Anda di halaman 1dari 21

Critical Book Report

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU :
Sondang Aida Silalahi, S.E., M.Si
Haryani Pratiwi Sitompul, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH
Kelompok 1 :
Ronaldo Eduard Saragi Napitu (7182142016)
Wansah Fangaro Zai (7182142018)
Rolasmaria Siringoringo (7183142041)

KELAS B

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Critical Book Report ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Perpajakan.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami menyelesaikan
tulisan ini,terutama kepada Dosen Pengampu Ibu Sondang Aida Silalahi, S.E.,M.Si
Tulisan ini berisi ulasan-ulasan dari buku yang berjudul “ Perpajakan ” , mulai dari identitas
buku,keunggulan dan kelemahan buku,serta kesimpulan dan saran dari buku tersebut.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan
ini menjadi lebih baik lagi ke waktu yang akan datang.
Akhir kata kami berharap Critical Book Report ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pembaca.Terimakasih

Medan, 26 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARhjgbg ................................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ..................................................................................
B. Tujuan Penulisan CBR ...............................................................................................
C. Manfaat CBR .............................................................................................................
D. Identitas Buku ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................


A. Ringkasan Buku Utama .............................................................................................
B. Ringkasan Buku Pembanding ....................................................................................
C. Kelemahan dan Kelebihan Buku ...............................................................................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................


A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR.


Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong- royongan nasional maupun dari laju
pembangunan nasional yang telah dicapai.

Disamping itu , system perpajakan yang lama tersebut belum dapat menggerakkan peran dari
semua lapisan subjek pajak yang besa peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam negeri
yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional.
Oleh karena itu, pemerintah menciptakan system perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya
Undang – Umdang Perpajakan baru, yang terdiri atas : UU No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan, UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan UU No. 8
thn 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa dan pajak bangunan dan UU no 13 thn
1985 tentang Bea Materai.

UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di landasi falsafah Pancasila dan UUD
1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjuung tinggi hak warga Negara dan
menempatkan kewajiban kenegaraan. Undang – undang ini memuat ketentuan umum dan tata cara
perpajakan yang pada prinsipnya diberlakukan bagi undang – undang pajak material, kecuali
dalam undang undang pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum
dan tata cara perpajakan.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial, dan politik disadari
bahwa perlu dilakukan perubahan Undang – Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Perubahan tersebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan
pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepastian dan penegakkan hukum, serta
mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di
bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur perpajakan,meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan
meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Sistem, mekanisme, dan Tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana
menjadi ciri dan corak dalam perubahan UU ini dengan tatap menganut system self assessment.
Perubahan tsb khususnya berkaitan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi
masyarakat Wajib Pajak sehingga masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya dengan lebih baik.

B. TUJUAN PENULISAN CBR


1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Perpajakan
2. Menjelaskan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
3. Menjelaskan mengenai NPWP,SPT,SSP dan lainnya
4. Menjelaskan mengenai pengukuhan kena pajak

C. MANFAAT CBR
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Perpajakan dan Perpajakan di
Indonesia
2. Untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku yang akan dibaca
3. Supaya penyusun makalah ini lebih dapat berpikir kritis dalam menilai suatu karya.
D. IDENTITAS BUKU
Buku Utama

Judul buku : Perpajakan


Penulis : Prof. Dr.Mardiasmo,MBA.,Ak
Tahun terbit : 2015 Edisi Revisi
Penerbit : ANDI Yogyakarta
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-29-3587-5

Buku Pembanding

Judul buku : Perpajakan Indonesia ( buku 1 Edisi Revisi )


Penulis : Drs.Waluyo,M.Sc.,M.M.,Akt dan Drs.Wirawan B Ilyas,MSi.,Akt
Tahun terbit : 2003
Penerbit : Salemba Empat Patria
Kota Terbit : Jakarta
ISBN : 979-691-167-1
BAB II

