SISTEM KESMAS
DISUSUN OLEH :
NAMA : MISNAWATI
NIM : 1911102413128
KELAS : 4A
NIM : 1911102413128
KELAS : 4 A
JAWAB :
A. Gaya kepemimpinan Otokratis Dalam tipe ini, pemimpin menentukan sendiri “policy” dan
dalam rencana untuk kelompoknya, membuat keputusan-keputusan sendiri namun
mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan mengikuti perintahnya, jadi
pemimpin tersebut menetukan atau mendiktekan aktivitas dari anggotanya. Pemimpin
otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan
cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-
perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan otokrasi terjadi adanya
keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi bawahan dalam memuaskan kebutuhan
egoistisnya.
b. Tipe ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin, kurang inisiatif,
bergantung pada atasan dan kurang kecakapan.
c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengan catatan bila
situasi memungkinkan.
d. Lebih matang dan bertanggung jawab terhadap status dan pangkat yang lebih tinggi.
- Kelemahannya adalah :
c. Memberikan persyaratan tingkat “skilled” (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pimpinan.
d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak karena dapat
menimbulkan perselisihan.
C. Gaya kepemimpinan Laissez Faire Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini
bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna
mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi.
Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan
pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya. Pada tipe ini pemimpin
akan meletakkan tanggung jawab keputusan sepenuhnya kepada para bawahannya,
pemimpin akan sedikit saja atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan.
Pemimpin pada gaya ini sifatnya positif dan seolah-olah tidak mampu memberikan
pengaruh kepada bawahannya.
b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggappenting dan tidak
bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih cepat.
- Kelemahannya adalah :
a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi penyimpangan
dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat mengakibatkan salah tindak dan
memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman.
b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan terpisah dari bawahan. Beberapa
tidak membuat tujuan tanpa suatu peraturan tertentu.
c. Kelompok dapat mengkambing hitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi, dan merasa
kurang aman.
- Kelebihan :
b. Sangat disarankan untuk menjalin komunikasi terus menerus yang berguna sebagai
pengingat.
2. Karakteristik kepempinan yang diperlukan dalam menghadapi perubahan yang akan datang ?
3. Kebijakan kebijakan apa saja yang menimbulkan kegelisahan dan ketakutan dimasyarakat dan
bagaimana cara pemimpin menyikapinya?
Jawab :
NIM : 1911102413128
KELAS : 4 A
Jawab :
- Berdasarkan kompleksitas
Berbagai kompleksitas dan karakteristik sistem yang sudah dijelaskan di awal membawa kita
sebuah pemikiran yang menyeluruh terhadap suatu masalah, yaitu pemikiran yang melibatkan
seluruh elemen dalam suatu sistem. Istilah-istilah yang sering digunakan dan memiliki kesamaan
dengan berfikir sistem antara lain complexity thinking (berfikir kompleks), loop thinking (berfikir
non-linier), dan holism thinking (berfikir holistik).Berfikir sistem (system thinking) mulai
dikembangkan pada awal abad 20 dan pertama kali diaplikasikan pada bidang Teknik, Ekonomi,
dan Ekologi. Masalah pada bidang kesehatan lambat laun disadari memiliki karakteristik yang
kompleks dan seperti fenomena gunung es. Akhirnya berfikir sistem baru diterapkan awal tahun
2000an yaitu diaplikasikan pada masalah-masalah kesehatan seperti tobacco control, obesitas,
dan TBC.Berfikir sistem bukanlah metode yang harus dijalani secara runut dan baku, namun
merupakan sebuah karakter atau perilaku yang mencerminkan pemecahan masalah secara
menyeluruh. Manurut Battle-Fisher (2015) dalam bukunya yang berjudul Application of System
Thinking to Health Policy and Public Health Ethics menyatakan ada delapan
A. Organized simplicity Kondisi sistem yang organized simplicity memiliki tingkat keragaman
masalah dan kerumitan masalah yang rendah. Permasalahan pada kondisi ini tidak rumit
dan dapat diatasi dengan pendekatan reduksionis yaitu memilah-milah masalah besar
menjadi masalah yang lebih kecil. Misalnya pada pelayanan pendaftaran pasien di klinik ada
masalah dengan komputer yang tidak menyala. Masalah ini dapat diatasi dengan
menyerahkan komputer ke bagian pemeliharaan untuk diperbaiki.
B. Unorganized complexity , Pada kondisi ini, tingkat kompleksitas masalah sedang, namun
keragamannya sudah tinggi sehingga timbul kompleksitas yang belum terorganisasi dengan
baik. Misalnya unit pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit yang kunjungan pasiennya
semakin meningkat (degree of randomness tinggi) tetapi masih dapat dikendalikan oleh
bagian pelayanan (degree of complexity rendah-sedang). Untuk memecahkan masalah
kunjungan pasien yang tinggi ini, sistem dapat memanfaatkan analisis statistik, misalnya
dengan menggunakan aplikasi sistem informasi untuk mengendalikan pasien yang
berkunjung.
C. Organized complexity , Pada kondisi ini, tingkat keragaman masalah tidak begitu tinggi,
namun kompleksitasnya sangat tinggi dan sulit dikendalikan oleh sistem. Misalnya pada unit
pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit dengan kunjungan pasien yang dapat
dikendalikan namun terdapat kompleksitas masalah yang sulit dikontrol (seperti masalah
absensi petugas kesehatan karena sistem remunerasi/gaji yang buruk, terdapat lonjakan
jumlah pasien karena adanya bencana alam, dan sebagainya. Menurut Weinberg, kondisi ini
hanya dapat diatasi dengan pendekatan sistem.
Jawab :
a. Komponen Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem
komputer terdiridari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan manusia.Elemen-
elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras
adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra
sistem perangkat keras adalah sistem komputer.
b. Boundary (Batasan Sistem) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem
menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.
c. Environment (lingkungan Luar Sistem) Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar
batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. lingkungan
luar yang mengutungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus
tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
e. subsistem dapat berinteraksi dengan sub sistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
f. input (Masukan) Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan
dapat berupa maintenance input dan sinyal input. Maintenance input adalah energi
yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Sinyal input adalah energi
yang diproses untuk didapatkan keluaran.
g. Output (Keluaran) Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan
masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.
h. .Proses (Pengolahan Sistem) Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau
sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi
keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan
bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi.
i. Objective and Goal (Sasaran dan Tujuan Sistem) Suatu sistem pasti mempunyai tujuan
atau sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan
berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
NAMA : MISNAWATI
NIM : 1911102413128
KELAS : 4 A
A. KONSEPTUAL MODEL
Dalam membuat simulasi bisa saja dilakukan dari data jumlah kasus yang ada selama
beberapa waktu, tetapi pada sistem dinamik tidak hanya sekedar memproyeksikan dari data
yang ada. Pada Sistem Dinamik sebelumnya harus dibuat terlebih dahulu hubungan antara
variabel terkait penyebab kasus tersebut, sehingga kombinasi dari berbagai proyeksi variabel-
variabel pembentuk kasus COVID-19.
Pengembangan systems thinking tertuang pada hubungan sebab akibat (causal loop
diagram), menjadi dasar dalam membangun keterkaitan formula antar variable. Ada beberapa
istilah secara khusus untuk mempermudah pemahaman kasus COVID-19 di Indonesia. Dimana
pada orang yang memiliki gejala, yaitu ODP (Orang dalam pengawasan) dan PDP (Pasien dalam
perawatan). ODP ini merupakan orang yang memiliki deman (>38°C), batuk dan pilek atau
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau URI (Upper Respiratory Tract Infection) tanpa
Pneumonia serta memiliki riwayat perjalanan ke negara/daerah yang terdapat kasus COVID.
Sedangkan PDP merupakan orang yang memiliki deman (>38°C), batuk dan pilek atau Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau URI (Upper Respiratory Tract Infection), dan Pneumonia
ringan hingga berat, memiliki riwayat perjalanan ke negara/daerah yang positif serta pernah
kontak langsung dengan yang positif.
