Anda di halaman 1dari 23

ASTRONOMI

(IPAS119403)

BUMI DALAM BOLA LANGIT


(TATA KOORDINAT EKUATOR DAN PENENTUAN WAKTU)

OLEH:

1. ANASTASIA NAOMI FINA STEVIN GULTOM (1913071023)


2. AWANG YONAR PRAKOSA (1913071036)
3. NI LUH PUTU FEBRIYANTI WIRYANI (1913071040)
4. PELENTINA SIMANGUNSONG (4192451011)
5. RIZKY HASANAH (4193151021)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyusun makalah “Bumi Dalam Bola Langit
(TK Ekuator dan Penentuan Waktu)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
menunjang pembelajaran mata kuliah Astronomi. Makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ni Made Pujani, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
Astronomi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
2. Bapak Putu Hari Sudewa, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Astronomi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan untuk kesuksesan kami.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, serta semua pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga makalah ini dapat
lebih baik dan akan disempurnakan pada kesempatan selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat memberi edukasi bagi pembaca.

Singaraja, 18 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
1.4 Manfaat ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tata Koordinat Ekuator ...........................................................................3
2.2 Penentuan Waktu ....................................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................17
3.2 Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama Bulan dan Jumlah Hari Pada Kalender Romawi dan Yunani Kuno...14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tata Koordinat Ekuator……………………………………………………5


Gambar 2 Koordinat Ekuatorial………………………………………………………5
Gambar 3 Koordinat Langit…………………………………………………………..6
Gambar 4 Letak Titik Aries (Vernal Qquinox) ……………………………………..6
Gambar 5 Benda Langit Mengikuti Lintasan Sejajar dengan Ekuator Langit………7
Gambar 6 Latian Melukis Garis Edar Bintang………………………………………8
Gambar 7 Sudut Waktu Dari Titik Semi Sejati……………………………………10
Gambar 8 Waktu Matahari (Surya) ……………………………………………….11
Gambar 9 Waktu Standar Internasional……………………………………………13

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Astronomi merupakan cabang ilmu dari ilmu alam atau sains yang
melibatkan pengamatan benda-benda langit atau celestial object seperti halnya
bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena alam
yang terjadi di luar atmosfer Bumi. Ilmu ini secara umum Ilmu mempelajari
berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisika/kimia,
meteorologi, dan gerak dan juga pengetahuan akan benda-benda tersebut
menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta. Alam semesta
diciptakan dalam keadaan yang teratur dan rapi. Keteraturan gerakan bintang
termasuk di dalamnya matahari, planet, satelit, komet dan benda langit lainnya
menyebabkan keberadaan benda-benda langit tersebut dapat dipelajari.
Tata koordinat dalam ilmu astronomi memiliki beragam jenis bergantung
dari acuan tata koordinat yang digunakan. Tata koordinat berperan penting dalam
menentukan titik atau lokasi suatu benda, dalam astronomi benda yang dimaksud
adalah benda langit. Koordinat benda langit memudahkan astronomi untuk
mengetahui objek apakah yang sedang diamati dan dapat digunakan untuk
membedakan satu benda langit dengan benda langit lainnya. Koordinat ekuator
memetakan posisi suatu benda (biasanya suatu benda langit) di bola langit, baik
yang terlihat maupun yang tidak terlihat, tanpa memperdulikan posisi pengamat.
Waktu adalah konsep dasar yang berkaitan dengan terjadinya peristiwa.
Dengan kata lain, ada urutan yang pasti dimana dua peristiwa secara tak serentak
(non-simultan) terjadi. Oleh karena itu, diantara dua kejadian non-simultan ada
selang interval waktu. Dalam hal ini, siang dan malam merupakan fenomena
non-simultan berulang yang terjadinya paling banyak dan dengan demikian dapat
menunjukkan selang waktu. Dalam ilmu astronomi, sangat penting untuk
memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, serta menerapkan sistem

