rabba. Di samping kata rabba terdapat pula ada juga kata
talim, berasal dari kata kerja allama. Selain itu, ada kata ta'dib, berasal dari kata addaba.
Ketiga istilah tersebut akan dibahas secara ringkas satu persatu sebagai berikut:
Pertama, Tarbiyah Kata tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy
tarbiyatan. Dalam Alquran dijelaskan:
Artinya: "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku sewaktu kecil." (QS. Al-Isra': 24).
Dalam terjemahan ayat di atas, kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan
pekerjaan orangtua yang mengasuh anaknya sewaktu kecil. Menurut Bukhari Umar bahwa
makna kata tarbiyah meliputi 4 unsur:
Artinya: "Dan Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama nama (benda)
semuanya, kenudia dikemukan kepada para malaika Maka Allah berfiman, "Sebutkanlah
nama-nama benda itu semuo kamu benar." (QS. Al-Baqarah: 31).
Dari beberapa asal kata pendidkan dalam Islam itu lahirlah beberapa pendapat para
pengertian ahli mengenai defenisi pendidikan sdam tersebut antara lain: Prof. Dr. On
Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendadila islam sebagai proses
mengubah tingkah laku individu mulia.
Dasar dan Asas Pendidikan Islam Kata dasar dalam kamus besar bahasa Indonesia
memili banyak arti diantaranya alas atau fondasi, pokok atau pandel Menurut Abudin Nata
dasar pendidikan adalah segala semur yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang
mendaur melandasi dan mengasasi pendidkan.
Tujuan Pendidikan Islam Dalam bahasa Arab, istilah "tujuan" berpadanan dengan
kata maqashid yang menunjukkan kepada jalan lurus. Kata ini merupakan kata jadian dari
qashada yang tersebar dalam Alquran yang memberi arti pokok. Berdasarkan berbagai
istilah tersebut di tas, maka tujuan pendidikan (magashid altarlbryah) dalam Islam mengacu
pada tujuan umum (aims) yang mengarah kepada akhir (oals) melalui tujuan antara Idam
berritik tolak dari konsep penciptaan manasia vhag khalifah dan fitrah manusia. Manusia
dalam Alquran wene posisi yang sangat istimewa, karena ia diciptakan oleh Allah sebagai
khalifatan fil'ardhi (wakil Tuhan) dengan tugas dan untuk ibadah hanya kepada-Nya. Pada
hakikatnya tujuan merupakan aplikasi dani vi e misi. Maka para ahli merumuskan berbagai
tujuan pendid islam. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidk Islam dengan visi
dan misi pendidikan Islam. Menunuta sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan
misi ideal, yaitu "Rohmatan Lil 'Alamin". Selain itu, sebenarnya kone dasar filosofis
pendidikan Islam lebih mendalam dan menyang pezsoalan hidup multi dimerisional, yaitu
pendidikan yang tida terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khos lagi
sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam ranga membangun kehidupan dunia yang
makmur, dinamis, harmoni dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam Alqurn
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sehab visi dn misinya adalah "Rohmatan
Lil Alamin". yaitu untuk membangun obectives). Tujuan pendidikan kehidupan dunia yang
yang makmur, demokratis, adil, damak taat hukum, dinamis, dan harmonis.
Fungsi pendidikan Islam secara mikro proses penanaman nilai-nilai ilahiah pada
diri anak didik, sehingga mereka mampumengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin
sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai
sarana pewarisan budaya dan komunitas didalamnya identitas yang manusia
melakukaninteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Bukhari Umar menyatakan bahwa ada beberapa fungsi dari pendidikan Islam,
diantaranya: Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi Pendidikan sebagai Pewaris
Budaya. Dalam pendidikan Islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu: a). Nilai Ilahiyyah, nilai yang dititihkan Allah melalui para Rasul-Nya yang
diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini adalah iman dan takwa. Dan b). Nilai Insaniyyah,
hidup dan nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta berkembang dari peradaban
manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang berkelakuan relative dan dibatasi oleh ruang dan
waktu. Interaksi antara Potensi dan Budaya. Interaksi antara potensi dan budaya harus
mendapatkan tempat dalam proses
Hakikat Pendidik Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
Menurut Tafsir, ada kesamaan antara teori Barat dengan Islam yang memandang
bahwa guru adalah pendidik, yaitu siapa saja yang mengupayakan perkermbangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif. Abdul
Mujib menjelaskan bahwa pendidik adalah orang- orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik, baik
potensi afektif (rasa), psikomotoriknya (karsa).
