Pengarang : U.H.Saidah,S.Pd.,M.Sc.
Pendidkan adalah suatu proses pelatihan dan pengajaran untuk anak-anak dan remaja
untuk mengembangkan keterampilannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
pendidikan diartikan sebagai peribahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam
perubahan mendewasakan manusia.
Secara konseptual, berbagai macam pendidikan menurut para pakar dari masa ke masa,
sebagai berikut:
Pada 387 SM, Plato mendirikan yayasan the Academy yang merupakan yayasan
pendidikan tinggi pertama di Yunani, bahkan di Eropa. Plato menanamkan tujuan
pendidikan adalah kebenaran, dan kebenaran yang sesungguhnya adalah kebahagian
menurut Plato. Cara dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang baik yaitu dengan
cara ceramah yang diikuti dengan diskusi, tanya jawab, dan argumentasi. Di dalam The
Academy ini, berbagai macam materi seperti gulat, dansa, astronomi, dll. Bahkan The
Academy menerima kaum perempuan, yang berarti bahwa Plato menanamkan tidak ada
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam pendidikan.
Menurut Aristoteles, pendidikan adalah alat untuk membantu manusia dalam mencapai
kebahagiaan dan kesempurnaan. Kebahagiaan merupakan puncak kebaikan. Dengan
pendidikan manusia mengembangkan potensinya menjadi sempurna.
4. Pestalozzi (1746-1827)
Dijelaskan oleh Dewey bahwa pendidikan adalah sebuah kebutuhan hudip dan fungsi
sosial, yang tertumpu pada masing-masing individu juga golongan/masyarakat, degan
kemungkinan mengalami kemandegan atau kemajuan yang bisa diukur dengan kriteria-
kriteria tertentu, secara demokratis bisa dinilai dari kualitas masyarakat yang ada.
Pendidkan megandung fungsi sosial yang memberikan pendidikan karakter terhadap
anak dengan tujuan kebaikan, kebahagiaan dan kebebasan.
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, dan karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup
dan keselarasan dengan dunianya. Terdapat tiga poin yang dapat ditarik dari defini
tersebut yaitu budi pekerti, pikiran dan tubuh. Dengan melalui pendidikan budi pekerti,
manusia Indonesia diharapkan memiliki karakter yang kuat, dengan karakter tersebut
dapat mewarnai kehidupan yang baik. Dalam pikiran atau intelektualitas yang berarti
membebeaskan diri dari kebodohan dan pembodohan dengan cara meningkatkan
kecerdasan dan kepintaran. Setelah pikiran dan budi pekert maka dengan tubuh manusia
yang sehat secara fisik dapat menfasilitasi pikiran dan budi pekerti untuk berkembang
dengan penuh. Sehingga dapat disimpulakan bahwa Ki Hajar Dewantara menggagaskan
bahwa pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia secara manusiawi ke arah
kemerdekaan batiniah dan lahiriah.
8. Redja Mudyahardjo
Pedarta (2013: 6-9), menjelaskan bahwa ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
oleh suatu ilmu untuk bisa ditetapkan sebagai ilmu pengetahuan. Syarat-syarat tersebut
adalah memiliki objek, mempunyai metode penyelidikan, sistematis dan memiliki
tujuan.sejumlah ahli lain menetapkan syarat lain seperti ontologi, epistemologi dan aksiologi.
secara onotologi; apa objek yang akan ditangani, yaitu peserta didik dan perilaku peserta
didik. Secara epistemologi; bagaimana cara melakukannya, yaitu dengan cara metode
penyelididkan ilmiah sesuai dengan angkah-langkah yang disebutkan sebelumnya. Secara
aksiologi; untuk apa hal tersebut dilakukan, yaitu untuk membentuk manusia yang utuh.
