Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

AKUNTANSI PERPAJAKAN
BEBAN DIBAYAR DIMUKA
KEWAJIBAN

DOSEN PENGAJAR
MOHAMMAD ARMIDLA SUHARJONO S.E, Akt, M.Ak

DISUSUN OLEH
1. AVRYLIA AGATA (2211010030033)
2. DELLA AULIA PITRI (2211010030043)
3. DIAN AYU SAFITRI
4. ISTIANI AMANDA LESTARI
5. SHIFA AGUSTIN
6. SITI JIHAN PUSPITASARI (2211010030044)

JURUSAN
ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM 003

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI INDONESIA


(LP3I) COLLEGE TEGAL
TAHUN AJARAN 2022/2023
Jl. Kapten Sudibyo No. 50 Debong Lor, Tegal Barat No Telp: (0283)4534797
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah menganugerahkan banyak nikmat, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan
tugas mata kuliah Tax Accounting di LP3I College Tegal. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu perpajakan untuk diri sendiri dan
orang lain.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, terutama Mr Mohammad Armidla Suharjono S.E,
Akt, M.Ak selaku dosen pengajar mata kuliah Tax Accounting yang sudah
mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu penulis untuk
memperdalam pengetahuan pada mata kuliah ini. Terima kasih juga kepada pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan dari makalah ini.. Oleh karena itu, penulis
mohon maaf atas kesalahan yang tidak disengaja. Kritik dan saran sangat terbuka
untuk diterima dengan sifat yang membangun. Diharapkan semoga makalah ini bisa
memberi manfaat dengan baik.

Tegal, 19 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI......................................................................................4
1. Pengertian SPT Tahunan Orang Pribadi..........................................................................4
2. Sarana Simulasi Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi...............................................5
3. Perhitungan PPH Terutang WP Orang Pribadi Menyelenggarakan Pembukuan.........6
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).............................................................................7
5. Simulasi PPh Orang Pribadi Dikenakan PPh Final Peraturan Pemerintah Nomor 46. 7
6. Simulasi PPh Orang Pribadi Mnyelenggarakan Pencatatan............................................8
7. Simulasi PPh Orang Pribadi Mnyelenggarakan Pembukuan..........................................9
8. Simulasi Orang Pribadi Penghasilan Menggunakan Formulir 1770-S..........................10
9. Simulasi Orang Pribadi Penghasilan Menggunakan Formulir 1770-SS.......................13
B. KREDIT PPH PASAL 24......................................................................................................15
1. Definisi PPh Pasal 24.........................................................................................................15
2. Subjek & Objek PPh Pasal 24...........................................................................................15
3. Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24.................................................................15
4. Batas Maksimum Kredit Pajak........................................................................................16
5. Simulasi Perhitungan PPh Pasal 24..................................................................................16
C. SPT MASA PPH PASAL 26.................................................................................................17
1. Definisi PPh Pasal 26.........................................................................................................17
2. Objek dan Subjek PPh Pasal 26.......................................................................................17
3. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26...........................................................................18
4. Simulasi Perhitungan PPh Pasal 26..................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.
Sebagian kalangan telah menetapkan pajak secara proporsional dalam kehidupannya,
bahwa sejak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam membantu pelaksanaan
tugas kenegaraan yang ditangani pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya
jumlah Wajib Pajak, demikian juga dengan keikutsertaan masyarakat dari berbagai
kalangan, apabila ada suatu penyelenggaraan kegiatan mengenai perpajakan, seperti
halnya penyuluhan, seminar dialog dan lain sebagainya. Pajak merupakan perwujudan
dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan
Pembangunan Nasional. Tanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagai
cermin kewajiban masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan atau dalam Ketentuan Umum Perpajakan
(KUP).
Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk
kemakmuran rakyat (M. Iqbal Alamsjah, Direktorat Jenderal Pajak, 2010: 7).
Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan bagi kepentingan bersama. Salah
satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana dari dalam negeri yang berupa pajak. Dari
sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk
mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan atau sebagai motor penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat (Waluyo, 2011:2).
Jumlah Wajib Pajak di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi
belum diikuti dengan besarnya tingkat kepatuhan pajak dalam melaporkan kewajiban
pajaknya. Keengganan untuk melaporkan kewajiban pajak masih tinggi. Keadaan ini
mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan Wajib Pajak akan peraturan perpajakan
yang masih sangat kurang. Masalah ini membuat pemerintah mempunyai tugas ekstra