Disisi Imam Bamadib menjelaskan bahwa penddikan adalah tiap orang yang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Pendidik terdiri
dari; 1) orang tua,dewasa lain yang bertanggung jawab tentane
Pengertian Peserta Didik Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab diseb
lengan Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah "murid", maksudnya adalai
"orang-orang yang mengingini Dendidikan". Dalam bahasa arab dikenai juga dengn stilah
Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adaiah 'mencari", maksudnya adalah
"orang-orang yang mencari ilmu Secara terminologi peserta didik adalah anak didik at
ndividu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk sebagai bagian dari struktural kepribadian serta
proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorane individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun
fikiran.
Peserta didik merupakan raw material atau bahan mentah dalam proses
transforniasi pendidikan. Dalam undangundang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dini
melalui proses pembelajaran yang pendidikan tertentu.
pengarahan. yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan Abu
Ahmadi menjelaskan bahwa peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang
memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga
Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Dalam
pendidikan Islam peserta didik disebut dengan istilah muta'allim, mutarabbi dan
muta'addib. Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mua'allim karena mua'allim adalah orang yang mengajar,
sedangkan muta'alim adalah orang vang diajar. Mutarabbi adalah orang yang dididik dan
orang yang diasuh dan orang yang dipelihara. Sedangkan Muta'addib adalah orang yang
diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang baik dan berbudi.
Samsul Nizar, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis mengklasifikasikan peserta didik
sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi
Secara etimologis istilah "curriculum" berasal dari bahasa Latin yang semula
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu curro atau currere yang berarti "racecourse"
(lapangan/pacuan kuda, jarak tempuh lari, perlombaan, pacuan balapan, peredaran, gerak
berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta balap, dan lain-lain). Maka dapat kita
katakan kurikulum pada asalnya merupakan jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan
berlalri mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang
pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan Manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam
konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
Metode pengaja ran agama Islam ialah cara yang paling efektif dan efisien dalam
mengajarkan agama Islam. Pengajaran vang Efektif adalah pengajaran yang dapat
dipahami secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa
pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. "Berfungsi" artinya
menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya.
Secara etimologi, hukuman berarti siksa dan sebagainya, yang dikenakan kepada
orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya.2 Dar sisi ini, hukuman pada
dasarnya perbuatan tidak menyenangkan yang ditimpakan pada seseorang sebagai
konsekuensi logis dari suatu kesalahan atau perbuatan tidak baik (amal alsyai'ah) yang telah
dilakukannya. Dalam bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan iqab, jaza' dan 'uqubah.
Kata lqab bisa juga berarti balasan. Alquran memakai kata iqab sebanyak 20 kali. Salalı
satunya terdapat pada suraAli-Imran/3 ayat 11, yang berbunyi:
العقاب
Artinya: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir aun dan orang-
orang yang sebelumnya; mereka mendiustakan Kami; karena itu Allah menyiksa mereka
disebabkan dosa dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
Bila memperhatikan ayat tersebut, terlihat bahwa iqab pada umumnya didahului
olelh kata syadid (yang paling, amat dan sangat), dan kesemuanya menunjukkan arti
keburukan dan azab yang menyedihkan. Dari ayat tersebut bisa dipahami, bahwa kata
ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan manusia. Istilah iqab sedikit
berbeda dengan tarhib, dimana iqab telah berbentuk aktivitas dalam memberikan hukuman
seperti memukul, menampar, menonjok, dan lain-lain. Sementara tarhib adalah berupa
ancaman pada anak didik bila ia melakukan suatu tindakan yang menyalahi Dalam istilah
psikologi, hukuman berarti cara yang digunakan pada waktu keadaan yang merugikan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh se se orang dengan sengaja
menjatuhkan orang lain. Secara umum disepakati bahwa hukuman adalah
ketidaknyamanan/suasana tidak menyenangkan dan perlakuan yang buruk atau yang jelek.
aturan.
2. Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta didik, Hurlock hukuman Elizabeth
mendefinisikan alah: "punishment means to inpose a offense penalty on a person for a fault
or violation or retaliation" 284 Hukuman ialah menjatuhkan
Kesimpulan bahwa balasan yang pertama adalah apa yang dikenal dengan istilah
ganjaran (reward), sedangkan balasan yang ke dua adalah hukuman (punishment), di mana
ayat ini juga menjelaska bahwa ganjaran dan hukuman merupakan pedoman dari Allah
Swt., dan Islam mengakui hal tersebut sebagai salah satu hukum berlaku dalam kehidupan
manusia atau masyarakat.
Dasar dan Tujuan Ganjaran dan HukumanIstilah ganjaran dan hukuman sudah
lama dikenal manusia. lantaran hal itu pada awalnya bukanlah ciptaan manusia, dan
memang sudah ada sejak manusia pertama Adam as lahir ke dunia yang fana ini. Hanya
dengan adanya pergantian zaman dan peralihan dari satu generasi kegenerasi lain, ditambah
dengan kegiatan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam, maka bentuk dari ganjaran
dan hukuman berbeda. Istilah yang digunakan sama hanya penerapannya yang berbeda,
namun demikian Islam telah memberikan dan menunjukan batasan dan pengertian yang
jelas dan umum antara ganjaran dan hukuman tersebut, melalui berbagai dalil dan bukti.
Hukuman pada dasarnya merupakan akibat dari suatu perbuatan manusia sendiri,
sebagaimana firman Allah Swt. berfirman:
Artinya: "Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan menghazab mereka,
dengan azab yang pedih di dunia dan akhinat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (Q.S. At-Taubah: 74).
Artinya: "Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakekna bahwa Rasulullah saw.
beTsabda: "Sunuhlah anakunak ali mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun.
Pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan
tempat tidur mereka." (H R. Abu Daud).291
Berdasarkan ayat dan hadits di atas, dijelaskan bahwa barang siapa mengerjakan
perbuatan dosa atau melakukan kesalahan, maka akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan tingkat kesalahan yang diperbuatnya. Secara rasional, ibadah (seperti shalat, shaum
dan ibadah lainnya) berperan mendidik pribadi manusia yang kesadaran dan pikirannya
terus-menerus berfungsi dalam semuapekerjannya Dari hadits di atas dapat diambil
pengertian bahwa anak harus diperintahkan mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun,
dan diberi hukuman pukul apabila anak menolak mengerjakan shalat jika sudah berusia 10
tahun, tujuan diberikannya hukuman pukul ini supaya anak menyadari kesalahannya.
Urgensi hukuman dan ganjaran dalam Pendidikan Islam Ibnu Khaldun telah
menjelaskan kekurangan kekerasan dalam mendidik anak-anak, dan untuk ini ia
menjelaskan, "siapa-siapa yang dididik dengan kekerasan, baik ia murid-murid, budak-
budak atau khadam dan rendah diri, hilang cara kegiatannva, ia terdorong kepada
kemalasan, suka berdusta dan bertabi'at jelek, arena takut hukuman yang akan diterimanya"
Kekerasan itu akan mengajarkan untuk menipu, suka menipu ini satu kebiasaan dan budi
pekertinya dan akan akan menjadi rusaklah perikemanusiaan yang terdapat dalam dirinya.