C. Fungsi Pendidikan
Tirtarahardja dan La Sulo (2008: 33-37) menyebutkan fungsi pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
1. Transformasi Budaya
Budaya adalah cara hidup sekelompok masyarakat yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Adapun macam-macam budaya seperti budaya materil, budaya non materil,
lembaga sosial, sistem kepercayaan estetika dan bahasa. Salah satu cara untuk menjaga dan
mempertahankan budaya adalah melalui pendidiakn
2. Pembentukan Pribadi
Seperti yang diketahui, pendidikan mencakp 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotrik.sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan proses membentuk individu
untuk menjadi pribadi yang yang baik melalui bimbingan-bimbingan dan latihan-latihan
yang difasilitasi oleh seorang pendidik. Proses pendidikan juga bersifat sistematis yang
berarti diatur dengan langkah-langkah yang sudah ditetapkan sebelumnya dan bersifat
sistemik yang berarti berlangsung disemua lingkungan, baik di lingkungan keluarga,
maasyarakat maupun sekolah. Diharapkan dengan melalui pendidikan anak-anak, remaja
atau orang dewasa dituntut untuk terus membentuk kepribadian yang lebih baik sesuai
dengan tuntunan zaman yang selalu berubah
D. Tujuan Pendidikan
Dalam tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
termaktub dalam Bab II pasal 3 yaitu: berkembang potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan tersebut diperinci lagi dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Pasal 26 ayat 1,2,3, dan 4 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Menurul Tirtaradja dan La Sulo (2008: 37), tujuan pendidikan berfungsi sebagai pemberi
arah menuju kepada sesuatu yang ingin dicapai. Dapat disimpulkan bahwa hasil akhir
pendidikan diharapkan mempu menjaga, menjaga dan memperbaiki peradaban manusia
seecara umum.
E. Komponen-Komponen Pendidikan
2. Pendidik
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, pendidik didefinisikan
sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor dll, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dan dalam Undang Undang RI No.
14 Thn 2005 Pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa sebagai pendidik
wajib mempunyai kompetensi dalam aspek-aspek berikut yaitu pedagogi, kepribadian,
sosial dan profesional.
3. Interaksi Edukatif
Interaksi antar pendidik dan peserta didik dilakukan dengan cara komunikasi dua arah
yang mengarah kepada tujuan pendidikan.
4. Tujuan Pendidikan
Menurut Hasbullah (2015; 15-16) bahwa terdapat beberapa macam tujuan pendidikan
yaitu, tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kuliner, dan tujuan instruksional.
5. Materi Pendidikan
Materi pendidikan direncanakan dan diatur dalam sebuah kurikulum. Secara sederhana,
kurikulum bisa diartikan sebagai pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah. Secara
luas, kurikulum mencakup tidak hanya bahan pelajaran, tetapi juga isi dan tujuan serta
cara ang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan.
7. Lingkungan Pendidikan
Disebutkan dalam Tirtarahardja dan La Sulo (2008; 166-183) bahwa lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah disebut tri pusat pendidikan.
Hubungan antara ketiganya bersifat sinergis.
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang paling penting, karena
keluarga berperan menanam fondasi kehidupan anak, seperti keyakinan agama,
nilai moral, aturan-aturan hidup , dan lain-lain. Pendidikan dalam pendidikan
lingkungan keluarga berfungsi (Hasbullah, 2015; 34) sebagai pengalam
pertama, menjamin kehidupan emosi anak, menanamkan dasar pendidikan
moral dan sosial dan meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
b. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan pusat pendidikan yang dilembagakan sekolah menjadi pusat
pendidikan untuk menyiapkan manusisa Indonesia sebagai individu, warga
masyarakat, negara dan dunia. Adapun fungsi sekolah dalam Hasbullah
(2015;34-35) yaitu membantu orang tua dalam mendidik anak-anak,
memberikan pendidikan yang tidak dapat diberikan dirumah, membimbing anak
untuk mengembangkan kecedasan dan memperoleh pengetahuan, dan
membekali anak dengan etika, keagamaan, estetika dan lain lain.
c. Lingkungan masyarakat
Berikut kolerasi antara masyarakat dan pendidikan:
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 Pasal 26 ayat 1 menyatakan, bahwa
setiap orang yang mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan harus gratis,
setidaknya pada tinngkat dasar. Pendidikan dasar bersifat wajib. Pendidikan menengah
(tehnik dan profesi) harus dibuat tersedia untuk umum dan pendidikan tinggi harus bisa
diakses secara merata.
Hal tersebut sejalan dengan Triwiyanto (2014,1) bahwa pendidikan menjadi kebutuhan
manusia juga Tirtaraharjda dan La Sulo (200,1) serta Suardi (2012,5) bahwa sasaran
pendidikan adalah pendidikan.
