Anda di halaman 1dari 15

Minoritas Agama Hindu di Lingkungan Tembokrejo Muncar

Makalah Sosiologi untuk memenuhi tugas mata Kuliah Sosiologi yang di bina oleh
Bapak I Wayan Pardi, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2 :


 Defi Anggraeni (51181850)
 Saifur Rijal (51181860)
 Septiana Mega Saputri (51181857)
 Rizka Kurnia Sandy (51181847)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI SEJARAH
NOVEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Dimana makalah
ini membahas tentang Minoritas Agama Hindu di Lingkungan Tembokrejo Muncar.
 Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
.Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pemahaman kami tentang minoritas agama
hindu bertambah..
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sebagai acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

                                                              Banyuwangi, 2 November 2018


                                                                                     Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Gambaran umum Pura Agung Blambangan dan Agama Hindu..............................2
B. Cara menjaga toleransi sesame umat beragama.......................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

LAMPIRAN………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitanya, karena agama
sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup.
Di Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Banyuwangi terdapat banyak bermacam-
macam agama yaitu Islam, hindu, Kristen protestan, katholik, budha,dan konghucu. Dalam
bermacam-macam agama tersebut terdapat agama mayoritas (islam) dan minoritas (hindu,
Kristen protestan, katholik, budha,dan konghucu) yang tersebar luas di wilayah kabupaten
Banyuwangi.
Di Kabupaten Banyuwani tepatnya di Kecamatan Muncar khususnya di lingkungan
Tembokrejo terdapat salah satu agama minoritas yaitu Hindu. Agama hindu merupakan
lanjutan dari agama Weda yang berasal dari India. Agama hindu adalah salahsatu agama
atau aliran kepercayaan yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakat Kabupaten
Banyuwangi salah satunya di kecamatan muncar khususnya di Desa Tembokrejo, dimana di
desa tembok rejo tersebut terdapat sebuah tempat peribadahan umat agama hindu yang di
sebut dengan Pura Agung Blambangan. Di mana pada makalah ini akan kita bahas tentang
gambaran umum agama hindu yang ada di Desa Tembokrejo.
Alasan kami meneliti di tepat ini karena Desa Tembokrejo merupakan salah satu
tempat di Banyuwangi yang dimana memiliki etnik minoritas yang beragama hindu dan
tempat ini merupakan tempat yang strategis bagi kelompok kami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum tentang Agama Hindu di lingkungan Tembok Rejo ?


2. Apa cara atau strategi yang di gunakan agama hindu dalam menjaga toleransi
atau keharmonisan sesama umat beragama maupun berlainan agama ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang agama hindu melalui 7 unsur
kebudayaan.
2. Untuk mengetahui cara menjaga keharmonisan di dalam umat beragama.
3. Untuk menambah ilmu dan wawasan kita tentang agama hindu.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Pura Agung Blambangan dan Agama Hindu

Agama hindu adalah agama tertua di dunia. Kata hindu berasal dari nama
sungai sindhu atau indus yang terletak di Negara Pakistan. Agama hindu di sebut
pula (hindhuisme).
Di kabupaten banyuwangi khususnya di lingkungan Desa Tembokrejo
kecamatan muncar terdapat agama hindu yang terlerletak di tengah-tengah
mayoritas umat agama islam. Umat agama hindu di Desa Tembokrejo biasa
melakukan peribadahan di Pura Agung Blambangan yang ada di Desa Tembokrejo
kecamatan Muncar itu sendiri.. Pura Agung Blambangan di Desa Tembokrejo,
Kecamatan Muncar, merupakan pura terbesar dari 92 buah pura lainnya yang ada di
Banyuwangi, Jawa Timur. Kawasan suci seluas1.375 m 2 ini diresmikan bertepatan
dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu, 28 juni 1980.
Nama Pura Agung Blambangan, lanjutnya, dilatarbelakangi oleh sejarah
perkembangan agama Hindu di Jawa Timur, di mana pada bagian Timur dari zaman
Kerajaan Majapahit, wilayah ini telah disebut Blambangan. Dikatakannya,
masyarakat setempat meyakini tempat di sekitar Desa Blambangan adalah pusat
Kerajaan Blambangan. Keyakinan ini dikarenakan terdapat penemuan peninggalan
sejarah mengenai Kerajaan Blambangan. Selain itu, lanjutnya, terdapat pula situs
Umpak Songo yang hanya berjarak satu kilometer arah timur Pura Agung
Blambangan,Banyuwangi. Zaman dahulu, banyak warga menemukan benda-benda
sejarah ketika menggali tanah di sekitar lokasi, seperti genta kuningan dan berbagai
perabot terbuat dari keramik China. Ada juga pernah menemukan arca dan berbagai
benda bertuah lainnya.
Dahulu tempat persembahyangan tidak langsung berada di pura ini melainkan
berada di situs Umpak Songo yang berjarak kurang lebih 1 Km dari pura, dahulu
para tokoh di pura menginginkan pembangunan pura di situs umpak songo tahun
sekitar 1984-1985, di karenakan Umpak Songo adalah situs purbakala pemerintah
tidak memperkenankan untuk membangun pura disana. Akhirnya para tokoh di pura
mencari solusi tempat nyaman untuk melakukan persembahyangan akhirnya Kepala
Desa pada saat itu bapak Sutaham menawarkan tanah untuk mendirikan pura.
Pembangunan Pura Agung Blambangan tidak serta merta seperti sekarang
pembangunan pura dilakukan sedikit demi sedikit dengan bantuan pemerintah
Kabupaten Banyuwangi, hasil gotong royong dari masyarakat bali yang datang ke
pura agung Blambangan, dan masyarakat jawa sekitar pura. Di Desa Tembokrejo
terdapat 7 Kartu keluarga (7kk) masyarakat hindu yang ada di desa Tembokrejo

2
Di dalam pura aggung blambangan terdapat tiga bagian yaitu: Mandala utama,
Mandala tengah, dan Mandala jabe(luar pura).
Sembahyang atau ibadat adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang
menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib
yang dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat
dilakukan secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama,
sembahyang dapat melibatkan nyanyian berupa himne, tarian, pembacaan naskah
agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan, dari orang yang berdoa.
sembahyang terdiri dari dua suku kata yaitu Sembah dan Hyang. Sembah yang
artinya “sujud atau sungkem” yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan
tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan
ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan). Hyang artinya
“yang dihormati atau dimuliakan” sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu.

Dalam persambahyangan umat hindu mereka menggunakan bahasa tersendiri


yaitu sanskerta. Dalam agama hindu terdapat berbagai macam persembahyangan,
doa (Sanskerta: prārthanā) atau puja. Dilakukan berdasarkan beberapa hari suci
dalam agama Hindu atau pemujaan pada dewa atau arwah yang dihormati.
Persembahyangan dapat dilakukan dalam kuil keluarga maupun pura di
lingkungannya. Ritual terkadang melibatkan api atau air sebagai lambang kesucian.
Pembacaan suatu bait mantra terus menerus dengan notasi dan waktu tertentu, atau
juga meditasi dalam yang diarahkan pada dewa yang dituju. Pemujaan dalam Hindu
dapat ditujukan kepada arwah seseorang suci yang dimuliakan, dewata, salah satu
atau seluruh Trimurti; dewa tertinggi dalam Hinduisme perwujudan Tuhan, atau
meditasi untuk mencapai kebijaksanaan sejati, mencari ketiadaan tak berbentuk
seperti yang dilakukan para resi dan orang suci pada dahulu kala.

Sistem pengetahuan dalam umat hindu di antaranya Persiapan sembahyang


dan hari-hari besarnya meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir
seperti pakaian, bunga, dupa, sikap duduk, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Sedangkan persiapan bathin adalah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-
langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang (Sujana & Susila, 2002:27-28)
adalah sebagai berikut:
1. Asuci laksana, yaitu membersihkan badan dengan mandi.
2. Pakaian, hendaknya memakai pakaian sembahyang yang bersih serta tidak
mengganggu ketenangan pikiran dan sesuai dengan Desa Kala Patra
(waktu, tempat dan keadaan).
3. Bunga dan Kawangen, yaitu lambang kesucian sehingga diusahakan
memakai bungan yang segar, bersih dan harum.
4. Dupa, yaitu simbol Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada
Hyang Widhi.

3
5. Tempat duduk hendaknya tidak menggangu ketenangan untuk sembahyang
dan diusahakan beralaskan tikar dan sebagainya. Arah duduk adalah
menghadap pelinggih.
6. Sikap duduk
7. Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang adalah “cakupang kara
kalih”, yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-
ubun. Bunga atau kawangen dijepit pada ujung jari.

Perayaan Hari Raya Agama Hindu Di Bali

1. Hari Raya Galungan

Hari suci ini tiba setiap 6 bulan sekali (210 hari) yaitu pada hari
Budha (Rabu) Kliwon Dungulan untuk merayakan kemenangan kebajikan
(dharma) melawan kebatilan (adharma). Hari raya Galungan juga
dikatakan sebagai hari pawedalan jagat, sehingga wajib memuja Ida Sang
Hyang Widi atas terciptanya jaga semesta beserta isinya, dan
mengucapkan rasa terima kasih dengan ketulusan hati dan penuh kesucian
atas kemurahan yang telah diberikan. Pada hari ini juga para Dewa turun
ke dunia termasuk juga para Pitara yang merupakan leluhur kita. Dalam
rangkaian Hari Raya Galungan dikenal dengan hari raya Penyajaan,
Penyekeban, Penampahan baru kemudian puncaknya Galungan, setelah
Galungan dikenal hari manis dan pahing Galungan.

2. Hari Raya Kuningan

Hari suci agama Hindu ini juga dirayakan setiap 6 bulan sekali
dalam kalender Bali, tepatnya 10 hari setelah perayaan hari raya
Galungan, yaitu pada hari Saniscara (Sabtu) Kliwon Kuningan, pada saat
ini merupakan payogan dari Hyang Widi yang turun ke dunia diiringi oleh
para dewa-dewi dan  juga pitara-pitari untuk memberikan karunianya
kepada manusia. Saat Kuningan menghaturkan banten berupa nasi Kuning
untuk menyampaikan rasa terima kasih atas karunia Hyang Widi, ciri khas
lainnya adalah menggunakan jejaihitan berupa tamiang dan endongan.
Tamian sendiri bentuknya bundar melambangkan tameng untuk
menangkis dari mara bahaya, kemudian endongan seperti tas berisi buah,
tebu, tumpeng dan lauk yang merupakan perbekalan, untuk mengarungi
kehidupan.

3. Hari Raya Nyepi

4
Hari raya agama Hindu ini diperingati sebagai tahun Baru Saka,
sehingga dilaksanakan setahun sekali. Seperti namanya nyepi,
penyambutan tahun baru ini dilakukan dengan keheningan dan
ketenangan, setiap warga Hindu wajib melaksanakan catur brata
penyepian atau 4 pantangan pada saat perayaan Nyepi, seperti tidak boleh;
bepergian, beraktifitas, berbuat gaduh, menyalakan api (lampu), jadi pada
hari ini benar-benar sepi. Rangkaian pelaksanaan hari raya Nyepi ini
dimulai dari 3 atau 4 hari sebelumnya yaitu upacara Melasti, sebuah
upacara penyucian ke sumber-sumber air terdekat seperti laut dengan
tujuan menyucikan dan memohon tirta. Kemudian sehari sebelum Nyepi
diadakan upacara tawur atau mecaru ditujukan untuk para Bhuta Kala,
agar somia dan tidak mengganggu saat perayaan Nyepi berlangsung.
Sehari setelah Nyepi dinamakan Ngembak Geni.

4. Hari Raya Pagerwesi

Berasal dari kata “pager” dan “wesi”,  kata pager sendiri berarti
pagar atau perlindungan sedangkan wesi berarti besi, sebuah benda yang
yang sangat kuat dan kokoh, sehingga dalam perayaan Hari Pagerwesi
tersebut, manusia diharapkan bisa memagari atau melindungi diri dengan
bahan dasar yang kuat sehingga tahan dari segala gangguan dan tidak
rusak. Lalu apa yang digunakan manusia untuk memagari diri, tentulah
dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa kuat dan menemui jalan terang, sehingga terhindar dari
kegelapan atau awidya. Dalam memahami ilmu pengetahuan tersebut
tentu dibutuhkan pembimbing atau guru agar manusia tidak salah arah.
Untuk itulah memohon tuntunan kepada Sang Hyang Pramesti Guru yang
merupakan sebutan lain dari Dewa Siwa.

5. Hari Siwaratri

Sebuah hari raya Hindu yang dirayakan sebagai malam peleburan


dosa, sebuah malam renungan suci. Hari Siwaratri sendiri bertepatan pada
purwaning Tilem Kepitu (sehari sebelum bulan mati) pada bulan ke-7
dalam kalender Isaka. Malam yang berada dalam puncak kegelapan,
sehingga kita wajib melakukan puasa serta yoga Samadi agar diberikan
pengampunan atas segala dosa yang diakibatkan kegelapan (awidya).
Pada malam ini manifestasi Tuhan sebagai Pelebur yaitu dewa Siwa
melakukan yoga semadi semalam suntuk, sehingga umat Hindu minimal
bisa melakukan pejagraan (melek semalam suntuk di tempat-tempat suci),
dan memohon agar dosa-dosa bisa dilebur dan alangkah baiknya

5
dibarengi dengan yoga samadi. Cerita Lubdaka seorang pemburu binatang
erat kaitannya dalam perayaan Hari Siwaratri.

6. Hari Saraswati

Bagi umat Hindu setiap memuja Ida Sang Hyang Widi,


dimanifestasikan agar lebih mudah untuk membayangkan kemahakuasan
beliau, seperti dalam hal Ilmu Pengetahuan, dikenal sebagai Dewi
Saraswati, seorang dewi cantik memegang berbagai alat-alat suci sumber
ilmu pengetahuan, dan untuk itulah pada hari raya Saraswati merupakan
piodalan Sang Hyang Aji Saraswati, karena pada saat inilah diyakini
turunnya weda dan ilmu pengetahuan. Kekuatan Tuhan dalam wujud
seorang Dewi Cantik ini membawa turun Ilmu pengetahuan agar bisa
digunakan dengan baik, arif dan bijaksan dijalan yang benar. Perayaan ini
jatuh setiap 6 bulan sekali yaitu pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis wuku
Watugunung. Dewi Saraswati juga sebagai sakti Dewa Brahma sebagai
pencipta, sehingga dengan ilmu pengetahuan kita bisa menciptakan
berbagai hal baru dan berguna. Rangkaian upacara esok harinya adalah
Banyu Pinaruh.

7. Hari Purnama Dan Tilem

Kedua hari suci Hindu ini datangnya setiap 30 atau 29 hari sekali.
Hari Purnama merupakan bulan penuh atau sukla paksa, merupakan
payogan dari Ida Sang Hyang Candra sedangkan pada hari raya Tilem
jatuhnya pada bulan mati atau krsna paksa merupakan payogan dari Sang
Hyang Surya. Sang Hyang Surya Candra merupakan kekuatan sinar suci
dari Ida Sang Hyang Widi, sehinga pada saat hari tersebut dirayakan
untuk memohon berkah dan kesucian kepada beliau, mengadakan
pembersihan lahir bathin, sebelum bersembahyang kita juga wajib
membersihkan diri. Pujawali pada sebuah pura juga terkadang mengambil
pada hari tersebut disesuaikan pada kalender Saka, seperti purnama
Kedasa, Purnama Kapat ataupun purnama Kalima.

Organisasi sosial yang ada di umat agama hindu yaitu:


a. PHDI yang awalnya bernama Parisada Hindu Dharma Bali ini didirikan
di pada tahun 1959 untuk memperjuangkan agar agama Hindu menjadi
agama yang diakui di Indonesia. Pada tahun 1964, nama organisasi ini
diubah menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia, yang mencerminkan

6
upaya-upaya selanjutnya untuk mendefinisikan Hindu tidak hanya sebagai
kepentingan Bali tetapi juga nasional
b. Peradah adalah perhimpunan pemuda hindu yang dideklarasikan pada
tanggal 11 maret 1984.
c. KPHDS yaitu Kesatuan pelajar hindu dharma di tingkat sma – smk
d. WHDI adalah wanita hindhu dharma Indonesia
Peralatan persembahyangan umat hindhu yaitu:
a. Alas duduk (tikar, karpet, dsb)
b. Sebuah nampam yag berisikan: Sebuah gelas/tempat tirtha berisi air
bersih (diletakkan di pelingih, pelangkiran, altar, sanggar pemujaan)-
untuk memohon tirtha wangsuhpada.
c. Sebuah mangkok kecil berisi beras yang sudah dicuci bersih diberi
wewangian (bija)
d. Dupa secukupnya
e. Bunga / canang sari / kwangen secukupnya
Mata pencarian hidup masyarakat umat agama hindu sama seperti
masyarakat pada umumnya, yang pastinya di lihat dari letak geografis
masyarakat sekitar.

Di dalam agama hindu terdapat kesenian, beberapa tarian sakral juga


dianggap sebagai salah satu prasyarat kelengkapan suatu upacara keagamaan.
Kesenian bagian dari budaya dan merupakan sarana yang diggunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.
1. Kesenian tari
Tari Bebali termasuk sebagai pengiring upacara dan mengandung lakon.
Contohnya : Tari Wayang Lemah, Tari Gambuh, dan Tari Topeng.
2. Seni musik
Musik yang di bunyikan berasal dari karawitan yang dimainkan oleh
orang-orang hindhu.

7
2. Cara atau Strategi yang di Gunakan Agama Hindu dalam Menjaga
Toleransi atau Keharmonisan Sesama Umat Beragama Maupun
Berlainan Agama

Dalam negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di daerah


kita terdapat beberapa jenis agama yang berbeda. Dari satu sisi, perbedaan-
perbedaan yang ada dilihat dan dinilai sebagai kekayaan bangsa dimana para
penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai atau menghormati, saling
belajar, saling menimbah serta memperkaya dan memperkuat nilai-nilai keagamaan
dan keimanan masing-masing. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, tetapi dilihat
dan dijadikan sebagai pembanding, pendorong, bahkan penguat apa yang dimiliki.
Kaum beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya bisa hidup
bersama dengan rukun dan damai selalu, bisa bersatu, saling menghargai, saling
membantu dan saling mengasihi. Dan menurut narasumber yang kami wawancarai
sebagai bentuk menjaga toleransi sesama umat beragama mereka mempersilahkan
umat agama apapun untuk melihat sewaktu ada kesenian yang diadakan di hari-hari
besar umat hindhu, mereka saling menghormati, saling berbuat baik, saling berbuat
baik, dan mereka mempersilahkan masyarakat sekitar pura yang mayoritas
notabenya agama muslim untuk berjualan di sekitar lingkungan pura sebagai salah
satu bentuk kerukunan antar umat beragama.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama hindu adalah agama tertua di dunia. Kata hindu berasal dari nama
sungai sindhu atau indus yang terletak di Negara Pakistan. Agama hindu di sebut
pula (hindhuisme).di kabupaten banyuwangi tepatnya di desa tembokrejo kecamatan
muncar terdapat sekumpulan masyarakat agama hindhu yang biasanya
bersembahyang di pura aggung blambangan yang letaknya di desa tembok rejo
kecamatan muncar.di dalam agama hindhu terdapat bahasa, tata cara
persembahyangan, organisasi agama hindhu, peralatan persembahyangan, mata
pencaharian hidup, dan kesenian tersendiri yang dimiliki oleh agama hindhu.
Di dalam umat beragama di perlukan rasa saying antar umat beragama, saling
menghargai, menghormati dan berprasangka baik. Agar tidak terjadi perpecahan
antar umat beragama.

B. SARAN

Sebagai umat beragama kita harus menghargai dan selalu rukun dengan agama
lain, karena hidup berdampingan tidak harus membeda-bedakan dari agama
manapun itu.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://anakbalidwipakarya.blogspot.com/2013/01/sejarah-peradah-indonesia_1.html

ttps://ganiesesa15.blogspot.com/2017/01/pelatihan-manajemen-organisasi-kphds.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu

10
LAMPIRAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai