Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. 1
PRAKATA................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
1.1 Definisi 4
Cendikiawan.........................................................................
1.2 Peranan 4
Cendikiawan.........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6
2.1 Kontribusi Cendekiawan Muslim pada Iptek 6
Kimia...........................
2.2 Biografi Cendikiawan........................................................................ 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Cendekiawan

Dalam ilmu-ilmu sosial, memang tidak mudah untuk membatasi


suatu konsep sedemikian rupa, sehingga batasan itu mencakup
kesepakatan umum di antara para ahli. Banyak ahli yang telah
mengemukakan definisi cendekiawan yang memiliki perbedaan
redaksional, perbedaan sisi pandang atau perbedaan skala prioritas,
tetapi Oxford Learners Dictionary memberikan batasan yang cukup
representatif tentang cendekiawan (diistilahkan secara intelektual)
dengan "orang-orang yang mempunyai atau menunjukkan kemampuan
nalar (reasoning power) yang baik, yang tertarik pada hal-hal rohani
(things of mind) seperti kesenian atau ide-ide demi seni atau demi ide
itu sendiri, serta memiliki kemampuan untuk sungguh-sungguh berpikir
bebas". Dalam perspektif islam, cendekiawan juga memiliki posisi
strategis. Secara tegas Al-Qur'an menyebut: "yar fa'illahu lladziina
aamanuu wal ladziina 'uutui 'ilma darajaat" yang artinya "Allah
mengangkat derajat orang-orang yang beriman serta orang - orang yang
berilmu pengetahuan/ cendekiawan"1.

1.2 Peranan Cendekiawan


Mohamad Hatta menunjukkan peran cendekiawan dengan:
"memberi petunjuk dan memberi pimpinan kepada perkembangan
hidup kemasyarakatan, dan bukannya menyerahkan diri kepada
golongan yang berkuasa yang memperjuangkan kepentingan mereka
masing-masing"2.

1
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 69.
2
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 71.

2
Setidaknya ada tiga premis nilai modernitas yang dapat ditarik
benang merah dengan keberadaan kaum cendekiawan (Budi Hardiman,
1996:94). Pertama, sosok manusia modern seharusnya mengutamakan
kesadaran diri sebagai subyek yang memperhatikan persoalan hak-hak
individu, otonomi pribadi, serta kesadaran hidup berdemokrasi. Kedua,
sosok manusia modem seharusnya bersikap kritis. Sikap ini juga
melekat pada cendekiawan. Seorang cendekiawan senantiasa dituntut
untuk bersikap kritis dalam menghadapi berbagai persoalan yang
muncul dimasyarakat. Ketiga, sosok manusia modern yang memiliki
kecenderungan untuk bersikap progresif, sehingga senantiasa
mengadakan pembahan yang secara kualitatif meningkat atau minimal
baru3.

3
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 72-73.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontribusi Cendekiawan Muslim pada Iptek Kimia

Iptek seperti yang kita kenal saat ini merupakan kreasi manusia
dalam ribuan tahun dan berasal dari sumbangan banyak bangsa di dunia.
Seperti yang seringkali dikemukakan pleh Abdus Salam, Nobelis Fisika
1979, technology unsupported by science, simply can not flourish.
Teknologi tanpa dukungan sains tak akan berkembang, Dengan demikian
islilah Iptek pada dasamya menunjuk adanya satu kesatuan antara sains dan
teknologi atau keduanya ibarat dua muka dari satu mata uang4.

Untuk melihat sumbangan Islam dalam Iptek dapat dilihat dari


tampilnya ilmuwan Islam dalam khasanah literatur dunia dalam zamannya.
Dalam volume pertama karya monumental Sarton (1927) berjudul
Introduction to the History of Science, hampir sepertiga buku yang tebalnya
840 halaman membahas kontribusi ilmuwan Islam. Beberapa nama besar
yang disebut diantaranya Jabir Abu Musa ibnu Haiyan (pengembang ilmu
kimia disebut Bapak Kimia), al Khawarizmi (penemu aljabar dan astronom),
al Razi (pengembang kedokteran dan kimia) dan al Masu'di (ahli kimia dan
sejarawan)5.

Dalam kontribusi islam terhadap iptek, penulis tertarik membahas


cendekiawan yang berkotribusi dalam iptek khususnya bidang kimia atau
ilmu sains lainnya. Dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu
cendekiawan islam yang berkontribusi dalam iptek yang terkait dengan
ilmu sains, yaitu cendekiawan Ibnu Al-Baitar, salah seorang ahli kimia dan
farmakologi.

2.2 Biografi Cendekiawan


4
Chairil Anwar, "Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Iptek", dalam UNISIA, No. 24, Tahun
XIV Triwulan 4, 1994 (Yogyakarta: Unisia 1994), hlm. 33.
5
Chairil Anwar, "Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Iptek", dalam UNISIA, No. 24, Tahun
XIV Triwulan 4, 1994 (Yogyakarta: Unisia 1994), hlm. 35.

4
Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai biografi dari
cendekiawan muslim, adapun biografi berisi:

Gambar 2.1 Ibnu Al-Baitar

Nama: Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn Al Baitar Dhiya Al DIn
Al Malaqi atau sering di kenal dengan nama Ibnu Al-Baitar.

