DISUSUN OLEH :
2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur Saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Astrofisika. Saya telah menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan Saya, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.Tak lupa ucapan terima kasih Saya sampaikan
kepada teman-teman atas masukkannya, dorongan dan saran yang telah diberikan
kepada Saya. Dan ucapan terima kasih kepada bapak Effendi, M.Pd sebagai
dosen mata kuliah Astrofisika, yang telah memberikan waktu kepada Saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Sehingga Saya dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang Saya harapkan.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran sekaligus
pengetahuan bagi kita semuanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. . . i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................…. 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................…. 2
1.3 Tujuan.............................................................................................…. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Sistem Tata Surya………………………………….. …. 3
2.2 Model Skala Sistem Tata Surya……………………………….. …. 10
2.3 Anggota Sistem Tata Surya………………………….. ………… 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 24
3.2 Saran………………………………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional,
sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini
astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika
Astronomi sebagian bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal
dalam peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum
jaman Babilonia kuno. Pada masa itu sudah tertarik untuk mengetahui gejala-
gejala alam dengan mengamati perubahan yang terjadi di langityang kemudian
banyak melahirkan mitos mitos dan muncul ilmu astrology yang mempelajari
tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahri, bulan, planet-planet dan
bintang-bintangyang dipercaya mempunyai dampak atau pengaruh terhadap
kehidupan seseorang. Orang-orang Romawi mempunyai andil yang sangat
besar dalam perkembangan ilmu astronomi maupun astrologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Teori Nebula
Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-
1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun
1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara
independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis
Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih
berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut
nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang
dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu,
suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari
raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat
seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
4
1. James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan
dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga
memadat menjadi planet.
2. F. R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa
yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari.
Teori kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan
memiliki momentum sudut yang paling besar.
B. Teori Planetisimal
Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest Ray Moulton dan
seorang ahli geologi yang bernama T.C. Chamberlin ( dari Universitas Chicago ),
mengemukakan suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis planetesimal.
Planetesimal adalah benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat
gas. Menurut Moulton dan Chamberlin, sebuah bintang yang menembus ruang
angkasa dengan cepat berada dekat sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang
makin meninggi antara kedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu
menaikkan pasang besar di bagian gas panas bintang yang lain. Pada saat pasang
matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat menjadi bertambah
besar, massa gas terlempar dari matahari dan mulai mengorbit. Beberapa
diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur ke ruang angkasa,
sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahari yang mulai bergerak
5
mengelilingi benda alam itu. Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain itu
mulai mejauh. Massa gas yang terlempar dari matahari maupun dari suatu jalan
yang teratur dari sekeliling matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, gas itu
berubah bentuknya menjadi cairan yang lama-kelamaan menjadi massa pada kecil.
Pecahan-pecahan yang disebut planetesimal tarik-menarik dan akhirnya
membentuk planet.
6
makin dingin dan padat sehingga membentuk planet. Protoplanet tetap berotasi di
orbitnya dan sambil berotasi dia juga berevolusi mengelilingi Matahari.
7
mengembang pada kecepatan yang meningkat dengan jarak. Karena cahaya galaksi
yang lebih jauh tergeser merah lebih besar maka ia terlihat pada bumi kurang
energik dari pada jika ia tidak tergeser merah (foton merah kurang energik daripada
foton biru). Dengan memakai konstanta Hubble 100 km/s per megaparsek,
diperoleh bahwa pada jarak 3.000 megaparsek, kecepatan resesi (pergeseran merah)
adalah 3 x 105 kilometer per sekon, sama dengan kecepatan cahaya. Jadi galaksi
yang berjarak lebih dari 3.000 megaparsek (horison alam semesta yang dapat
diamati) tidak pernah terlihat.
Galaksi mengandung hidrogen sekitar tiga kali lebih banyak daripada Helium.
