Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirohmannirrohim . Puji syukur kehadiran Allah


SWT, atas berkat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah
ini saya membahas tentang ‘Ruang Lingkup dan Kajian Ilmu Falak’
Saya membuat makalah ini sesuai dengan pengetahuan yang telah saya peroleh baik
dari internet ataupun sumber-sumber lainnya. Semoga semuanya dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Kesalahan serta kekurangan dalam pembuatan makalah ini saya
memohon maaf yang sebesar besarnya, dan kepada Allah SWT kami memohon ampun.
Assalamuallaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

Halaman
Cover……………………………………………………………………..……. i

Kata Pengantar……………………………………………………………….... ii

Daftar Isi……………………………………………………………………….. iii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………. 1

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Ilmu Falak……………………………………………………..... 2
2.2 Kajian Ilmu Falak………………………………………………………….... 3
2.3 Objek Kajian Ilmu Falak………………………………………………......... 4

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 6
3.2 Saran………………………………………………………………………... 6

Daftar Pustaka……………………………………………………………........... 7
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

 Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan
benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari. Secara etimologi,
kata Falak berasal dari bahasa Arab ‫فلك‬ yang mempunyai arti lintasan benda-benda
langit atau bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.
Ilmu falak juga dapat disebut dengan ilmu astronomi, karena di dalamnya juga
membahas tentang bumi dan antariksa (kosmografi). Perhitungan-perhitungan
dalam ilmu falak berkaitan dengan benda-benda langit, walaupun hanya sebagian
kecil dari benda-benda langit yang menjadi objek perhitungan. Karena secara istilah
astronomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang peredaran benda-
benda langit, baik fisiknya, geraknya, ukurannya, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya.

2. Rumusan Masalah
• Apa itu pengertian ilmu falak?
• Apa yang dimaksud kajian ilmu falak?
• Bagaimana Objek Kajian Ilmu Falak?

3. Tujuan
• Mengetahui apa itu pengertian ilmu falak
• Mengetahui apa yang dimaksud kajian ilmu falak
• Mengetahui Bagaimana Objek Kajian ilmu falak
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Falak

Secara bahasa kata “falak” berasal dari bahasa Arab falakun yang mempunyai makna orbit
atau lintasan benda-benda langit ( madar al-nujum). Oleh karenanya ilmu falak dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit
khususnya bumi, bulan, dan matahari. Benda-benda langit selalu berjalan pada lintasan atau
orbitnya, sehingga kita dapat mengetahui letak antara benda langit yang satu dengan benda
langit sang lainnya dan juga untuk mengethui waktu-waktu di permukaan bumi. Ilmu ini
disebut juga ilmu Hisab karena ilmu ini mengandung benyak perhitungan, ada juga yang
menyebutnya dengan ilmu Roshd karena ilmu ini memerlukan pengamatan dan obserfasi,
sering juga disebut sebagai ilmu Miqot karena ilmu ini membahas tentang batasan-batasan
waktu. Dari beberapa istilah di atas yang paling popular di kalangan masyarakat adalah
“Ilmu Falak” dan Ilmu Hisab”

Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam
tulisan individu dan lembaga,  di antaralain adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-
benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.
2. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu
ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna
menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.
3. Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya
berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.
4. Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya,
dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari
benda-benda langit yang lain.
5. Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya masing-masing dengan
tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat
diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.
      Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek
kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang masih
memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam literature modern,
materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan,
Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan dengan penentuan arah dan waktu di Bumi
untuk keperluan ibadah saja, seperti penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan
dan perhitungan gerhana. Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian
ilmu falak selama ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-
benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah
dan waktu di permuakaan Bumi untuk keperluan ibadah umat Islam.
      Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan
ilmu nujum (astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara ilmu
falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos (astrologi). Ini
mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh dalam mempelajari dan
mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca kemerdekaan, karena ada penggabungan
asumsi antara makna ilmu falak sains dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat.
Aktivitas kajian ilmu falak saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam
mempelajari ilmu nujum. Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena bila dilihat objek formal
dan material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan
ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini juga sama,
yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar antara ilmu falak denga
ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan
arah dan waktu di permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-
benda langit untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana
dan nasib baik buruk seseorang.
      Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab
mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini
menggunakan perhitungan. Disebut “ilmu rashd(‫)الرصد‬ ”, sebab ilmu ini memerlukan
pengamatan.
2. Ruang Lingkup Ilmu Falak

Dengan mempelari ilmu falak atau ilmu hisab, kita dapat memastikan ke arah mana
kiblat suatu tempat di permukaan bumi. Kita juga dapat memastikan waktu shalat telah tiba
atau matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa. Dengan ilmu ini pula orang yang
melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya dengan tepat ke posisi hilal,
bahkan kita juga dapat mengetahui akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau gerhana
bulan berpuluh bahkan beratus tahun yang akan datang.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan dalam
melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan
matahari dan bulan untuk mengiungat Allah” (HR. Thabrani)
Secara garis besar tujuan mempelajari ilmu falak hanya berkisar pada 4 hal yani :
pengukuran arah qiblat, Mengetahui Waktu sahalat, mengetahui awal bulan qamariyah,
mengetahui waktu terjadinya gerhana.

a. Mengetahui Arah Kiblat

Kata kiblat berasal dari bahasa Arab qiblah (‫ )قبلة‬yang secara harfiah berarti arah (Al-
Jihah), dan merupakan bentuk fi’lah dari kata al-muqolabah (‫ )مقابلة‬sehingga berarti keadaan
menghadap.
Slamet Hambali memberikan definisi arah kiblat yaitu arah terdekat menuju ka‟bah
melalui lingkaran besar (great circle) bola bumi. Lingkaran bola bumi yang dilalui arah
kiblat dinamakan lingkaran arah kiblat. Lingkaran arah kiblat dapat didefinisikan sebagai
lingkarann besar bola bumi yang melalui sumbu kiblat. Sedangkan sumbu kiblat adalah
sumbu bola bumi yang melalui atau menghubungkan titik pusat ka‟bah dengan titik dari
kebalikan Ka’bah.
Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah yang wajib adalah menghadap ke ‘ain al-
Ka’bah. Dalam artian bagi orang yang dapat menyaksikan Ka’bah secara langsung maka
baginya wajib menghadap Ka’bah. Jika tidak dapat melihat secara langsung, baik karena
faktor jarak yang jauh atau faktor geografis yang menjadikannya tidak dapat melihat
Ka’bah langsung, maka ia harus menyengaja menghadap ke arah di mana Ka’bah berada
walaupun pada hakikatnya ia hanya menghadap jihah-nya saja (arah Ka‟bah). Sehingga
yang menjadi kewajiban adalah menghadap ke arah Ka’bah persis dan tidak cukup
menghadap ke arahnya saja.
ْ ‫ك َش‬
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT  ‫ط َر ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام‬ َ َ‫فَ َو ِّل َوجْ ه‬, maksud dari
kata syatral Masjidil Haram dalam potongan ayat di atas adalah arah dimana orang yang
salat menghadapnya dengan posisi tubuh menghadap ke arah tersebut, yaitu arah Ka‟bah.
Maka seseorang yang akan melaksanakan salat harus menghadap tepat ke arah Ka‟bah.[9]
Menghadap arah kiblat bukan lagi menjadi persoalan yang sulit. Karena dengan
menggunakan perhitungan ilmu falak, dapat diketahui arah ke Ka’bah dengan akurat.
Perhitungan arah Kiblat dengan ilmu falak tersebut menggunakan rumus – rumus segitiga
bola. Bahkan beberapa ahli falak telah menggunakan rumus – rumus segitiga ellipsoid.

b. Mengetahui Waktu Salat

Salat menurut bahasa diambil dari kata  ‫ صالة‬,‫ يصلى‬,‫ صلى‬yang berarti do’a.   Sebagaimana
yang tercantum dalam firman Allah
‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم إِ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬ َ ‫َو‬
Artinya : “Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 
Secara terminologi syara’ (Jumhur Ulama’) salat berarti ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat tertentu,
sebagaian Madzhab Hanafi mendifinisikan salat sebagai rangakaian rukun yang
dikhususkan dan dzikir yang ditetapkan dengan syarat-syarat tertentu dalam waktu yang
telah ditetapkan pula. Sebagian  Ulama’ Hambali memberikan ta’rif lain bahwa salat adalah
nama untuk sebuah aktifitas yang terdiri dari rangkaian berdiri, ruku’ dan sujud. 
Persoalan salat adalah merupakan persoalan fundamental dan signifikan dalam Islam.
Dalam menunaikan kewajiban salat, kaum muslimin terikat pada waktu-waktu yang sudah
ditentukan “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas
orang-orang yang beriman”. 
Konsekuensi logis dari ayat ini adalah salat tidak bisa dilakukan dalam sembarang
waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari al-Qur’an maupun al-
Hadis. Waktu – waktu salat fardlu telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadis –
hadis. Di dalam hadis – hadis waktu salat, penentuan waktu salat menggunakan posisi
Matahari.
Penentuan waktu salat dengan melihat posisi Matahari ini akan merepotkan umat
muslim karena tidak setiap siang hari Matahari bersinar. Sewaktu – waktu Matahari
tertutup awan dan mendung. Bahkan di beberapa kawasan di Indonesia, tidak jarang sinar
Matahari tertutup mendung seharian penuh di musim hujan. Maka dengan pengetahuan
pergerakan Matahari pada ilmu falak, waktu salat dapat diketahui dengan mudah dengan
beberapa rumus – rumus perhitungan. Sehingga untuk mengetahui masuknya waktu salat
cukup dengan melihat jam.

c. Waktu Salat Zhuhur


Dalam hadis mengenai waktu salat Zhuhur, Nabi menjelaskan bahwa waktu salat Zhuhur
adalah zawal al-Syams yaitu saat Matahari tergelincir ke arah barat. Dengan ilmu falak,
penentuan waktu salat Zhuhur menjadi mudah dengan menghitung waktu kulminasi
Matahari ditambahkan dengan 2 menit.

d. Waktu salat Ashar


Waktu salat Ashar adalah saat bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang benda
tersebut. Dengan ilmu falak, penentuan waktu salat Ashar dengan cara menambahkan
waktu kulminasi Matahari dengan sudut waktu Matahari saat waktu Ashar  dibagi 15.
Kemudian tambahkan dengan 2 menit untuk ihtiyath. Rumus untuk menghitung sudut
waktu adalah
Cos t = -tan lt x tan d + sin h : cos lt : cos d
lt : lintang tempat
d : deklinasi Matahari
h : tinggi Matahari
Perhitungan sudur waktu Matahari  salat Ashar membutuhkan ketinggian Matahari (h) saat
waktu Ashar yang dihitung menggunakan rumus:
Cotan h = tan zm + 1
Zm : Jarak zenith saat kulminasi Matahari
Rumus – rumus di atas mendefinisikan bahwa waktu salat Ashar adalah waktu saat panjang
bayangan benda yang terkena sinar Matahari sepanjang bendanya ditambah panjang
bayangan saat waktu kulminasi.
e. Waktu salat Maghrib
Waktu salat Maghrib adalah saat Matahari terbenam. Definisi waktu Matahari terbenam
adalah waktu saat piringan atas Matahari masuk ke ufuk barat. Dengan ilmu falak,
penentuan waktu salat Maghrib dengan cara menambahkan waktu kulminasi Matahari
dengan sudut waktu Matahari saat waktu Maghrib dibagi 15. Kemudian tambahkan dengan
2 menit untuk ihtiyath.
Perhitungan sudut waktu Matahari saat terbenam membutuhkan ketinggian Matahari saat
terbenam yang nilainya adalah -1o 14’ 53,41”

f. Waktu Salat Isya’


Waktu salat Isya’ adalah saat hilangnya mega merah. Definisi waktu salat Isya’ adalah
waktu saat piringan atas Matahari masuk ke ufuk barat. Dengan ilmu falak, penentuan
waktu salat Isya’ dengan cara menambahkan waktu kulminasi Matahari dengan sudut
waktu Matahari saat waktu Maghrib dibagi 15. Kemudian tambahkan dengan 2 menit
untuk ihtiyath. Perhitungan sudut waktu Matahari saat Isya’ membutuhkan ketinggian
Matahari yang nilainya adalah -18o 14’ 53,41”.

g. Waktu Salat Shubuh


Waktu salat Shubuh adalah saat terbitnya fajar shadiq yaitu fajar yang melintang di ufuk.
Dengan ilmu falak, penentuan waktu salat Shubuh dengan cara mengurangkan waktu
kulminasi Matahari dengan sudut waktu Matahari saat waktu Shubuh dibagi 15. Kemudian
tambahkan dengan 2 menit untuk ihtiyath. Perhitungan sudut waktu Matahari saat Shubuh
membutuhkan ketinggian Matahari yang nilainya adalah -20o 14’ 53,41”.

h. Mengetahui Awal Bulan Kamariah


Mengetahui awal bulan Kamariah adalah persoalan yang urgen terutama bulan Ramadlan,
Syawal dan Dzulhijjah. Nabi Muhammad menjelaskan cara mengetahui awal bulan
Kamariah dengan hadis:
‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم صوموا لرؤ يته‬
]24[.)‫و أفطروا لرؤيته فان غبي عليكم فأكملوا عدة شعبان ثالثين (رواه مسلم‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah saw bersabda : Berpuasalah kamu
semua karena terlihat hilal (Ramadan) dan berbukalah kamu semua karena terlihat hilal
(Syawal). Bila hilal tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga
puluh”. (HR. Muslim).
Rukyat al-hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat dan hilal .
Kata rukyat merupakan bentuk mashdar dari fi’il “ra’a –yara” (‫رأى – يرى‬ ) yang bermakna
melihat dengan mata, dengan akal atau dengan hati.[25] Sedangkan kata hilal dalam bahasa
Arab berasal dari kata ُّ‫ ه ّل – يهُل‬/ ‫هَ ّل‬yang bisa berarti ‘sangat’, misal ‫( هل المطر‬hujan turun
sangat deras) dan bisa berarti terlihat jelas, misal ‫( هل الشهر‬hilal awal bulan terlihat jelas).
Apabila kata rukyat dan hilal dengan artinya tersebut digabungkan, maka arti rukyat al-
hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan Bulan sabit sesaat
setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya ijtima’ (konjungsi). Namun ada pula
yang mengartikan rukyat al-hilal adalah melihat hilal dengan akal atau ilmu. Melihat
dengan ilmu ini maksudnya adalah memperhitungkan kemunculan hilal dengan perhitungan
ilmu falak.
Pelaksanaan rukyat al-hilal akan sulit jika dilakukan tanpa menggunakan ilmu falak.
Hal ini disebabkan karena hilal adalah objek langit yang tipis dan redup di ufuk barat saat
Matahari terbenam. Selain itu, posisi dan ketinggian hilal juga berubah – ubah di setiap
bulan. Maka untuk mempermudah mencari posisi hilal, perukyat menggunakan perhitungan
ilmu falak. Selain itu, muncul pemikiran baru dalam menetapkan awal bulan Kamariah
yaitu imkan al-rukyah. Saat hilal tidak terlihat karena tertutup awan atau mendung, tidak
serta-merta dilakukan istikmal, tetapi dilakukan pengecekan nilai ketinggian hilal. Jika pada
ketinggian tersebut, hilal terlihat. Maka sterbenamnya Matahari ditetapkan sebagai pertanda
permulaan bulan baru. Namun hingga saat ini belum terdapat kesepakatan mengenai
kriteria imkan al-rukyat.

i. Mengetahui Waktu Terjadinya Gerhana


Gerhana ada dua macam yaitu gerhana Matahari dan gerhana Bulan. Saat terjadi gerhana
umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan salat gerhana berdasarkan hadis Nabi
Muhammad:
‫ أخبرني عمروعن عبد الرحمن بن القاسم حدثه عن أبيه عن ابن عمر رضي هللا‬:‫ أخبرني ابن وهب قال‬:‫حدثنا أصبغ قال‬
‫ إن الشمس والقمر ال يخسفان لموت أحد وال لحياته و لكنهما ايتان‬: ‫عنهما أنه كان يخبر عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
)‫من ايات هللا فإذا رأيتموهما فصلوا (رواه البخارى‬.

Artinya: “Asbagh telah bercerita kepada kami bahwasanya ia berkata: Ibnu Wahab telah
bercerita kepada-ku, ia berkata: telah bercerita kepada-ku Umar dari Abdur Rahman bin
Qasim bahwa ia telah bercerita kepada-nya dari ayah-nya. Dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya
Umar mendapat berita dari Nabi SAW: sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami
gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang, tapi keduanya merupakan tanda diantara
tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat keduanya (gerhana), maka salatlah.”
 
Gerhana adalah peristiwa alam yang terjadi secara periodik. Namun peristiwa tersebut
terjadi pada tanggal atau bulan tertentu. Sehingga tanpa pengetahuan mengenai pergerakan
Matahari dan Bulan, akan sulit mengetahui waktu terjadinya gerhana. Dengan ilmu falak
dapat diketahui waktu terjadinya gerhana. Tidak hanya tanggal terjadinya gerhana, tetapi
dapat diketahui pula waktu mulai, waktu puncak, dan waktu berakhirnya gerhana. Karena
dengan ilmu falak, dapat diketahui kapan melintasnya Bulan saat fase Bulan mati dan
purnama di lingkaran ekliptika yang menjadi sebab terjadinya gerhana.

3. Objek Kajian Ilmu Falak

Objek suatu ilmu dalam istilah para pengarang “Ma Yubhatsu Fi dzalika Al-ilm an
awaridhihi adz-dzatiyah” (pembahasan dalam ilmu itu tentang sifat-sifatnya terdapat pada
zatnya sendiri). Yang dimaksud dengan sifat zat adalah hal yang mengenai sesuatu karena
zatnya (tabiatnya) seperti matahari memproduksi panas yang hebat sekaligus cahaya yang
sangat kuat. Ilmu falak ditinjau dari objek kajiannya secara umum membahas tiga Hal
pokok saja diantaranya Bumi, Bulan Dan Matahari. Namun segala sesuatu yang
berhubungan dengan ketiga benda langit tersebut merupakak subpokok pembahasan ilmu
falak. 

Objek Kajian Ilmu Falak Yakni :

 BUMI
\
Perkataan Bumi ( Arab : Al-Ard: Inggris : Earth) didalam Al-quran disebutkan Sebanyak
361 Kali. Diantaranya 352 dalam arti bumi, sejumlah 6 kali berarti negeri lalu dua kali
artinya tanah. Dan hanya satu kali diartikan dengan daerah (yang tak dikenal). Sebagaimana
yang telah diketahui bumi adalah salah satu benda langit yang mengelilingi matahari
(Heliosentris) menurut garis perjalanan yang telah ditentukan dan memiliki berbagai
struktur diantaranya dikenal denganatmosfer.

Kitab Suci Al-Qur’an Menyatakan :


“ tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-
tingkat?. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari
sebagai pelita?”(Qs Nuh :15-16)
Menurut para Ahli tafsir, yang dimaksud dengan tujuh lapis langit adalah adalah garis orbit
planet-planet mengelilingi matahari. Hal ini sesuai dengan apa yang ditemukan oleh ahli
astronomi. Kebanyakan para ahli astronomi menerjemahkan tujuh lapis langit adalah tujuh
lapisan langit yang yang menyebabkan adanya kehidupan diatas bumi. Maka Allah
menciptakan disekelilingnya beberapa lapis udara, didalamnya terdapat sarana untuk
memlihara bumi dari bahaya angkasa luar yang memancarkan sinar radiasi yang
menghanguskan dan juga melindungi dari berjatuhannya meteor yang mengahncurkan.
Atau dengan kata lain atmosfer bumi yakni diantaranya sebagai mana berikut :

a. Troposfer (0-12 km d.p.l.)


Troposfer merupakan lapisan atmosfer terbawah dan terpadat. Ciri-ciri lapisan troposfer
adalah sebagai berikut :
Pada lapisan ini terjadi berbagai fenomena cuaca (awan, hujan, angin, kilat dan guntur, dan
lain-lain).
Pada lapisan ini terjadi penurunan suhu terhadap ketinggian. Setiap naik 1000 meter dari 
permukaan laut, suhu turun kurang lebih 6,4oC.
Troposfer menerima panas dari sinar matahari dan permukaan bumi.
Troposfer mengandung lebih banyak uap air dan karbon dioksida.
Puncak dari troposfer disebut lapisan tropopause yaitu lapisan pralihan antara troposfer dan
stratosfer. Ketebalannya kurang lebih 2 km dengan suhu berkisar antara -55oC hingga
-60oC.
 
b. Stratosfer (12-50 km d.p.l.)

Ciri-ciri khusus pada lapisan stratosfer yakni sebagai berikut :


Terdapat lapisan isothermal
Terdapat lapisan ozon yaitu
Batas lapisan stratosfer dengan lapisan diatasnya (mesosfer) disebut lapisan stratopause.
Pada lapisan ini suhu akan meningkat dan turun kembali.

c. Mesosfer (50-80 km d.p.l.)


Lapisan mesosfer menjadi pelindung bumi dari kejatuhan meteor atau benda-benda luar
angkasa lain. Meteor atau benda langit lain akan terbakar saat melewati lapisan ini sehingga
hanya tersisa serpihan kecil saat jatuh kebumi.
Pada mesosfer hanya sedikit energi matahari yang terserap, sehingga suhu turun
sangat tajam seiring dengan ketinggian. Batas atas lapisan mesosfer dinamakan lapisan
mesopause. Beberapa hal yang terjadi pada lapisan ini adalah sebagai berikut :
Dapat terlihat awan malam ( noctulicent clouds ), yang terjadi saat matahari berada pada
posisi 10o-15odibawah horizon. Namaun hanya terlihat di daerah lintang tinggi.
Terdapat lapisan D (lapisan kennelly) yaitu molekul-molekul gas yang mengalami ionisasi
sehingga terbentuk lapisan ozon dan elektron bebas. Lapisan ini dapat menghantar listrik
dan memantulkan gelombang radio frekuensi rendah (gelombang panjang).

d. Thermosfer (80-450 km d.p.l.)


Pada lapisan ini terjadi proses inversi suhu yang berkisar akibat radiasi sinar X dan sinar
ultra violet dari matahari. Lapisan thermosfer sering disebut lapisan panas.
Pada thermosfer terjadi proses ionisasi seperti halnya pada lapisan mesopause. Namun
dibedakan atas 2 daerah ionisasi yaitu lapisan E dan F ( F1 dan F2 ).
 Lapisan E / lapisan Heaviside (± 90-120 km) yang terdiri atas nitrogen dan oksigen,
ionisasi pada lapisan ini disebabkan oleh sinar X.
 Lapisan F / lapisan Appleton (± 150-300 km) terbagi atas lapisan F1 dan F2.
Ionisasi pada lapisan ini terjadi karena sinar ultra violet. Pada lapisan F1 terkandung
banyak atom-atom oksigen, sedangkan pada lapisan F2 terkandung ion nitrogen.

Thermosfer ini terbagi menjadi tiga lapisan yakni dikenal dengan istilah sebagai berikut :
 Lapisan E
Lapisan ini terletak di antara 80-150 KM dengan rata-rata 100 Mdpl, lapisan ini juga
dikenal dengan istilah KENNLY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulakn
radio. Suhu udara pada lapisan ini sekitar -70°sampai +50° C.

 Lapisan Udara F
Terletak diantara 150-400 KM. atau disebut lapisan udara APPLETON

 Lapisan Udara Atom


Pada lapisan ini semua udara berbentuk atom, dan memiliki ketinggian 400-800 KM
dengan suhu +1200° C.
e. Eksosfer (450-900km d.p.l.)
Eksosfer merupakan batas terluar atmosfer yang menbentang dan menyatu dg angkasa luar.
Karena itu lapisan ini sering disebut lapisan antarplanet.
Beberapa fenomena pada lapisan ini adalah :
 Gas pada lapisan ini sangat tipis, dengan hidrogen sebagai penyusun utama. Sinar
ultraviolet juga mengisi lapisan ini.
 Pada lapisan ini, atom-atom netral dan molekul-molekul bergerak bebas. Ada yang
bergerak kembali ke daerah pengaruh gravitasi bumi, ada pula yang bergerak
menunggalkan atmosfer ke ruang angkasa.
 Pada lapisan ini terdapat cahaya redup, dikenal sebagai cahaya zodiakal,merupakan
refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik yang sangat
banyak jumlahnya.

 BULAN

Penyebutan kata “bulan” (Arab :Al-Qamr, Inggris : moon dan latinn: Luna) dalam Al-quran


Sebanyak 27 kali. Seperti yang telah diketahui bahwa bulan merupakan satelit dari bumi
yang selalu mengikuti dan tidak pernah meninggalkannya, baik disaat bumi berotasi
mengelilingi porosnya maupun waktu beredar mengelilingi matahari. Selama beredar posisi
bumi dan bulan dan bulan terhadap matahari berubah-ubah perubahan ini dinamakan istilah
fase bulan, pada saat bulan menempati posisi palingdekat ke matahari maka bagian yang
menghadap kebumi gelap, tidak kelihatan. Fase ini disebut bulan baru tapi ketika posisi
bumi kebulan sama jauhnya dengan matahari terlihat setengah penuh. Hingga sampai
kepada bulan penuh atau bulan Purnama.
Sebagaimana Firman Allah :
“dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke
manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua” (Yasiin : 39).

 MATAHARI

Perihal kata Matahari (Arab : Asy-Syam, Inggris : Sun) tersebut dalam Al-quran Sejumlah


33 kali. Matahari adalah satu Bintang tipikal yang mengeluarkan sinar sendiri. Ahli-ahli
falak menaksir umur matahari sekita 41/2 Miliar tahun. Dan antara bumi, bulan dan
matahari tmemilik waktu dan tempat edar masing-masing.
Sebagaimana Firman Allah :
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yasiin :40).
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam ilmu falak pokok pembahasan hanya difokuskan pada gerak benda-benda
langit (mataari dan bulan) yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah keagamaan umat
islam, sehingga ilmu falak hanya membahas sedikit dari banyaknya pembahasan tentang
benda-benda langit yang terdapat dalam ilmu astronomi. Beberapa pembahasan dalam ilmu
falak yaitu:

 Penentuan arah kiblat (azimut) dan bayangan arah kiblat (rashdul kiblat)
 Penentuan awal waktu sholat
 Penentuan awal bulan Hijriyah
 Penentuan gerhana
Dengan melihat beberapa pokok pembahasan di atas wajar kuranya apabila ilmu falak
sangat berperan penting dalam islam, karena berkaitan dengan ibadah-ibadah yang
diwajibkan dalam islam seperti sholat, puasa, haji, dan hari raya.

2. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat


disekitar kita, dan juga mahasiswa Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian, guna memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Hadi Bashori, Penghantar Ilmu falak, Jakarta

Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan


Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat


Pembina Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina
Syariah, 2013), hlm. 1.

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab


Muhammadiyah, Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid
Muhammadiyah, 2009), hlm. 3.

Danial, Seri Buku Daras Filsafat Ilmu, Cet. I. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014),


hlm. 5-6

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak,
Cet. I, (Banda Aceh: PeNA, 2013), hlm. 1.

Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak Dengan Ibadah, 2011, hlm. 3..

Anda mungkin juga menyukai