Sejarah singkat: Ibnu Al-Baitar lahir di Malaga, Spanyol di akhir abad


ke-12 pada tahun 589 H atau 1193 M. Beliau berasal dari keluarga Al-
Baitar di kota itu dan dikenal sebagai ahli botani dan farmasi pada abad
pertengahan.

Minatnya pada tumbuhan sudah tertanah sejak kecil. Beliau


memiliki beberapa guru yaitu Abu Al-'Abbas An-Nabati, Abdullah bin
Shalih, dan Abu Al-Hajjaj dan dari gurunya ini beliau menguasai tiga
bahasa yaitu Spanyol, Yunani dan Suriah sebagai bekal untuk
mengembangkan ilmunya dengan mengadakan perjalanan ke beberapa
negara. Saat berumur 22 tahun pada tahun 1219 M, beliau meninggalkan
Spanyol menyusuri sepanjang pantai utara Afrika dan Asia Timur. Pada
tahun 1224 M beliau bekerja sebagai kepala ahli tanaman obat untuk al-
Kamil, Gubernur Mesir. Pada tahun 1227 M beliau memperluas penelitian
tumbuhannya hingga Damaskus, Suriah, Saudi Arabia dan Palestina. Ibnu
Al-Baitar meninggal pada tahun 1248 M/646 H dalam usia 55 tahun di
Damaskus6.

6
Miftah Saiful 'Arifin, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi Islam", diakses dari
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-tokoh-botani-farmasi-
islam/, pada tanggal 9 Oktober 2020.

5
Pemahaman Agama dan Akhlak : Melalui ilmu dan karyanya, beliau
menyebarkan manfaat. Selain menjadi murid yang baik, beliau juga mejadi
guru yang baik. Beliau sangat khidmat kepada Raja Mesir.
Kontribusi iptek kimia : Karya besar Ibnu Al-Baitar yang paling populer
mengenai tanaman yaitu Kitab Al-Jami fi Al Adwiya Al Mufrada (The
Complete [book] in Simple Medicaments and Nutritious Items) yaitu salah
satu kombinasi tumbuhan terbesar yang berhubungan dengan tumbuhan
dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Beliau menikmati status
tinggi di antara ahli botani hingga abad ke-16 dan merupakan karya
sistematis yang mewujudkan karya-karya sebelumnya, Ensiklopedia
tersebut terdiri dari sekitar 1.400 jenis obat-obatan dari hewan, di mana
sekitar 200 tanaman tidak diketahui sebelumnya.
Karya keduanya yaitu Kitab Al Mughni fi Al Adwiya Al Mufrada
(The Ultimate in Materia Medica) adalah ensiklopedia obat-obatan. Obat-
obatan tersebut terdaftar sesuai dengan nilai terapeutiknya. 20 babnya yang
berbeda membahas tentang tanaman yang memiliki tanda-tanda penyakit
kepala, telinga, mata, dll. Mengenai masalah bedah ia sering mengutip ahli
bedah Muslim terkenal, Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa Arab, beliau
memberi nama Yunani dan Latin pada tumbuhan tersebut, sehingga
memudahkan transfer ilmu. Kontribusi Ibnu Al-Baitar dicirikan oleh
observasi, analisis dan klasifikasi dan telah memberikan pengaruh yang
kuat pada botani dan kedokteran Timur serta Barat7.
"Catatan-catatan Ibnu Al-Baitar adalah catatan terpenting dalam
dunia tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli botani", ungkap Sarton.
Catatan Ibnu Al-Baitar menurut ahli sejarah Sarton seperti kamus atau
ensiklopedia lengkap tentang tumbuh-tumbuhan8.

7
Editor In Chief, "Biography Ibn Al Baitar", dalam Qatar Medical Journal, Vol. 12, No.1, Juni
2003, hlm. 1.
8
Miftah Saiful 'Arifin, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi Islam", diakses dari
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-tokoh-botani-farmasi-
islam/, pada tanggal 9 Oktober 2020.

6
BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah yang telah kami buat, beberapa kesimpulannya yaitu :


1. Teknologi tanpa dukungan sains tak akan berkembang, Dengan demikian
istilah Iptek pada dasamya menunjuk adanya satu kesatuan antara sains dan
teknologi.
2. Cendekiawan merupakan manusia dengan perkembangan hidup
kemasyarakatan, dan bukannya menyerahkan diri kepada golongan yang
berkuasa yang memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing.
3. Cendekiawan islam yang berperan pada iptek kimia atau ilmu sains lainnya
adalah Ibnu Al-Baitar, kontribusi beliau dicirikan oleh observasi, analisis dan
klasifikasi dan telah memberikan pengaruh yang kuat pada botani dan
kedokteran.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, 1994, "Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Iptek", UNISIA


(24): 33-40.

'Arifin, Miftah Saiful, 2015, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi
Islam", Diperoleh melalui situs internet:
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-
tokoh-botani-farmasi-islam/ diakses pada tanggal 9 Oktober 2020.

Editor in Chief, 2003, "Biography Ibn Al Baitar", Qatar Medical Journal (12): 1.

Moedjiono, Imam, 1999, "Cendikiawan dan Kebebasan Akademik", JPI FIAI


Jurusan Tarbiyah (5): 67-78.

Anda mungkin juga menyukai