Anda di halaman 1dari 31

Asuhan Keperawatan pada Klien

SARS
Disusun oleh:
Ceri Andriana
Khairun Nisak
Endang Wahyuni
Sari Bunga Pasande
Latar Belakang
Alasan kami mengambil Asuhan Keperawatan
SARS karena SARS itu singkatan dari Severe
Acute Respiratory Syndrome atau Corona Virus
Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi
pada seseorang setelah 1 Februari 2003 lalu.
Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini
terus melanda kawasan Asia dan terus meminta
korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi
korban tewas keenam di wilayah administrative.
Tujuan

 Agar mahasiswa/ i memahami tentang Asuhan


Keperawatan SARS
 Agar mahasiswa/i mengetahui (Manipestasi klinis,
etiologi, patofisiologi, prognosis) penyakit SARS
 Untuk memenuhi tugas KMB I (sistem
Pernapasan)
pengertian
SARS (severe acute respiratory SARS (severe acute respiratory
syndrome) adalah sekumpulan gejala syndrome) adalah suatu jenis
sakit pernapasan yang mendadak dan kegagalan paru-paru dengan
berat atau disebut juga penyakit berbagai kelainan yang berbeda,
infeksi saluran pernafasan yang yang menyebabkan terjadinya
disebabkan oleh virus Corona pengumpulan cairan di paru-paru
Family Paramyxovirus. (edema paru).
Severe Acute Respiratory Syndrome SARS merupakan kedaruratan
(SARS) atau Corona Virus medis yang dapat terjadi pada
Pneumonia (CVP) adalah Syndroma orang yang sebelumnya
pernafasan akut berat yang mempunyai paru-paru yang
merupakan penyakit infeksi pada normal.  Walaupun sering disebut
jaringan paru manusia yang sampai sindroma gawat pernafasan akut
saat ini belum diketahui pasti dewasa, keadaan ini dapat juga
penyebabnya. terjadi pada anak-anak.
Dari semua pengertian yang ada
di atas dapat disimpulkan bahwa
Severe acute respiratory syndrome
(SARS) atau sindrom pernapasan
akut berat adalah sindrom akut
akibat infeksi virus pada paru
yang bersifat mendadak dan
menunjukan gejala gagguan
pernapasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak
dengan pasien SARS, dan sampai
saat ini belum diketahui pasti
penyebabnya. walaupun sering
disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan
ini dapat juga terjadi pada anak-
anak.
(KONSEP DASAR)
 Trakhea
Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar
sekitar 2,5 cm.
 Bronchial & Alveoli

Ujung distal trakhea membagi menjadibronkhi primer kanan


dan kiri yang terletak didalam rongga dada.
 Paru-paru

Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada


dan dikelilingi serta dilindungi oleh singkar iga.
 Toraks

Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan
sebagian tengah yang disebut mediastinum.
Etiologi
ETIOLOGI SARS MASIH DIPELAJARI.
PADA 7 APRIL 2003, WHO
MENGUMUMKAN KESEPAKATAN
BAHWA CORONAVIRUS YANG BARU
TERIDENTIFIKASI ADALAH
MAYORITAS AGEN PENYEBAB SARS.
PENYEBABNYA LAIN BISA KARENA PENYAKIT
APAPUN, YANG SECARA LANGSUNG ATAUPUN
TIDAK LANGSUNG YANG MELUKAI PARU-PARU,
DIANTARANYA :
a. Pneumonia
f. Emboli paru
b.Tekanan darah yang
sangat rendah (syok) g. Cedera pada dada
c. Terhirupnya h. Overdosis obat seperti
makanan ke dalam heroin, metadon,
paru (menghirup propoksifen atau
muntahan dari aspirin
lambung)
i. Trauma hebat
d.Beberapa transfusi
darah j. Transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru (terutama dalam
karena menghirup jumlah yang sangat
oksigen konsentrasi banyak).
tinggi
Patofisiologi
.. ?!!
Manispestasi Klinis

Demam tinggi (> 380C / 100,40F)


Batuk
sesak napas/sukar bernapas/napas pendek
Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah,
bercak merah pada kulit, bingung, diare
ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat
pajanan dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala
klinis yaitu :

Pernah kontak dekat dengan penderita suspect


atau penderita probable SARS (seperti merawat
penderita, tinggal bersama, menangani sekret
atau cairan tubuh penderita)
Dan atau adanya riwayat pernah melakukan
perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit
SARS
Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit
SARS.
KOMPLIKASI

 Abses paru  Asidosis metabolic


 Efusi pleural  Dehidrasi

 Empisema  Penyakit multi lobular

 Gagal nafas  Septikemi

 Perikarditis  Superinfeksi dapat

 Meningitis terjadi sebagai


 Atelektasis komplikasi pengobatan
farmakologis.
 Hipotensi

 Delirium
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus


pneumonia.
 Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop,
terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah
dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan
(sianosis, karena kekurangan oksigen).
 Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
 Pemeriksaan Bakteriologis    : sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal,
torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
 Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh
hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya
mampu mendeteksi antibody.
LANJUTAN…
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
mendiagnosis SARS :

 Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan


cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)
 Gas darah arteri

 Hitung jenis darah dan kimia darah

 Bronkoskopi
PENATALAKSANAAN

supportif: meningkatkan daya tahan tubuh berupa


nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin(vit C
dan B kompleks) dan lain-lain.
simtomatik: analgesik, antitusif, mukolitik
profilaksis: antibiotik terapeutik dan profilaksis
sesuai indikasi
Antibiotik: (quinolones dan makrolid)
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan

S.Aureus
 
Prognosis

Angka kematian melebihi 40%. 

