Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor yang
mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya muhammadiyah sebagai organisasi
pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan maksud dan tujuan tersebut
muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan sebagai contoh amal usaha
muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang maksud,tujuan, sejarah perumusan
serta pengertian yang terkandung didalamnya. Rumusan maksud dan tujuan muhammadiyah
sejak berdiri sampai sekarang ini mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan
susunan bahasa dan istilah. Sekalipun begitu tidak dengan sendirinya berubah isi dan jiwanya,
karena hakekatnya antara yang lama dan baru adalah sama-sama untuk perubahan yang lebih
baik.
Maksud dan tujuan yang dimaksud adalah yang termaktub dalam anggaran dasar atau
anggaran rumah tangga muhammadiyah. Pada dasarnya maksud dan tujuan muhammadiyah
adalah sebagai organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang amal usaha untuk perbaikan
kualitaas hidup masyarakat bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Muhammadiyah?
b. Siapa tokoh pendirinya?
c. Bagimana berdirinya muhammadiyah?
d. Apakah maksud dan tujuan muhammadiyah?

C. Tujuan
Untuk mengenal muhammadiyah secara lebih dalam dari berbagai sudut pandang.
Sehingga sebagai bagian dari keluarga muhammadiyah kita dapat melakukan hal yang
diinginkan dari muhammadiyah.
BAB II
ISI

A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah


Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan
untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini
pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian
Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar
dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya
berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah
Muallimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan
Muallimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah
terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan,
daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota
tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah
ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif
singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari
daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan
Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

B. Pengertian Muhammadiyah
Arti muhammadiyah dapat ditinjau dari segi bahasa dan segi istilah
a. Segi Bahasa
Muhammdiyah berarti umat muhammad / pegikut Muhammad , yaitu semua orang yang
beragama Islam dan meyakini bahwa nabi Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang
terakhir. Dengan kata lain, siapa saja yang mengaku Islam yang dibawa nabi Muhammad
sesungguhnya mereka adalah orang muhammadiyah
b. Segi istilah
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan oleh K.H.A Dahlan pada tanggal 8
dzulhijah 1330 atau 18 November 1912 di Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama oleh pedirinya
karena dengan nama itu berharap bisa meniru segala jejak perjuangan dan pengabdian nabi
Muhammad saw
C. SEBAB SEBAB MUHAMMADIYAH DIDIRIKAN
Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bidah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat
Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula
agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-


kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;

5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama
Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang
semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat (Junus Salam, 1968: 33).

D. MAKSUD DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH


Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan
tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan
gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam amal usaha
muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan
sebagi berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada


penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.

2. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya


Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-
44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami tujuh
kali perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Saat ini
Muhammadiyah menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta,
yaitu : Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.

E. AMAL USAHA MUHAMMADIYAH


Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah
Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah, seperti:
1. Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi orang yang hamil
pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat
Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging
yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima,
buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh
bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi
keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.
2. Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti
selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal
dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi
serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada
kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seornag wali atau nabi, sehingga hal itu
dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut khaul,
atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang
setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap
arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh
Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.
3. Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam Jumat
dan hari-hari tertentu adalah suatu bidah. Begia ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu dan
pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan.
Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap
makhluk Allah.
Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat
dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam Islam.
Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala
kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasa pada ajaran agama, oleh karena itu harus
ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bidah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam.
Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah dalam
memurnikan tauhid.
F. PERKEMBANGAN MUHAMADIYAH
Secara garis besarnya, perkembangan muhammadiyah dapat dibedakan menjadi:
1. Perkembanngan secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh penjuru
tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah
sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah
Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammadiyah dalam mengikis
adat-istiadat yang mendarah daging di kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui
tantangan dari masyarakat.
2. Perkembangan secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang,
yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Hal ini mempertimbangkan karena bertambah luas
serta banyaknya hal hal yang harus diusahakan oleh muhammadiyah sesuai dengan maksud
dan tujuannya. Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pemimpin
persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan. Selain
majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah
organisasi induk, dengan amasih tetap memiliki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. Kesatuan kesatuan kerja berupa majelis majelis majelis dan badan badan pembantu
perserikatan :
Majelis tarjih bertugas: mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agam Islam untuk
mendapatkan kemurnian dan kebenaran ajaran Islam
Majelis tabligh bertugas mempergiat daan menggembirakan dakwah Islamyiah, amar amkruf
nahi mungkar
Majelis pendidikan dan kebudayaan bertugas : memajukan dan memperbarui pendidikan,
pngajaran, dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan Islam
Majelis Pembina kesejahteraan umat(PKU) bertugas : menggerakkan dan menghidupkan amal
tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa
Majelis Pembina ekonomi bertugas : membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan
penghidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
Majelis wakaf dan kehartabendaan brtugas : mengurusi masalah tanah dan hak milik
muhammadiyah sebagai barang amanar yang harus dipergunakan da diselenggarakan sesuai
tempatnya
Majelis pustaka bertugas : menyelenggarakan adanya perpustakaan yang cukup lengkap untuk
memnuhi kebutuhan penyelidikan dan dokumentasi
Majelis pendidikan tinggi, penelitian dan pengembangan bertugas : membina perguruan tinggi
muhammadiyah serta memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian menurut tuntunan
Islam.