1
untuk mencari solusinya, karena tingkat kepatuhan Wajib Pajak memegang peran penting
dalam realisasi penerimaan pajak. Salah satu kendala dalam bidang perpajakan saat ini
adalah tingkat kepatuhan dan kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih sangat
rendah. Hal ini dapat diliahat dari pelaksanaan sistem perpajakan yang belum maksimal
di Indonesia. Saat ini Indonesia menganut sistem Self assessment system, di mana Wajib
Pajak diberikan wewenang untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib Pajak tanpa adanya campur tangan
pemerintah dan pihak pemerintah hanya mengawasi mulai dari mendaftarkan diri sebagai
Wajib Pajak, menghitung, menyetorkan dan melaporkan jumlah pajak yang terutang
kepada pihak pemerintah yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
dibantu oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat (Riyandi Saputra, 2012:3).
Pemberlakuan self assessment system di Indonesia belum dapat dikatakan maksimal.
Karena sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan prodesur yang telah ditetapkan oleh Undang-
Undang Perpajakan dan Wajib Pajak belum patuh dalam menjalankan kewajibannya
sebagai Wajib Pajak dan masih banyak kesalahan-kesalahan dalam bidang perpajakan
baik disengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja mulai dari kesalahan kecil hingga
kesalahan besar sekalipun (Rimsy, 2005:27).
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban menurut Undang-Undang Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan. SPT merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh
Wajib Pajak, baik itu pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun bagi pemungut pajak untuk
mempertanggungjawabkan dan melaporkan jumlah pajak yang terutang dalam suatu masa
pajak. Terdapat dua macam SPT yaitu : SPT Masa dan SPT Tahunan. Salah satu SPT
Tahunan adalah SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Anastasia Diana, 2009:121) Dalam
pelaksanaannya masih banyak terdapat kesalahan oleh Wajib Pajak dalam hal ini
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang status hukumnya berbentuk badan dan orang pribadi.
Fakta di lapangan masih banyak PKP yang secara teoritis sudah dapat dikenakan pajak
tetapi tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan
diri sebagai Wajib Pajak. Contoh lain dari kesalahan yang sering dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah masih banyak yang terlambat melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) dan bahkan ada juga tidak melaporkan pajak terutangnya sama
sekali melalui Surat Pemberitahuan (Riyandi Saputra,2012:4)

2
B. Tujuan Penulisan
a) Agar dapat mengetahui secara mendalam mengenai SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
b) Menjelaskan sarana Pelaporan SPT Orang Pribadi
c) Menjelaskan Perhitungan PPh Terutang dan PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi
d) Menjelaskan simulasi PPh Orang Pribadi yang menyelenggarakan Pencatatan dan
Pembukuan
e) Mengetahui Penjelasan Formulir SPT 1770-S dan 1770-SS
f) Menjelaskan Kredit PPh Pasal 24 beserta Perhitungannya
g) Menjelaskan Kredit PPh Pasal 26 beserta Perhitungannya

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI


1. Pengertian SPT Tahunan Orang Pribadi
SPT Tahunan Orang Pribadi adalah laporan pajak tahunan yang digunakan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di Indonesia untuk melaporkan pendapatan yang
diperoleh selama tahun pajak. SPT Tahunan Orang Pribadi harus dilaporkan oleh setiap
WPOP yang memiliki pendapatan yang harus dikenakan pajak, baik itu dari penghasilan
tetap maupun penghasilan tidak tetap. Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga jenis formulir
SPT Tahunan yaitu orang pribadi (formulir 1770) yang digunakan di Indonesia, yaitu
formulir yang pertama SPT 1770, formulir SPT 1770 S, dan formulir SPT 1770 SS.
Ketiganya dibedakan berdasarkan jumlah dan sumber penghasilan yang diperoleh WPOP
dalam satu tahun pajak.
SPT Tahunan Orang Pribadi berfungsi sebagai alat pelaporan dan pertanggung
jawaban atas kewajiban perpajakan yang telah dipenuhi dalam suatu masa pajak atau
tahun pajak atau bagian tahun pajak dalam sistem self-assessment yang dianut di
Indonesia. WPOP harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
pajak yang terutang sendiri ke KPP tempat WPOP terdaftar dan paling lambat dibayarkan
tiga bulan setelah tahun pajak berakhir. Ada dua jenis SPT Tahunan Orang Pribadi, yaitu:
1. SPT Tahunan Orang Pribadi yang Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak): SPT
yang dikeluarkan oleh DJP untuk wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki
NPWP dan memiliki penghasilan yang kena pajak sebesar Rp 4.800.000,- per tahun
atau lebih. Formulir yang digunakan untuk mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi yang
Memiliki NPWP adalah formulir SPT 1107.
2. SPT Tahunan Orang Pribadi yang Tidak Memiliki NPWP: SPT yang dikeluarkan oleh
DJP untuk wajib pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dan memiliki
penghasilan yang kena pajak sebesar Rp 4.800.000,- per tahun atau lebih. Formulir
yang digunakan untuk mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi yang Tidak Memiliki
NPWP adalah formulir SPT 1111.

4
2. Sarana Simulasi Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi
Setiap tahun, wajib pajak orang pribadi, baik yang bekerja sebagai pegawai maupun
pemilik bisnis/pekerja bebas harus melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang
berisikan total pendapatan kotornya dan pajaknya yang telah dibayarkan kepada negara,
baik melalui sistem DJP Online atau aplikasi penyedia jasa yang menjadi mitra resmi DJP
seperti Online Pajak. Pelaporan yang dapat dilaporkan di aplikasi Online Pajak adalah
bagi pemegang formulir 1770 dan 1770 S. Selain itu, ada juga SPT / Formulir 1770 yaitu
Surat Pemberitahuan pajak tahunan bagi orang pribadi yang memiliki bisnis atau
pekerjaan bebas. Dokumen yang diperlukan adalah:
a) Penghasilan lain di luar pekerjaan
b) Bukti potong A1/A2
c) Neraca & lapran laba-rugi (pembukuan)
d) Rekapitulasi bulanan peredaran bruto dan biaya (norma)
SPT / Formulir 1770 S adalah Surat Pemberitahuan pajak tahunan bagi orang pribadi
yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 60 juta selama 1 tahun terakhir. Dokumen yang
diperlukan adalah:
a) 1721 A1 (untuk Pegawai Swasta)
b) 1721 A2 (untuk Pegawai Negeri)

Berikut ini sarana –sarana pelaporan SPT, baik secara online maupun secara offline:
1. Secara online melalui website Online Pajak
1) Login ke aplikasi OnlinePajak
2) Klik "Informasi"lengkapi informasi profil Anda. Lalu klik "Ubah" dan isi Nama,
Email, Nomor Telpon, Fax, Alamat lengkap, Kode pos, Status Pernikahan, Status
Perpajakan (KK, HB, PH, atau MT), Tanggungan, serta Pekerjaan Anda.
3) Pada kolom Informasi Pajak, klik "Ubah" untuk memasukan NPWP sertifikat
digital dan passphrase.
4) Jika Sudah Klik tombol "Buat SPT Tahunan" atau "Create SPT".
5) Pilih Pekerjaan Anda
6) Pilih 'Tahun Pajak” dan menentukan apakah pelaporan SPT Anda “Normal" atau
ingin melakukan "Pembetulan ke" klik "Langkah Selanjutnya”.
7) Silahkan lengkapi lampiran-lampiran terkait :
Bagian A: Penghasilan yang dikenakan PPH Final atau Bersifat Final

