Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPEMIMPINAN & BERPIKIR

SISTEM KESMAS

DISUSUN OLEH :
NAMA : MISNAWATI
NIM : 1911102413128
KELAS : 4A

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


NAMA : MISNAWATI

NIM : 1911102413128

KELAS : 4 A

TUGAS 1 TANGGAL 10-02-2021

1. Kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan

JAWAB :

A. Gaya kepemimpinan Otokratis Dalam tipe ini, pemimpin menentukan sendiri “policy” dan
dalam rencana untuk kelompoknya, membuat keputusan-keputusan sendiri namun
mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan mengikuti perintahnya, jadi
pemimpin tersebut menetukan atau mendiktekan aktivitas dari anggotanya. Pemimpin
otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan
cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-
perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan otokrasi terjadi adanya
keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi bawahan dalam memuaskan kebutuhan
egoistisnya.

- Kelebihan gaya kepemimpinan otokratis

a. Keputusan dapat diambil secara tepat.

b. Tipe ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin, kurang inisiatif,
bergantung pada atasan dan kurang kecakapan.

c. Pemusatan kekuasaan, tanggung jawab serta membuat keputusan terletak pada


satu orang yaitu pemimpin.

- Kekurangan gaya kepemimpinan otokratis

a. Dengan tidak diikutsertakannya bawahan dalam mengambil keputusan atau


tindakan maka bawahan tersebut tidak dapat belajar mengenai hal tersebut.

b. Kurang mendorong inisiatif bawahan dan dapat mematikan inisiatif bawahannya


tersebut.

c. Dapat menimbulkan rasa tidak puas dan tertekan.Bawahan kurang mampu


menerima tanggung jawab dan tergantung pada atasan saja.
B. Gaya kepemimpinan Demokrasi (Demokratis)Dalam gaya ini pemimpin sering mengadakan
konsultasi dengan mengikuti bawahannya dan aktif dalam menentukan rencana kerja yang
berhubungan dengan kelompok. Disini pemimpin seperti moderator atau koordinator dan
tidak memegang peranan seperti pada kepemimpinan otoriter. Partisipan digunakan dalam
kondisi yang tepat akan menjadikan hal yang efektif. Tujuannya adalah supaya dapat
memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengisi atau memperoleh kebutuhan
egoistisnya dan memotivasi bawahan dalam menyelesaikan tugasnya untuk meningkatkan
produktivitasnya pada pemimpin demokratis, sering mendorong bawahan untuk ikut ambil
bagian dalam hal tujuan-tujuan dan metode-metode serta menyokong ide-ide dan saran-
saran. Disini pemimpin mencoba mengutamakan “human relation” (hubungan antar
manusia) yang baik dan mengerjakan secara lancar.

- Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah :

a. Memberikan kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk megadakan kontrol


terhadap supervisor.

b. Merasa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan.

c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengan catatan bila
situasi memungkinkan.

d. Lebih matang dan bertanggung jawab terhadap status dan pangkat yang lebih tinggi.

- Kelemahannya adalah :

a. Harus banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi.

b. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan

c. Memberikan persyaratan tingkat “skilled” (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pimpinan.

d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak karena dapat
menimbulkan perselisihan.

C. Gaya kepemimpinan Laissez Faire Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini
bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna
mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi.
Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan
pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya. Pada tipe ini pemimpin
akan meletakkan tanggung jawab keputusan sepenuhnya kepada para bawahannya,
pemimpin akan sedikit saja atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan.
Pemimpin pada gaya ini sifatnya positif dan seolah-olah tidak mampu memberikan
pengaruh kepada bawahannya.

- Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini :

a. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya


kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkan persoalan serta mengembangkan
rasa tanggung jawab.

b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggappenting dan tidak
bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih cepat.

- Kelemahannya adalah :

a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi penyimpangan
dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat mengakibatkan salah tindak dan
memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman.

b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan terpisah dari bawahan. Beberapa
tidak membuat tujuan tanpa suatu peraturan tertentu.

c. Kelompok dapat mengkambing hitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi, dan merasa
kurang aman.

D. Kepemimpinan Partisipatif Gaya kepemimpinan partisipatif adalah kepemimpinan yang


melibatkan semua pihak terkait secara aktif dalam membuat keputusan dan pemimpin
memberi peluang kepada bawahannya untuk menyumbangkan pikiran waktu dan tenaga

- Kelebihan gaya kepemimpinan partisipatif

a. Terciptanya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan , sebab


kepemimpinan selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan
masukan gagasan atau saran kepada kepempinan dalam melaksanakan suatu pekerjaan

- Kekurangan gaya kepemimpinan partisipatif

a. pelaksanaan pekerjaan organisasi yang terkadang kurang sesuai dengan perencanaan


karena banyaknya pertimbangan pimpinan dalam mengambil langkah langkah atau tindakan

b. Pemimpin membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan berbagai masukan dan saran


dari bawahan sehingga berdampak pada kurang sesuai nya waktu pelaksanaan pekerjaan
dan rencana sebelumnya
E. Transformasional Berfokus pada perubahan yang terjadi pada organisasi, dan unsur unsur
penting yang ada di dalamnya. Para pemimpin ini cenderung energik, cerdas, dan penuh
semangat, sehingga mampu memotivasi kelompok dan perubahan yang lebih baik.

- Kelebihan :

a. Adanya komitmen yang terikat secara emosional

b. Mampu memberdayakan potensi karyawan

c. Tidak membutuhkan biaya besar

d. Meningkatkan hubungan professional

- Kekurangan kepemimpinan transformasional:

a. Kurangnya visi dan misi yang jelas.

b. Sangat disarankan untuk menjalin komunikasi terus menerus yang berguna sebagai
pengingat.

c. Membutuhkan umpan balik yang konsisten.

2. Karakteristik kepempinan yang diperlukan dalam menghadapi perubahan yang akan datang ?

JAWAB :Karakteristik dengan kepemimpinan yang menguasai untuk mengatasi kemungkinan


yang akan terjadi memiliki gagasan gagasan baru yang cemerlang dan mampu melakukan
perubahan , biasanya Pemimpin yang mengadopsi gaya transformasional adalah karakter
kepemimpinan yang cocok untuk menghadapi perubahan sekarang ataupun nanti karena
pemimpin yang mengadopsi gaya transformasional ingin melakukan perubahan. Gebrakan yang
dilakukan bisa berupa peningkatan kebudayaan, membalikkan keadaan, juga mendapatkan
keuntungan yang lebih. Sehingga banyak yang menyebut mereka dengan gaya kepemimpinan ini
adalah agen perubahan.

3. Kebijakan kebijakan apa saja yang menimbulkan kegelisahan dan ketakutan dimasyarakat dan
bagaimana cara pemimpin menyikapinya?

Jawab :

Contohnya seperti kebijakan pembelajaran daring di masa pandemi Pandemi COVID-19


menghantam berbagai sektor di Indonesia. Tak hanya sektor ekonomi yang mulai kewalahan,
sektor pariwisata, sektor transportasi, dan sektor manufaktur pun kebakaran jenggot
menghadapi pandemi ini. Sektor pendidikan juga mengalami perubahan besar. Kini, sektor
pendidikan di Indonesia memiliki wajah dan sistem baru yang sekaligus menimbulkan pro dan
kontra di masyarakat.Mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 Tentang
“Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(COVID-19)”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengambil
sejumlah kebijakan untuk menghadapi pandemi. Kebijakan tersebut di antaranya adalah
penghapusan Ujian Nasional; perubahan sistem Ujian Sekolah; perubahan regulasi Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB); dan penetapan belajar dari rumah (pembelajaran daring).

Dari beberapa kebijakan tersebut, penetapan pembelajaran daring adalah kebijakan


yang paling menuai pro dan kontra di masyarakat.Namun, kegelisahan mulai timbul selaras
dengan diperpanjangnya waktu pembelajaran daring. Kegelisahan pertama digadangi oleh wali
murid yang merasa kerepotan dengan tugas-tugas dari pengajar. Khususnya, untuk siswa TK dan
SD, yang mana peran wali murid sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas daring.
Pembelajaran dirasa tidak efektif karena siswa menganggap “rumah” adalah tempat untuk
bermain dan bersantai. Wali murid yang tidak mawas teknologi juga agaknya turut pening
dengan pembelajaran daring yang serba digital.Kegelisahan kedua datang dari pengajar yang
merasa pembelajaran daring tidak cukup efektif. Beberapa materi ajar (seperti materi
matematika, kesenian, dan olahraga) tidak dapat tersampaikan dengan baik. Pengajar juga
belum memiliki pengalaman dan bekal cukup dengan sistem pembelajaran daring sehingga cara
dan media mengajar masih cenderung repetitif dan kurang inovatif. Biaya internet yang
membengkak juga digelisahkan, terlebih subsidi internet dari pihak sekolah nihil. Tak lupa para
siswa, khususnya mahasiswa, juga mengeluhkan sistem pembelajaran daring. Banyak mahasiswa
yang harus menunda penelitian mereka karena tidak bisa mengambil data di lapangan.
Konsultasi tugas akhir pun terhambat. Akibatnya, target lulus terancam tertunda.

Nadiem Makarim tetap memberlakukan sistem pembelajaran daring. Ikatan Dokter


Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan pemerintah untuk tetap menerapkan sistem ini,
setidaknya sampai Desember 2020. IDAI menyebut kasus infeksi COVID-19 pada anak Indonesia
cukup tinggi, yakni sebanyak 2.712 kasus dan setidaknya 51 kematian (data Juli 2020). dan
sekarang pada 2021 sudah mencapai 1 juta kasus terpapar covid19 Kemendikbud juga telah
mengalokasikan dana sebesar Rp 8.9 T untuk subsidi kuota internet dan tunjangan profesi
pendidik.
NAMA : MISNAWATI

NIM : 1911102413128

KELAS : 4 A

TUGAS 2 TANGGAL 17-02-2021

1. Uraikan ketegori sistem berdasarkan kompleksitas dan keragaman masalah beserta


contohnya

Jawab :

- Berdasarkan kompleksitas

Berbagai kompleksitas dan karakteristik sistem yang sudah dijelaskan di awal membawa kita
sebuah pemikiran yang menyeluruh terhadap suatu masalah, yaitu pemikiran yang melibatkan
seluruh elemen dalam suatu sistem. Istilah-istilah yang sering digunakan dan memiliki kesamaan
dengan berfikir sistem antara lain complexity thinking (berfikir kompleks), loop thinking (berfikir
non-linier), dan holism thinking (berfikir holistik).Berfikir sistem (system thinking) mulai
dikembangkan pada awal abad 20 dan pertama kali diaplikasikan pada bidang Teknik, Ekonomi,
dan Ekologi. Masalah pada bidang kesehatan lambat laun disadari memiliki karakteristik yang
kompleks dan seperti fenomena gunung es. Akhirnya berfikir sistem baru diterapkan awal tahun
2000an yaitu diaplikasikan pada masalah-masalah kesehatan seperti tobacco control, obesitas,
dan TBC.Berfikir sistem bukanlah metode yang harus dijalani secara runut dan baku, namun
merupakan sebuah karakter atau perilaku yang mencerminkan pemecahan masalah secara
menyeluruh. Manurut Battle-Fisher (2015) dalam bukunya yang berjudul Application of System
Thinking to Health Policy and Public Health Ethics menyatakan ada delapan

- Berdasarkan keragaman masalah

A. Organized simplicity Kondisi sistem yang organized simplicity memiliki tingkat keragaman
masalah dan kerumitan masalah yang rendah. Permasalahan pada kondisi ini tidak rumit
dan dapat diatasi dengan pendekatan reduksionis yaitu memilah-milah masalah besar
menjadi masalah yang lebih kecil. Misalnya pada pelayanan pendaftaran pasien di klinik ada
masalah dengan komputer yang tidak menyala. Masalah ini dapat diatasi dengan
menyerahkan komputer ke bagian pemeliharaan untuk diperbaiki.

B. Unorganized complexity , Pada kondisi ini, tingkat kompleksitas masalah sedang, namun
keragamannya sudah tinggi sehingga timbul kompleksitas yang belum terorganisasi dengan
baik. Misalnya unit pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit yang kunjungan pasiennya
semakin meningkat (degree of randomness tinggi) tetapi masih dapat dikendalikan oleh
bagian pelayanan (degree of complexity rendah-sedang). Untuk memecahkan masalah
kunjungan pasien yang tinggi ini, sistem dapat memanfaatkan analisis statistik, misalnya
dengan menggunakan aplikasi sistem informasi untuk mengendalikan pasien yang
berkunjung.

C. Organized complexity , Pada kondisi ini, tingkat keragaman masalah tidak begitu tinggi,
namun kompleksitasnya sangat tinggi dan sulit dikendalikan oleh sistem. Misalnya pada unit
pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit dengan kunjungan pasien yang dapat
dikendalikan namun terdapat kompleksitas masalah yang sulit dikontrol (seperti masalah
absensi petugas kesehatan karena sistem remunerasi/gaji yang buruk, terdapat lonjakan
jumlah pasien karena adanya bencana alam, dan sebagainya. Menurut Weinberg, kondisi ini
hanya dapat diatasi dengan pendekatan sistem.

2. Jelaskan karakteristik sistem secara umum

Jawab :

Karakteristik sistem adalah sistem yang mempunyai komponen-komponen, batas sistem,


lingkungan sistem, penghubung, masukan, keluaran, pengolah dan sasaran. Secara umum
sebuah sistem terdiri dari input, proses dan output. Ketiga hal tersebut merupakan konsep
sebuah sistem yang paling sederhana. Suatu sistem dapat dikatakan sebagai sistem yang
baik apabila memiliki karakteristik-karakteristik tertentu

a. Komponen Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem
komputer terdiridari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan manusia.Elemen-
elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras
adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra
sistem perangkat keras adalah sistem komputer.

b. Boundary (Batasan Sistem) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem
menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.

c. Environment (lingkungan Luar Sistem) Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar
batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. lingkungan
luar yang mengutungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus
tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.

d. interface (Penghubung Sistem) Penghubung merupakan media perantara antar sub


sistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu
subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu sub sistem akan menjadi input untuk
subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu

e. subsistem dapat berinteraksi dengan sub sistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
f. input (Masukan) Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan
dapat berupa maintenance input dan sinyal input. Maintenance input adalah energi
yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Sinyal input adalah energi
yang diproses untuk didapatkan keluaran.

g. Output (Keluaran) Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan
masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.

h. .Proses (Pengolahan Sistem) Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau
sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi
keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan
bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi.

i. Objective and Goal (Sasaran dan Tujuan Sistem) Suatu sistem pasti mempunyai tujuan
atau sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan
berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
NAMA : MISNAWATI

NIM : 1911102413128

KELAS : 4 A

TUGAS 3 TANGGAL 24-02-2021

1. Diagram causal loop dibidang kesehatan ( covid)


Jawab :

Diagram lingkaran sebab akibat


Setelah mengumpulkan dan meringkas data dan satu set tinjauan pustaka, CLD yang
disederhanakanmewakili dinamika dan hubungan antara COVID-19, perawatan kesehatan, dan
subsistem ekonomi digambarkan dalam gambar 2. Ada sembilan loop penyeimbang (B1-B9) dan
tujuh loop penguat (R1-R7), yang menentukan struktur sistemik. Demikian juga, setiap sub-
sistem termasuk efek menular, efek perawatan kesehatan, dan efek ekonomi memiliki
kombinasi loop penyeimbang (B) dan loop penguat (R). Interaksi rinci antara balancing dan loop
penguat dijelaskan untuk setiap sub-sistem dalam paragraf berikut.
Sub-sistem yang menular
Studi yang ada (Musa et al., 2019; WHO, 2020; Yang, & Wang, 2020) menjelaskan bahwa
terdapat pasien yang bergejala dan pasien asimtomatik di tengah pandemi COVID-19. Pasien
yang bergejala adalah orang yang terinfeksi dan menunjukkan gejala COVID-19 seperti batuk
dan sesak napas. Padahal, pasien asimtomatik adalah orang yang memiliki daya tahan tubuh
lebih baik sehingga dapat menghilangkan dampak negatif dari COVID-19, meski tertular virus.
Causal Loop Diagram Model COVID-19 Di Indonesia

A. KONSEPTUAL MODEL
Dalam membuat simulasi bisa saja dilakukan dari data jumlah kasus yang ada selama
beberapa waktu, tetapi pada sistem dinamik tidak hanya sekedar memproyeksikan dari data
yang ada. Pada Sistem Dinamik sebelumnya harus dibuat terlebih dahulu hubungan antara
variabel terkait penyebab kasus tersebut, sehingga kombinasi dari berbagai proyeksi variabel-
variabel pembentuk kasus COVID-19.
Pengembangan systems thinking tertuang pada hubungan sebab akibat (causal loop
diagram), menjadi dasar dalam membangun keterkaitan formula antar variable. Ada beberapa
istilah secara khusus untuk mempermudah pemahaman kasus COVID-19 di Indonesia. Dimana
pada orang yang memiliki gejala, yaitu ODP (Orang dalam pengawasan) dan PDP (Pasien dalam
perawatan). ODP ini merupakan orang yang memiliki deman (>38°C), batuk dan pilek atau
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau URI (Upper Respiratory Tract Infection) tanpa
Pneumonia serta memiliki riwayat perjalanan ke negara/daerah yang terdapat kasus COVID.
Sedangkan PDP merupakan orang yang memiliki deman (>38°C), batuk dan pilek atau Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau URI (Upper Respiratory Tract Infection), dan Pneumonia
ringan hingga berat, memiliki riwayat perjalanan ke negara/daerah yang positif serta pernah
kontak langsung dengan yang positif.
Munculnya kasus pertama terjadi karena adanya pembawa, sehingga akan
menyebabkan terpaparnya orang yang kontak dengan pembawa tersebut. Tetapi karena adanya
waktu inkubasi 2-14 hari, sehingga terjadi perlambatan untuk melihat apakah orang tersebut
tertular atau tidak. Jika kemudian masuk kategori positif, maka perlu dilakukan perlakuan dan
perawatan secara khusus (diisolir) agar tidak menyebar ke yang lain. Pertumbuhan yang pesat
karena adanya orang yang kemungkinan akan positif, tetapi belum masuk dalam kategori
(ODP/PDP), sehingga akan menularkan kembali kepada yang lainnya. Kecepatan penularan ini
tergantung dari banyaknya kontak, baik dari orang yang kemungkinan positif secara langsung,
maupun tidak langsung melalui media penular lainnya atau di wilayahnya. Demikian seterusnya,
sehingga terjadi lonjakan kasus pada orang yang tertular bahkan hingga kasus yang positif.
Gambar 3 merupakan contoh struktur batas pertumbuhan, struktur sistem ini
menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan memiliki tingkat pertumbuhan yang terbatas. Lingkaran
penguat (R1: tetesan yang terinfeksi - populasi tanpa gejala) adalah pertumbuhan mesin yang
menyatakan bahwa populasi tanpa gejala akan meningkat selama tetesan yang terinfeksi atau
permukaan yang terinfeksi tersedia karena mobilitas manusia. Mobilitas manusia dapat menjadi
penyebab utama penyebaran tetesan atau permukaan yang terinfeksi. Untungnya, populasi
bergejala dapat melakukan karantina sendiri atau memiliki sistem kekebalan yang lebih baik,
peningkatan pasien asimtomatik memiliki batas (B1: pasien bergejala - populasi pulih).
Jika loop penguat memiliki pengaruh yang lebih kuat daripada loop penyeimbang, maka
akan terjadi pertumbuhan eksponensial (misalnya Sterman, 2000; Pryut, 2013). Hampir semua
daerah yang terkena dampak (masing-masing Jerman, Korea Selatan, dan dunia) menunjukkan
pertumbuhan eksponensial pasien yang terinfeksi meskipun pasien sudah pulih seperti yang
terlihat pada gambar 3b.
Mohon diperhatikan bahwa tanda " ”Artinya ada penundaan di antara proses
tersebut. Untuk Misalnya, setelah orang yang rentan menyentuh permukaan yang terinfeksi,
ada jeda waktu antara COVID-19 yang menginfeksi tubuh seseorang dan sistem kekebalannya
bereaksi.
Tetesan yang terinfeksi juga dapat meningkatkan populasi bergejala (R2: tetesan
terinfeksi - populasi bergejala), yang menyebabkan peningkatan populasi yang mati dan populasi
yang terisolasi. Ada dua perawatan untuk pasien bergejala. Yang pertama adalah perawatan
karantina mandiri di mana pasien simptomatik dengan gejala ringan diminta untuk
mengkarantina dirinya sendiri (misalnya Wilder-Smith, & Freedman, 2020). Dalam kasus,
gejalanya parah kemudian pasien bergejala akan diisolasi di rumah sakit atau pusat kesehatan
(misalnya Wilder-Smith, & Freedman, 2020). Dalam studi ini, diasumsikan bahwa pasien yang
mengalami gejala selama karantina sendiri dan pasien yang diisolasi dapat mengalami kematian,
yang menyebabkan peningkatan populasi yang meninggal. Akibatnya terjadi penurunan jumlah
penduduk bergejala (B5) dan penduduk terisolasi (B4

2. Cara menyelesaikan masalahnya


Jawab :
Perlunya penerapan model kebijakan dalam menghambat atau memutus kecepatan
penularan COVID-19 tersebut dengan berbagai cara-cara yang dapat dilakukan. Adapun
penerapan untuk menghambat laju perkembangan kasus dan memutus rantai penyebarannya
adalah dengan himbauan kewaspadaan, penerapan protokol kesehatan termasuk Germas
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), social distancing, penyemprotan disinfektan, ketercukupan
alat kesehatan dan fasilitas kesehatan, Stay At Home atau Work Form Home, hingga pilihan
pembatasan wilayah baik dengan regional partially closed down maupun lockdown.

3. Carilah 2 dari 11 hukum disiplin dan berikan contoj berdasarkan diri sendiri
Jawab :
a. Faster is slower ( semakin cepat justru semakin lambat ) : Apa yang terjadi dengan Cara
berfikrir teman mahasiswa kita sekarang.Kebanyakan ingin mendapatkan gelar atau ijazah
dengan cepat.Dan alhasil jawaban dan fasilitas itu juga ada .Banyak kampus yang malah
melakukan hal tersebut.Ada Mahasiswa yang tinggal membeli Ijazah dan mendapat
gelarTentu sudah kita tahu hasil dari hal serba instant itu. Sumber Daya manusia kita akan
lemah.Dan Peningkatan pembangunan kita akan stagnan dan melambat.
b. The cure can be worse than the disease (Obatnya Bisa Lebih Buruk daripada Penyakitnya)
Contoh:
a. Biasanya seorang guru ketika melihat siswanya membuat suatu pelanggaran misalnya dalam
memberikan hukuman hingga melewati batas.bahkan berujung ke pemukulan.sehingga
yang tadinya guru memberi hukuman berganti dengan guru yang mendapt hukuman
dipenjara
NAMA : MISNAWATI

NIM : 1911102413128

KELAS : 4 A

TUGAS 4 TANGGAL 03-MARET – 2021

1. VISI : menjadi pribadi yang tangguh , kreatif serta dapat beradaptasi ke semua kalangan
masyarakat dapat memberikan kontribusi bagi diri sendiri maupun orang lain

2. WUJUD DARI VISI SAYA : dapat memberikan inovasi pada bidang kesehatan contohnya
melakukan pembentukan kader dalam masyarakat dalam memanfaatkan tanaman tanaman
obat di sekitar kita sebagai pencegahan terhadap penyakit sehingga terbentuk nya masyarakat
yang mandiri , serta membina masyarakat tuna rungu agar dapat produktif , alasan saya
mengapa menentukan itu semua hal tersebut didasari dari background saya seorang kesehatan
masyarakat serta keinginan saya dalam menciptakan sebuah inovasi yang nantinya mungkin bisa
menjadi ladang usaha ataupun kemandirian dalam masyarakat sendiri

3. GAMBARAN KENYATAAN : Saya mencoba untuk mengaplikasikan ke diri sendiri dengan inovatif
tersebut dan bisa secara mandiri melakukan pencegahan sendiri an melakukan promosi kepada
masyarakat sekitar sepertimelakukan hidup sehat serta menajaga pola makan sehat sehingga
terbentuknya kemandirian dan kebiasaan pada masyarakat maupun diri saya sendiri

a) FAKTOR PENDORONG:
Dari Dalam :
Kurangnya keberanian saya dalam dalam unjuk ide sehingga tidak banyak orang tau
a. Pertanggungjawaban yang tidak jelas, Jika penanggungjawab tidak jelas, maka dari sisi
pelaksanaan juga akan tersendat-sendat. Tidak ada pihak yang serius dalam menangani
suatu kegiatan. Umumnya pertanggungjawaban yang tidak jelas juga dibarengi dengan
sistem penghargaan yang tidak jelas.
b. Ketidakmampuan Melihat Peluang , Ada peluang-peluang besar yang lewat begitu saja,
karena ada ketakutan atau keraguan untuk mengambilnya. Akibat berikutnya adalah
terjadinya stagnasi, tidak ada pertumbuhan pada organisasi.

Dari Luar:
Susah nya untuk berkumpul ke masyarakat secara banyak dalam menyampaikan inovasi ini .
Persaingan Internal : Adanya kubu-kubu di dalam organisasi, umumnya karena ada konflik.
Akibatnya dapat ditebak, sesame anggota saling curiga-mencurigai dan saling menyembunyikan
informasi penting yang semestinya dapat berkontribusi untuk kemajuan organisasi.
4. Strategi : mencoba untuk mendalami sendiri dahulu dengan mengaplikasikan ke diri sendiri
maupun orang terdekat terdahulu , serta menciptakan kegiatan yang efektif dan efisien , bisa
mengembangkan visi misi
Nama : MISNAWATI

NIM : 1911102413128

KELAS : 4 A

TUGAS 5 TANGGAL 17-03-2021

1. Karaketeristik sistem kesehatan masyarakat ( tentukan tempat / lokasi / level / wilayahnya


Jawab :
A. Karakteristik sistem kesehatan : Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia
pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam
definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti
pertanian dan lainnya.
B. Sistem kesehatan berdasarkan berikut :
 Regulator dan/atau stewardship
 Pelayanan Kesehatan
 Pembiayaan Kesehatan
 Pengembangan Sumber Daya
C. Karakteristik sistem kesehatan Kota Bontang
 Dilihat dari pelayanan kesehatannya
 Kemampuan tenaga kesehatan
 Kondisi kesehatan masyarakat
 Informasi kesehatannya
Contoh :
Adanya penyebaran lokasi praktik dokter pelayanan primer di tengah masyarakat
telah cukup banyak dokter pelayanan primer dalam bentuk praktik kedokteran keluarga
di tengah masyarakat
telah cukup banyak populasi masyarakat yang berhubungan langsung dengan dokter
pelayanan primernya, berdasarkan kontraktual antara penjamin (Askes, Jamsostek, dan
Jamkesda) dan DPP
D. Penerapan pada karaketristik sistem kesehatan berdasarkan pelayanannya
 Lokasi : Kota Bontang
 Wilayah : Kalimantan Timur
 Tempat : Seluruh Kota Bontang
 Proses upaya penataan sistem : 3 tahun
Sistem Pelayanan Kesehatan

Usaha pemberian layanan kesehatan yang mendekati kondisi ideal bukannya


tidak ada di Indonesia. Salah satunya bisa kita lihat usaha yang dilakukan Kota
Bontang, Kalimantan Timur. Upaya Kota Bontang untuk menata ulang sistem
kesehatannya dengan menerapkan konsep primary health care (PHC) adalah sebuah
contoh sukses dan bisa dijadikan sebagai role model-. Proses tersebut berlangsung
selama kurang lebih tiga tahun, 2007 hingga 2010, dengan asistensi Ikatan Dokter
Indonesia. Ketika itu,Kota Bontang telah memiliki fondasi kuat untuk menjadi
sebuah sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pelayanan primer dalam
rangka mencapai universal coverage.

Di antara fondasi itu yakni: Pertama, Kota Bontang telah memiliki Perda Nomor
6 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan Daerah yang menempatkan kedokteran
keluarga sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan. Kedua,Kota Bontang memiliki
Perda Nomor 11 Tahun 2009 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah,
yang memberi jaminan kesehatan kepada penduduk kurang mampu.Ketiga, Kota
Bontang telah melakukan reorientasi fungsi puskesmas dengan tujuan
menghilangkan tumpang tindih antara fungsi upaya kesehatan perorangan (UKP)
dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).Puskesmasdifungsikan sepenuhnya untuk
UKM, sedangkan fungsi pengobatannya dialihkan ke praktik kedokteran keluarga.
Keempat, jumlah dokter pelayanan primer (DPP) di Kota Bontang jauh lebih banyak
ketimbang dokter spesialis, mencerminkan pelayanan berorientasi pada pelayanan
primer. Kelima, rasio DPP terhadap penduduk sudah mendekati 1:2500, yang berarti
ketersediaan DPP sangat mendukung penerapan sistem yang berorientasi pelayanan
kesehatan primer

Hal lain yang mulai kondusif bagi penerapan sistem pelayanan kesehatan
primer adalah: Pertama, telah cukup banyak dokter pelayanan primer dalam bentuk
praktik kedokteran keluarga di tengah masyarakat.Kedua, telah ada upaya mengatur
penyebaran lokasi praktik dokter pelayanan primer di tengah masyarakat,
berdasarkan wilayah administrasi kecamatan. Ketiga, telah cukup banyak populasi
masyarakat yang berhubungan langsung dengan dokter pelayanan primernya,
berdasarkan kontraktual antara penjamin (Askes, Jamsostek, dan Jamkesda) dan
DPP.Keempat, sistem rujukan sudah mulai berjalan, di mana populasi yang
berkunjung ke dokter spesialis sudah banyak menggunakan surat rujukan dari DPP.
Role model Kota Bontang tentu saja belum sesempurna yang dicita-citakan, namun
paling tidak telah meletakkan dasar untuk mengantisipasi penerapan jaminan sosial
kesehatan nasional. Pada era SJSN dan BPJS ini, penyiapan pelayanan kesehatan
primer menjadi agenda yang tak terelakkan.

Karena itu, pengembangan role model pelayanan primer yang ditunjang oleh
pembiayaan berbasis jaminan sosial kesehatan nasional menjadi mutlak untuk
dikedepankan. Mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh Pemda Bontang, maka
puskesmas yang saat ini menanggung beban berat seharusnya direkonstruksi.
Puskesmas cukup fokus dan secara sungguhsungguh melaksanakan tugas utamanya,
yakni upaya kesehatan masyarakat. Dengan hanya fokus pada tugas utamanya yang
juga yang amat berat itu, bukan berarti entitas puskesmas menjadi tidak
terhormat.Saat ini puskesmas sering kali dituding lalai karena mengesampingkan
tugas utamanya dalam upaya kesehatan masyarakat dan beralih ke upaya
pengobatan (private goods).

Jejaring Layanan Kesehatan

Kalau kita kembali menengok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004, dikatakan
bahwa ketika SJSN sudah berlaku, maka akan terjadi perubahan fungsi
puskesmas.Puskesmas akan fokus untuk menjalankan fungsi sebagai penyelenggara
upaya kesehatan masyarakat, sedangkan upaya kesehatan perorangan akan
diserahkan kepada swasta melalui konsep Pelayanan Kedokteran Keluarga, kecuali
di daerah sangat terpencil yang masih akan dipadukan dengan puskesmas.Memang
disayangkan karena ternyata dalam SKN 2009 konsep semacam itu tidak ditemukan
lagi. Karena itu diperlukan adanya revisi SKN agar dapat mengakomodasi terjadinya
perubahan besar dalam sistem pelayanan kesehatan primer. Konsep Pelayanan
Kedokteran Keluarga sebagai gatekeeper di layanan kesehatan garda terdepan
(primer) tersebut, kemudian dimodifikasi dengan membangun jejaring pemberi
pelayanan kesehatan primer.

Jejaring yang menggunakan pendekatan kedokteran keluarga ini terdiri atas


klinik-klinik primer satelit menyerupai satelit, yang posisinya berada mengelilingi
klinik primer utama. Klinik-klinik tersebut bukan sekadar berjejaring, melainkan juga
menerapkan konsep kepemilikan bersama.Semua klinik jejaring itu adalah milik
tenaga profesi kesehatan yang bekerja atau berpraktik di klinik tersebut.Baik dia
dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, dan bahkan tenaga administrasi pun
terbuka untuk menjadi pemilik.Di klinik primer utama akan mempunyai minimal 2
dokter,1 dokter gigi, 2 perawat, 1 bidan, dan 1 staf administrasi. Klinik primer utama
dilengkapi fasilitas laboratorium, radiologi, EKG,USG,dan sebagainya sebagaimana
layaknya pelayanan primer yang lengkap (terstandardisasi). Sementara di klinik
primer satelit, cukup memiliki 2 dokter, 2 perawat, 1 bidan,1 pembatu apoteker
untuk menjaga instalasi farmasi, serta 1 staf administrasi.

Di klinik primer satelit ini, sinergisitas profesional kesehatan dalam mewujudkan


pelayanan kesehatan yang holistis/paripurna sudah harus dikembangkan. Tentu saja
dokter tetap menjadi nakhoda pelayanan kesehatan di fasilitas layanan primer
ini,namun ia bukan pemilik tunggal. Untuk itu, perlu dipersiapkan strategi
peningkatan kapasitas profesional kesehatan dalam kerangka kerja tim dan jejaring
pelayanan kedokteran keluarga. Tentu saja melalui pelatihan dan bimbingan teknis
secara terencana dan terstruktur, yang dimulai sebelum bertugas di klinik.

Dalam hal kepemilikan bersama entitas pelayanan dan jejaringnya, perlu


ditumbuhkan semangat kolektivitas dan kolegialitas kesejawatan yang berkolaborasi
dengan di bawah prinsip-prinsip koperasi. Pendanaan konsep kepemilikan bersama
ini dapat difasilitasi oleh Koperasi IDI maupun lembaga keuangan lain yang memiliki
semangat yang sama, yakni mengakomodasi semangat kolektivitas dan kolegialitas
kesejawatan profesional kesehatan. Proporsi kepemilikan, distribusi tanggung jawab,
dan persentase bagi hasil secara adil dapat ditentukan kemudian dengan hitungan
tersendiri.Kepemilikan bersama akan menghilangkan adanya profesional kesehatan
yang melayani pasien secara pribadi, di fasilitas yang tidak memadai dan dengan
standar pelayanan yang tidak standar pula. Konsep kepemilikan bersama yang
difasilitasi Koperasi IDI ini akan sangat berbeda bila entitas pelayanan dimiliki oleh
pribadi-pribadi atau pemilik modal. Kepemilikan yang didorong oleh semangat
berkoperasi, tentu sangat berbeda ketika kepemilikannya bersifat pribadi atau oleh
pemilik modal tertentu.Kepemilikan pribadi mempunyai kecenderungan untuk
dikelola dalam kerangka bisnis, yang memaksimalkan keuntungan sehingga
berpotensi menimbulkan ketegangan dan ketidakharmonisan, karena
menempatkan profesional kesehatan dalam konteks antara buruh dan majikan,
serta pasien diperlakukan sebagai objek bisnis semata. Menempatkan pasien
sebagai objek bisnis tentu amat tidak etis,apalagi bagi profesional kesehatan yang
sangat terkenal menjunjung tinggi etika profesinya.

Pelayanan Kesehatan

Demi keadilan dan meratanya pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh


rakyat Indonesia, rekrutmen dan seleksi pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pun
harus dilakukan secara seksama di tingkat nasional. Pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraan SJSN selayaknya bersifat efektif dan efisien,untuk menjaga
kesehatan rakyat Indonesia dengan biaya kesehatan yang rasional.Pelayanan
kesehatan yang holistis, komprehensif, sepenuh waktu, sepenuh hati, dan
berkesinambungan adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh PPK. PPK yang telah
lolos seleksi dapat ditempatkan di daerah yang ditentukan tim dari BPJS. Sesuai UU
No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, bentuk kerja sama antara BPJS dan PKK merupakan
sistem kontrak. Untuk memperoleh hasil optimaldalammengembangkankesehatan
masyarakat yang menjadi tanggungannya, waktu yang dibutuhkan tidak singkat.
Jangka waktu dua tahun adalah waktu yang sangat minimal untuk kontrak.Kontrak
dengan PPK dapat diperpanjang setelah menilai kinerjanya-1

Anda mungkin juga menyukai