1
tata koordinat untuk menetapkan posisi tersebut. Dengan demikian pada makalah
ini akan dibahas mengenai tata koordinat ekuator dan penentuan waktu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu:
1.2.1 Bagamanakah tata koordinat ekuator?
1.2.2 Bagaimana cara penentuan waktu?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui tata koordinat ekuator.
1.3.2 Mengetahui cara penentuan waktu.
1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaaat yang diharapkan dari penulisan makalah yaitu:
1.4.1 Bagi Penulis
Sebagai latihan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan penulis dalam membuat karya tulis, khususnya
pembuatan makalah dan laporan. Selain itu, sebagai bekal wawasan
untuk menjadi guru IPA di Sekolah Menengah Pertama yang
berkompetensi khususnya mengenai materi bumi dalam bola langit
(titik koordinat ekuator dan penentuan waktu).
1.4.2 Bagi Pembaca
Sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
berkaitan dengan konsep bumi dalam bola langit (TK ekuator dan
penentuan waktu).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tata Koordinat Ekuator
Ekuator langit adalah suatu lingkaran besar semu, yang dapat dibuat dengan
membesarkan ekuator bumi sampai berpotongan dengan bola langit. Untuk
mendapatkan lingkaran dasar dan titik asal yang letaknya selalu tetap di bola
langit, maka yang cenderung digunakan adalah tata koordinat ekuator. Bila
bidang ekuator bumi diperluas sampai menyentuh bola langit maka bidang ini
dinamakan bidang ekuator langit. Demikian pula bila sumbu Utara-Selatan bumi
diperluas sampai menyentuh bola langit akan didapat kutub utara langit (KUL)
dan kutub selatan langit (KSL). Menurut Endarto (2014:403) susunan tata
koordinat ekuator tidak tergantung pada waktu dan tempat pemeriksa, seperti
susunan koordinat horizon. Terdapat beberapa hal yang perlu dipahami dalam
mempelajari tata koordinat ekuator. Hal tersebut adalah sebagai berikut.
A. Unsur-Unsur Tata Koordinat Ekuator
a. Kutub Utara dan Kutub Selatan Langit
Kutub utara dan kutub selatan langit ialah kedua titik perpotongan
sumbu langit dengan bola langit.
b. Ekuator Langit (Khatulistiwa Langit)
Ekuator langit adalah lingkaran besar yang bidangnya melalui titik
pusat bola langit dan tegak lurus pada sumbu langit. Bidang ekuator
langit adalah perpanjangan dari bidang ekuator bumi.
c. Titik Timur/Barat
Titik timur/barat adalah titik perpotongan lingkaran ekuator dengan
lingkaran horizon. Titik timur dan yang titik barat diantara kedua titik
perpotongan itu harus ditentukan dengan hati-hati. Sesuai dengan yang
telah diterangkan sebelumnya ialah jika seseorang berdiri
membelakangi selatan dan menghadap utara, sebelah kanan seseorang
tersebut terletak titik timur dan sebelah kiri titik barat.
d. Deklinasi Satu Bintang

3
Deklinasi satu bintang ialah sepotong busur lingkaran deklinasi
yang diukur dari titik perpotongan ekuator langit pada lingkaran
deklinasi itu sampai bintang itu sendiri. Titik perpotongan lingkaran
deklinasi bintang dengan ekuator dinamai perpotongan titik kaki
deklinasi. Deklinasi bintang itu ada dua macam:
1. Deklinasi positif (di sebelah utara langit, terhitung dari 00 sampai
+900, yaitu mulai dari ekuator langit sampai kutub utara langit)
2. Deklinasi negatif (di sebelah selatan langit, terhitung dari 00
sampai -900, yaitu mulai dari ekuator langit sampai kutub selatan
langit)
e. Titik Aries (Titik Ram atau Domba-Titik Musim Bunga)
Titik Aries merupakan salah satu diantara dua buah titik
perpotongan ekliptika dan ekuator langit. Titik ini bergeser sepanjang
ekuator langit (menurut penglihatan pengamat dari bumi ini). Disebut
pula titik musim bunga karena pada hari permulaan musim bunga di
sebelah utara bumi, matahari bersinar dari arah titik ini (21 Maret).
f. Asensiorekta
Asensiorekta (nama suatu bintang) adalah sepotong busur ekuator
langit yang diukur dari titik Aries sampai titik kaki deklinasi bintang.
Asensiorekta diukur dengan rerata (00-3600). Pada titik Aries terletak
asensiorekta pada titik 00 (titik permulaan) yang berimpit pula, tentunya
dengan titik 3600, arah untuk mengukurkan asensiorekta ini ke titik
kaki deklinasi bintang ditetapkan, berlawanan dengan pergeseran
bintang sehari-hari (arah negatif), jadi dari barat ke timur.
g. Waktu (Jam) Bintang
Jika suatu bintang mencapai kulminasi atasnya pada pukul 10
malam, misalnya maka pada malam berikutnya akan mencapai
kulminasi atasnya pula pada pukul 9.56 malam. Jadi, waktu bintang
adalah 4 menit lebih cepat daripada waktu matahari yang dipakai
sehari-hari dalam tempo 24 jam.