Penderita yang bereaksi baik terhadap


pengobatan, biasanya akan sembuh total,
dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka
panjang. 
Konsep Keperawatan
 
Pengkajian

 Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi


cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi
bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi.
 Perhatikan perubahan suhu tubuh.

 Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.


 Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan,
tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi
jantung, dan superinfeksi.
 Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti
tindakan yang dilakukan.
 Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan
tindakan yang dilakukan.
Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake
oral tidak adekuat, takipneu, demam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
4. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi
(kerusakan organ)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi (RR >24x/menit) atau hipoventilasi
(RR <16x/menit).
DX. 1 Intervensi
NIC :
Airway suction
 Pastikan kebutuhan oral atau tracheal
suctioning Airway Management
 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
suctioning.

lift atau jaw thrust bila perlu
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
suctioning
 Minta klien nafas dalam sebelum suction ventilasi
dilakukan.  Identifikasi pasien perlunya
 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk pemasangan alat jalan nafas buatan
memfasilitasi suksion nasotrakeal  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Gunakan alat yang steril setiap melakukan
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
tindakan
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas suara tambahan
dalam setelah kateter dikeluarkan dari  Kolaborasi pemberian bronkodilator
nasotrakeal
bila perlu
 Monitor status oksigen pasien
 Atur intake untuk cairan
 Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
suksion mengoptimalkan keseimbangan.
 Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila  Monitor respirasi dan status O2
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dan lain-lain.
DX. 1
Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC :

a. Respiratory status : Ventilation


b. Respiratory status : Airway patency

Kriteria Hasil :

c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas


yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
d. Menunjukkan jalan nafas yang paten
e. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor
yang dapat menghambat jalan nafas
DX. 2 Intervensi
Fluid management Berikan penggantian
 Pertahankan catatan intake dan
nesogatrik sesuai output
output yang akurat
Dorong keluarga untuk
 Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa, membantu pasien makan
nadi adekuat, tekanan darah Kolaborasi dokter jika tanda
ortostatik ), jika diperlukan
 Monitor vital sign
cairan berlebih muncul
 Monitor masukan makanan /
meburuk
cairan dan hitung intake kalori Atur kemungkinan tranfusi
harian Persiapan untuk tranfusi
 Lakukan terapi IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Dorong masukan oral
DX.2 Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC:
•Fluid balance
•Hydration
•Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :
•Mempertahankan urine output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
•Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
normal
•Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan
DX.3 Intervensi
Eating disorder
manajemen Terapi gizi

 Monitor masukan makanan atau


 Tentukan kebutuhan kalori minuman dan hitung kalori harian
harian secara tepat
 Ajarkan klien dan keluarga  Kolaborasi ahli gizi
tentang pentingnya nutrient  Pastikan dapat diet TKTP (tinggi
kalori tinggi protein)
 Monitoring TTV dan nilai 
 Berikan perawatan mulut
Laboratorium  Pantau hasil labioratoriun protein,
 Monitor intake dan output albumin, globulin, HB
 Pertahankan kepatenan  Jauhkan benda-benda yang tidak
enak untuk dipandang seperti
pemberian nutrisi parenteral urinal, kotak drainase, bebat dan
 Pertimbangkan nutrisi enteral pispot
 Pantau adanya Komplikasi GI  Sajikan makanan hangat dengan
variasi yang menarik
DX.3
Tujuan dan Kriteria Hasil

•Pemasukan nutrisi yang adekuat


•Pasien mampu menghabiskan diet yang
dihidangkan
•Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
•Nilai laboratorim, protein total 8-8 gr%,
Albumin 3.5-5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6 gr
%, HB tidak kurang dari 10 gr %
•Membran mukosa dan konjungtiva
tidak pucat
DX.4 Intervensi
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Energy Management
Medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten Observasi adanya pembatasan klien
yang sesuai dengan kemampuan fisik, dalam melakukan aktivitas
psikologi dan social
Dorong anal untuk mengungkapkan
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk perasaan terhadap keterbatasan
aktivitas yang diinginkan
Kaji adanya factor yang menyebabkan
 Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek kelelahan
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang Monitor nutrisi  dan sumber energi
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan Monitor pasien akan adanya kelelahan
diwaktu luang fisik dan emosi secara berlebihan
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
Monitor respon kardiovaskuler 
beraktivitas terhadap aktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
Monitor pola tidur dan lamanya
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, social dan tidur/istirahat pasien
spiritual
DX.4 Tujuan dan Kriteria Hasil

•Energy conservation
•Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
•Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
•Mampu melakukan aktivitas sehari
hari (ADLs) secara mandiri
DX.5 Intervensi
Teaching : disease Process Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
 Berikan penilaian tentang tingkat Hindari harapan yang kosong

pengetahuan pasien tentang Diskusikan perubahan gaya hidup yang

proses penyakit yang spesifik mungkin diperlukan untuk mencegah
 Jelaskan patofisiologi dari komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan
dan fisiologi, dengan cara yang
tepat. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion
 Gambarkan tanda dan gejala yang dengan cara yang tepat atau
biasa muncul pada penyakit, diindikasikan
dengan cara yang tepat Eksplorasi kemungkinan sumber atau

 Gambarkan proses penyakit, dukungan, dengan cara yang tepat
dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda

 Identifikasi kemungkinan dan gejala untuk melaporkan pada
penyebab, dengna cara yang tepat pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DX. 5 Tujuan dan Kriteria Hasil

•Knowledge : disease process


•Knowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
•Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
•Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
• Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
DAPTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC, Jakarta
 Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius : Jakarta. 
 Widoyono, Penyakit Tropis, Penerbit Erlangga, 2008
 http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=63
 http://dhewynerz.blogspot.com/2009/11/askep-
sars.html
HATUR NUHUN ..

Anda mungkin juga menyukai