Pengamatan ini dapat dijelaskan sebagai akibat dari pendinginan alam semesta
setelah dentuman besar. Diatas temperatur 10 milyar (10 10) derajat, netron dan
proton terlepas bebas dari intinya. Begitu alam semesta menjadi dingin, neutron dan
proton bergabung membentuk inti helium pada 10 milyar derajat, menyisakan
kelebihan proton sebagai inti hidrogren, bersesuaian dengan rasio massa hidrogen
terhadap helium sebesar tiga berbanding satu.
Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan
milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang
berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan
bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di
pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak
dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-
nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima
Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-
gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet kita. Planet bumi.
Tapi tahun 1948, George Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang.
Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa,
sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu,
radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
‘seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
8
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar
dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap
hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan
bumi, yaitu:
Teori ini pertama kali pada tahun 1948 yang diusulakan oleh H. Bondi, T. Gold
dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge. Menurut teori ini, alam semesta tidak ada
awalnya dan tidak ada akhirnya. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang.
Materi secara terus menerus datang membentuk atom-atom hedrogen dalam
angkasa yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak
menjauhi kita dalam ekspansinya.
Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang. Dalam teori ini,
ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan
dalam ruang angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan
terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan
bahwa zat baru itu ialah hedrogen. Yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang
dan galaksi.
9
Sampai sekarang belum ada model yang benar-benar tepat untuk
menggambarkan masa depan alam semesta. Pertanyaan-pertanyaan kita sekarang
tentang suatu hal pada akhirnya memang akan terjawab, tetapi setelah itu akan
selalu muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Demikianlah yang terjadi jika kita
bertanya tentang alam semesta, kita tidak akan pernah puas. Seringkali kita
mencapai suatu pertanyaan yang mendasar sekali, yang akhirnya membuat hati kita
kagum, heran, takzim, sampai pada suatu perenungan betapa luar biasa Kuasa
Tuhan di alam semesta ini.
Skala Jarak
1. Jarak Antar-Planet
Skala jarak antar-planet dalam model harus diperkecil dengan proporsi yang
sama dengan ukuran objek-objeknya. Jarak antar-planet dalam model dapat
mencapai beberapa puluh meter hingga beberapa kilometer, tergantung pada
skala keseluruhan model.
Teknologi Interaktif
Beberapa model modern menggunakan teknologi interaktif, seperti proyeksi digital,
augmented reality, atau virtual reality, untuk memberikan pengalaman yang lebih
dinamis dan mendetail. Dengan teknologi ini, pengguna dapat menjelajahi Sistem
Tata Surya dalam berbagai skala dan memahami proporsi seiring berjalannya
waktu.
Model skala sistem tata surya juga di bagi menjadi 2 yaitu:
A. Model Geosentris
Lebih dari 2000 tahun yang lalu telah diterima model sistem matahari
geosentris yang dikemukakan oleh ahli astronomi Yunani kuno, Hipparchus
pada tahun 140 SM (sebelum masehi). Dalam model geosentris dikemukakan
bahwa Matahari, bintang, planet dan bulan bergerak mengelilingi bumi. Teori ini
kemudian dikembangnkan oleh Claudius Ptolemaeus sekitar tahun 150 SM yang
disebut teori Ptolemaeus.
B. Model Heliosentris
11
Ahli astronomi Yunani, Aristarchus (310 - 230 SM), pernah menyarankan
bahwa matahari mungkin berada pada pusat alam semesta dan bumi
mengitarinya. Konsep heliosentris ini belum mendapat tempat dalam bidang
astronomi. Baru pada tahun 1543 terjadi revolusi ilmiah besar-besaran karena
Copernicus (1473 - 1543) mengganti model Geosentris dengan model
Heliosentris yang lebih sederhana.
Teori heliosentris muncul tahun 1540 dan dikemukakan oleh astronom
Polandia, Nicolaus Copernicus. Copernicus mempertanyakan apakah Bumi
berotasi dan berevolusi? Karena ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan
dari teori geosentris, maka ia mengemukakan teori heliosentris, bahwa Matahari
merupakan pusat alam semesta. Pada zaman itu, alam semesta dan tata surya
masih belum mendapatkan perbandingan jelas hingga zaman modern. Teori
menjadi bahan ejekan karena bila Bumi berputar, mengapa manusia tidak jatuh
dari Bumi? Jawabannya ditemukan oleh Galileo dan Newton. Teori heliosentris
muncul tahun 1540 dan dikemukakan oleh astronom Polandia, Nicolaus
Copernicus. Copernicus mempertanyakan apakah Bumi berotasi dan berevolusi?
Karena ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari teori geosentris,
maka ia mengemukakan teori heliosentris, bahwa Matahari merupakan pusat
alam semesta. Pada zaman itu, alam semesta dan tata surya masih belum
mendapatkan perbandingan jelas hingga zaman modern. Teori menjadi bahan
ejekan karena bila Bumi berputar, mengapa manusia tidak jatuh dari Bumi?
Jawabannya ditemukan oleh Galileo dan Newton yang terkenal dengan gaya
gravitasi Bumi.
Hukum Bode
Untuk menentukan jarak planet dari Matahari, ada sebuah metode sederhana
yang dikenal dengan hukum Titius – Bode. Metode ini ditemukan oleh seorang
astronom Jerman yang bernama Johann Daniel Titius pada tahun 1766 dan
diperkenalkan oleh rekannya pada tahun 1772, yaitu Johann Elert Bode. Tuliskan
sebuah deret 0,3,6,12,24, dan seterusnya, kemudian tambahkan setiap bilangan
dengan 4. Hasilnya bagikan dengan 10. Secara matematis, hukum Titius – Bode ini
dapat kita tuliskan dengan persamaan sebagai berikut:
Tata Surya merupakan suatu sistem kecil di alam semesta yang terdiri atas
Matahari (pusat Tata Surya), planet-planet yang mempunyai orbit berbentuk elips,
meteor, asteorid, komet, dan satelit alami yang bergerak mengelilingi matahari.
1. Matahari
Tata surya merupakan suatu sistem, dimana sistem ini memiliki pusat tata
surya yang hingga sekarang masih diakui adalah Matahari. Matahari adalah sebuah
bintang karena matahari memancarkan cahaya yang dihasilkan sendiri. Matahari
dapat memancarkan cahaya dan panas yang energinya sangat besar karena
dihasilkan dari reaksi fusi nuklir penggabungan inti atom hydrogen. Menurut S.Eka
Gutama, massa matahari 99% total massa tata surya yaitu sekitar
13
Matahari. Waktu yang dibutuhkan oleh sinar Matahari untuk sampai ke Bumi
adalah 8,33 menit. Jadi, cahaya matahari yang sampai ke bumi, adalah cahaya yang
dipancarkan matahari 8,33 menit yang lalu.
diperkirakan suhu matahari akan semakin dingin dan akhirnya mati bersama planet-
planet lain termasuk bumi.
Matahari terdiri atas bagian inti dan lapisan kulit. Bagian kulit Matahari
terdiri atas lapisan fotosfera, khromosfera, dan korona. Fotosfera merupakan gas
yang dipancarkan ke segala penjuru. Di atas fotosfera terdapat lapisan khromosfera
yang lapisannya sangat tebal yang terdiri dari lapisan hidrogen. Korona berada pada
bagian terluar Matahari, berupa lidah api yang menyala-nyala yang mengandung
gas tipis bersuhu 1 juta kelvin. Korona berwarna abu-abu akibat tumbukan ion-ion
pada suhu yang sangat tinggi.
15
Planet Dalam (Interior Planet), yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya
ke matahari lebih dekat dari jarak rata-rata bumi ke matahari atau
lintasannya berada di antara lintasan bumi dan matahari. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka yang termasuk Planet Dalam adalah Merkurius dan
Venus.
Planet Luar (Eksterior Planet), yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya
ke matahari lebih jauh dari jarak rata-rata bumi ke matahari atau
lintasannya berada di luar lintasan bumi. Planet-planet yang termasuk ke
dalam kelompok planet luar, yaitu Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus.
Berikut ini beberapa karakteristik khas dari planet-planet dalam Tata Surya :
1. Merkurius
Merkurius merupakan planet terdekat dengan Matahari, dengan jarak
rata-rata antara Matahari dengan Merkurius kurang lebih 57,8 juta km.
Kedekatan ini mengakibatkan suhu di Merkurius sangat panas. Panas siang hari
sangat dingin (mencapai -2000 . Perbedaan suhu harian yang sangat besar
430 ).
2. Venus
16
Venus adalah planet kedua setelah Merkurius. Planet ini adalah planet
yang paling terang dan berkilauan menyerupai bintang pada pagi atau senja hari
karena jaraknya yang relatif dekat dengan planet Bumi, yaitu sekitar 42 juta km.
Venus sering disebut sebagai bintang kejora pada saat planet venus berada pada
posisi elongasi barat dan bintang senja pada waktu elongasi timur.
Kecemerlangan planet venus disebabkan pula oleh adanya atmosfer berupa
awan putih yang menyelubungi dan berfungsi memantulkan cahaya matahari.
Atmosfer yang sangat tebal ini terdiri atas gas karbondioksida sekitar 97%, gas
pekat yang memerangkap panas. Sehingga pada siang hari suhunya dapat
mencapai 4770 , sedangkan pada malam hari suhunya tetap tinggi karena
sama dengan planet venus. Sekitar 70% dari permukaan Bumi ditutupi air,
meskipun demikian jumlah air di Bumi tidak sampai 1% dari total massa
penyusun Bumi.
Bumi memiliki lapisan ozon setinggi 50 km berada di lapisan stratosfer
dan mesosfer yang melindungi bumi dari sinar ultraungu (UV). Perbedaan suhu
17
mempertahankan atmosfernya yang tersusun dari 78% nitrogen dan 21%
oksigen.
Bumi memiliki sebuah satelit yaitu bulan. Berdasarkan teori yang
diterima saat ini, Bulan mungkin berasal dari pelemparan massa Bumi saat
masih berupa protoplanet oleh benda berukuran sebesar Mars. Teori ini
didukung karena bulan hampir tidak mengandung besi dikarenakan materi yang
terlontar hanyalah pada lapisan luar potobumi saja.
4. Mars
Planet Mars adalah planet terluar yang paling dekat dengan Bumi. Pada
malam hari kadang kita melihat sebuah ”bintang” cemerlang yang bercahaya
kemerahan. Itulah Mars atau planet merah. Penyusun utama batuan Mars
diperkirakan adalah oksida besi dan sulfur, sehingga warnanya tampak merah
seperti karat besi. Atmosfernya jauh lebih tipis dari Bumi, dengan tekanan
hanya seperseratus dari tekanan atmosfer bumi dan percepatan gravitasinya
sepertiga gravitasi Bumi. Gas utama di atmosfer Mars adalah karbon dioksida
yaitu sekitar 95%. Planet ini memiliki diameter kira-kira 6.800 km atau sekitar
setengah diameter Bumi. Masa rotasi Mars adalah 24 jam 37 menit dan masa
revolusinya 687 hari. Mars memiliki dua buah satelit, yaitu Deimos dan
Phobos, temperaturnya lebih rendah dibandingkan dengan temperatur di Bumi.
5. Yupiter
Yupiter adalah planet terbesar dalam tata surya. Jika kita bayangkan
Yupiter sebagai wadah, maka ia mampu menampung sebanyak 1310 planet
seukuran Bumi. Tetapi tidak sebanding dengan besarnya, berat Yupiter hanya
dua setengah kali Bumi. Planet ini lembek, permukaannya hanya berupa gas
helium dan hidrogen cair dengan ketebalan hingga 40000 km yang terbungkus
awan yang bergerak. Zat-zat atmosfernya bersifat racun dan dapat
mematilemaskan makhluk hidup. Keunikan lain yang dimiliki Yupiter, yaitu
rotasi yang paling cepat, hanya membutuhkan 10 jam. Sedangkan masa
revolusinya membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu 12 tahun.
6. Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar kedua setelah Yupiter, diameternya
sekitar 120.200 km. Periode rotasinya sekitar 10 jam 14 menit dan revolusinya
18
sekitar 29,5 tahun. Planet ini memiliki tiga cincin tipis yang arahnya selalu
sejajar dengan ekuatornya. Cincin itu tampak seperti lembaran padat yang
terbentuk dari jutaan potongan es yang mengelilingi planet dengan kecepatan
tinggi. Cincin-cincin saturnus dipisahkan oleh celah-celah yang disebut Cassini.
Urutan cincin Saturnus dari dalam ke luar yaitu cincin D, C, B (yang paling
terang), A, F, G, dan E. Planet Saturnus memiliki atmosfer yang sangat rapat
terdiri atas hidrogen, helium, metana, dan amoniak.
7. Uranus
Planet Uranus memiliki diameter 49.000 km, hampir empat kali lipat
dari diameter bumi. Periode revolusinya sekitar 84 tahun, sedangkan rotasinya
sekitar 10 jam 49 menit. Berbeda dengan planet lainnya, sumbu rotasi pada
Planet Uranus searah dengan arah datangnya sinar matahari sehingga kutubnya
seringkali menghadap ke arah matahari. Atmosfer Uranus dipenuhi oleh
hidrogen, helium, dan metana. Jarak rata-rata Planet Uranus ke matahari sekitar
2.870 juta km. Seperti halnya dengan Yupiter dan Saturnus, planet ini pun
merupakan planet raksasa yang sebagian besar massanya berupa gas. Planet
Uranus merupakan planet bercincin, ketebalan cincinnya sekitar satu meter
terdiri atas partikel-partikel gas yang sangat tipis dan redup.
Uranus tampak berwarna biru kehijauan pucat jika diamati dengan
teleskop. Berbeda dengan Jupiter dan Saturns yang komposisi utamanya
hydrogen dan helium, Uranus lebih banyak mengandung air. Atmosfer Uranus
terutama mengandung hydrogen, helium, dan metana merentang hingga 5000
km di atas lautan.
8. Neptunus
Kondisi di Neptunus tidak berbeda jauh dari Uranus, terdiri atas gas.
Ukuran Neptunus juga besar, meskipun tidak sebesar Yupiter. Jika
diumpamakan wadah kosong, Neptunus mampu menampung 60 planet
seukuran Bumi. Satu tahun di Neptunus sama dengan 165 tahun di Bumi
sedangkan satu hari di sana sekitar 16 jam di Bumi. Sejak tahun 1984, para ahli
telah menduga bahwa Neptunus mempunyai cincin. Dugaan ini terbukti setelah
pesawat angkasa Voyager 2 berhasil mendekati Neptunus dan memastikan
bahwa Neptunus memiliki paling tidak tiga lapis cincin.
19
Neptunus berwarna biru cerah karena gas metana yang ada di atmosfer
menyerap warna merah sinar Matahari dan memantulkan warna biru.
Atmosfernya tebal berupa gas hydrogen, helium, metana dan amoniak. Suhu
B. Satelit
Planet-planet kecuali Merkurius dan Venus, beberapa dwarf planet dan
asteroid memiliki objek langit pengiring yang disebut satelit. Bumi
mempunyai satu satelit besar yang kita sebut dengan Bulan, yang
radiusnya lebih dari seperempat radius Bumi. Pada sistem Pluto – Charon,
radius Charon hampir setengah dari radius Pluto sehingga lebih terlihat
sebagai sistem ‗planet‘ ganda. Beberapa satelit dari planet diberikan dalam
tabel berikut.
Planet/ radius orbit periode radius massa
Satelit 3
planet katai (10 km) (hari) (km) (´ massa Bulan)
Bumi Bulan 384,4 27,32 1 738 1,00
-7
Mars Phobos 9,38 0,319 14´11´9 1,3´10
-8
Deimos 23,46 1,262 8´6´6 2,7´10
-6
Jupiter Metis 128 0,29 20 1,3´10
-7
Adrastea 129 0,3 13´10´8 2,6´10
-6
Amalthea 181 0,5 130´83´75 5,2´10
-5
Thebe 222 0,67 55´45´45 1,0´10
Io 422 1,77 1 815 1,21
-1
Europa 671 3,55 1 569 6,7´10
Ganymede 1 070 7,16 2 631 2,02
Callisto 1 883 16,69 2 400 1,47
-8
Leda 11 094 239 8 7,8´10
-4
Himalia 11 480 251 93 1,3´10
-6
Lysithea 11 720 259 18 1,0´10
-6
Elara 11 737 260 38 1,0´10
-6
Ananke 21 200 631 15 0,5´10
-6
Carme 22 600 692 20 1,3´10
-6
Pasiphae 23 500 735 25 2,6´10
-6
Sinope 23 700 758 18 1,0´10
Saturnus Pan 133,58 0,58 10 -
Atlas 137,67 0,602 20´10´15 -
Prometheus 139,35 0,613 70´50´40 -
Pandora 141,70 0,629 55´45´35 -
Epimetheus 151,42 0,694 70´60´50 -
Janus 151,47 0,695 110´100´80 -
20
-4
Mimas 185,52 0,942 192 6,2´10
-3
Enceladus 238,02 1,37 250 1,0´10
-2
Tethys 294,66 1,888 530 1,0´10
Telesto 294,66 1,888 17´14´13 -
Calypso 294,66 1,888 17´11´11 -
-2
Dione 377,40 2,737 560 1,0´10
Helena 377,40 2,737 18´16´15 -
-2
Rhea 527,04 4,518 765 3,0´10
Titan 1 221,83 15,95 2575 1,82
Hyperion 1 481,10 21,28 205´130´110 -
-2
Lapetus 3 560,13 79,33 730 3,0´10
-6
Phoebe 12 952 550,5 110 5,4´10
Uranus Cordelia 48,75 0,34 13 -
Ophelia 53,77 0,38 16 -
Bianca 59,16 0,43 22 -
Cressida 61,77 0,46 33 -
Desdemona 62,65 0,47 29 -
Juliet 64,63 0,49 42 -
Portia 66,10 0,51 55 -
Rosalind 69,93 0,56 27 -
Belinda 75,25 0,62 34 -
Puck 86,00 0,76 77 -
-4
Miranda 129,80 1,41 236 2,4´10
-2
Ariel 191,20 2,52 579 2,0´10
-2
Umbriel 266,00 4,14 586 1,0´10
-2
Titania 435,80 8,71 790 8,0´10
-2
Oberon 582,60 13,46 762 8,0´10
Caliban 8 364 732,2 25 -
Stephano 8 396 736,4 5 -
Sycorax 17 500 2 216 47,5 -
Neptunus Naiad 48,23 0,29 20 -
Thalassa 50,07 0,312 40 -
Despina 52,53 0,335 70 -
Galatea 61,95 0,493 74 -
Larissa 73,55 0,555 96 -
Proteus 117,64 1,12 208 -
Triton 354,8 5,88 1 350 1,82
-4
Nereid 550,9 359,6 170 2,78´0
-2
Pluto Charon 19,7 6,39 600 1,0´10
Eris Dysnomia 37,4 15,8 100 -
2003 EL61 2005 (2003 38 35 90 -
EL61) 2
2005 (2003 50 51 150 -
EL61) 1
21
Ida Dactyl 78 0,97 0,7 -
3. Asteroid
Diantara ruang antar planet, banyak terdapat bongkahan batu-batuan dengan
radius dari satu kilometer hingga ratusan kilometer. Objek ini disebut asteroid yang
merupakan planet berbatu yang kecil (diameter 1.700 km) dengan jumlah yang
sangat banyak mengelilingi matahari. Asteroid yang orbitnya melewati orbit bumi
dinamakan asteroid Apollo. Selain itu, banyak di antara asteroid yang sudah diberi
nama sesuai dengan nama penemunya.
Sebagian besar kelompok asteroid dijumpai berada di antara orbit planet
Mars dan Yupiter. Daerah ini dikenal sebagai Sabuk Utama (Main Belt). Selain
asteroid yang mendiami daerah Sabuk Utama, ada pula kelompok asteroid dengan
orbit yang berbeda, seperti kelompok Trojan dan kelompok asteroid AAA (Triple A
Asteroids-Amor, Apollo, Aten). Berdasarkan komposisinya, Asteroid dapat
digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu :
1. Jenis S (kebanyakan silicon)
2. Jenis M (kebanyakan Besi-Nikel)
3. Jenis C (kebanyakan Karbon)
4. Jenis D yang terdiri dari bermacam senyawa organic.
5. Jenis U atau unknown.
debu. Massa jenis komet rendah, yaitu sekitar 100 sampai 400 kg/ . Ukurannya
dapat melebihi 10 mil dan mempunyai ekor yang panjangnya jutaan mil. Oleh
karena itu, komet sering disebut juga bintang berekor. Ciri khas komet adalah
ekornya yang sangat panjang. Panjangnya bisa mencapai 100 juta km. Ekor komet
tampak bercahaya akibat memantulkan cahaya Matahari dan menyerap sinar
ultraviolet dan memancarkannya kembali sebagai cahaya tampak.
Struktur komet terdiri dari inti, koma, awan hydrogen dan ekor. Inti komet
disebut nukleus yang terdiri atas bongkahan es serta gas yang telah membeku.
Diameter nukleus bisa mencapai 10 km. coma adalah kabut di sekitar inti komet
yang beradius mencapai puluhan ribu kilometer. Ekor komet dapat dibedakan
menjadi ekor gas yang terlihat lurus dan ekor debu yang melengkung akibat
kelembaman terhadap vector kecepatan komet.
23
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tata surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek
yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk 8 buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, aasteroid, komet, planet-planet
kerdil/katai dan satelit-satelit alami. Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6
miliyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di
angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang
mengelilinginya. Ada beberapa teori mengenai asal usul tata surya diantaranya
yaitu teori nebula, teoriplanetisimal, teori pasang surut bintang, teori kondensasi,
teori bintang kembar, teori big bang, teori keadaan tetap.
Tata Surya adalah suatu sistem kecil di alam semesta yang terdiri dari Matahari
sebagai pusatnya, planet-planet, satelit, asteroid, komet, dan meteor. Matahari,
sebagai bintang pusat tata surya, memancarkan cahaya dan panas karena reaksi fusi
nuklir di intinya. Planet-planet, seperti Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus, memiliki ciri khas dan karakteristik masing-
masing. Pluto dan Eris, meskipun sebelumnya dianggap planet, kini dikategorikan
sebagai planet katai.
Setiap planet memiliki satelit atau bulan yang mengelilinginya. Selain itu,
asteroid adalah bongkahan batu di antara orbit planet, sementara komet adalah
objek angkasa yang terdiri dari es dan debu dengan ekor yang panjang. Meteoroid,
meteor, dan meteorit terkait dengan partikel kecil yang dapat menyebabkan hujan
meteor saat melintasi atmosfer Bumi.
1.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini banyak memberikan manfaat dan dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar. Makalah ini tak luput dari kesalahan,
oleh sebab itu kritk dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca.
24
DAFTAR PUSTAKA
25