Anda di halaman 1dari 52

CRITICAL BOOK REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pembimbing : Dr. Rahmat Hidayat, MA

DISUSUN OLEH :

Nama : Rizka Ramadani Sam

Nim : 0307181033

Semester : III (Tiga)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN / 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Swt. Tuhan pengurus seluruh
alam,atas berkah dan karunia-Nyalah tugas saya mengenai “Critical Book Review”
dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat dan salam marilah kita limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. beserta seluruh keluarga dan sahabat serta pengikut
ajarannya hingga akhir zaman.

Tugas ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Filsafat Pendidikan Islam. Sebagai bentuk dasar uraian materi dari pelajaran yang
dijadikan sebagai salah satu pengetahuan dasar yang dapat dikaitkan dalam islam
untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
menggunakan metode ini sebagai sikap untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta-nya.

Jika dalam tugas ini masih terdapat kekurangan, saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan pada tugas selanjutnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
tugas ini. Semoga tugas ini mampu memberikan pengetahuan yang lebih luas
khususnya bagi yang telah mengetahui dan menjadi wawasan yang sangat berharga
bagi yang baru mengetahuinya.

Medan, 15 Oktober 2019

Rizka Ramadani Sam


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. .. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN JURNAL

2.1 Identitas Buku ................................................................................................ 2

2.2. Ringkasan Buku .. .......................................................................................... 2

BAB III ANALISIS ............................................................................................. 45

BAB IV PENUTUP

I. Kesimpulan ........................................................................................................ 47

II. Saran ................................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Critical book adalah hasil kritik tentang suatu topik materi yang pada
umumnya di perkuliahan terhadap buku yang berbeda ataupun buku yang dimiliki
dosen. Penulisan critical book ini pada dasarnya adalah untuk membandingkan
buku yang satu dengan buku yang lainnya, namun kali ini saya hanya membahas
satu buku saja yang akan dijadikan sumber referensi. Setiap buku yang dibuat oleh
penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kelayakan suatu buku dapat kita ketahui jika kita melakukan resensi terhadap buku
itu dengan perbandingan terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan kelebihan yang
lebih dominan dibandingkan dengan kekurangan nya artinya buku ini sudah layak
untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi bagi khalayak ramai.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja kelebihan Ketiga Buku Tentang Filsafat Pendidikan yang akan
dijadikan sebagai sumber referensi?
2. Apa saja kekurangan Ketiga Buku Tentang Filsafat Pendidikan yang akan
dijadikan sebagai sumber referensi?
3. Apa saja isi dari Ketiga buku yang dijadikan sebagai bahan penelitian?

1.2.Tujuan
1. Mengetahui kelebihan Ketiga buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai sumber referensi
2. Mengetahui kekurangan Ketiga buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai sumber referensi
3. Mengetahui Isi ketiga buku pembanding walaupun secara ringkas di
paparkan sebagai sumber referensi
BAB II

ISI BUKU

2.1. IDENTITAS BUKU I

Judul Buku : Pengantar Filsafat Pendidikan

Pengarang : Drs. Usiono, M.A

Penerbit : Hijri Pustaka Utama

Edisi/cet : Ketiga (3)

Tahun Terbit : 2009

Bahasa : Indonesia

Ukuran : 13,7 cm x 20, 9 cm

Jumlah Halaman : VI + 196 Halaman

ISBN : 979-96416-7-5

IDENTITAS BUKU II (BUKU PEMBANDING)

Judul : Filsafat Pendidikan Islam

Pengarang : Dr. Salminawati, SS, MA

Penerbit : Cita Pustaka Media Perintis

Tahun Terbit : 2011

Edisi/cet : I (satu)

Jumlah Halaman : 192 halaman

Ukuran :-

ISBN : 978-602-9377-15-6
IDENTITAS BUKU III

Judul Buku : Filsafat Pendidikan Islam

Pengarang :Dr. Rahmat Hidayat, MA dan Dr. Henni Syafriana


Nasution, MA

Penerbit : LPPPI

Edisi/cet : Kedua (2)

Tahun Terbit : 2019

Bahasa : Indonesia

Ukuran : 17,5 cm x 24,9 cm

Jumlah Halaman : VII + 276 Halaman

ISBN : 978-602-60046-2-8

2.2. Ringkasan Materi Buku 1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pengertian umum pendidikan adalah proses bbudaya oleh generasi


yang mengambil peran dalam sejarah, walaupun pendidikan merupakan proses
budaya masa kini dan membuat budaya masa depan.1 Dan filsafat adalah cara
pandang dan persfektif atas kenyataan, apa yang dipahami hakikat sebagai
kenyataan, kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

BAB II

FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN

A. Manusia dan Filsafat

1
Drs. Usiono, M.A. Pengantar Filsafat Pendidikan,( Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009),
hlm. 4.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang
timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Dengan itu manusia
diharapkan agar dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan
sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.2 Filsafat dalam
kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan, bukan saja karena sejarahnya yang
panjang ke belakang ribuan tahun sebelum masehi, melainkan juga ajaran filsafat
mampu menjangkau ke depan kehidupan umat manusia yang mempengaruhi
perilakunya dengan ideologi yang diyakini, terutama dalam kehidupan berbangsa.
Sebelum ada ilmu (science), filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan
penyelidikan manusia. Filsfat mendahului pengetahuan. Karena itulah filsafat
dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu
pengetahuan.

B. Filsafat dan Teori Pendidikan


Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara
lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara
pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan
masalah problematika pendidikan dan teori-teori pendidikannya.. Di
samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya.
2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut
pandangan dan aliran filsafat tertentuu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata.
3. Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pengetahuan atau pedagogik.
C. Hubungan anatar Filsafat, Manusia, dan Pendidikan
1. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan

2
Ibid., hlm. 20
Dalam Ilmu Pengetahuan, filsafat memiliki kedududkan sentral, asal atau
pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia
di bisang pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.

2. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia


a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti
pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat
b. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.

BAB III

KONSEP DASAR FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani,
philopsia, yang berarti philos artinya cinta, suka dan Sophia adalah pengetahuan,
hikmah. Jadi philopsophia adalah cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Filsafat juga diarikan sebagai alam pikiran atau alam berpikir. Dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah kearifann atau kebijakan. Jadi filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.

B. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat

Tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan. Sedangkan fungsi


filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, mennetapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun jalan baru. Manfaat filsafat adalah sebagai motor penggerak pemikiran
manusia untuk memecahkan masalah manusia yang empiris dalam kehidupan
seehari-hari.

C. Metode-Metode Filsafat

1) Kontemplatif (perenungan)
2) Spekulatif (Menyelami sesuatu secara mendalam)
3) Deduktif dan Induktif (Berdasarkan eksperimen dan bersifat umum)

D. Model-Model Filsafat
1) Filsafat Spekulatif (Berpikir secara sistematis)
2) Filsafat Preskriptif (Berusah menghasilkan suatu ukuran penilaian tentang
seni)
3) Filsafat Analitik

E. Misi Filsafat

1) Mendapatkan pandangan yang menyeluruh


2) Menemukan makna-makna dan nilai-nilai dari segala sesuatu
3) Menganalisis dan memadukan kritik terhadap konsep-konsep

F. Lapangan Filsafat

Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang filsafat yang terdiri atas:

1) Metafisika
2) Epistemologi
a. Jenis-Jenis Pengetahuan
1) Pengetahuan Wahyu
2) Pengetahuan Intuitif
3) Pengetahuan yang Rasional
4) Pengetahuan Empiris
5) Pengetahuan Otoritas
b. Teori Pengetahuan
1) Teori Korespondensi
2) Teori Koherensi
3) Aksiologi
a) Hakikat Nilai
b) Tipe Nilai
c) Kriteria Nilai
d) Status Metafisika Nilai

G. Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Filsafat dan ilmu sama-sama berupaya mencari kebenaran atau pengetahuan


yang benar. Ilmu bertugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas menafsirkan
fenomena alam semesta. Kebenaran filsafat berada di sepanjang pemikiran,
sedangkan kebenaran ilmu berada di sepanjang pengalaman. Filsafat berakar pada
rasio murni sedangkan agama berakar pada wahyu.

H. Filsafat dan Ilmu Pendidikan

Filsafat pendidikan sebagai salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekata[n filosofis
pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan
penghidupan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.

BAB IV

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pendidikan

1) Definisi Pendidikan

Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah


bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepaa anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaan.Dalam arti luas Pendidikan berarti suatu prosese untuk
mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup
pengethauannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya melalui transformasi
nilai budaya.

2) Dasar dan Tujuan Pendidikan

Dasar pendidikan suatu masyarakat adalah pandangan hidup (falsafah) yang


menjadi tempat berpijak seluruh perilaku masyarakat atau bangsa. Dalam pasal 3
UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang tujuan pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

3) Pendidik dan Anak Didik


4) Alat Pendidikan
a) Perlindungan
b) Kesepahaman
c) Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan
d) Perasaan bersatu
e) Pendidikan karena kepentingan diri sendiri

5) Lingkungan Pendidikan

a) Pendidikan dalam keluarga


b) Pendidikan di sekolah
c) Pendidikan di masyarakat

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah aplikasi konsep filsafat atau kaidah filsafat dalam
bidang pendidikan. Filsafat pendidikan berdasarkan pada filsafat formal atau
filsafat umum.

C. Urgensi Filsafat Pendidikan

Filsafat muncul menjelang tahun 1942. Begitupun dalam kurikulum


pendidikan guru, mata kuliah yang menggunakan filsafat pendidikan tidak secara
seragam berhubungan langsung dengan filsafat formal. Suatu filsafat pendidikan
mengacu kepada seperangkat kepercayaan-kepercayaan mengenai kehidupan dan
sekolah.

D. Peranan Filsafat Pendidikan

Filsafat penidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para


perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.

BAB V

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1) Filsafat pendiidkan idealisme


2) Filsafat pendidikan realisme
3) Filsafat pendiidkan materialisme
4) Filsafat pendidikan pragmatisme
5) Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
6) Filsafat pendidikan Progrevisme
7) Filsafat pendidikan esensialisme
8) Filsafat Pendidikan perenialisme
9) Filsafat pendidikan Rekontruksionalisme

BAB VI
PENDIDIKAN DAN BUDAYA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDKAN

A. Pendahuluan

B. Kebudayaan

1) Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah aktivitas yang terjadi secara berulang kali secara teratur
dan susunan benda-benda dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga menjadi ciri
dari suatu kelompok tertentu.

2) Karakteristik Kebudayaan
a) Kebudayaan merupakan pengalaman universal umat manusia, tetapi
manifestasi lokal dan regionalnya bersifat unik.
b) Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga bersifat dinamis dan memperhatikan
perubahan yang terus menerus dan menetap.
c) Kebudayaan mengisi dan menentukan jalan hidup kita, tetapi kebudayaan
tersebut jarang mengusik alam sadar kita.

C. Budaya dan Masyarakat

D. Pendidikan dan Kebudayaan

E. Tranformasi Sosial Budaya

F. Proses Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan


RINGKASAN ISI BUKU II

BAB I
FILSAFAT, FILSAFAT PENDIDIKAN DAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat Pendidikan Islam merupakan filsafat yang berdasarkan ajaran Islam


atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam.

B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Secara Makro, objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah objek


formalnya sendiri, yaitu mencari keterangan secara radikat mengenai Tuhan, alam
dan juga manusia yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.

Secara Mikro, objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran yang
mendalam, mendasar sistematis, terpadu, logis, serta universal mengenai konsep-
konsep tersebut mencakup lima komponen, yaitu : tujuan pendidikan Islam,
pendidik, anak didik, alat pendidikan, (kurikulum, metode dan penelitian/evaluasi
pendidikan), dan lingkungan pendidikan.

C. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam

Al-Syaibany secara khusus menjelaskan bahwa tujuan Filsat Pendidikan


Islam adalah:

a) Membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.


b) Menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai dasar dalam menilai keberhasilan
dalam pendidikan.
c) Menjadikan prinsip-prinsip Islam menjadi dasar menentukan kebijakan
pendidikan.
d) Menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai pedoman intelektual.
e) Menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai dasar dalam pemikiran
pendidikan dalam hubungannya dengan masalah spiritual, budaya, ekonomi
dan politik.
D. Metode Filsafat Pendidikan Islam
a) Bahan-bahan yang akan digunakan dalam upaya pengembangan filsafat
pendidikan.
b) Metode Pencarian Bahan
c) Metode pembahasan
d) Pendekatan

Dari kempat hal tersebut, semuanya didasari atau berpedoman kepada


Alquran dan Al-hadits. Dan pendekatan yang harus digunakan adalah perpaduan
dari ketiga ilmu, yaitu filsafat, ilmu pendidikan dan keislaman.

BAB II
KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Makna Al-Nas, Al-Basyar, dan Bani Adam
1. Al-Basyar

Al-Basyar secara bahasa berarti fisik manusia. Manusia yang dijelaskan


dalam istilah Al-Basyar adalah menekankan kepada gejalaa umum yang melekat
pada fisik manusia, yang secara umum relative sama antara semua manusia, yang
mana dalam kehidupannya bergantung kepada kodrat alamiah.

2. Al-Ins

Kata Al-Ins dipakai Alquran dalam kaitannya dengan berbagai potensi jiwa
manusia, antara lain sebagai makhluk Allah yang selalu berbuat baik, dan juga
terdapat potensi pembangkang. Yang mana keduanya mendapat ganjaran sesuai
yang dilakukannya. Dan potensi tersebut diberi peluang untukdapat
dikembangkan.
3. Al-Insan

Pada umumnya kata Al-Insan adalah menggambarkan pada keistimewaan


manusia sebagai penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus
dihubungkan dengan penciptanya.

B. Penciptaan Manusia dari Unsur Materi dan Non Materi

Baharuddin menjelaskan,dalam konteks diri manusia bermakna satu


keseluruhan yang utuh, namun, Dalam tampilannya selalu menyodorkan sisi
tertentu, seperti jismiyah (fisik), nafsiyah (psikis), dan ruhaniah (spiritual-
transendental). Maing-masing sisi ini menampilkan karakteristiknya. Dalam
Alquran dijelaskan beberapa fungsi aspek jismiyah yang membentu cara kerja
aspekpsikis lainnya, diantaranya adalah:

a) Kulit (al-jild) sebagai alat peraba (al-Lams), (QS. Yusuf/12:94), (QS. Al-
An’am/6;7)
b) Hidung (al-Anf) sebagai alat penciuman (al-Syum), (QS. Yusuf/12;94)
c) Telinga (al-Uzun) sebagai alat pendengaran (al-Sam’) (QS. Al-Isra/17;36,
al-Mu’minun/23;78, al-Sajadah/32;9, al-Mulk/67;23)
d) Mata (al-‘Ain) berguna sebagai alat penglihatan (al-bashar) (QS. Al-
A’raf/7;185, Yunus/10;101, al-Sajadah/32;27)
e) Lidah (Lisan) dan kedua bibir (al-syafatain) serta mulut (al-famm)berguna
sebagai alat pengucapan (al-Qaul) yang berguna untuk memperoleh dan
menyebarkan infoemasi dan ilmu pengetahuan. (QS. Al-Balad/90:9-10,
Thaha/20:27-28, al-Fath/48:11).

C. Tujuan Penciptaan Manusia : Khalifah dan Abdu Allah

Pendidikan Islam berfungsi untukmenghasilkan manusia yang “insanil


kamil”. DEngan demikian indicator dari insan kamil tersebut adalah:

a) Menjadi hamba Allah (al-Zariyat:56)


b) Menjadi Khalifah Allah fi al-ardh (al-Baqarah:20)
c) Memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat (al-
Qashash:77)
D. Potensi Manusia
a) Potensi Jasmani

Potensi jasmani manusia adalah seluruh organ tubuh manusia yang


berwujud nyata bersifat material seperti panca indra, jantung, paru-paru, dll.

b) Potensi Rohani
 Akal, Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu (al-Ankabut
:43) dan Doronganmoral (al-An’am:151) juga Dorongan untuk mengambil
pelajaran dan kesimpulan serta hikmah (al-Mulk:10)
c) Qalb
d) Nafs

Potensi dasar manusia menurut Islam adalah baik dan buruk. Sedangkan
fitrah manusia adalah baik.

BAB III
KONSEP MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF FALSAFAAH
PENDIDIKAN ISLAM
A. Makna Al-Ummah
Dalam Alquran kata ummah memiliki makna diaantaranya, yaitu:
1. Kelompok yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
(QS. Ali-Imran/3:104)
2. Agama Tauhid (QS. Al-Mu’minun/23:52),
3. Kaum (QS. Hud/11:8)
4. Jalan
5. Cara atau gaya hidup (QS. Az-Zuhruf/43:22)
B. Karakteristik Muslim

Ciri-ciri masyarakat muslim digambarkan Allah Swt diantaranya pada surat al-
Hujurat/49: 11-12, yang disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak menggangu remeh komunitas yang lain


2. Tidak mengejek diri sendiri
3. Tidak memanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk
4. Tidak mengghibah
5. Tidak berprasangka buruk terhadap orang lain.

Selanjutnya karakteristik yang harus dimiliki ummat Muslim dalam


bermasyaarakat yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mendirikan Masjid
2. Ukhuwah Islamiyah
3. Hubungan persahabatan dengan pihak lain yang tidak beragama Islam
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, sosial untuk masyarakat baru

C. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Masyarakat Terhadap Pendidikan Islam


1. Mengarahkan diri dan masyarakat untuk bertauhid dan bertaqwa kepada Allah
Swt (QS. 23:52)
2. Masyarakat berkewajiban menta’lim, ta’dib, dan mentarbiyahkan syari’at
Allah (QS. 13:30)
3. Menyeru ke jalan Allah Swt (QS. 22: 67)
4. Mendidik sesama dan berlomba-lomba berbuat kebajikan
5. Berkorban untuk sesame
6. Menegakkan sikap adil (QS. 2: 143)
7. Mendidikkan tanggung jawab pada setiap warga

BAB IV
KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pengertian Al-‘Ilm

Kata al-‘ilm berasal dari bahasa Arab dengan bentuk mashdar dari kata ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, fi’lan, yang berarti pengetahuan.
Imu dalam persfektif Islam berdasarkan intelek (hati nurani dan akal subyektif)
yang mengarahkan rasio (akal obyektif) kepada pembentukan ilmu yang
berdasarkan kesadaran dan keimanan kepada Allah Swt.

B. Instumen Meraih Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa alairan yang berbicara tentang instrument meraih ilmu


pengetahuan, yaitu:

1. Rasionalisme

Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal


menangkap objek.

2. Empirisme

Aliran ini berpendapat bahwa manusia mengetahui pengetahuan melalui


pengalaman.

3. Positivisme
Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung bukti empiris yang terukur.

C. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan

Dengan potensi yang dimiliki manusia berusaha untuk membaca, memahami,


meneliti dan menghayati fenomena-fenomena yang nantinya dapat menimbulkan
pengetahuan. Kemudian sumber ilmu pengetahuan lain yaitu Alquran dan Hadits,
selain sebagai pedoman umat Muslim, juga terdapat banyak ayat yang berbicara
tentang fenomena alam dan manusiaa.

D. Validitas Ilmu Pengetahuan

Untuk menentukan kepercayaan apa yang benar, maka para filosof bersandar
kepada tiga cara untuk menguji kepada kebenaran, yaitu:

1. Teori Korespondensi
2. Teori Koherensi
3. Teori Pragmatis
4. Agama sebagai Teori Kebenaran
E. Klasifikasi/Pembidangan Ilmu Pengetahuan
Secara umum, ilmu pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Ilmu-ilmu alamiyah
2. Ilmu-ilmu sosial
3. Ilmu dasar atau ilmu murni di bidang sosial
4. Ilmu humaniora dengan cabang-cabangnya.
F. Integrasi Ilmu Pengetahuan

Untuk mencapai tingkat integrasi epistemologis maka integrasi harus


diusahakan pada beberapa aspek, yaitu:

1. Integrasi Ontologis
2. Integrasi Klasifikasi Ilmu
3. Integrasi Metodologis

G. Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Islamisasi ilmu pengetahuan berusaha supaya umat islam tidak begitu saja
meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan pada tauhid.
Dengan tujuan agar umat Islam memiliki ilmu pengetahuan yang dibangun dari
dasar-dasar ajaran Islam.

H. Karakteristik Ilmuan Muslim


1. Dekat dengan Allah
2. Memelihara ilmu pengetahuan sebagaimana para ulama salaf memeliharanya
3. Juhud dan menghindari kekayaan material yang berlebihan
4. Ilmu bukan alat untuk mencapai tujuan duniawi
5. Terhindar dari tindakan tercela
6. Sesuai syariat
7. Memelihara amalan sunnah
8. Memperlakukan masyarakat dengan akhlak mulia
9. Bersih dari akhlak buruk
10. Memperdalam ilmu pengetahuan
I. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
Ilmu yang diterapkan dalam pendidikan Islam harus bermanfaat, baik aspek
empiris maupun non empiris dalaam aspek akidah dan akhlak.

BAB V
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Al-Tarbiiyah, Al-Ta’lim, dan Al-Ta’dib
1. Al-Tarbiyah

Al-Tarbiyah artinya pendidikan Islam, yang mana mengandung empat unsur


pendekatan, yaitu:

a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa


b. Mengembangkan seluruh potensi
c. Mengarahkan fitrah pada kesempurnaan
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap
2. Al-Ta’lim

Menurut Jalal, kata Ta’limmerupakan proses pemberi ilmu pengetahuan


,pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah.Sehungga
membersihkan pemikiran yang kotor terhadap manusia agar dapat menerima al-
Hikmah dan mempelajari ilmu yang bermanfaat baginya.

3. Al-Ta’dib

Al-Attas menjelaskan bahwa Al-Ta’dib bererti pengenalan dan pengakuan


tentang hakikat, yang mana pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis
sesuai dengan tingkatnya.

B. Asas-Asas Pendidikan Islam


1. Alquran
2. Sunnah
3. Perkataan,Perbuatan dan Sikap Para Sahabat
4. Ijtihad
C. Esensi Tujaun Pendidikan Islam
1. Tujuan Tertinggi

Tujuan tertinggi pendidikan Islam yaitu menjadikan peserta didik menjadi


insan kamil dengan indicator sebagai berikut:

a. Menjadi Hamba Allah


b. Menjadi Khalifah Allah fi al-Ardh
c. Memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat
d. Terciptanya manusia mempunyai wajah Qur’ani
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia
b. Persiapan kehidupan dunia dan akhirat
c. Persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat
d. Menumbuhkan semngat ilmiah pada pelajar
e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional.

D. Rumusan World Conference Of Muslim Education tentang Pendidikan Islam

Merujuk pada pendapat beberapa ahli, maka disimpulkan bahwa tujuan


pendidikan Islam adalah:

1. Memberikan nilai-nilai Alquran sebagai langkah pertama


2. Menanamkan pengertian berdasarkan pada ajaran-ajaran fundamental Islam
yang terwujud dalam Alquran dan Sunnah bahwa ajaran-ajaran ini bersifat
abadi.
3. Memberikan pengertian-pengertian dalam bentuk pengetahuan dan skill
dengan pembahasan yang jelas bahwa hal-hal tersebut dapat berubah sesuai
dengan perubahan dalam masyarakat.
4. Menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis iman dan Islam
adalah pendidikan yang tidak utuh dan tidak pincang.
5. Menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan baik dalam keimanan
maupun dalam ilmu pengetahuan.
6. Mengembangkan manusia Islami berkualitas tinggi yang diakui secara
universal.

BAB VI
UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Esensi Pendidikan dalam Persfektif Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidik dalam Pendidikan Islam

Menurut kajian Pendidikan Islam, pendidik dalam bahasa Arab disebut dengan
mu’allim, ustadz, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu’addib. Secara istilah
pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi yang ada pada peserta
didik,baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.

2. Sifat dan Karakteristik Kepribadian Pendidik muslim, salah satunya adalah al-
Ghazali, yang berpendapat bahwa guru dapat diserahi tugas mengajar adalah
guru yang cerdas dan sempurna akalnya serta baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Selain sifat umum tersebut, juga ada sifat-sifat khusus, yaitu:
a. Rasa kasih sayang
b. Memahami bahwa mengajar sebagai aktifitas mendekatkan diri kepada Allah
c. Sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
d. Menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan,
cacian dan sebagainya.
e. Tampil sebagai teladan bagi peserta didik
f. Memperlakukan murid sesuai dengan potensi masing-masing
g. Memahami bakat dari peserta didik
h. Berpegang teguh kepada apa yang diucapkan dan merealisasikannya.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim

Menurut Al-Ghazali,tugas profesi yang harus dipatuhi oleh pendidik meliputi


delapan hal:

a. Menyayangi peserta didik seperti anaknya sendiri


b. Mengajar bukan untuk mendapat upah, melainkan mengikuti tuntutan
Rasulullah Saw
c. Memberikan nasihat kepada peserta didik
d. Mencegah peserta didik kearah yang salah
e. Tidak memandang remeh disiplin keilmuan lain
f. Menyampaikan materi sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik
g. Guru menyampaikan materi dengan jelas, konkrit, dan sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik.
h. Mengamalkan ilmunya.

B. Esensi Peserta Didikdalam Persfektif Falsafah Pendidikan Islam

Pada bagian ini membahas mengenai pengertian dan juga karakter peserta didik
dalam persfektif falsafah pendidikan Islam, yang mana arti dari peserta didik itu
sendiri adalah orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang
masih perlu dikembangkan. Sifat dan karakteristik yang harus dimiliki peserta
didik antara lain:

1. Belajar dengan niat dalam rangka taqarrub ila Allah


2. Mengurangi kecenderungan duniawi disbanding ukhrawi
3. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
4. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik umum, maupun agama
5. Memprioritaskan ilmu dinayah.

C. Esensi Kurikulum Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

Kurikulum sebagai sejumlah kegiatan yang mencakup berbagai rencana


strategi belajar mengajar, pengaturan program, dan hal yang mencakup pada
kegiatan dengan bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum,
cakupan kurikulum pendidikan Islam meliputi seluruh kawasan hidup manusia
muslim, baik dalam ruang lingkup kekhilafan maupun pengabdiannya kepada
Allah Swt sebagai makhluk ibadah.
D. Esensi Metode dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

Pengertian dari metode pendidikan ialah segala segi kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru agar peserta didik memahami apa yang disampaikan oleh
guru.Menurut Al-Syaibany, penggunaan metode pendidikan Islam secara
formaldiantaranya sebagai berikut:

1. Metode Induksi
2. Metode Perbandingan
3. Metode Kuliah
4. Metode Dialog
5. Metode Halaqah
6. Metode Riwayat
7. Metode Mendengar
8. Metode Membaca
9. Metode Imla’
10. Metode Hafalan
11. Metode pemahaman
12. Metode Pariwisata

E. Alat Pendidik : Reward and Punishment dalam Persfektif Falsafah Pendidikan


Islam
1. Ganjaran

Ganjaran merupakan alat pendidik yang menyenangkan dan bisa menjadi


pendorong atau motivator belajar bagi murid. Pemberian ganjaran kepada peserta
didik harus tepat sasaran. Contohnya memberi ganjaran kepada peserta didik atas
prestasi yang ia capai atas dasar pribadi.

2. Hukuman

Hukuman dalam dunia pendidikan adalah tindakan yang dijatuhkan kepada


anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa dan menjadikan
anak menjadi sadar akan perbuatannya dan tak mengulanginya lagi. Pemberian
hukuman tidak boleh semena-mena, apalagi hingga sampai membuat cacat fisik.
Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta dan kasih sayang, dan
mempunyai alas an yang tepat.

F. Esensi Evaluasi dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

Evaluasi dalam pendidikan Islam ialah pengambilan sejumlah yang berkaitan


dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang
selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.

BAB VII
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Akhlak dalam Perspektif Falsafah Pendidikan islam

Akhlak secara etimologi artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan
tabiat. Dalam ayat Alquran, akhlak atau khuluq dapat diartikan dengan budi pekerti
atau perangai, tingkah laku, adab kebiasaan, tabiat serta peradaban yang baik atau
segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.

Jadi, pendidikan akhlak adalah pendidikan perilaku, atau suatu proses


mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan menganai akhlak
seseorang.

B. Tujuan Pendidikan Akhlak


1. Agar sesorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta
menghindari yang buruk.

Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat Pendidikan Islam mengandung tiga komponen kata, yaitu filsafat,


pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih
baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya
secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir sebagai berikut:
Secara etimologis filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata philein (mencintai)
atau philia (cinta) atau philos (sahabat, kekasih) dan sophia (kebijaksanaan, kearifan).
Filsafat dimulai dari ingin tahu. Keingintahuan melahirkan pemikiran. Manusia
memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai
filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau
mengetahui. Dengan kepandaiannya manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana
adalah tujuan dari mempelajari filsafat itu sendiri.

Makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan rasa manusia ini kemudian
mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman.
Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan/kearifan". Orang yang
mempelajari serta mendalami filsafat disebut "filsuf".Dari penjelasan di atas, maka filsafat
dapar diartikan sebagai rasa ingin tahu yang mendalam luad atau cinta pada kebijaksanaan.

Mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang


mendasar, sistematis, logis dan menyeluru (universal) tentang pendidikan yang tidak hanya
dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan Agama Islam saja, melainkan menuntut kepada
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan Sebagai hasil bual pikiran bercorakkan
khas Islam, filsaíat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumberkan atau melandaskan ajaran agama Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi
manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia
harus dibina menjadi hamba Allah yang berkepribadian demikian. Sarana dan upaya apa
sajakah yang dapat mengantarkan pencapaian cita-cita demikian dan sebagainya.

Yang Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam ini,
Muzayyin Arifin dalam Abudin Nata mengatakan bahwa ruang lingkup pemikirannya
bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan segala
hal vang mendasari serta mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu.
Dengan demikian, secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan pemikiran
yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, Islam ini adalah logis, menyeluruh
dan universal mengenai konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan,
kurikulum, guru, metode, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya Jalaludin dan Usman
Said menjelaskan bahwa secara makro, apa yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup
vang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan manusia
merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Secara mikro yang menjadi objek
pemikiran atau ruang lingkup filsafat pendidikan sebagai berikut:
1. Metumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan;
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan;
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara, filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan;
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.

Dengan demikian ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah masalah-masa lah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan Islam, seperti msalah tujuan pendidikan Islam,
masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. Secara umum ruang lingkup
pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran yang serba mendalam,
mendasar, sistematis, terpadu, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang
berkaitan denganpendidikan atas dasar ajaran Islam.

