Anda di halaman 1dari 10

REAKSI INTI MODUL 6

PENDAHULUAN

Dalam modul ini anda akan mempelajari reaksi inti, jenis-jenis reaksi inti,
hamburan elastis, hamburan inelastik, hamburan photonuklir, tangkapan
radioaktif, reaksi inti spesial, inti gabungan, pembentukan radioisotop dalam
reaksi inti, kinematika reaksi energi rendah, energi ambang reaksi inti, fisi inti,
dan fusi inti. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan memiliki
kemampuan untuk dapat:
1. Menjelaskan reaksi inti
2. Menjelaskan jenis-jenis reaksi inti
3. Menjelaskan hamburan elastis
4. Menjelaskan hamburan inelastik
5. Menjelaskan hamburan photonuklir
6. Menjelaskan tangkapan radioaktif.
7. menjelaskan reaksi inti spesial
8. menjelaskan inti gabungan
9. Menjelaskan pembentukan radioisotop dalam reaksi inti
10. Menjelaskan kinematika reaksi energi rendah
11. Menjelaskan energi ambang reaksi inti
12. Menjelaskan fisi inti
13. Menjelaskan fusi inti

Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa atau sederajat karena materi
ini sangat dasar dalam pembelajaran fisika modern. Sebagai calon Guru dapat
mengembangkan materi ini sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan. Agar
anda lebih berhasil mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar berikut ini:
1. Baca dan pahami konsep dasar materi ini, lalu kaitkan dengan kehidupan
nyata.
2. Tulis peta konsep tentang materi tersebut, lalu coba jelaskan dengan kata-
kata sendiri.
3. Kerjakan soal-soal latihan dengan tuntas.
4. Jika ada soal yang belum bisa dikerjakan, coba perhatikan rumus dasar
tentang materi tersebut.
5. Mantapkan pemahaman anda, dengan cara berdiskusi dengan teman
sejawat.
Kegiatan Belajar 9
REAKSI INTI

Pendahuluan

Reaksi inti adalah transformasi inti, sebagai akibat ditembaki oleh suatu projektil,
yang dapat berupa inti-inti ringan, nukleon bebas, atau foton dengan energi yang
sesuai. Reaksi inti berlangsung sangat cepat, dalam waktu 10-12 detik atau kurang,
menghasilkan satu atau lebih inti baru dan mungkin juga partikel lain.

Reaksi inti dinyatakan dengan suatu persamaan, yang menyeimbangkan antara


pereaksi dengan hasil reaksi. Bertindak sebagai pereaksi adalah inti sasaran
(target) dan projektil, sedangkan hasil reaksi adalah inti baru yang terbentuk dan
partikel yang dibebaskan. Untuk menyederhanakan persamaan, nomor atom Z
dapat tidak dituliskan, karena Z bersifat khas bagi masing-masing unsur maupun
partikel. Dengan demikian secara umum bentuk persamaan reaksi inti adalah :
A1 A2 A3 A4
X + a b + Y
Target projektil partikel hasil inti baru (hasil)

Menurut Bethe, suatu persamaan reaksi inti secara sederhana dinyatakan dengan
notasi :
A1
X (a,b)A4Y
Dimana X menyatakan inti sasaran, a adalah partikel penembak (projektil atau
misil), b adalah partikel yang dibebaskan dalam reaksi dan Y adalah inti hasil atau
recoil. Disini, inti sasaran dituliskan pertama dan inti hasil terakhir, sedangkan
projektil dan partikel yang dibebaskan diletakkan di dalam tanda kurung dan
dipisahkan dengan koma.
35
Contoh : Cl (n,p) 35S
23
Na (n, ) 24Na
24
Mg (d,) 22Na
63
Cu (p,p3n9) 24Na.
Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali diamati (oleh Rutherford pada
tahun1919) adalah
71 N 11 H 178 O atau 147 N (,p) 178 O
14 4
2 He

10.1 Jenis-jenis Reaksi Inti

Suatu cara untuk menyerdahanakan penamaan reaksi inti hanyalah dengan


menyebutkan (a,b) pada inti sasaran. Jadi, untuk reaksi 35Cl (n,p) 35S, disebut
reaksi (n,p) pada 35Cl.
Berdasarkan sifat-sifat dari a dan b maka reaksi-reaksi inti dibedakan ke dalam
beberapa jenis seperti diuraikan berikut ini.
10.1.1 Hamburan Elastis
pada penembakan inti, dimana hasilnya a = b dan X = Y, disebut peristiwa
hamburan elasti. Partikel penembak menumbuk inti sasaran, ia kehilangan
sebagian energi kinetiknya, yang dialihkan paad inti sasaran. Tidak terjadi
perubahan energi potensial total, dan energi kinetiknya kekal.
Jumlah energi yang ditransfer ke inti sasaran dapat dihitung dengan rumus :
4 m M sin 2
EM 2 Em
(m M)2
dimana Em adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa m,
dan EM adalah energi kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan massa M.
Teta () adalah besar sudut penyimpangan dari arah datang semula dengan arah
setelah menumbuk inti sasaran.
Hamburan elastik digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di
dalam reaktor nuklir.

10.1.2 Hamburan Inelastik


Suatu proses penghamburan dianggap inelastik jika sebagian energi kinetik
partikel misil digunakan untuk menaikkan energi potensial inti asasaran,antara
lain berupa eksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi. Dalam kasus ini energi
kinetik sistem tidak kekal.
Contoh :
107
Ag (n,n)107mAg IT 107
Ag
44,3 detik

10.1.3 Reaksi Photonuklir


Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon berenergi tinggi (>1
MeV) dipandang sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam reaksi ini a = dan b
lebih sering adalah n atau p dan bila menggunakan photon dengan energi sangat
tinggi maka b kemungkinan besar adalah d, t atau atau bahkan campuran
partikel-partikel.

10.1.4 Tangkapan Radiaktif


Bila partikel misil diserap oleh inti sasaran, inti sasaran tereksitasi yang kemudian
memancarkan radiasi satu atau lebih photon gamma (). Reaksi yang paling umum
adalah (n, ), dimana hasilnya adalah isotop dari inti sasaran yang massanya satu
satuan massa lebih besar.
Contoh : 23Na (n, ) 24Na, 31P (n, ) 32P, 179Au (n, ) 180Au

Selain reaksi (n, ) ada pula reaksi (p, ), tetapi disini inti hasilnya bukan isotop
dari inti sasaran.
Contoh : 19F (p, ) 20Ne, 27Al (p, ) 28Si
Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n,p), (p,n), (n, ), (,n), d,p), (d,n), (,t).

10.1.5 Reaksi inti spesial


Dalam reaksi-reaksi yang telah disebutkan terdahulu, perbedaan massa inti
sasaran dengan inti hasil hanya satu atau beberapa unit massa. Ada sejumlah
reaksi inti yang mengakibatkan inti sasaran tersobek-sobek atau terpecah menjadi
dua bagian yang massanya lebih kurang sama. Masuk dalam kelompok reaksi
demikian adalah :
a. Penguapan (evaporation), yaitu bila berbagai nukleon dan atau gabungan
nukleon seperti partikel alpha meninggalkan inti sasaran. Contoh 27Al
(d,p) 24Na.
b. Spalasi, yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah
besar nukleon dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti
sasaran. Contoh 63Cu (p,p3n9) 24Na.
c. Fisi, yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara
lain, membelah menjadi dua bagian yang massanya seimbang. Contoh :
235 236 * 137
U + n U Te + 97Zr + 2n
Probabilitas reaksi reaksi dapat pula dinyatakan sebagai probabilitas untuk
menemukan partikel b pada partikel datang a atau I . Persamaan rumusnya
Io
adalah
I N

Io A
dimana = luas efektif dan N = jumlah inti atom.

10.2 Inti Gabung

Neutron tidak bermuatan dan memiliki momen magnetik yang sangat kecil,
sehingga dalam perjalanannya neutron tidak berinteraksi dengan elektron atomik,
tetapi hanya berinteraksi dengan intinya. Neutron dapat berinteraksi dengan inti
secara elastis (energi kinetiknya kekal) atau secara tak elastis. Jika tumbukannya
tak elastis, inti ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi, kemudian energi
eksitasinya dikeluarkan dalam peluruhan gamma.
Tidak setiap gabungan neutron dan proton menjadi sebuah inti mantap. Pada
umumnya, inti ringan (A<20) mengandung jumlah neutron dan proton yang
hampir sama, sedangkan pada inti , berat proporsi neutron bertambah besar.

Karena partikel alfa terdiri dari dua proton dan dua neutron, peluruhan alfa
mereduksi Z dan N inti induk, masing-masing dengan dua. Dalam peluruhan beta
negatif, neutron bertransformasi menjadi proton dan elektron :
no p+ + e-
elektronnya meninggalkan inti dan teramati sebagai partikel beta. Dalam
peluruhan beta positif, sebuah proton menjadi sebuah neutron dan sebuah positron
dipancarkan :
p+ no + e-
Jadi, peluruhan beta negatif mengurangi proporsi neutron, dan peluruhan beta
positif menambahnya. Elektron diabsorpsi oleh proton nuklir yang
bertransformasi menjadi neutron :
P+ + e- no
Salah satu contoh dari reaksi inti gabung adalah sebagai berikut :
Z X N 2 He 2 X n
A 4 '

Makin banyak energi yang diberikan pada inti, semakin banyak neutron yang kita
dapati melingkari inti.
p + 63Cu 63
Zn + n
62
Zn Cu + n + p
+ Ni
60 62
Zn + 2n

10.3 Pembentukan Radioisotop dalam Reaksi Inti

Aktivitas sebuah sampel nuklide radioaktif ialah laju perubahan inti atom
pembentuknya jika N menyatakan banyaknya inti dalam sampel pada suatu saat,
aktivitasnya R ialah sebagai berikut :
dN
R
dt
Tanda minus dipakai supaya R menjadi kuantitas positif karena dN/dt secara
intrinsik berharga negatif. Setiap radioisotop memiliki umur-paro karakteristik,
beberapa memiliki umur-paro sepersejuta detik. Hukum aktivitas :
R = Ro e-t
Dengan disebut sebagai konstan peluruhan, mempunyai harga yang berbeda
untuk setiap radioisotop. Hubungan antara dengan T1/2 adalah mudah untuk
menentukannya. Kemudian umur-paro akan berlalu, yaitu apabila t = T1/2,
aktivitas R telah menurun menjadi Ro.
Jadi :
R = Ro e-t
-T1/2
Ro = Ro e
T1/2
e = 2
T1/2 = ln 2
ln2 0,693
T1/2 =

Hukum aktivitas empiris didapatkan langsung dari anggapan peluang masing-


masing inti isotop tertentu untuk meluruh per satuan waktu ialah konstan .
Karena adalah peluang per satuan waktu. dt adalah peluang setiap inti untuk
meluruh dalam selang waktu dt. Jika sampel itu mengandung N inti yang belum
meluruh, banyaknya inti dN yang meluruh dalam selang waktu dt ialah perkalian
antara banyaknya inti N dan peluang dt untuk masing-masing inti meluruh dalam
selang waktu dt. Ini berarti,
dN = - Ndt
tanda minus diperlukan, karena N berkurang ketika t bertambah. Persamaan diatas
dapat ditulis
dN
dt
N
masing-masing ruas dapat diintegrasi :
N dN t
No N 0 dt
ln N ln No = -t
N = Noe-t
Rumus-rumus diatas dapat juga dituliskan :
dN = Rdt - Ndt
dN
R N
dt
dimana R = laju tetap
0,693
= tetapan peluruhan =
t 1/2
R
N(t) = (1 e t )

Sehingga aktivitasnya
a(t) = N = R (1 e-t)
untuk t yang harganya kecil maka
a(t) Rt atau
m
R = N A dengan = fluks neutron
M

10.4 Kinematika Reaksi Energi Rendah

Dalam reaksi inti, energi seringkali dilepaskan atau diserap. Suatu reaksi melepas
energi berarti energi kinetik partikel-partikel setelah reaski lebih besar dari energi
kinetik partikel-partikel sebelum reaski. Penambahan energi ini datang dari
pengubahan energi diam menjadi energi kinetik. Jumlah energi yang dilepas
diukur oleh nilai Q reaksi inti, yang didefinisikan sebagi selisih antara energi
kinetik akhir dan awal.
Dalam sistem laboratorium, energi kinetik total timbul dari partikel datang saja :
1
Klab = m A V 2 (energi kinetik dalam sistem lempengan)
2
Dalam sistem pusat massa, kedua partikel bergerak dan memberikan kontribusi
pada energi kinetik total.
Kcm = mA (v-V)2 + mB V2
= mAv2 - (mA mB) V2
= K - (mA - mB) V2
mB
= K lab (energi kinetik dalam sistem pusat massa)
mA mB
Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi kinetik
total dalam sistem laboratorium dikurangi energi kinetik (mA + mB)V2 dari
pusat massa yang bergerak. Jadi dapat dianggap bahwa Kcm sebagai energi kinetik
gerak relatif partikel itu. Jika partikel bertumbukan, energi kinetik maksimum
yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari inti majemuk yang terjadi dengan
tetap mempertahankan kekekalan momentum ialah Kcm yanng lebih kecil dari
Klab.

Harga Q suatu reaksi nuklir :


Q = [(mA + mB) - (mC + mD)] c2
= [(mA + mB mC mD)]c2
Jika Q merupakan kuantitas positif, energi dilepaskan oleh reaksi itu. Jika Q
kuantitas negatif energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup besar harus
diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga
Kcm + Q 0

10.5 Energi Ambang Reaksi Inti

Untuk reaksi-reaksi eksoergik, nampaknya tidak diperlukan nilai ambang, tetapi


sering di dalam praktek menghadapi energi penghalang tertentu terdapat energi
ambang minimum.

Dalam hal reaksi endoergik, energi ambang sekurang-kurangnya sama dengan Q.


m
Ini harus dalam bentuk energi kinetik projektil. Fraksi Ea , energi kinetik
m M
projektil diperlukan untuk translasi inti senyawa.

Dengan demikian suatu reaksi hanya akan berlangsung apabila :


m
m M Ea Q

Atau energi ambang Eo (1 +m/M)Q
Jadi, bila detron dipercepat dengan energi 8 MeV, menumbuk inti Mg, maka
energi yang tersedia untuk mempengaruhi reaksi inti 24Mg (d,)22 Na, hanya ada
sebesar
24
2 24 8 7,38 MeV yang sama dengan energi kinetik pada CMS.

10.6. Fisi Inti

Salah satu reaksi inti yang paling praktis adalah pembentukan inti majemuk
apabila sebuah inti dengan A > 230 menyerap sebuah neutron. Kebanyakan inti
majemuk ini kemudian akan membelah diri ke dalam dua fragmen (fragment) inti
bermassa sedang (medium-mass) dan neutron tambahan. Jenis reaksi inti ini
disebut fisi inti (nuclear fission).

Dalam sebuah reaktor atom, jumlah fisi per satuan waktu dikendalikan oleh
penyeraan kelebihan neutron, sehingga secara rata-rata, satu neutron dari tiap-tiap
fisi
Menghasilkan suatu fisi baru. Panas yang dibebaskan oleh reaksi inti ini kemudian
digunakan untuk menghasilkan uap air guna membangkitkan turbin pembangkit
tenaga listrik. Jika reaksinya tak terkendali, sehingga tiap fisi menghasilkan lebih
dari satu neutron yang kemudian masing-masing memungkinkan terjadinya fisi-
fisi berikutnya, maka jumlah fisi yang terjadi akan meningkat sesuai dengan deret
ukur. Akibatnya, semua energi sumber akan terbebaskan dalam selang waktu yang
sangat singkat, sehinggga menimbulkan ledakan bom nuklir.

Salah satu reaksi fisi yang khas adalah :


235 1
236

92 U 0 n 92 U * Z1 X Z2 Y 0 n
A1 A2 1

Dengan Z1 + Z2 = 92, A1 + A2 + = 236, dan sebuah bilangan bulat.


Perbandingan masa antara fragmen-fragmen, M1/M2, secara eksperimen diperoleh
kurang lebih 3/2. Bilangan yang menyatakan jumlah neutron yang dibebaskan
dalam fisi sebuah unsur atau inti tertentu bergantung pada fragmen-fragmen akhir
yang dihasilkan.
N
Inti majemuk semula
N=Z

Fragmen-fragmen
fisi

inti-inti stabil

10.7 Fusi Inti

Reaksi fusi (fusion) adalah suatu reaksi iti ketika dua inti atau inti-inti yang relatif
ringan (A < 20) bergabung membentuk suatu inti yang lebih berat, dengan hasil
pembebasan energi. Salah satu contoh reaksi fusi adalah pembentukan sebuah
detron dari sebuah proton dan sebuah neutron :
1 H 0 H 1 H
1 1 2
Q = 2,23 MeV
Reaksi fusi yang lainnya adalah pembentukan sebuah partikel oleh fusi dua
buah detron.
1 H 1 H 2 He s
2 2 4
Q = 2,23 MeV
Meskipun energi-energi ini lebih kecil dari yang dibebaskan dalam suatu reaksi
fisi khas ( 200 MeV), tetapi energi per satuan massanya lebih besar sebab massa
partikel-partikel yang terlibat lebih kecil.

Pembebasan energi dalam fusi menunjukkan bahwa untuk inti-inti ringan, energi
ikat per nukleon (partikel inti) pada umumnya meningkat dengan bertambahnya
nomor massa A. Sebagai akibatnya, inti yang lebih berat yang dibentuk dari dua
inti yang lebih ringan memiliki energi ikat per nukleon yang lebih besar dari yang
dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat per nukleon yang lebih
besar dari yang dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat yang lebih
tinggi berarti massa diam yang bersangkutan lebih rendah.

Soal-soal
1. p + 56Fe n + 56Co
Sasaran (tebal lempeng) 1 m. = 1,0 cm, I = 3 A. Jika berkasnya tersebar
merata pada seluruh permukaan bahan sasaran, dengan laju berapakah berkas
neutron dihasilkan? Diketahui besi = 7,9 gram/cm3
v sasaran = 1 cm x 1,0 cm x 1 m = 1 x 10-4 cm3
Jawab :
m
sehingga m = x v.
v
m = 7,9 x 10-4 gram (massa sasaran)
gram 7,9x10 4
n 1,4x10 5 mol
Mr 56
N = n x NA
= 1,4 x 10-5 x 6,02 x 1023
= 8,428 x 1018 partikel
3 x 10 6 c/s
Io 19
1,9 x 1013 partikel/s
1,6 x 10 c/partikel
N Io
I 9,7 x 10 7 partikel/s
A
2. Berapakah aktivitas 1gram 2268 Ra , yang waktu paruhnya adalah 1622 tahun?
Jawab :
Jumlah atom dalam 1 gram radium adalah
1 g/mol 2,666 x 10 21
N 1 gram 6,025 x 10 23 atom
226 gram g/mol
m Tetapan peluruhan berhubungan dengan waktu hidup melalui
0,693 0,693 1 tahun 1 hari
1,355 x 10 11 s 1
1622 tahun 365 hari 8,64 x 10 detik
4
T1/2
maka aktivitasnya diperoleh dari
aktivitas = N
= (1,355 x 10-11 s-1) ( 2,666 x 1021)
= 3,612 x 1010 disintegrasi/s
3. Tunjukkan bahwa inti 236 94 Pu adalah tak stabil dan akan mengalami peluruhan

.
94 Pu 92 U 2 He Q
Agar inti 236 232 4

Maka nilai Q-nya harus positif. Pemecahan untuk Q memberikan


Q = (MPu - MU MHe ) c2
= (236,046071 u - 232,037168 u - 4,002603 u) (931,5 MeV/u)
= 5,87 MeV
Oleh karena itu, inti 23694 Pt dapat, dan memang pada kenyataannya, mengalami

peluruhan secara spontan.


4. Dalam proses fisi sebuah inti 235 92 U lewat penyerapan neutron membebaskan
energi
yang dapat dimanfaatkan sekitar 185 MeV. Jika 235 92 U dalam sebuah reaktor
secara
terus-menerus membangkitkan daya sebesar 100 MW, berapakah waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan 1 Kg uranium?
Laju fisi yang berkaitan dengan keluaran daya yang diberikan ini adalah :
8 J 10 1Fisi
6 MeV
18 fisi
10
19J 3,38 x10
det 1,6 x10 185MeV det
235
Satu Kg U mengandung
1Kg int i
6,023x10 26 2,56 x10 inti
24

235 Kg / Kmol kmol


Dengan demikian ia akan terpakai habis dalam waktu
2,56 x10 24
t= 18 1
7,58 x10 5 det 8,78
3,38 x10 det
5. Berapakah energi maksimum elektron yang dipancarkan dalam peluruhan
dari 13 H ?
Reaksinya adalah :

3
1 H 23 He e v
Q = (MH MHe)c2
= (3,016050 u 3,016030 u) (931,5 MeV/u)
= 0,0186 MeV = KHe + Ke + Kv
Karena massa netrino nol dan MHe >> Me, maka energi kinetik inti He dapat
diabaikan, sehingga energi sebesar 0,0186 MeV dibagi antara elektron dan
netrino.
Apabila energi netrino adalah nol, maka energi kinetik elektron dan memiliki
nilai
maksimum, yaitu 0,0186 MeV.

Anda mungkin juga menyukai