Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, Hukum Agama
dan Hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum Adat, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh
12
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara
manusia. 9
masyarakat.10
8
E. Utrecht/Moh. Saleh Djindang,S.H.,Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1983, hal 3
9
Samidjo,S.H.,Pengantar Hukum Indonesia, Armico, Bandung, 1985, hal 21
10
Ibid hal 22
11
ibid
peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada
dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati
melakukan tugasnya.” 14
yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah melalui
badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai sangsi
bagi pelanggarnya.
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli tersebut,
dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu :15
masyarakat
12
Ibid
13
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia ,Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal. 6
14
Ibid hal 7.
15
Samidjo,S.H.,Pengantar Hukum Indonesia, Armico, Bandung, 1985, hal 22
dan orang lain. Tujuan Hukum memiliki beberapa teori dalam mengetahui arti
yang dibuat harus diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat, hukum
naungan hukum.16
bermanfaat bagi orang. Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas
16
Njowito Hamdani, Teori Tujuan Hukum, Gramedia, Jakarta, 1992, hal 209
diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan
atau dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia
akan menggeser nilai keadilan, dan jika kepastian oleh karena hukum
merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai
bagi adanya masyarakat yang teratur dan damai. Dan untuk mewujudkan
yang lain, dan setiap orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang
dikatakan sebagai jalan tengah antara teori etis dan utilitas karena lebih
B. Sumber-sumber Hukum
masyarakat makin lama makin tak menunjukkan ketegasan serta mulai diabaikan
hukum ,tentu harus mengetahui sebagian aspek yang dikaji didalam ilmu
hukum,salah satunya adalah sumber hukum. Sumber Hukum itu sendiri dapat
artikan sebagai tempat dimana kita dapat menemukan atau menggali apa itu yang
aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi
kekuatan berlakunya hukum secara formal artinya dari mana hukum itu dapat
ditemukan , dari mana asal mulanya hukum di mana hukum dapat dicari atau
suatu peraturan tertentu mempunyai kekuatan mengikat atau berlaku dan lain
sebagainya.19
Menurut Ilhami Bisri sumber hukum adalah segala sesuatu yang memiliki
sifat normatif yang dapat dijadikan tempat berpijak bagi atau tempat memperoleh
19
R. Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal 117-118
20
Ilham Bisri, Sistem Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2004, hal 6
Prof Dr. Sudikno SH, sumber hukum itu sendiri digunakan dalam
sebagainya
Romawi.
dokumen, Undang-undang.
hukum.21
membagi sumber hukum Menjadi sumber Hukum Materiil dan sumber Hukum
formil.22
Sumber Hukum materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil.
sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau caraa yang
23
Chainur arrasid,Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal 48-50
orang bagi golongan ahli agama yang menajdi dasar hukum yang
paling hakiki ialah kitab suci. Dari pandangan ahli tersebut dapat
hukum dalam arti kata materiil ialah segala apa yang merupakan
1. Undang-undang
arti formil tidak lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan
2. Kebiasaan
Kebiasaan atau tradisi adalah sumber hukum yang tertua, sumber dari
mana dikenal atau dapat digali sebagian dari hukum diluar undang-undang,
merupakan tindakan menurut pola tingkah langku yang tetap, ajeg, lazim,
normal atau adat dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu. Perilaku
yang tetap atau ajeg berarti merupakan perilaku manusia yang diulang.
kekuatan yang mengikat. Karna diulang oleh orang banyak maka mengikat
keyakinan atau kesadaran, bahwa hal itu patut untuk dilakukan. Keyakinan
atau kesadaran itu tidak perlu ada sejak semula melekat pada kebiasaan. Kalau
suatu tingkah laku atau perbuatan itu berlangsung secara tetap, terulang, akan
menjadikan tingkah laku itu kebiasaan atau adat adalah kepatutan dan bukan
unsure terulang atau tetapnya tingkah laku. Karena dirasakan patut maka lalu
diulang. Patut atau tidaknya itu bukan karena pendapat seseorang, tetapi
pendapat masyarakat.
secara umum. Traktat adalah perjanjian yang harus disampaikan kepada badan
uang).
4. Yurisprudensi
berarti peradilan pada umumnya, yaitu pelaksanaan hukum dalam konkrit terjadi
tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan
oleh Negara dan serta bebas pengaruh apa atau siapapun dengan cara memberikan
putusan yang bersifat mengikat dan beribawa. Disamping itu yurisprudensi dapat
pula berarti ajaran hukum atau doktrin yang dimuat dalam putusan. Dalam uraian
terhukum. Jadi putusan pengadilan hanya mengikat orang-orang tertentu saja dan
undang ialah bahwa kalau putusan pengadilan itu berisi peraturan-peraturan yang
setiap orang.