Munculnya kasus pertama terjadi karena adanya pembawa, sehingga akan
menyebabkan terpaparnya orang yang kontak dengan pembawa tersebut. Tetapi karena adanya
waktu inkubasi 2-14 hari, sehingga terjadi perlambatan untuk melihat apakah orang tersebut
tertular atau tidak. Jika kemudian masuk kategori positif, maka perlu dilakukan perlakuan dan
perawatan secara khusus (diisolir) agar tidak menyebar ke yang lain. Pertumbuhan yang pesat
karena adanya orang yang kemungkinan akan positif, tetapi belum masuk dalam kategori
(ODP/PDP), sehingga akan menularkan kembali kepada yang lainnya. Kecepatan penularan ini
tergantung dari banyaknya kontak, baik dari orang yang kemungkinan positif secara langsung,
maupun tidak langsung melalui media penular lainnya atau di wilayahnya. Demikian seterusnya,
sehingga terjadi lonjakan kasus pada orang yang tertular bahkan hingga kasus yang positif.
Gambar 3 merupakan contoh struktur batas pertumbuhan, struktur sistem ini
menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan memiliki tingkat pertumbuhan yang terbatas. Lingkaran
penguat (R1: tetesan yang terinfeksi - populasi tanpa gejala) adalah pertumbuhan mesin yang
menyatakan bahwa populasi tanpa gejala akan meningkat selama tetesan yang terinfeksi atau
permukaan yang terinfeksi tersedia karena mobilitas manusia. Mobilitas manusia dapat menjadi
penyebab utama penyebaran tetesan atau permukaan yang terinfeksi. Untungnya, populasi
bergejala dapat melakukan karantina sendiri atau memiliki sistem kekebalan yang lebih baik,
peningkatan pasien asimtomatik memiliki batas (B1: pasien bergejala - populasi pulih).
Jika loop penguat memiliki pengaruh yang lebih kuat daripada loop penyeimbang, maka
akan terjadi pertumbuhan eksponensial (misalnya Sterman, 2000; Pryut, 2013). Hampir semua
daerah yang terkena dampak (masing-masing Jerman, Korea Selatan, dan dunia) menunjukkan
pertumbuhan eksponensial pasien yang terinfeksi meskipun pasien sudah pulih seperti yang
terlihat pada gambar 3b.
Mohon diperhatikan bahwa tanda " ”Artinya ada penundaan di antara proses
tersebut. Untuk Misalnya, setelah orang yang rentan menyentuh permukaan yang terinfeksi,
ada jeda waktu antara COVID-19 yang menginfeksi tubuh seseorang dan sistem kekebalannya
bereaksi.
Tetesan yang terinfeksi juga dapat meningkatkan populasi bergejala (R2: tetesan
terinfeksi - populasi bergejala), yang menyebabkan peningkatan populasi yang mati dan populasi
yang terisolasi. Ada dua perawatan untuk pasien bergejala. Yang pertama adalah perawatan
karantina mandiri di mana pasien simptomatik dengan gejala ringan diminta untuk
mengkarantina dirinya sendiri (misalnya Wilder-Smith, & Freedman, 2020). Dalam kasus,
gejalanya parah kemudian pasien bergejala akan diisolasi di rumah sakit atau pusat kesehatan
(misalnya Wilder-Smith, & Freedman, 2020). Dalam studi ini, diasumsikan bahwa pasien yang
mengalami gejala selama karantina sendiri dan pasien yang diisolasi dapat mengalami kematian,
yang menyebabkan peningkatan populasi yang meninggal. Akibatnya terjadi penurunan jumlah
penduduk bergejala (B5) dan penduduk terisolasi (B4
3. Carilah 2 dari 11 hukum disiplin dan berikan contoj berdasarkan diri sendiri
Jawab :
a. Faster is slower ( semakin cepat justru semakin lambat ) : Apa yang terjadi dengan Cara
berfikrir teman mahasiswa kita sekarang.Kebanyakan ingin mendapatkan gelar atau ijazah
dengan cepat.Dan alhasil jawaban dan fasilitas itu juga ada .Banyak kampus yang malah
melakukan hal tersebut.Ada Mahasiswa yang tinggal membeli Ijazah dan mendapat
gelarTentu sudah kita tahu hasil dari hal serba instant itu. Sumber Daya manusia kita akan
lemah.Dan Peningkatan pembangunan kita akan stagnan dan melambat.
b. The cure can be worse than the disease (Obatnya Bisa Lebih Buruk daripada Penyakitnya)
Contoh:
a. Biasanya seorang guru ketika melihat siswanya membuat suatu pelanggaran misalnya dalam
memberikan hukuman hingga melewati batas.bahkan berujung ke pemukulan.sehingga
yang tadinya guru memberi hukuman berganti dengan guru yang mendapt hukuman
dipenjara
NAMA : MISNAWATI
NIM : 1911102413128
KELAS : 4 A
1. VISI : menjadi pribadi yang tangguh , kreatif serta dapat beradaptasi ke semua kalangan
masyarakat dapat memberikan kontribusi bagi diri sendiri maupun orang lain
2. WUJUD DARI VISI SAYA : dapat memberikan inovasi pada bidang kesehatan contohnya
melakukan pembentukan kader dalam masyarakat dalam memanfaatkan tanaman tanaman
obat di sekitar kita sebagai pencegahan terhadap penyakit sehingga terbentuk nya masyarakat
yang mandiri , serta membina masyarakat tuna rungu agar dapat produktif , alasan saya
mengapa menentukan itu semua hal tersebut didasari dari background saya seorang kesehatan
masyarakat serta keinginan saya dalam menciptakan sebuah inovasi yang nantinya mungkin bisa
menjadi ladang usaha ataupun kemandirian dalam masyarakat sendiri
3. GAMBARAN KENYATAAN : Saya mencoba untuk mengaplikasikan ke diri sendiri dengan inovatif
tersebut dan bisa secara mandiri melakukan pencegahan sendiri an melakukan promosi kepada
masyarakat sekitar sepertimelakukan hidup sehat serta menajaga pola makan sehat sehingga
terbentuknya kemandirian dan kebiasaan pada masyarakat maupun diri saya sendiri
a) FAKTOR PENDORONG:
Dari Dalam :
Kurangnya keberanian saya dalam dalam unjuk ide sehingga tidak banyak orang tau
a. Pertanggungjawaban yang tidak jelas, Jika penanggungjawab tidak jelas, maka dari sisi
pelaksanaan juga akan tersendat-sendat. Tidak ada pihak yang serius dalam menangani
suatu kegiatan. Umumnya pertanggungjawaban yang tidak jelas juga dibarengi dengan
sistem penghargaan yang tidak jelas.
b. Ketidakmampuan Melihat Peluang , Ada peluang-peluang besar yang lewat begitu saja,
karena ada ketakutan atau keraguan untuk mengambilnya. Akibat berikutnya adalah
terjadinya stagnasi, tidak ada pertumbuhan pada organisasi.
Dari Luar:
Susah nya untuk berkumpul ke masyarakat secara banyak dalam menyampaikan inovasi ini .
Persaingan Internal : Adanya kubu-kubu di dalam organisasi, umumnya karena ada konflik.
Akibatnya dapat ditebak, sesame anggota saling curiga-mencurigai dan saling menyembunyikan
informasi penting yang semestinya dapat berkontribusi untuk kemajuan organisasi.
4. Strategi : mencoba untuk mendalami sendiri dahulu dengan mengaplikasikan ke diri sendiri
maupun orang terdekat terdahulu , serta menciptakan kegiatan yang efektif dan efisien , bisa
mengembangkan visi misi
Nama : MISNAWATI
NIM : 1911102413128
KELAS : 4 A
Di antara fondasi itu yakni: Pertama, Kota Bontang telah memiliki Perda Nomor
6 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan Daerah yang menempatkan kedokteran
keluarga sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan. Kedua,Kota Bontang memiliki
Perda Nomor 11 Tahun 2009 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah,
yang memberi jaminan kesehatan kepada penduduk kurang mampu.Ketiga, Kota
Bontang telah melakukan reorientasi fungsi puskesmas dengan tujuan
menghilangkan tumpang tindih antara fungsi upaya kesehatan perorangan (UKP)
dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).Puskesmasdifungsikan sepenuhnya untuk
UKM, sedangkan fungsi pengobatannya dialihkan ke praktik kedokteran keluarga.
Keempat, jumlah dokter pelayanan primer (DPP) di Kota Bontang jauh lebih banyak
ketimbang dokter spesialis, mencerminkan pelayanan berorientasi pada pelayanan
primer. Kelima, rasio DPP terhadap penduduk sudah mendekati 1:2500, yang berarti
ketersediaan DPP sangat mendukung penerapan sistem yang berorientasi pelayanan
kesehatan primer
Hal lain yang mulai kondusif bagi penerapan sistem pelayanan kesehatan
primer adalah: Pertama, telah cukup banyak dokter pelayanan primer dalam bentuk
praktik kedokteran keluarga di tengah masyarakat.Kedua, telah ada upaya mengatur
penyebaran lokasi praktik dokter pelayanan primer di tengah masyarakat,
berdasarkan wilayah administrasi kecamatan. Ketiga, telah cukup banyak populasi
masyarakat yang berhubungan langsung dengan dokter pelayanan primernya,
berdasarkan kontraktual antara penjamin (Askes, Jamsostek, dan Jamkesda) dan
DPP.Keempat, sistem rujukan sudah mulai berjalan, di mana populasi yang
berkunjung ke dokter spesialis sudah banyak menggunakan surat rujukan dari DPP.
Role model Kota Bontang tentu saja belum sesempurna yang dicita-citakan, namun
paling tidak telah meletakkan dasar untuk mengantisipasi penerapan jaminan sosial
kesehatan nasional. Pada era SJSN dan BPJS ini, penyiapan pelayanan kesehatan
primer menjadi agenda yang tak terelakkan.
Karena itu, pengembangan role model pelayanan primer yang ditunjang oleh
pembiayaan berbasis jaminan sosial kesehatan nasional menjadi mutlak untuk
dikedepankan. Mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh Pemda Bontang, maka
puskesmas yang saat ini menanggung beban berat seharusnya direkonstruksi.
Puskesmas cukup fokus dan secara sungguhsungguh melaksanakan tugas utamanya,
yakni upaya kesehatan masyarakat. Dengan hanya fokus pada tugas utamanya yang
juga yang amat berat itu, bukan berarti entitas puskesmas menjadi tidak
terhormat.Saat ini puskesmas sering kali dituding lalai karena mengesampingkan
tugas utamanya dalam upaya kesehatan masyarakat dan beralih ke upaya
pengobatan (private goods).
Kalau kita kembali menengok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004, dikatakan
bahwa ketika SJSN sudah berlaku, maka akan terjadi perubahan fungsi
puskesmas.Puskesmas akan fokus untuk menjalankan fungsi sebagai penyelenggara
upaya kesehatan masyarakat, sedangkan upaya kesehatan perorangan akan
diserahkan kepada swasta melalui konsep Pelayanan Kedokteran Keluarga, kecuali
di daerah sangat terpencil yang masih akan dipadukan dengan puskesmas.Memang
disayangkan karena ternyata dalam SKN 2009 konsep semacam itu tidak ditemukan
lagi. Karena itu diperlukan adanya revisi SKN agar dapat mengakomodasi terjadinya
perubahan besar dalam sistem pelayanan kesehatan primer. Konsep Pelayanan
Kedokteran Keluarga sebagai gatekeeper di layanan kesehatan garda terdepan
(primer) tersebut, kemudian dimodifikasi dengan membangun jejaring pemberi
pelayanan kesehatan primer.
Pelayanan Kesehatan