Peran agama terjadi dalam 2 ranah kehidupan manusia yaitu, Ranah Horisonal yaitu
mengajarkan manusia untuk menciptakan harmoni pada dirinya sebgai individu dengan
individu yang lain dalm pergaulan sehari-harinya, sedangkan ranah vertikal yaitu
mengajarkan manusia untuk menjalin hubungna baik dengan Sang pencipta.
C. Manusia utuh
Orientasi pendidikan adalah pembentukan manusia secara unuh (Tritarahardja dan La
Sulo, 2008) utuh secara jasmani dan rohani, utuh secara kognitif, afektif dan psikomotor,
utuh secara individual, sosial, kesusilaan, dan keberagamaan.
Menganalisis hubungan antara dimensi dasar manusia, pendidikan dan orientasi
pendidikan. Sedangkan orientasi pendidikan yang berupa manusia utuh bisa disimpulkan
sebagai aktualisasi, ketepatan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai dengan
kemampuannya. Sehingga potensi yang baik ditunjang dari proses yang baik dan dapat
menghasilkan aktualisasi yang baik pula.
A. Pengertian Sistem
Sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama
untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan
(Hasbukkah, 2015:123). Sistem secara tekhnis berarti seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan (Panen,2005:1).
Secara lebih rinci, Trirahardja dan La Sulo (2008,58), memberikan beberapa ciri-ciri umum
suatu sistem, yaitu:
Model sistem pendidikan menurut Tirtarahrdja dan La Sulo bahwa input/ masukan
dibedakan menjadi 3 yaitu raw input(siswa baru), instrumental input (guru, non uru,
administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan serta sarana dan prasarana), dan
environmental input (budaya, ekonomi masyarakat, kependudukan, politik, dan keamanan
negara.
• Manajemen
• Struktur
• Teknik
• Bahan pelajaran
• Informasi
Tirtaraharja dan La Sulo (2008,69) menjelaskan perlu adanya analisis sistem jika
pencapaian output dalam sebuah sistem tidak maksimal, dengan mempertimbangan hal-hal
sebgai berikut:
Pada pertengahan abad 19 terjadi perubahan pandangan tentang kodrat manusia yang
terlahir bersih dan murni. Hal inilah yang kemudian memicu tumbuh kembangnya aliran
aliran pendidikan modern, seperti developmentalisme.
• Pembawaan baik, naturalisme meyakini bahwa setiap anak terlahir dalam keadaan
baik
• Negativisme, naturalisme juga disebut dengan negativisme karena aliran ini
percaya bahwa pendidikan untuk anak sejatinya tidaklah diperlukan. Yang
diperlukan adalah membiarkan dan menyerahkan anak tumbuh bersama alam.
• Natural, naturalisme bependapat bahwa pendidikan terhadap anak seharusnya
dilakukan secara natural/ alami, tidak dibuat-buat/artifical.
Froebel berpendapat bahwa terdapat kekuatan laten pada tiap-tiap diri anak. Kekuatan
tersebut menjadi potensi-potensi anak yang bisa dikembangkan melalui pendidikan, jadi
tugas pendidikan adlah mengembangkan semua potensi tersebut menjadi aktual, sehingga
seorang individu bisa mencapai kedudukan yang cocok di alam raya ini, sesuai dengan
kehendak Tuhan Sang Maha Pencipta (Pidarta, 2013: 118-119).
Froebel menciptakan ketiga aktivitas tersebut diatas karena dia berpendapat bahwa
pendidikan yang baik adalah yang memberikan kesibukan kepada anak, yang mengondisikan
anak tidak hanya sekadar mengenal barang-barang tetapi juga membuat barang-barang
tersebut, sehingga anak dapat mencapai kebahagian.
C. Developmentalisme di Indonesia
Sekolah alam dikategorikan dalam developmentasi karena banyak alasan sebagai berikut:
Sekolah alam meyakini bahwa setiap anak didik datang ke sekolah dengan
membawa potensi masing-masing
Karena yakin bahwa setiap anak membawa potensi masing-masing
Setting pembelajaran tidaklah artifisial seperti duduk diatas kursi dengan sebuah meja
didalam kelas. Pembelajarn di sekolah alam dilakkan secara alami, bisa dikebun bunga,
kebun sayur dan lain-lain.