5. Doktrin
adalah sumber hukum, tetapi ilmu hukum bukan lah hukum karena tidak
Mengenai pendapat para sarjana atau ilmu hukum ini didalam sejarah pernah
dikenal adanya pendapat umum yang mengatakan bahwa orang tidak boleh
sarjana). Orang tidak boleh menyimpang dari pendapat umum para sarjana
yang berarti bahwa pendapat umum para sarjana itu mempunyai kekuatan
mengikat.
6. Perjanjian
Menurut teori klasik yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum yang bersisi dua ”een tweezijdige overenkomst” yang didasarkan atas
dengan satu perbuatan hukum yang bersisi dua tidak lain adalah satu
perbuatan hukum yang meliputi penawaran dari pihak yang satu dan
Perjanjian hendaknya dibedakan dari janji. Meskipun janji itu didasarkan oleh
kata sepakat, namun kata sepakat itu tidak untuk menimbulkan akibat hukum,
berarti bahwa apabila janji itu dilanggar maka tidak ada akibat hukumnya,
di dalam pergaulan bermasyarakat yang diatur dalam hukum. Peristiwa hukum ini
dibedakan dalam dua macam peristiwa, yang disebut dengan istilah perbuatan
subyek hukum dan perbuatan yang bukan perbuatan subyek hukum. Perbuatan
subyek hukum, adalah perbuatan orang (persoon) baik manusia atau badan
Perbuatan hukum, adalah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik
yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu) maupun yang dilakukan dua pihak
(bersegi dua). Hal yang harus diperhatikan dalam peristiwa yang dikatakan
perbuatan hukum adalah akibat, oleh karena akibat itu dapat dianggap sebagai
maka perbuatan itu bukan perbuatan hukum. Jadi adanya kehendak agar dikatakan
Pasal 875 KUHPerdata, maka perbuatan itu adalah perbuatan hukum sepihak.
Selanjutnya apabila akibat hukumnya timbul karena perbuatan dua pihak, seperti
jual beli, sewa menyewa yang merupakan persetujuan (perjanjian) dua pihak
adalah perbuatan hukum dua pihak. Sedangkan perbuatan subyek hukum yang
hukum. Perbuatan yang akibatnya diatur hukum walaupun akibat itu tidak
25
H. Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, PT. Alumni, Bandung,2005, hal.40-
41
“Jika orang dengan sukarela tanpa ada suruhan, berbuat mengurus urusan
orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang itu, maka berarti secara
menyelesaikan urusan tersebut sampai orang yang urusannya diurus itu dapat
mengurusnya sendiri”.26
perbuatan subjek hukum yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum yang
sengaja dikehendaki oleh subjek hukum. Pada asasnya akibat hukum ini
ditentukan juga oleh hukum. Unsur-unsur perbuatan hukum adalah kehendak dan
Perbuatan hukum dapat bersifat aktif dan maupun pasif. Meskipun seseorang tidak
berbuat, tetapi kalau dari sikapnya yang pasif itu dapat ditafsirkan mengandung
perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum (manusia atau badan hukum),
perbuatan mana dapat menimbulkan suatu akibat yang dikehendaki oleh yang
26
Ibid hal 42
27
Prof.Dr.Sudikno Mertokusumo,S.H. Op.Cit Hal 51
melakukan atau salah satu di antara yang melakukannya, maka perbuatan itu
bukan perbuatan hukum. Oleh karena itu, kehendak dari subjek hukum (manusia
atau badan hukum) yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari
kehendak dari yang melakukan perbuatan hukum tersebut dan akibat dari
perbuatan itu diatur oleh hukum. Dan pernyataan kehendak pada asasnya tidak
Perbuatan Hukum Sepihak adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula. Contoh dari
bahwa adapun yang dinamakan wasiat atau testamen adalah suatu akta
kembali lagi.
Perbuatan Hukum Dua Pihak adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak
(timbal balik). Contoh dari Perbuatan Hukum Dua Pihak tersebut dapat dijelaskan
seabgai berikut :
a. persetujuan jual beli. Pasal 1457 KUHPerdata meyebutkan jual beli adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar yang
telah dijanjikan.
28
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2013, hal. 371
29
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 181
suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu
pembayarannya.
dinikmati sepenuhnya.30
c. Gadai, dalam Pasal 1150 KUHPerdata gadai adalah suatu hak yang
harus didahulukan.
30
Ibid. hal. 220