Selanjurnya Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa akhlak yang timbul dari kekerasan dan
paksaan mempunyai pengaruh yang ridak baik dalam hidup bermasyarakat, dan da lam hal
ini ia mengatakan, "Orang-orang yang mendapat bimbingan dengan cara kekerasan akan
menjadi beban bagi orang lain, karena ia tidak mampu mempertahankan nama baiknya dan
keluarganya, sebab is tidak mempunyai keberanian dan ambisi, dan ia tidak mau berusaha
untuk memiliki sidat-sifat keutamaan dan budi perikemanusiaanya tidak dapat
berkembang. baik, dan oleh karena itu jiwanya dan Menurut lbnu Sina pujian dan sugesti
lebih berfaedah dari mencela, dan pemakaian ini tergantung kepada situasi. Akan tetapi
kalau keadaan menghendaki kepada pemukulan, maka guru tidak boleh ragu-ragu
menggunakannya, dengan satu ketentuan bahwa pukulan yang pertama itu harus sakit,
hingga berkesan dalam jiwa anak-anak satu kesan yang pantas, sehingga hukuman tersebut
satu hal yang sungguh ia menganggap sungguh. Kalau sekiranya pukulan yang pertama itu
tidak menyakitkan, maka anak-anak akan memandang enteng terhadap pukulan. Akan
tetapi menggunakan hukuman itu adalah sesudah didahului dengan gertakan dan ancaman
serta bujukan agar terjadi pengaruh yang diinginkan dalam jiwa anak-anak.
Ganjaran yang berbentuk materi dalam prakteknya telah banyak dilakukan oleh
pendidik atau guru yakni pemberian hadiah berupa barang-barang yang diperkirakan
mengandung nilai bagi siswa. Perlu diingat bahwa dalam memberikan ganjaran yang
berupa benda ini dari para pendidik atau pertimbangan yang pemberian ganjaran dalam
bentuk lain. Untuk itu seorang guru harus sangat berhati-hati dan bijaksana sebab dengan
benda- benda itu mudah benar berubalh fungsi menjadi upah bagi siswa. Dengan demikian
hendaklah para pendidik atau orang tua dalam memberikan ganjaran harus benar-benar
punya arti tersendiri atas apa yang sudah diperbuat oleh anak didik dan harus memiliki
fungsi untuk memperkuat pendapat/ keyakinan guru dituntut dibandingkan dengan cermat
individu bahwa perbuatan tersebut benar. Yang dalam psikologi dikenal dengan istilah
"reinfoYcement" (penguatan). Sehingga dengan pemberian ganjaran yang dilakukan secara
terus-menerus lama-kelamaan tidak akan berfungsi efektif lagi, untuk itu berilah ganjaran
dengan sewajarnya dan sebijaksana mungkin, supaya mempunyai nilai positif bagi anak
didik maupun pendidik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud engan lingkungan adalah
daerah (kawasan dan sebagainya) yang ermasuk didalamnya. Sedangkan Lingkungan
secara umum iartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala
sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. la
adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan
dengan dengan seseorang.
Abuddin Nata mengatakan, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengitari kehidupan, baik berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai
dan adat fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun istiadat yang berlaku
di masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan menurut Sartain, yang dimaksud dengan lingkungan meliputi semua
kondisi dalam dunia ini yang dengan bebudayaan yang berkembang, sert mempengaruhi
tingkah laku tertentu cara-cara kita, pertumbuhan, perkembangan, gen. Dilain pihak Wasty
Soemanto memberi penjelasan lebih luas sambil mengetengahkan beberapa pandangan
yang atau life proccess kita kecuali gen- memungkinkan .untuk dimengerti tentang batasan-
batasan arti lingkungan, yaitu: mencakup segala material dan stimulasi di dalam dan di luar
diri individu, baik yang bersifat fisikologis, psikologis maupun sosio-kultural. Secara
fisikologis lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh
seperti: gizi, vitamin, air, zat, asam, suhu, system saraf, perbedaan darah, pernapasan,
pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan
jasmani. Secara Psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuannya naupun karya orang lain. Pola hidup
keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan belajar, pendidikan
Lingkungan Keluarga Secara literal keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri
dari orang yag berada dalam seisi rumah yang sekurang Dalam kaitan ini manusia
diperintahkan (oleh Sang Maha Pencipta) untuk membaca (artinya memahami,
memikirkan, mempelajari, untuk selanjutnya memanfaatkan dan mengembangkan) segala
sesuatu yang ada di muka bunmi, baik berupa unsure-unsur alam maupun budaya, yaitu
yang tertangkap melalui indera, terucapkan, terisyaratkan dan tersembunyikan.
Kurangnya terdiri dari suami dan isteri. mengatakan bahwa, "keluarga adalah
merupakan suatu kesatuan Sosial yang terdiri dari suami-isteri, untuk menciptakan dan
membesarkan anak".2 Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang
di akui keberadaannya dalam duni pendidikan.
Sebagai sarana pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka pasti
bersinggungan dalam masyarakat. Sehingga sudah barane t pendidikan karakter yang
dibina dan ditanamkan pada siswa dalam suatu sekolah akan bisa langsung di praktekkan
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga karakter yang baik pastinya juga akan
mempengaruhi kehidupan lingkungan masyarakat vang islami sesuai dengan ajaran Allah
dan tuntuna Rasulullah Pembinaan Lingkungan dalam Pendidikan Islam
Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota
masyarakat yang baik, sebab, masyarakat yang baik berasal dari individu-individu yang
baik sebagai anggota dari suatu komunitas masyarakat itu sendiri. Mengenai hal ini, Allah
Swt.
Dalam Alquran ada beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan makna
masyarakat, yaitu kata ummah dan qoum. Didalam Alquran terdapat 49 kata ummah yang
memiliki makna, terurama dalam kelompok kehidupan yaitu:
1. Kelompok yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (QS. Ali
Imran: 104)
Secara umum, masyarakat adalah sekelompok orang/ manusia yang hidup bersama
yang mempunyai tempat/daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama dimana masing
masing anggotanya saling berinteraksi. Interaksi yang dimaksudkan berkaitan dengan
sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam
suatu tata rertib/ undang-undang/ peraturan tertentu yang disebut hukum
Kedua, Kasih Sayang. Masyarakat Islam dibina atas dasarrasa kasih sayang antara
satu sama lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang mengatakan bahwa "tidak
sempuma iman seorang muslim scbelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri.
Ketiga, Persamaan. Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama,
adapun yang meembedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam masyarakat.
Ada orang yang menjadi pemimpin dan ada yang dipimpin. Tidak ada perbedaandihadapan
Allah.
Keenam, Keadilan Sosial. Masyarakat Islam dibina atas dasar keberadilan sosial,
yaitu keadilan yang merata bagi seluruh ummat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu
meletakkan sesuatu pada proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Ilahi. Allah
menganjurkan agar setiap muslim berlaku adil walaupun terhadap dirinya sendiri. Keadilan
dalam Islam meliputi hal-hal yang bersifat material dan spiritual.
BAB III
ANALISIS
Kekhasan dan kemutakhiran buku ini adalah bahwa dalam setiap proses
pendidikan tentulah meiliki cara pandang yang berbeda. Baik dikaji dari segi
Alqur’an maupun hadist. Buku ketiga ini banyak menyajikan hal-hal yang
bermanfaat, baik dari segi pendidik maupun organisasi atau madrasahnya.
Kemudian buku ini juga tidak terlepas dari jkajian-kajian Islami sehingga
menambah ciri khas dan daya tarik tersendiiri terhadap buku tersebut.
1.2.Kelebihan
1. Kelebihan Buku Utama
1) Terdapat banyak referensi sehingga lebih akurat
2) Pembahasan lengkap
3) Penyusunan sub judul sangat sistematis
2. Kelebihan Buku Pembanding
1) Menurut saya, materi yang termuat pada buku ini disampaikan dengan jelas,
kaya dengan isi dan referensi
2) Mampu menampilakan pemahaman seputar pendidikan Islam tidak hanya
dari Al- Quran dan Al- Hadits namun juga membawakan sudut pandang
filsuf muslim di dalamnya sehingga kaya akan rujukan.
1. Antara Sampul dengan isi sangat fantastis dan menarik minat pembaca.
2. Buku ini lebih banyak referensinya dari pada buku pertama dan kedua.
1.3.Kekurangan
1. Kekurangan Buku Utama
1) Terdapat kata yang tak perlu dimasukkan agar lebih efektiff
2) Ada kata-kata yang sulit dipahami
2. Kekurangan Buku Pembanding
Masih adanya kata-kata yang kurang dipahami dalaam buku ini. Kemudian
dalam penulisannya agar lebih di perhatikan lagi bagian yang menggunakan sub-
sub nomor. Juga terlalu banyak-nya kata-kata yang sering diulang.
1.4.Rekomendasi
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN