Halaman
Cover……………………………………………………………………..……. i
Kata Pengantar……………………………………………………………….... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………. 1
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Ilmu Falak……………………………………………………..... 2
2.2 Kajian Ilmu Falak………………………………………………………….... 3
2.3 Objek Kajian Ilmu Falak………………………………………………......... 4
Daftar Pustaka……………………………………………………………........... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan
benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari. Secara etimologi,
kata Falak berasal dari bahasa Arab فلك yang mempunyai arti lintasan benda-benda
langit atau bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.
Ilmu falak juga dapat disebut dengan ilmu astronomi, karena di dalamnya juga
membahas tentang bumi dan antariksa (kosmografi). Perhitungan-perhitungan
dalam ilmu falak berkaitan dengan benda-benda langit, walaupun hanya sebagian
kecil dari benda-benda langit yang menjadi objek perhitungan. Karena secara istilah
astronomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang peredaran benda-
benda langit, baik fisiknya, geraknya, ukurannya, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya.
2. Rumusan Masalah
• Apa itu pengertian ilmu falak?
• Apa yang dimaksud kajian ilmu falak?
• Bagaimana Objek Kajian Ilmu Falak?
3. Tujuan
• Mengetahui apa itu pengertian ilmu falak
• Mengetahui apa yang dimaksud kajian ilmu falak
• Mengetahui Bagaimana Objek Kajian ilmu falak
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa kata “falak” berasal dari bahasa Arab falakun yang mempunyai makna orbit
atau lintasan benda-benda langit ( madar al-nujum). Oleh karenanya ilmu falak dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit
khususnya bumi, bulan, dan matahari. Benda-benda langit selalu berjalan pada lintasan atau
orbitnya, sehingga kita dapat mengetahui letak antara benda langit yang satu dengan benda
langit sang lainnya dan juga untuk mengethui waktu-waktu di permukaan bumi. Ilmu ini
disebut juga ilmu Hisab karena ilmu ini mengandung benyak perhitungan, ada juga yang
menyebutnya dengan ilmu Roshd karena ilmu ini memerlukan pengamatan dan obserfasi,
sering juga disebut sebagai ilmu Miqot karena ilmu ini membahas tentang batasan-batasan
waktu. Dari beberapa istilah di atas yang paling popular di kalangan masyarakat adalah
“Ilmu Falak” dan Ilmu Hisab”
Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam
tulisan individu dan lembaga, di antaralain adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-
benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.
2. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu
ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna
menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.
3. Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya
berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.
4. Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya,
dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari
benda-benda langit yang lain.
5. Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya masing-masing dengan
tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat
diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek
kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang masih
memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam literature modern,
materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan,
Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan dengan penentuan arah dan waktu di Bumi
untuk keperluan ibadah saja, seperti penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan
dan perhitungan gerhana. Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian
ilmu falak selama ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-
benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah
dan waktu di permuakaan Bumi untuk keperluan ibadah umat Islam.
Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan
ilmu nujum (astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara ilmu
falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos (astrologi). Ini
mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh dalam mempelajari dan
mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca kemerdekaan, karena ada penggabungan
asumsi antara makna ilmu falak sains dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat.
Aktivitas kajian ilmu falak saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam
mempelajari ilmu nujum. Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena bila dilihat objek formal
dan material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan
ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini juga sama,
yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar antara ilmu falak denga
ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan
arah dan waktu di permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-
benda langit untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana
dan nasib baik buruk seseorang.
Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab
mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini
menggunakan perhitungan. Disebut “ilmu rashd()الرصد ”, sebab ilmu ini memerlukan
pengamatan.
2. Ruang Lingkup Ilmu Falak
Dengan mempelari ilmu falak atau ilmu hisab, kita dapat memastikan ke arah mana
kiblat suatu tempat di permukaan bumi. Kita juga dapat memastikan waktu shalat telah tiba
atau matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa. Dengan ilmu ini pula orang yang
melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya dengan tepat ke posisi hilal,
bahkan kita juga dapat mengetahui akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau gerhana
bulan berpuluh bahkan beratus tahun yang akan datang.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan dalam
melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan
matahari dan bulan untuk mengiungat Allah” (HR. Thabrani)
Secara garis besar tujuan mempelajari ilmu falak hanya berkisar pada 4 hal yani :
pengukuran arah qiblat, Mengetahui Waktu sahalat, mengetahui awal bulan qamariyah,
mengetahui waktu terjadinya gerhana.
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab qiblah ( )قبلةyang secara harfiah berarti arah (Al-
Jihah), dan merupakan bentuk fi’lah dari kata al-muqolabah ( )مقابلةsehingga berarti keadaan
menghadap.
Slamet Hambali memberikan definisi arah kiblat yaitu arah terdekat menuju ka‟bah
melalui lingkaran besar (great circle) bola bumi. Lingkaran bola bumi yang dilalui arah
kiblat dinamakan lingkaran arah kiblat. Lingkaran arah kiblat dapat didefinisikan sebagai
lingkarann besar bola bumi yang melalui sumbu kiblat. Sedangkan sumbu kiblat adalah
sumbu bola bumi yang melalui atau menghubungkan titik pusat ka‟bah dengan titik dari
kebalikan Ka’bah.
Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah yang wajib adalah menghadap ke ‘ain al-
Ka’bah. Dalam artian bagi orang yang dapat menyaksikan Ka’bah secara langsung maka
baginya wajib menghadap Ka’bah. Jika tidak dapat melihat secara langsung, baik karena
faktor jarak yang jauh atau faktor geografis yang menjadikannya tidak dapat melihat
Ka’bah langsung, maka ia harus menyengaja menghadap ke arah di mana Ka’bah berada
walaupun pada hakikatnya ia hanya menghadap jihah-nya saja (arah Ka‟bah). Sehingga
yang menjadi kewajiban adalah menghadap ke arah Ka’bah persis dan tidak cukup
menghadap ke arahnya saja.
ْ ك َش
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT ط َر ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام َ َفَ َو ِّل َوجْ ه, maksud dari
kata syatral Masjidil Haram dalam potongan ayat di atas adalah arah dimana orang yang
salat menghadapnya dengan posisi tubuh menghadap ke arah tersebut, yaitu arah Ka‟bah.
Maka seseorang yang akan melaksanakan salat harus menghadap tepat ke arah Ka‟bah.[9]
Menghadap arah kiblat bukan lagi menjadi persoalan yang sulit. Karena dengan
menggunakan perhitungan ilmu falak, dapat diketahui arah ke Ka’bah dengan akurat.
Perhitungan arah Kiblat dengan ilmu falak tersebut menggunakan rumus – rumus segitiga
bola. Bahkan beberapa ahli falak telah menggunakan rumus – rumus segitiga ellipsoid.
Salat menurut bahasa diambil dari kata صالة, يصلى, صلىyang berarti do’a. Sebagaimana
yang tercantum dalam firman Allah
ك َس َك ٌن لَهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم َ صلِّ َعلَ ْي ِه ْم إِ َّن
َ َصاَل ت َ َو
Artinya : “Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Secara terminologi syara’ (Jumhur Ulama’) salat berarti ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat tertentu,
sebagaian Madzhab Hanafi mendifinisikan salat sebagai rangakaian rukun yang
dikhususkan dan dzikir yang ditetapkan dengan syarat-syarat tertentu dalam waktu yang
telah ditetapkan pula. Sebagian Ulama’ Hambali memberikan ta’rif lain bahwa salat adalah
nama untuk sebuah aktifitas yang terdiri dari rangkaian berdiri, ruku’ dan sujud.
Persoalan salat adalah merupakan persoalan fundamental dan signifikan dalam Islam.
Dalam menunaikan kewajiban salat, kaum muslimin terikat pada waktu-waktu yang sudah
ditentukan “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas
orang-orang yang beriman”.
Konsekuensi logis dari ayat ini adalah salat tidak bisa dilakukan dalam sembarang
waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari al-Qur’an maupun al-
Hadis. Waktu – waktu salat fardlu telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadis –
hadis. Di dalam hadis – hadis waktu salat, penentuan waktu salat menggunakan posisi
Matahari.
Penentuan waktu salat dengan melihat posisi Matahari ini akan merepotkan umat
muslim karena tidak setiap siang hari Matahari bersinar. Sewaktu – waktu Matahari
tertutup awan dan mendung. Bahkan di beberapa kawasan di Indonesia, tidak jarang sinar
Matahari tertutup mendung seharian penuh di musim hujan. Maka dengan pengetahuan
pergerakan Matahari pada ilmu falak, waktu salat dapat diketahui dengan mudah dengan
beberapa rumus – rumus perhitungan. Sehingga untuk mengetahui masuknya waktu salat
cukup dengan melihat jam.
Artinya: “Asbagh telah bercerita kepada kami bahwasanya ia berkata: Ibnu Wahab telah
bercerita kepada-ku, ia berkata: telah bercerita kepada-ku Umar dari Abdur Rahman bin
Qasim bahwa ia telah bercerita kepada-nya dari ayah-nya. Dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya
Umar mendapat berita dari Nabi SAW: sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami
gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang, tapi keduanya merupakan tanda diantara
tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat keduanya (gerhana), maka salatlah.”
Gerhana adalah peristiwa alam yang terjadi secara periodik. Namun peristiwa tersebut
terjadi pada tanggal atau bulan tertentu. Sehingga tanpa pengetahuan mengenai pergerakan
Matahari dan Bulan, akan sulit mengetahui waktu terjadinya gerhana. Dengan ilmu falak
dapat diketahui waktu terjadinya gerhana. Tidak hanya tanggal terjadinya gerhana, tetapi
dapat diketahui pula waktu mulai, waktu puncak, dan waktu berakhirnya gerhana. Karena
dengan ilmu falak, dapat diketahui kapan melintasnya Bulan saat fase Bulan mati dan
purnama di lingkaran ekliptika yang menjadi sebab terjadinya gerhana.
Objek suatu ilmu dalam istilah para pengarang “Ma Yubhatsu Fi dzalika Al-ilm an
awaridhihi adz-dzatiyah” (pembahasan dalam ilmu itu tentang sifat-sifatnya terdapat pada
zatnya sendiri). Yang dimaksud dengan sifat zat adalah hal yang mengenai sesuatu karena
zatnya (tabiatnya) seperti matahari memproduksi panas yang hebat sekaligus cahaya yang
sangat kuat. Ilmu falak ditinjau dari objek kajiannya secara umum membahas tiga Hal
pokok saja diantaranya Bumi, Bulan Dan Matahari. Namun segala sesuatu yang
berhubungan dengan ketiga benda langit tersebut merupakak subpokok pembahasan ilmu
falak.
BUMI
\
Perkataan Bumi ( Arab : Al-Ard: Inggris : Earth) didalam Al-quran disebutkan Sebanyak
361 Kali. Diantaranya 352 dalam arti bumi, sejumlah 6 kali berarti negeri lalu dua kali
artinya tanah. Dan hanya satu kali diartikan dengan daerah (yang tak dikenal). Sebagaimana
yang telah diketahui bumi adalah salah satu benda langit yang mengelilingi matahari
(Heliosentris) menurut garis perjalanan yang telah ditentukan dan memiliki berbagai
struktur diantaranya dikenal denganatmosfer.
Thermosfer ini terbagi menjadi tiga lapisan yakni dikenal dengan istilah sebagai berikut :
Lapisan E
Lapisan ini terletak di antara 80-150 KM dengan rata-rata 100 Mdpl, lapisan ini juga
dikenal dengan istilah KENNLY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulakn
radio. Suhu udara pada lapisan ini sekitar -70°sampai +50° C.
Lapisan Udara F
Terletak diantara 150-400 KM. atau disebut lapisan udara APPLETON
BULAN
MATAHARI
1. Kesimpulan
Dalam ilmu falak pokok pembahasan hanya difokuskan pada gerak benda-benda
langit (mataari dan bulan) yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah keagamaan umat
islam, sehingga ilmu falak hanya membahas sedikit dari banyaknya pembahasan tentang
benda-benda langit yang terdapat dalam ilmu astronomi. Beberapa pembahasan dalam ilmu
falak yaitu:
Penentuan arah kiblat (azimut) dan bayangan arah kiblat (rashdul kiblat)
Penentuan awal waktu sholat
Penentuan awal bulan Hijriyah
Penentuan gerhana
Dengan melihat beberapa pokok pembahasan di atas wajar kuranya apabila ilmu falak
sangat berperan penting dalam islam, karena berkaitan dengan ibadah-ibadah yang
diwajibkan dalam islam seperti sholat, puasa, haji, dan hari raya.
2. Saran
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak,
Cet. I, (Banda Aceh: PeNA, 2013), hlm. 1.