PEMBAHASAN

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


BAB 2 : KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pendahuluan
Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan
tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong-
royongan nasional maupun dari laju pembangunan nasional yang telah dicapai.
Disamping itu , system perpajakan yang lama tersebut belum dapat
menggerakkan peran dari semua lapisan subjek pajak yang besa peranannya dalam
menghasilkan penerimaan dalam negeri yang sangat diperlukan guna mewujudkan
kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah
menciptakan system perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang –
Umdang Perpajakan baru, yang terdiri atas : UU No. 6 tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan, UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan dan UU No. 8 thn 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
jasa dan pajak bangunan dan UU no 13 thn 1985 tentang Bea Materai.
UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di landasi falsafah
Pancasila dan UUD 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjuung
tinggi hak warga Negara dan menempatkan kewajiban kenegaraan. Undang –
undang ini memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada prinsipnya
diberlakukan bagi undang – undang pajak material, kecuali dalam undang undang
pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial, dan
politik disadari bahwa perlu dilakukan perubahan Undang – Undang tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan tersebut bertujuan untuk
lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak,
meningkatkan kepastian dan penegakkan hukum, serta mengantisipasi kemajuan di
bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan.
Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur perpajakan,meningkatkan keterbukaan administrasi
perpajakan dan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Sistem, mekanisme, dan Tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan UU ini dengan
tatap menganut system self assessment. Perubahan tsb khususnya berkaitan dengan
peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat Wajib Pajak
sehingga masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya dengan lebih baik.
Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan
kesederhaan, arah dan tujuan perubahan UU ttg ketentuan umum dan tata cara
perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut :
a) Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka
mendukung penerimaan Negara.
b) Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum, dan keadilan bagi
masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam bidang
penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha
kecil dan menengah
c) Menyesuaikan tuntunan perkembangan sosial ekonomi masyarakat
serta perkembangan di bidang teknologi informasi
d) Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
e) Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan
f) Meningkatkan penerpaan prinsip self assessment secara akuntabel
dan konsisten
g) Mendukung iklim usaha kea rah yang lebih kondusif dan kompetitif.
Dasar Hukum
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang
No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.
16 Tahun 2009

Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP )


 Pengertian
Nomor Pajak Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

 Fungsi NPWP
a) Sebagai tanda pengenal diri taau identitas Wajib Pajak
b) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dalam
pengawasan adminsitrasi perpajakan

 Pencantuman NPWP
Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen perpajakan,Wajib Pajak
diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya

 Pendaftaran NPWP
Semua NPWP yang telah memenuhi persyaratan subjektif maupun
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan NPWP.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dan UU pajak penghasilan tahun 1984 dan
perubahannya.
Persyaratan objektif adalah objek persyaratan bagi subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan utnuk
melakukan pemotongan / pemungutan sesuai dengan ketentun UU Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Kewajiban mendftrkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi
jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenakan pajak terutang, Jangka waktu pendftran NPWP
adalah :
a) Bagi WP org pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan WP badan,wajib mendaftarkan diri paling lambat
1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
b) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu
usaha atau pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya
sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah
melebihi Penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan
diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan


NPWP akan dikenakan sanksi perpajakan.

 Penghapusan NPWP
Penghapusan Nomor Pajak Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur
Jendral Pajak apabila :
a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak
dan atau ahli warisannya apabila Wajib Pajak sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan
b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau
penggabungan usaha
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah
tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
dalam hal suami dari istri tersebut telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak.
d. Wajib Pajak Bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan
usahanya di Indonesia
e. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral pajak untuk
menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP )


Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahaan Barang Kena Pajak dan /atau penyerahaan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahaannya.
Setiap warga pajak sebagai Pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan
Nilai berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Pajak
Pertambahan Nilai 2984 yang :
a. Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak
b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu
bulu dalam suatu tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak telah melampaui batasan yang
ditentukan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lama akhir bulan
berikutnya.

Kewajiban melaporkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena


Pajak dilakukan sebelum melakukan penyerahaan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak terhadap pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP tetapi
tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP akan dikukuhkan
sebagai PKP secara jabatan dan dikenakan sanksi perpajakan.
 Fungsi Pengukuhan PKP
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan
b. Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
c. Pengawasan administrasi perpajakan.
 Tempat Pengukuhan PKP
Bagi wajib pajak sebagaimana yang memenuhi syarat sebagai PKP wajib
melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak
tertentu sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang – undangan
perpajakan. Dalam hal tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat
kegiatan usaha wajib pajak berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak, Dikrektur Jendral Pajak dapat menetapkann
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajin Pajak terdaftar.

 Pencabutan Pengukuhan PKP


Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal
a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak lain
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai pengusaha kenak pajak
termasuk pengusaha kena pajak yang jumlah peredaran dan atau
penerimaan bruto utnuk suatu tshun buku tidak melebihi batas
jumlah peredaran dan atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil
( Rp.600.000.000,- setahun )

Atas permohonan Wajib Pajak untuk melakukan Pencabutan


Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jendral Pajak setelah
melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu
6 bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap . Apabila jangka
waktu tersebut telah lewat, Direktur Jendral Pajak tidak memberi suatu
keputusan, maka permohonan pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dianggap dikaulkan dan surat keputusan mengenai Pencabutan
Pengukuhan Kena Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama
1 bulan setelah jangka waktu 6 bulan berakhir.

Surat Pemberitahuan ( SPT )


 Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan ( SPT ) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak, dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

 Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1
tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan obejk
pajak
c. Harta dan kewajiban dan atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 masa
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan.

Bagi pengusaha kenak pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluara, dan


b. Pembayaran atau Pelunasan Pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh pengusaha kenak pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu
masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan.

Bagi pemotongan atau pemungutan pajak, fungsi SPT adalah sebaagi


sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

 Prosedur Penyelesaian SPT


a. Wajib Pajak sebagaimana mengambil sendiri surat pemberitahuan di
tempat yang ditetapkan oleh Diektur Jendral Pajak atau mengambil
dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan peraturan menteri keuangan. Wajib Pajak juga dapat
mengambil surat pemberitahuan dengan cara lain, mislanya dengan
mengakses situs Direktorat Jendral Pajak untuk memperoleh formulir
Surat Pemberitahuan tersebut.
b. Setiap Wajib Pajak mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral
Pajak.
c. Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing
danmata uang selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan satuan mata uan selain rupiah yang
diizinkan.
d. Penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan,
stempel atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya
mempunyai kekuatan hukum yang sama
e. Bukti – bukti yang harus dilampiran pada SPT, antara lain :
 Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan : laporan
keuangan berupa neraca dan lporan rugi laba serta keterangan-
keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak
 Untuk SPT masa PPN sekurang – kurangnya memuat jumlah
Dasar Pengenaan Pajak , jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan dan jumlah kekurangan atau
kelebihan pajak.
 Untuk Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan :
Perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak
yang bersangkutan.
 Batas Waktu Penyampaian SPT
Batas waktu penyampaian SPT adalah :
a. Untuk SPT Masa, paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak. Khusus
untuk SPT Masa PPN disampaikan setelah berakhirnya Masa Pajak.
b. Untuk SPT Tahunan Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak atau
c. Untuk SPT Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 bulan setelah
akhir tahun pajak.

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING


BAB 2 : KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.
Nomor Pajak Wajib Pajak ( NPWP )
 Pnegertian NPWP
NPWP adalah nomor yang diberikan oleh Direktur Jendral Pajak
kepada WP sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal dri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan.
NPWP berfungsi :
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.

Setiap dokumen perpajakan sebagai contoh Surat Setoran Pajak ( SSP ),


faktur pajak , surat pemberitahuan, harus mencantumkan NPWP.

 Cara memperoleh NPWP dan saat usaha


Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktur
Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak.
Apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jendral
Pajak seorang pribadi atausuatu badan telah memenuhi syarat untuk
memperoleh NPWP dapat diterbitkan NPWP jabatan.

