Anda di halaman 1dari 18

REAKSI INTI

NURLELA, M.SI

M ATA K U L I A H : K I M I A I N T I D A N R A D I O K I M I A
F M I PA , U N I V E R S I TA S N U S A B A N G S A
PENDAHULUAN

• Reaksi inti merupakan suatu proses interaksi, yang


berlangsung dalam waktu ≤ 10-12 detik, antara inti atom
sasaran (biasanya dalam keadaan diam disebut sebagai
inti target) dengan inti lain yang umumnya lebih ringan
atau foton berenergi kinetik tinggi (disebut proyektil),
sehingga menghasilkan suatu transformasi pada inti
sasaran tsb.
• Reaksi inti yang berlangsung secara alamiah antara lain
diyakini terjadi di dalam matahari atau bintang-bintang
sebagai reaksi fusi termonuklir, dan reaksi pembentukan
14C di atmosfir.
NOTASI REAKSI INTI

• Suatu reaksi inti dapat dinyatakan dengan suatu


persamaan reaksi, yang menyatakan karakteristik inti
sasaran X, partikel penembak a (proyektil), partikel yang
dilepaskan b(ejektil) dan inti hasil reaksi Y, sebagai:
A1 A2 A3 A4
Z1 X + Z2 a → Z3 b + Z4Y
• Jika a dan b berbeda, reaksi dapat ditulis dalam notasi
Bethe:
A1X (𝑎, 𝑏) A4Y

Contoh:
23Na 𝑛, γ 24Na
14N (α, 𝑝) 17O
133Cs (α, 4𝑛) 133La
NOTASI REAKSI INTI
JENIS-JENIS REAKSI INTI

Berdasarkan jenis proyektil dan ejektil, jenis reaksi inti


dinamakan sebagai berikut:
(i) reaksi foto nuklir, jika a = foton, b = partikel
(ii) reaksi penangkapan partikel-pemancaran radiasi, a =
partikel, b = γ
(iii) reaksi penguapan (evaporasi), a = satu partikel, b =
partikel, lebih dari satu
(iv) reaksi spallasi, a= satu partikel, b = lebih dari satu jenis
partikel dan banyak
(v) reaksi pelucutan (stripping), a = ion berat, b = partikel
atau atom, dan massa atom Y>massa atom X
ENERGETIKA REAKSI INTI

• Suatu reaksi inti seperti halnya reaksi kimia, selalu


disertai dengan pelepasan atau penyerapan energi yang
dinyatakan dengan huruf Q di sebelah kanan persamaan
reaksi.
• Bila reaksi melepaskan energi, nilai Q positif, disebut
reaksi eksoergik. Reaksi yang menyerap energi disebut
reaksi endoergik, nilai Q negatif.
• Nilai Q reaksi pada reaksi inti adalah ekivalen dengan
entalpi reaksi pada reaksi kimia, tetapi dengan
perjanjian tanda yang berbeda dan nilai Q reaksi
dinyatakan per inti yang bereaksi bukan per mol seperti
lazimnya nilai entalpi pada reaksi kimia.
ENERGETIKA REAKSI INTI

• Nilai Q reaksi dapat dihitung berdasarkan hukum kekekalan dan


kesetaraan massa dengan energi. Misal:
27 4 30 1
13Al + 2He → 15P + 0n + Q
• m 27Al + m 4He = m 30P + m n + Q
Q = (m 27Al + m 4He) − (m 30P + m n)
Q = Δm
• Dengan menggunakan data pada Tabel Nuklida (Lampiran A):
m 27Al = 27 sma – 17,194 MeV
m 30P = 30 sma – 20,204 MeV
m 4He = 4 sma + 2,425 MeV
m n = 1 sma + 8,071 MeV
Q = (27 sma – 17,194 MeV + 4 sma + 2,425 MeV)-(30 sma – 20,204 MeV + 1 sma + 8,071 MeV)
= - 2,636 MeV
ENERGI AMBANG REAKSI DAN ENERGI
PENGHALANG COULOMB
• Untuk berlangsungnya suatu reaksi inti, terutama reaksi yang
bersifat endoergik dan reaksi dengan proyektil partikel
bermuatan, terdapat energi ambang minimum tertentu yang
harus dimiliki proyektil tersebut.
• Untuk partikel bermuatan terdapat energi penghalang
Coulomb yang harus diatasi agar proyektil dapat memasuki
inti sasaran.
ENERGI AMBANG REAKSI

• Berdasarkan kekekalan momentum, untuk proyektil yang


berenergi kinetik Ta, bermassa m terhadap inti sasaran diam
yang bermassa M, maka energi yang dipergunakan untuk
M
energi reaksi adalah : Q = Ta
m+M
• Sehingga energi kinetik partikel α minimum adalah:
𝐦+𝐌
Ta = ( ) Q
𝐌
yang disebut sebagai energi ambang reaksi.
• Contoh: untuk reaksi 27Al (α,n) 30P yang memiliki energi
reaksi Q=-2,636 MeV, maka besarnya energi ambang reaksi
4+27
adalah: Ta = ( ) x 2,636 MeV = 3,027 MeV
27
ENERGI PENGHALANG COULOMB

• Partikel α sebagai proyektil bermuatan akan mengalami gaya


tolak Coulomb dalam memasuki inti sasaran. Besarnya energi
penghalang Coulomb untuk proyektil atom Z1, dengan jari-
jari inti R1 terhadap inti sasaran bernomor atom Z2 dan
berjari-jari R2, diungkapkan dengan persamaan:
𝑍1 𝑍2
Vc = 1,44
𝑅1 +𝑅2
Vc dinyatakan dalam satuan MeV
R1, R2 dalam satuan fermi
Untuk reaksi 27Al (α,n) 30P memiliki energi penghalang
Coulomb sebesar Vc=5,83 MeV.
MEKANISME REAKSI INTI

• Dalam proses interaksi proyektil dengan inti sasaran sampai


menjadi inti reaksi dan ejektil, dikenal dua teori mekanisme
reaksi yaitu:
(i) Interaksi reaksi langsung.
(ii) Interaksi pembentukan inti majemuk.
INTERAKSI REAKSI LANGSUNG

• Reaksi inti dengan proyektil berenergi kinetik tinggi (Ekin> 50


MeV sampai berorde GeV), tampaknya berlangsung secara
interaksi langsung.
• Pada interaksi tersebut sebagian besar energi proyektil
ditransfer langsung kepada satu atau beberapa nukleon
dalam inti sasaran yang dikenainya. Nukleon yang terkena
proyektil tersebut akan langsung terlempar keluar inti begitu
memperoleh tambahan energi yang cukup untuk mengatasi
energi penghalang nukleon keluar inti.
INTERAKSI REAKSI LANGSUNG
• Hasil interaksi langsung dapat berupa campuran pelbagai nuklida,
misalnya penembakan tembaga dengan proton berenergi 5,7 GeV
dapat menghasilkan nuklida-nuklida bernomor massa 60 sampai
dengan 15 dengan yield semakin kecil dengan berkurangnya nomor
massa.
• Beberapa contoh reaksi inti mengikuti mekanisme interaksi
langsung adalah reaksi-reaksi dengan partikel bermuatan atau ion
berat berenergi tinggi. misalnya:
- reaksi (d,p), (d,n)
- reaksi pelucutan (stripping):
27Al + 16O  38K, 34Cl, 32P, 24Na

- reaksi spallasi:
63Cu (p, p 3n 9α) 24Na
79Br (p, p 7n 7α) 44Se
INTERAKSI PEMBENTUKAN
INTI MAJEMUK
• Mekanisme reaksi ini diusulkan Bohr pada tahun 1936
didasarkan pada model tetes cairan. Bohr membayangkan
dari hasil interaksi proyektil dengan inti sasaran, sebelum
terjadi hasil reaksi, terbentuk inti gabungan proyektil-inti
sasaran yang disebut sebagai inti majemuk.
• Prosesnya terdiri atas 2 tahap:
1. Pembentukan inti majemuk
2. Peluruhan inti majemuk
INTERAKSI PEMBENTUKAN
INTI MAJEMUK

1. Pembentukan inti majemuk


Di bawah kondisi yang sesuai, proyektil dan inti sasaran
bergabung membentuk inti majemuk C*
24Mg + α  28Si*

60Ni + α  64Zn*
INTERAKSI PEMBENTUKAN
INTI MAJEMUK
2. Peluruhan inti majemuk
Inti majemuk berada pada tingkat tereksitasi yaitu jumlah energi
pengikat proyektil dalarn inti majemuk clan energi kinetik
proyektil pada sistem pusat massa (CMS). Energi kinetik
proyektil didistribusikan kepada nukleon dalam inti majemuk
secara acak.
Waktu pendistribusian tersebut (t = 2R/v) yaitu waktu yang
diperlukan proyektil berkecepatan v melewati diameter (2R) inti
sasaran.
Rentang waktu pendistribusian energi kinetik proyektil tersebut
berkisar antara 10-21 - 10-17 s diacu sebagai waktu alamiah nuklir.
Hasil distribusi energi eksitasi inti majemuk secara acak, pada
suatu waktu tertentu dapat menghasilkan satu nukleon atau
kelompok nukleon menjadi berenergi lebih besar dari energi
pengikat nukleon, sehingga satu atau kelompok nukleon
tersebut berhasil memisahkan diri dari inti majemuk dan
menjadi ejektil dalam reaksi inti tersebut.
INTERAKSI PEMBENTUKAN
INTI MAJEMUK

63Zn +n
60Ni +α
64Zn* 63Zn + 2n
63Cu +p
62Cu +p+n
ENERGI EKSITASI INTI MAJEMUK
• Energi eksitasi pada inti majemuk herasal dari dua sumber, yaitu:
(i). energi kinetik proyektil
(ii). energi pengikat partikel dalam inti majemuk
• Misalnya, energi eksitasi pada inti majemuk 14C* yang terbentuk
dari reaksi penembakan inti 10B dengan partikel α berenergi 20
MeV dapat dihitung sebagai berikut:
(i) energi eksitasi yang berasal dari energi kinetik partikel α 20 Me
10
V yang menumbuk 10B pada CMS adalah x 20 MeV = 14,286
14
MeV
(ii) energi pengikat α dalam 14 C* adalah:
[ m (10B) + m (4He) - m (14C)] = (10 sma +12,052 MeV) +(4 sma
+2,425 MeV) - (14 sma +3,020MeV) = 11,457 MeV
• Maka energi eksitasi 14C* di atas adalah (14,286 +11,457) MeV =
25,743 MeV

Anda mungkin juga menyukai