HALAMAN JUDUL.................................................................................. 1
PRAKATA................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
1.1 Definisi 4
Cendikiawan.........................................................................
1.2 Peranan 4
Cendikiawan.........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6
2.1 Kontribusi Cendekiawan Muslim pada Iptek 6
Kimia...........................
2.2 Biografi Cendikiawan........................................................................ 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 69.
2
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 71.
2
Setidaknya ada tiga premis nilai modernitas yang dapat ditarik
benang merah dengan keberadaan kaum cendekiawan (Budi Hardiman,
1996:94). Pertama, sosok manusia modern seharusnya mengutamakan
kesadaran diri sebagai subyek yang memperhatikan persoalan hak-hak
individu, otonomi pribadi, serta kesadaran hidup berdemokrasi. Kedua,
sosok manusia modem seharusnya bersikap kritis. Sikap ini juga
melekat pada cendekiawan. Seorang cendekiawan senantiasa dituntut
untuk bersikap kritis dalam menghadapi berbagai persoalan yang
muncul dimasyarakat. Ketiga, sosok manusia modern yang memiliki
kecenderungan untuk bersikap progresif, sehingga senantiasa
mengadakan pembahan yang secara kualitatif meningkat atau minimal
baru3.
3
Imam Moedjiono, "Cendekiawan dan Kebebasan Akademik", dalam JPI FIAI Jurusan Tarbiyah,
Vol. 5, Tahun IV, Agustus 1999 (Yogyakarta: UII, 1999), hlm. 72-73.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Iptek seperti yang kita kenal saat ini merupakan kreasi manusia
dalam ribuan tahun dan berasal dari sumbangan banyak bangsa di dunia.
Seperti yang seringkali dikemukakan pleh Abdus Salam, Nobelis Fisika
1979, technology unsupported by science, simply can not flourish.
Teknologi tanpa dukungan sains tak akan berkembang, Dengan demikian
islilah Iptek pada dasamya menunjuk adanya satu kesatuan antara sains dan
teknologi atau keduanya ibarat dua muka dari satu mata uang4.
4
Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai biografi dari
cendekiawan muslim, adapun biografi berisi:
Nama: Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn Al Baitar Dhiya Al DIn
Al Malaqi atau sering di kenal dengan nama Ibnu Al-Baitar.
6
Miftah Saiful 'Arifin, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi Islam", diakses dari
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-tokoh-botani-farmasi-
islam/, pada tanggal 9 Oktober 2020.
5
Pemahaman Agama dan Akhlak : Melalui ilmu dan karyanya, beliau
menyebarkan manfaat. Selain menjadi murid yang baik, beliau juga mejadi
guru yang baik. Beliau sangat khidmat kepada Raja Mesir.
Kontribusi iptek kimia : Karya besar Ibnu Al-Baitar yang paling populer
mengenai tanaman yaitu Kitab Al-Jami fi Al Adwiya Al Mufrada (The
Complete [book] in Simple Medicaments and Nutritious Items) yaitu salah
satu kombinasi tumbuhan terbesar yang berhubungan dengan tumbuhan
dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Beliau menikmati status
tinggi di antara ahli botani hingga abad ke-16 dan merupakan karya
sistematis yang mewujudkan karya-karya sebelumnya, Ensiklopedia
tersebut terdiri dari sekitar 1.400 jenis obat-obatan dari hewan, di mana
sekitar 200 tanaman tidak diketahui sebelumnya.
Karya keduanya yaitu Kitab Al Mughni fi Al Adwiya Al Mufrada
(The Ultimate in Materia Medica) adalah ensiklopedia obat-obatan. Obat-
obatan tersebut terdaftar sesuai dengan nilai terapeutiknya. 20 babnya yang
berbeda membahas tentang tanaman yang memiliki tanda-tanda penyakit
kepala, telinga, mata, dll. Mengenai masalah bedah ia sering mengutip ahli
bedah Muslim terkenal, Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa Arab, beliau
memberi nama Yunani dan Latin pada tumbuhan tersebut, sehingga
memudahkan transfer ilmu. Kontribusi Ibnu Al-Baitar dicirikan oleh
observasi, analisis dan klasifikasi dan telah memberikan pengaruh yang
kuat pada botani dan kedokteran Timur serta Barat7.
"Catatan-catatan Ibnu Al-Baitar adalah catatan terpenting dalam
dunia tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli botani", ungkap Sarton.
Catatan Ibnu Al-Baitar menurut ahli sejarah Sarton seperti kamus atau
ensiklopedia lengkap tentang tumbuh-tumbuhan8.
7
Editor In Chief, "Biography Ibn Al Baitar", dalam Qatar Medical Journal, Vol. 12, No.1, Juni
2003, hlm. 1.
8
Miftah Saiful 'Arifin, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi Islam", diakses dari
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-tokoh-botani-farmasi-
islam/, pada tanggal 9 Oktober 2020.
6
BAB III
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA
'Arifin, Miftah Saiful, 2015, "Biografi Ibnu Al-Baitar: Tokoh Botani Farmasi
Islam", Diperoleh melalui situs internet:
https://invisibletimeblog.wordpress.com/2015/02/14/biografi-ibnu-al-baitar-
tokoh-botani-farmasi-islam/ diakses pada tanggal 9 Oktober 2020.
Editor in Chief, 2003, "Biography Ibn Al Baitar", Qatar Medical Journal (12): 1.