Syam dalam Jalaluddin dan Idi (2013:78-82) menyatakan bahwa aliran progresivisme
biasa diasosiasikan dengan aliran instrumentalisme, yang menganggap inteligensi manusia
sebagai alat untuk hidup, mencapai kesejahteraan, dan mengembangkan pribadinya. Aliran
progresivisme juga dikaitkan dengan aliran eksperimentalisme, aliran enviromentalisme,
pragmatisme.
Olson dalam Barnadib (2013; 124-125) menjelaskan bahwa sekolah yang berpusat pada
masyarakat yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Proses mengatasi masalah secara berulag ulang akan memunculkan pengalaman, dimana
pengalaman merupakan sumber evolusi / perkembangan. Berikut poin-poin penting tentang
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak yang harus diperhatikan:
1. Domain perkembangan anak (fisik, kognitif, dan sosiemosional)
2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur dengan kemampuan dan
keahlian
3. Variasi individual mengkarakterisasi perkembangan anak
4. Perkembangan dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang beragam
5. Anak-anak adalah pembelajaran aktif dan harus didorong untuk mengkonstruksi
pemahaman dunia dan sekitarnya
6. Perkembangan akan meningkat jika anak diberi kesempatan untuk mempraktikkan
keahlian baru dan jika anak merasa tantangan di luar kemampuan mereka saat itu.
7. Anak-anak akan berkembang dengan amat baik dalam konteks komnitas di mana
mereka aman dan dihargai, kebutuhan fisiknya, di penuhi, dan mereka merasa aman
secara psikologis Salah satu bentuk impelementasi dari core curriclum adalah metode
proyek yang digagas oleh William Heard Kilpatrick. Metode proyek adalah kegiatan
belajar di mana anak-anak mendapat kesempatan memilih, merancang, dan
memimpin, pekerjaan yang hampir mendekati keadaan yang sebenarnya dalam
penghidupan sehari-hari. Karakteristik yang menonjol pada metode proyek ini adalah
anak sebagai inisiator dan guru sebagai fasilitator. Tujuan metode proyek secara
spesifik adalah
Tokoh yang paling berpengaruh dalam aliran pendidikan progresivisme adalah Francis
wayland parker dan John Dewey. Dewey mendapat pengakuan sebagai tokoh yang sangat
berpengaruh dalam aliran pendidikan progresivisme karena kontribusinya, sebagai berikut:
John Dewey lahir di Burlington, Vermont pada 20 Oktober 1859 dan meninggal di New
York pada 1 Januari 1952. Dewey juga tidak setuju jika anak didik dianggap sebagai batu
tulis kosong, yang bisa ditulis apapun oleh gurunya. Dewey percaya bahwa anak didik adalah
individu yang aktif. Sehingga tugas pendidikan adalah mengarahkan dan membimbing
aktivitas anak.
Menurut Dewey, ketika anak memasuki pendidikan formal, mereka membawa empat
dorongan alamiah pada diri mereka, yaitu dorongan untuk berkomunikasi, dorongan untuk
mengontruksi, dorongan untuk bertanya dan dorongan untuk berekspresi. Inti teori
pengajarang Dewey adalah experiment, experience, problem solving dan social ends. Di
samping empat elemen tersebut, Dewey juga memperhatikan dua aspek berikut dalam
praktik-praktik pendidikannya yaitu aspek psikologis dan aspek sosiologi.
Pada Januari 1986, Dewey membuka sekolah yang diberi nama Laboratory School di
Universitas Chicago. Sekolah ini juga dikenal sebagai Dewey School. Karena di sekolah ini
ode-ide dan teori-teori Dewey diterapkan. Kurikulum yang digunakan adalah occupations,
aktivitas yang dilakukan oleh murid yang sejalan dengan pekerjaan-pekerjaan yang ada pada
kehiduapan sosial.
C. Progresivisme di Indonesia
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aliran pendidikan karena telah berkontribusi
besar terhadap dunia pendidikan karena telah mengasaskan kebebasan dan kemerdekaan bagi
anak didik untuk berfikir. Progresivisme meyakini bahwa semakin besar anak diberikan
kebebasan untuk berfikir, semakin besar kemajuan yang terjadi dalam bidang pendidikan.