4
Gambar 1. Tata Koordinat Ekuator
Sumber: Ilmugeografi.com

Gambar 2. Koordinat Ekuatorial


Sumber: Bahan Ajar Astronomi
Ekuator langit mempunyai inklinasi sebesar ~23.5°, terhadap bidang
ekliptika sebagai hasil dari kemiringan sumbu. Koordinat ekuatorial ini dibuat
dengan cara membayangkan sebuah bola langit yang memiliki ekuator dan kutub
yang sejajar dengan ekuator dan kutub bumi. Itulah mengapa koordinat ini
disebut dengan koordinat ekuatorial.

5
Gambar 3. Koordinat Langit
Sumber: Bahan Ajar Astronomi
Sama seperti bumi, koordinat langit ini ditentukan berdasarkan dua sumbu
atau titik asal. Jika di bumi digunakan lintang yang dihitung dari ekuator dan
bujur yang dihitung dari Greenwich, maka koordinat langit memiliki deklinasi
yang dihitung dari ekuator langit dan asensiorekta yang dihitung dari titik aries
(vernal equinox) yang didefinisikan sebagai titik perpotongan antara ekuator
dengan ekliptika (bidang orbit bumi terhadap matahari).

Gambar 4. Letak Titik Aries (vernal equinox)


Sumber: Bahan Ajar Astronomi
Deklinasi dihitung 00 untuk ekuator, positif hingga 900 ke arah kutub utara
langit, dan negatif hingga -900 ke arah kutub selatan langit. Sedangkan
asensiorekta dihitung berlawanan arah jarum jam hingga 24 jam (3600) dengan 0

6
jam di titik aries. Untuk memperjelas, jika titik aries ada di meridian (garis yang
menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan melewati zenith), maka Recta
Ascention di hitung ke timur. Deklinasi dinyatakan dalam derajat dan RA
dinyatakan dalam bentuk hour dengan ciri 1 hour = 150. Hal ini dapat dihitung
dengan mengasumsikan 1 putaran bumi = 3600 membutuhkan waktu 24 jam.

Gambar 5 Benda Langit Mengikuti Lintasan yang Sejajar dengan


Ekuator Langit
Sumber: Bahan Ajar Astronomi
Dalam koordinat ini, semua benda langit terbit dan tenggelam mengikuti
lintasan yang sejajar dengan ekuator langit. Jadi apabila seseorang berada di
Semarang misalnya, dengan lintang sekitar 60 di selatan, ilustrasi bola langitnya
dapat dilihat pada gambar. Untuk kasus ketika seseorang berada di Kutub Utara
misalnya, maka orang tersebut akan dapat melihat bintang-bintang yang tidak
tenggelam sepanjang hari, yang disebut juga sebagai bintang circumpolar atau
bintang kutub. Jadi ketika mengamati objek yang redup (tidak mudah dilihat
dengan mata) menggunakan teleskop.
Riswanto dan Suseno (2015) menjelaskan, tata koordinat ekuator banyak
digunakan dalam penentuan kedudukan sebuah bintang karena koordinat
lingkaran dasar dan titik asal bola langitnya bersifat tetap. Beberapa keuntungan
ketika menggunakan acuan koordinat ekuator dalam penentuan letak sebuah
bintang sebagai berikut.

7
1. Lebih baik bila dibanding menggunakan koordinat horizon, karena
penentuan azimuth dan deklinasi tidak berubah-ubah jika berpindah
posisi pengamat.
2. Posisi bintang dapat ditentukan melalui garis bujur dan garis lintang
posisi pengamat.
B. Langkah-Langkah Sederhana Menentukan Tata Koordinat Ekuator
1. Membuat Garis Edar Bintang
Menurut Riswanto dan Suseno (2015), untuk membuat garis edar
bintang dalam koordinat ekuator dibutuhkan deklinasi  ialah jarak
antara garis edar benda langit dengan ekuator. Terdapat dua macam
deklinasi, yaitu deklinasi positif (deklinasi utara) dan deklinasi negatif
(deklinasi selatan).
Contoh:
Lukis garis edar bintang P (*P = 30o) dan Bintang R (*R=-15o )
pada bola langit dengan  = 30o LU

Gambar 6. Latihan Melukis Garis Edar Bintang


Sumber: Dasar-Dasar Astronomi dan Fisika Kebumian
2. Menentukan Letak Bintang dengan Koordinat Ekuator
Dalam menentukan letak sebuah bintang menggunakan koordinat
ekuator maka beberapa hal yang perlu dipahami antara lainnya:

8
1) Waktu Bintang  wb
Dihitung dari A pada ekuator searah dengan arah ekuator titik
yang diperoleh disebut titik aries ().
2) Kenaikan lurus (Ascencio recta) ()
Yaitu busur pada lingkaran ekuator di ukur dari titik aries ()
berlawanan dengan arah peredaran semu harian (sampai proyeksi
bintang pada ekuator angkanya dari 0 hingga 360o.
3) Deklinasi bintang ()
Yaitu busur pada lingkaran deklinasi yang menyatakan jarak
bintang dengan proyeksinya pada ekuator atau jarak antara garis
peredaran semu harian bintang itu dengan ekuator.
a. Deklinasi positif ini, lintasan bintang disebelah utara
ekuator.
b. Deklinasi negatif ini, lintasan bintang disebelah selatan
ekuator.
2.2 Penentuan Waktu
Satuan waktu yang banyak digunakan dalam berbagai aktifitas didapatkan
dari dua gerak bumi. Yang pertama adalah hari, yang sama dengan periode rotasi
bumi, atau penampakan periode rotasi langit yang sebenarnya diakibatkan gerak
rotasi bumi, dimana satu periode sama dengan satu kali rotasi yang dibagi-bagi
menjadi satuan yang lebih kecil yaitu jam (h), menit (m), dan detik (s). Satu hari
dibagi menjadi 24 jam, tiap jam dibagi lagi menjadi 60 menit, dan tiap menit
dibagi lagi menjadi 60 detik.
Yang kedua adalah tahun, yaitu periode revolusi bumi mengitari matahari.
Perhitungan waktu ditentukan oleh posisi objek di bola langit yang dipilih
sebagai acuan. Selang waktu antara dua kali objek tersebut melewati meridian.
Hari adalah dalam kehidupan keseharian orang menggunakan kedudukan
matahari sebagai acuan waktu.

9
1. Waktu Sideris dan Waktu Surya
a. Waktu Sideris
Waktu bintang (sidereal time) berkaitan langsung dengan rotasi
bumi. Epok waktu bintang secara numerik adalah sudut waktu dari
titik semi (vernal equinox). Waktu bintang biasanya ditentukan
dengan pengamatan bintang.

Gambar 7. Sudut Waktu Dari Titik Semi Sejati


Sumber: DocPlayer.info
Satu hari bintang adalah interval waktu antara dua kulminasi atas
yang berurutan dari titik semi menengah di meridian tertentu. Jam nol
(00:00) suatu hari bintang adalah pada saat titik semi (menengah)
berkulminasi atas. Waktu bintang sejati tidak digunakan sebagai
ukuran interval waktu karena kecepatannya yang tidak uniform, yang
disebabkan oleh bervariasinya kecepatan rotasi bumi dan juga arah
dari sumbu rotasi bumi itu sendiri. Karena titik semi menengah masih
dipengaruhi oleh presesi, maka satu hari bintang akan lebih pendek
sekitar 0.0084 s dari periode bumi yang sebenarnya.

b. Waktu Surya
Waktu surya (solar or universal time) berkaitan dengan rotasi
bumi dan juga revolusi bumi sekeliling matahari. Epok waktu surya
secara numerik adalah sudut waktu dari matahari. Waktu surya benar

10
ditentukan oleh kedudukan sebenarnya matahari di bola langit. Hari
surya benar dimulai ketika matahari mencapai meridian bawah,
sehingga saat itu waktu surya benar menunjukkan jam 0.00, satu hari
surya benar dibagi dalam 24 jam.
Pergerakan surya benar (apparent sun) sepanjang ekliptika
tidak uniform, sehingga surya benar kurang ideal untuk pendefinisian
sistem waktu. Mengatasi ketidaktepatan waktu surya benar ini maka
dibayangkan suatu matahari khayal yang bergerak sepanjang ekuator
langit dengan kecepatan konstan dan periode yang sama dengan
periode matahari benar dalam menyelesaikan lintasannya di ekliptika
dengan kecepatan sekitar 1° perhari (360° dalam 365,25 hari).
Waktu yang ditentukan dengan kedudukan rerata matahari ini
dinamakan waktu surya rerata. Waktu surya rerata merupakan satuan
dasar untuk semua pengukuran waktu dan perhitungan astronomis.
Hari surya rerata dimulai saat surya rerata mencapai meridian bawah
yaitu jam 0.00 surya rerata. Waktu surya rerata pada bujur yang
melalui kota Greenwich (Inggris) disebut Greenwich Mean Time
(GMT). Waktu GMT sering digunakan untuk menandai peristiwa-
peristiwa internasional.

Gambar 8. Waktu Matahari (Surya)


Sumber: DocPlayer.info

11
2. Waktu Standar atau Waktu Daerah
Waktu yang digunakan secara internasional adalah waktu surya
rerata. Waktu surya rerata untuk tiap tempat berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan bujur tempat tersebut. Karena rotasi bumi itu 360° dalam 24
jam dan juga garis bujur dihitung 360°, yaitu 180° BT dan 180° BB, maka
setiap perbedaan garis bujur 15° akan terdapat perbadaan waktu surya
rerata 1 jam. Karena rotasi bumi itu dari barat ke timur, maka tempat yang
disebelah timur waktunya lebih maju. Waktu surya rerata dari meridian
yang melalui Greenwich dinamakan waktu universal yang disingkat
dengan GMT (Greenwich Mean Time).
Ini berarti waktu surya rerata di berbagai tempat tidak sama dan ini
akan menimbulkan kesukaran, seperti misalnya bagi orang yang
berpergian kearah timur ataupun ke barat dia harus mengubah jam
arlojinya untuk menyesuaikan dengan waktu surya rerata setempat. Untuk
menghindari kekacauan ini maka dilakukan standarisasi waktu menurut
wilayah, sehingga dalam suatu wilayah semua tempat menetapkan waktu
yang sama yang disebut waktu standar. Berdasarkan hasil konferensi
internasional 1884, ditetapkan sistem 24 zona (wilayah) waktu
internasional untuk seluruh dunia dimana tiap zona rentangnya 15° bujur.
Setiap zona diberi nomor berurutan yang dimulai dari meridian
Greenwich, ke barat diberi tanda negatif (-) dan ke timur tanda positif (+).
Posisi geografis Indonesia berada pada 6o LU-11o LS dan 95o BT-
141o BT yang terbagi kedalam 3 zona wilayah yaitu WIB (Waktu
Indonesia Barat) dengan GMT +7 jam, mencakup wilayah Sumatra, Jawa,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, WITA (Waktu Indonesia
Tengah) dengan GMT +8 jam, yang mencakup wilayah Sulawesi, Bali,
Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, dan WIT
(Waktu Indonesia Timur) dengan GMT +9 jam mencakup wilayah
Maluku dan Papua.

12
Gambar 9. Waktu Standar Internasional
Sumber: Saripedia.wordpress.com
3. Garis Tanggal Internasional
Garis tanggal internasional adalah garis demarkasi imajiner di
permukaan bumi yang membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan
dan membatasi perubahan satu hari kalender ke hari berikutnya.
Kenyataan makin ke timur waktu makin maju, hal ini menimbulkan
masalah. Misalnya, seorang berangkat keliling dunia ke arah timur, maka
setiap lewat 15o garis bujur dan harus memajukan arlojinya 1 jam,
sehingga setelah menyelesaikan perjalanan dia telah memajukan arlojinya
24 jam atau sehari penuh. Ini berarti dia telah mendapat tambahan satu
hari lebih dari mereka yang tinggal di rumah, sehingga orang bisa
menyarankan dengan keliling dunia arah ke timur maka seseorang bisa
menuju ke masa depan.
Untuk mengatasi masalah ini, berdasarkan persetujuan internasional
maka ditetapkan garis tanggal internasional, yaitu sepanjang meridian
180o, garis tanggal ini terletak kira-kira di pertengahan lautan Pasifik.
Berdasarkan konvensi, pada garis tanggal ini tanggal kalender harus
berubah satu hari. Bila melewati garis tanggal ini dari barat ke timur,
karena waktunya maju maka sebagai imbalan dia harus memundurkan

13
tanggalnya, dan bila melewatinya dari timur ke barat, dia harus
menambahkan tanggalnya satu hari.
4. Kalender
Dalam sistem pembuatan kalender terdapat beberapa jenis kalender
di antaranya kalender jawa, kalender Islam, dan kalender Masehi. Masing-
masing dari kalender memiliki berbagai macam perhitungan tersendiri,
yang pasti setiap kalender memiliki satuan hari, bulan dan tahun. Hari
merupakan waktu yang dibutuhkan bumi untuk melakukan satu kali rotasi,
yaitu 24 jam. Bulan ada yang berjumlah 30 dan 31 pada kalender masehi,
pada kalender Islam 30 hari dihitung berdasarkan fase bulan dalam
periode waktu sinodik yaitu 29,5 hari. Tahun adalah satuan waktu ketika
bumi melakukan revolusi terhadap matahari yaitu selama 365,25 hari.
Jenis-jenis tahun yang diketahui, yaitu:
1) Tahun sideris, yaitu tahun yang lamanya 365,25 hari dihitung
berdasarkan revolusi bumi terhadap matahari berdasarkan waktu
rerata.
2) Tahun tropis, yaitu periode revolusi bumi terhadap titik musim
semi (permulaan musim semi) lamanya 365,242199 hari. Negara
Indonesia menggunakan tahun ini.
3) Tahun anomalistik, yaitu selang waktu dua kali berturut-turut
ketika bumi melewati perhelion.
a. Kalender Kuno
Asal mula dari kalender masehi berasal dari kalender Romawi
dan Yunani Kuno. Kalender ini menggunakan tahun dan bulan, untuk
bulan didasarkan pada periode sinodik bulan yaitu 29,5 hari. Dalam
satu tahun lamanya, hari berdasarkan bulan adalah 29,5 x 12 = 354
hari.
Tabel 1. Nama Bulan dan Jumlah Hari Pada Kalender Romawi
dan Yunani Kuno

14
No. Nama Bulan Jumlah Hari

1. Martius 31 hari

2. Aprilis 29 hari

3. Mains 31 hari

4. Junius 29 hari

5. Quintilis 31 hari

6. Sextilis 29 hari

7. September 29 hari

8. Oktober 31 hari

9. Nopember 29 hari

10. Desember 29 hari

11. Januarius 29 hari

12. Ferbruarius 28 hari


b. Kalender Julian
Penamaan kalender Julian diambil dari nama Julius Caesar yang
melakukan perubahan terhadap kalender romawi dengan membuat
jumlah hari dalam satu bulan sama panjang menjadi 30,5 hari yang
berdasarkan tahun tropis 365,25 hari. Jadi dalam satu tahun berisi 365
hari dan setiap 4 tahun ditambah 1 hari pada bulan Februari, sehingga
menjadi 366 hari yang disebut dengan tahun kabisat. Setelah Julius
Caesar meninggal, maka untuk menghormatinya umat kristiani
mengganti nama bulan Quintilis menjadi Juli. Kemudian Julius
Caesar digantikan dengan Augustus Caesar, untuk menghormatinya
juga sehingga bulan Sextilis diganti menjadi Agustus.
c. Kalender Gregorian
Sebenarnya kalender Julian sudah mendekati waktu tahun tropis,
namun ternyata perhitungannya masih menyisakan waktu 11 menit 14
detik setiap tahunnya. Maka, jika ini dibiarkan akan terjadi pergeseran

15
maju waktu titik vernal equinok (musim dingin) yang tidak lagi terjadi
pada tanggal 21 Maret. Maka pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII
melakukan pembaharuan terhadap kalender Julian dengan melakukan
3 langkah perbaikan, yaitu:
1. Mengumumkan pelompatan hari bahwa keesokan hari setelah
tanggal 4 Oktober 1582 adalah 15 Oktober 1582.
2. Menghilangkan kelebihan 11 menit 14 detik pada setiap
tahunnya menjadi 1 hari penuh setiap kurun waktu 128 tahun.

Lalu Paus Gregorius mengeluarkan dekrit menghilangkan 3 hari


setiap 400 tahun dengan menetapkan tahun abad yang tidak bisa
dibagi 400 yaitu pada tahun 1700, 1800 dan 1900. Dengan demikian
jumlah hari pada tahun-tahun tersebut tetap 365 hari. Dengan
pembaharuan yang dilakukan, maka rerata tahun Gregorius adalah
365,2425 hari surya rerata. Walaupun begitu, tahun Gregorius masih
memiliki selisih kecil, namun baru harus dikoreksi setelah 3300
tahun.
Pada masa sekarang ini, tahun Gregorius sudah dimodifikasi
sedikit agar lebih akurat dengan tahun tropis. Hal tersebut dilakukan
dengan menetapkan tahun 4000, 8000, 12.000, dan seterusnya adalah
bukan tahun kabisat, tetapi tahun biasa dengan jumlah 365 hari dalam
setahun. Perbaikan ini menghasilkan kalender yang lebih akurat
dengan keperluan koreksi 1 hari dalam 20.000 tahun.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ekuator langit adalah suatu lingkaran besar semu, yang dapat dibuat
dengan membesarkan ekuator bumi sampai berpotongan dengan bola
langit. Untuk mendapatkan lingkaran dasar dan titik asal yang letaknya
selalu tetap di bola langit, maka yang cenderung digunakan adalah tata
koordinat ekuator.
2. Perhitungan waktu ditentukan oleh posisi objek di bola langit yang
dipilih sebagai acuan. Yang pertama adalah hari, yang sama dengan
periode rotasi bumi, atau penampakan periode rotasi langit yang
sebenarnya diakibatkan gerak rotasi bumi, dimana satu periode sama
dengan satu kali rotasi yang dibagi-bagi menjadi satuan yang lebih
kecil yaitu jam (h), menit (m), dan detik (s). Satu hari dibagi menjadi
24 jam, tiap jam dibagi lagi menjadi 60 menit, dan tiap menit dibagi
lagi menjadi 60 detik. Yang kedua adalah tahun yaitu periode revolusi
bumi mengitari matahari. Perhitungan waktu ditentukan oleh posisi
objek di bola langit yang dipilih sebagai acuan. Asal mula dari
kalender masehi berasal dari kalender romawi dan yunani kuno.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu besar harapan penulis agar
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat diperbaiki lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ilmugeografi. 2014. “Bola Langit: Pengertian, Tata Koordinat Horison dan Ekuator,
serta Sifat - Sifatnya”. Tersedia pada https://ilmugeografi.com/astronomi/bola-
langit. Diakses pada 19 Februari 2021
Pujani, Ni Made. 2021. “Bahan Ajar Astronomi, Bumi dan Bola Langit”.
www.classroom.com. Diakses pada tanggal 18 Februari 2021
Rara, Edi. 2015. “Tata Koordinat Ekuator” Tersedia pada
slideplayer.info/slide/3229713/. Diakses pada 20 Februari 2021
Riswanto dan Suseno, Nyoto. 2015. Dasar-Dasar Astronomi dan Fisika Kebumian.
Lampung: Lembaga Penelitian UM Metro Press.
Tjasyong HK, Bayong. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Jawa Barat: Universitas
Pendidikan Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai