Anda di halaman 1dari 14

FISIKA INTI

REAKSI INTI

Oleh:

Komang Suardika (0913021034)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2011

Reaksi Nuklir 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penciptaan energi nuklir menarik untuk dikaji. Terlebih sejak empat ilmuwan
Jerman, yakni Otto Hahn, Lise Meitner, Fritz Strassman, dan Otto Frisch menemukan
pertamakali tahun 1939, bahwa inti atom berat (radioaktif) bisa dibelah dengan
menembakkan sebuah netron. Netron dipilih karena zarah ini tidak bermuatan.
Sehingga tidak akan menimbulkan gaya tolak coulomb terhadap inti-inti atom
bermuatan positif, proton. Reaksi pembelahan (fisi) sebuah inti akan menghasilkan rata-
rata 2,5 netron dan beberapa inti baru. Pada bom atom, reaksi pembelahan ini akan terus
berantai tidak terkendali karena netron baru tidak dicegah untuk menumbuk inti-inti
yang telah dihasilkan.
Yang sangat bahaya, karena dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan
energi yang besar. Contohnya, pada pembelahan satu inti uranium dilepaskan energi
sebesar 208 MeV. Satu MeV setara dengan energi listrik 4,45 x 10 -20 kWh. Itu baru
untuk satu nuklida (inti atom). Coba bayangkan betapa besarnya energi yang
dilepaskan oleh pembelahan inti satu kilogram uranium. Energinya akan mencapai 2,37
x 107 kWh. Bila energi ini digunakan untuk menghidupkan bola lampu 100 W, maka
bola lampu itu akan terus menyala tanpa henti selama 30.000 tahun! Lain halnya bila
dihitung dalam kalori, energi pembelahan satu kilogram U-235 adalah 25,5 juta
kilogram kalori. Bandingkan dengan pembakaran satu kilogram karbon yang hanya
menghasilkan 8,5 kalori.
Bila menilik ukuran atom, mungkin kita sulit percaya. Sebuah nuklida (yang
tersusun oleh proton-proton dan netron) ukurannya berada dalam orde 10-15 meter.
Untuk membuat bayangan sederhana, baiklah ukuran inti atom kita perbesar seukuran
kelereng. Maka, bila kita tempatkan kelereng itu di tengah lapangan sepak bola, itulah
gambaran nuklida di dalam atom. Sungguh kecil. Namun demikian, inti atom ternyata
mengandung lebih dari 99,9 persen massa atomnya, atau setara dengan 1.800 kali massa
sebuah orbitalnya, elektron.
Istilah nuklir dalam ilmu pengetahuan selalu dikaitkan dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam inti atom. Pada dasarnya reaksi nuklir adalah interaksi

Reaksi Nuklir 2
antara partikel penembak yang terdiri atas partikel elementer, seperti foton, neutron, dan
inti multinukleon dengan suatu inti target yang diikuti oleh transformasi inti menjadi
inti lain dengan cara menangkap atau melepaskan partikel.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditulis rumusan masalah sebagai
berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan reaksi nuklir ?
1.2.2 Bagaimana hukum kekekalan energi dalam reaksi nuklir ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari reaksi nuklir.
1.3.2 Untuk mengetahui hukum kekekalan energi dalam reaksi nuklir.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan pembaca mengeanai reaksi
nuklir.
1.4.2 Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan pemahaman materi tentang
reaksi nuklir.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
metode kajian pustaka yaitu dengan mengkaji buku sumber yang relevan dan sumber
dari internet.

Reaksi Nuklir 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Reaksi Nuklir
Suatu unsur yang ditembakkan oleh suatu partikel yang bergerak sangat cepat
(neutron, proton atau elektron), maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu inti
dapat menangkap partikel tersebut atau inti tidak dapat menangkap partikel tersebut.
Dalam banyak kasus, setelah penembakan, inti target akan meluruh dan memproduksi
hasil yang berbeda dari inti target. Ketika partikel berada pada daerah sekitar inti, maka
disini terjadi gaya tarik, sehingga memungkinkan elektron tersebut akan ditangkap oleh
inti, kemudian dipancarkanlah partikel yang berbeda dengan partikel penembak, dalam
waktu yang sangat singkat (10-13 s).

Partikel hasil
Partikel penembak

sebelum Inti atom sesudah

Inti hasil

Gambar 1.

Reaksi tersebut merupakan reaksi nuklir karena terjadi di dalam inti. Inti setelah
memancarkan partikel akan menjadi tidak stabil, sehingga inti akan mengalami
peluruhan dan hukum-hukum peluruhan berlaku.
Inti setelah mengalami reaksi inti akan memiliki kondisi berbeda dengan inti
target. Perubahan inti target ini disebut dengan transmutasi. Perubahan yang terjadi
pada inti target akibat proses reaksi nuklir.. Reaksi transmutasi adalah reaksi pada
proses perubahan inti target. Persamaan reaksi nuklir deapat dituliskan yaitu sebagai
berikut.
x  X  Y  y .......................................................................................................(1)

Reaksi Nuklir 4
Dimana x merupakan partikel penembak, X adalah inti target, Y adalah inti hasil
(recoil), dan y adalah partikel hasil. Reaksi transmutasi dapat juga dinyatakan sebagai
berikut:
X ( x, y )Y ..........................................................................................................(2)

Partikel alpha yang dihasilkan dari unsur radioaktif polonium menembak inti
9 12
target 4 Be . Inti hasil dibentuk berupa 6 C dan disertai pemancaran netron, dimana

reaksi ini dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut:


4
2 He  49Be126 C  01n .........................................................................................(3)

atau dapat juga dituliskan


9
4 Be( , n)126 C ...................................................................................................(4)

Seperti halnya reaksi kimia, reaksi inti harus seimbang, jumlah proton dan
neutron harus sama pada kedua ruas persamaan reaksi.
Karena reaksi nuklir hanya terjadi di bawah pengaruh gaya dalam (internal)
antara penembak dan target , maka reaksinya kita perkirakan mematuhi hukum
kekekalan energi, momentum linier, dan momentum sudut.

2.1 Hukum Kekekalan Energi Reaksi Nuklir


Seperti yang telah dinyatakan bahwa suatu reaksi nuklir ditulis secara umum
yaitu:
x X Y  y

Pada jarak antara partikel penembak x, dan inti X sangat jauh, maka disana tidak ada
gaya diantara keduanya, sehingga energi potensialnya pun tidak ada. Sebelum
bertumbukan, partikel penembak, x, dan inti target X, memiliki massa diam masing-
masing mx dan MX, dan energi kinetiknya Kx dan KX. Total energi sebelum reaksi,
merupakan jumlah dari energi kinetik dan energi massa diamnya.

Partikel penembak Inti target

Kx KX

mxc2
MXc2

Gambar 2. Sebelum Reaksi


Total energinya sebelum reaksi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut:

Reaksi Nuklir 5
E i  m x c 2  k x  M X c 2  K X ...........................................................................(5)

Inti hasil
Partikel hasil
Ky KY

myc2 MYc2
Gambar 3. Setelah Reaksi

Sedangkan total energi setelah reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut:


E f  m y c 2  k y  M Y c 2  K Y ..........................................................................(6)

Karena tidak ada gaya luar di dalam system maka energi sebelum reaksi sama
dengan energi setelah reaksi, sehingga berlaku hukum kekelan energi yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
E setelah  E sebelum

M y c 2  K Y  m y c 2  K y  mx c 2  K x  M X c 2  K X ...............................................(5)

Atau dapat ditulis:


 K Y   
 K y    K X  K x    M X  m x  c 2   M y  m y c 2 ........................................(8)

Persamaan (8) menyatakan perubahan energi kinetik sama dengan perubahan


energi massa diamnya. Perubahan energi kinetik ini disebut energi disintegrasi atau nilai
Q dari reaksi inti, yaitu:
Q   KY  k y    K X  k x 
............................................(9)
 energi kinetik setelah  energi kinetik sebelum

Q memiliki nilai yang sama dengan perubahan energi massa diam


Q   M X  m x  c 2   M Y  m y c 2 ..........................................................................(10)

Nilai Q bisa bernilai positif atau negatif.


 Nilai Q bernilai positif jika energi kinetik inti hasil dan partikel hasil lebih besar

dari energi kenetik inti target dan partikel penembak  K Y  k y    K X  k x  , yang


artinya energi massa diam partikel penembak dan inti target lebih besar dari

jumlah energi massa diam inti hasil dan partikel hasil  M X  m x    M Y  m y  .


Reaksi seperti ini disebut reaksi eksoergik atau reaksi eksotermik.

Reaksi Nuklir 6
 Nilai Q bernilai negatif jika energi kinetik inti hasil dan partikel hasil lebih kecil

dari energi kenetik inti target dan partikel penembak  K Y  k y    K X  k x  , yang


artinya energi massa diam partikel penembak dan inti target lebih kecil dari

jumlah energi massa diam inti hasil dan partikel hasil  M X  m x    M Y  m y  .


Reaksi ini disebut reaksi endoergik atau reaksi endotermik.

Jika keadaan awal inti target dalam keadaan diam, maka inti target tidak
memiliki energi kinetik. Dalam kasus yang demikian, persamaan (9) dan (10) untuk
nilai Q dari reaksi inti akan menjadi:
Q   KY  k y   K X
...........................................................................(11)
  M X  m x  c 2   M Y  m y c 2

Pada umumnya, pengukuran energi kinetik dari inti hasil, Ky, sangat sulit untuk
ditentukan, sehingga diubah menggunakan hukum kekekalan momentum. Pada
umumnya, sangat sulit mengukur dengan teliti nilai energi kinetik, Ky, dari inti recoil.
Jika mempertimbangkan kekekalan momentum, sangat mungkin untuk memperoleh
nilai Q Ky.
Dengan menganggap partikel x, dengan massa mx bergerak dengan kecepatan vx
menembak inti target, X dengan massa MX dalam keadaan diam. Setelah reaksi nuklir
berlangsung, inti hasil (recoil) Y dengan massa MY dan kecepatan VY, membentuk sudut
 terhadap arah partikel x, serta partikel hasil y dengan massa my dan kecepatan vy,

membentuk sudut  seperti gamabr berikut.

my vy

mx θ
vx Ø
MX
sebelum sesudah
MY
VY
Gambar 4.
Reaksi ini dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut:
mx vx  my v y cos  M YVY cos ; sumbu x ...................................................(12)

Reaksi Nuklir 7
0  m y v y sin   M Y VY sin  ; sumbu y............................................................(13)

Atau
M Y VY cos   m x v x  m y v y cos  ....................................................................(14)
M Y VY sin   m y v y sin  .................................................................................(15)

Kuadratkan dan jumlahkan sehingga diperoleh


M Y2 VY2  m x2 v x2  m y2 v y2  2 m x m y v x v y cos  ...............................................(16)

Dengan menggunakan hubungan

K x  1 m x v x2 , K y  1 m y v 2y dan K Y  1 mY vY2 .............................................(17)


2 2 2
dalam persamaan (16) sehingga menjadi:
my
KY 
mx
Kx  Ky 
2
 m x m y K x K y  12 cos ............................................(18)
MY MY MY

Nilai Q dari reaksi dengan Kx = 0 yang diperoleh dari persamaan (11),


Q   K Y  K y   K x .............................................................................................(11)

dan substitusi nilai KY dari persamaan (18) ke persamaan (11)


 my   
Q  K y 1 
m
  K x 1  x  
2
 m x m y K x K y  12 cos .............................(19)
 MY   MY  MY
Persamaan (19) adalah persamaan umum untuk nilai Q dari reaksi inti. Hal yang
perlu diperhatikan dari persamaan (19) adalah sebagi berikut.
a. (i) Persamaan (19) tidak melibatkan energi kinetik inti hasil atau energi massa
diam inti target.
(ii)Yang paling penting dari ruas terakhir persamaan (19) bahwa pengurangan
massa MX dari inti target menyebabkan massa inti hasil MY bertambah. Dalam
kenyataannya jika MY→∞ ruas terakhir akan bernilai nol.
(iii)Energi disintegrasi Q tergantung pada sudut, θ, yang dibentuk oleh arah
partikel penembak dan partikel hasil. Jika partikel penembak membentuk sudut
900 dengan partikel hasil, dimana cos 900 = 0, maka persamaan (19) menjadi:
 my   m 
Q  K y 1    K x 1  x  .......................................................................(20)
 MY   MY 
Persamaan ini sama untuk kasus dimana inti hasil memiliki massa yang tak
terbatas.

Reaksi Nuklir 8
(iv) Walaupun kita sudah menggunakan massa inti dalam mendefinisikan nilai
Q, kita boleh juga menggunakan massa atom, jika jumlah elektron sebelum dan
sesudah reaksi inti sama.
b. Persamaan (19) khusus untuk kasus dimana kecepatan partikel penembak
dibawah kecepatan cahaya, sehingga efek relativitas tidak ada. Pada umumya
kecepatan partikel lebih rendah dari 5 x 109 cm/s, dan itu hanya mungkin untuk
partikel bergerak sebagai non relativitas. Jika, kecepatan penembak mendekati
kecepatan cahaya, maka penulisan untuk nilai Q menjadi:

 my   m   K x2  K y2  K Y2 
Q  1   K y  1  x  K x   
 2M Y c 2 
 MY   MY   
 K x  1  K y  .....................................(21)
2 m x m y K x K y  
1
2 cos 1  
2  2
1 2 
 2m x c   2m y c 
MY
c. Sebelum meninggalkan diskusi tentang energi disintegrasi, kita akan mengkaji
kembali persamaan (19) dan menyelidiki persamaan tersebut untuk reaksi
eksorgik, atau eksotermal, dari sudut pandang penembakan energi.

Dari persamaan (19), kita mengetahui energi disintegrasi, sehingga kita dapat
menyatakan energi kinetik dari partikel hasil dalam bentuk persamaan berikut:

M Y  m y  K y  2 m x m y K x  2 cos K y   K x  M Y  m x   M Y Q  0 ..............(22)
1

Persamaan (22) merupakan jenis persamaan kuadrat (ax2 + bx +c), yang


bentuknya
ax + bx1/2 +c = 0
dimana a =  M Y  m y 


b =  2 mx my K x  1
2 cos 

c =  K x  M Y  mx   M Y Q
x = Ky
Sehingga untuk mencari nilai x1/2 dapat menggunakan rumus abc, yaitu:
1  b  b 2  4ac
x 2

2a

Reaksi Nuklir 9
Jadi nilai Ky1/2 dapat diperoleh seperti berikut:

1  
2 m x m y K x  2 cos  4 m x m y K x cos 2   4 M Y  m y  K x  M Y  m x   M Y Q 
1

Ky 
2 M Y  m y 
2

 
m x m y K x cos   m x m y K x cos 2    M Y  m y  K x  M Y  m x   M Y Q   1
2

Ky 
M Y  my 
...............................................................................................................................(23)
Atau
Ky  a  a2  b

Ky  x   x  2  y .............................................................................................(24)

Dimana

mx m y K x
a cos  ...........................................................................................(25)
M Y  my 

Dan
K x  M Y  mx   M Y Q
b
 M Y  m y  ...................................................................................(26)
Ternyata energi kinetik, Ky, partikel hasil bergantung pada sudut θ, yaitu sudut
antara arah partikel hasil dengan partikel penembak. Persamaan (22) dan (23) tersebut
khusus untuk reaksi eksorgik atau eksotermal, dimana nilai Q lebih besar dari nol (Q >
0) dan MY > mx. Kalau sudut θ yag dibentuk 900, maka Ky, akan sama dengan b.
K x  M Y  mx   M Y Q
Ky 
M Y  my  ........................................................................................(27)

 M Y Q
Ky  untuk Q  0 .........................................................................(28)
M Y  my 
2

Persamaan (24) artinya bahwa energi kinetik K y dari partikel penembak dengan
massa m y adalah sama untuk semua sudut  , reaksinya adalah reaksi isotropic. Hal ini
benar karena momentum total dalam sistem koordinat laboratorium adalah nol ketika
K x hampir berharga nol.

Reaksi Nuklir 10
Apabila Q  0 dan M Y  m x , hanya terdapat satu dari dua penyelesaian K y
yang diambil dari persamaan (24). Nilai K y yang diambil adalah nilai yang positif
(karena nilai energi kinetik yang negatif tidak sesuai dengan situasi fisika yang
mengkehendaki nilai real yang positif), sehingga:
Ky  x   x 2  y

Pada kasus ini, K y dipengaruhi (terikat) oleh sudut  . Berikut merupakan pengaruh
sudut  terhadap nilai K y .

Ky akan maksimum untuk   0 , yaitu:

Ky 
m m K 
x y x
1
2 cos   m m K 
x y x
1
2 
cos   M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
2

M Y  my 

Ky 
m m K 
x y x
1
2 cos 0   m m K  x y x
1
2 
cos 0   M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
2

M Y  my 

Ky 
m m K 
x y x
1
2   m m K     M
x y x
1
2
2
Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
........(29)
M Y  my 

Ky akan minimum untuk   180  , yaitu:

Ky 
m m K 
x y x
1
2 cos   m m K 
x y x
1
2 
cos   M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
2

M Y  my 

Reaksi Nuklir 11
Ky 
m m K 
x y x
1
2 
cos 180     m m K  x y x
1
2    M
cos 180  
2
Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
M  m  Y y

 m m K    1   m m K    1    M  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
1 1 2
2 2
x y x x y x Y
Ky 
M  m  Y y

Ky 
 mx m y K x  2 
1
 m m K     M
x y x
1
2
2
Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
...(30)
M Y  my 

 K x  M Y  mx   M Y Q
y
K y akan bernilai sama dengan
M Y  my 
untuk   90  ,

yaitu:

Ky 
m m K 
x y x
1
2 cos   m m K  x y x
1
2 
cos   M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
2

M Y  my 

m m K     m m K      M  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
1 1 2
x y x
2 cos 90   x y x
2 cos 90  Y
Ky 
M  m  Y y

 m m K   0    m m K   0     M  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
1 1 2
2 2
x y x x y x Y
Ky 
M  m  Y y

M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
Ky 
M Y  my 

   M  m y   K x  M Y  m x   M Y Q    2

 Ky
2 Y

M  my 
2
Y

Reaksi Nuklir 12
M Y  m y   K x  M Y  m x   M Y Q  
Ky 
M Y  my 
2

Ky 
 K x  M Y  mx   M Y Q
M Y  my 
2 ..........................................................................(31)

Dalam hal ini, Ky bernilai tunggal. Untuk mendapatkan nilai ganda, maka K y harus
berada dalam keadaan tertentu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1 Reaksi nuklir terjadi akibat Suatu unsure ditemabk oleh partikel yang bergerak
sangat cepat (neutron, proton atau elektron), maka akan ada dua kemungkinan
yang terjadi yaitu inti dapat menangkap partikel tersebut atau inti tidak dapat
menangkap partikel tersebut, setelah penembakan, inti target akan meluruh dan
memproduksi hasil yang berbeda dari inti target
3.2 Perubahan energi kinetik (Q) dari reaksi nuklir akan berniali positif jika energi
kinetik akhir lebih besar dari pada energi kinetik awal Dan nilai-Q akan
bernilai negatif apabila energi kinetik akhir lebih kecil dari energi kinetik awal.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan terkait makalah ini adalah sebagai
berikut.

Reaksi Nuklir 13
3.2.1 Pembaca agar lebih banyak mencari sumber lain yang terkait dan relevan
dengan isi makalah ini.
3.2.2 Penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan masukan yang
sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini dan menambah
pengetahuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Allya.-. Physics Nuclear.-.


Rosana, Dadan, Sukardiyono dan Supryadi. 2000. Konsep Dasar Fisika Modern.
Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.

Reaksi Nuklir 14

Anda mungkin juga menyukai