Beberapa lembaga lembaga muhammadiyah :

Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting

Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan

Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Lembaga Penanganan Bencana

Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh


Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

Lembaga Seni Budaya dan Olahraga

Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

Dalam persyarikatan Muhammadiyah, organisasi otonom (Ortom) ini ada beberapa buah, yaitu:

Aisyiyah

Nasyiatul Aisyiyah

Pemuda Muhammadiyah

Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)

Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM)

Tapak Suci Putra Muhamadiyah

Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan

Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda


Muhammadiyah (AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban mengemban fungsi
sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

G. PERIODE PIMPINAN DALAM MUHAMMADIYAH


Dari sejak muhammadiyah didirikan oleh KHA Dahlan sampai periode sejarahnya yang
paling modern, telah silih berganti kepemimpinan muhammadiyah sebagai berikut :

K.H. Ahmad Dahlan (1912 1923)

K.H. Ibrahim (1923 1932)


K.H. Hisyam (1932 1936)

K.H. Mas Mansur (1936 1942)

Ki Bagus Hadikusumo (1942 1953)

A.R. Sutan Mansyur (1952 1959)

H.M. Yunus Anis (1959 1968)

K.H. Ahmad Badawi (1962 1968)

K.H. Fakih Usman/H.A.R. Fakhrudin (1968 1971)

K.H. Abdur Razak Fakhruddin (1971 1990)

K.H. A. Azhar Basyir, M.A. (1990 1995)

Prof. Dr. H.M. Amien Rais/Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (1995 2000)

Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (2000 2005)

Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA(2005-2010),(2010-2015)


H. Ciri ciri perjuangan muhammadiyah
Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah
sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya,
aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa
didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri
Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun
yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah
sebagai berikut.
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam
2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar maruf nahi munkar
3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

A. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh
KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap
Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong
berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor
penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai
pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran,
ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan
Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-
ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok
17, kelompok ayat-ayat Alquran, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh,
jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan
disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Quran karena itupula seluruh gerakannya tidak ada
motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala
yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat
dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya
gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud
yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat
sebagai rahmatan lilalamin.

B. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam


Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri
yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam
jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa
faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari
pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali
Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah
meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak)
Islam, amar maruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan
Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan
membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang
banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan
sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu
manifestasi dakwah Islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

C. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid


Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan
Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai
salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam
sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan
berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa
khurafat, syirik, maupun bidah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah
satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah
barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan
ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bidah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu
yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya
sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel
pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai
pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir
miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara
pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat
disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi
(reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan
tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan
Reformasi.
I. KEYAKINAN DAN CITA CITA HIDUP MUHAMMADIYAH
a. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Maruf Nahi Munkar, beraqidah Islam
dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi
b. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-
Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup
Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
c. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
d. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bidah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
e. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada
ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
f. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa
tambahan dan perubahan dari manusia.

Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyah (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam
bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia
Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah
SWT:
BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR
J. Visi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah
dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam
sebagai rahmatan lil'alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.

K. Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar memiliki misi :
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh
para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk
menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.
3. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur'an sebagai kitab Allah terakhir dan
Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu
mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan Muhamadiyah,
yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Taala.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamsul, Studi Kemuhammadiyahan: Surakarta: LPID, 2011


http://www.ppcindo.com/click.php?Kenuahammadiyahan

Anda mungkin juga menyukai