Disusun oleh:
FAKULTAS EKONOMI
KEDIRI
2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Perpajakan”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................10
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................10
A. FUNGSI SPT................................................................................................................................10
3
1. Formulir SPT Jenis 1770 SS.............................................................................................................11
1. Sanksi Administratif.......................................................................................................................16
2. Sanksi Pidana.................................................................................................................................17
BAB IV........................................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari rakyat.
Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting, maka pajak
dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat
dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan sebuah kenaikan pendapatan negara,
pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari
sektor pajak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan reformasi perpajakan,
yaitu dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan
serta sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga
potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak
(WP) (Rysaka., et al, 2014).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang dapat dipaksakan
sesuai peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
untuk keperluan negara dalam menyelenggarakan pemeritahan demi mencapai
kesejahteraan umum.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari Rysaka, et al (2012) yaitu hasil
penelitian ini menunjukan bahwa e-filling, dalam pelaksanaannya sudah cukup berhasil
yaitu dengan mengalami kenaikan jumlah wajib pajak serta tingkat kepatuhannya dalam
5
menyampaikan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) karena banyak wajib
pajak yang merasakan lebih praktis, mudah, cepat dan efisien dengan menggunakan e-
filling, selain itu wajib pajak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Namun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan program tersebut, baik
kurangnya pengetahuan wajib pajak maupun sulitnya meyakinkan wajib pajak akan
penggunaan e-filling oleh karena itu dibutuhkan kerja sama pemerintah dengan wajib
pajak.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui pelaksanaan e-filling dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak Wajib Pajak
1.4 Manfaat
6
Manfaat Praktis
Bagi Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Rungkut di
Surabaya, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi aparat
pajak dalam memberikan gambaran terkait pelaksanaan e-filling dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi.
Memperluas wawasan bagi peneliti agar dapat membandingkan teori yang
didapatkan dalam kegiatan perkuliahan dengan penerapan teori pada objek penelitian
khususnya terkait dengan pelaksanaan e-filling
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Pengertian Efisiensi Salah satu tujuan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam membentuk Surat
Pemberitahuan Elektronik (e-SPT) untuk perancangan sistem kerja yang lebih baik. Suatu sistem
kerja dikatakan baik jika sistem kerja tersebut memiliki efisiensi yang tinggi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyatakan bahwa efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja)
dalam melakukan sesuatu, kedayagunaan, ketepatgunaan, kesangkilan serta kemampuan dalam
melaksanakan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak adanya pemborosan waktu, tenaga,
dan biaya). Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem baru yang diberlakukan oleh DJP
mengenai pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik memberikan efisiensi dalam
segi waktu, tenaga, dan biaya. Tolak ukur yang digunakan untuk mengatakan bahwa sesuatu
dianggap efisien jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kinerja dalam melakukan sesuatu berjalan dengan baik dan mencapai suatu hasil atau tujuan
yang tepat.
2. Dapat meminimalisir pemborosan dalam segi waktu, tenaga, dan biaya dalam melakukan
suatu kegiatan.
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
8
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.”
Adriani (dalam Waluyo 2014:2) menunjukkan bahwa pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, tetapi bukan
sebagi hukum, menurut peraturan yang ditetapkan pmerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan masyarakat.
(Sudirman dan Amirudin, 2016:2).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang dapat
dipaksakan sesuai peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung untuk keperluan negara dalam menyelenggarakan pemerintahan demi mencapai
kesejahteraan umum. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-
unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran
tersebut berupa uang (bukan barang).
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. FUNGSI SPT
Penghasilan yang merupakan objek pajak, dikenakan PPh bersifat final, dan
bukan objek pajak.Harta dan kewajiban.Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
10
Pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK).Pembayaran atau
pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau melalui pemungutan
pihak lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Berfungsi sebagai sarana untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan.Pastikan Konsultan Pajak Anda terdaftar di SIKOP
(Sistem Informasi Konsultan Pajak).
SPT jenis 1770 SS adalah jenis SPT tahunan untuk perseorangan atau wajib pajak
dengan penghasilan tahunan kurang dari atau sama dengan Rp60 juta. Formulir jenis ini
ditujukan untuk karyawan yang hanya bekerja pada satu perusahaan atau instansi dan
sudah bekerja minimal satu tahun.
Jika wajib pajak berstatus sebagai karyawan atau pegawai yang bekerja pada
hanya satu perusahaan/instansi/organisasi dengan penghasilan bruto setahun tidak lebih
dari Rp60 Juta, dan tidak punya penghasilan lain selain bunga koperasi atau bunga bank,
maka wajib pajak cukup mengisi SPT 1770 SS.
11
Formulir SPT jenis 1770 S merupakan jenis SPT tahunan khusus untuk pribadi
yang memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta. Berbeda dengan formulir 1770
SS, formulir jenis 1770 S ini digunakan untuk pegawai yang bekerja di dua atau lebih
perusahaan dalam kurun waktu satu tahun.
Artinya, meski penghasilan bruto sang pegawai di bawah Rp60 juta per tahun,
pegawai yang bekerja di lebih dari dua perusahaan tetap melapor pajak dengan
menggunakan formulir jenis ini.
Formulir 1770 S terdiri dari dua lampiran yang harus diisi oleh wajib pajak
dengan benar. Data-data yang harus diisikan seperti bukti potong, anggota keluarga,
harga, data penghasilan, dan lain sebagainya.
Formulir SPT Tahunan jenis 1770 yang merupakan formulir yang digunakan oleh
wajib pajak perseorangan dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis atau pekerja
yang memiliki keahlian tertentu dan tidak memiliki ikatan kerja.
Kata kunci pada formulir ini adalah ‘penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas’.
Jika wajib pajak memiliki penghasilan jenis ini maka wajib hukumnya menggunakan
formulir ini. Meksipun wajib pajak mempunyai penghasilan lain semisal penghasilan dari
pekerjaan atau penghasilan pasif seperti dividen atau bunga, wajib pajak tetap harus
menggunakan formulir 1770 (tanpa S).
Contoh kegiatan usaha/pekerjaan bebas misalnya adalah usaha toko, wartel, usaha
persewaan kendaraan, salon kecantikan, praktek dokter, pengacara dan sebagainya. Jadi
kegiatan usaha itu bisa dalam bentuk usaha perdagangan, jasa ataupun pabrikan.
Selain itu, penggunaan formulir ini juga ditujukan untuk perseorangan yang
bekerja di lebih dari satu perusahaan atau instansi dengan PPh final, penghasilan dari
dalam negeri (royalti, bunga, penghasilan dari perbedaan kurs mata uang), dan
penghasilan yang diperoleh dari luar negeri.
12
Formulir dengan kode 1721 A1 dan A2. Formulir dengan kode A1 ditujukan
untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan swasta, sementara formulir dengan kode
A2 ditujukan untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Formulir ini bisa diperoleh wajib pajak dari bagian keuangan perusahaan atau
instansi tempat bekerja. Data-data dalam formulir ini bisa membantu wajib pajak dalam
pengisian formulir SPT tahunan. Jika wajib pajak melapor SPT lewat e-filing, biasanya
data formulir 1721 A1/A2 sudah terisi secara otomatis.
Dokumen administrasi lain yang dibutuhkan sebelum mengisi SPT adalah e-FIN.
Nomor ini dapat diperoleh melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dan menjadi
akses untuk bisa masuk dan mengisi e-filing atau pelaporan pajak secara online dalam
laman resmi DJP Online.
Cara mendapatkan EFIN ini tidak sulit. Wajib pajak cukup datang ke KPP
terdekat dan membawa kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Di KPP wajib pajak
akan diminta mengisi formulir pengajuan atau aktivasi EFIN.
Dokumen ini diperlukan apabila wajib pajak memiliki penghasilan lain selain
penghasilan tetap yang diperoleh dari pekerjaan utama, adanya kewajiban terutang yang
harus dibayarkan, atau harta lainnya.
SPT Masa:
13
Penyampaian
SPT Terakhir
Tanggal 20
Bulan takwim
berikutnya
setelah Masa
1. PPh Pasal 21 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Pajak berakhir.
Tujuh hari
PPh Pasal 22 – Bea harus disetor dalam jangka waktu setelah
3. Cukai sehari setelah pemungutan dilakukan pembayaran
Tanggal 20 bulan
takwim
PPh Pasal 22 – harus dilunasi sendiri oleh Wajib berikutnya
yang dipungut Pajak sebelum penebusan Delivery setelah Masa
4. Pertamina Order (DO). Pajak berakhir
Tanggal 20 bulan
takwim
berikutnya
PPh Pasal 22 – paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setelah Masa
5. Badan Tertentu bulan takwim berikutnya. Pajak berakhir
14
berikutnya
setelah Masa
pajak berakhir
Tanggal 20 bulan
takwim
berikutnya
setelah Masa
7. PPh Pasal 25 tanggal 15 bulan takwim berikutnya. pajak berakhir.
Tanggal 20 bulan
PPN/PPn BM – takwim
PKP / Pemungut berikutnya
PPN selain setelah Masa
8. Bendaharawan tanggal 15 bulan takwim berikutnya. pajak berakhir.
SPT Tahunan:
15
Tanggal 31 bulan
Tanggal 25 bulan ketiga setelah
Wajib Pajak ketiga setelah tahun Tahun Pajak atau
SPT PPh Yang Punya pajak sebelum SPT Bagian Tahun
1. Tahunan NPWP disampaikan Pajak.
1. Sanksi Administratif
16
ditentukan per bulan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran tersebut
misalnya terlambat membayar pajak atau kurang membayar pajak.
2. Sanksi Pidana
Selain sanksi administratif, sanksi pidana juga mengancam pihak yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan. Hukum pidana diterapkan karena terindikasi adanya tindak
pelanggaran (ketidaksengajaan) ataupun tindak kejahatan (kesengajaan) dalam
pembayaran pajak. Pelanggaran atau kesalahan berat yang dilakukan dapat menimbulkan
kerugian bagi negara. Pelanggaran dan kejahatan tersebut dapat berupa ketidakbenaran
data, penyembunyian data, pemalsuan data hingga tidak menyetorkan pajak. Sanksi
pidana adalah langkah terakhir pemerintah sebagai upaya penegakan kepatuhan
membayar pajak.
Denda Pidana. Sanksi pajak berupa denda pidana diberikan kepada Wajib Pajak,
petugas pajak bahkan pihak ketiga yang melakukan tindak pelanggaran. Besaran denda
pidana sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak di atas
sehingga menimbulkan kerugian bagi negara.
Pidana Kurungan. Sanksi pajak berupa pidana kurungan diberikan kepada Wajib
Pajak, petugas pajak bahkan pihak ketiga yang melakukan tindak pelanggaran. Pidana
kurungan sebagai pengganti jika pelanggar tidak sanggup memenuhi denda pidana yang
dikenakan.
Pidana Penjara. Sanksi pajak berupa pidana penjara diberikan kepada pihak yang
melakukan tindak kejahatan. Pidana penjara diancamkan kepada Wajib Pajak ataupun
17
petugas pajak yang melakukan tindak kejahatan yang merugikan negara. Berbeda dengan
denda pidana dan pidana kurungan, pidana penjara tidak diancamkan kepada pihak
ketiga.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak
adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk
pembangunan dengan retribusi dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak harus
sesua1 dengan pancasila.
Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang digunakan pun beraneka
ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah
memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan
nasional yang merupakan modernisasi dari U pajak jaman kolonial.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id
https://www.hipajak.id
19
https://www.pajakonline.com
https://www.hipajak.id
20