Semakin banyak kemajuan yang dicapai dalam bidang pendidikan, semkain maju peradaban
masyarakat.
1. Universum
2. Sivilisasi
3. Kebudayaan
4. Kepribadian
• Permainan
• Keingintahuan
• Peniruan
• Pengulangan
Menurut Bagley, guru seharusnya mampu mengenali insting . Begley menekankan ada
empat kontrol yang lain, yaitu ide, tujuan, prasanga, dan sikap. Secara garis besar, prinsip
pendidikan esensialisme sebagai berikut:
1. Pendidikan haruslah dilakukan melalu usaha keras, tidaklah begitu saja timbul dari
dalam diri siswa
2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa
3. Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan
4. Seklah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang beraturan dengan
disiplin mental
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningktakan kesejahteraan umum
merupakan tuntunan demokratis yang nyata
6. Metode-metode tradisonal yang bertautan dengan disiplen mental merupakan
metode yang diutamakan dalam pendidikan disekolah.
C. Esensialisasi di Indonesia
Secara termonologis, perennialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi atau
kekal yang daoat berarti juga terus tiada akhir. Secara definitif, perennialisme
didefinisikan sebagai gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-niali
universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan
penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
1. Penyebab material
2. Penyebab penjelas
3. Penyebab efisien
4. Penyebab final
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pendidikan perenialisme ditujukan untuk
melatih pemikiran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
5. Prinsip konkordansi
Konkordansi adalah menyesuaikan kurikulum dan standar sekolah sekolah
yang ada di Hindia Belanda dengan sekolah sekolah di negeri Belanda. Hal ini
mempermudah perpindahan murid murid dari hibdia belanda ke sekolah sekolah
di negeri belanda. 6. Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis
Karena pembukaan sekolah didasarkan pada kepentingan kolonial belanda,
tampak bahwa macam macam sekolah yang dibuka masinh masinh berdiri
sendiri tanpa adanya hubungan yang sistematis antara yang satu dengan yang
lainnya. Adapun karaktetistik pelaksanaan pendidikan pada masa penduduk
jepang adalah :
5. Sekolah belanda/ELS
Sekolah belanda sudah ada sejak hindia belanda kembali diserahterimakan
oleh inggris kepada belanda pada tahun 1817. Sekolah belanda dibuka
utamanya untuk melayani pendidikan anak anak keturunan belanda. Guru-
guru ELS memiliki kualitas yang tinggi. Hingga akhirnya pemerintah
membuka kursus guru ELS di Indonesia.
3. Hogere Burgerschool/HBS
HBS dibuka pada 1875, atas anjuran menteri liberal Thorbecbe. Masa belajar yang
ditempuh ada dua jenjang pada tahun 1867 selama 3 tahun dan mengalami
perubahan pada tahun 1879 yaitu 5 tahun. HBS diperuntukkan untuk warga
belanda.
D. Dampak Pendidikan Belanda Terhadap Nasionalisme
Politik etnis yang dikemukakan oleh Conrad Theodor van Devender yang
menganjurkan Belanda untuk melakukan belas budi kepada Indonesia melalui irigasi,
emigrasi, dan edukasi kepada pribumi sehingga muncullah gerakan-gerakan seperti
berikut:
1. Pada 1906. Eajifin sudiro husodo melakukan study fonds yaitu kegiatan
mengjimpun dana untuk memajukan pengajaran dan pendidikan.
2. Pada 1912, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammafiyah, yang
salah satu fokusnya adalah pendidikan agama islam.
3. Pada 1922, RM Suwarfi Sutqyadiningrat mendirikan Perguruan tinggi
nasional taman siswa
4. Pada 1926, INS Kayutanam didirikan oleh Muhammad Syafei.
5. Pada 1926, KH Hasyim Asy'ari mendirikan organisasi Nahdatul Ulama.
Dalam perkembangannya, salah satu fokusnya yaitu pada pendidikan.
E. Warisan Sistem Pendidikan Belanda
Dasar-dasar pendidikan yang dirumuskan oleh Belanda, seperti:
1. Kelembagaan
2. Kurikulum
3. Metode pengajaran
4. Pendidikan
Bab 10 Pendidikan Nasional Era Orde Lama - Orde Baru - Orde Reformasi
A. Era Orde Lama
Soekarno memimpin Indonesia sejak 18 Agustus 1945 hinggq 17 Oktober 1967.
Terdapat 3 pandangan berbeda tentang masa kekuasaan politik orde lama. Pendaoat
pertama disampaikan oleh Mahfud MD yang mengatakan bahwa masa orde lama
dipimpin oleh soekarno dimulai sejak pengumuman dekrit presiden pada 5 juli 1959.
Pendapat kedua dinyatakan oleh William Liddle yang menyatakan bahwa masa
kepemimpinan Odmrde lama dimulai pada 1950 dan berakhir pada 1965. Pendapat
yang ketiga dikemukakan oleh Lindsey bahwa orde lama berawql srjakvtahun 1945
dan berakhir pada tahun 1966.
Undang-undang RI nomor 12 tahun 1954
Sesuai dengan UURI no 12 thn 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan
Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk membentuk
manusia susila dan cakap serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.
Ciri-ciri pendidikan pada masa orde lama yaitu:
1. Nasionalisme/ kebangsaan
2. Demokratis
3. Masih dipengaruhi kebibjakan masa lalu
Undang-Undang RI nomor 22 Tahun 1961
Undang undang ini menjelaskan tentang perguruan tinggi, menyatakan bahwa
perguruan tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran diatas peguruan tingkat menengah, dan yang dapat
memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan
indonesia delan demgan cara ilmiah.
B. Era Orde Baru
Orde baru muncul sejak demokrasi terpimpin yang digawangi oleh Soekarno
pada tanggal 17 oktober 1967. Orde baru didefinisikan sebagai tatanan kehidupan
negara dan bangsa yang diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian pancasila
dan UUD 1945. Karakterisktik pendidikan nasional pada masa orde baru yaitu:
• Pancasilais
• Sentralistik
• Represif
• Seragam
• Kuantitas
Undang Undang RI No 2 Thn 1989
Pada tanggal 27 Maret 1989 pemerintah orde baru tentang sistempendidikan
nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bansa Indonesia dan berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Dan sistem nasional
adalah semua kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan satu yang lainnya untuk
mengusakan tercapainya tujuan. Tujuannya yaitu mengemvangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia beriman dan bertaqwa terhadao Tuhan yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarkatan.
C. Era Reformasi
Seoharto menyatakan berhenti dari jabatannya melalui gerakan reformasi 1998.
Kebijakan kebijakan yang dilontarkan dalam bidang pendidikan selama masa
reformasi, dimulai sejak kepemimpinan BJ Habibie:
• Demokratis
• Desentralisasi
• Otonomi
B. Fungsi pepependidikan
Undang undang sisdiknas No 20 thn 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
F. Kurikulum
Peraturan pemerintah RI no 19 thn 2005 pasal 1 mndefinisikan kurikulum sebagai
perangkat rencana dan pwngturana mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pendidikan.
J. Pendanaan pendidikan
Menurut peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan RI no 44 tahun 2012,
pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang dilerlukan untuk
mengelola satuan pendidikan dasar. UU sisdiknas pasal 46 ayat 1, pendanaan pendidikan
menjadi
tanggung jawab bersama antara lemerintah, pemerintah daerah dan masyrakat
K. Pengelolaan pendidikan
Permendiknas RI no 19 thn 2007 mendefinisikan strandar pengelolaan pendidikan
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai berikut: standar pengelolaan
pendidikan untuk sekolah atau madrasah yang berkaitan dengan perencanan,pelaksanaan
dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efesiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
• Hidup
• Individu
• Masyarakat
• Lingkungan fisik
• Seumur hidup
• Perkembangan pribadi
• Tahap-tahap perkembangan
• Peranan umum dan unik
• Pendidikan
• Landasan pendidikan
• Cara komunikasi
• Isi pendidikan
G. Isi dan sasaran pendidikan seumur hidup Isi program pendidikan seumur hidup:
1. Calistung (baca, tulis dan hitung)
2. Vokasional (kejujuran)
3. Profesional
4. Perubahan dan pembangunan
5. Kewarganegaraan dan kedasawarsaan politik
6. KuKultural
Adapun sasaran pendidikan seumur hiduo adalah setiap individu karena dalam
pandangan pendidikan seumur hidup, setiap individu adalah peserta didik