Surat Pemberitahuan ( SPT )


 Pengertian SPT
Pasal 1 ayat 10 UU No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian SPT adalah surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau
pembayaran pajak. Objek pajak dan atau bukan Objek pajak dan atau harta
dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan.
Adapun fungsi SPT dapat dilihat dari Wajib Pajak Pengusaha Kena
Pajak atau Pemotong, Pemungut pajak sebagai berikut :
a. Fungis SPT bagi WP Penghasilan
1. Sarana melapor dan mempertanggungjawabkan penghitungan pajak
yang sebenarnya terutang.
2. Melapor pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain
dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
3. Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain
dari satu Masa Pajak sesuai dengan peraturan perunang undangan
perpajakan yang berlaku.
 Pengisian dan Penyampaian SPT
WP harus mengambil sendiri formulir SPT pd kantor Pelayanan
Pajak setempat (dengan menunjukan NPWP ) dan mengisi formulir SPT
dengan benar, jelas, dan lengkap serta menandatangani sesuai dengan
petunjuk yang diberikan. Pengisian formulir yang tidak benar yang
mengakibatkan pajak yang terutang kurang dibayar, akan dikenakan sanksi
perpajakan. SPT yang telah diisi diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak
yang bersangkutan dalam batas waktu yang telah di tetapkan, dan meminta
bukti penerimaan SPT.

 Batas Waktu penyampaian SPT


Sesuai Pasal 3 ayat (3) UU No 16 Tahun 2000 ttg Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan,batas waktu penyampaian SPT diatur :
a. Untuk SPT Masa , paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak
b. Untuk SPT Tahunan, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

Pengaturan lainnya diperlakukan untuk PPh pasal 22 impor, PPh pasal


22 Bendaharawan , dan SPT Masa PPN yang disampaikan Direktorat
Jendral Bea Cukai,
C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Buku Utama
 Kelebihan
a. Isinya mudah untuk di pahami dan dimengerti isi materinya di
bandingkan buku yang lain.
b. Dan setiap pembaca yang belum mengetahui tentang perpajakan di
Indonesia setelah membaca buku tersebut menjadi lebih menambah
pengtahuan tentang perpajakan.
c. Buku ini juga dilengkapi dengan lampiran contoh formulir NPWP, SPT
tahunan PPh WP badan, SPT tahunan PPh WP org pribadi, SPT masa
PPh pasal 21 dan atau pasal 26 , SPT Masa PPN, SPT setoran pajak.

 Kelemahan
Pencetakan buku yang kurang rapi sehingga buku mudah sobek

Buku Pembanding

 Kelebihan
Kelebihan dari buku ini adalah materi-materi tentang perpajakan
yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami serta cukup menambah
wawasan pembaca tentang perpajakan.
 Kelemahan
Kelemahan dari buku ini adalah terdapat banyak perhitungan dan
kata-kata serapan dari bahasa asing yang cukup dapat membingungkan
pembaca, dan tampilan bukunya kurang menarik karena merupakan buku
lama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
Badan, wajib mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus kepadanya diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata
usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit
yaitu 9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode
administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28
Tahun2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan
bahwa “ Setiap Wajib Pajak wajib mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang
dikenakan pajak terpisah dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau
kehendak sendiri secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan
sanksi sesuai perundang-undangan perpajakan.
Pasal 1 angka 11 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor
80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan kewajiban Perpajakan berdasarkan
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat dibawahnya seperti peraturan menteri
keuangan.
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam
UU sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi pidana.

B. SARAN
Menurut kelompok kami buku perpajakan karangan mardiasmo dan buku
perpajakan Indonesia karangan waluyo sama sama dapat digunakan sebagai literature
maupun sebagai referensi bagi pembaca baik dosen,guru atau pun mahasiswa untuk
menambah wawasan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia ,
ataupun sebagai bahan ajar baik dosen maupun guru bidang studi perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2015, Perpajakan, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta


Waluyo, 2003, Perpajakan Indonesia : Salembat Empat

Anda mungkin juga menyukai