Fungsi Filsafat Pendidikan Islam Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat
pendidikan Islam mendasar melandasi dan yang merupakan mengarahkan proses
pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh kara itu filsafat ini juga memberikan gambaran tentang
sampai dimana proses tersebut direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi
bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Masih dalam fungsinalnya, filsafat pendidikan
Islam juga bertugas melakukan kitik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam
proses pendidikan Islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan pemikiran metode
tersebut harus mendasar tentang bagaimana didayagunakan atau diciptakan agar efektif
untuk mencapai tujuan.

M. Arifin menjelaskan bahwa filsafat pendidikan Islam bertugas dalam 3 (tiga)


dimensi, yakni:

1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan


pendidikan yang berdasarkan Islam;
2. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut;
3. Melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses pendidikan
tersebut.
Filasfat pendidikan Islam, menunjukkan problema yang dihadapi oleh pendidikan
Islam, sebagai dari hasil yang mendalam. dan berusaha untuk memahami duduk
masalahnya. Dengan analisa filsafat, maka filsfat pendidikan Islam bisa menunjukka
alternatif-alternatif pemecahan maslah tersebut. Setelah melalu proses seleksi terhadap
alternatif-alternatif tersebut, yang mana yang paling efektif, maka dilaksanakan alternatif
tersebut dalam praktek kependidikan.

Filsafat pendidikan Islam memberikan pandangan tertentu tentang manusia


(menurut Islam). Pandangan tentang hakikat manusia tersebut berkaitan dengan tujuan
hidup manusia dan sekaligus juga merupakan tujuan pendidikan menurut Islam. Filsafat
pendidikan juga berperan untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam tersebut
dalam bentuk-bentuk khusus yang opersssasional. Dan tujuan yang yang operasional ini
berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikan.

Filsafat penddikan Islam dengan analisanya terhadapa hakikat hidup dan


kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang
harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa
potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al asma' al husna, dan
dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan kongkret, tidak boleh
mengarah kepada menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut. Hal ini akan
memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai dan peangaturan lingkungan yang
diperlukan.

Filsafat pendidikan Islam dalam analisannya terhadap masalah-masalah


pendidikan masa kini, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam
yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal, atau
merumusklan di mana letak kelemahannya, dan memberikan tidak. Dapat dengan demikian
bisa alternative-alternatif perbaikan dan pengembangannya.

Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam ada yang bercorak tradisional


dan dapat pula bercorak filsafat kritis. Pada filsafat pendidikan lslam yang bercorak
tradisional, tentunya tidak dapat dipisahkar dengan aliran madzhab filsafat yang pernah
berkembang dalamdunia Islam. Dalam hal ini, filsafat pendidikan Islam berusaha
menganalisa pandangan aliran-aliran yang ada terhadap masalah kependidikan yang
dihadapi pada bagaimana implikasinya dalam filsafat pendidikan Islam. Masalah masanya
dan Sedangkan pada filsafat pendidikan yang bercorak kritis, maka dalam hal ini disamping
menggunakan metode-metode Glsafat pendidikan Islam sebagaimana yang telah
berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode fisafat pendidikan vang
berkembang dalam dunia filsafat pada umumnya. Sebagai suatu metode, pengembangan
filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut:

1. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal
ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu Alquran dan al-Hadits yang disertai pendapat para
ulama serta para filosof dan lainnya, dan bahan yang akan diambil dari pengalaman empirik
dalam praktek kependidikan.

2. Metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertuils dapa
dilakukan melaluistudi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya
telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, klhusus dalam menggunakan Alquran dan
Al-Hadits dapat digunakan jasa Ensiklopedi Alquran semacam Mu'jam Al Mufahras li
Alfazh Alquran al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu'jam al muhfars li
Alfazh al hadits karangan Weinsink. Muzayyin

3. Metode pembahasan. Untuk ini Arifin mengajukkan alternatif metode analisis sintes is,
yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap pemikiran secara
induktif, dedukatif, dan analisa sasaran ilmiah.

4. Pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula


dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini
biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu
yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula.

Hakikat Manusia dan Pendidikan dalam Islam

Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak zaman dahulu dan terus
berlangsung sampa! saat ini. Pemikiran tentang hakikat manusia belum berakhir dan tidak
akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dalam alam semesta merupakan
bagian yang amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang
potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukan dalam alam semesta.

Dalam berbagai literatur, ditemukan berbagai pandangan para ahli tentang hakekat
manusia. Salah satu ahli di bidang filsafat dan antropologi Sastra Prateja mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Menurut A. Tatsir manusia adalah makhluk
ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri.
Alquran surat al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari
segumpal darah; Alquran surat al-Thariq bahwa manusia dijadikan oleh Allah, Alquran
ayat 5 menjelaskan surat ar-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa ar-Rahman (Allah) itulah
yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat Alquran yang menjelaskan bahwa
yang menjadikan manusia adakah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.

Senada dengan pendapat A Tafsir diatas, Jalaluddin mengatakan bahwa seperti


halnya alam semesta, maka dalam konsep filsafat pendidikan Islam, manusia adalah
makhlukciptaan Tuhan. Hakikat penciptaannya adalah agar manusiaPenciptanyamenjadi
pengabdi menempatkan dirinya sebagai pengabdi yang setia, maka manusiadianugerahkan
berbagai potensi baik potensi jasmani, rohani dan Agar dapat ruh (philosophy of mind).

Manusia sebagai ciptaan, dilengkapi dengan potensi agar dengan potensi itu dapat
mengembangkan dirinya. Namun dalamusaha meningkatkan kualitas sumber daya
insaninya itu, manusia diikatkan oleh nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Penciptanya
(aksiologi). Dengan demikian manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam adalah
sebagai makhluk alternatif memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang
terbaik, yaitu nilai Ilahiyat. Di satu sisi ia memiliki kebebasan untuk memilih arah, di lain
pihak manusia diberi pedoman ke mana (dapat arah yang rerbaik yang semestinya ia tuju.
Manusia dapat dikategorikan sebagai makhluk bebas (alternatif) dan sekaligus terikat
(tidak bebas nilai).

Proses Kejadian Manusia dan Nilai-Nilai yang Terkandung di Dalamnya mencipe


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt pencip diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Sebagaimana Alla memu Swt. berfirman:

‫انذ خلقنا اإلنسن في أحسن تقويم‬

Artinya: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalan bentuk yang sebaik-
baiknya". (QS.At Tin ayat 4).

Disisi lain Manusia juga adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-
makhluknya yang lain, sebagaimana Allah baik Swt. berfirman:

‫انید هؤال وهتؤالو من عطاو رباك وما كان عطا ريلك محظورا‬

Artinya: "Kepada masing-masing baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan
bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS.
Al-Isra: 20). Telaah atas ayat-ayat Alquran yang membicarakan tentang penciptaan
manusia, menyuguhkan kesimpulan bahwa generisi manusia yang ada sampai sekarang ini
berasal dari satu sosok bernama Adam. Penciptaan Adam sendiri merupakan sebuah
pengecualian; dia berasal dari tanah. Diantara ayat-ayat Alquran vang mengemukakan
persoalan penciptaan manusia di muka bumi adalah di bawah ini, yang secara jelas
menunjukkan bahwa generasi sekarang ini berujung pangkal pada Adam dan istrinya
Hawa. Allah Swt. berfirman:

Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwa kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya,
dan dari keduanya Dia memperkembang-biakkan lelaki dan perempuan yang
banyak." (Q.S. an-Nisa: 1) Pada ayat ini, dikemukakan bahwa secara regas
penciptaan semua manusia berasal dari sosok manusia. Dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dai
saripati yang hina. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik baiknya dan
Yang memulai pencip:aan manusia deri tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (air mani). (QS. as-Sajadah/32: 7-8).

Potensi-Potensi Dasar Manusia dan Pengembangannya umum Islam mengenal


kata potensi dengan kata fitrah. Dalan dasar, pengertian yang sederhana istilah fitrah sering
dimaknai suci da potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah berasal dari bahaArab, yaitu
fitrah (ai) jamaknya fithar (), yang suka diarnikperangai, tabiat, kejadian, asli, agama,
ciptaan. Muhammad Quraish Shihalb, istilah fitrah diambil dari akar al-fithr yang berarti
belahan. Dari makna ini lahir makna-mako kejadian. hanya fitrah diantara asli. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata fitrah diartikan dengan sifat asal, kesucian, bakat, dan
pembawaan. Selain itu, Lusi Makluf mengatakan, kata fitrah diartikan dengan agama,
sunnah, kejadian, tabiat. Inggris susunan John Echols dan Hasan Sadili, mengartikan fitrah
dengan natural, tendency, disposition, character." Dan Kamus Arab-Melayu mengartikan
fitrah dengan agama, sunnah, mengadakan, perangai, semula jadi, kejadian (khilqatun).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara Kamus Indonesia 60 umum


makna fitrah bermacam-macam, di antaranya adalah: fitrah dalam artian kejadian awal,
bentuk awal, kemampuan dasar, potensi dasar, suci, agama, ciptaan, dan perangai. Fitrah
hanya diperuntukkan bagi manusia. Sedangkan bagi binatang, fitrah sama dengan naluri
atau tabi'at. Dalam Alquran kata fitrah disebutkan sebanyak 20 kali, diantaranya: al-An'am:
14 dan 79; al-Rum: 30 (2 kali); al-Syuara': 5 dan 11; Hud:51; Yasin: 22; al-Zukruf: 27;
Thaha:22; al-Isra': 51; al-Anbiya: 56; Maryam: 90; al-Infithar: 1; Ibrahim: 10; al-Fathir:
101; al al-Zumar: 46; al-Mulk: 3; dan al-Muzammil: 18. Terdapat dalam 17 surat dan dalam
19 ayat, muncul dengan berbagai bentuknya.
Ada dalam bentuk madhi, fiil mudhari, isim fail, isim maful dan isim mashdar.
Dalam bentuk fi'il madi sebanyak 9 kali, Sedangkan pada filsafat pendidikan yang bercorak
kritis, maka dalam hal ini disamping menggunakan metode-metode filsafat pendidikan
Islam sebagaimana yang telah berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode
fisafat pendidikan vang berkembang dalam dunia filsafat pada umumnya. Sebagai suatu
metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai
berikut:

1. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan.


Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu Alquran dan al-Hadits yang disertai
pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya, dan bahan yang akan diambil
dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
2. Metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertuils dapa
dilakukan melaluistudi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, klhusus dalam
menggunakan Alquran dan Al-Hadits dapat digunakan jasa Ensiklopedi Alquran
semacam Mu'jam Al Mufahras li Alfazh Alquran al Karim karangan Muhammad
Fuad Abd Baqi dan Mu'jam al muhfars li Alfazh al hadits karangan Weinsink.
Muzayyin
3. Metode pembahasan. Untuk ini Arifin mengajukkan alternatif metode analisis
sintes is, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap
pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa sasaran ilmiah.
4. Pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula
dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan
ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori
keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan

Manusia dan Pendidikan mengisi dirinya dengan tersebut, menambuh pertahapan


pengalaman dan pengetahuan. Dengan demikian manusia berproses, bersal dari
memperoleh pengetahuan pengembangan lingkungannya serta dari Tuhan (epistemology).
Karena in hubungan antara lingkungan, manusia dengan khaliq (penciptal maupun antar
sesama makhluk (ciptaan) tak dapat dipisahkan Manusia sebagai makhluk ciptaan,
dilengkapi dengan potensi agar dengan potensi itu ia dapat mengembangkan dirinya. Secara
dirinya, pengalaman Poten potensi dengan antak beri Namun dalam usaha meningkatkan
kualitas sumber daa insannya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai yang ditentukan oleh
penciptanya (aksiologi). Dengan demikian manusia dipandang sebagai makhluk alternatif
(dapat memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan yang terbaik, yaitu nilai ilahiyat.
Disatu sisi ia memiliki kebebas an untuk memilih arah, dilain pihak manusia diberi
pedoman ke mana arah yang terbaik yang semestinya dan tak Ada tujuan. Manusia dapat
dikategorikan sebagai makhluk bebas u Life (alternatif) dan sekaligus terikat (tidak bebas
nilai).

Potensi yang dimiliki setiap manusia itu tak sepenuhnya optimal, para berkembang
secara memperkirakan bahwa manusia hanya menggunakan sepuluh persen dari
kemampuan yang dimilikinya sejak lahir, karena itu tugas orang tua dan para pelaku
pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki setiap anak agar ahli
Psikologi telah berkembang secara optimal melalui sebuah proses pembelajaran yang
efektif. Pendidikan merupakan salah satu menumbuhkan kembangkan potensi-potensi
yang ada dalam diri sarana yang dapat manusia sesuai dengan fitrah penciptaannya,
sehingga mampu berperan dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Potensi
atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu
melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberikan kebebasan untuk
berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi potensi dasar atau fitrah manusia
tersebut. Namun demikian, dalam pertumbulhan dan perkembangannya tidak dapat lepas
dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap
menguasai alam, hukum yang menguasai benda- benda maupun masyarakat manusia
sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung pada kemauan manusia. Hukum-
hukum inilah yang disebut dengan taqdir (Keharusan universal).

Hakikat dan Tujuan Pendidikan dalam Islam

Ada tiga termasuk untuk menyebutkan kata pendidikan dalam Islam, yaitu kata
tarbiyah, berasal dari kata kerja rabba. Di samping kata rabba terdapat pula ada juga kata
talim, berasal dari kata kerja allama. Selain itu, ada kata ta'dib, berasal dari kata addaba.
Ketiga istilah tersebut akan dibahas secara ringkas satu persatu sebagai berikut:

Pertama, Tarbiyah Kata tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy
tarbiyatan. Dalam Alquran dijelaskan:

‫وأخفض لهما جتاح الذل من الرحمة وقل رت آزحمهما كما‬


‫ربیاني صغیرا‬

Artinya: "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku sewaktu kecil." (QS. Al-Isra': 24).
Dalam terjemahan ayat di atas, kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan
pekerjaan orangtua yang mengasuh anaknya sewaktu kecil. Menurut Bukhari Umar bahwa
makna kata tarbiyah meliputi 4 unsur:

1. menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh;


2. mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam;
3. mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak kepada kebaikan dan kesempurnaan
yang layak baginya
4. proses ini pendidikan ini dilakukan secara Kedua, Ta lim. Kata allama
mengandung pengerntian memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak
mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan
membina kepribadian Nabi Adam as. melalui nama benda-bend bertahap. dan pena
yang diajarkan oleh Allah dalam friman-Nya:

Artinya: "Dan Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama nama (benda)
semuanya, kenudia dikemukan kepada para malaika Maka Allah berfiman, "Sebutkanlah
nama-nama benda itu semuo kamu benar." (QS. Al-Baqarah: 31).

Pengertian Pendidikan lslam Kata"pendidikan yang umum digunakan sekarang


adalah "tarbiyah", dengan kata kerja sb pengajara dalam bahasa arabnya adalah "alim devg
kerjaaya "alaa" Pendidikan dan pengajaran ddam ba arbnya "tanbryah wa ta'lim" sedangkan
"pendidikan Islam bahasa arabnya adalah "tarbiyah islamiyah" Kata (mendidik) sudah di
gunakan pada taman nabi Pendidikan teoritis mengandung pengnia "memberi makan"
(opvoeding) kepada jiwa anak didik ae mendaparkan kepuasan rohanialh, juga sering
diatikan denn secara menumbuhkan" kemampuan dasar manusia. Pendidikan Islam berarti
sistem pendidkan Jadi, mberikan kemampuan seseorang kehidupannya sesuai dengan cita-
cita dan nilai-nilai islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan ka
lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan v mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan de hanmba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi mau yang diama ukhrawi.

Dari beberapa asal kata pendidkan dalam Islam itu lahirlah beberapa pendapat para
pengertian ahli mengenai defenisi pendidikan sdam tersebut antara lain: Prof. Dr. On
Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendadila islam sebagai proses
mengubah tingkah laku individu mulia.

Pengertian tersebut memfokuskan perabahan tingkah laku manusia yang konotasin


pada pendidikan etika. Selain itu, pengetian nensebut memekamikam pada aspek
produktivitas dan kreatifitas manusia dalm peran dan profesinya dalam kehadupan
masyarakat dan alam semesta. Disisi lain De. Muhammad SA lbrahimy (Bangladesh)
mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut; Islamic clucation in tru sense
of the tem, is a sstem of education which enahles a man to lead hisife accoming to the
islomic adeology, char he may casity mould his life in acconding with tenent af islam
Pendidikan dalam pandangan xang sobenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam,
sehingga dengan mudah dengan ajaran Islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan
kehidupan manusia masa dapat membentuk hidupnya sesuai depan tanpa menghilangkan
prinsip prinsip Islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia
mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek
Dilain pihak Dr. Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan
berlandaskan nilai nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi
yang lebih

Dasar dan Asas Pendidikan Islam Kata dasar dalam kamus besar bahasa Indonesia
memili banyak arti diantaranya alas atau fondasi, pokok atau pandel Menurut Abudin Nata
dasar pendidikan adalah segala semur yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang
mendaur melandasi dan mengasasi pendidkan.

Tujuan Pendidikan Islam Dalam bahasa Arab, istilah "tujuan" berpadanan dengan
kata maqashid yang menunjukkan kepada jalan lurus. Kata ini merupakan kata jadian dari
qashada yang tersebar dalam Alquran yang memberi arti pokok. Berdasarkan berbagai
istilah tersebut di tas, maka tujuan pendidikan (magashid altarlbryah) dalam Islam mengacu
pada tujuan umum (aims) yang mengarah kepada akhir (oals) melalui tujuan antara Idam
berritik tolak dari konsep penciptaan manasia vhag khalifah dan fitrah manusia. Manusia
dalam Alquran wene posisi yang sangat istimewa, karena ia diciptakan oleh Allah sebagai
khalifatan fil'ardhi (wakil Tuhan) dengan tugas dan untuk ibadah hanya kepada-Nya. Pada
hakikatnya tujuan merupakan aplikasi dani vi e misi. Maka para ahli merumuskan berbagai
tujuan pendid islam. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidk Islam dengan visi
dan misi pendidikan Islam. Menunuta sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan
misi ideal, yaitu "Rohmatan Lil 'Alamin". Selain itu, sebenarnya kone dasar filosofis
pendidikan Islam lebih mendalam dan menyang pezsoalan hidup multi dimerisional, yaitu
pendidikan yang tida terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khos lagi
sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam ranga membangun kehidupan dunia yang
makmur, dinamis, harmoni dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam Alqurn
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sehab visi dn misinya adalah "Rohmatan
Lil Alamin". yaitu untuk membangun obectives). Tujuan pendidikan kehidupan dunia yang
yang makmur, demokratis, adil, damak taat hukum, dinamis, dan harmonis.

1. Penekanan akan membentu encarian ilmu pengetahuan, dan pengembangan atas


dasar ibadah kepada Allah Swt
2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak. Pengakuan akan potensi dan kemampuan
seseorang untuk
3. berkembang dalam suatu kepribadian. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar
tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia.
4. 4 Fungsi Pendidikan Islam Fungsi pendidikan Islam merupakan realisasi dari
pengertian tarbiyah alinsya yang artinya menumbuhkan atau mengaktualisasikan
potensi. menampakkan atau mengaktualisasikan potensi-potensi laten yang
dimiliki oleh setiap peserta didik. Pendidikan berusaha

Fungsi pendidikan Islam secara mikro proses penanaman nilai-nilai ilahiah pada
diri anak didik, sehingga mereka mampumengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin
sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai
sarana pewarisan budaya dan komunitas didalamnya identitas yang manusia
melakukaninteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

Secara umum fungsi pendidikan Islam adalah membimbing danmengarahkan


pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahapkehidupannya sampai
mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinyaadalah menyediakan fasilitas
yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.

Bukhari Umar menyatakan bahwa ada beberapa fungsi dari pendidikan Islam,
diantaranya: Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi Pendidikan sebagai Pewaris
Budaya. Dalam pendidikan Islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu: a). Nilai Ilahiyyah, nilai yang dititihkan Allah melalui para Rasul-Nya yang
diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini adalah iman dan takwa. Dan b). Nilai Insaniyyah,
hidup dan nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta berkembang dari peradaban
manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang berkelakuan relative dan dibatasi oleh ruang dan
waktu. Interaksi antara Potensi dan Budaya. Interaksi antara potensi dan budaya harus
mendapatkan tempat dalam proses
Hakikat Pendidik Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Kata pendidik, mengacu kepada seseorang yang memberikan perngetahuan,


ketrampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Pendidik berarti orang yang bertanggung
jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan mematuhi tingkat
kedewasaannya, serta memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt.

Menurut Tafsir, ada kesamaan antara teori Barat dengan Islam yang memandang
bahwa guru adalah pendidik, yaitu siapa saja yang mengupayakan perkermbangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif. Abdul
Mujib menjelaskan bahwa pendidik adalah orang- orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik, baik
potensi afektif (rasa), psikomotoriknya (karsa).

Sedangkan Al-Ghazali mengatakan bahwa pendidik adalah kognitif (cipta)


menyempurnakan, membersihkan, dan seseorang mengarahkan (anak didik) kepada Allah
azza wajalla. Oleh karenanya, dalam hal ini kedudukan seorang pendidik di sejajarkan
dalam barisan para nabi. Masih menurut Al-Ghazali mengingat tugas guru menuntut
tanggung jawab yang besar, maka guru berhak atas anak didiknya.

Disisi Imam Bamadib menjelaskan bahwa penddikan adalah tiap orang yang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Pendidik terdiri
dari; 1) orang tua,dewasa lain yang bertanggung jawab tentane

Selanjutnya, Ahmad Marimba memandang kedewasaan anak. Dalam bahwa, "pendidik


sebagai pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa vang karena hak dan
kewajiban bertanggungjawab tentang pendidikan orang yang memikul jiwa

Di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab 1


pasal 6, dibedakan antara pendidik alam dengan tenaga kependidikan renaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor,
instruktur, pendidikan

Pengertian Peserta Didik Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab diseb
lengan Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah "murid", maksudnya adalai
"orang-orang yang mengingini Dendidikan". Dalam bahasa arab dikenai juga dengn stilah
Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adaiah 'mencari", maksudnya adalah
"orang-orang yang mencari ilmu Secara terminologi peserta didik adalah anak didik at
ndividu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk sebagai bagian dari struktural kepribadian serta
proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorane individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun
fikiran.

Peserta didik merupakan raw material atau bahan mentah dalam proses
transforniasi pendidikan. Dalam undangundang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dini
melalui proses pembelajaran yang pendidikan tertentu.

pengarahan. yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan Abu
Ahmadi menjelaskan bahwa peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang
memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga
Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Dalam
pendidikan Islam peserta didik disebut dengan istilah muta'allim, mutarabbi dan
muta'addib. Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mua'allim karena mua'allim adalah orang yang mengajar,
sedangkan muta'alim adalah orang vang diajar. Mutarabbi adalah orang yang dididik dan
orang yang diasuh dan orang yang dipelihara. Sedangkan Muta'addib adalah orang yang
diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang baik dan berbudi.

Samsul Nizar, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis mengklasifikasikan peserta didik
sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi

a. memiliki dunianya sendiri.


b. Peserta didik memiliki periodisas i perkembangan dan pertumbuhan. Peserta
didik adalah makhluk Allah Swt. yang memiliki
c. perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan,

Hakikat Kurikulum dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Pengertian


Kurikulum Pendidikan Kurikulum memiliki esensi berupa program dalam Sebagai sebuah
rencana, mencapai tujuan. Kurikulum mempunyai peran sentral dalam menunjang
keberhasilan sebuah pendidikan Islam yang bertujuan pendidikan, terutam membentuk
generasi yang beriman, berilmu pengetahuan dan rakhlakul karimah, maka kurikulum yang
direncanakan serta dikembangkan haruslah benar-benar memenuhi kriteria-kriteria yang
memungkin tercapainya tujuan pendidikan Islam

Secara etimologis istilah "curriculum" berasal dari bahasa Latin yang semula
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu curro atau currere yang berarti "racecourse"
(lapangan/pacuan kuda, jarak tempuh lari, perlombaan, pacuan balapan, peredaran, gerak
berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta balap, dan lain-lain). Maka dapat kita
katakan kurikulum pada asalnya merupakan jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan
berlalri mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang
pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan Manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam
konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.

Al-Khauly menjelaskan al Manhaj sebagai seperangkat untuk mengantarkan


lembaga pendidikan yang diinginkan. John S. Brubacher menyatakan pengertian kurikulum
sebagai berikut: according to its Latin origin a curriculum is a coune wich one rims to reach
a goal, as in a race. This figure of a course has been carried over into educational parlence,
where it is sometimes called a rencana da media curriculum, sometimes a course of
study.218 Pemakaian istilah tersebut disesuaikan dengan maknA atau hakekat yang
dikandungnya, yakni adanya jarak atau proses yang harus ditempuh untuk mencapai
finish/tujuan, baik dalam dunia olah raga maupun dalam proses pendidikan. Sejalan dengan
perkembangan dunia pendidikan, konsep kurikulum jua turut mengalami perkembangan
dan pergeseran makna dari isi ka proses pendidikan sebagaimana yang dinyatakan oleh
Robin sebagai berikut "The Conmonly accepted definition on the curiculem has changed
from centent of courses of study and list of subyects and course to all experiences which
are offered to learners under the auspices or direction of the school.

Penjelasan kurikulum di atas, diartikan sebagai segala aktivitas atau pengalaman


siswa yang terjadi di bawah tanggung jawab sekolah. Konsep kurikulum dalam pandangan
terakhir juga disebut sebagai pengertian kurikulum dalam diakui sebagai defenisi modren
dengan fokus pada proses. Kurikulum dalam arti sempit diartikan sebagai kumpulan
berbagai mata pelajaran/mata kuliah yang diberikan kepada secara luas dan didik melalui
kegiatan yang dinamakan proses peserta.

Metode dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Metode pendidikan Islam


adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan
didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai jalan suprasistem. Metode
pendidikan merupakan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh
oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar sarana atau metode pendidikan
tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis,
psikologis, dan sosiologis Metode pembelajaran diartikan sebagai prinsipprinsip yang
mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang khususnya proses belajar
mengajar. Metode merupakan suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam
bahasa Arab metode disebut "thariqat". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "metode"
adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud, sehingga dapat
dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan
pelajaran agar mcncapai tujuan pembelajaran.

Metode pengaja ran agama Islam ialah cara yang paling efektif dan efisien dalam
mengajarkan agama Islam. Pengajaran vang Efektif adalah pengajaran yang dapat
dipahami secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa
pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. "Berfungsi" artinya
menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya.

Alat/Media Perspektif Filsafat Pendidikan Islan Dalam kaitannya dengan usaha


mencapai tujuan pendidikan Islam, alat/media pendidikan atau pengajaran mempunyai
peranan yang sangat penting. Alat/media merupakan sarana yang membantu proses
pembelajaran. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajaran murid
karena memudahkan murid untuk tanggap terhadap pelajarannya, karena tidak hanya
mendengarkan guru berceramah, namun melihat langsung dengan panca indera melalui
alat/media pembelajaran tersebur Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media
adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Robert Hanick
dkk. mendefinisikan media pesan adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber
(source) Sedangkan menurut Kemp dan penerima (receiver) informasi

Hakikat Hukuman dan Ganjaran dalam Peropektif Filsafat Pendidikan Islam

Secara etimologi, hukuman berarti siksa dan sebagainya, yang dikenakan kepada
orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya.2 Dar sisi ini, hukuman pada
dasarnya perbuatan tidak menyenangkan yang ditimpakan pada seseorang sebagai
konsekuensi logis dari suatu kesalahan atau perbuatan tidak baik (amal alsyai'ah) yang telah
dilakukannya. Dalam bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan iqab, jaza' dan 'uqubah.
Kata lqab bisa juga berarti balasan. Alquran memakai kata iqab sebanyak 20 kali. Salalı
satunya terdapat pada suraAli-Imran/3 ayat 11, yang berbunyi:

‫كد أب ال فرعرن والذين من قبه كدبوا بقاينیتا أخدهم ال له بدنوي‬


‫وال له شديد‬

‫العقاب‬

Artinya: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir aun dan orang-
orang yang sebelumnya; mereka mendiustakan Kami; karena itu Allah menyiksa mereka
disebabkan dosa dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.

Bila memperhatikan ayat tersebut, terlihat bahwa iqab pada umumnya didahului
olelh kata syadid (yang paling, amat dan sangat), dan kesemuanya menunjukkan arti
keburukan dan azab yang menyedihkan. Dari ayat tersebut bisa dipahami, bahwa kata
ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan manusia. Istilah iqab sedikit
berbeda dengan tarhib, dimana iqab telah berbentuk aktivitas dalam memberikan hukuman
seperti memukul, menampar, menonjok, dan lain-lain. Sementara tarhib adalah berupa
ancaman pada anak didik bila ia melakukan suatu tindakan yang menyalahi Dalam istilah
psikologi, hukuman berarti cara yang digunakan pada waktu keadaan yang merugikan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh se se orang dengan sengaja
menjatuhkan orang lain. Secara umum disepakati bahwa hukuman adalah
ketidaknyamanan/suasana tidak menyenangkan dan perlakuan yang buruk atau yang jelek.
aturan.

Hukuman dalanı hubungannya dengan pendidikan, khususnya Pendidikan Islam


berarti:

1. Alat pendidikan preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan.

2. Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta didik, Hurlock hukuman Elizabeth
mendefinisikan alah: "punishment means to inpose a offense penalty on a person for a fault
or violation or retaliation" 284 Hukuman ialah menjatuhkan

Kesimpulan bahwa balasan yang pertama adalah apa yang dikenal dengan istilah
ganjaran (reward), sedangkan balasan yang ke dua adalah hukuman (punishment), di mana
ayat ini juga menjelaska bahwa ganjaran dan hukuman merupakan pedoman dari Allah
Swt., dan Islam mengakui hal tersebut sebagai salah satu hukum berlaku dalam kehidupan
manusia atau masyarakat.
Dasar dan Tujuan Ganjaran dan HukumanIstilah ganjaran dan hukuman sudah
lama dikenal manusia. lantaran hal itu pada awalnya bukanlah ciptaan manusia, dan
memang sudah ada sejak manusia pertama Adam as lahir ke dunia yang fana ini. Hanya
dengan adanya pergantian zaman dan peralihan dari satu generasi kegenerasi lain, ditambah
dengan kegiatan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam, maka bentuk dari ganjaran
dan hukuman berbeda. Istilah yang digunakan sama hanya penerapannya yang berbeda,
namun demikian Islam telah memberikan dan menunjukan batasan dan pengertian yang
jelas dan umum antara ganjaran dan hukuman tersebut, melalui berbagai dalil dan bukti.

Hukuman pada dasarnya merupakan akibat dari suatu perbuatan manusia sendiri,
sebagaimana firman Allah Swt. berfirman:

Artinya: "Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan menghazab mereka,
dengan azab yang pedih di dunia dan akhinat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (Q.S. At-Taubah: 74).

Sedangkan dalam hadits diterangkan sebagai berikut:

‫وفرقوا بینهم في‬


‫"المضاجع‬.

Artinya: "Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakekna bahwa Rasulullah saw.
beTsabda: "Sunuhlah anakunak ali mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun.
Pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan
tempat tidur mereka." (H R. Abu Daud).291

Berdasarkan ayat dan hadits di atas, dijelaskan bahwa barang siapa mengerjakan
perbuatan dosa atau melakukan kesalahan, maka akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan tingkat kesalahan yang diperbuatnya. Secara rasional, ibadah (seperti shalat, shaum
dan ibadah lainnya) berperan mendidik pribadi manusia yang kesadaran dan pikirannya
terus-menerus berfungsi dalam semuapekerjannya Dari hadits di atas dapat diambil
pengertian bahwa anak harus diperintahkan mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun,
dan diberi hukuman pukul apabila anak menolak mengerjakan shalat jika sudah berusia 10
tahun, tujuan diberikannya hukuman pukul ini supaya anak menyadari kesalahannya.

Urgensi hukuman dan ganjaran dalam Pendidikan Islam Ibnu Khaldun telah
menjelaskan kekurangan kekerasan dalam mendidik anak-anak, dan untuk ini ia
menjelaskan, "siapa-siapa yang dididik dengan kekerasan, baik ia murid-murid, budak-
budak atau khadam dan rendah diri, hilang cara kegiatannva, ia terdorong kepada
kemalasan, suka berdusta dan bertabi'at jelek, arena takut hukuman yang akan diterimanya"
Kekerasan itu akan mengajarkan untuk menipu, suka menipu ini satu kebiasaan dan budi
pekertinya dan akan akan menjadi rusaklah perikemanusiaan yang terdapat dalam dirinya.
Selanjurnya Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa akhlak yang timbul dari kekerasan dan
paksaan mempunyai pengaruh yang ridak baik dalam hidup bermasyarakat, dan da lam hal
ini ia mengatakan, "Orang-orang yang mendapat bimbingan dengan cara kekerasan akan
menjadi beban bagi orang lain, karena ia tidak mampu mempertahankan nama baiknya dan
keluarganya, sebab is tidak mempunyai keberanian dan ambisi, dan ia tidak mau berusaha
untuk memiliki sidat-sifat keutamaan dan budi perikemanusiaanya tidak dapat
berkembang. baik, dan oleh karena itu jiwanya dan Menurut lbnu Sina pujian dan sugesti
lebih berfaedah dari mencela, dan pemakaian ini tergantung kepada situasi. Akan tetapi
kalau keadaan menghendaki kepada pemukulan, maka guru tidak boleh ragu-ragu
menggunakannya, dengan satu ketentuan bahwa pukulan yang pertama itu harus sakit,
hingga berkesan dalam jiwa anak-anak satu kesan yang pantas, sehingga hukuman tersebut
satu hal yang sungguh ia menganggap sungguh. Kalau sekiranya pukulan yang pertama itu
tidak menyakitkan, maka anak-anak akan memandang enteng terhadap pukulan. Akan
tetapi menggunakan hukuman itu adalah sesudah didahului dengan gertakan dan ancaman
serta bujukan agar terjadi pengaruh yang diinginkan dalam jiwa anak-anak.

Pendidikan digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali terpaksa. Hadiah


atau pujian jauh lebih dipentingkan ketimbang hukuman. Dalam pendidikan Islam diakui
perlunya hukuman berupa pukulan bila anak yang berumur 10 tahun belum juga mau shalat.
Manfaat hukuman dalam pendidikan ditujukan untuk memperoleh perbaikan dan
pengarahan, bukan semata- mata untuk membalas dendam, oleh karena itu orang Islam
menganjurkan untuk mengetahui tabi'at dan perangai anak-anak sebelum menjatuhkan
hukuman kepada mereka. Tidak ada yang menghendaki Allah swt. menganugerahkan
berbagai potensi besar dalam diri manusia yang membawanya mencapai kesempurnaan.

Bentuk-Bentuk Pendidikan Islam Untuk menentukan ganjaran apakah yang layak


dan baik therikan kepada anak merupakan suatu hal yang sangat sulit. Karena ganjaran
sebagai alat pendidikan banyak sekali macamnya, ganjaran pada dasarnya dapat berupa
materi dan non materi, yang berupa materi seperti barang atau benda dan vang non materi
tentunya lebih banyak lagi seperti pujian, perhatian, penghargaan dan lain sebagainya.
Maka ada beberapa ganjaran yang dapat diberikan kepada Hukuman dan Ganjaran dalam
peserta didik, diantaranya: 1). Pujian yang baik (memberi kata- kata yang
menggembirakan); 2). Berdo'a; 3). Menepuk pundak 4). Memberi pesan; 5). Menjadi
pendengar yang baik, 6) Mencium buah hati dengan penuh cinta dan kasih sayang,
Ganjaran dapat juga berupa benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak
seperti: pensil, buku tulis, makanan ringan, permainan dan lain sebagainya.

Ganjaran yang berbentuk materi dalam prakteknya telah banyak dilakukan oleh
pendidik atau guru yakni pemberian hadiah berupa barang-barang yang diperkirakan
mengandung nilai bagi siswa. Perlu diingat bahwa dalam memberikan ganjaran yang
berupa benda ini dari para pendidik atau pertimbangan yang pemberian ganjaran dalam
bentuk lain. Untuk itu seorang guru harus sangat berhati-hati dan bijaksana sebab dengan
benda- benda itu mudah benar berubalh fungsi menjadi upah bagi siswa. Dengan demikian
hendaklah para pendidik atau orang tua dalam memberikan ganjaran harus benar-benar
punya arti tersendiri atas apa yang sudah diperbuat oleh anak didik dan harus memiliki
fungsi untuk memperkuat pendapat/ keyakinan guru dituntut dibandingkan dengan cermat
individu bahwa perbuatan tersebut benar. Yang dalam psikologi dikenal dengan istilah
"reinfoYcement" (penguatan). Sehingga dengan pemberian ganjaran yang dilakukan secara
terus-menerus lama-kelamaan tidak akan berfungsi efektif lagi, untuk itu berilah ganjaran
dengan sewajarnya dan sebijaksana mungkin, supaya mempunyai nilai positif bagi anak
didik maupun pendidik.

Lingkungan Pendidikan Islam

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud engan lingkungan adalah
daerah (kawasan dan sebagainya) yang ermasuk didalamnya. Sedangkan Lingkungan
secara umum iartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala
sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. la
adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan
dengan dengan seseorang.

Abuddin Nata mengatakan, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengitari kehidupan, baik berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai
dan adat fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun istiadat yang berlaku
di masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan menurut Sartain, yang dimaksud dengan lingkungan meliputi semua
kondisi dalam dunia ini yang dengan bebudayaan yang berkembang, sert mempengaruhi
tingkah laku tertentu cara-cara kita, pertumbuhan, perkembangan, gen. Dilain pihak Wasty
Soemanto memberi penjelasan lebih luas sambil mengetengahkan beberapa pandangan
yang atau life proccess kita kecuali gen- memungkinkan .untuk dimengerti tentang batasan-
batasan arti lingkungan, yaitu: mencakup segala material dan stimulasi di dalam dan di luar
diri individu, baik yang bersifat fisikologis, psikologis maupun sosio-kultural. Secara
fisikologis lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh
seperti: gizi, vitamin, air, zat, asam, suhu, system saraf, perbedaan darah, pernapasan,
pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan
jasmani. Secara Psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuannya naupun karya orang lain. Pola hidup
keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan belajar, pendidikan

Jenis-Jenis Lingkungan Pendidikan Islam Adapun jenis-jenis lingkungan pendidikan Islam


adalah sebagai berikut:

Lingkungan Keluarga Secara literal keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri
dari orang yag berada dalam seisi rumah yang sekurang Dalam kaitan ini manusia
diperintahkan (oleh Sang Maha Pencipta) untuk membaca (artinya memahami,
memikirkan, mempelajari, untuk selanjutnya memanfaatkan dan mengembangkan) segala
sesuatu yang ada di muka bunmi, baik berupa unsure-unsur alam maupun budaya, yaitu
yang tertangkap melalui indera, terucapkan, terisyaratkan dan tersembunyikan.

Kurangnya terdiri dari suami dan isteri. mengatakan bahwa, "keluarga adalah
merupakan suatu kesatuan Sosial yang terdiri dari suami-isteri, untuk menciptakan dan
membesarkan anak".2 Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang
di akui keberadaannya dalam duni pendidikan.

Di dalam Alquran menyebut ratusan kali tentang keluarga sesuai dengan


konteknya, meskipun menunjukan arti bermacam Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah
ayat 126 kata keluarga di artikan sebagai penduduk suatu negeri. Selanjutnyva macam.
pada surat an Nisa' ayat 58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerima
sesuatu. Keluarga yang baik adalah dimana dalam mengarungi bahtera rumah tangga,
selalu harmonis dan sesuai dengan ajaran Alquran dan tuntunan Rasulullah saw. Maka jika
keluarga hidup seperti demikian maka sudah pasti di dalam mendidik putra- putrinya akan
selalu dalam lingkungan yang Islami, dibekali dengan pendidikan mampu melindungi
dalam kehidupannya kelak.
Lingkungan keluarga merupakan letak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan
berlangsung dengan sendirinya pergaulan yang berlaku didalamnya, sesuai dengan tatanan
Sedangkan dalam arti nomative, keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat
oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengertidan merasa berdiri sebagai suatu gabungan
yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan
dan ketentra ma semua anggota yang ada dalam keluarga tersebut.

Sebagai sarana pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka pasti
bersinggungan dalam masyarakat. Sehingga sudah barane t pendidikan karakter yang
dibina dan ditanamkan pada siswa dalam suatu sekolah akan bisa langsung di praktekkan
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga karakter yang baik pastinya juga akan
mempengaruhi kehidupan lingkungan masyarakat vang islami sesuai dengan ajaran Allah
dan tuntuna Rasulullah Pembinaan Lingkungan dalam Pendidikan Islam

Intuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, maka batiga lembaga atau


lingkungan pendidikan yakni lingkungan oluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
sosial perlu bekeria cama secara harmonis. Orang tua di tingkat keluarga harus
memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama dalam aspek keteladanan dan
pembiasaan serta penanainan nilai-nilai. Orang tua juga harus menyadari tanggung
jawabnya dalam mendidik anak-anaknya tidak sebatas taat beribadah kepada Allah semata,
seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah khusus lainnya, akan tetapi orang tua juga
memperhatikan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam
Islam. Termasuk di antaranya mempersiapkan anaknya memiliki kemampuan dan keahlian
sehingga ia dapat menjalankan hidupnya sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah
fil ardhi serta menemukan kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akhirat.

Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota
masyarakat yang baik, sebab, masyarakat yang baik berasal dari individu-individu yang
baik sebagai anggota dari suatu komunitas masyarakat itu sendiri. Mengenai hal ini, Allah
Swt.

Hakikat Masyarakat dan Implikasinya Terhadap Pendidikan dalam Islam

Secara bahasa, kata "masyarakat'berasal dari bahasa Arab "syarikat"


yaitupembentukan suatu kelompok atau golongan atau kumpulan. Dalam bahasa Inggris,
pergaulan hidup disebut "social" (sosial), hal ini ditujukan dalam pergaulan hidup
kelompok manusia masyarakat teratur.

Dalam Alquran ada beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan makna
masyarakat, yaitu kata ummah dan qoum. Didalam Alquran terdapat 49 kata ummah yang
memiliki makna, terurama dalam kelompok kehidupan yaitu:

1. Kelompok yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (QS. Ali
Imran: 104)

2. Kaum (QS. Hud: 8)

3. Jalan, cara atau gaya hidup (QS. Az-zukhruf: 22)

Secara umum, masyarakat adalah sekelompok orang/ manusia yang hidup bersama
yang mempunyai tempat/daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama dimana masing
masing anggotanya saling berinteraksi. Interaksi yang dimaksudkan berkaitan dengan
sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam
suatu tata rertib/ undang-undang/ peraturan tertentu yang disebut hukum

Menurut Murthadha Muthahhari, masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia


yang terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan yang
hidup bersama-sama dalam wilayah tertentu, iklim dan bahan makanan yang sama.

Menurut Selo Sumardjan dikutip oleh Soerjono Soekanto, masyarakat adalah


himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karcna adanya hubungan antar
mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbale balik yang saling
memperngaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong Maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama tinggal
di suatu tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai aturan tertentu tentang tata cara
hidup mereka menuju satu tujuan yang sama dengan menghasilkan sebuah kebudayaan.

Dasar Pembentukan Masyarakat Islam Menurut Mustafa Abdul Wahid yang


dikutip oleh Ramayulis dan Samsul Nizar, bahwa dasar-dasar pembentukan masyarakat
Islam adalah: Pertama, Persaudaraan. Masyarakat yang dibina atas dasar persaudaraan yang
menyeluruh, dan diikat oleh kesatuan kevakinan yaitu Tidak ada tuhan yang disembah
melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasulnya. Masayrakat Islam bersifat universal
dan tidak terikat oleh perbedaan bangsa atau bahasa, atau pun kulit warna. Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya orangorang mu'min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. Al-hujurat: 10)

Islam Persaudaraan model ini berbeda dengan persaudaraan Arab di za man


jahiliyah yang berdasarkan "Gshobiyah" atau kabilah tertentu. Persaudaraan dalam Islam
memiliki makna yang luas yaitu persaudaraan yang tidak terbatas pada seketurunan, tapi
meliputi seluruh manusia yang sama akidahnya.

Kedua, Kasih Sayang. Masyarakat Islam dibina atas dasarrasa kasih sayang antara
satu sama lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang mengatakan bahwa "tidak
sempuma iman seorang muslim scbelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri.

Ketiga, Persamaan. Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama,
adapun yang meembedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam masyarakat.
Ada orang yang menjadi pemimpin dan ada yang dipimpin. Tidak ada perbedaandihadapan
Allah.

Kelima, Kebebasan. Masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau


kemerdekaan. Hal ini merupakan hak asasi setiap manusia. Dalam agama Islam tak ada
paksaan dalam beragama (la ikraaha fiddiin). Hal ini bukan berarti orang nIslam bebas
tidak beragama. Umat Islam dituntut agar melaksanakan ajaran agamanya dengan baik dan
benar.

Keenam, Keadilan Sosial. Masyarakat Islam dibina atas dasar keberadilan sosial,
yaitu keadilan yang merata bagi seluruh ummat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu
meletakkan sesuatu pada proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Ilahi. Allah
menganjurkan agar setiap muslim berlaku adil walaupun terhadap dirinya sendiri. Keadilan
dalam Islam meliputi hal-hal yang bersifat material dan spiritual.
BAB III

ANALISIS

1.1.Kekhasan Dan Kemutakhiran Buku

Kekhasan dan kemutakhiran buku ini adalah bahwa dalam setiap proses
pendidikan tentulah meiliki cara pandang yang berbeda. Baik dikaji dari segi
Alqur’an maupun hadist. Buku ketiga ini banyak menyajikan hal-hal yang
bermanfaat, baik dari segi pendidik maupun organisasi atau madrasahnya.
Kemudian buku ini juga tidak terlepas dari jkajian-kajian Islami sehingga
menambah ciri khas dan daya tarik tersendiiri terhadap buku tersebut.

1.2.Kelebihan
1. Kelebihan Buku Utama
1) Terdapat banyak referensi sehingga lebih akurat
2) Pembahasan lengkap
3) Penyusunan sub judul sangat sistematis
2. Kelebihan Buku Pembanding
1) Menurut saya, materi yang termuat pada buku ini disampaikan dengan jelas,
kaya dengan isi dan referensi
2) Mampu menampilakan pemahaman seputar pendidikan Islam tidak hanya
dari Al- Quran dan Al- Hadits namun juga membawakan sudut pandang
filsuf muslim di dalamnya sehingga kaya akan rujukan.

3. Kelebihan Buku Ketiga

1. Antara Sampul dengan isi sangat fantastis dan menarik minat pembaca.

2. Buku ini lebih banyak referensinya dari pada buku pertama dan kedua.

3. Banyak menyajikan tentang seputar Filsafat Pendidikan Secara Luas

4. Buku ketiga ini banyak memasukkan kajian-kajian Agama.

1.3.Kekurangan
1. Kekurangan Buku Utama
1) Terdapat kata yang tak perlu dimasukkan agar lebih efektiff
2) Ada kata-kata yang sulit dipahami
2. Kekurangan Buku Pembanding

Kelemahannya terletak pada kurang ditampilkannya Al- Quran dan Al-


Hadits secara lengkap, karena hanya beberapa saja redaksi Al- Quran dan Hadits
ditampilkan, selebihnya hanya dituliskan catatan ayat, dan tidak adanya matan arab
Hadits.

3. Kekurangan Buku Pembanding Ketiga

Masih adanya kata-kata yang kurang dipahami dalaam buku ini. Kemudian
dalam penulisannya agar lebih di perhatikan lagi bagian yang menggunakan sub-
sub nomor. Juga terlalu banyak-nya kata-kata yang sering diulang.

1.4.Rekomendasi

Seharusnya dalam buku ini banyak menjabarkan lagi tentang filsfat


pendidikan itu secara lebih luas apalagi tentang karakteristik pendidikan supaya
suatu lembaga dapat menciptakan generasi yang berakhlak mulia. Kemudian pada
buku pembanding seharusnya lebih banyak lagi mencantumkan nama-nama
pemikir-pemikir Islam agar pendidikan itu tertuang dengan jelas di mata
masyarakat apalagi sekolah.
BAB IV

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Filsafat pendidikan adalah jenis pengetahuan filsafat yang membahas segala


persoalan yang menyangkut kependidikan. Secara ontologis, pendekatan filosofis
terhadap pendidikan bersifat sinopsis yang merangkum semua aspek pendidikan.
Seluruh aspek atau subsistem pendidikan, seperti tujuan, isi, metode, pendidik,
peserta didik, atau yang lainnya selama berada pada batas abstrak logis merupakan
wilayah kajian dari pendekatan filosofi. Secara epistimologis, pendekatan filsafat
terhadap pendidikan bersifat normatif merumuskan apa dan bagaimana seharusnya
pendidikan dilaksanakan.

Filsafat pendidika Islam adalah pengetahuan filsafat yang menbahas segala


persoalan yang menyangkut kependidikan yang bersumber pada ajaran Islam,
dengan maksud memperoleh jawaban, dan selanjutnya dipergunakan sebagai arah
pelaksanaan dan pengembangan pendidikan Islam agar berdampak positif bagi
kehidupan umat Islam.

Bahkan pemikiran pendidikan harus banyak tertuang dalam karya-karya


para penulis buku terkait pendidikan Islam sekarang ini, tentunya dengan sejarah-
sejarah jaman dahulu.

II. SARAN

Untuk perbaikan buku, akan lebih baik jika bahsanya digunakan


sesederhana mungkin, dan jangan berbelit-belit dan berulang-ulang kata-kata nya,
sehingga para pembaca sekalipun orang awam dapat memahami dengan mudah,
kemudian sertakan contoh yang banyak dan jelas, terkadang ada bahasan yang tidak
sesuai dengan penjelasan, kemudian tambahkan gambar yang sesuai. Mungkin saja
pembaca akan sangat tertarik menikmati setiap kata yang dibaca. Terlebih dari
semua itu, saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca karena
kekurangan pemahaman dan kosa kata yang kurang baik dalam penulisan tugas ini,
agar pada tugas berikutnya saya akan berusaha untuk memperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Rahmat dan Henni Syafriana Nasution. 2019. Filsafat Pendidikan Islam.
Medan: LPPPI.
Usiono. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta: Hijri Pustaka Utama.
Usiono. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Medan: Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai