Anda di halaman 1dari 13

BAB III

REAKSI INTI

Standar Kompetensi (SK)


Penerapan konsep fisika inti dan radioaktifitas dalam teknologi dan
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar (KD)
Mengidentifikasi Karakteristik Inti Atom
Tujuan yang Diharapkan:
1. Memahami mekanisme reaksi inti
2. Menjelaskan reaksi eksoterm
3. Menjelaskan reaksi endoterm
4. Menjelaskan reaksi fusi
5. Menjelaskan reaksi fisi
6. Menghitung energi reaksi inti
7. Aplikasi reaksi inti dalam kehidupan
Reaksi Inti

: merupakan suatu proses yang terjadi apabila dua zarah nuklir


(nukleon ataupun sistem nukleon) yang terikat sebagai inti yang
menduduki salah satu keadaan kuantumnya

bertumbukan

sehingga terjadi pertukaran tenaga dan momentum (kadangkadang juga terjadi pertukaran muatan listrik, momentum sudut,
jumlah nukleon dan paritas).
Proses reaksi inti :
Partikel yang diam (di kerangka lab) dinamakan sasaran X, sedangkan partikel
yang bergerak a disebut proyektilnya dengan tenaga kinetik Ka.
Hasil reaksi adalah terbentuk inti residu Y yang bergerak dengan tenaga gerak
recoil KY dan satu atau lebih partikel yang dihasilkan (b 1,b2, ) dengan tenaga
kinetik Kb.
Untuk reaksi inti biner dapat ditulis :
a + X

Y + b + Q atau X (a,b) Y

Besar energi yang dihasilkan :


Q mx ma mY mb

931,5 MeV

massa inti

Q m x z x m e m a z a m e m y z y m e m b z b m e C 2

Q Mx Ma My Mb

931,5 MeV/U

massa atom

Q > 0 bernilai positif. Reaksi bersifat eksoergik (eksotermik)


Q > 0 bila : M initial > M final

M initial > M final

Karena :
Q = (M initial - M final) C2 atau
Q = M final - M initial
= (TY + Tb) (TX + Ta)
Q < 0, bernilai negatif, reaksi bersifat endoergik (endotermik).
Q < 0 terjadi bila :

M initial < M final

M initial < M final

Reaksi hanya dapat terjadi apabila Ka > Kambang > 0


Partikel yang menjadi proyektil yang bergerak dapat berupa elektron, foton,
muon () atau pion ().

Reaksi inti hanya terjadi di ruang hampa (P 10-5 Toor). Nilai tenaga ambang
ditentukan dengan nilai

, mx, ma

Untuk proses endoergik, reaksi inti ditulis :


a X Q

Y + b

Untuk reaksi tenaga rendah Kambang dapat dihitung dari nilai

, mx, ma dengan

rumus :
K ambang Q m X m a / m X , dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dalam kerangka pusat massa C dari sistem (X,a) maupun (Y,b). Momentum
keseluruhan sistem lenyap sehingga :
ma

m a V ' a m X V ' X mb V ' b m y V ' y 0

(tanda Kc di PM)

ma V ' a m X V ' X

ma
V ' a ............................................... (1)
mX

V 'X

Dalam kerangka di lab:


Kecepatan a yaitu
V

V 'a V ' X

merupakan kecepatan relatif a terhadap x

(dalam kerangka PM)

Dari persamaan (1)


V a V 'a

ma
V ' a atau
mX

m X ma
mX

V a V ' a

...............................................(2)

Atau sebaliknya

mX
V ' a
m X ma

V a ...............................................(3)

Dari persamaan (1)


Tenaga kinetik sistem (x,a) di kerangka PM (non rul)
Kc '

Bila

1
m aV a ' 2 m X V X ' 2
2

..................................(4)

diambil dai persamaan (3) dan Vx dari persamaan (1);

V 'a

Kc '

1
2
ma V a
2

mX
.....................................(5)
m X ma

KL
Kc ' K L

mX
m X ma

Untuk reaksi endotermik tenaga kinetik sistem (T,b) di kerangka PM bernilai nol
sehingga perumusan tenaganya dapat ditulis :
Kambang + (ma + mx) C2 = (my + mb)C2
Kambang =

(m a m X ) C 2 - (m y m b )C 2
Q

Kambang = - Q

(PM)

Kc '

1
m aV a ' 2 m X V X ' 2
2

mX
1
m a
Va
2
m X ma

mX
1
ma
Va
2
m X ma

mX
1
ma
2
m X ma

m
m X a Va '
mX

2
a

mX

m X ma
1 2

Va ma m X
2
2

X
a

mX

m X ma

ma

Va

m X ma

Va
2

mX
1 2
Va
2
m X ma

Kc '

1
2
ma V a
2

mX
.....................................(5)
m X ma

KL
Tenaga kinetik ambang di kerangka lab :
Kambang (L) =

ma m X
Kambang
mX

Kambang (L) =

ma m X
(-Q) atau
mX

Kambang (L) =

ma m X

mX

Di kerangka lab sasaran X diam Tx = 0


m mX
1
2
m aV a L Q a
2
mX
Q

1
2 ma m X
m aVa
2
mX

m
m X a
mX

1
2

ma m X
ma m X

Va

1
Va 2
2

= massa tereduksi

Mekanisme reaksi inti


Sebagaian besar data inti yang terkumpul sekarang berasal dari analisis
berbagai percobaan reaksi inti. Dalam percobaan ini berbagai inti ditembaki
dengan berbagai macam proyektil (radiasi) partikel mapun inti dan kemudian
hasilnya diamati. Sebagai proyektil,juga telah digunakan berbagai isotop dengan
nomor atom sebesar Z = 18.
Biasanya, reaksi inti ini memberi hasil suatu inti sisa akhir( yang biasanya
tak teramati) ditambah partikel lain yang teramati secara eksperimental.(kadangkadang kedua hasil akhir ini diamati bersama).
Reaksi-reaksi inti dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
PROYEKTIL + INTI SASARAN

INTI SISA + PARTIKEL TERAMATI

Atau dalam bentuk singkat


SASARAN (PROYEKTIL, PARTIKEL TERAMATI) INTI SISA
Dalam setiap persamaan reaksi inti, muatan total (Z total) dan jumlah
nukleon total (A total) harus sama pada kedua ruas persamaan.
Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali (diamati oleh Rutherford
pada tahun 1919) adalah ;
14
7

14
17
N 24H e 178O p atau bisa ditulis secara singkat N7 (He, p) O8

Reaksi-reaksi inti diklasifikasikan menurut proyektil, partikel teramati dan


inti sisa. Jika proyektil dan partikel teramati adalah sama. Maka kita peroleh
reaksi hamburan (scattering reaction). Jika inti sisa tetap berada dalam keadaan
energi rendahnya atau keadaan dasar, maka hamburannya adalah elastis. Tetapi
bila inti sisanya berpindah ke suatu keadaan tereksitasi, maka hamburannya tak
elastik.

Proses pada saat proyektil yang ditembakkan memperoleh tambahan


nukleon dari, atau memberi nukleon ke inti sasaran berturut-turut disebut sebagai
reaksi pengambilan (pick up) dan pelucutan (stripping).
Reaksi pengambilan dan pelucutan ini seringkali terjadi pada tingkat
energi yang cukup tinggi, sehingga kita dapat menganggap bahwa reaksinya
langsung (direct).dalam reaksi pelucutan langsung ini dianggap bahwa nukleon
mengambil bagian dalam memasuki atau meninggalkan suatu orbit model-kulit
tertentu dari inti sasaran tanpa mengganggu nukleon lainnya.
Jenis reaksi lain yang agak berlawanan yaitu proyektil datang dan inti
sasaran bersama-sama membentuk sebuah inti baru, yang disebut inti gabungan
(compuond nucleus), yang hidup selama selang waktu singkat dalam keadaan
suatu eksitasi dan kemudian meluruh.
Dalam reaksi inti sebagian zarah proyektil akan dihamburkan dan
sebagian lainnya akan diserap oleh inti atom target. Tahap-tahap reaksi inti sbb :
1. Tahap zarah bebas
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pada setiap reaksi inti selalu terjadi
hamburan dan serapan, pada tahap ini sebagian zarah proyektil dihamburkan
secara elastis dan sebgaian diserap inti atom target untuk memasuki tahap inti
majemuk seperti pada gambar di bawah ini

Pada tahap penyerapan terdiri dari tumbukan dua benda. Hal ini berarti
bhw jika zarah proyektil adalah nukleon tunggal, maka zarah tersebut

akan

berinteraksi dengan sebuah nukleon di dalam inti dan mampu menaikkan energi
nukleon ke tingkat energi lebih tinggi seperti pada gambar berikut:

2. Tahap Inti Majemuk


Pada tahap ini sebagian zarah yang diserap dari tahap pertama
dihamburkan kembali dalam hamburan elastis majemuk , sebagian lainnya
membentuk inti majemuk atau menuju ke tahap akhir melalui reaksi langsung.
3. Tahap Akhir
Inti majemuk akan mengalami peluruhan dan memancarkan zarah untuk
membentuk inti baru yang stabil. Jika inti majemuk tidak terbentuk maka pada
tahap ini akan terjadi reaksi langsung antara lain reaksi fisi dan fusi.
Reaksi Eksoterm
Pada reaksi inti, reaksi pembelahan inti dan reaksi pernggabungan inti
menghasilkan energi yang sangat besar. Susunan sebuah inti dapat diubah
dengan cara menembakkan partikel-partikel berenergi tinggi (misalnya neutron)
ke sebuah inti sasaran. Tumbukan antara partikel-partikel berenergi tinggi
dengan inti sasaran dapat mengubah inti sasaran menjadi inti baru (berbeda

dengan inti sasaran). Reaksi seperti ini dinamakan reaksi inti, sedang perubahan
yang terjadi disebut perubahan inti (nucleus transmutation).
Orang yang pertama kali tercatat melihat suatu reaksi inti (kadang disebut
reaksi nuklir) adalah Ernest Rutherford. Pada tahun 1919 ia mengamati bahwa
beberapa partikel

yang lewat melaui gas nitrogen diserap dan beberapa

proton dipancarkan. Menyimpulkan bahwa inti nitrogen telah berubah menjadi inti
oksigen.
Misalkan kita melakukan percobaan reaksi inti dalam sebuah laboratorium
dengan cara menembakkan seberkas partikel a berenergi tinggi pada inti
sasaran X. Setelah reaksi inti terjadi kita mengamati inti baru Y dan sebuah
partikel b. Secara Simbolik, reaksi iinti ini kita tulis :
a+X

Y + b + Q.

dengan Q adalah energi reaksi.


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi sebelum reaksi sama
dengan energi sesudah reaksi. Sebelum reaksi (ruas kiri), energi dihasilkan oleh
inti sasaran x dan partikel a. Jika X dan a kita sebut reaktan (pereaksi) maka
energi sebelum reaksi sama dengan energi reaktan. Sesudah reaksi (ruas
kanan), energi dimiliki oleh inti baru Y, partikel b, dan energi reaksi Q. Jika Y dan
b kita sebut produk (hasil reaksi) maka energi sesudah reaksi sama dengan
energi produk di tambah energi reaksi Q. Sesuai hukum kekekalan energi,
energi sebelum reaksi = energi sesudah reaksi.
Energi reaktan = energi produk + energi reaksi.
Energi reaksi = reaksi reaktan energi produk.
Q = [(ma + mx)-(my + mb)] x 931,5 Mev/sma.
dengan ma,mx,my,mb adalah massa massa yang harus dinyatakan dalam sma.
Ketika
Q > 0 maka terdapat energi yang dibebaskan (reaksi eksotermik).
Pada reaksi diatas

kita menganggap bahwa partikel a dengan energi

kinetik Ka ditembakkan pada inti sasaran X yang diam (K X = 0).Kemudian kita


amati inti baru Y bergerak dengan energi kinetik K Y dan partkel b bergerak
dengan energi kinetik Kb. Jadi, energi kinetik sesudah reaksi sama dengan K Y +

Kb, dan sebelum reaksi sama dengan K a. Selisih antara energi kinetik sesudah
dan sebelum reaksi sama dengan energi reaksi Q. Dengan demikian kita peroleh
persamaan :
Q = K Y + K b - Ka
Pada reaksi eksoterm ,Q > 0 berarti energinya dilepas dan Q/c 2 adalah
selisih antara massa diam total awal dan akhir, dan ini tak lain adalah reaksi
peluruhan.
Fusi nuklir

Reaksi fusi deuteriu-tritimum (D-T) dipertimbangkan sebagai proses yang


paling menjanjikan dalam memproduksi tenaga fusi. Dalam fisika, fusi nuklir
(reaksi termonuklir) adalah sebuah proses saat dua inti atom bergabung,
membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi. Fusi nuklir adalah
sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan Bom Hidrogen
meledak. Senjata nuklir adalah senjata yang menggunakan prinsip reaksi fisi
nuklir dan fusi nuklir. Proses ini membutuhkan energi yang besar untuk
menggabungkan inti nuklir, bahkan elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi
fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat dan
neutron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang
dibutuhkan untuk menggabungkan mereka -- sebuah reaksi eksotermik yang
dapat menciptakan reaksi yang terjadi sendirinya.
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia,
karena energi pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari
energi yang menahan elektron ke inti atom. Contoh, energi ionisasi yang
diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6 elektronvolt -- lebih

kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi D-T seperti gambar di
samping.
Reaksi-reaksi fusi yang dikenal baik
Rantai-rantai reaksi di dalam astrofisika
Proses fusi paling penting di alam adalah yang terjadi di dalam bintang.
Meskipun tidak melibatkan reaksi kimia, tetapi seringkali fusi termonuklir di dalam
bintang disebut sebagai proses "pembakaran". Pada pembakaran hidrogen,
bahan bakar netto-nya adalah empat proton, dengan hasil netto satu partikel
alpha, pelepasan dua positron dan dua neutrino (yang mengubah dua proton
menjadi dua netron), dan energi. Ada dua jenis pembakaran hidrogen, yaitu
rantai proton-proton dan siklus CNO yang keberlangsungannya bergantung pada
massa bintang. Untuk bintang-bintang seukuran Matahari atau lebih kecil, reaksi
rantai proton-proton mendominasi, sementara untuk bintang bermassa lebih
besar siklus CNO yang mendominasi. Reaksi pembakaran lain seperti
pembakaran helium dan karbon juga terjadi bergantung terutama pada tahapan
evolusi bintang.
Reaksi-reaksi yang dapat terjadi di Bumi
Beberapa contoh reaksi fusi nuklir yang dapat dilangsungkan di
permukaan Bumi adalah sebagai berikut:
(1)
(2i)
(2ii)
(3)
(4)
(5)
(6i)
(6ii)
(6iii)
(7)
(8)
(9)
(10)

D
D

+T
+D

D
T
3
He
3
He

+
+
+
+

D
p
3
He
p

+
+
+
+

He
T
3
He
T

Li
Li
6
Li
11
B
6

He (3.5 MeV)

T
(1.01 MeV)
3

He (0.82 MeV)
4

He (3.6 MeV)
4

He
4

He
4

He
4

He (4.8 MeV)
4

He (0.5 MeV)
4
2 He +22.4 MeV
4

He (1.7 MeV)
4
2 He
3 4He + 8.7 MeV

+
n
+
p
+
n
+
p
+ 2 n
+ 2 p
+
p
+
D
+
n
+
+

(14.1 MeV)
(3.02 MeV)
(2.45 MeV)
(14.7 MeV)
+11.3 MeV
+12.9 MeV

50%
50%

+ n +12.1 MeV 51%


(9.5 MeV)
43%
(1.9 MeV) + p (11.9 MeV) 6%

He (2.3 MeV)
p
+ 16.9 MeV

(11) p + 7Li 2 4He +17.3 MeV


p (protium), D (deuterium), dan T (tritium) adalah sebutan untuk isotop-isotop
hidrogen.
Sebagai tambahan/ pendukung kepada reaksi fusi utama (yang
diinginkan), beberapa reaksi fusi berikut yang mana diikutsertakan/ disebabkan
oleh neutron dan deuterium adalah penting. Dimana reaksi ini menghasilkan
tritium dan lebih banyak neutron, dalam bomb nuklir dan reaktor nuklir:
(12) n + 6Li 4He + T + 4.7 MeV
(13) n + 7Li 4He + T + n - 2.47 MeV
(14) n + 9Be 8Be + 2n - 1.67 MeV
(15) D + 9Be 8Be + T + 4.53 MeV
(energi yang diserap jauh terlalu kecil, neutron-neutron tetap bergerak pada level
energi yang tinggi)
Reaksi-reaksi fusi yang lain
Ada banyak reaksi fusi yang lain. Pada umumnya, reaksi fusi antara dua
inti atom yang lebih ringan daripada besi dan nikel, melepaskan energi.
Sedangkan, reaksi fusi antara dua inti atom yang lebih berat daripada besi dan
nikel, menyerap energi.
Reaksi Fisi
Sesaat sebelum perang dunia kedua beberapa kelompok ilmuwan
mempelajari hasil reaksi yang diperoleh jika uranium ditembak dengan neutron.
Otto Hahn dan Strassman, berhasil mengisolasi suatu senyawa unsure golongan
IIA, yang diperoleh dari penembakan uranium dengan neutron. Mereka
menemukan jika uranium ditembak dengan neutron akan menghasilkan
beberapa unsure menengah yang bersifat radioaktif. Reaksi ini disebut reaksi
fisi atau reaksi pembelahan inti.
Dari reaksi pembelahan inti dapat dilihat bahwa setiap pembelahan inti
oleh satu netron menghasilkan dua sampai empat netron. Setelah satu atom
uranium-235 mengalami pembelahan, netron hasil pembelahan dapat digunakan
untuk pembelahan atom uranium-235 yang lain dan seterusnya sehingga dapat
menghasilkan reaksi rantai. Hal ini terjadi dalam bom atom. Agar pembelahan inti
dapat menghasilkan reaksi rantai, bahan pembelahan ini harus cukup besar

sehingga neutron yang dihasilkan dapat tertahan dalam cuplikan itu. Jika
cuplikan terlampau kecil, netron akan keluar sehingga tidak terjadi reaksi rantai.
Pembelahan inti selalu menghasilkan energy kira-kira 200 MeV pada
setiap pembelahan inti. Energy yang dihasilkan pada pembelahan 235 gr
uranium-235 ekivalen dengan energy yang dihasilkan pada pembakaran 500 ton
batubara.
Pembelahan inti seperti inilah yang menyebabkan bencana di Hiroshima
dan Nagasaki, dan merenggut nyawa puluhan ribu orang. Sejak momen pertama
bom atom dijatuhkan di Hiroshima oleh Amerika Serikat dalam Perang Dunia II,
tahun 1945, dan setelahnya, diperkirakan 100.000 orang mati. Satu bom lagi
yang dijatuhkan Amerika di Nagasaki tiga hari setelah bencana di Hiroshima
menyebabkan kematian 40.000 orang tepat pada saat peledakan. Kekuatan
yang dilepaskan inti di samping menyebabkan kematian banyak orang, juga
menghancurkan area pemukiman yang luas, dan radiasinya menimbulkan
banyak penyimpangan genetik yang tidak bisa diperbaiki dan masalah psikologis
di pemukiman yang tersisa, yang kelak akan mempengaruhi generasi berikutnya.

Soal-Soal Reaksi Inti


1.a. Hitung harga Q untuk reaksi inti :
2

H + 63Cu

n + 64Zn

b. Deutron dengan energi 12,00 MeV ditembakkan pada sasaran

63

Cu, dan

amati adanya neutron yang keluar dengan energi kinetik 16,85 MeV. Tentukan
energi kinetik 64Zn.
Jawab :
a. Massa atom bisa diperoleh dari tabel :
2

H : 2,014 102 sma.

63

Cu : 62,929 599 sma

n : 1,008 665 sma.


64

Zn : 63,929 145 sma.

Energi reaksi Q bisa dihitung dengan persamaan :


Q = [ (mH + mCu) (mn + mZn)] x 931,5 MeV/sma

Q = [( 2,014 102 + 62,929 599) (1,008 665 + 63,929 145)] sma x 931,5
MeV/sma
= (0,5891 sma) x 931,5 MeV/sma = 5,487 MeV.
b. Diketahui KH = 12,00 meV, Kn = 16,85 MeV.
Energi kinetik Zn (KZn) bisa dihitung :
Q = Kn + KZn - KH
KZn = Q + KH Kn
= (5,487 + 12,00 -16,85) MeV
= 0,637 MeV.
2.Hitung nilai Q reaksi-reaksi berikut :
150
62

Sm (p, )

147
52

Pm

Jawab :
Q = [ 149, 917276 u + 1,007825 u ( 146,915108 u + 4,002603 u)] (931,5
Mev/u)
= 6,88 MeV.

Anda mungkin juga menyukai