5
Bagian B : Harta Pada Akhir Tahun
Bagian C : Kewajiban/Utang Pada Akhir Tahun
Bagian D : Daftar Susunan Anggota Keluarga
Jika sudah lengkap klik "Langkah Selanjutnya"
8) Silahkan lengkapi lampiran I terkait:
Bagian A: Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak termasuk Dikenakan
PPh Final dan/atau Bersifat Final)
Bagian B : Penghasilan yang Tidak termasuk Objek pajak
Bagian C : Daftar Pemotongan/Pemungutan PPH Oleh Pihak Lain dan PPH Yang
ditanggung Pemerintah
Jika sudah lengkap klik "Langkah Selanjutnya"
9) Silahkan melengkapi SPT Induk terkait:
a. Identitas (status perkawinan)
 Penghasilan Netto
 Penghasilan Kena Pajak ( isi tanggungan jika ada )
 Pajak terutang
 Kredit Pajak
 PPH Kurang/Lebih Bayar
 Angsuran PPH Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya
 Lampiran
Jika Anda sudah melengkapinya, silakan untuk klik kolom "Setuju", kemudian
klik "Langkah Selanjutnya"
10) Periksa kembali SPT Anda, jika sudah klik "Simpan SPT"
3. Perhitungan PPH Terutang WP Orang Pribadi Menyelenggarakan Pembukuan
Berdasarkan UU KUP pasal 1 ayat (29), Pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Wajib Pajak Orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan Merupakan
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupun pekerjaan bebas,
kecuali Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan bruto (omzet) kurang dari
Rp 4,8 miliar dalam satu tahun. yarat penyelenggaraan pembukuan Untuk pembukuan,
diselenggarakan dengan menggunakan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau

6
stelsel kas. Pembukuan dilakukan dengan terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga pajak yang
terutang nantinya dapat dihitung.
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP adalah singkatan dari Penghasilan Tidak Kena Pajak yang besarannya
ditentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk menghitung PPh 21. Ketahui
PTKP terbaru yang berlaku tahun 2023. Semakin besar PTKP yang ditetapkan
pemerintah, maka Pajak Penghasilan (PPh) menjadi semakin kecil, demikian pula
sebaliknya. Ketentuannya, apabila penghasilan Wajib Pajak (WP) pribadi kurang dari
PTKP, maka WP tidak dikenakan PPh Pasal 21 sesuai tarif PPh 21.
Besar PTKP terbaru masih sama dengan yang tercantum dalam PMK No. 101
Tahun 2016 tentang Penyesuaian PTKP. Maka, tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak
terbaru yang berlaku saat ini masih berdasarkan PMK 101/2016 yakni:
a) Tidak Kawin
 Tanpa Tanggungan : Rp. 54.000.000
 Satu Tanggungan ; Rp. 58.500.000
 Dua Tanggungan : Rp. 63.000.000
 Empat Tanggungan : Rp. 67.500.000
b) Kawin
 Tanpa Tanggungan : Rp. 58.500.000
 Satu Tanggungan ; Rp. 63.000.000
 Dua Tanggungan : Rp. 67.500.000
 Empat Tanggungan : Rp. 72.000.000
c) Kawin + Istri (Penghasilan Suami Istri Digabung)
 Tanpa Tanggungan : Rp. 112.500.000
 Satu Tanggungan ; Rp. 117.000.000
 Dua Tanggungan : Rp. 121.500.000
 Empat Tanggungan : Rp. 126.000.000

5. Simulasi PPh Orang Pribadi Dikenakan PPh Final Peraturan Pemerintah Nomor 46
Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 adalah 1% (satu persen). Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk
menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

7
ayat (1) adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan. Pajak Penghasilan terutang dihitung
berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikalikan dengan dasar
pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pajak yang dibayar atau terutang
di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak
dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan
undang – undang. Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan
kompensasi kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) Tahun Pajak
b. Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini tetap diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada huruf a
c. Kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak
berikutnya.

6. Simulasi PPh Orang Pribadi Mnyelenggarakan Pencatatan


Wajib Pajak orang pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan diperbolehkan melakukan pencatatan adalah yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto atau omset kurang dari 4,8M atau wajib pajak UMKM.
 Wajib Pajak orang pribadi yang dapat melakukan pencatatan yaitu yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
a) Melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas, dengan omset tidak
melebihi 4.8M serta atas omset keseluruhan dikenai PPh bersifat final dan/atau
bukan objek pajak
b) Dapat melakukan pencatatan tanpa pemberitahuan penggunaan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
 Objek Pencatatan bagi wajib pajak yang diperbolehkan menggunakan norma
perhitungan penghasilan neto atau omset kurang dari 4,8 M atau wajib pajak UMKM
a) Peredaran bruto yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
dikenai PPh yang tidak bersifat final.

8
b) Penghasilan bruto yang berasal dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
yang dikenai PPh yang tidak bersifat final, serta biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut.
c) Peredaran bruto dan/atau penghasilan bruto yang bukan objek pajak dan/atau
dikenaiPPh yang bersifat final, baik yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas maupun dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
 Bagi wajib objek melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas:
a) Penghasilan bruto yang dikenai PPh yang tidak bersifat final serta biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut
b) Penghasilan bruto yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai PPh yang
bersifat final
 Bagi wajib pajak memenuhi kriteria tertentu:
a) Penghasilan bruto yang dikenai PPh yang tidak bersifat final serta biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut
b) Penghasilan bruto yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai PPh yang
bersifat final
Adapun tata cara melakukan pencatatan yaitu sebagai berikut:
a) Keadaan dan kegiatan usaha yang sebenarnya serta didukung dengan dokumen
b) Huruf Latin/angka arab, mata uang rupiah atau bahasa asing dengan izin Kemenkeu
c) Suatu Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender Januari - Desember
d) Secara kronologis dan sistematis

7. Simulasi PPh Orang Pribadi Mnyelenggarakan Pembukuan


Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.

9
8. Simulasi Orang Pribadi Penghasilan Menggunakan Formulir 1770-S
Efendi adalah seorang Direktur dan telah menjadi Wajib Pajak sejak tahun 2008. NPWP
06.001.321.9.012.000, alamat Jl. Hang Tuah No.7 Jakarta Selatan. Penghasilan sepanjang
tahun 2018 adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 berupa formulir 1721-A1, penghasila
neto setahun Rp231.445.200 sebagai Direktur keuangan pada PT. Abdi Negara,
NPWP 02.987.654.3-001.000, dan PPh Pasal 21 yang telah dipotong sebesar
Rp18.916.750 dengan nomor 01.21.18 tanggal 30 Desember 2018.
b) Penghasilan royalti dari PT Gramed, NPWP: 02.456.789.0-011.000 sebesar
Rp12.670.000. PPh Pasal 23 yang telah dipotong sebesar Rp1.900.500 dengan nomor
001.23.18 tanggal 11 Juli 2018.
c) Penghasilan sewa bangunan dari CV. Teras Belakang sebesar Rp4.000.000. PPh Pasal
4 ayat (2) yang telah dipotong sebesar Rp400.000.
d) Berdasarkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 berupa formulir 1721-A1, penghasilan
neto istri setahun sebagai pegawai pada PT. Metalindo sebesar Rp223.252.800 PPh
pasal 21 yang telah dipotong sebesar Rp20.387.500.
e) Penghasilan Efendi dari menyewakan kendaraan kepada Koperasi Prima, NPWP
02.111.222.3-014.000 sebesar Rp5.250.000. PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh
Koperasi Prima dengan nomor 007.23.18 tanggal 24 September 2018 sebesar
Rp105.000
Keterangan:
1) Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan dan menyampaikan SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi tahun 2018 pada tanggal 31 Maret 2019
2) Efendi membayar zakat sebesar Rp5.000.000.
Pajak-Pajak:
1) PPh Pasal 25 yang telah disetor sebesar Rp11.000.000.
2) Sebagian dari PPh Pasal 25 belum disetor sehingga diterbitkan STP PPh Pasal 25
dengan pokok pajak Rp1.000.000 dan sanksi administrasi Rp60.000

10
Pertanyaan:
1) Hitung berapa PPh kurang (lebih) bayar tahun pajak 2018!
2) Berapa PPh Pasal 25 untuk tahun pajak berikutnya?
3) Isikan ke dalam SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi formulir 1770 S tahun pajak
2018!
Pembahasan:
1) Penghitungan PPh Kurang (Lebih) Bayar Efendi Tahun 2018
Penghasilan neto dari pekerjaan Rp 231.445.200
Penghasilan neto lainnya
a) Royalti Rp. 12.670.000
b) Sewa kendaraan Rp. 5.250.000
Jumlah penghasilan neto lainnya Rp. 17.920.000
Jumlah penghasilan neto Rp. 249.365.200
Zakat Rp. 5.000.000
Penghasilan neto setelah zakat Rp. 244.365.200
PTKP (K/2) Rp. 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 176.865.000
PPh terutang Rp. 21.529.750
5% x Rp 50.000.000
15% x Rp 126.865.000
Kredit Pajak
a. PPh Pasal 21 Rp. 18.916.750
b. PPh Pasal 23 royalti Rp. 1.900.500
c. PPh Pasal 23 sewa Rp. 105.000

11
Total Kredit Pajak Rp. 20.922.250
Pajak Yang Masih Harus Dibayar Sendiri Rp. 607.500
a. PPh Pasal 25 Rp. 11.000.000
b. STP PPh Pasal 25 (pokok) Rp. 1.000.000
Total Pajak Yang Masih Harus Dibayar Sendiri Rp. 12.000.000
PPh Lebih Bayar Rp. 11.392.500
Formulir SPT 1770-S

12
9. Simulasi Orang Pribadi Penghasilan Menggunakan Formulir 1770-SS
Saskia (NPWP: 07.123.456.7-501.000) adalah seorang pegawai di PT Mahadewi sejak
tahun 2017. Belum menikah namun menanggung biaya hidup ibunya yang merupakan
pensiunan guru. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721-A1) Saskia dari PT
Mahadewi Tahun 2019:
a) Penghasilan Bruto Rp 59.500.000
b) Biaya Jabatan Rp 2.950.000
c) Iuran pensiun Rp 150.000
d) Jumlah Pengurangan Rp 3.100.000
e) Jumlah Penghasilan Neto Rp 56.400.000
f) PTKP Rp 54.000.000
g) Penghasilan Kena Pajak Rp 2.400.000
h) PPh Pasal 21 terutang dan dipotong Rp 120.000

Menerima penghasilan berupa bunga Tabungan dari Bank Mandiri sebesar Rp 300.000.
Daftar Harta tahun 2019
a) Sepeda Motor Rp 19.000.000
b) Laptop Rp 7.000.000
c) Smartphone Rp 3.000.000
d) Jumlah Rp 29.000.000

Berdasarkan data-data tersebut di atas, pengisian SPT 1770 SS a.n. Saskia untuk tahun
pajak 2019 adalah sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
Pembahasan:
Saskia menerima penghasilan dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto
tidak lebih dari Rp60 juta dalam setahun sehingga Saskia bisa menggunakan SPT
Tahunan 1770 SS.

13
Formulir SPT 1770 SS

14
B. KREDIT PPH PASAL 24
1. Definisi PPh Pasal 24
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah Perhitungan berapa besar jumlah pajak yang sudah
dibayar atas penghasilan di luar negeri yang dapat dijadikan kredit pajak di Indonesia.
Berdasarkan Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2008 tentang PPh, Pajak yang dibayar
atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri, boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan
undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama. Dalam Pasal 24 ayat 2 UU PPh,
besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
Undang-undang PPh.
2. Subjek & Objek PPh Pasal 24
 Subjek PPh Pasal 24 yaitu wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
 Objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
3. Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24
 Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
 Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
bergerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
 Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
 Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
 Penghasilan bentuk usaha tetap adalah Negara tempat bentuk usah tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
 Penghasilan dan pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
Negara tempat lokasi penambangan berada.

15
 Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah Negara tempat harta tetap itu
berada.
 Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap itu berada.
4. Batas Maksimum Kredit Pajak
 Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di Luar Negeri
(Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh
yang dikenakan tarif pasal 17
 Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal
penghasilan kena pajak adalah lebih kecil dari pada penghasilan luar negeri)
5. Simulasi Perhitungan PPh Pasal 24
Selama tahun 2020, PT. AIS memperoleh penghasilan neto sejumlah Rp 4.000.000.000,-
yang terdiri dari penghasilan dalam negeri sebesar Rp 3.000.000.000, dan penghasilan
luar negeri sebesar Rp 1.000.000.000, dan besar pajak yang PT. AIS bayar di luar negeri
adalah sebesar Rp 350.000.000, maka berapakah nilai batas maksimum kredit pajak PT.
AIS dan berapakah besar nilai pajak yang dikreditkan?

Penghasilan Dalam Negeri Rp 3.000.000.000,00


Penghasilan Luar Negeri Rp 1.000.000.000,00
Total Penghasilan Neto Rp 4.000.000.000,00
Beban PPh (22% x 4.000.000.000) Rp 880.000.000,00

Rp1.000 .000 .000


Batas Maksimum Kredit Pajak = x Rp 880.000 .000
Rp 4.000.000 .000
= Rp 220.000.000,00
Beban Pajak Yang Dibayarkan Di LN = Rp 350.000.000,00
Dari kedua data diatas, maka nilai yang dapat dikreditkan sebagai pengurang Pajak yang
adalah sebesar Rp 220.000.000,00

16
C. SPT MASA PPH PASAL 26
1. Definisi PPh Pasal 26
PPh 26 adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan kepada Wajib Pajak (WP)
luar negeri (selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia) atas penghasilannya yang
bersumber dari Indonesia. Sementara itu, Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk
usaha yang digunakan oleh subjek pajak luar negeri (pribadi maupun badan) yang
melakukan kegiatan usaha di Indonesia.
2. Objek dan Subjek PPh Pasal 26
 Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 meliputi:
a) Dividen
b) Bunga
c) Royalti, sewa, maupun penghasilan lain yang berhubungan dengan penggunaan
harta
d) Imbalan atas jasa, pekerjaan, maupun kegiatan lain
e) Hadiah dan penghargaan
f) Pensiun serta pembayaran berkala lain
g) Premi Swap dan transaksi lindung nilai lain
h) Keuntungan pembebasan utang.
i) Penghasilan dari penjualan maupun pengalihan harta yang dilakukan di Indonesia
(perhiasan mewah, emas, barang antik, lukisan, kendaraan bermotor, berlian, dan
intan)
j) Premi dibayar tertanggung perusahaan asuransi
k) Premi dibayar oleh perusahaan asuransi dan reasuransi
l) Penghasilan dari penjualan saham PT dalam negeri yang tidak berstatus Emiten
atau Perusahaan Publik (sesuai UU Pasar Modal)
m) Penghasilan penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara di tax haven
country yang memiliki hubungan khusus dengan Badan dalam negeri atau BUT
Indonesia.
n) Penghasilan Kena Pajak atau PKP yang telah dikurangi pajak BUT
 Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26
Subjek pajak PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak (WP) luar negeri (selain Bentuk Usaha
Tetap (BUT) di Indonesia)

17
3. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26
Tarif PPh 26 = 20% x Perkiraan Penghasilan Neto
Perkiraan Penghasilan Neto ini bisa berbeda-beda jumlah dan cara hitungnya tergantung
dari jenis objek pajaknya. Selain itu, beberapa objek pajak juga menggunakan (PKP -
PPh) atau Jumlah Bruto untuk mengganti Perkiraan Penghasilan Neto.
4. Simulasi Perhitungan PPh Pasal 26
PT Elex Media Super adalah perusahan penerbit buku asal Indonesia. Di bulan April
2021, perusahaan ini harus membayar royalti senilai Rp100 juta kepada Honda Fujiro
selaku pengarang komik berjudul “Lizard Ball”. Berapa PPh 26 dari royalti tersebut?
Dalam hal ini, Honda Fujiro adalah Wajib Pajak Luar Negeri. Besar PPh 26 yang
dipotong atas penghasilan bruto Honda Fujiro dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.

Pembahasan!
PPh 26 = 20% x Penghasilan Bruto
PPh 26 = 20% x Rp100.000.000
PPh 26 = Rp. 20.000.000

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
SPT Tahunan Orang Pribadi adalah surat pemberitahuan pajak yang harus
disampaikan oleh setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan tertentu setiap
tahunnya. Dalam SPT Tahunan Orang Pribadi, Anda harus melaporkan seluruh penghasilan
yang Anda terima selama satu tahun pajak, termasuk penghasilan dari berbagai sumber
seperti gaji, honor, pendapatan dari usaha, bunga bank, dan lain-lain. SPT Tahunan Orang
Pribadi biasanya harus diserahkan setiap tahun sebelum batas waktu yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Kredit PPh 24 adalah potongan pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diterima
oleh wajib pajak yang bukan warga negara Indonesia atau perusahaan asing yang tidak
memiliki kantor tetap di Indonesia. PPh 24 umumnya dikenakan pada penghasilan yang
diperoleh oleh penerima yang bukan warga negara Indonesia yang bekerja di Indonesia atau
memiliki penghasilan dari sumber di Indonesia. PPh 24 adalah potongan pajak final, yang
berarti bahwa tidak perlu lagi dilaporkan dalam SPT Tahunan Orang Pribadi.
SPT Masa PPh 26 adalah laporan pajak bulanan yang harus disampaikan oleh wajib
pajak yang memiliki penghasilan yang dikenai pajak final, seperti PPh 21 (potongan pajak
penghasilan dari pemberi kerja) dan PPh 26 (potongan pajak penghasilan dari pemberi jasa).
SPT Masa PPh 26 harus disampaikan oleh pemberi kerja atau pemberi jasa kepada Direktorat
Jenderal Pajak setiap bulan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lampung, Operator PPID. 2023. “Perbedaan 3 Jenis Formulir SPT Tahunan Orang Pribadi”,
https://ppid.lampungprov.go.id/detail-post/Perbedaan-3-Jenis-Formulir-SPT-Tahunan-Orang-
Pribadi#, diakses pada 21 September 2023 pukul 17.00.

Merrick. 2019. ‘Proses Pelaporan SPT Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi’,
https://www.pajakku.com/read/5e7da281387af773a9e019fd/Proses-Pelaporan-SPT-Tahunan-
Bagi-Wajib-Pajak-Orang-Pribadi, diakses pada 21 September 2023 pukul 17.04.

Sandra. 2021. “Pencatatan dan Pembukuan, Apa Saja Perbedaannya?”,


https://www.pajakku.com/read/60caf2a058d6727b1651aae3/Pencatatan-dan-Pembukuan-
Apa-Saja, diakses pada 21 September 2023 pukul 17.23.

Fitriya. 2022. “Bagaimana Cara Menghitung PPh Pengusaha?,


https://klikpajak.id/blog/bagaimana-cara-menghitung-pph-pengusaha/, diakses pada 21
September 2023 pukul 17.25.

Fitriya. 2023. “PTKP Terbaru 2023 dan Peraturan Penghasilan Tidak Kena Pajak”,
https://klikpajak.id/blog/pengertian-ptkp/, diakses pada 21 September 2023 pukul 17.36.

Irwanto, Budi. 2021. “PENCATATAN DAN PEMBUKUAN UNTUK WP ORANG


PRIBADI”, https://www.thinktax.id/new-regulation/pencatatan-dan-pembukuan-untuk-wp-
orang-pribadi, diakses pada 27 September 2023 pukul 12.45.

Moedasir, Andiana. 2023. “PPh Pasal 24: Pengertian, Subjek, Objek, dan Cara Menghitung’,
https://majoo.id/solusi/detail/pph-pasal-24, diakses pada 27 September 2023 pukul 12.48.

Hariani, Aprilia, 2022. “Definisi, Tarif, dan Ketentuan Perhitungan PPh Pasal 26’,
https://www.pajak.com/pajak/definisi-tarif-dan-ketentuan-perhitungan-pph-pasal-26/, diakses
pada 27 September 2023 pukul 12.53.

20
Fitriya. 2023. “Tutorial Cara Lapor SPT Tahunan Badan Online yang Benar”,
https://klikpajak.id/blog/cara-lapor-spt-tahunan-online-pajak-badan-yang-benar/, diakses
pada 27 September 2023 pukul 13.42.

Indah, Sentra Niaga Puri. 2022. “PPh Pasal 26: Pengertian, Tarif, Objek, dan Subjeknya”,
https://msmconsulting.co.id/news/33/pph-pasal-26-pengertian-tarif-objek-dan-subjeknya,
diakses pada 2 Oktober 2023 pukul 17.22.

Fitriandi, Primandita. 2021. “KUPAS TUNTAS PPH ORANG PRIBADI (hal. 55-63)”.
Tangerang Selatan: Unit Penerbitan Politeknik Keuangan Negara STAN.

21

Anda mungkin juga menyukai