D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
PARMIN NAINGGOLAN
NIM : 190403012
PROGRAM STUDI
S-2 / MANAJEMEN PENDIDIKAN KRISTEN
PASCASARJANA
IAKN – TARUTUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kasihNya,
makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan Kristen dengan thema Pengertian Pendidikan
dan hakikat manusia dalam dimensi pendidikan dapat penulis selesaikan.
Makalah ini membahas secara singkat tentang pengertian pendidikan, konsep mendidik
mengajar dan belajar, objek-objek ilmu pendidikan, hakikat manusia dan hakikat manusia dalam
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini sangat singkat dan minim, tetapi tentunya dapat
membantu pembaca khususnya yang bergerak dibidang pendidikan, menjadikan dasar pijakan
untuk mengetahui informasi yang lebih banyak lagi terkait tema pembahasan pada makalah ini.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi
pembaca..
Penulis,
Parmin Nainggolan
PENGERTIAN PENDIDIKAN
DAN HAKIKAT MANUSIA DALAM DIMENSI PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, tanpa pendidikan manusia akan sulit
untuk berkembang/maju. Seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan di Indonesia mengalami
perubahan yang lebih baik sehingga hampir seluruh masyarakat merasakan apa itu pendidikan.
Dewasa ini pendidikan di Indonesia sangat berpengaruh besar terhadap manusia,
pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan, walaupun perubahannya masih bersaing
dengan negara-negara berkembang, dan pendidikan di Indonesia berusaha untuk menyetarakan
pendidikan dengan negara-negara yang maju.
Pemerintah pada masa sekarang ini telah memperhatikan pendidikan Indonesia, karena
generasi-generasinya harus memiliki SDM (sumber daya manusia) untuk menitikberatkan
kepada kecerdasan. Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi
manusia, karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mngembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Jadi dapat disimpulkan, pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan,
pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan
semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Dalam
pendidikan, secara implisit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidikan dan pihak
peserta didik yang di dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan
tetapi sarana dalam hal dayanya yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses
pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju
kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini berusaha menjawab dan memberikan pemahaman tentang rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Pengertian Pendidikan
2. Konsep mendidik, mengajar dan belajar
3. Objek-objek Ilmu Pendidikan
4. Hakikat manusia
5. Hakikat manusia dalam pendidikan
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan
2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan konsep mendidik, mengajar dan belajar
3. Untuk mengetahui objek-objek ilmu pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana hakikat manusia dan hakekat manusia dalam pendidikan.
5. Untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan prodi Manajemen
Pendidikan Kristen Pasca Sarjana (S-2) IAKN Tarutung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan
Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak.
Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan
merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat
pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan
terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan
berarti pengolahan, mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan
dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pendidikan sebagai berikut :
1. Menurut John Dewey dalam buku Democracy and Education (1950:89-90).
Pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna
pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman
selanjutnya.
2. Menurut John S. Brubacher dalam buku Modern Philosophies of Education (1977:371).
Pendidikan adalah proses dimana potensi, kemampuan, kapasitas manusia yang mudah
di pengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan digunakan oleh manusia
untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Menurut G. Terry Page, J.B. Thomas dan A.R. Marshall dalam International Dictionary
of Education (1980:112). Pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan dan
perilaku manusia secara keseluruhan.
4. Menurut Ki Hadjar Dewantara (1977:20). Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup
tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
5. Menurut Driyarkara (1980:78), Intisari atau Eidos pendidikan adalah pemanusiaan
manusia muda ke taraf insani, itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik,
yang jumlah dan macamnya tak terhitung.
2. Mengajar
Mengajar adalah menyampaikan ilmu, melakukan transfer ilmu pengetahuan, melakukan
praktek ilmu pengetahuan, pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai criteria
standar kemampuan tertentu,wawasan dan keterampilan tertentu sesuai dengan tujuan
pengajaran. Kegiatan mengajar berkaitan dengan metode, media, materi yang dibahas serta
teknik pengajaran yang digunakan. Dalam kegiatan mengajar, tugas pendidik diantaranya
menyusun dan mengembangkan program belajar, dan menumbuhkan kondisi supaya peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar
yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar merupakan kegiatan mengajar. Mengajar
merupakan semua perbuatan dan usaha dari pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada peserta didik. Mengajar
merupakan salah satu sarana/cara dalam kegiatan mendidik. Cara/sarana lain dalam mendidik
adalah membimbing, memberi motivasi, memberikan contoh atau keteladanan,memberikan
pendampingan,dan kegiatan lain yang sejenis pada peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa
mengajar berfokus pada penguasaan pengetahuan tertentu, adapun mendidik lebih ditekankan
pada pembentukan watak atau kepribadian peserta didik. Mengajar berkaitan erat dengan metode
yang bersifat rasional, teknik praktis, adapun mendidik memerlukan metode yang lebih bersifat
psikologis dan dengan pendekatan manusiawi. Mendidik dan mengajar merupakan kegiatan yang
menyatu, saling isi mengisi. Apabila dirinci perbedaan mendidik dan mengajar itu adalah
sebagai berikut :
No Mendidik Mengajar
1 Pendidikan lebih mengutamakan Pengajaran lebih mengutamakan pada
pembentukan manusianya (nilai dan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
sikap
2 Waktunya relatif panjang Memakan waktu relatif pendek
3 Metodenya bersifat psikologis dan Metodenya lebih teknis, rasional dan
pendekatan manusiawi praktis
3. Belajar
Belajar menurut Winkel (1999:36) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan
dan berbekas.
Menurut Supriawan (1994 :34) belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar baik potensi maupun aktual. Perubahan-
perubahan tersebut adalah dalam bentuk kemampuankemampuan baru yang dimiliki dalam
waktu yang dimiliki dalam waktu yang cukup lama dan perubahan-perubahan itu terjadi karena
usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Perubahan-perubahan tersebut senantiasa
bertambah dan memiliki tujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, berkat adanya
pengalaman dapat menumbuhkan perubahan pada diri seseorang belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru berkat pengalaman.
Teori Asosiasi yang dikembangkan Edward Lee Thorndike tahun 1913 berpendapat
bahwa Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut Sudjana
(2006 :28) adalah “proses ditandai dengan adanya perubahan-perubahan proses ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan pada diri seorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan, pengetahuan, pemahamannya dan
penerimaannya dan lain-lain aspek individu”. Belajar merupakan upaya anak didik dalam
rangka mengembangkan kemampuannya, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Sesuai dengan pendapat UNESCO, peserta didik belajar berfikir untuk tahu,
belajar untuk melakukan sesuatu, belajar untuk menjadi sesuatu yang dicita-citakan, dan belajar
bagaimana seharusnya belajar, sehingga ia memiliki bekal pengetahuan, sikap yang tepat dan
skill yang efektif untuk dapat memenuhi tuntutan kehidupan yang terus berkembang. Kegiatan
mendidik dan mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh
peserta didik disebut kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, pendidik melakukan
transfer ilmu, pengetahuan, keterampilan, memberikan stimulus dan motivasi melalui dialog,
diskusi, keteladanan, nasihat, bimbingan, arahan, atau hal-hal yang dapat ditangkap pancaindra
peserta didik,sehingga terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Produk dari suatu proses
pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan
tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan
perilaku tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik . Ranah afektif
adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan
stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus
dari lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh melalui
pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu
berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Ranah psikomotorik adalah skill atau keterampilan
peserta didik dalam mempraktekkan pengetahuan dan sikap yang diyakininya sebagai hasil
belajar. Hasil belajar peserta didik dapat diukur melalui tes hasil belajar. Soemanto
mengemukakan bahwa “Pencapaian tujuan belajar warga belajar disebut hasil belajar, yang
hasilnya dapat diukur melalui tes hasil belajar. Jumroh (2003:10-11) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap
warga belajar.
2. Pendidik.
Didalam UU RI No. 20 tahun 2003 : Bab XI, pasal 39 ayat 1: disebutkan bahwa :
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Dengan demikian, pendidik merupakan salah satu faktor
terpenting yang menentukan keberhasilan pendidikan.
Pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang menerima estafet
amanah untuk mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik, baik pada pendidikan formal maupun pendidikan non formal
dan in-formal.
3. Tujuan Pendidikan
Fungsi dari tujuan pendidikan adalah :
1. Memberikan arah kegiatan pendidikan
2. Merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan
Hirarkhi Tujuan Pendidikan :
1. Tujuan Pendidikan nasional
2. Tujuan Institusional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus
UU RI No 20/2003 (Bab II pasal 3) menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
4. Materi Pendidikan
Materi pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik untuk kurikulum
nasional maupun kurikulum muatan lokal.
7. Sekolah/lembaga pendidikan.
Sekolah/lembaga pendidikan merupakan komponen yang juga menentukan
tingkat keberhasilan pendidikan. Sekolah adalah suatu satuan (unit) sosial atau lembaga
sosial yang secara sengaja dibangun dengan kekhususan tugasnya untuk melaksanakan
proses pendidikan (Odang Muchtar, 1991). Sebagai lingkungan pendidikan formal,
sekolah dibagi atas tiga jenjang pendidikan (sekolah), yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Sekolah mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan jenjang bentuk dan
jenisnya. Tujuan sekolah dapat ditemukan di dalam kurikulum sekolah yang
bersangkutan. Tujuan sekolah umumnya adalah memberikan bekal kemampuan kepada
peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, makhluk Tuhan, serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya.
8. Lingkungan Masyarakat.
Lingkungan pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas dan
berlangsungnya usaha pendidikan. Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan salah
satu penentu kualitas akhir pendidikan. Lingkungan dan sarana yang tidak memadai, akan
menghambat berlangsungnya proses pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok manusia
yang berintegrasi secara terorganisasi, menempati daerah tertentu, dan mengikuti suatu
cara hidup atau budaya tertentu.
Masyarakat dapat dibedakan dalam berbagai jenis. Jenis masyarakat, antara lain
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Secara umum masyarakat memiliki kesamaan, namun secara khusus tiap masyarakat
akan mempunyai perbedaan, perbedaan ini mungkin berkenaan dengan hubungan
sosialnya, karakteristik daerah tempat tinggalnya, nilai-nilai budayanya
Hakikat manusia dalam pandangan iman Kristen tentunya berpijak pada Alkitab.
Khususnya dalam Kitab Kejadian pasal 1, ayat 26 sampai 27. Perikop ini berisi pernyataan
Allah mengenai penciptaan alam semesta, dan termasuk juga didalamnya mengenai penciptaan
manusia. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah, menurut rupa dan gambar Allah sendiri.
Terdapat beberapa pandangan kristen tentang hakikat manusia yang dapat diambil dari kitab
Kejadian, yaitu:
1. Manusia Dibentuk dan Diciptakan Oleh Allah
Dalam Kejadian 1:26-27; 2:7 dinyatakan bahwa manusia merupakan ciptaan
Allah, bukan jelmaan sebagian dari diri Allah, atau anak biologis-Nya. Manusia adalah
hasil karya-Nya yang diciptakannya secara unik, berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain.
Allah membentuk manusia dengan tangan-Nya sendiri, dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya. Manusia dibentuk menurut rencana Allah.
A. Simpulan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara teratur dan sistematis dalam
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia, baik jasmani dan rohani dalam
tingkatan kognitif, afektif dan psikomotor sehingga terwujud perubahan prilaku (behaviour)
manusia dan berkarakter kepribadian bangsa.
Dalam pendidikan dikenal adanya kegiatan mendidik dan mengajar. Mendidik dan
mengajar sangat berkaitan erat, namun demikian keduanya memiliki perbedaan. Mendidik lebih
luas dari pada mengajar,dan mengajar merupakan salah satu sarana dalam mendidik.
Objek-objek ilmu pendidikan antar lain : Anak/peserta didik, pendidik, tujuan
pendidikan, materi pendidikan, metode dan alat pendidikan, orangtua peserta didik,
sekolah/lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat.
Hakikat manusia dalam pandangan iman Kristen tentunya berpijak pada Alkitab.
Terdapat beberapa pandangan kristen tentang hakikat manusia yang dapat diambil dari kitab
Kejadian, yaitu : manusia dibentuk dan diciptakan oleh Allah, manusia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah, Manusia adalah mandataris Allah dan manusia adalah mahluk sosial.
Berdasarkan dimensi pendidikan, manusia dipandang dari berbagai sudut,yaitu: Manusia
sebagai makhluk Tuhan, manusia sebagai kesatuan badan-roh, manusia sebagai makhluk
individu, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk berbudaya, manusia
sebagai makhluk susila dan manusia sebagai makhluk beragama.
Sumber / Pustaka :
1. Yatimah, Durotul, MPd. Dr, Landasan Pendidikan, CV. Alumgadan Mandiri, Jakarta,
2017
2. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2009
3. UU RI No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, Depdiknas, Jakarta, 2003
4. https://tuhanyesus.org/pandangan-kristen-tentang-hakikat-manusia